You are on page 1of 14

KEPERAWATAN ANAK II ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TYPHOID ABDOMINALIS

KELOMPOK 4 ANGGOTA KELOMPOK DEVICA KESUMA DWI SARI AGUNG LARAS AYUNDA LILY CAMELIA M. NURCHOYIN NAILA FITRIYAH REFI YULITA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012/2013
1

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THYPOID ABDOMINALIS An. B (14 th) dirawat sejak 1 hari yang lalu dengan keluhan demam tinggi jika malam hari dan pagi hari suhu normal, mual (+), lemah, nyeri abdomen. Pemeriksaan widal (+) titer terhadap antigen O 1/320. Pada pengkajian lebih lanjut, ternyata An. B alergi terhadap antibiotik yang diberikan. Lengkapi pemeriksaan penunjang lainnya. Tentukan: Penalaksanaan medis typhoid abdominalis Proses keperawatan An B Tumbang An.B Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi Preventif dan promotif

1. Konsep Dasar Typhoid Abdominalis Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi. Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Masa tunas typhoid 10 14 hari. Komplikasi demam tifoid mencakup intestinal (perdarahan usus, perporasi usus, ilius paralitik) dan extra intestinal (perinepritis, osteoporosis, meningitis, miokarditis, kolesistitis, pleuritis, dan lain-lain. 2. Penatalaksanaan Medis Typhoid Abdominalis a. Kloramfenikol 4 dd 750 mg sampai demam hilang, lalu 4 dd 500 mg, total juga 2 minggu. b. Jika tidak dapat diberikan Kloramfenikol, dipakai Amoksisilin 100 mg/kg/BB/hari peroral atau ampisilin intravena selama 10 hari (dibagi dosis) c. Kotrimoksazol 2 dd 3 tablet (1440 mg) d. Bila klinis tidak ada perbaikan digunakan generasi ketiga sefalosporin seperti Seftriakson (80 mg/kg IM atau IV, sekali sehari, selama 5-7 hari) atau Sefiksim (20 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari. e. Pada kasus yang parah dengan shock dan kegelisahan dianjurkan penambahan Prednisolon untuk membantu turunnya demam lebih cepat serta memberikan perasaan segar dan sembuh pada pasien. Pemberian ini maksimal selama 3 hari agar jangan memperbesar resiko perdarahan usus. Pada obtipasi tidak boleh diberikan laksansia berhubung bahaya perforasi dan perdarahan.

3. Proses Keperawatan An.B a. Pengkajian 1) Identifikasi bahwa penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur diatas 1 tahun 2) Keluhan utama seperti perasaan tidak enak, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang semangat serta nafsu makan berkurang. 3) Kaji suhu tubuh anak. Demam berlangsung selama tiga minggu dan bersifat febris remiten pada kasus ini. Selama minggu pertama suhu tubuh biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada malam dan sore hari. Pada minggu kedua, pasien mengalami demam. Pada minggu ketiga demam berlangsung turun dan normal pada akhir minggu ketiga. 4) Kaji kesadaran pasien. Umumnya kesadaran pasien menurun yaitu apatis sampai somolen tetapi jarang menjadi stupor, koma atau gelisah. Selain gejala tersebut, ditemukan pula gejala lainnya seperti ditemukan reseola atau bintik-bintik merah pada punggung dan anggota gerak (pada minggu pertama demam), bradikardi dan epistaksis. 5) Pemeriksaan fisik : Mulut : nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor. Abdomen : perut kembung, konstipasi, diare, atau normal. Hati dan limfe : membesar disertai dengan nyeri pada perabaan

6) Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah tepi: leukopenia, limfositosis relatif, dan aneosinofilia pada permukaan sakit. Kultur darah dan widal Ditemukan basil Salmonella typhosa dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan dalam urin dan feses. Pemeriksaan widal, pemeriksaan yang diperlukan adalah titer zat anti terhadap antigen O dan H. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih merupakan kenaikan yang progresif. Ag O Ag H : bagian terluar dari lapisan dinding sel Antigen somatik Tahan panas dan Alkohol : terdapat pada flagella Dirusak oleh panas dan alkohol

b. Diagnosa Hipertermi b/d penyakit Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis Gangguan rasa nyaman Resiko cedera Defisiensi pengetahuan

c. Intervensi Hipertermi b/d penyakit (typhoid abdominalis) DS : Pasien mengeluh : Demam tinggi jika malam hari dan ketika pagi hari suhu normal Nyeri abdomen

DO : Suhu 380C TD : 130/80 mmHg Nafas : 20 x/menit Nadi : 110x/menit Skala nyeri : 6

Tujuan

Kriteria Hasil 3x24

Intervensi jam MANDIRI o Berikan kompres dingin

Kondisi suhu tubuh pasien Setelah dalam batas normal dalam diharapkan : 1x24 jam. o Suhu o Tidak

tubuh

pasien

dengan air keran. o Anjurkan pasien untuk

mencapai 370C ada nyeri

banyak minum untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.


5

abdomen o TD : 110/70 mmHg

o Nafas : 13 x/menit o Nadi : 80x/menit o Skala nyeri berubah menjadi 3

o Anjurkan anak untuk istirahat total sampai suhu tubuh turun dan teruskan dua minggu lagi untuk mencegah komplikasi. o Atur ruangan agar cukup ventilasi udaranya. o Berikan pakaian tipis untuk membantu penyerapan keringat. o Gunakan teknik distraksi atau pengalihan perhatian pasien terhadap nyerinya. o Observasi suhu tubuh, perasaan nyeri yang dirasakan pasien.

KOLABORASI o Berikan obat penurun panas (seperti paracetamol), obat penghilang nyeri/analgesik (seperti aspirin).

Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh DS :


6

Pasien mengeluh : Tujuan Mual Lemah Muntah Kriteria Hasil 3x24 Intervensi jam MANDIRI o Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak mengandung gas untuk memudahkan penyerapan dan mencegah perlukaan usus. o Jika kesadaran pasien masih baik berikan makan lunak dalam keadaan hangat dengan lauk-pauk yang dicincang (hati & daging) atau boleh diberikan tahu atau telur, sayuran labu siam atau wortel yang dimasak lunak, dan susu. o Jika kesadaran pasien menurun berikan makanan cair dalam

Resiko kebutuhan nutrisi Setelah kurang dari kebutuhan diharapkan :

tubuh tidak terjadi.

o Tidak terdapat tandatanda kekurangan nutrisi o Pasien tidak mengeluh mual dan lemah

keadaan hangat setiap 3 jam termasuk sari buah atau bubur kacang hijau yang dihaluskan o Berikan makanan tersebut dengan porsi sedikit tapi sering. o Observasi intake dan output untuk memantau pemasukan dan haluaran. KOLABORASI o Jika keadaan pasien memburuk (seperti menderita delirium) pasang infuse dengan cairan glukosa dan NaCl. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan cair disamping itu infus masih diberikan.

4. Tumbuh Kembang Remaja Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun.

Masalah sentral pada remaja awal, tengah, dan akhir Variable Umur (tahun) SMR Remaja awal 10 13 (kecepatan 1 2 Remaja tengah 14 16 35 Remaja akhir 17-20 dan sesudahnya 5

maturasi seksual) Somatic Tanda kelamin mulai tanda Puncak pertumbuhan Pertumbuhan sekunder; tinggi; perubahan lambat lebih

pertumbuhan bentuk dan komposisi tubuh; bau; spermarke jerawat dan

cepat; kaku

menarke;

Seksual

Ketertarikan biasanya

seksual Dorongan melebihi mendesak;

seksual Konsolidasi identitas seksual

aktifitas seksual

eksperimentasi; pertanyaan seksual orientasi

Kognitif dan moral

Operasi nyata;

operasi Munculnya

pikiran Idealism; absolutism

moralitas abstrak; lebih banyak bertanya; pada diri terpusat

konvensional

Konsep-diri

Keasikan perubahan sadar diri

dengan Cemas dengan daya Citra tubuh relative tubuh; tarik, introspeksi untuk Berusaha terus untuk Kebebasan mendapat praktis; menambah stabil

Keluarga

Menawar penambahan kebebasan; ambivalensi

autonomi keluarga tetap tempat yang aman

yang lebih besar

Teman sebaya

Kelompok

jenis Janji;

kelompok Keakraban; mungkin janji (komitmen)

kelamin yang sama; sebaya keselarasan;

kelompok kecil Hubungan masyarakat pada Penyesuaian menengah sekolah Ketrampila mengukur Keputusan dan kesempatan (misal sekolah perguruan tinggi,bekerja) karir berhenti [dropout],

Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Remaja: Kemampuan keluarga untuk membeli atau pengetahuan tentang zat gizi. Pekerjaan Data terbaru dari kesehatan nasional dan survey pengujian ilmu gizi (NHNES) menyatakan bahwa konsumsi energi wanita dari umur 11 sampai 51 tahun bervariasai, dari kalori yang rendah (sekitar 1329) sampai kalori yang tinggi (1958 kalori). Konsumsi makanan wanita perlu mempertimbangkan kadar lemak kurang dari 30 % dan tinggi kalsium sekitar 800-1200 mg/ hari. Rata-rata RDA kebutuhan kalsium 1000 mg.

Kebutuhan Gizi Seimbang Pada anak remaja Kudapan berkontribusi 30 % atau lebih dari total asupan kalori remaja setiap hari. Oleh karena itu, remaja harus didorong untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat dari berat badan seseorang. Pada remaja perempuan 10-12 tahun kebutuham energinya 50-60 kal/kg BB/ hari dan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kal/ kg BB/ hari. Kebutuhan protein meningkat karena prosestumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila asupan energi terbatas/ kurang, protein akan dipergunakan sebagai energi. Kebutuhan protein usia 10-12 tahun adalah 50 g/ hari, 13-15 tahun sebesar 57 g/ hari dan usia 16-18 tahun adalah 55 g/ hari. Sumber protein terdapat dalam daging, jeroan, ikan,

10

keju, kerang dan udang (hewani). Sedangkan proteinnabati pada kacang-kacangan, tempe dan tahu. Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan sebagainya. Kelebihan lemak akan disimpan oleh tubuh sebagai lemaktubuh yang sewaktu- waktu diperlukan. Departemen Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 % dari total energi per hari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan sehari. Pembatasan lemakhewani dapat mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah. Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan vitamin B yaitu vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin diperlukan dalam metabolismeenergi. Zat gizi yang berperan dalam metabolisme asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin B12. Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel dan jaringan baru terpelihara dengan baik, maka kebutuhan vitamin A, C dan E juga diperlukan. Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan kekurangan darah yang dikenal dengan anemiagizi besi (AGB). Fe lebih baik dikonsumsi bersama dengan vitamin C, karena akan lebih mudah terabsorsi. 5. Penatalaksanaan (Kolaborasi dengan Ahli Gizi) Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein (TKTP) Bahan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang, dan menimbulkan gas Susu 2 kali sehari perlu diberikan Bila anak sadar dan nafsu makan baik, dapat diberikan makanan lunak Resep Jus: o Pagi: Wortel 1 gelas, Bayam gelas o Siang: Wortel 1 gelas, Beet 1/3 gelas, Mentimun 1/3 gelas

6. Promotif dan Preventif Hygiene perorangan dan lingkungan


11

Demam tifoid ditularkan melalui rute fekal-oral, maka pencegahan utama memutuskan rantai tersebut dengan meningkatkan hygiene perorangan dan lingkungan, seperti mencuci tangan sebelum makan, penyediaan air bersih, dan pengamanan pembuangan limbah feses. Preventif dan kontrol penularan Merupakan tindakan pencegahan penularan dan peledakan Kasus Luar Biasa (KLB) demam tifoid. Mencakup kuman Salmonella typhi, faktor pejamu, serta faktor lingkungan. Secara garis besar ada 3 strategi pokok untuk memutuskan tranmisi tifoid: o Identifikasi dan eradikasi Salmonella typhi pada pasien Tifoid Asimtomatik, carier, dan akut. Cara pelaksanaannya dapat secara aktif yaitu mendatangi sasaran maupun pasif menunggu. Sasaran aktif lebih diutamakan pada populasi tertentu terutama anak- anak yang tinggal di lingkungan padat dengan sanitasi yang kurang. o Pencegahan transmisi langsung dari penderita terifeksi Salmonella typhi akut maupun carier. o Proteksi pada orang yang beresiko tinggi tertular dan terinfeksi. Vaksin tifoid Pertama kali ditemukan tahun 1896 dan setelah tahun 1960 efektifitas vaksinasi telah ditegakkan, keberhasilan proteksi sebesar 51-88% (WHO). Jenis vaksin ada yang berisi kuman Salmonella typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B yang dimatikan (TAB vaccine) telah puluhan tahun digunakan dengan cara pemberian Sub Kutan, namun daya kekebalannya terbatas, disamping efek samping lokal pada tempat suntikan yang cukup sering. Vaksin yang berisi kuman Salmonella typhi hidup yang dilemahkan disebut : Ty21a (vivotif Berna) pemberiannya secara Oral belum beredar di Indonesia, parenteral: ViCPS (Typhim Vi/Pasteur Merineux) yang merupakan vaksin kapsul polisakarida.

12

Kelompok orang yang menjadi sasaran vaksinasi tergantung pada faktor resiko yang berkaitan diantaranya: anak usia sekolah terutama yang berada di daerah endemik, pengunjung yang akan berwisata ke daerah endemic, dan anak- anak yang kontak erta dengan pengidap tifoid (carier) Perlu diperhatikan tentang efek samping vaksin yang dapat berupa demam, sakit kepala akibat pemberian vaksin Ty21a, sedangkan pada ViCPS efek samping yang timbul lebih ringan. Efek samping yang paling sering terjadi bila diberikan secara Intravena karena dapat terjadi reaksi lokal berat, edema, hipotensi dan nyeri dada. Imunisasi o Imunisasi aktif terutama diberikan apabila terjadi kontak dengan pasien demam tifoid, terjadi kejadian luar biasa, dan untuk turis yang berpergian ke daerah endemik. o Vaksin polisakarida (capsular Vi polysaccharide) , pada usia 2 tahun atau lebih, diberikan secara intramuscular, dan diulang setiap 3 tahun. o Vaksin tifoid oral (ty21-a), diberikan pada usia >6 tahun dengan interval selang sehari (hari1, 3, dan 5), ulangan setiap 3-5 tahun. Vaksin ini belum beredar di Indonesia, terutama direkomendasikan untuk turis yang bepergian ke daerah endemik

13

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika Nainggolan, A. 2006. Terapi Jus & Diet. Jakarta: AgroMedia Pustaka Wilson, dan Price. 2002. Patofisiologi Volume 1 Edisi Ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://ppni-klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=77:thypoid&catid=38:ppniak-category&Itemid=66

14

You might also like