Professional Documents
Culture Documents
1|Page
-diukur dari rata-rata pendapatan nasional perkepala- meningkat
dari 30 orang miskin untuk 1 orang kaya ditahun 1960 menjadi
74 orang miskin untuk 1 orang kaya ditahun 1977. Dari data
tersebut memperlihatkan bahwa ada persoalan dengan
globalisasi.
2|Page
dunia atau trans national corporation (TNC) atau multi
national corporation (NMC).
3|Page
Bicara tentang globalisasi ekonomi tidak bisa terlepas dari pasar
bebas yang kini telah menjadi ideology dunia bagaikan agama.
Agar globalisasi berjalan lebih cepat, mesin-mesin globalisasi
-seperti IMF, Bank Dunia, ADB- semakin diperkuat perannya dan
dibangun system secara seragam untuk diberlakukan di seluruh
dunia. Proses integrasi sistem ekonomi nasional ke dalam system
global inilah yang disebut globalisasi. Keampuhan pasar bebas
dihembuskan oleh para ahli ekonomi dengan landasan teorinya.
Penelitian-penelitian juga dilakukan untuk melegitimasi bahwa
segala kebijakan populis yang memberi proteksi kepada rakyat
hanyalah berakibat pada pemborosan belanja Negara
(inefisiensi).
4|Page
perusahaan dan tanggung jawab social (corporate social
responsibility). Soal gaji misalnya, perusahaan asing membayar
pegawainya lebih tinggi dibandingkan gaji rata-rata nasional.6
Perusahaan asing juga menciptakan lapangan pekerjaan lebih
cepat dibandingkan perusahaan domestik sejenis. Di Amerika
contohnya, jumlah lapangan kerja yang diciptakan perusahaan
asing mencapai 1.4% per tahun dari 1989 s/d 1996, sedang
perusahaan domestic hanya 0,8%. Selain itu perusahaan asing
tidak segan mengeluarkan biaya di bidang reseach and
development (R&D) di negara di mana mereka menanamkan
investasinya.7 Data lain menyebutkan perusahaan asing
cenderung mengekspor lebih banyak dibandingkan perusahaan
domestic.8 Namun data lain dari Laporan Pembangunan Manusia
UNDP (1999) menunjukkan hal yang berbeda. Pada tahun 1977
terdapat pelebaran jurang perbedaan pendapatan antara orang
terkaya kelima di dunia dan termiskin kelima di dunia -diukur dari
rata-rata pendapatan nasional perkepala. Kondisi ini tentu tidak
terjadi dengan sendirinya dan semata-mata hanya karena takdir
Tuhan tetapi karena ada grand design yang sengaja dibuat oleh
manusia.
5|Page
Inilah yang sering disebut oleh kelompok penentang globalisasi
sebagai jaman penjajahan baru -seringkali disebut neo
kolonialisme- dimana penjajahan bukan bersifat fisik tapi
penjajahan pada teori dan ideologi.
6|Page
ideologi politik antar negara, antar blok, dan menjadikan dunia
sebagai pasar tunggal, yang oleh Al Gore(1998) disebutnya
sebagai global village.
Misalnya saja, coba kita bayangkan bersama, jika suatu pagi, tiba
– tiba seorang eksekutif tidak tahu lagi isi berita pagi yang
dibacanya di koran atau ditontonnya di TV, di kantor menjadi
tambah tidak mengerti ketika bisnis investasi yang sudah
ditekuninya sekian tahun tiba – tiba tidak berjalan sebagaimana
diharapkan. Menghubungi rekannya di kantor pemerintah,
jawabannya sungguh di luar dugaan, “..terjadi perubahan
kebijakan karena desakan lembaga keuangan internasional..”
7|Page
Tidak hanya dalam kalangan dunia pebisnis, ternyata Friedman
juga jeli melihat tekanan yang ditimbulkan oleh globalisasi
terhadap budaya lokal, demografi, tradisi dan harmoni
masyarakat. Digambarkan pula bagaimana masyarakat tertentu
merasa dijahili oleh pelaku globalisasi, dan dalam konteks ini,
solusi keseimbangan adalah solusi terbaik yang ditawarkan
menurut Friedman. Solusi ini diajukan dengan pemikiran dasar
bahwa globalisasi tidak dapat dicegah, yang dapat dilakukan
adalah bagaimana mengimbangi laju globalisasi sehingga
masyarakat tradisional tidak semakin terpuruk.
8|Page
Dari sisi pelaku, jika di masa lalu penjajahan dilakukan oleh
negara atas negara (meski dalam kasus penjajahan Belanda atas
Indonesia diawali oleh VOC sebagai misi dagang Kerajaan
Belanda) dalam globalisasi “penjajahan ekonomi”dilakukan oleh
Korporasi sebagai pelaku dominan. Keputusan investasi korporasi
internasional, dalam banyak hal mempengaruhi nasib (regulasi
dan kebijakan) suatu bangsa. Kasus perebutan hak pengolahan
minyak di ladang Cepu misalnya, merupakan keputusan
manajemen Exxon (suatu raksasa perusahaan minyak Amerika)
yang berdampak pada kebijakan perminyakan Indonesia. Pelaku
lain yang sempat mendominasi halaman utama media cetak
internasional di tahun 1997-98 berkaitan dengan globalisasi
adalah George Soros. Soros terkenal sebagai investor keuangan
yang piawai dan disebut sebagai telah menggoyang atau bahkan
meruntuhkan perekonomian banyak negara di Asia – termasuk
Indonesia – karena keputusannya dalam berbisnis valuta asing di
berbagai pasar saham internasional. Bill Gates dapat dikatakan
sebagai pendorong globalisasi dengan produk teknologi informasi
Microsoft, sehingga menjadi monopoli dunia dalam industri
piranti lunak sistem operasi komputer, di sisi lain Bill menikmati
hasil jerih payahnya sebagai individu terkaya di dunia.
9|Page
satu syarat penting yang tidak boleh kita lupakan dalam setiap
tindakan. Yakni adanya Potensi diri untuk menguasai dan
bersaing dengan pihak lain.
10 | P a g e
ekonomi akan terjatuh dalam stagnasi. Tanpa intervensi negara
(melalui sumberdaya dan aparatus kekuasaannya), ekspansi dan
akumulasi kapital tak mungkin berlangsung secara besar-
besaran. Lebih-lebih dalam era imperialisme, di mana
pemenuhan kebutuhan dalam negeri sangat tergantung pada
pasokan dari luar negeri, keterlibatan negara, terutama AS,
sangat jelas terlihat.
11 | P a g e
REALIS MEMANDANG GLOBALISASI
12 | P a g e
bersama demi mengatasi ‘momok’ perang. Debat-debat
mengenai permasalahan power, rasionalitas, kepentingan
bersama dan perang, mulai muncul pada masa generasi baru
realism (E.H. Carr, H.J. Morgenthau, Reinhold Niebuhr, Frederick
Schuman, George Kennan, dkk.) di akhir 1930-an, dimana
mereka menekankan pada kemaha-luasan ‘power’ dan
pertarungan alami-politik antar bangsa.
13 | P a g e
Dalam realis, negara dianggap sebagai aktor utama dan satu-
satunya yang legitimate dalam melakukan hubungan antar
bangsa, dan peran negarawan menjadi luar biasa penting dalam
rekomendasi para pemikir realis.
14 | P a g e
pada benar-tidaknya tindakan tersebut. Jikalau-pun ada sebuah
moral universal, bagi politikus realis, hal ini hanya berlaku pada
komunitas tertentu saja. Kesimpulannya, survival adalah hal
yang hakiki dalam dunia Internasional dan dalam proses
hubungan internasional, di mana setiap Negara hars bertahan
dengan arus gelombang di dunia internasional.
15 | P a g e
adanya balance of power yang bertugas sebagai penyeimbangan
keadaan dunia internasional dimana agenda internasional yaitu
hanya memusatkan perhatian pada kekuasaan dan proses politik
internasionalnya dipusatkan pada targetan untuk mewujudkan
kepentingan nasional.
16 | P a g e
Jika mengambil contoh konkret dalam bidang teknologi misalnya,
secara kasat mata, sebagai warga Negara Indonesia yang
senantiasa menjalani kehidupan di tanah air kita yang tercinta
ini, sangat jelas bahwa globalisasi teknologi yang terjadi di
bangsa kita ini dari Jepang. Apa pun merk dagang dan organisasi
yang berada di balik alat teknologi tersebut, tapi kita hanya
melihat bahwa Jepang lah yang melebarkan sayapnya di negri
kita ini.
Jika kita sudah aware dengan hal seperti ini, maka kita tidak lagi
memandang globalisasi itu secara realis, tapi kita sudah
mengganti kaca mata kita tanpa sadar dengan kacamata liberalis
untuk mengiris lagi helai demi helai globalisasi di dunia
internasional.
17 | P a g e
Liberalis memandang
globalisasi
18 | P a g e
Secara paradigm, jika dirunut dari sejarah berdirinya paradigm
liberalis, paradigm ini baru popular setelah Perang Dunia I. Jika
melihat sesuatu dengan cara pandang liberalis, ada nilai yang
kita lihat, bahwa ternyata suatu hal itu bisa berdampak ke
berbagai aspek yang merupakan komponen dari bagian umum
tersebut. Selain itu, melihat sesuatu secara liberalis pun hamper
bias dikatakan bahwa kita juga melihat suatu hal menurut
tatanan idealnya.
19 | P a g e
Bebicara tentang liberalis, maka kita akan berbicara tentang
kebebasan, tanpa sekat, dan dimana setiap pihak memiliki
kesetaraan dalam mengusahakan apa yang mereka bias
usahakan dengan tetap memperhatikan nilai-nilai yang mengikat
mereka untuk tidak sewenang-wenang. Begitu pun jiks kits
berbicsrs tentsang globalisasi, tidak ada sekat territorial yang
memisahkan sehingga secara umum kita juga bias bilang
kebebasan.
20 | P a g e
Marxist Approach
Memandang Globalisasi
21 | P a g e
pembagian pendapatan dan pengharapannya tentang
kebersammaan, tokoh lainnya ialah Hobson dengan pemahaman
tentang kapitalisme sebagai penjajahan baru; Imprealisme, Lenin
dengan pemahamannya tentang kapitalism sebagai sesuatu
yang tak dapat dihindari serta Luxemburg tentang revolusi
sebagai satu-satunya cara untuk memakanai tranpormasi
masyarakat. Dari semua tokoh diatas sangatlah jelas
mengutarakan pemahaman yang kritis tentang bagaiman sistem
kapitalisme itu bekerja dan memnjadi sebuah babak penjajahan
baru dalam tatanan masyarakat global karena mau tidak mau
faktor ekonomi memang telah menjadi sebuah faktor utama
dalam upaya untuk mengembngkan negara masing-masing.
22 | P a g e
diberi atau berdasarkan status sosialnya, tetapi berdasarkan
kebutuhannya.
Ada sepuluh alasan yang membuat paham marxisme
menjadi begitu kental dan dapat diterima oleh kaum buruh,
adapun alasan-alasan itu adalah :
1. Marxisme menyediakan sebuah perspektif strategis untuk
memenangkan perjuangan kelas, menyukseskan
kemerdekaan nasional dan mendirikan solidaritas kelas
pekerja internasional. Marxisme menggabungkan tiga elemen
esensial guna memperdalam pemahaman revolusioner untuk
terlibat dalam perjuangan kelas yaitu:
a. Perbandingan sejarah pengalaman perjuangan di negara-
negara yang berbeda dan juga pengalaman waktu yang
berbeda dalam negara yang sama.
b. Marxisme yang berdasarkan pada konsepsi materialis
tentang sejarah, memberi dasar pada hubungan dialektik
antara organisasi ekonomi, perjuangan kelas, negara,
ideologi politik dan organisasi dalam menentukan arah
sejarah. Marxisme menolak pandangan mekanis tentang
sejarah sebagai ditentukan oleh “ide-ide” atau oleh “para
elite”
c. Marxisme menyediakan analisis kelas yang canggih
tentang kekuatan-kekuatan sosial dan perjuangan, yang
menentukan besaran skala dan perubahan jangka-
panjang. Ia menolak penafsiran borjuis tentang sejarah,
yang berpusat pada “individu” (Manusia Agung) atau
“teori elite” tentang sejarah. Marxisme tidak menolak
pentingnya kepemimpinan, namun mereka setuju bahwa
“kepemimpinan” adalah produk gerakan sosial dan
pengetahuan lahir dari pengalaman kelas.
23 | P a g e
2. Marxisme menyediakan kunci untuk memahami dasar-dasar
dari seluruh produksi, distribusi dan nilai-kerja. Mengenai
basis pemusatan kerja (centrality of labor), Marxisme
menyediakan sebuah dasar teori dan praktek untuk
memahami mengapa perjuangan kelas menjadi kekuatan
penggerak kemajuan sejarah.
3. Marxisme menyediakan kritik yang sangat lengkap terhadap
neoliberalisme dan alternatif ekonomi dan politik yang sangat
jernih dan koheren. Marxisme juga menyediakan kritik yang
jernih tentang privatisasi dan pembelaan mengenai
kepemilikan publik, menolak pembayaran utang luar negeri
dan pembelaan tentang pentingnya investasi dalam pasar
lokal, watak kelas dari program penyesuaian struktural dan
alternatif bagi sosialisasi sektor-sektor strategis dalam
ekonomi (energi, kelistrikan, keuangan, perdagangan luar
negeri, dsb).
4. Marxisme menegaskan tentang keuntungan praktek dan
moral dari solidaritas kelas melawan “solusi-solusi”
individualistik terhadap permasalahan-permasalahan
struktural seperti upah, kesehatan dan keamanan kerja.
Walaupun sering dikecualikan, sejarah menunjukkan bahwa
banyak kemenangan diraih kelas pekerja melalui organisasi
kolektif.
5. Marxisme menyediakan basis material bagi pembanguan
solidaritas internasional dan mengungkap kesalahan-
kesalahan sejarah tentang kolaborasi kelas antara serikat
buruh Amerika Serikat dan negara imperialis serta
perusahaan-perusahaan multinasional. Poin Marxis bagi
internasionalisasi kapital sebagai pembentukan basis
material dan kebutuhan bagi kelas pekerja untuk
24 | P a g e
mengorganisasikan diri secara lintas batas nasional sebagai
basis bagi kesamaan program dan anti-imperialisme.
6. Marxisme menyediakan pemahaman yang jernih tentang
hubungan kelas, jender, ekologi dan kebangsaan (nation).
Marxisme mengakui ketimpangan dalam kelas (antara ras
dan jender) dan juga ketimpangan dan perbedaan kelas
dalam jender, etnik dan kelompok-kelompok rasial. Marxisme
mengombinasikan perjuangan kelas melawan kapital dan
kekaisaran dengan sebuah perjuangan sosial dalam kelas
pekerja untuk jender, ras dan persamaan etnik.
7. Marxisme menyediakan satu-satunya pemahaman yang
jernih dan menyeluruh tentang imperialisme: bagaimana
sistem ini beroperasi, apa tuntutan-tuntutannya dan
konsekuensi-konsekuensinya yang menghancurkan bagi
bangsa tertindas. Teori Marxis tentang imperialisme secara
tegas menolak investasi asing, perdagangan bebas dan neo-
kolonialisme dalam bentuk NAFTA, ALCA dan Plan Colombia
melalui pengungkapan peran sentral negara-negara
imperialis dalam mengonsentrasikan keuntungan dan
mengontrol pasar.
8. Marxisme menjelaskan mengapa kelas pekerja memainkan
peran utama dalam perjuangan melawan penghisapan
kapital melalui titik dimana mereka berperan utama dalam
produksi dan distribusi. Jika kelas pekerja menutup pabrik-
pabrik, bank-bank, sarana transportasi, sistem energi dan
kelistrikan, pasti ekonomi tidak berfungsi; keuntungan
kapitalis menurun hingga akhirnya bangkrut.
9. Perspektif Marxis tentang masa depan alternatif yakni
masyarakat sosialis, didasarkan pada pengalaman praktek
mengenai produksi sosial, perjuangan kolektif dan
25 | P a g e
kemenangan transisional, yang memperluas kekuasaan
pengambilan keputusan kelas pekerja. Kaum Marxis tidak
“bermimpi” tentang masyarakat masa depan. Mereka juga
tidak mengusung sosialisme sebagai sebuah “utopia.” Bagi
kaum Marxis, sosialisme ditunjukkan dalam solidaritas sehari-
harinya (everyday solidarity), membagi pengalaman
kemenangan kolektif dan pemajuan sosialisasi pelayanan-
pelayanan sosial. Sosialisme, kepemilikan bersama, tidak
“berakhir pada dirinya sendiri” tetapi bermakna bagi
kebebasan individu yang seluas-luasnya, jaminan sosial dan
waktu luang yang tersedia banyak untuk belajar, bermain
dan memperkaya pengalaman personal. Tujuan akhir
sosialisme adalah sebuah “Manusia Baru” yang memiliki
kebebasan personal yang mengasyikkan dan dalam
prakteknya memiliki tanggung jawab sosial.
10. Marxisme juga menyediakan baik sejarah negatif maupun
sejarah positif. Sisi negatif “Marxisme” adalah ia dibangun di
atas landasan abstrak ekspresi metafisika “Hegelian,” yang
“tak pernah menyentuh bumi” yang tidak memiliki analisis
yang konkret dan terpisah dari perjuangan kelas. Padahal
Marxisme bersifat historis dan empiris, dimana teori
digunakan untuk memahami sejarah yang konkret dan
pengalaman-pengalaman kontemporer.
26 | P a g e
menentukan politik luar negeri suatu negara, dan dalam
menentukan politik internasionalnya.
27 | P a g e
koherensi. kehidupan yang terdiri dari konflik yang
memaksa terus bersama dengan ketegangan dan merobek
selain itu karena setiap kelompok berusaha untuk selalu
remold ke para keuntungan. Ia memiliki karakteristik
sebuah organisme, yang belum memiliki kehidupan yang
lebih dari span-nya di beberapa karakteristik mengubah
menghormati dan tetap stabil dalam lain. Satu yang dapat
menetapkan sebagai struktur di waktu yang berbeda
dalam kuat atau lemah dari segi logika internal yang
berfungsi. "[1]
28 | P a g e
harga yang lumyan murah ; sebut saja membeli rotan Rp 500,-.
Bahan baku atau rotan ini pun kemudian diolah menjadi kursi
rotan yang indah atau barang jadi dengan nilai jual sangat tinggi
misalnya Rp 10.000,- yang kemudian dibawa kembali ke
kelompok negara pinggiran untuk menjadi konsumsi barang
pinggiran.
29 | P a g e
berkaitan dan mengakar tenang perluasan sesuatu melintasi
sekat teritorial dengan cara terkuatnya melalui hegemony.
30 | P a g e
pengungsian, anak-anak kecilnya disuguhkan minuman Coca
Cola yang jika diperhatikan dengan seksama, sangat kontras
dengan kulit gosong dan kehidupan sosial yang sedang mereka
alami. Hegemoni Globalisasi betul-betul telah menggila dipelosok
belahan dunia mana pun.
31 | P a g e
di level sedikit di bawah untuk kemudian bisa sama-sama
bersaing dalam dunia internasional sehingga terciptanya
kesetaraan dunia dan kesejahteraan dalam berbagai bidang.
PENUTUP
Globalisasi adalah suatu fenomena sosial yang jika ditinjau
dengan kaca mata Grand Theory dalam Ilmu Hubungan
Internasional misalnya Realis, Liberalis, dan Marxist Approach
adalah sebuah rekayasa dari pihak tertentu dan untuk
kepentingan tertentu.
Tetap sederhana.
32 | P a g e
Penulis adalah mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Hasanuddin Makassar
Nur Utaminingsih
33 | P a g e