You are on page 1of 39

FILSAFAT ILMU DAN ETIKA ENGINEERING

FILSAFAT ILMU DAN INOVASI TEKNOLOGI

OLEH: AGUSTINA WANGSA 0006.07.03.2010

PASCASARJANA TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2011

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan hidayah serta kesehatanNya, sehingga kami dapat menyelesaikan/ membuat makalah ini, yang merupakan salah satu tugas yang wajib dikerjakan. Dalam penyelesaian makalah ini, kami telah berusaha berbuat semaksimal mungkin, namun disadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun sistematika penulisan. Olehnya itu kritik dan saran masih sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ke depannya. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak Prof.Dr.Makhsud, DEA serta Dr. Andi Aladin, MT yang telah memberikan masukan dan ilmunya sehingga makalah Filsafat Ilmu dan Inovasi Teknologi dapat terselesaikan dengan baik sebagai salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dan Etika Engineering. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama

bagi diri pribadi penulis sendiri, Amin.

Penulis,

BAB I PENDAHULUAN
Dewasa ini tidak ada satu kebijaksanaanpun yang dapat menyelesaikan masalah, tanpa memperhatikan filsafat dan teknologi. Apakah masalah ekonomi ataupun politik, sama saja. Nasib manusia pada waktu ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan manusia menguasai mengembangkan, menerapkan, mengendalikan dan

teknologi. Seperti halnya filsafat, teknologi adalah murni hasil pemikiran manusia dan karena itu hubungan antara filsafat dan teknologi sangat erat. Jika filsafat mengkaji, meneliti dan menganalisis manusia dalam berbagai aspeknya, maka teknologi berperan sangat menentukan terhadap nasib manusia. Teknologi tidak hanya dapat menjawab permasalahan yang dialami manusia pada waktu dan tempat tertentu saja, namun dapat juga menjawab pertanyaan-pertanyaan metafisik manusia itu sendiri. Teknologi terbatasnya adalah rangkuman dan dari sejumlah disiplin ilmu ilmu

pengetahuan terapan. Bagi Indonesia, dengan memperhatikan anggaran prasarana pengembangan pengetahuan dan teknologi serta kendala tersedianya peneliti, maka sebaiknya teknologi tepat guna (appropriate technology) ditransfer atau dikembangkan melalui kerjasama dengan mitra luar negeri yang saling menguntungkan. Namun jika ternyata kerjasama tidak dapat dilakukan sementara disiplin ilmu dan teknologi tersebut sangat dibutuhkan untuk mengembangkan produk pasar domestik, maka

riset disiplin ilmu dasar, ilmu terapan teknologi tersebut terpaksa harus dilaksanakan sendiri. Menurut Habibie (mantan Presiden RI ke-3), pembangunan, perubahan, dan pembaharuan yang berkualitas serta berkesinambungan hanya dapat dilaksanakan jika tiga persyaratan mutlak dipenuhi, yaitu: (1) Memiliki sumberdaya alam terbarukan dan tidak terbarukan (material) , (2) Memiliki energi terbarukan dan tidak terbarukan (fosil dan alternatif) , (3) Memiliki sumberdaya manusia yang mampu mengembangkan, menerapkan dan mengendalikan teknologi dalam arti yang luas . Faktanya adalah bahwa justru negara-negara berkembang hanya memenuhi persyaratan pertama dan kedua saja, dan belum memenuhi persyaratan ketiga, atau baru berada di ambang pintu untuk memulai proses penguasaan teknologi dalam arti yang luas. Kalaupun sumberdaya manusianya menguasai teknologi, hanya sebatas pada teknologi yang berkaitan dengan peningkatan ekspor sumberdaya alam saja. Memperhatikan luasnya wilayah maritim Indonesia, maka pasar domestik sangat potensial dan dapat mendorong berkembangnya industri dirgantara dan industri maritim. Karena itu pernah dikembangkan sendiri pesawat terbang CN 235 dan N250 untuk membuktikan bahwa SDM Indonesia mampu menguasai, mengembangkan dan menerapkan teknologi, secanggih apapun juga, tegasnya.

BAB II FILSAFAT ILMU DAN ETIKA ENGINEERING


A. PENGERTIAN FILSAFAT DAN TEKNOLOGI
Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. (materi) pembicaraan, yaitu gejala "manusia di dunia Obyek yang

material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan mengembara menuju akhirat". Dalam gejala ini jelas ada tiga hal

menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan; kata "akhirat" dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Juga pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya. Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian bidang khas sehingga mencirikan Jika atau cara mengkhususkan filsafat. Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat. kegiatan yang bersangkutan.

pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem

Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin mengetahui", itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala "manusia tahu". menggali "kebenaran" (versus Tugas filsafat ini adalah "kepastian" (versus Pada menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat "kepalsuan"), "ketidakpastian"), "obyektivitas" (versus "subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang Sekalipun bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat "filsafat tentang" sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang akhirat, tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah, ... Semua selalu dikembalikan ke empat bidang induk: 1. Filsafat tentang pengetahuan: Obyek material : pengetahuan ("episteme") dan kebenaran epistemologi; logika; kritik ilmu-ilmu; terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.

2. Filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan: Obyek material : eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat) metafisika umum (ontologi); metafisika khusus: antropologi (tentang manusia); kosmologi (tentang alam semesta); teodise (tentang tuhan);

3. Filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan: Obyek material : kebaikan dan keindahan etika; estetika;

4. Sejarah filsafat. Beberapa penjelasan diberikan disini khusus mengenai filsafat tentang pengetahuan. Dipertanyakan: Apa itu pengetahuan? Dari mana asalnya? Apa ada kepastian dalam pengetahuan, atau semua hanya hipotesis atau dugaan belaka? Pertanyaan tentang kemungkinan-kemungkinan pengetahuan, batas-batas pengetahuan, asal dan jenis-jenis pengetahuan dibahas dalam epistemologi. sebagai Logika cara ("logikos") dengan "berhubungan bahasa". Disini dengan bahasa itu pengetahuan", dimengerti "berhubungan

bagaimana

pengetahuan

dikomunikasikan dan dinyatakan. Maka logika merupakan cabang filsafat yang menyelidiki kesehatan cara berfikir serta aturan-aturan yang harus dihormati supaya pernyataan-pernyataan sah adanya. Ada banyak ilmu, ada pohon ilmu-ilmu, yaitu tentang bagaimana ilmu yang satu berkait dengan ilmu lain. Disebut pohon karena dimengerti pastilah ada ibu (akar) dari semua ilmu. Kritik ilmuilmu mempertanyakan teori-teori dalam membagi ilmu-ilmu, metodemetode dalam ilmu-ilmu, dasar kepastian dan jenis keterangan yang diberikan. Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang bendabenda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya.

1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal. 2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal. 3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. 4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. 5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsumg yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Dari beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban yang ada difilsafat tadi hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio. Banyak orang termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian yang membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah kehidupan itu, dan mengapa aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini ? Apakah alam itu bersahabat atau bermusuhan? apakah yang terjadi itu telah terjadi secara kebetulan? atau karena mekanisme, atau karena ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda . Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha

mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf. Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian utamanya. Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran

pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Quran dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Quran sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Quran dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Quran ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan menuju yang menyeberangkan dan dari orang dari menuju keterbelakangan kemajuan, kehinaan

kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya. Sedangkan kata teknologi seringkali oleh masyarakat diartikan sebagai alat elektronik. Tapi oleh ilmuwan dan ahli filsafat ilmu pengetahuan diartikan sebagai pekerjaan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah praktis. Jadi teknologi lebih mengacu pada usaha untuk memecahkan masalah manusia.Menurut Yp Simon (1983), teknologi adalah suatu displin rasional yang dirancang untuk meyakinkan penguasaan dan aplikasi ilmiah. Menurut (An) Teknologi tidak perlu menyiratkan penggunaan mesin, akan tetapi lebih banyak penggunaan permesinan, unsur berpikir dan menggunakan sistem, pengetahuan dan ilmiah. Menurut Paul Saetiles (1968),teknologi selain mengarah pada teknologi meliputi proses, manajemen mekanisme kendali manusia dan bukan manusia.

B. PENGERTIAN DAN TUJUAN FILSAFAT Dalam kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut: Merupakan teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan, pemikiran pengetahuan, sifat alam semesta, merupakan prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan, merupakan ilmu yang berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemologi. Filsafat dalam pandangan tokoh-tokoh dunia diartikan sebagai berikut:

Plato (427 348 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli

Aristoteles (382 322 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika

Al Kindi (801 M), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu sejauh jangkauan kemampuan manusia

Al Farabi (870 950 M), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikat sebenarnya.

Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami sesungguhnya. Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni: Segi semantik: kata

filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang berarti philos artinya cinta, suka, dan sophia artinya pengetahuan, hikmah. Jadi philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan, kearifan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher, dalam bahasa Arabnya failasuf.

Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam, sungguh-sungguh, radikal, sistematis dan rasional Sebuah semboyan mengatakan setiap manusia adalah filsuf. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguhsungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguhsungguh hakikat kebenaran segala sesuatu Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu: (1) apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika); (2) mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap

buruk(etika); (3) apa yang termasuk jelek (estetika). indah dan apa yang termasuk

C. FILSAFAT ILMU DAN INOVASI TEKNOLOGI Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke on line atau saluran, (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Membicarakan pengaruh TIK pada berbagai bidang lain tentu memerlukan waktu diskusi yang sangat panjang. Dalam makalah ini, kaitan filsafat dengan TIK akan di bahas tanpa mengecilkan pengaruh TIK di bidang lain, bidang pembelajaran mendapatkan manfaat lebih dalam kaitannya dengan kemampuan TIK mengolah dan menyebarkan informasi. Permasalahan dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimanakah landasan epistemologis dalam kajian TIK? 2. Bagaimana landasan ontologis dalam kajian TIK? 3. Bagaimanakah landasan aksiologis dalam kajian TIK? 4. Kaitan antara filsafat ilmu dengan komunikasi. 5. Pengaruh epistemologi dengan TIK.

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge). Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). berasal dari kata Yunani episteme, yang berarti pengetahuan, pengetahuan yang benar, pengetahuan ilrniah, dan logos = teori. Epistemologi dapat

didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitas) pengetahuan. Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif telah Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional dan kepada kumulatif pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang dikurnpuikan se,belumnya Secara sistematik pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan. Epistemologi, yaitu berada dalam wilayah pengetahuan. Kata Epistemologi berasal dari Yunani, yaitu episteme yang artinya cara dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, epistemologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang bagaimana seorang ilmuwan akan membangun ilmunya. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: bagaimanakah proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu? Bagaimanakah prosedurnya? Untuk hal ini, kita akan mengarah ke cabang fisafat metodologi. Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai

kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.

Ontologi, ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia. Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme. Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Dengan demikian maka aksiologi adalah teori tentang nilai (Amsal Bakhtiar, 2004: 162). Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S. Suriasumantri, 2000: 105). Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004: 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian: Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan etika; Keduei,esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan, Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik. Aksiologi, yaitu berada dalam wilayah nilai. Kata Aksiologi berasal dari Yunani, yaitu axion yang artinya nilai dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, aksiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai etika seorang ilmuwan. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya objek yang dengan ditelaah kaidah-kaidah berdasarkan moral? Bagaimana moral? penentuan pilihan-pilihan

Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan profesional? Dengan begitu , kita akan mengarah ke cabang fisafat Etika.

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation, yaitu: 1) Nilai, sebagai suatu kata benda abstrak; 2) Nilai sebagai kata benda konkret; 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free). Sebaliknya, ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound. Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai. Para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponenfilsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis. Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian

ontologi

(keapaan),

epistemologi

(kebagaimanaan),

dan

aksiologi

(kegunaan atau kemanfaatan). Epistimologi, Ontologi, dan Aksiologi

Ontologi (Hakikat Ilmu)

Obyek apa yang telah ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Epistimologi Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya (Cara pengetahuan yang berupa ilmu? Mendapatkan Bagaimana prosedurnya? Pengetahuan) Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan dengan benar? Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Sarana/cara/teknik apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Filsafat bermula dari pertanyaan dan berakhir pada pertanyaan. Hakikat filsafat adalah bertanya terus-menerus, karenanya dikatakan bahwa filsafat adalah sikap bertanya itu sendiri. Dengan bertanya, filsafat mencari kebenaran. Namun, filsafat tidak menerima kebenaran apapun sebagai sesuatu yang sudah selesai. Yang muncul adalah sikap kritis, meragukan terus kebenaran yang ditemukan. Dengan bertanya, orang menghadapi realitas kehidupan sebagai suatu masalah, sebagai sebuah pertanyaan, tugas untuk digeluti, dicari tahu jawabannya.

Tidak sebagaimana dengan ilmu-ilmu alam yang objeknya eksak, misalnya dalam biologi akan mudah untuk membedakan kucing dengan anjing, mana jantung dan mana hati, sehingga tidak memerlukan pendefinisian secara ketat. Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia

sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini. Menemukan hakekatnya, dan menerbitkan serta mengatur semuanya itu dalam bentuk yang sistematik. Filsafat membawa kita kepada pemahaman & pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak. Tiga bidang kajian filsafat ilmu adalah epistemologis, ontologis, dan oksiologis. Ketiga bidang filsafat ini merupakan pilar utama bangunan filsafat. Epistemologi: merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan. Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Medode adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang & mapan, sistematis & logis. Ontologi: adalah cabang filsafat mengenai sifat (wujud) atau lebih sempit lagi sifat fenomena yang ingin kita ketahui. Dalam ilmu pengetahuan sosial ontologi terutama berkaitan dengan sifat interaksi sosial. Menurut Stephen Litle John, ontologi adalah mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi kemanusiaan. Aksiologis: adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai seperti etika, estetika, atau agama. Litle John menyebutkan bahwa aksiologis, merupakan bidang kajian filosofis yang membahas value (nilai-

nilai) Litle John mengistilahkan kajian menelusuri tiga asumsi dasar teori ini adalah dengan nama metatori. Metatori adalah bahan spesifik pelbagai teori seperti tentang apa yang diobservasi, bagaimana observasi dilakukan dan apa bentuk teorinya. Metatori adalah teori tentang teori pelbagai kajian metatori yang berkembang sejak 1970 an mengajukan berbagai metode dan teori, berdasarkan sejauh perkembangan manakah paradigma sosial. Membahas hal-hal seperti bagaimana sebuah knowledge itu (epistemologi) berkembang. Sampai eksistensinya (ontologi) perkembangannya dan bagaimanakah kegunaan nilai-nilainya (aksiologis) bagi kehidupan sosial.

D. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TIMBULNYA FILSAFAT DAN ILMU Suatu peristiwa atau kejadian pada dasarnya tidak pernah lepas dari peristiwa lain yang mendahuluinya. Demikian juga dengan timbul dan berkembangnya filsafat dan ilmu. Menurut Rinjin (1997 : 9-10), filsafat dan ilmu timbul dan berkembang karena akal budi, thauma, dan aporia. a) Manusia merupakan makhluk berakal budi. Dengan akal budinya, kemampuan manusia dalam bersuara bisa berkembang menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, sehingga manusia disebut sebagai homo loquens dan animal symbolicum. Dengan akal budinya, manusia dapat berpikir abstrak dan konseptual sehingga dirinya disebut sebagai homo sapiens (makhluk pemikir) atau kalau menurut Aristoteles manusia dipandang sebagai animal that reasons yang ditandai dengan sifat selalu ingin tahu (all men by nature desire to know). Pada diri manusia melekat kehausan intelektual (intellectual curiosity), yang menjelma dalam wujud aneka ragam pertanyaan. Bertanya adalah berpikir dan berpikir dimanifestasikan dalam bentuk pertanyaan.

b) Manusia memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta dan isinya Manusia merupakan makhluk yang memiliki rasa kagum pada apa yang diciptakan oleh Sang Pencipta, misalnyasaja kekaguman pada matahari, bumi, dirinya sendiri dan seterusnya. Kekaguman tersebut kemudian mendorong manusia untuk berusaha mengetahui alam semesta itu sebenarnya apa, bagaimana asal usulnya (masalah kosmologis). Ia juga berusaha mengetahui dirinya sendiri, mengenai eksistensi, hakikat, dan tujuan hidupnya. c) Manusia senantiasa menghadapi masalah Faktor lain yang juga mendorong timbulnya filsafat dan ilmu adalah adalah masalah yang dihadapi manusia (aporia). Kehidupan manusia selalu diwarnai dengan masalah, baik masalah yang bersifat teoritis maupun praktis. Masalah mendorong manusia untuk berbuat dan mencari jalan keluar yang tidak jarang menghasilkan temuan yang sangat berharga (necessity is the mother of science). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa; sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnyasehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih tergolong prailmiah. Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat. Disamping itu

termasuk yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi). E. FUNGSI FILSAFAT ILMU Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni : Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. F. SUBSTANSI FILSAFAT ILMU Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun, dipaparkan dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.

G. CORAK DAN RAGAM FILSAFAT ILMU Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta ideologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu. Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means. Teknologi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide manusia. Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan sebagai salah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan produk alasan praktis. Produk domain kognitif murni tampil memenuhi kriteria: nyata, benar, dan logis. Bila etik dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan moral. Produk alasan praktis tampil memenuhi kriteria oprasional, efisien dan produktif. tidak Bila etik dimasukkan orang perlu lain, ditambah atau lebih human.manusiawi, mengeksploitasi

diekstensikan lagi menjadi tidak merusak lingkungan.

H. PENGERTIAN ETIKA Etika dirumuskan dalam tiga arti sebagai berikut: Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Nilai mengenai benar salah yang dianut masyarakat. Dari asal usulnya, etika berasal daari bahasa yunani ethos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari kata tersebut, akhirnya etika berkembang menjadi studi tentang kebiasan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang

berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya. Menurut profesor Robert salomon, etika dapat dikelompokkan menjadi dua definisi yaitu: Etika merupakan karakter individu, dalam hal ini termasuk bahwa orang yang beretika adalah orang yang baik. Etika merupakan hukum sosial.etika merupakan hukum yang mengatur, mengendalikan serta membatasi periaku manusia. Pada perkembangannya, etika telah menjadi sebuah studi. Fagothey (1953) mengatakan bahwa etika adalah studi tentang kehendak manusia, yaitu kehendak yang berhubungan dengan keputusan yang benar dan yang salah dalam tindak perbuatannya. Etika merupakan studi tentang kebenaran dan ketidabenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia dalam perbuatannya.

I.

ETIKA, FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN Etika merupakan bagian dari filsafat. Filsafat sendiri merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai interpretasi tentang hidup manusia, yang betugas meneliti dan menentukan semua fakta kongrit hingga yang paling mendasar. Ciri khas filsafat adalah upaya dalam menjelaskan pertanyaan selalu menimbulkan pertanyaan yang baru. Abdul kadir (2001) memperinci unsur-unsur penting filsafat ilmu sebagai berikut: Kegiatan intelektual Bahwa filsafat merupakan kegiatan yang memerlukan intelektualitas atau pemukiran .

Mancari makna yang hakiki Filsafat memerlukan interpretasi terhadap suatu dalam kerangka pencarian makna yang hakiki. Segala fakta dan gejala Bahwa objik dari kegiatan filsafat adalah fakta dan gejala yang terjadi secara nyata. Dengan cara refleksi, metodis dan sistematis Filsafat memerlukan suatu metode dalam kegiatannya serta membutukan prosedur-prosedur yang sistematis. Untuk kebahagian manusia Tujuan akhir filsafat sebagai ilmu adalah untuk kebahagian manusia. Etika merupakan bagian filsafat, yaitu filsafat moral. Beberapa alasan yang dapat dikemukakan untuk itu antara lain adalah bahwa etika merupakan ilmu yang mempelajari perbuatan yang baik dan buruk, benar atau salah berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan dalam kehendaknya. Sebagai sebuah ilmu, etika juga berkembang menjadi study tentang kehendak manusia dalam mengambil keputusan untuk berbuat, yang mendasari hubungan antara sesama manusia. Disamping itu, etika juga merupakan study tentang pengembangan nilai moral untuk memungkinkan bukan terciptanya paksaan. kebebasan kehendak yang karena terahir kesadaran, Adapun alasan

mengungkapakan bahwa etika adalah studi tentang nilai-nilai manusiawi yang berupaya menunjukkan nilai-nilai hidup yang baik dan benar menurut manusia. Dalam konteks etika sebagai filsafat dan ilmu pengetahuan ini, perlu dilakukan pemisahan antara etika dan moral. Etika adalah ilmu pengetahuan, sedangkan moral adalah objek ilmu pengetahuan tersebut. Dan sebagai ilmu pengetahuan, etika menelaah tujuan hidup

manusia, yaitu kebahagiaan sempurna, kebahagiaan yang memuaskan manusia, baik jasmani maupun rohani dari dunia sampai akhirat melalui kebenaran-kebenaran yang bersifat filosofis. J. ETIKA , MORAL DAN NORMA KEHIDUPAN Secara etimologis, etika dapat pula disamakan dengan

moral.moral merasal dari bahasa latinMOSyang berati adat kebiasaan. Secara etimologis, kata moral sama dengan etika yaitu nilaia-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya didalam komunitas kehidupannya. Hal senada disampaikan oleh Lawrence Konhberg(1927-1987), yang menyatakan bahwa etika dekat dengan moral. Lawrence menyatakan bahwa pendidikan moral merupakan integrasi sebagai ilmu seperti psikologi, sosiologi, antropologi budaya, filsafat, ilmu pendidikan, bahkan ilmu politik. Hal-hal itu yang dijadikan dasar membangun sebuah etika. Beberapa ahli membedakan etika dengan moralitas. Menurut Sony Keraf (1991) moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup dengan baik sebagai manusia. Nilai-nilai moral mengandung petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan lain sebagainya yang terbentuk secara turun-temurun melalui suatu budaya tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup dengan baik agar menjadi manusia yang benar-benar baik. Frans Magnis Suseno (1987) memiliki pernyataan yang sepaham dengan pernyataan diatas, bahwa etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran, sedangkan yang memberi manusia norma tentang bagaimana manusia harus hidup adalah moralitas. Etika justru hanya melakukan refleksi kritis atas norma dan ajaran moral tersebut. Sebagai

contoh moralitas langsung mengatakan kepada kita inilah cara anda melakukan sesuatu, sedangkan etika justru akan mempersoalkan mengapa untuk melakukan sesuatu tersebut harus menggunakan cara itu?. Disatu kondisi, etika berbeda dengan moral. Etika merupakan refleksi kritis dari nilai-nilai moral, sedangkan dengan kondisi berbeda ia bisa sama dengan moral, yaitu nilai-nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku didalam komunitas kehidupannya. K. PELANGGARAN ETIKA DAN KAITANNYA DENGAN HUKUM Etika menjadi sebuah nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku di dalam kehidupan kelompok tersebut. Tentunya tidak akan terlepas dari tindakan-tindakan tidak etis. Tindakan tidak etis yang di maksud disini adalah tindakan yang melangar etika yang berlaku dalam lingkungan kehidupan tersebut. Jam husada (2002) mencatat beberapa faktor berpengaruh pada keputusan atau tindakan-tidakan tidak etis dalam sebuah perusahaan ,antara lain adalah: a. Kebutuhan individu Kebutuhan individu merupakan faktor utama penyebab terjadinya tindakan-tindakan tidak etis. b. Tidak ada pedoman Tindakan tidak etis bisa saja muncul karena tidak adanya pedoman atau prosedur-prosedur yang baku tentang bagaimana melakukan sesuatu.

c. Perilaku dan kebiasaan individu Tindakan tidak etis bisa juga muncul karena perilaku dan kebiasaan individu, tanpa memperhatikan faktorlingkungan dimana individu itu berada. d. Lingkungan tidak etis Kebiasaan tidak etis yang sebelumnya sudah ada dalam suatu lingkungan, dapat mempengaruhi orang lain yang berada dalam lingkungan tersebut untuk melakukan hal serupa. Lingkungan tidak etis ini terkait pada teori psikilogi sosial, dimana anggota mencari konformitas dengan lingkungan dan kepercayaan pada kelompok. e. Perilaku atasan Atasan yang terbiasa melakukan yang tindakan berada tidak etis, dapat lingkup mempengaruhi orang-orang dalam

pekerjaannya dalam melakukan hal serupa. Etika juga tidak terlepas dari hukum urutan kebutuhan (needs thoery). Menurut kerangka berpikir Maslow, yang paling pokok adalah pemenuhan kebutuhan jasmaniah terlebih dahulu agar dapat melaksanakan urgensi kebutuhan ekstrim dan aktualisasi diri sebagai profesional. Pendapat kontrofersial responden Kohlberg menunjukkan bahwa menipu, mencuri, berbohong adalah tindakan etis apabila digunakan dalam kerangka untuk melanjutkan hidup. Kendala yang mempengaruhi adalah di satu pihak kode etik tak mempersoalkan urutan kebutuhan dalam penerapannya, namun dilain pihak kebutuhan jasmani tak pernah dapat terpuaskan, dan dapat dikonversikan menjadi bentuk ekstrim lain yang mungkin akan berpengaruh terhadap tindakan-tindakan yang melanggar etika.

Tindakan pelanggaran terhadap etika seperti beberapa contoh diatas akan menimbulkan beberapa jenis sangsi: Sangsi sosial Sangsi hukum Pelanggaran etika dan moral bisa saja menyentuh wilayah hukum dan akan mendapatkan sangsi hukum. Namun pada kondisi lain, bisa saja pelanggaran etika hanya mendapatkan sangsi sosial dari masyarakat karena pelanggran tersebut tidak menyentuh wilayah hukum positif yang berlaku. L. BERBAGAI MACAM ETIKA YANG BERKEMBANG DI MASYARAKAT Jika etika dihubungkan dengan moral, kita akan berbicara tentang nilai dan norma yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Dan jika dilihat berdasarkan nilai dan norma yang terkandung didalamnya, etika dapat dikelompokkan dalam dua jenis; Etika deskriptif Etika deskriptif merupakan etika yang berbicara mengenai suatu fakta, yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat. Etika normatif Etika normatif merupakan etika yang memberikan penilaian serta hibauan kepada manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Perbedaan etika deskriptif dengan etika normatif adalah bahwa etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar utnuk mengambil keputusan tentang perilaku yang akan dilakukan, sedangkan etika normatif memberikan penilaian sekaligus memberikan norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan di putuskan.

Sony keref (1991) mencatat ada dua norma yang berkembang, yaitu norma umum dan norma khusus. Norma umum merupakan norma yang memiliki sifat universal yang dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok, yaitu; Norma sopan santun, Norma hukum Norma moral Adapun norma khusus merupakan aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan atau kehidupan dalam lingkup yang lebih sempit. Misalnya menyangkut aturan menjenguk pasien di sebuah rumah sakit, aturan bermain dalam olahraga dan sebagainya. Etika umum adalah etika tentang kondisi-kondisi dasar dan umum, bagaimana manusia harus bertindak secara etis. Etika ini merupakan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu tindakan. Adapun etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam kehidupan khusus. Penerapan dalam bidang khusus tersebut misalnya bagaimana seseorang bertindak dalam bidang kehidupan tertentu yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan bagi manusia untuk bertindak secara etis. Hal itu dapat dilihat pada etika untuk melakukan kegiatan olah raga, etika untuk melakukan kegiatan pemasaran sebuah produk, dan lain sebagainya. M. ETIKA DAN TEKNOLOGI; TANTANGAN MASA DEPAN Perkembangan teknologi yang terjadi dalam kehidupan

manusia, seperti refolusi yang memberikan banyak perubahan pada cara berfikir manusia, baik dalam usaha pemecahan masalah, perencanaan maupun dalam pengambilan keputusan. Para pakar ilmu

kognitif telah menemukan bahwa ketika teknologi mengambil alih fungsi-fungsi mental manusia, pada saat yang sama terjadi kerugian yang di akibatkan oleh hilangnya fungsi-fungsi tersebut dari kerja mental manusia. Perubahan yang terjadi pada cara berfikir manusia sebagai salah satu akibat perkembangan teknologi tersebut, sedikit banyak akan berengaruh terhadap pelaksanaan dan cara pandang manusia terhadap etika dan norma-norma dalam kehidupannya. Orang yang biasanya berinteraksi secara fisik, melakukan komunikasi secara langsung dengan orang lain, karena perkembangan teknologi internet dan email maka interaksi tersebut menjadi kurang. Teknologi sebenarnya hanya alat yang digunakan manusia untuk menjawab tantangan hidup. Jadi, faktor manusia dalam teknologi sangat penting. Ketika manusia membiarkan dirinya dikuasai oleh teknologi maka manusia yang lain akan mengalahkannya. Sebenarnya, teknologi dikembangkan untuk membantu manusia dalam melaksanakan aktifitasnya. Hal itu karena manusia memang memilki keterbatasan.

BAB III INOVASI TEKNOLOGI Kemajuan di bidang kimia tak terhenti pada konsep dan kajian. Namun, ilmuwan Muslim membuat terobosan penting hingga lahirlah industri. Berbagai produk yang bermula dari inovasi dalam ranah ini bertebaran di kota-kota Islam. Tak hanya memberi manfaat fungsional, tetapi juga mendorong kemajuan ekonomi. Sejak awal, ilmuwan Muslim berkomitmen mengembangkan kimia. Mereka melakukan kajian dan menuliskannya dalam serangkaian karya. Sejumlah risalah, misalnya yang ditulis oleh ahli kimia terkemuka, Jabir ibnu Hayyan, menggambarkan bagaimana menghasilkan zat kimia tertentu, yang menjadi bahan baku industri secara rinci. Jabir, ungkap Ehsan Masood melalui karya Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern, berhasil menemukan proses kimiawi, seperti reduksi, sublimasi, dan penyulingan. Dia menciptakan bahan alembik, tabung penelitian sederhana untuk memanaskan cairan.

Alembik bisa mengubah anggur menjadi alkohol. Namun, di tangan ilmuwan Muslim, alkohol tidak dialihkan sebagai bahan minuman keras. Sebaliknya, pembuatan bahan alkohol menjadi proses kunci untuk sejumlah industri kimia yang berkembang di peradaban Islam.

Termasuk produksi parfum, tinta dan bahan celup, obat-obatan ataupun bahan kimia tertentu. Jabir juga menemukan jenis asam, antara lain asam sulfat, asam hidrokolat, dan asam nitrat, yang bisa melarutkan logam serta banyak dipakai di industri kerajinan logam dan lainnya.

Berbagai

penguasaan

teknik

kimiawi

dari

sarjana

Muslim

menumbuhkan semangat para industriawan. Peradaban Islam lantas memunculkan sederet industri penting, seperti industri farmasi, tekstil, perminyakan, kesehatan, makanan dan minuman, perhiasan, hingga militer. Selain itu, ada juga industri baja, pembuatan kertas, pembuatan keramik, kerajinan tanah liat, pembuatan gelas dan kaca, pertanian, ekstraksi mineral, industri logam, dan produk kimia lainnya

Hadirnya produk sabun turut mendorong berkembangnya gaya hidup sehat dan bersih di kalangan masyarakat Muslim sejak abad ke-7. Bahan utama pembuatan sabun, adalah minyak sayuran, misalnya minyak zaitun serta minyak aroma. Sabun merupakan bahan yang amat diperlukan oleh manusia. Sabun dibuat dengan merebus lemak binatang atau sayuran dengan soda atau potash dan kapur Pembuatan parfum Pengembangan industri parfum di dunia Islam mencapai tahapan mengagumkan berkat kontribusi Ibnu Hayyan. Dia dijuluki Bapak Kimia Modern. Tak tanggung-tanggung, tokoh ini melahirkan beberapa metode pentin.g, seperti penyulingan, penguapan, dan penyaringan, yang sangat efektif untuk mengambil aroma wewangian dari tumbuhan dan bunga dalam bentuk minyak. Terutama, dengan dikembangkannya teknik dan proses ekstraksi wewangian melalui teknologi distilasi uap. Pencapaian ini sangat berpengaruh pada kemajuan industri parfum masa berikutnya. Revolusi ilmu kimia yang dilakukan para kimiawan Muslim di abad kejayaan juga telah melahirkan teknik-teknik sublimasi ( dari padat ke gas)

cthnya : Kapur Barus , kristalisasi ( dari cair ke padat ) cthnya : Pembuatan Gula, dan distilasi ( Pengurangan jumlah kadar air/Penguapan . Dengan menguasai teknik-teknik itulah, dalam jumlah kecil) contohnya :

peradaban Islam akhirnya mampu membidani kelahiran sederet industri penting bagi umat manusia, seperti industri farmasi, tekstil, perminyakan, kesehatan, makanan dan minuman, perhiasan, hingga militer.

Alkohol Jelaslah alkohol ditemui oleh ahli kimia Islam. Asid-asid Galian, Alkali dan Sabun Asid-asid galian seperti asid nitrik, hidroklorik dan sulfurik yang merupakan bahan teknologi kimia yang penting dalam perkembangan penyulingan. industri bin kimia hingga hari ini, telah melalui Jabir Hayyan dalam Sanduq al-Hikmah telah

memperihalkan proses menghasilkan asid nitrit dengan menyuling campuran nitre (kalium nitrat), vitriol Kubrus (kuprum sulfat) dan aluminium sulfat. Jabir bin Hayyan tahu bahawa sekiranya asid nitrik ini dicampur dengan sal ammoniak (ammonium klorida), campuran asid nitrik-asid hidroklorik yang terhasil boleh melarutkan emas yang seterusnya boleh dipisahkan daripada perak (al-Hassan dan Hill, 1986). Al-Razi telah memperihalkan proses menghasilkan asid sulfurik dengan menyuling vitriol hijau (ferus sulfat) atau dengan membakar belerang (sulfur) . Fermentasi Sebelumnya fermentasi dilakukan dengan pencampuran ragi dan didiamkan beberapa lama.Proses fermentasi pula yang merupakan proses kimia (biokimia?), menghasilkan minumam keras beralkohol dengan fermentasi gula atau bahan bergula oleh yist(ragi)

dengan penambahan bakteri untuk terjadinya proses. Di Mesir tua, fermentasi lebih dikenali sebagai penghasil cuka atau asid asetik yang bukan hanya digunakan dalam makanan tetapi juga untuk menghasilkan bahan lain. Pembuatan Alkali atau Soda Babak seterusnya dalam sejarah teknologi kimia ialah Revolusi Industri yang berlaku dengan pesatnya . Industri tekstil, kaca dan sabun berkembang dengan pesatnya dan bahan yang paling dikehendaki oleh industri-industri ini ialah al-qali atau alkali dalam bentuk soda. Sebelum ini, alkali dihasilkan melalui pembakaran rumpai laut atau bahan tumbuh-tumbuhan seperti kayu. Nicolas Leblanc seorang ahli teknologi kimia Peranchis, telah berjaya mencipta proses membuat soda secara besar-besaran pada tahun 1789. Proses ini dipatenkan oleh penciptanya pada tahun 1791 dan lantaran itu proses ini dikenali dengan nama Proses Leblanc (Derry dan Williams, 1960 dan Furter, 1980). Garam dicampur dengan asid sulfurik untuk menghasilkan gas hidroklorida dan garam natrium sulfat, dan garam ini dicampur pula dengan arang batu dan batu kapur yang kemudiannya dibakar di dalam relau berputar untuk menghasilkan abu hitam. Soda diekstrak daripada abu hitam ini dengan air dan dikeringkan atau dihablurkan. Proses Leblanc telah menyebabkan masalah pencemaran kimia awal. Abu kalsium sulfida merupakan bahan buangan yang mencemari alam. Gas hidroklorida yang dikeluarkakan ke atmosfer menyebabkan hujan asam.

Pada tahun 1883, William Gossage telah mempatenkan alat penyerap gas pertama yang berupaya menyerap gas hidroklorida ke dalam air (Derry dan Williams, 1960 dan Furter, 1980). Alat ini berupa sebuah menara yang dipadatkan dengan dahan-dahan kecil atau pecahan batu bata. Gas klorida dialirkan ke dalam menara ini searus dengan air. Padatan ini meluaskan permukaan sentuhan di antara gas dan air untuk pemindahan hidroklorida. Penyerapan gas ini telah menjadi pengendalian yang ahli dalam teknologi kimia moden. Masalah pencemaran yang dihadapi oleh proses Leblanc menyebabkan para ahli teknologi kimia bergiat untuk mencipta proses pilihan untuk menghasilkan soda. J. Fresnel pada tahun 1811 telah mendapati bahwa natrium bikarbonat terendap setelah larutan natrium klorida yang direaksikan dengan ammonia, bereaksi dengan ammonium bikarbonat, yang dihasilkan daripada reaksi antara karbon dioksida yang disalurkan melalui larutan ini, dan ammonia (Derry dan Williams 1960). Sekiranya natrium bikarbonat ini dipanaskan, soda dibentuk dan karbon dioksida dibebaskan. Karbon dioksida yang juga boleh dihasilkan dengan memanaskan batu kapur terutama pada peringkat permulaan proses ini, digunakan semula untuk mengendapkan natrium bikarbonat. Proses ammonia-soda ini tidak dapat diperdagangkan oleh karena masalah. Ernest dan Alfred Solvay pada tahun 1861 telah dapat menyelesaikan masalah ini melalui kepakaran kejuruteraan mereka. Mereka telah mencipta Menara Pengkarbonatan , dengan mengalirkan air garam dengan ammonia kedalam suatu menara yang mengandungi plat dan tutup gelembung, dan menyalurkan gas karbon dioksida naik melalui menara ini. Soda dipisahkan daripada

larutan soda dan air garam dan ammonia melalui proses penurasan mudah, ammonia dibebaskan daripada ammonium klorida dengan reaksi dengan kapur yang merupakan hasil sampingan pemanasan batu kapur.Proses ini dikenal dengan Proses Solvay.

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Ontologi berarti studi tentang arti ada dan berada, tentang cirri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi. 2. Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek kebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan pragmatic filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu sendiri. 3. Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, maka setiap pembahasan mengenai ilmu pengetahuan diharapkan melalui kajian landasan filosofis, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi agar upaya dan usaha yang menjadi pembaharuan dalam teknologi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih hendaknya di imbangi dengan kebijaksanaan pemakaian dan penggunaannya, jangan sampai teknologi membuat kita menjadi bermalas-malasan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bppt.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=38 8:filsafat-dan-teknologi-untuk-pembangunan-nasional&catid=46:umum http://rahmasyilla.wordpress.com/2010/02/03/hakekat-filsafatkomunikasi/#more-192 http://defickry.wordpress.com/2007/08/23/filsafat-dan-komunikasi/ http://fajardawn.blogspot.com/2009/05/hakikat-komunikasi.html

You might also like