You are on page 1of 6

PSIKOFISIOLOGI PENYAKIT

HUBUNGAN ANTARA PSIKOLOGI DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM ENDOKRIN

DIKERJAKAN OLEH : NOVIN ALIYAH 1006795812

DOSEN: Dr. dr. MINARMA SIAGIAN M.S., AIF

FAKULTAS PSIKOLOGI PROGRAM MAGISTER TERAPAN KESEHATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2011

A.

PSIKOLOGI Psikologi mengemban peranan yang makin penting dalam memecahkan masalah manusia sehingga mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan, sejalan dengan semakin kompleksnya masyarakat (Atkinson dkk, 1996). Banyak pendekatan yang digunakan dalam ilmu psikologi tetapi tidak berdiri sendiri melainkan berfokus pada aspek-aspek yang berbeda dari suatu masalah yang kompleks. Tidak ada pendekatan yang "benar" atau "salah" dan umumnya ahli psikologi memilih dan menggabungkan pandangan yang terbaik dengan menggunakan sintesis beberapa pendekatan dalam menguraikan suatu fenomena. Pendekatan studi manusia khususnya pada proses neurobiologi, terutama otak dan sistem saraf, yang mendasari perilaku dan kegiatan mental, yang dihubungkan dengan hal-hal yang terjadi dalam tubuh, disebut pendekatan neurobiologi (Atkinson dkk, 1996). Ahli psikologi fisiologi biasanya menggunakan pendekatan neurobiologi (disebut juga ahli neuropsikologi) yang mencoba menjelaskan fenomena dengan menghubungkan antara proses biologis dengan perilaku seperti mempelajari bagaimana hormon seks mempengaruhi perilaku atau bagaimana pengaruh candu seperti marijuana dan LSD terhadap kepribadian dan daya ingat. Dalam mempelajari perilaku agresi seseorang, ahli psikologi fisiologi akan berminat menyelidiki mekanisme otak yang menimbulkan perilaku atau mencari satu jenis obat/sarana biologis lain untuk mengontrol tindakan agresi sedangkan ahli psikologi perilaku akan berminat untuk menentukan jenis pengalaman belajar yang menjadikan seseorang lebih agresif atau mencoba mengubah setiap kondisi lingkungan yang memberikan pengalaman belajar baru yang akan menghasilkan perilaku yang tidak agresif (Atkinson dkk, 1996). Menurut Guyton dan Hall (2007), prinsip-prinsip fisiologi dalam terminologi ilmu molekular dan ilmu fisik bukan sekedar serentetan fenomena biologis yang terpisah-pisah dan sulit dijelaskan. Fisiologi adalah mata rantai berbagai ilmu dasar dan kedokteran, ilmu ini mengintegrasikan berbagai fungsi masingmasing sel, jaringan dan organ tubuh yang berbeda-beda menjadi sebuah kesatuan fungsional yang utuh berupa tubuh manusia. Berkembangnya ilmu psikologi mempengaruhi ahli mendefinisikan istilah psikologi, dahulu didefinisikan sebagai studi kegiatan mental, kini menjadi studi ilmiah mengenai proses perilaku dan proses mental, yang mencerminkan perhatian psikologi terhadap studi objektif mengenai perilaku yang dapat diamati dan mengakui pentingnya pemahaman proses mental yang tidak dapat diamati secara langsung tetapi kesimpulannya harus ditarik dari data-data behaviorisme dan neurobiologi, seperti definisi yang dikatakan oleh Mayer (Atkinson dkk, 1996), psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia. Banyak aspek perilaku manusia dan fungsi mental yang tidak dapat dipahami sepenuhnya tanpa adanya dasar pengetahuan mengenai proses biologis, karena sistem syaraf pada indra organ, otot, dan kelenjar yang mempengaruhinya memungkinkan manusia menyadari keadaan lingkungan untuk menyesuaikan diri (Atkinson dkk, 1996) . Sapolsky (1992) mengatakan dalam penelitiannya pada primata mengenai hubungan antara stres dan penyakit fisik, menunjukkan bahwa stres dan hormon stres yang terkait dengan keadaan stres dapat membahayakan otak sama seperti yang terjadi pada manusia. Untuk itu perlu dilakukan strategi untuk mengurangi stres dan metode untuk melindungi neuron dari kerusakan lebih lanjut karena glukokortikoid, hormon steroid adrenalin (hidrokortison atau kortisol pada manusia) dilepaskan

selama terjadi stres. Paparan berlebihan hormon ini dapat merusak otak dan membuat neuron lebih mudah luka. Menurut Guyton dan Hall (2007), glukokortikoid merupakan salah satu dari jenis hormon adrenokortikal yang utama dan disekresikan oleh korteks adrenal. Hormon ini mempunyai efek yang penting yaitu meningkatkan konsentrasi glukosa darah dan efek tambahan pada metabolisme protein dan lemak yang sama pentingnya untuk fungsi tubuh seperti efek glukokortikosteroid pada metabolisme karbohidrat. Dari korteks adrenal juga dapat dikenali lebih dari 30 jenis steroid , namun hanya dua jenis yang berguna untuk fungsi endokrin manusia yaitu aldosteron yang merupakan mineralokortikoid yang utama dan kortisol yang merupakan glukokortikoid utama. Guyton dan Hall (2007) juga mengatakan bahwa hormon-hormon steroid adrenal pada orang dewasa yaitu steroid sintetik, aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid yang berhubungan (lampiran 1). Sedikitnya 95 persen aktivitas glukokortikoid dari sekresi adrenokortikal merupakan hasil dari sekresi kortisol yang dikenal juga sebagai hidrokortison. Korteks adrenal merupakan salah satu bagian kelenjar adrenal. Pentingnya peran kelenjar adrenal ini terlihat dari keadaan dimana jika seekor hewan dibuang kelenjar adrenalnya maka hewan tersebut menjadi tidak tahan terhadap berbagai stres fisik atau bahkan berbagai stres mental, bahkan jika mengalami penyakit ringan seperti infeksi saluran pernafasan sudah dapat menyebabkan kematian (Guyton dan Hall, 2007). B. HOMEOSTASIS Homeostasis berhubungan dengan tingkatan umum dari ciri berfungsinya organisme sehat, seperti suhu badan yang normal, detak jantung, dan tekanan darah. Dalam keadaan stress, keseimbangan normal terganggu, dan proses mulai dikerjakan untuk memperbaiki keseimbangan dan mengembalikan tubuh ke derajat fungsi yang normal. Misalnya, kalau merasa terlalu panas, tubuh berkeringat, dan jika terlalu dingin, tubuh menggigil. Kedua proses ini dikendalikan oleh hipotalamus. Hipotalamus berisi mekanisme pengontrol yang mendeteksi setiap perubahan dalam sistem tubuh dan memperbaiki ketidakseimbangan. Hipotalamus mengatur kegiatan endokrin dan mempertahankan homeostasis (Atkinson dkk, 1996). Menurut Guyton dan Hall (2007), homeostasis merupakan istilah yang digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam (cairan ekstrasel atau millieu interieur). Semua organ dan jaringan tubuh melaksanakan aneka fungsi untuk membantu mempertahankan kondisi yang konstan ini. Sistem hormon endokrin dan neuroendokrin merupakan bagian dari sistem messenger kimiawi tubuh yang berinteraksi satu sama lain untuk mempertahankan homeostasis. Contohnya medula adrenal dan hipofisis yang menyekresikan hormonnya sebagai respons terhadap stimulus saraf. Sel neuroendokrin, yang berada di hipotalamus, memiliki ujung akson di kelenjar hipofisis posterior dan eminensia mediana dan menyekresikan beberapa hormon yang meliputi hormon antidiuretik (ADH), oksitosin, dan hormon hipofisotropik, yang mengatur sekresi hormon hipofisis anterior.

C.

GANGGUAN FISIOLOGI PADA SISTEM ENDOKRIN Kelenjar endokrin banyak memproduksi reaksi tubuh. Kelenjar endokrin merupakan hasil kegiatan sistem saraf otonomik. Kelenjar endokrin mengeluarkan hormon yang diangkut ke seluruh tubuh oleh aliran darah. Senyawa kimia ini sama pentingnya dengan sistem saraf bagi integrasi kegiatan organisme dan bagi pertahanan homeostasis. Beberapa kelenjar endokrin dikendalikan oleh sistem saraf, sedangkan yang lainnya mengadakan respon terhadap keadaan

bagian dalam tubuh. Salah satu kelenjar endokrin yang utama, yaitu pituitrin, terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar pituitrin langsung di bawah pengendalian hipotalamus disebut "kelenjar utama" karena memproduksi berbagai hormon dalam jumlah paling banyak serta mengendalikan pengeluaran beberapa kelenjar endokrin lainnya. Salah satu tugas kelenjar pituitrin yang penting yaitu mengendalikan pertumbuhan badan. Terlalu sedikit hormon pertumbuhan dapat menyebabkan seseorang menjadi kate, sedangkan pengeluaran hormon ini secara berlebihan dapat menghasilkan seorang raksasa. Sejumlah hormon lain yang dilepaskan oleh kelenjar pituitrin mengakibatkan kegiatan kelenjar endokrin lain seperti kelenjar thyroid, kelenjar seks, dan lapisan luar kelenjar adrenal. Hipotalamus memegang peranan penting dalam emosi karena mengendalikan reaksi hormon terhadap rasa takut dan stres yang dihasilkan kelenjar pituitrin (lampiran 2) (Atkinson dkk. 1996). Menurut Guyton dan Hall (2007), dalam tubuh terdapat delapan kelenjar endokrin utama yang menyekresi zat-zat kimia yang disebut hormon, yaitu kelenjar pituitary (kelenjar hipofisis), kelenjar tiroid, kelenjar adrenal (medulla adrenal dan korteks adrenal), kelenjar pankreas, kelenjar pineal, kelenjar timus, kelenjar reproduksi dan kelenjar paratiroid. Penjelasan tentang kelenjar endokrin, hormone, fungsi dan strukturnya terdapat dalam lampiran 3. Homeostasis pada sistem endokrin ditimbulkan melalui mekanisme umpan balik negatif dan umpan balik positif. Umpan balik negatif membentuk kesesuaian derajat aktivitas hormon di jaringan target dengan kata lain, hormon memiliki efek umpan balik negatif mencegah berlebihannya sekresi atau aktivitas hormon di jaringan target sehingga terjadi pelepasan simpanan hormon agar tidak berlebih. Umpan balik positif merupakan keadaan kerja biologis hormon yang menimbulkan sekresi tambahan dari hormon tersebut yang ketika mencapai konsentrasi yang sesuai maka akan melakukan penagturan umpan balik negatif. Konsekuensi mendasar dari stres adalah bahwa stres merangsang naiknya kortisol, yaitu hormon katabolis, pro-penuaan, anti kekebalan & pengangkat insuli. Hormon ini secara langsung menghancurkan jaringan otot dan secara tak langsung (melauli efek antagonisnya terhadap hormon-hormon lain) mempercepat pengendapan lemak sentral (perut gendut) (Faigin, 2001). D. PENYAKIT Sapolsky (1992) dalam penelitiannya pada primata mengenai hubungan antara stres dan penyakit fisik menemukan bahwa ada hubungan antara stres dengan penyakit penuaan otak, kerusakan otak akibat stroke, kejang, dan mungkin penyakit Alzheimer. Menurut Faigin (2001) efek penekanan kekebalan akibat kelebihan kortisol secara kronis menaikkan kerentanan terhadap semua jenis penyakit. Berbagai kelainan yang disebabkan terganggunya hormon dalam tubuh menurut Guyton dan Hall (2007) menimbulkan penyakit yaitu dwarfisme, gigantisme, akromegali, penuaan, hipertiroidisme, kretinisme, miksedema, aterosklerosis, vaskular perifer, ketulian, ketulian, arteri koroner berat, addison, defisiensi mineralokortikoid, defisiensi glukokortikoid, pigmentasi melanin, sindrom cushing, sindrom conn, sindrom adrenogenital, diabetes tipe I dan II, Rakhitis, hiperparatiroidisme sekunder, osteoporosis, kelainan kelenjar prostat, hipogonadisme, tumor testis, tumor pineal, menstruasi yang

tidak teratur, amenore, dan hipersekresi ovarium. Berbagai mekanisme hormon dalam lampiran 4 dan seterusnya.

E.

SIKLUS HUBUNGAN PSIKOLOGI DAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN

Psikologi Fisiologi Homeostasis Gangguan fisiologi pd sistem endokrin Contohnya Hormon Pertumbuhan & Kortisol Kate, Giant, dan Semua Jenis Penyakit

DAFTAR REFERENSI Atkinson, R. L, Atkinson, R. C, dan Hilgard, E. R. 1996. Pengantar Psikologi. Edisi Kedelapan. Jilid I. Jakarta. Penerbit Erlangga. Sapolsky, Robert M. 1992. Stress, The Aging Brain, and The Mechanisms of Neuron Death. Cambridge, MA, US: The MIT Press. http://psycnet.apa.org/index.cfm? fa=search.displayRecord&uid=1992-98654-000 Faigin, R. 2001. Meningkatkan Hormon secara Alami. Jakarta. Rajagrafindo Perkasa. Guyton, A. C, dan Hall, J. E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta. EGC.

You might also like