You are on page 1of 12

STATUS PASIEN Nama Usia : An.

Dea Puspita : 2 tahun

Jenis Kelamin : P Alamat Pekerjaan ::-

ANAMNESIS Keluhan utama : Bibir robek karna jatuh dari tempat tidur

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien terjatuh dari tempat tidur dan mengalami luka robek pada bibir atas bagian kiri sejak 5 jam yang lalu. Terjadi pendarahan aktif pada bibir yang robek. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Pengobatan Sebelumnya : tidak ditanyakan : tidak tanyakan :

Pasien dibawa ke bidan dekat rumahnya sesaat setelah kejadian. Kemudian bidan berusaha melakukan penghentian pendarahan dengan cara menekan luka. Lalu pasien di rujuk ke RSIA Zainab dikarenakan sang bidan tidak memiliki benang jenis cat gut. Karn apabila dilakukan penjahitan dengan benang besar akan merusak kosmetika sang anak. Riwayat Kebiasaan dan Gizi Riwayat Alergi : tidak ditanyakan : tidak ditanyakan

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum: Tampak sakit sedang Kesadaran Vital Sign Tekanan Darah Denyut Nadi Pernapasan Suhu GCS Status Generalisata Kepala Mata cekung (-/-) Mulut : tidak diperiksa (Normosefal, Makrosefal, Mikrosefal) : Conjungtiva (tidak anemis), Sclera (tidak ikterik), Mata : : tidak diperiksa : tidak diperiksa : tidak diperiksa : tidak diperiksa : E : td M : td V : td Berat Badan : tidak diperiksa : Compos mentis

Tinggi Badan : tidak diperiksa

: tidak diperiksa, Mukosa bibir (kering/tidak), Tonsil (Hiperemis/tidak), (T?/T?) : tidak diperiksa, Tiroid (membesar/tidak), KGB (membesar/tidak) : tidak diperiksa Inspeksi Palpasi s Perkusi Auskultasi ::::-

Leher

Thorak

Abdomen Inspeksi Auskultasi : tidak diperiksa : tidak diperiksa

Perkusi Palpasi Ekstremitas Diagnosis Kerja

: tidak diperiksa : tidak diperiksa : tidak diperiksa : Vulnus Laceratum

Terapi : dilakukan hecting sebanyak 4 jahitan, lalu luka di perban.

VULNUS

Definisi Vulnus adalah hilangnya sebagian jaringan tubuh seperti kulit, otot, tulang, organ organ viseral dan pembuluh darah. Etiologi Disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Klasifikasi Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek) Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan

meningkatkan resiko infeksi.

Vulnus Excoriasi (Luka Lecet) Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada

permukaan kulit merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.

Vulnus Punctum (Luka Tusuk) Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit,

merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).

Vulnus Contussum (Luka Kontusio) Penyebab: benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup, akibat

dari kerusakan pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan berdarah (hematoma) bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ dalam terbentur dapat menyebabkan akibat yang serius.

Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat) Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan

luka terbuka akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.

Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak) Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-

hitaman, bisa tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum.

Vulnus Morsum (Luka Gigitan) Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar

bentuk luka tergantung dari bentuk gigi.

Vulnus Perforatum (Luka Tembus) Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena

panah, tombak atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan. Vulnus Amputatum (Luka Terpotong) Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi tinggi, terdapat gejala pathom limb.

Vulnus Combustion (Luka Bakar) Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit

rusak dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau anesthesia.

Manifestasi Klinis Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti: rotasi pemendekan tulang, penekanan tulang. Bengkak: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur Echumosis dari Perdarahan Subculaneous Spasme otot spasme involunters dekat fraktur Tenderness/keempukan Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan) Pergerakan abnormal Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah Krepitasi

Komplikasi Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan. Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Proses penyembuhan luka Stadium Satu Pembentukan Hematoma: Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali. Stadium Dua Proliferasi Seluler: Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam. Stadium Tiga Pembentukan Kallus: Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh

kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Stadium Empat Konsolidasi: Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal. Stadium Lima Remodelling: Telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya. Klasifikasi Penyembuhan 1. Penyembuhan Primer (sanatio per primam intentionem) Didapat bila luka bersih, tidak terinfeksi, dan dijahit dengan baik. 2. Penyembuhan sekunder (sanatio per secundam intentionem)

Didapat pada luka yang dibiarkan terbuka Luka diisi jaringan granulasi dimulai dari dasar terus naik sampai penuh Ephitel menutup jaringan granulasi mulai dari tepi Penyembuhan

3. Penyembuhan Primer tertunda atau Penyembuhan dengan jaringan tertunda


Luka dibiarkan terbuka Setelah beberapa hari ada granulasi baik dan tidak ada infeksi Luka dijahit

Penyembuhan

Penatalaksanaan 1. Persiapan Alat dan Obat Minor Set lengkap steril Duk 1 buah Sarung tangan (hand scoen) 1 buah Kasa steril secukupnya Bisturi + tangkai / skapel Bethadin / Poviden Iodine Larutan H2O2 Larutan NaCl / fisiologis Spuit injeksi Lidocain / Aquabides Jarum Kulit dan otot berbagai ukuran Benang side + catgut berbagai ukuran Plester + gunting verban Verban gulung Sabun yang mengandung soda Tempat penampungan sampah / nierbeken

2. Penatalaksanaan Memberitahukan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan Memakai sarung tangan Mencuci dan membersihkan luka dengan larutan NaCl, beri bethadin diatas luka bila luka lecet Lakukan anestesi secukupnya bila luka dalam / besar, kemudian lakukan pencucian luka dengan larutan NaCl selang seling dengan H2O2 sampai luka bersih.

Jika luka gigitan, cuci bersih dulu dengan sabun dan air mengalir, selang-seling dengan H2O2 Pasang duk steril di atas luka Lakukan debridement pada luka Penjahitan dilakukan primer, jika luka bersih dan penjahitan dilakukan sekunder bila luka terkontaminasi dan luka gigitan yang luas.

Jika luka tusuk lakukan cross incise Luka yang dalam / berongga sebaiknya pasang drain Jika luka telah selesai dijahit, bersihkan permukaan kulit dan sekitarnya dengan larutan NaCl dan keringkan Tutup luka dengan kasa steril dan beri bethadin Bereskan alat dan sterilkan kembali Mencuci tangan

You might also like