You are on page 1of 31

LAPORAN LABORATORIUM TEKNIK KIMIA I PENGOLAHAN AIR

Disusun oleh: Kelas C Kelompok I Bona Tua Fitra Dani Widya Pangestu (0907136116) (0907121108) (0907114175)

Diah Pramushinta (0907133056)

JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2011

Abstrak
Salah satu proses pengolahan air adalah penghilangan kesadahan air dan metode yang dapat digunakan adalah Ion exchange. Ion exchange berfungsi untuk menukar ion dan menghilangkan ion-ion yang berbahaya. Tujuan dari praktikum ini adalah menjelaskan proses pengolahan air bersih (ion exchange), menghitung efisiensi penyisihan bahan pencemar dari sumber air, dan menganalisa hubungan variabel perlakuan terhadap penyisihan bahan pencemar. Variabel pada praktikum ini adalah debit air yaitu debit rendah, sedang, dan tinggi serta sumber air yaitu air yaitu air yang bersumber dari Lab Instruksional Dasar Proses dan Operasional Pabrik dan air yang bersumber dari kantin Fakultas Teknik. Penetuan kesadahan total pada praktikum ini adalah dengan cara titrasi kompleksometri menggunakan larutan EDTA 0,01 M. Pengukuran konduktivitas air pada praktikum ini menggunakan alat conductivity meter. Air yang bersumber dari Labotarium Organik dan air yang bersumber dari kantin Fakultas Teknik masih memenuhi standar kualitas air minum yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu dengan besar kesadahan total adalah 8-14,67. Error yang terjadi pada percobaan disebabkan alat penukar ion yang digunakan pada praktikum sudah tidak efektif lagi menyerap ion-ion pada air yang dialirkan. Keyword: Pengolahan air, Ion exchange, Kesadahan Total.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air termasuk sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. (Effendi, 2003). Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan. Oleh karena itu dalam praktek sehari-hari maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak. Kebutuhan manusia akan air bersih untuk domestik dan industri telah melahirkan berbagai metode pengolahan air. Pengolahan air yang dilakukan bertujuan untuk menjadikan air layak dikonsumsi sehingga aman bagi kesehatan manusia. Air yang dihasilkan harus memenuhi syarat kualitas yang mencakup syarat fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sebagaimana standar yang diberlakukan Departemen Kesehatan RI. Mgingat saat ini air sungai telah banyak tercemar akibat berbagai aktifitas manusia, maka metode pengolahan air bersih yang tepat diharapkan mampu mengolah air baku menjadi air bersih yang memenuhi standar dari segi kualitas dan kuantitas. Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium disebut dengan air sadah atau air yang sukar untuk dipakai mencuci. Senyawa kalsium dan magnesium bereaksi dengan sabun membentuk endapan dan mencegah terjadinya busa dalam air. Oleh karena senyawa-senyawa kalsium dan magnesium relatif sukar larut dalam air, maka senyawa-senyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau presipitat yang akhirnya menjadi kerak. Salah satu tujuan dari pengolahan air adalah untuk menghilangkan kesadahan di dalam air.

1.2

Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Menjelaskan proses pengolahan air bersih (ion exchange).

2.

Menghitung efisiensi penyisihan bahan pencemar dari sumber air. pencemar.

3. Menganalisa hubungan variabel perlakuan terhadap penyisihan bahan

1.3

Dasar Teori Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang

1.3.1. Air terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering disebut pencemar yang terdapat dalam air (Linsley, 1991). 1.3.2 Pengertian Air Bersih Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat beberapa pengertian mengenai : 1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. 2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

3. 4.

Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

5.

Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.

6.

Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistemfisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

7.

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.

8.

Penyelenggara

pengembangan

SPAM

yang

selanjutnya

disebut

Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. 1.3.3. Penggolongan Air Adapun penggolongan Air secara umum adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian usaha

di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi,2003).

1.3.4. Sumber Air Menurut Sutrisno (1994), secara garis besar dapat dikatakan air bersumber dari: 2. 3. 4. 5. Air Laut Air Atmosfir Air Permukaan Air Tanah Air yang dijumpai di dalam alam berupa air laut sebanyak 80%, sedangkan sisanya berupa air tanah/daratan, es, salju, dan hujan. Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum. Air Atmosfir Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri atau debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Air Permukaan Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu saat air permukaan itu akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri. Udara yang mengandung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam perjalanan, O2 akan meresap ke dalam air permukaan. Air permukaan ada dua macam yakni: a. Air sungai Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk

Air Laut

memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. b. Air rawa atau danau Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Air Tanah Air tanah adalah air yang berasal dari permukaan yang merembes ke dalam tanah, yang terdapat di dalam ruang-ruang butir antara butir-butir tanah di dalam lapisan bumi. Suatu saat air ini akan memenuhi lapisan tanah yang keras dan kuat, maka air ini akan keluar permukaan sebagai mata air. Air tanah terbagi antara: a. Air tanah dangkal Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan bertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang larut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah ini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah lapisan rapat air, air yang terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan sebagai air minum melalui sumur-sumur dangkal. b. Air tanah dalam Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa ke dalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air. Kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringanya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan dari unsur-unsur kimia tergantung pada lapis-lapis

tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah, karena mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2. c. Mata air Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam. 1.3.5 a. Karakteristik Air

Karakteristik Fisik Air Kekeruhan Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri. b. Temperatur Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin dapat terjadi. c. Warna Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan. d. Solid (Zat padat) Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air. e. Bau dan rasa Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu. Karakteristik Kimia Air a. pH Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksik dalam

bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh Ph.


b. DO (dissolved oxygent)

DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.
c.

BOD (biological oxygent demand) BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme

untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air penerima. Reaksinya adalah sebagai berikut: Zat Organik + mikroorganisme + O2 CO2 + mikroorganisme + sisa material organik
d. COD (chemical oxygent demand)

COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
+ 95%terurai

Zat Organik + O2 e. Kesadahan

CO2 + H2O

Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air. f. Senyawa-senyawa kimia yang beracun Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat ( 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia.

1.3.6. Syarat-Syarat Air Minum Menurut Sutrisno (1994), dari segi kualitas air minum harus memenuhi: Syarat Fisik 1. Air tidak boleh berbau Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Misalnya, bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhnya Algae. 2. Air tidak boleh berasa Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa logam/amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya tergantung pada penyebab timbulnya bau tersebut. 3. Air tidak boleh berwarna Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. 4. Kekeruhan Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan tanaman dan hewan. Buangan industri juga dapat menyebabkan kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembang biakannya. 5. Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk 250C) agar: membahayakan kesehatan. Menghambat reaksi-reaksi biokimia didalam saluran atau pipa. Mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak Bila diminum air dapat menghilangkan dahaga. 6. Jumlah zat padat terlarut (TDS) TDS biasanya terdiri dari zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan juga akan naik pula. Tidak terjadi pelarutan kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat

Syarat Kimia Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampui batas yang telah ditentukan. c. Syarat Bakteriologik Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 Coli/100 ml air. Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar (feaces) dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah: Bakteri typshum Vibrio colereae Bakteri dysentriae Entamoeba histolyhes Bakteri enteritis (penyakit perut) Air yang mengandung Coli dianggap telah terkontaminasi (tercemar) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu telah mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli. (Sutrisno, 1996). 1.3.7. Kesadahan Istilah kesadahan digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium dan magnesium yang terlarut, dinyatakan sebagai ekuivalen (setara) kalsium karbonat. Air sadah adalah air yang mengandung beberapa jenis mineral yaitu Ca, Mg, Sr, Fe dan Mn yang konsentrasinya tinggi sehingga mengakibatkan air menjadi keruh dan dapat mengurangi daya kerja sabun serta menimbulkan kerak pada dasar ketel. Kesadahan air dikenal dengan nama kekerasan air (hard water). Menurut Gabriel (2001), berdasarkan kadar kalsium di dalam air maka tingkat kesadahan air digolongkan dalam 4 (empat) kelompok yaitu: 1. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 0-75 mg/l disebut air lunak (soft water) 2. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 75-150 mg/l disebut moderately hard water 3. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 150-300 mg/l disebut hard water

4. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 300 mg/l ke atas disebut very hard water Menurut Gaman (1992), berdasarkan kandungan mineral maka kesadahan air dibagi dalam 2 (dua) golongan yaitu: a. Kesadahan air sementara atau temporer disebut pula kesadahan karbonat. Air disebut mempunyai kesadahan sementara apabila kesadahannya dapat dihilangkan dengan pendidihan, mengandung kalsium dam magnesium bikarbonat. Air dengan tipe ini terdapat di daerah berkapur. Sejumlah kecil karbon dioksidasi terlarut dalam air hujan membentuk asam lemah yaitu asam bikarbonat. H2O Air dioksida kalsium bikarbonat yang larut. b. Kesadahan air tetap atau permanen disebut pula kesadahan non karbonat. Air dengan kesadahan tetap mengandung sulfat dan klorida kalsium dan magnesium yang terlarut dalam air hujan yang lewat menerobos batu-batuan yang mengandung garam-garam tersebut. 1.3.8. Penentuan Kesadahan Air Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Pada penentuan kesadahan air, diperlukan modifikasi dari cara titrasi larutan Mg-Ca murni, karena dalam air sering dijumpai pengotoran oleh ion besi dan logam-logam lain. Penggunaan indikator Eriochrome Black T atau Calmagit akan terjadi indikator oleh ion besi karena bereaksi secara. Oleh sebab itu, penambahan buffer pH 10 jumlah molekul EDTA dapat membuat pasangan kimiawi dengan ion-ion kesadahan dan beberapa jenis ion lainnya. Pasangan tersebut lebih kuat dari pada hubungan antara indikator dengan ion-ion kesadahan. Oleh karena itu, pada pH 10 jumlah molekul EDTA yang ditambahkan sebagai titran sama (ekuivalen) dengan jumlah ion-ion kesadahan dalam sampel, dan molekul indikator terlepas dari ion kesadahan (Santika, 1984). Pada umumnya kesadahan dinyatakan dalam satuan ppm (part per milloion/satu persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan + CO2 Karbon dioksida H2CO3 Asam karbonat

Asam karbonat secara perlahan-lahan melarutkan kalsium karbonat membentuk

(dH), atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan Kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter air. Dengan demikian satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17,85 ppm CaCO3. Sedangkan satuan konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen=2,8dH= 50 ppm. 1.3.9. Metode Penghilangan Kesadahan Air 1. Pendidihan Jika air dididihkan, hanya kesadahan sementara yang dapat dihilangkan. Bikarbonat dipecah menjadi karbonat, air dan karbon dioksida. Persamaan berikut menunjukkan pemecahan kalsium karbonat: Ca(HCO3)2 Kalsium Bikarbonat CaCO3 + H2O + CO2 Karbon Dioksida Kalsium Karbonat Air

Persamaan untuk magnesium bikarbonat adalah serupa. Karbonat adalah endapan dan oleh karena itu tidak bereaksi dengan sabun dan keluar dari larutan. 2. Penambahan kapur mati Kapur mati (kalsium hidroksida) juga hanya memisahkan kesadahan sementara. Kapur harus ditambahkan pada jumlah yang telah diperhitungkan sehingga kapur tersebut hanya cukup untuk menetralkan bikarbonat. Terbentuknya kalsium karbonat yang tidak larut Ca(HCO3)2 (air sadah) 3. Penambahan soda pencuci Metoda ini menghilangkan kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Soda pencuci (natrium karbonat) bereaksi dengan garam kalsium dan magnesium dalam air sadah membentuk garam natrium yang larut dengan garam kalsium dan magnesium yang tidak larut yang tertinggal sebagai endapan. Sebagai contoh: CaSO4 (air sulfat) + Na2CO3 Natrium karbonat (soda pencuci) CaCO3 + Na2SO4 Natrium sulfat (larut) Kalsium sulfat Kalsium karbonat (tidak larut) + Ca(OH)2 (kapur mati) 2CaCO3 (tidak larut) + 2H2O Air Kalsium Bikarbonat Kalsium Hidroksida Kalsium Karbonat

4.

Proses pertukaran ion Metoda ini digunakan dalam rumah tangga dan industri untuk menghilangkan

kedua tipe kesadahan. Proses ini meliputi penggunaan resin alami dan resin buatan seperti permutit dan zeolit. Air sadah dilewatkan melalui kolom yang diisi resin dan ion-ion kalsium dan magnesium dalam air ditukar dengan ion natrium dalam resin. Resin diregenerasi dengan dialiri larutan garam pekat (natrium klorida). Hal ini akan mengisi ion natrium lagi (Gaman, 1992). 1.3.10. Metode Pertukaran Ion Pertukaran ion pada konsepnya ialah ion-ion yang ditahan oleh gaya elektrostatis pada permukaan padatan digantikan oleh ion-ion bermuatan sama yang berada pada larutan. Bahan penukar ion harus mempunyai ion aktif di seluruh strukurnya, berkapasitas besar selektif untuk jenis ion tertentu, mampu diregenerasi, stabil secara kimiawi atau fisis serta mempunyai kelarutan rendah. Metode pertukaran ion adalah suatu reaksi (pertukaran) reversible ion-ion pada padatan (material atau media penukar ion) dengan yang ada pada larutan, tetapi tidak terdapat perubahan substansial dalam struktur dari padatan tersebut. Secara sederhana metode pertukaran ion dapat diartikan sebagai metode untuk menghilangkan ion-ion yang tidak dikehendaki keberadaannya dalam suatu larutan dengan cara memindah ion tersebut ke media padatan (solid) yang disebut media penukar ion. Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu resin penukar anion dan resin penukar kation. Penukar ion positif (resin kation) ialah resin yang dapat mempertukarkan ion-ion positif dan penukar ion negatif ialah resin yang dapat mempertukarkan ion-ion negatif. Resin kation mempunyai gugus fungsi asam, seperti sulfonat, sementara resin anion mempunyai gugus fungsi basa, seperti Amina. Resin penukar ion dapat digolongkan atas bentuk gugus fungsi asam kuat, asam lemah, basa kuat, dan basa lemah. 1.3.11. Metode Pengolahan Air Metode - metode yang digunakan untuk pengolahan air dapat digolongkan menurut sifat fenomena yang menghasilkan perubahan yang Dengan demikian, istilah operasi satuan fisik dapat diamati. untuk dipergunakan

menggambarkan metode-metode yang mendapatkan perubahan-perubahan melalui penerapan gaya-gaya fisik, misalnya pengendapan gravitasi. Pada proses-proses satuan kimiawi atau biologis, perubahan diperoleh dengan cara reaksi-reaksi kimiawi atau biologis. Metode Pengolahan Fisik Metode pengolahan fisik yang sering digunakan adalah : a. Flokulasi Flokulasi dilakukan dengan baik yang diberi yang berputar pelan yang tujuannya memperbesar ukuran flok, tetapi juga mencegah jangan sampai endapan yang terbentuk mengendap kebawah. Untuk memperbesar ukuran flok ini ditambahkan bahan - bahan pengental ke dalam air yang mengandung kekeruhan. Untuk membentuk kumpulan partikel yang mengendap ini dilakukan pengadukan yang cepat selama 20 - 30 menit yang akan menyebabkan tumbukan partikel yang akan membentuk ukuran partikel yang lebih besar. b. Sedimentasi Sedimentasi adalah salah satu cara penjernihan air, dimana air dilewatkan pada suatu bak, untuk jangka waktu tertentu. Dimana air mengalir pelan-pelan (kecepatan rendah) sehingga partikel yang berat jenisnya lebih berat akan segera mengendap. c. Filtrasi Filtrasi adalah suatu cara penjernihan air dengan cara penyaringan. Filter biasanya terdiri dari berbagai macam lapisan pasir dan batu-batuan dengan diameter yang bervariasi dari yang sangat halus hingga yang terkasar. Air akan mengalir melalui filter sedangkan partikel-partikel yang tersuspensi didalamnya akan melekat pada butiran pasir. Hal ini akan dapat memperkecil ukuran celah-celah yang dapat dilalui air dan akan mengurangi daya penyaringan. Maka untuk mengaktifkan kembali filter harus dicuci kembali dengan membuang bahan-bahan yang melekat ini diperlukan pembilasan dengan arah aliran pembilas berlawanan dengan arah aliran air yang akan disaring, pembilas ini dinamakan backwash. Metode Pengolahan Kimiawi Metode pengolahan kimiawi yang sering digunakan adalah koagulasi. Koagulasi adalah mekanisme dimana partikel-partikel koloid yang bermuatan

negatif akan dinetralkan, sehingga muatan yang netraltersebut saling melekat dan menempel satu sama lain, dan membentuk flok. Untuk menambah besar ukuran koloid dapat dilakukan dengan jalan reaksi kimia diikuti dengan pengumpulan atau dengan cara penyerapan. Partikel koloid memiliki ukuran lebih kecil dari suatu mikro akan menimbulkan sifat-sifat yang berbeda, karena kecilnya ukuran partikel maka luas permukaan tiap satuan massa akan semakin besar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi untuk menghasilkan koagulasi yang baik, yaitu:
1. Pengontrolan pH

Setiap koagulan mempunyai range pH yang spesifik dimana presipitasi yang maksimum akan terbentuk. 2. Temperatur Pada temperatur yang rendah, kecepatan reaksi lebih lambat dari viskositas air lebih besar sehingga akan flok lebih sukar mengendap. 3. Dosis Koagulan Air dengan turbiditas yang tinggi memerlukan dosis koagulan yang banyak. Dosis koagulan persatuan unit turbidity tinggi, akan lebih kecil dibandingkan dengan dosis persatuan untuk air dengan turbiditas yang rendah.

BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM 2.1 Alat dan bahan 2.1.1 Alat 1. 2. 3. 4. 5. 7. 8. 9. Tabung kolom berisi resin penukar kation Pipet tetes Labu titrasi 250 ml Buret, klep, dan statip Gelas ukur 50 ml, 10 ml Erlenmeyer Stopwatch Conductivity meter

6. Corong, dan spatula

2.1.2 Bahan 1. 2. Sampel air Resin penukar kation

3. NH4Cl 1 M 4. NH4OH 1 M

5. 6. 2.2

Indikator EBT Garam natrium EDTA Prosedur kerja yang dilakukan Alat dipastikan sedemikian sehingga aliran air dapat mengalir, mudah

2.2.1 Pemeriksaan Alat diamati, dan mudah dioperasikan. Konstruksi kolom resin, konstruksi metode pengikatan kesadahan dengan sistem bath atau kontinu menggunakan kolom glas dengan diameter 10 cm dan panjang kolom 50 cm.

2.2.2

Pemeriksaan Sampel Sampel diambil dari berbagai sumber air. Pemeriksaan dilakukan pada

sampel sebelum dialirkan kedalam kolom penukar ion terhadap kesadahan total dan kesadahan Ca2+, Mg2+, dan Cl-, pemeriksaan dilakukan dengan cara titrasi menggunakan EDTA, serta konduktivitas dengan alat conductivity meter. 2.2.3 Pelaksanaan Sistem Penukar Ion Termasuk Menggunakan Parameter yang Diperlukan Percobaan dimulai setelah persiapan selesai. Kemudian dilanjutkan dengan mengalirkan sampel air melalui kolom penukar ion. Setelah itu pemeriksaan kesadahan total, kesadahan Ca2+, Mg2+, dan Cl- dan konduktivitas dilakukan. Variasi perlakuan terhadap: 1. Perbedaan sumber sampel 2. Perbedaan debit aliran sampel 2.2.4 Pengujian Kesadahan Total dengan Titrasi Kompleksometri 1. Sampel air yang telah divariasikan sumber dan debit nya dipipet masingmasing 50 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml 2. Tambahkan 2 ml larutan buffer amonia-ammonium klorida 3. Tambahkan 1 tetes indikator Ericrom Black T (EBT) 4. Titrasi dengan EDTA 0,01 M sampai timbul perubahan wana biru 5. Hitung kadar kesadahan total dengan rumus:

2.2.5

Pengukuran Daya Hantar dengan Conductivity Meter

1. Sampel air yang telah divariasikan sumber dan debit nya dipipet masingmasing 50 ml dan dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml 2. Ukur hantaran larutan sampel dengan mencelupkan elektroda konduktometri ke dalam sampel tersebut
3. Biarkan beberapa saat sampai angka yang tertera pada Conductivity Meter

berhenti berubaha atau keluar kata ready.

4. Baca angka yang tertera pada Conductivity Meter sebagai nilai konduktivitas

larutan sampel tersebut 5. Setelah pengukuran hantaran sampel yang pertama, elektroda konduktometri dicuci dengan aquades dan dibersihkan dengan tissu sebelum dicelupkan ke dalam sampel berikutnya

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum pengolahan air ini digunakan metode pertukaran ion atau disebut ion exchange dengan menggunakan resin penukar kation. Variabel tetap yang digunakan dalam percobaan adalah resin penukar kation, sedangkan variabel berubah dalam praktikum ini adalah air yang digunakan dan debit aliran. Debit aliran sampel pada kecepatan rendah, sedang, dan tinggi. Sampel yang digunakan adalah air yang berasal dari air Laboratorium Organik dan air yang berasal dari kantin Fakultas Teknik. Praktikum ini dilakukan untuk menentukan kesadahan total air dengan titrasi kompleksometri dan untuk menentukan konduktivitas air dengan menggunakan conductivity meter. 3.1. Hubungan Debit Air dengan Kesadahan Total Tabel 3.1 Kesadahan Total Pada Variasi Debit Air Untuk Sampel Air yang Bersumber dari Laboratorium Organik Waktu (s) Waktu ratarata (s) 1,69 1,01 0,52 Debit (ml/s) ml Kesadahan Kesadahan EDTA Total (mg Total rata-rata (ml) CaCO3/L) (mg CaCO3/L) 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 8 8 8 8 8 8 10 10 10

Rendah Sedang Tinggi

1,73 1,86 1,48 0,88 1,06 1,10 0,48 0,61 1,47

59,17 99,01 192,3 1

8 8 10

Tabel 3.2 Kesadahan Total Pada Debit Air yang Berbeda Untuk Sampel Air yang Bersumber dari Kantin Fakultas Teknik

Wakt u (s)

Waktu ratarata (s) 1,54 1,08 0,47

Debit (ml/s)

ml EDTA (ml) 0,7 0,8 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7

Kesadahan Total (mg CaCO3/L) 14 16 14 14 14 14 14 14 14

Kesadahan Total rerata (mg CaCO3/L) 14,67 14 14

Rendah Sedang Tinggi

1,62 1,52 1,48 1,12 1,08 1,03 0,45 0,49 0,40

64,94 92,59 212,76

Gambar 3.1. Hubungan Debit terhadap Kesadahan Total Pada Sampel Air yang Berbeda Dapat dilihat pada gambar 3.1 bahwa hubungan antara debit dan kesadahan air tidak sama untuk air yang bersumber dari laboratorium organik dan air yang bersumber dari kantin. Hubungan antara debit dengan kesadahan total harusnya adalah berbanding lurus. Karena semakin besar debit air maka akan semakin besar kesadahan total pada sampel. Hal ini disebabkan karena semakin besar debit berarti waktu tinggal untuk mengontakkan sampel di dalam resin penukar ion akan semakin sedikit sehingga masih banyak ion-ion yang tidak terjerap pada saat pengontakkan air di dalam resin penukar ion tersebut. Error tersebut disebabkan karena sudah tidak efektifnya alat pertukaran ion yang

digunakan ditandai dengan kesadahan total inlet tidak jauh berbeda dengan kesadahan total outlet. 3.2 Hubungan Debit Air dengan Konduktivitas Bersumber dari Laboratorium Organik Debit (ml/s) Rendah 59,17 Sedang 99,01 Tinggi 192,31 *)Konduktivitas inlet 54 mmho Tabel 3.4 Konduktivitas Pada Debit Air yang Berbeda Untuk Sampel Air yang Bersumber dari kantin Fakultas Teknik Debit (ml/s) Rendah 64,94 Sedang 92,59 Tinggi 212,76 *)Konduktivitas inlet 112,4 mmho Konduktivitas (mmho) 107,3 107,5 107,1 108,4 108,3 107,8 109,6 108,9 108,6 Konduktivitas ratarata (mmho) 107,3 108,17 109,03 Konduktivitas (mmho) 51,4 51,6 51,1 51,6 51,4 51,6 51,9 52,1 51,2 Konduktivitas ratarata (mmho) 51,37 51,53 51,73

Tabel 3.3 Konduktivitas Pada Debit Air yang Berbeda Untuk Sampel Air yang

Gambar 3.2. Hubungan Konduktivitas dengan Debit Air untuk Sampel yang berbeda Dapat dilihat pada gambar 3.2 bahwa konduktansi sebanding dengan debit, yang artinya semakin besar nilai debit air yang akan menyebabkan kesadahan total atau banyaknya ion-ion dalam air maka semakin besar nilai pula konduktansinya. Namun, konduktansi akan linear terhadap perubahan konsentrasi ion hanya pada batas tertentu. Untuk konsentrasi ion yang lebih tinggi lagi, maka konduktansi menjadi tidak linear. Selain itu, waktu kontak yang sangat singkat dan debit air yang besar menyebabkan efektivitas resin juga sangat kecil. 3.3 Hubungan Debit dengan Efektivitas Resin Bersumber dari Laboratorium Organik Waktu rata-rata Rendah Sedang (s) 1,69 1,01 Debit (ml/s) Kesadahan Total rata-rata (mg CaCO3/L) 8 8 10 Efektivitas Resin rata-rata (%) 0 0 25

Tabel 3.5 Efektivitas Resin Pada Debit Air yang Berbeda Untuk Sampel Air yang

59,17 99,01 192,3 Tinggi 0,52 1 *) Kesadahan total inlet 8 mg CaCO3/L

Tabel 3.6 Efektivitas Resin Pada Debit Air yang Berbeda Untuk Sampel Air yang Bersumber dari kantin Fakultas Teknik Waktu rata-rata Rendah Sedang (s) 1,54 1,08 Debit (ml/s) Kesadahan Total rata-rata Efektivitas Resin rata-rata (%) 4,78 0 0

(mg CaCO3/L) 64,94 14,67 99,01 14 212,7 Tinggi 0,47 6 14 *) Kesadahan total inlet 14 mg CaCO3/L

Gambar 3.3. Hubungan Debit terhadap Efektivitas Resin Pada Sampel Air yang Berbeda Dari gambar 3.3 dapat dilihat bahwa hubungan antara efektivitas resin dengan debit untuk air sampel yang bersumber dari Laboratorium Organik dan air kantin tidak sama. Pada air yang bersumber dari laboratorium organik hubungan antara debit air dengan efektivitas resin adalah berbanding lurus, sedangkan untuk sampel air yang bersumber dari kantin hubungan antara debit air dengan efektivitas resin adalah berbanding terbalik. Seharusnya hubungan antara debit air dengan efektivitas resin adalah berbanding lurus, dimana ketika debit air semakin besar, kesadahan total juga akan semakin besar sehingga dibutuhkan efektivitas yang semakin tinggi pula pada setiap pertambahan debit air. Namun pada percobaan hal ini tidak ditemui karena sudah tidak efektifnya alat penukar ion yang digunakan.

BAB IV

KESIMPULAN
1. Salah satu cara pengolahan air adalah dengan metode ion exchange yang

digunakan untuk menghilangkan kesadahan air.


2. Debit air dengan kesadahan total berbanding lurus. Semakin besar debit air

maka kesadahan total juga semakin besar dan begitu sebaliknya.


3. Konduktansi sebanding dengan konsentrasi ion-ion atau semakin besar

konsentrasi ion-ion semakin besar pula nilai konduktansinya. Namun, konduktansi akan linear terhadap perubahan konsentrasi ion hanya pada batas tertentu. Untuk konsentrasi ion yang lebih tinggi lagi, maka konduktansi menjadi tidak linear. 4. Nilai kesadahan total air pada sampel air yang bersumber dari laboratorium organik dan air yang bersumber dari kantin fakultas teknik masih memenuhi standar air bersih.
5. Alat ion exchange yang ada di laboratorium sudah tidak bekerja dengan efektif,

ditunjukkan dengan rendahnya efektivitas resin yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. dan Santika, S, S. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Gabriel. J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Sutrisno T. 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta. Linsley, Ray K. dan Franzini, Joseph B. 1991. Teknik Sumber Daya Air Jilid II : Penerbit Erlangga.

LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN

Pembuatan Larutan EDTA 0,01 M Mr EDTA = 372,24 gram/mol Volum EDTA = 500 ml

Massa = 1,8612 gram 1,8612 gram EDTA dilarutkan dalam 500 ml larutan Pembuatan Larutan Buffer 50 ml NH4OH = 28,5 ml NH4Cl = 3,375 gram 3,375 gram NH4Cl dilarutkan dengan 28,5 ml NH4OH dalam 50 ml larutan Air yang bersumber dari Kantin Fakultas Teknik Perhitungan debit air t perlakuan 1 untuk debit air rendah = 1,62 s t perlakuan 2 untuk debit air rendah = 1,52 s t perlakuan 3 untuk debit air rendah = 1,48 s

= 1,54 s

Volum air yang dialirkan = 100 ml

= 64,93 ml/s Perhitungan kesadahan total

V = volum air yang diuji (ml) VEDTA = volum rata-rata larutan EDTA untuk titrasi kesadahan total (ml)

MEDTA = molaritas larutan EDTA untuk titrasi (mmol/ml) Data perhitungan kesadahan total pada debit air rendah: Perlakuan 1 untuk debit air rendah V = 50 ml MEDTA = 0,01 M VEDTA = 0,7 ml

= 14 mg CaCO3/L Perlakuan 2 untuk debit air rendah V = 50 ml MEDTA = NEDTA = 0,01 M VEDTA = 0,8 ml

= 16 mg CaCO3/L Perlakuan 3 untuk debit air rendah V = 50 ml MEDTA = NEDTA = 0,01 M VEDTA = 0,7 ml

= 14 mg CaCO3/L Perhitungan konduktivitas Data perhitungan hantaran pada debit air rendah: Perlakuan 1 untuk debit air rendah Konduktivitas = 107,3 mS = 107,3 mmho Perlakuan 2 untuk debit air rendah Konduktivitas = 107,5 mS = 107,5 mmho Perlakuan 3 untuk debit air rendah Konduktivitas = 107,1 mS = 107,1 mmho Perhitungan efisiensi resin

C1 = Keadahan total sebelum lewat resin (mg CaCO3/L) C2 = Keadahan total setelah lewat resin (mg CaCO3/L) Data perhitungan efektivitas resin: Misal pada perlakuan 1 untuk debit air rendah C1 = 14 mg CaCO3/L C2 = 14 mg CaCO3/L Efektivitas resin = 14-14/14 x 100% =0% Untuk perhitungan debit air, kesadahan total, konduktivitas, dan efektivitas resin pada air yang bersumber dari Laboratorium Organik langkahnya sama dengan perhitungan pada air yang bersumber dari kantin Fakultas Teknik.

LAMPIRAN C

DOKUMENTASI

Gambar 1. Inlet sampel air Laboratorium sebelum titrasi

Gambar 2. Inlet sampel air Laboratorium setelah titrasi

Gambar 3. Inlet sampel air Laboratorium sebelum titrasi

Gambar 4. Inlet sampel air Laboratorium setelah titrasi

Gambar 5. Inlet sampel air kantin sebelum titrasi

Gambar 6. Inlet sampel air kantin setelah titrasi

Gambar 7. Inlet sampel air kantin sebelum titrasi

Gambar 8. Inlet sampel air kantin setelah titrasi

You might also like