You are on page 1of 28

Bencana Alam di Indonesia Didominasi Banjir

Kamis, 4 Maret 2010 20:15 WIB | Peristiwa | Umum | Dibaca 17677 kali Bandung (ANTARA News) - Bencana alam yang terjadi di Indonesia sepanjang 2009 hingga 2010 didominasi akibat banjir dengan prosentase sebanyak 60 persen disusul oleh longsor, gempa bumi dan tsunami, demikian dikatakan Direktur Perbaikan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Untung Sarosa di Bandung, Kamis. "Bencana alam yang terjadi kebanyakan diakibatkan oleh material air seperti halnya banjir dan untuk longsor meski tidak murni penyebabnya air namun sangat berkaitan erat khususnya saat curah hujan sangat tinggi," katanya. Ia menjelaskan terjadinya pergeseran tanah juga cenderung diakibatkan oleh air meski harus dalam curah hujan yang sangat tinggi atau diatas 150 mm per hari. "Rekahan yang terjadi akibat gempa mampu melongsorkan sebuah bukit setelah curah hujan sangat tinggi seperti halnya yang terjadi di Perkebunan Dewata, Pasirjambu, Kabupaten Bandung beberapa waktu lalu," ujarnya. Selain air, kerusakan lingkungan seperti penggundulan hutan juga memicu terjadinya bencana alam di Indonesia. "Hal ini bisa terjadi karena dibawah tanah yang gembur terjadi penampunganpenampungan air yang pada batas waktu tertentu tanah tidak dapat menahan bebannya sehingga terjadi longsor," kata Untung. Disaat terjadinya bencana, lanjut Untung, banyak korban yang berjatuhan tidak hanya manusia juga harta benda dan infrastruktur pelayanan umum. "Hal ini yang harus juga diperhatikan oleh Pemerintah Daerah khususnya yang memiliki jalur-jalur merah," ujarnya. "Di Baleendah, Kabupaten Bandung sudah semestinya perumahan yang berada di bantaran sungai dibangun dengan cara rumah panggung dengan ketinggian tertentu sehingga dapat meminimalisasi jumlah kerugian nyawa dan materi," ujarnya. Begitu pula di wilayah rawan longsor, rumah yang harus dibangun tidak berupa tembok yang langsung menempel ke tanah seharusnya dibuat rumah panggung sehingga air dapat terserap oleh tanah dan tidak membentuk bendungan-bendungan. "Getaran tanah mampu merobohkan bangunan sehingga bakal menimbulkan korban jiwa seperti halnya di Nyalindung, Kabupaten Sukabumi dan Pasirjambu, ketegasan dan pengawasan pemda berperan penting dalam hal ini jika relokasi sulit dilakukan," ujarnya. Menurut Untung, daerah-daerah di Indonesia yang rawan bencana alam diantaranya adalah Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatera Barat, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur. (U.K-IP/R009)

bencana alam

Rabu, 10 Februari 2010


bencana yang pernah terjadi di kab blora BLORA, Angin puting beliung disertai hujan deras merobohkan delapan rumah di Desa Kutukan, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kejadian itu mengakibatkan dua warga luka berat dan satu warga luka ringan. Kini dua warga yang terluka berat menjalani perawatan di rumah sakit, sedang satu warga yang luka ringan menjalani rawat jalan, kata Kepala Kepolisian Sektor Randublatung Ajun Komisaris Sunaryo, Selasa (10/11). Camat Randublatung Sri Handoko mengatakan, angin puting beliung itu terjadi sekitar pukul 14.50. Angin itu merusak atap sejumlah rumah dan merobohkan rumah Rasdi (60), Sarim (40), Subiyanto (40), Suparmin (55), Tardi (40), dan Rebi (27). Suami istri Suparmin dan Sawi (45) mengalami luka berat dan dirawat di Rumah Sakit Cepu. Adapun warga yang selamat namun rumahnya rusak mengungsi di tetangga dan saudara terdekat, kata dia. Dua hari sebelumnya, angin puting beliung disertai hujan deras melanda Desa Sambongwangan, Bekutuk, dan Sambyungan, Kecamatan Randublatung. Angin itu meluluhlantakkan sembilan rumah dan merusak atap ribuan rumah. sumber kompas com

Bencana Ekologis Intai Tawangmangu


Oleh : Mediyansyah | 07-Jan-2009, 20:21:32 WIB

Seolah tidak belajar dari bencana ekologis Tawangangu tahun lalu yang menelan puluhan nyawa dan ribuan rumah warga, potensi bencana itu tampak tidak dibenahi secara berkelanjutan dan pro-lingkungan. Potensi bencana ekologis (bencana alam dengan katalis perbuatan manusia) di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Jateng, Selasa (6/1) dapat dilihat dari temuan 30-an longsor kecil-sedang yang menggeser tanah 3-10 m2 di lereng bukit dan bantaran sungai.

Bencana Alam Maret 9, 2010 Diarsipkan di bawah: Artikel yudi140588 @ 4:29 am

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka[1]. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan. Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah alam juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran,

yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia. Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastrukturinfrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

Para ilmuwan Australia melakukan analisa di Asia-Pasifik tentang kemungkinan akan terjadi gempa bumi, badai tropis, tsunami dan letusan gunung berapi, dan memperkirakan jumlah korban yang luka dan meninggal; hasilnya ditemukan metropolitan yang terletak di wilayah

lereng gunung Himalaya, China, Indonesia dan Filipina berpotensi menimbulkan korban kematian lebih dari satu juta orang; di Indonesia rata-rata setiap 10 tahun, Filipina setiap puluhan tahun mungkin akan terjadi letusan gunung berapi yang akan berdampak pada beberapa ratus ribu orang. Pada daerah yang lokasinya rendah seperti Bangladesh dan lainnya, diperkirakan akan porak poranda akibat terjadi tsunami, banjir bandang dan badai tropis. Laporan yang berdasarkan analisa dari data bencana alam 400 tahun yang lalu digunakan untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya bencana alam pada masa depan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk, perubahan iklim dan kekurangan makanan akan mengakibatkan kerusakan lebih besar akibat bencana alam. Studi tersebut mengatakan akan menelan korban lebih dari 10.000 orang akibat bencana alam, sangat mungkin akan terjadi beberapa kali setiap 10 tahun, selain itu juga mungkin akan terjadi bencana alam skala besar yang berdampak pada lebih dari 1.000.000 orang. Ilmuwan Simpson dari Geosains Australia memaparkan bahwa pertumbuhan penduduk adalah penyebab utama hancurnya kawasan Asia-Pasifik akibat bencana alam, karena begitu populasi bertambah, orang mulai menetap pada daerah-daerah yang sebelumnya tidak ditinggali, seperti lereng curam yang rawan longsor, di pinggir sungai atau pantai yang setiap beberapa tahun akan mengalami banjir. Dari laporan peneliti Australia tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa bencana alam silih berganti datang, tidak mengenal tempat dan waktu. Oleh karena itu kita harus mempunyai langkah antisipatif, menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Seperti pepatah sedia payung sebelum hujan, bahkan ketika pakai payung-pun terkadang masih kehujanan. Hanya Tuhan yang tahu, dan hanya kepada-Nyalah kami kembali. http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam

KERUSAKAN LINGKUNGAN, Risiko Bencana Meningkat


By djuni - Posted on 13 April 2010 KERUSAKAN LINGKUNGAN, Risiko Bencana Meningkat Rabu, 7 April 2010 | 04:22 WIB Jakarta, Kompas - Tingkat risiko bencana diperkirakan semakin meningkat seiring terus menurunnya kualitas

lingkungan hidup di sejumlah wilayah di Indonesia. Semakin luas kawasan hutan dibuka untuk perkebunan kelapa sawit atau pertambangan, akan semakin meningkatkan risiko bencana di luar kawasan hutan. Koordinator Hukum dan Kebijakan Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia Ivan V Ageung menyatakan, kejadian bencana yang mengakibatkan kematian diperkirakan lebih banyak 30 persen dibandingkan tahun 2009. Kenaikan itu terjadi karena kebijakan pemanfaatan sumber daya alam lebih berorientasi pada pendapatan anggaran publik daripada menjaga kualitas lingkungan hidup untuk menurunkan risiko bencana. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak 2006 hingga 2009 menunjukkan kecenderungan jumlah kejadian bencana yang mengakibatkan kematian semakin banyak. Jumlah bencana yang mengakibatkan kematian pada 2009 memang turun menjadi 498 kejadian, dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 1.302 kejadian. Namun, kualitas bencana meningkat karena jumlah korban tewas naik dari 470 jiwa pada 2008 menjadi 1.807 jiwa pada 2009. Tidak maksimalnya penanganan bencana 2009 meningkatkan risiko bencana berulang di lokasi yang sama sehingga kejadian bencana berakibat kematian bisa naik 30 persen, kata Ivan di Jakarta, Selasa (6/4). Menurut dia, risiko itu bisa dikurangi jika Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2010-2012 dipercepat pelaksanaannya. Untuk kejadian bencana pada 2010, diperkirakan relatif sama dengan kejadian bencana pada 2009 yang totalnya mencapai 6.299 kejadian, kata Ivan. Kesalahan kebijakan Mengutip data BNPB, dari 6.299 kejadian bencana, 2.590 bencana terjadi di Pulau Jawa. Data itu menunjukkan tingginya bencana di kawasan padat penduduk. Pembalakan liar memang menyebabkan turunnya kualitas lingkungan hidup sehingga kejadian bencana bertambah. Namun, bencana di Jawa menunjukkan adanya kesalahan kebijakan tata ruang dan penataan kawasan padat penduduk. Sudah saatnya kebijakan perekonomian dan kebijakan sosial di Jawa berorientasi pada penurunan risiko bencana, kata Ivan. Tingginya kejadian bencana di kawasan perkotaan menunjukkan buruknya pengelolaan lingkungan hidup di perkotaan. Kepala Departemen Mitigasi Risiko Sosial dan Lingkungan Sawit Watch Norman Jiwan menyatakan, konversi hutan untuk perkebunan kelapa sawit telah meningkatkan kekerapan kejadian bencana banjir di sejumlah wilayah di Indonesia. Sejak dikepung perkebunan kelapa sawit, Kota Jambi semakin sering mengalami banjir. Kecenderungan yang sama terjadi di sejumlah kota di Kalimantan Barat dan Riau, kata Norman. Norman menyatakan, konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit berlangsung marak pada 1999 hingga 2004. Saat itu, setiap tahun terjadi konversi 400.000 hektar hutan sehingga luasan perkebunan kelapa sawit sekarang mencapai 8,4 juta hektar.

Kini, pemerintah menargetkan kenaikan produksi minyak sawit mentah (CPO) dari 20 juta ton menjadi 40 juta ton, dan untuk mencapai target itu di perkirakan akan ada 8 juta hektar hutan dikonversi menjadi kebun kelapa sawit. Itu akan menurunkan persediaan air tanah dan meningkatkan risiko bencana banjir di lokasi pembukaan hutan, kata Norman. (row)

Karyadi Kartodiharjo : Faktor Utama Kerusakan Lingkungan Adalah Pertambangan Minggu, 25 Oktober 2009 19:07

Jakarta, Salah satu Faktor utama kerusakan lingkungan adalah kegiatan pertambangan baik yang legal maupun ilegal. Untuk mencegah kerusakan yang lebih luas akibat kegiatan pertambangan perlu adanya kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dengan Departemen terkait dalam memberikan izin pertambangan. Pemerhati lingkungan Karyadi Kartodiharjo mengatakan, meski menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena besar manfaatnya namun dampak yang ditimbulkan harus juga menjadi pertimbangan. Biasanya dampak yang terjadi tidak hanya mencangkup wilayah sekitar pertambangan akan tetapi juga menyangkut kualitas daya lingkungan yang lebih luas. Menurut Karyadi, kerusakan lingkungan tidak dapat dihindari dari kegiatan pertambangan karena berbagai faktor diantaranya adalah jenis bahan tambang. Karyadi menambahkan, Undang-Undang nomor 34 tahun 2009 tentang lingkungan hidup diharapkan dapat memberikan kewenangan yang luas bagi kementrian lingkungan hidup yang selama ini ini sangat terbatas ruang lingkupnya. Dan diharapkan juga menjadi program kerja seratus hari Menteri Lingkungan hidup kabinet Indonesia. (Mandala Yudhi/WD)

Hentikan Kerusakan Lingkungan, di Darat dan Laut Bangka Belitung Sekarang Juga

Akibat pengerukan timah di lepas pantai terjadi perubahan topografi pantai dari yang sebelumnya landai menjadi curam. Hal ini akan menyebabkan daya abrasi pantai semakin kuat dan terjadi perubahan garis pantai yang semakin mengarah ke daratan. Aktivitas pengerukan dan pembuangan sedimen akan menyebabkan perairan di sekitar penambangan mengalami kekeruhan yang luar biasa tinggi. Radius kekeruhan tersebut akan semakin jauh ke kawasan

lainnya jika arus laut semakin kuat. Karenanya, meskipun pengerukan tidak dilakukan di sekitar daerah terumbu karang, namun sedimen yang terbawa oleh arus bisa mencapai daerah terumbu karang yang bersifat fotosintetik sangat rentan terhadap kekeruhan. Menurut data 2006, cadangan bijih timah di Indonesia mencapai 355.870 ton. Angka itu terdiri atas 106.068 ton di darat dan 249.802 ton di lepas pantai dan sebagian besar cadangan timah tersebut terletak di Pulau Bangka, tempat dimana kita berpijak. Tahun lalu, produksi bijih timah PT Timah Tbk mencapai 58.086 ton. Mayoritasnya, yakni 46.078 ton ditambang di darat dan hanya 12.008 ton yang digali dari lepas pantai. Karenanya, di tahun-tahun mendatang PT Timah Tbk akan mengkonsentrasikan penambangan di daerah lepas pantai. Apalagi biaya produksi pertambangan di lepas pantai jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertambangan di darat. Tahun 2007 saja, PT Timah Tbk mengeluarkan Rp 724 miliar untuk biaya produksi pertambangan di darat (inilah.com, 2008). Selain itu, dari segi dampak lingkungan penambangan lepas pantai yang timbul tidak terlalu parah karena dilakukan minimal dua mil dari pantai. Sejak Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No 146/MPP/Kep/4/1999 mengenai pencabutan timah sebagai komoditas strategis, Bupati Bangka saat itu, Eko Maulana Ali, sekarang Gubernur ke-3 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, memberikan izin aktivitas penambangan skala kecil atau tambang inkonvensional (TI). Hanya dalam kurun waktu beberapa tahun, jumlah TI darat membabi buta di Pulau Bangka lalu menular hingga ke bumi laskar pelangi, Pulau Belitung. Selain itu beroperasi pula beberapa perusahaan peleburan (smelter) timah sekala menengah di Pulau Bangka membuat persaingan pertambangan timah di darat semakin tinggi.

Foto/Gambar Kapal Hisap PT TIMAH di perairan laut Bangka Belitung

Tak heran jika PT Timah Tbk menyiapkan pos peningkatan kapasitas produksi dari belanja modal sebesar Rp 551 miliar antara lain untuk menambah jumlah kapal hisap 8 buah menjadi 20 buah dan sedang menyiapkan pembangunan kapal keruk hisap untuk laut dalam yang bisa

mengambil pasir timah sampai kedalaman hingga 60 meter (republika, 2008). Menurut informasi, kapal keruk tersebut akan selesai pada tahun 2009 dan memiliki kapasitas 1000 hingga 1500 meter kubik per jam. Atau dua hingga tiga kali kapasitas kapal keruk yang ada sekarang yang sebesar 600 meter kubik perjam. Menurut data dari kompas, 2005, di kawasan Kabupaten Bangka saja, PT Timah Tbk mengoperasikan delapan kapal keruk yang aktif menambang timah, dengan mengerahkan sekitar 100 pekerja di setiap kapal : Kapal Keruk Kebiyang, Tempelan, Rambat, Duyung, dan Peri. Sementara Kapal Keruk Singkep I, Riau, dan Merantai. Kapal-kapal besar itu mengeruk timah dari kedalaman 25 meter sampai dengan 50 meter di dasar laut, dengan produksi antara 20 ton sampai dengan 80 ton timah setiap delapan jam. Pengerukan itu sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu, rata-rata jaraknya sekitar lima kilometer dari bibir pantai. Penambangan dilakukan dengan berpindah-pindah. Jika kandungan timahnya sudah tipis, akan beralih ke tempat lain. Tahun depan PT Timah Tbk mentargetkan kontribusi produksi timah dari lepas pantai menjadi 50 persen. Tahun ini, perseroan akan membangun tujuh kapal keruk, masing-masing senilai Rp 150 miliar dan satu kapal keruk berukuran besar senilai Rp 200 miliar. Saat ini PT Timah Tbk sudah mengoperasikan 14 kapal, empat diantaranya berukuran besar dan 10 sedang.

Foto/Gambar Akitivitas Tambang Inkonvensional (TI) Apung di perairan laut Bangka Belitung

Akibat pengerukan timah di lepas pantai terjadi perubahan topografi pantai dari yang sebelumnya landai menjadi curam. Hal ini akan menyebabkan daya abrasi pantai semakin kuat dan terjadi perubahan garis pantai yang semakin mengarah ke daratan. Aktivitas pengerukan dan pembuangan sedimen akan menyebabkan perairan di sekitar penambangan mengalami kekeruhan yang luar biasa tinggi. Radius kekeruhan tersebut akan semakin jauh ke kawasan lainnya jika arus laut semakin kuat. Karenanya, meskipun pengerukan tidak dilakukan di sekitar daerah terumbu karang, namun sedimen yang terbawa oleh arus bisa mencapai daerah terumbu karang yang bersifat fotosintetik sangat rentan terhadap kekeruhan.

Foto/Gambar Akitivitas Tambang Inkonvensional (TI) Apung di perairan laut Bangka Belitung

Tidak ada pertambangan yang tidak merusak lingkungan, baik di darat maupun di laut. Kerusakan itu akan memberikan dampak untuk beberapa puluh tahun ke depan bahkan bisa bersifat permanen. Penambangan timah lepas pantai yang membabi buta jelas-jelas telah merusak terumbu karang, mengotori pantai, dan mengganggu perkembangan perikanan. Penambangan di sekitar pantai obyek wisata akan memberangus pesona pantai yang bernilai jual tinggi. Potensi besar dalam jangka panjang akan habis, hanya untuk memenuhi nafsu mengeruk keuntungan yang sesaat. Sebagai daerah kepulauan, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi yang sangat besar di sektor ekosistem pesisir terutama ekosistem terumbu karang. Namun sangat disayangkan, hingga saat ini belum jelas informasi sebaran dan kondisi ekosistem terumbu karang yang terdapat di kawasan Pulau Bangka. Kekeruhan perairan yang tinggi akibat penambangan timah dilepas pantai akan menyebabkan penutupan polip-polip karang oleh sediment yang terbawa ke pesisir. Hal ini akan menyebabkan kondisi karang menjadi merana dan akhirnya mengalami kematian massal. Tak dapat dipungkiri, pertambangan timah lepas pantai merupakan penyebab utama kerusakan ekosistem terumbu karang di Pulau Bangka. Tidak hanya akibat aktivitas dari kapal keruk, tetapi juga oleh kapal hisap dan TI Apung yang semakin marak. Terumbu karang yang sehat menyediakan tempat tinggal, tempat berlindung (Spawning ground), tempat berkembang biak (Nursery ground) dan sumber makanan (Feeding ground) bagi ribuan biota laut yang tinggal di dalam dan di sekitarnya, seperti di laut lepas, hutan mangrove, dan padang lamun. Tidak ada wilayah laut lain yang mempunyai begitu banyak jenis kehidupan dengan rantai makanan yang sangat produktif seperti terumbu karang. Terumbu karang mampu mendukung kehidupan ribuan penduduk Pulau Bangka, khususnya dalam sektor perikanan dan pariwisata. Dari 1 km2 terumbu karang yang sehat, dapat diperoleh 20 ton ikan yang cukup

untuk memberi makan 1.200 orang di wilayah pesisir setiap tahun (Burke et al., 2002). Kerusakan terumbu karang akan kembali pulih seperti semula setidaknya membutuhkan waktu sekitar 50 tahun tanpa ada lagi aktivitas pengrusakan di lingkungan ekosistem terumbu karang tersebut. Tak heran jika degradasi terumbu karang yang parah ini memberikan dampak pada turunnya produksi perikanan tangkap, semakin kecilnya ukuran ikan yang tertangkap, semakin jauhnya daerah penangkapan (fishing ground). Hal ini mendorong meningkatnya biaya produksi sehingga mengurangi rente sumberdaya (resource rent) yang menyebabkan rendahnya pendapatan nelayan khususnya nelayan skala kecil. Jika hal ini terus terjadi maka kesejahteraan masyarakat nelayan akan terancam. Tentu saja pihak yang paling dirugikan oleh aktivitas pertambangan lepas pantai adalah nelayan. Karenanya, banyak nelayan yang mengajukan protes terhadap pertambangan lepas pantai yang terjadi di sekitar daerahnya. Hal ini wajar terjadi karena aktivitas pertambangan membuat hasil tangkapan nelayan berkurang yang berakibat menurunnya pendapatan nelayan. Perairan pantai menjadi keruh dan ekosistem terumbu karang rusak parah.

Foto/Gambar Kerusakan Lingkungan akibat Akitivitas Penambangan Timah di Bangka Belitung

Parahnya, tidak seperti kerusakan di darat, kerusakan di laut sulit dikontrol karena lobang-lobang bekas galian tersembunyi di dasar perairan. Namun, kerusakan alam terutama ekosistem terumbu karang akibat pertambangan lepas pantai sangat mudah dijelaskan secara ilmiah. Jika hal ini terus dibiarkan, pada titik klimaksnya, bukan mustahil akan terjadi pertikaian atau penjarahan yang dilakukan oleh nelayan yang merasa dirugikan kepada pihak penambang. Dibutuhkan winwin solution untuk masalah ini dimana kedua belah pihak akan merasa saling diuntungkan minimal tidak saling merugi, sayangnya alam akhirnya selalu menjadi pihak yang dirugikan. Ternyata bukan hanya PT Timah Tbk yang mulai memindahkan prioritas penambangannya ke

daerah lepas pantai Pulau Bangka. Beberapa perusahaan swasta skala menengah yang telah membuka smelternya di Pulau Bangka atau di Pulau Belitung pun mulai jenuh dengan carut marut penambangan timah di darat. Mereka pun mulai membidik potensi timah di laut Pulau Bangka. Beberapa perusahaan smelter mulai mengadakan kapal hisap untuk mengeruk timah di Propinsi ini. Kapal hisap yang dioperasikan hanya berjarak kurang dari 4 mil laut dari bibir pantai dan kedalaman 5 20 meter.

Foto/Gambar Akitivitas Tambang Inkonvensional (TI) Apung di perairan laut Bangka Belitung

Semakin bergairahnya harga timah di dunia membuat perusahaan-perusahaan swasta berpacu mengeruk timah di Propinsi ini. Dapat diramalkan beberapa tahun ke depan, kegiatan penambangan timah di pantai akan semakin marak dilakukan mulai dari PT Timah Tbk (kapal keruk dan kapal hisap), perusahaan-perusahaan swasta skala menengah (kapal hisap) dan masyarakat (TI Apung). Memang setiap kegiatan pertambangan skala menengah hingga besar di daerah lepas pantai harus melalui tahap analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), namun sayangnya kontrol terhadap aktivitas pertambangan di lapangan sangat lemah oleh pihak terkait.

Foto/Gambar Akitivitas Tambang Inkonvensional (TI) Apung di perairan laut Bangka Belitung

Terbukti!!! Dari hasil pantauan satelit yang dimiliki Badan koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) 100% kapal hisap yang beroperasi di perairan Babel beroperasi diluar wilayah yang sudah ditentukan (Bangkapos, 9 November 2008). Tak dapat dipungkiri, yang menjadi acuan dalam pertambangan adalah ada tidaknya "timah" di lokasi tersebut, bukan karena ada tidaknya "ekosistem terumbu karang". Jika di suatu lokasi ditemukan banyak bijih timahnya dan banyak karangnya pemanambangan tetap dilakukan. Jika tidak ada ketegasan dari pemerintah daerah kita untuk mengatur sumberdaya alam ini dengan bijaksana, propinsi ini akan menunggu detik-detik kehancuran ekosistem pesisirnya setelah ekosistem di darat kita luluh lantak oleh penambangan timah darat. Laut kita kini menunggu gilirannya.

Aksi Menyelamatkan Bumi dari Kehancuran

Ancaman global warming (pemanasan global) yang disebabkan oleh berbagai kerusakan, pencemaran, dan efek rumah kaca yang dianggap sebagai era dimulainya kehancuran bumi dan akhir dari sebuah kontinuitas / keberlangsungan hidup manusia di muka bumi ini menjadi topik menarik yang terus digulirkan para ilmuwan dan tampaknya menjadi ancaman yang sangat serius bagi masa depan anak cucu kita di bumi ini pada masa yang akan datang, isu global warming hingar bingar saat ini dibicarakan oleh para ilmuwan, pejabat negara, pengusaha sampai masyarakat umum di berbagai belahan dunia. Ancaman ini bukanlah sebuah ancaman kosong yang digulirkan tanpa terlebih dahulu melalui

suatu analisa teoritis dan fakta-fakta pembuktian secara ilmiah yang mendalam dan cermat. Pencairan es beberapa persen area di kutub, suhu bumi yang semakin meningkat, tingkat gas rumah kaca yang tinggi, dan berbagai fakta lainnya menjadi bukti kuat akan isu ini. beberapa ilmuwan malah menduga dan berteori bahwa beberapa dari sekian banyaknya bencana alam yang terjadi saat ini diakibatkan ancaman global warming ini dan tanda telah dimulainya era kehancuran bumi, sebut saja angin topan dahsyat, gempa bumi, dll adalah indikator-indikator kuat akan permasalahan ini. Jika kita tidak bertindak dan peduli sekarang maka anak cucu kita nantilah yang akan mengalami dampak langsung dari zaman kehancuran itu. Berikut ini adalah beberapa tip yang dikirimkan oleh Wahyuadi dari milis email ubb, sebagai salah satu usaha kita untuk peduli pada nasib bumi di masa yang akan datang dan menanggulangi ancaman global warming. AIR 1. Pemakaian air kita : o Sikat gigi : dengan keran, 1 menit = 6 L dengan gelas = L WC flush : single flush = 6 L dual flush = 3 L untuk buang air kecil, tekan flushing kecil untuk buang air besar tekan flushing besar Cuci mobil: dengan ember = 75 L dengan selang = 300 L cuci mobil/siram tanaman dengan selang selama 30 menit = 180 L Mesin cuci : front loading = 100 L top loading = 150 L Cuci piring : keran (15 menit) = 90 L baskom = 45 L

2. Keran / WC bocor, per hari membuang air sia-sia 100 L

3. Rata-rata pemakaian air di Indonesia, per orang per hari 144 L = 8 o galon, sedang di kota per orang per hari 250 L = 13 galon

4. Pemakaian toilet shower lebih irit air daripada gayung

LISTRIK 1. Matikan alat listrik saat tidak digunakan. Jangan biarkan alat listrik berada pada kondisi stand by, lepaskan kabel dari stop kontak. Gunakan stop kontak dengan tombol on / off agar tidak perlu repot mencabut/memasang kabel. Pada kondisi stand by, alat elektronik masih menggunakan listrik sebesar 5 watt. Membiarkan TV, computer, tape, DVD player pada kondisi stand by selama 8 jam/hari berarti : o melakukan pemborosan listrik sebesar 160 watt/jam/hari

memboroskan uang sejumlah Rp. 35.000,- / tahun

memboroskan emisi 43 kg CO2 / tahun

2. Hematlah listrik terutama pada pk. 17.00 ? 22.00 karena pada saat itu semua peralatan listrik pada umumnya dipakai.

3. Pakailah lampu hemat energi jenis CFL yang ditandai dengan lpw (lower per watt). Semakin tinggi lpw nya, semakin effisien lampu tersebut. Pilih lampu CFL dengan lpw lebih besar untuk watt yang sama

KOMPUTER 1. Monitor komputer : jenis LCD lebih hemat energi daripada jenis CRT. Jenis LCD : memerlukan 40 watt dan 3 watt saat stand by Jenis CRT : memerlukan 120 watt dan 20 watt saat stand by.

2. Lap top lebih hemat energi daripada PC. Lap top memerlukan 60 watt sedang PC 200 watt bahkan lebih untuk merk tertentu.

3. Matikan printer jika tidak digunakan

AC 1. Pemakaian AC o Ruangan 10 / 14 m2, A C PK, Daya : 400 / 600 watt

Ruangan 14 / 18 m2 AC PK, Daya 600 / 900 watt

Ruangan 16 / 24 m2, AC 1 PK, Daya 900 / 1.200 watt

Ruangan 24 /36 m2, AC 1 PK, Daya 1.200 / 1..900 watt

Ruangan 36 / 48 m2, AC 2 PK, Daya 1.900 / 2.700 watt

2. Pakai AC dalam ruangan tertutup agar energi tidak terbuang percuma.

HP

Saat mengisi ulang baterai HP, hanya 5% energi listrik yang masuk ke HP, yang 95% terbuang percuma. Kurangi pemborosan listrik dengan segera mencabut charger jika baterai HP sudah penuh.

KERTAS 1. Kurangi sampah dengan mengurangi penggunaan kertas untuk menyelamatkan hutan. Setiap hari sampah kertas di dunia berasal dari 27.000 batang kayu.

2. Pada jaman elektronik ini, penghematan kertas dapat dilakukan dengan mengirim beritaberita maupun undangan lewat internet/email.

3. Pakai kertas dengan 2 sisi (bolak-balik) .

4. Kertas yang telah dipakai 2 sisi (bolak-balik) dan sudah tak terpakai lagi, kumpulkan dan berikan pada pemulung untuk dijual sebagai bahan kertas daur ulang.

5. Pakai lagi amplop dengan membaliknya, hal itu tak akan mengurangi rasa hormat anda pada penerima surat anda.

6. Pilih isi ulang pulsa dengan yang elektrik bukan gesek untuk menghemat penggunaan kertas.

BBM / GAS EMISI 7. Pilihlah produk dalam negeri.. Produk yang diimpor akan menghabiskan emisi CO2 untuk pengangkutannya.

8. Mengemudilah dengan benar (eco driving) agar hemat bahan bakar dan mengurangi emisi CO2. Caranya : o tidak mengemudi dengan agresif

pindah ke transmisi yang lebih tinggi secepat mungkin dan jangan terlalu cepat saat pindah ke gigi yang lebih rendah.

Buat janji untuk pergi bersama dengan keluarga atau teman untuk menghemat BBM, jangan pergi sendiri-sendiri jika arah tujuan sama atau sejalan, kecuali yang bukan muhrimnya jangan melakukan perjalanan bersama-sama.

Bepergian dengan kendaraan umum sangat menghemat BBM karena dapat membawa banyak penumpang (bis, kereta api) dibandingkan dengan mobil pribadi.

Berjalan kaki atau bersepeda dapat menyelamatkan bumi, disamping itu sangat baik untuk kesehatan.

UNTUK APA MENANAM POHON ? - pabrik oksigen bagi mahluk hidup - penyerap polusi udara - penyerap gas CO2 sehingga mengurangi pemanasan global - akarnya berfungsi menyerap air hujan sehingga membantu kita terhindar dari banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau - pepohonan yang rindang dapat berfungsi sebagai AC alami karena dapat menurunkan suhu udara di sekitarnya - memanfaatkan lahan tidur

Bayangkan kerugiannya jika pohon ditebang.. Pakailah bambu sebagai pengganti kayu GAS RUMAH KACA Adalah gas dari atmosfer yang berfungsi SEPERTI panel kaca yang ada di rumah kaca. Tugasnya, menangkap energi panas matahari supaya tidak terlepas kembali ke atmosfir. Yang termasuk kategori gas rumah kaca adalah CO2 (carbon dioksida), NO2 (dinitro oksida) dan CH4 (metana). Tanpa kehadiran gas-gas ini, panas akan menguap ke angkasa kembali dan temperatur rata-rata bumi menjadi 63o F (33o C) lebih dingin. EFEK RUMAH KACABUKAN karena gedung/rumah berkaca. CO2 dihasilkan karena pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara). Pemakaian pupuk kimia juga berpotensi menghasilkan gas metana (CH4). PEMBOROSAN PENYEBAB GLOBAL WARMING. - boros tissue = pohon habis untuk bahan baku = penyebab global warming - pakai pendingin elektronik berlebihan = boros BBM = penyebab global warming - boros plastik = boros minyak bumi (bahan bakar plastik) = penyebab global

warming - boros lampu = boros energi = penyebab global warming - barang impor = butuh BBM banyak untuk mengangkut = penyebab global warming - boros menggunakan AC = boros energi = penyebab global warming " TANGKAP" AIR HUJAN dengan cara : - buat sumur resapan atau sumur biopori - buat bak penampung air hujan - tanam pohon

Tampung air hujan dan gunakan untuk menyiram tanaman, menyikat kamar mandi,mengepel, dll

MEMBUAT SUMUR BIOPORI 1. gali lubang bentuk silinder, diameter 10 ? 30 cm, kedalaman 80 ? 100 cm (boleh kurang jika muka air tanah dangkal) 2. jarak antara lubang yang satu dengan yang lain 50 ? 100 cm 3. isi lubang dengan sampah organik (sampah dapur, daun, rumput). Tambah terus sampah organik jika isi lubang berkurang akibat pembusukan 4. perkuat mulut lubang dengan memasukkan paralon (10 cm) dan pinggir mulut lubang disemen agar tidak longsor 5. tutup dengan "loster" atau tutup saluran WC agar tidak membahayakan anakanak Sumur biopori, cara mudah untuk : 1. mengatasi banjir karena meningkatkan daya resapan air 2. mengatasi sampah karena dapat mengubah sampah organik menjadi kompos 3. mengurangi emisi dari kegiatan mengkompos sampah organik

4. menyuburkan tanah 5. mengatasi masalah timbulnya genangan air penyebab demam berdarah dan malaria DAPUR 1. Hindari pemakaian sumpit sekali pakai dan sedotan (hanya dipakai 3 menit) agar tidak menambah jumlah sampah. Pakailah sumpit yang setelah pakai dapat dicuci dan digunakan lagi. 2. Cuci dan gunakan kembali peralatan makan setelah dipakai untuk acara kemudian. Jika kondisinya sudah buruk dan terpaksa dibuang, bersihkan dulu dari sisa makanan, lalu berikan pada pemulung. 3. Habiskan makanan yang ada dipiring untuk mengurangi sampah. 4. Hindari membuang air minum yang tersisa di gelas/botol. Gunakan untuk menyiram tanaman, mencuci tangan, dsb Usahakan menghabiskan minuman anda. 5. Aneka jenis tissue diproduksi dari serat kayu dan tidak dapat didaur ulang. Gunakan lap/serbet yang bisa dipakai berulang kali untuk lap piring, serbet makan, lap meja, dll 6. Kantong teh celup terbuat dari bahan yang sulit hancur. Pilih teh bubuk dan bukan teh celup. 7. Jangan biarkan magic jar menyala selama 24 jam sehari. Segera matikan setelah nasi atau masakan matang. nyalakan hanya sesaat ingin memanaskan nasi atau makanan. 8. Minyak goreng dibuat dari kelapa sawit. Keberadaan kebun kelapa sawit telah mengubah wajah hutan alam di Indonesia . Berhematlah menggunakan minyak goreng untuk menyelamatkan hutan kita dan mengurangi emisi.. Hutan gambut menyerap emisi karbon lebih besar dari hujan. 9. Pilih sabun atau shampoo berukuran besar, bisa diisi ulang. Selain lebih ekonomis, kita juga bisa mengurangi sampah kemasan. 10.Kulkas yang kosong lebih menghabiskan listrik daripada kulkas yang penuh

Jangan Hancurkan Terumbu Karang

Selama 100 tahun terakhir, paras muka air laut naik 1 meter, suhu permukaan bumi naik 1 derajat Celcius. Dunia kian dipadati manusia, lebih dari enam-setengah miliar jiwa. Perjuangan memenuhi kebutuhan hidup kian ganas. Industri wahana modernisani kian meluas dan kian rakus. Maka polusi pun kian kejam, khususnya ketika CO2 mengangkasa lalu merangsang tumbuhnya kubah raksasa yaitu efek rumahkaca, hingga pemanasan global (global warming) pun kian melelehkan es kedua kutub bumi. Maka menjadi tidak aneh ketika ribuan pakar dunia mengabarkan betapa cepatnya paras permukaan air laut naik. Menurut beberapa ahli pakar dunia mengatakan bahwa setiap kenaikan temperatur bumi 10 C, permukaan air laut naik 1 meter. Faktanya, selama 100 tahun terakhir, paras muka air laut telah naik 1 meter. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka bukan tidak mungkin pada tahun 2030-an sekitar 2000 pulau milik Indonesia tenggelam. Pemanasan global yang saat ini terjadi bukan hanya mengancam kehidupan manusia di atas permukaan tanah namun juga mengancam ekosistem terumbu karang di bawah laut. Pada peristiwa El Nino tahun 1997/1998, suhu permukaan air laut naik secara tiba-tiba, menyebabkan terjadinya pemutihan karang secara massal dan mematikan sekitar 16% terumbu karang di seluruh dunia. Sebagian besar diantaranya adalah terumbu karang yang berumur ratusan bahkan ribuan tahun. Indonesia sebagai negara yang memiliki hutan cukup luas di dunia, sangat memainkan peran penting untuk bisa menjaga paru-paru dunia. Sejauh ini hutan di percaya sebagai paru-paru dunia yang dapat mengikat emisi karbon yang di lepas ke udara oleh pabrik-pabrik industri, kendaran bermotor, kebakaran hutan, asap rokok dan banyak lagi sumber-sumber emisi karbon lainnya, sehingga dapat mengurangi dampak pemanasan global. Namun sesungguhnya Indonesia yang 2/3 wilayahnya adalah lautan, juga memiliki fungsi dan peran cukup besar dalam mengikat emisi karbon bahkan dua kali lipat dari kapasitas hutan. Emisi karbon yang sampai ke laut, diserap oleh phytoplankton yang jumlahnya sangat banyak dilautan dan kemudian ditenggelamkan ke dasar laut atau diubah menjadi sumber energi ketika phytoplankton tersebut dimakan oleh ikan dan biota laut lainya. Indonesia merupakan negara pengekspor karang hidup terbesar dunia. Tercatat 200 ribu karang pada 2002 sampai 800 ribu karang pada 2005 telah di ekspor dari Indonesia. Sementara sumbangan produksi terumbu karang Indonesia di sektor perikanan mencapai US$ 600 juta per tahun. Ini karena Indonesia terletak dalam jantung kawasan segitiga karang dunia (heart of global coral triangle). Lokasi ini menjadikan Indonesia memiliki jumlah jenis karang terbesar di dunia dari sekitar 700 jenis karang di dunia, 590 diantaranya ada di Indonesia. Disisi lain coral triangle memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. lebih dari 120 juta orang hidupnya bergantung pada terumbu karang dan perikanan di kawasan tersebut. Coral triangle yang meliputi Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon ini, merupakan kawasan yang memiliki keanakaragaman hayati laut tertinggi di dunia khususnya terumbu karang.

Namun, pemanasan global juga membawa ancaman terhadap terumbu karang Indonesia, yang merupakan jantung kawasan segitiga karang dunia. Dampak dari naiknya suhu dan permukaan air laut yang terjadi pada akhir-akhir ini telah mengakibatkan 30% terumbu karang yang ada di Indonesia telah mengalami bleaching (pemutihan). Jika luas total terumbu karang yang ada di Indonesia 51.020 km2, terumbu karang yang mengalami pemutihan akibat pamanasan global ini sedikitnya telah mencapai 15.306 km2. Kondisi ini juga akan memberikan implikasi pada sosial ekonomi masyarakat sekitar dan pariwisata bahari. Naiknya suhu dan permukaan air laut adalah dua kendala yang menjadi penyebab utama kerusakan dan kepunahan terumbu karang. Kedua kendala tersebut juga memberikan dampak serius pada ekologi samudera dan yang paling penting terumbu karang yang merupakan tempat tinggal berbagai macam mahluk hidup samudera. Hewan karang akan menjadi stres apabila terjadi kenaikan suhu lebih dari 2-3 derajat celcius di atas suhu air laut normal. Pada saat stress, pigmen warna (Alga bersel satu atau zooxanthellae) yang melekat pada tubuhnya akan pergi ataupun mati sehingga menyebabkan terjadinya bleaching (pemutihan). Sebanyak 70-80 persen karang menggantungkan makanan pada alga tersebut, jadi mereka akan mengalami kelaparan ataupun kematian. Bila karang memutih atau mati, rantai makanan akan terputus yang berdampak pada ketersediaan ikan dilaut dan ekosistem laut. Terumbu karang dapat mengurangi dampak dari pemanasan global. Terumbu karang dengan kondisi yang baik memiliki fungsi yang cukup luas, yaitu memecah ombak dan mengurangi erosi; tempat cadangan deposisi kapur yang mengandung carbon; sebagai tempat berkembangbiak, mencari makan dan berlindung bagi ikan dan biota laut lainnya. Terumbu karang juga berfungsi mengurangi karbon yang lepas ke atmosfer sehingga dapat mengurangi kerusakan ozon. Tetapi pada terumbu karang dengan kondisi jelek terjadi pengurangan kapur yang mengakibatkan turunnya permukan terumbu karang. Sehingga gelombang laut tidak dapat lagi di pecah oleh terumbu karang yang letaknya menjadi jauh dibawah permukanan laut. Lambat laut, gempuran gelombang laut mengerus dataran rendah menjadi laut. Salah satu usaha menghadapi ancaman pemanasan global adalah menjaga dan memelihara terumbu karang. Imam Bachtiar, salah seorang pemerhati terumbu karang sudah sering kali mengingatkan Jika anda tidak memelihara terumbu karang di wilayah pesisir anda, cucu anda tidak dapat mewarisi tanah dan rumah anda sekarang, karena 100 tahun lagi akan menjadi laut. Akankah kita berdiam diri hingga prediksi ini benar-benar terjadi? Para pemerhati lingkungan juga melontarkan berbagai gagasan, ide dan saran kepada pengambil kebijakan untuk menjaga kondisi terumbu karang agar dapat berfungsi dengan baik. Salah satunya ajakan untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan Friends of the Reef (FoR) di beberapa lokasi di Asia Pasifik. Misi utama FoR adalah mengasilkan stategi untuk meningkatkan daya tahan dan daya lenting terumbu karang agar mampu menghadapi ancaman pemanasan global. Baru-baru ini Presiden Republik Indonesia mengadakan pertemuan di Sydney dan telah mengumumkan sekaligus mengajak negara-negara di dunia, khususnya di kawasan Asia Pasifik untuk menjaga dan melindungi kawasan segitiga karang dunia yang dikenal dengan nama Coral Triangle. Indonesia bersama lima negara lainnya yaitu Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea and

Kepulauan Salomon mengumumkan sebuah inisiatif perlindungan terumbu karang yang di sebut Coral Triangle Initiative (CTI). Inisiatif ini mendapat kesan positif dari negara- negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia. Perlindungan terhadap keanekaragaman hayati laut, terutama terumbu karang melalui CTI sangat erat kaitannya dengan ketahanan pangan upaya mengurangi kemiskinan. Jika terumbu karang terjaga baik, maka sumber perikanan juga akan terus memberikan pasokan makanan bagi manusia. Salah satu institusi yang mengembangkan program pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang adalah COREMAP yang menyampaikan informasi yang berimbang mengenai kondisi terumbu karang di Indonesia. Kemudian penggunaan slogan atau moto dalam program pengelolaan terumbu karang juga perlu mendapat perhatian khusus. Menjaga kelestarian terumbu karang bukan hanya menjadi tanggung jawab nelayan saja melainkan seluruh umat manusia di bumi ini. Seharusnya mulai sejak sekarang kita peduli terhadap terumbu karang. Dengan menanamkan pendidikan kepada masyarakat luas (terutama yang tinggal di sepanjang garis pantai) mengenai fenomena ini melalui beberapa media seperti leaflet, booklet dan berbagai media komunikasi cetak lainnya perlu disebarkan ke masyarakat, termasuk melalui media eletronik, radio dan televisi. Kemudian adanya penegakan hukum dan partisipasi pesisir dalam menjaga keutuhan wilayah pesisir yang salah satunya dengan mengawasi dan menjaga aktifitas penambangan liar di daerah pesisir yang harus segera dihentikan. Dan yang paling penting untuk mengurangi dampak dari pemanasan global dengan kampanye tentang gas emisi dari macam-macam sumber yang ikut memperburuk kondisi ozon. Mengupayakan kelestarian, perlindungan dan peningkatan kondisi ekosistem terumbu karang, terutama begi kepentingan masyarakat yang kelangsungan hidupnya sangat bergantung pada pemanfaatan ekosistem tersebut. Meningkatakan hubungan kerjasama antar institusi untuk dapat menyusun dan melaksanakan program-progam pengelolaan ekosistem terumbu karang berdasarkan keseimbangan dalam pemanfaatan sumber daya alam. Manyusun tata ruang dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut untuk mempertahankan kelestarian ekosistem terumbu karang dan kelastarian fungsi ekologis terumbu karang. Dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian, sistem informasi, pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan terumbu karang dengan meningkatkan peran sektor swasta dan kerjasama internasional merupakan kebijakan umum dalam pengelolaan terumbu karang di Indonesia.

10 Teknologi Pencegah Bumi dari Kehancuran

Ada anggapan dari kaum skeptis bahwa teknologi hanya merusak lingkungan. Anggapan ini menantang para ilmuwan untuk mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan. PBB memperkirakan, hingga tahun 2030 kebutuhan energi akan melonjak sebesar 60 persen. Sebanyak 2,9 miliar manusia akan kekurangan pasokan air. Berikut 10 jenis teknologi yang

tergolong dapat mencegah bumi dari kehancuran. 1. Memproduksi minyak secara alami Ada proses bernama thermo-depolymerization, suatu proses yang sama dengan bagaimana alam memproduksi minyak. Misalnya limbah berbasis karbon jika dipanaskan dan diberi tekanan tepat, mampu menghasilkan bahan minyak. Secara alamiah proses ini menbutuhkan waktu jutaan tahun. Dari eksperiman yang sudah-sudah, kotoran ayam kalkun mampu memproduksi sekitar 600 pon petroleum. 2. Menghilangkan garam dari air laut. PBB mencatat, suplai air bersih akan sangat terbatas bagi miliaran manusia pada pertengahan abad ini. Ada teknologi bernama desalinasi, yakni menghilangkan kadar garam dan mineral dari air laut sehingga layak diminum. Ini merupakan solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah krisis air. Masalahnya, teknologi ini masih terlalu mahal dan membutuhkan energi cukup besar. Kini para ilmuwan tengah mencari jalan agar desalinasi dapat berlangsung dengan energi lebih sedikit. Salah satu caranya adalah dengan melakukan evaporasi pada air sebelum masuk ke membran dengan pori-pori mikroskopis. 3. Tenaga Hidrogen. Bahan bakar hidrogen dianggap sebagai bahan bakar alternatif bebas polusi. Energi dihasilkan dari perpaduan antara hidrogen dan oksigen. Problemnya adalah bagaimana hidrogen itu dihasilkan. Molekul seperti air dan alkohol harus diproses dulu untuk mengekstaksi hidrogen sehingga menjadi sel bahan bakar. Proses ini juga membutuhkan energi besar. Namun setidaknya ilmuwan sudah mencoba membuat laptop serta peranti lain dengan tenaga fuel cell.

4. Tenaga surya Energi surya yang sampai di bumi terbentuk dari photon, dapat dikonversikan menjadi listrik atau panas. Beberapa perusahaan dan perumahan sudah berhasil menggunakan aplikasi ini. Mereka memakai sel surya dan termal surya lain sebagai media pengumpul energi. 5. Konversi Panas Laut Media pengumpul tenaga surya terbesar di bumi ini adalah air laut. Departemen Energi Amerika Serikat (AS) menyebut, laut mampu menyerap panas surya setara dengan energi yang dihasilkan 250 miliar barel minyal per hari. Ada teknologi bernama OTEC yang mampu mengkonversikan energi termal laut menjadi listrik. Perbedaan suhu antar permukaan laut mampu menjalankan turbin dan menggerakan generator. Masalahnya, teknologi ini masih kurang efisien.

6. Energi gelombang laut. Laut melingkupi 70 persen permukaan bumi. Gelombangnya menyimpan energi besar yang dapat menggerakkan turbin-turbin sehingga mengasilkan listrik. Problemnya agak sulit memperkirakan kapan gelombang laut cukup besar sehingga memproduksi energi yang cukup. Solusinya adalah dengan menyimpan sebagian energi ketika gelombang cukup besar. Sungai Timur kota New York saat ini sedang menjadi proyek percobaan dengan enam turbin bertenaga

gelombanng air. Sedangkan Portugis justru sudah lebih dulu mempraktikan teknologi ini dan sukses menerangi lebih dari 1500 rumah. 7. Menanami atap rumah Konsep ini diilhami dari Taman Gantung Babilonia yang masuk dalam daftar Tujuh Keajaiban Dunia. Istana Babilonia terdiri atas atap yang ditanami aneka flora, juga balkon dan terasnya. Taman atap ini mampu menyerap panas dan mengurangi karbon dioksida. Bayangkan jika burung-burung dan kupu-kupu berterbangan di sekitar rumah hijau kita. 8. Bioremediasi Ada proses bernama bioremediasi, yakni memanfaatkan mikroba dan tanaman untuk membersihkan kontaminasi. Salah satunya adalah membersihkan kandungan nitrat dalam air dengan bantuan mikroba. Atau memakai tanaman untuk menetralisir arsenik dari tanah. Beberapa tumbuhan asli ternyata punya daedah untuk membersihkan bumi kita dari aneka polusi. 9. Kubur barang-barang perusak Karbon dioksida adalah faktor utama penyebab pemanasan global. Energy Information Administration (EIA) mencatat, tahun 2030 emisi karbon dioksida mencapai 8000 juta metrik ton. Metode paling sederhana untuk menekan kandungan zat berbahaya itu adalah dengan menguburkan berbagai sumber penghasil CO2 seperti aneka limbah elektronik berbahaya. Namun ilmuwan masih belum yakin bahwa gas berbahaya akan tersimpan aman. Tetap saja kelak akan muncul imbas negatifnya bagi lingkungan. 10. Buku elektronik Bayangkan, berapa ton kertas dan berapa banyak pohon harus ditebang bagi seantero dunia jika kita semua harus membeli koran, majalah, novel, buku pelajaran, buku tulis, kertas faks, sampai tisu toilet. Buku elektronik atau surat elektronik yang lebih dikenal dengan e-book dan email memberi kontribusi sangat berarti pada kelangsungan hidup. Dengan teknologi itu, produksi kertas dapat ditekan, sehingga bahan kita tak perlu menebang terlalu banyak pohon.

Biofuel, tidak sehijau namanya.


Posted on 9 Februari 2008 by Rovicky

Rate This

Mungkin masih ingat tulisan dua tahun lalu tentang keraguanku adanya efek lingkungan terhadap proyek

biodiesel. Tulisan dua tahun lalu itu bisa dibaca ulang di Indonesia Produksi Biodiesel Mulai 2007 Whallah, dua tahun ya sudah lupa Pakdhe, wong banjir tahun lalu saja sudah hampir ngga ingat lagi Howgh dasar pelupa ! Makanya dicatet, Thole !!
Indonesia menjadi sorotan dalam pemanfaatan biofuel

Yang cukup mengagetkan adalah adanya penelitian dari The Nature Conservancy and the University of Minnesota yang akan dipublikasikan dalam majalah Science akhir bulan ini. Isi penelitiannya juga cukup memprihatinkan, karena menyinggung dan menyebutkan soal kiprah Indonesia dalam rencana memproduksi biofuel. AFP mengutip negara Indonesia sebagai kunci dalam global warming antara lain dalam beberapa kalimat berikut: The conversion of peatlands in Indonesia for palm oil plantations and deforestation in the Amazon for soy production have resulted in carbon losses, according to the new report. The conversion of peatlands for palm oil plantations in Indonesia ran up the greatest carbon debt which would require 423 years to pay off. The production of soybeans in the Amazon, which would not pay for itself in renewable soy biodiesel for 319 years. Hmm Indonesia lagi nantinya akan dituduh penyebab kerusakan lingkungan kalau salah urus begini. Padahal Palm oil di Indonesia kan buat minyak goreng ? Ya wis lah, pokoke itu palm oil buat minyak goreng saja, jangan dikonversi menjadi minyak bakar. Lagian kalau aku nggoreng tempe pakai apa nanti ? Hallah tempe juga mahal dhe, ganti krupuk aja ya ? Dibawah ini beberapa dampak lingkungan akibat penggunaan serta produksi dari biofuel diambil dari Majalah Science.

Chart modified from Science

Kerusakan ekosistem tidak hanya emisi.

Sebenernya kerusakan lingkungan akibat penggunaan biofuel bukan pada emisi pembakaran pada mesin, bukan sekedar emisi gas buang pada waktu mesin dinyalakan. Kerusakan lingkungan yang dilihat tentunya tidak hanya itu saja, tetapi selama waktu proses produksi biofuel inilah banyak hal-hal yang sakjannya juga menghasilkan emsisi atau bahkan zat-zat beracun yang membahayakan lingkungan. Pembakaran hutan pada saat pembukaan lahan, penggunaan bahan penyubur (pupuk) untuk meningkatkan daya subur tanah, juga penggunaan pestisida pada perkebunan jagung (corn), sampai nanti pada waktu proses pembuatan hasil tanaman menjadi minyak. Semua proses itu juga mengeluarkan emisi gas buang. Yang harus diluruskan adalah pengertian bebas dampak lingkungan dari sebuah energi alternatif. Memang benar ethanol akan memproduksi emisi gas buang lebih sedikit dibanding BBM lainnya. Tetapi memproduksi ethanol juga memproduksi emisi juga menimbulkan dampak ekologi yang lain.
Bagaimana dengan pemanfaatan energi lainnya ?

Tahukah anda bahwa anginpun juga diperlukan dalam sebuah proses penyebaran flora. Banyak tumbuh-tumbuhan yang yang menggunakan angin sebagai media transportasi dari spora-nya untuk berkembang biak.

Ngerti Spora ngga kamu, Thole ? Spora itu kan untuk pengembang biakan tumbuh-tumbuhan jenis paku-pakuan, kan ? Ah Pakdhe ngejek, aku begini juga masih ingat pelajaran wektu SD klas 4 dulu looh Mesti diketahui juga bahwa ada banyak ragam jenis energi yang dapat masuk kategori biofuel misalnya , Biomassa, Bioenergy dari sampah,minyak goreng bekas, Biodiesel, Bioalcohols, BioGas (yang menafaatkan kotoran hewan maupun manusia) , Solid Biofuels, Syngas (synthetic gas-gas buatan) dan masih banyak lagi jenisnya. Yang perlu dimengerti adanya fakta-fakta lain dalam pemanfaatan biofuel antara lain, adanya sebuah studi yang mengatakan bahwa dari 26 jenis biofuel, terdapat 21 jenis biofuel yang memiliki emisi gas buang lebih kecil dari BBM konvensional (fossil fuel). Namun ini akan mengurangi 30% dibanding penggunaan BBM fosil. Harus juga diketahui separoh dari jenis biofuel tadi memiliki dampak lebih buruk dibanding BBM fosil. Jadi jangan buru-buru mengatakan bahwa segala sesuatu yang berasal dari mahluk hidup pasti aman untuk lingkungan. Lah lantas jenis energi apakah yang bebas terhadap dampak lingkungan ? Pakdhe, segala sesuatu yang dilakukan manusia pasti mempengaruhi lingkungan kan ? Tapi sejauhmana dampaknya itu harus dimengerti lebih dulu sebelum melakukannya. Dan nanti kalau sudah melakukan harus bisa mengambil tindakan sesuai dengan yang semestinya. Itulah perlunya AMDAL yang menyeluruh, rak gitu ta Pakdhe ? Ya wis, pinter kowe, thole

You might also like