Professional Documents
Culture Documents
motif yang mendorong terjadinya tindakan tersebut. Motif ini tergantung pada kebutuhan
seseorang yang akan melakukan tindakan. Kekuatan utama teori Maslow sebenarnya
terletak pada tiga hal, yaitu :
Sehingga dapat disimpulkan, motivasi adalah suatu dorongan dari dalam maupun dari luar diri
seseorang untuk mengerjakan suatu tugas dengan sebaik-baiknya karena kebutuhan, yang
didasarkan pada kerangka acuan keberhasilan. Atau dengan kata lain, kesediaan, dorongan dan
upaya seseorang yang mengarahkan perilakunya untuk melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik yang diukur melalui indikator: memperoleh imbalan, terjalinnya
kerjasama, penghargaan, aktualisasi diri dan kepuasan dalam lingkungan kerja.
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti
menggerakkan (to move). Ada macam-macam rumusan untuk istilah motivasi, seperti:
1. Motivasi mewakili proses-proses psikological, yang menyebabkan timbulnya,
diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter)
yang diarahkan ke arah tujuan tertentu” (Mitchell, 1982:81).
2. Motivasi dapat diartikan sebagai proses dimana perilaku digerakkan dan
diarahkan, dengan kata lain bahwa motivasi adalah pemberian atau penimbulan
motif atau sebagai keadaan menjadi motif (Wexley dan Yuki ,1998:9).
3. Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal
bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan
persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu (Gray dan Starke,
1984:69).
Sejauh mana, secara psikologis, seorang pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja
SDM-nya, teori motivasi digunakan untuk mengidentifkasi apa yang memotivasi
karyawan bekerja. Teori-teori motivasi, menurut Mangkunegara (2006:62), dapat
dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Teori motivasi dengan pendekatan isi (Content Theory), yaitu teori motivasi yang
lebih banyak menekankan pada faktor apa yang membuat seseorang melakukan
suatu tindakan tertentu.
2. Teori motivasi dengan pendekatan proses (Process Theory), yaitu teori motivasi
yang tidak hanya menekanan pada faktor apa yang membuat seseorang bertindak,
tetapi juga pendekatan bagaimana orang tersebut termotivasi.
3. Teori motivasi dengan pendekatan penguat (Reinforcement Theory), yaitu teori
motivasi yang menekankan pada faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan suatu
tindakan dilakukan atau yang dapat mengurangi suatu tindakan.
Semua teori motivasi bertolak dari prinsip utama bahwa: ”manusia (seseorang) hanya
melakukan suatu kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan” (Nawawi,1997:351).
Berdasarkan prinsip utama tersebut telah dikembangkan enam teori motivasi dari sudut
psikologi, yaitu:
Menurut Prawirosentono (1999) kinerja seorang pegawai akan baik, jika pegawai
mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja, adanya imbalan/upah yang
layak dan mempunyai harapan masa depan. Secara teoritis ada tiga kelompok variabel
yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu, yaitu: variabel individu, variabel
organisasi dan variabel psikologis. Menurut Gibson (1987), model teori kinerja individu
pernah dibahas dalam artikel lain di site ini.
Kelompok variabel individu terdiri dari variabel kemampuan dan ketrampilan, latar
belakang pribadi dan demografis. Menurut Gibson (1987), variabel kemampuan dan
ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja
individu. Sedangkan variabel demografis mempunyai pengaruh yang tidak langsung.
Kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar
dan motivasi. Variabel ini menurut Gibson (1987) banyak dipengaruhi oleh keluarga,
tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.
Kelompok variabel organisasi menurut Gibson (1987) terdiri dari variabel sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Menurut Kopelman (1986),
variabel imbalan akan berpengaruh terhadap variabel motivasi, yang pada akhirnya
secara langsung mempengaruhi kinerja individu.
Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223) “Kinerja seseorang merupakan
kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil
kerjanya”. Maluyu S.P. Hasibuan (2001:34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja)
adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan
serta waktu”.
Menurut Barry Cushway (2002 : 1998) “Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang
telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan”.
Menurut Veizal Rivai ( 2004 : 309) mengemukakan kinerja adalah : “ merupakan perilaku
yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson Terjamahaan Jimmy Sadeli dan Bayu
Prawira (2001 : 78), “menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang
dilakukan atau tidak dilakukan karyawan”.
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001 : 82) faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1.Kemampuan mereka, 2.Motivasi,
3.Dukungan yang diterima, 4.Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan
5.Hubungan mereka dengan organisasi. Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik
kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja
(output) individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh
kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan
untuk berprestasi.
Penilaian Kinerja
Menurut Bambang Wahyudi ( 2002 : 101 ) “penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang
dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja / jabatan seorang tenaga
kerja, termasuk potensi pengembangannya”.
Menurut Henry Simamora ( 338 : 2004 ) “ penilaian kinerja adalah proses yang dipakai
oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan”.
Konsep motivasi yang dijelaskan oleh suwanto (2001:150) adalah sebagai berikut
1. Model Tradisional
sistem insentif dalam bentuk uang atau barang kepada pegawai yang
berprestasi.
mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan
penting.
Pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang tetapi
berprilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-
ini berpendapat bahwa manusia mau berkerja giat untuk dapat memenuhi
kerjanya.
3. Social needs
4. Esteem needs
1. Self Actualization
Walaupun setiap individu karyawan mempunyai keinginan yang berbeda-beda, tetapi ada
kesamaan dalam kebutuhannya, yaitu setiap manusia ingin hidup dan untuk hidup perlu
makan dan manusia normal mempunyai harga diri. Keinginan dan kebutuhan manusia
tersebut menggerakkan mereka untuk memenuhinya dan untuk memperoleh kepuasan
dengan tercapainya segala yang diinginkan.
Dengan hanya mengetahui teori-teori tentang motivasi serta memahami apa yang menjadi
kebutuhan manusia tidaklah cukup, oleh karena itu dalam pelaksanaan motivasi pihak
manajer harus mengetahui jenis-jenis motivasi agar dapat diterapkan model motivasi
mana yang cocok diterapkan oleh organisasi untuk memotivasi pegawainya.
Jenis-jenis motivasi menurut Malayu S.P Hasibuan (2003:99), adalah sebagai berikut :
Motivasi positif (insentif positif)
Manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan hadiah kepada mereka yang
berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja pegawai akan meningkat,
karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja
Motivasi negatif (insentif negatif)
Manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan hukumn kepada mereka yang
kerjanya kurang baik (prestasi rendah). Dengan memotivasi ini semangat kerja dalam
jangka waktu pendek akan meningkat, karena mereka takut dihukum, tetapi dalam jangka
waktu panjang dapat berakibat kurang baik.
Dalam praktek kedua jenis motivasi diatas sering digunakan manajer suatu perusahaan.
Penggunaannya harus tepat dan seimbang, supaya dapat meningkatkan semangat kerja
pegawai. Yang menjadi masalah adalah “kapan motivasi positif atau motivasi negatif” itu
efektif merangsang gauarh kerja pegawai.
Motivasi positif efektif untuk jangka panjang, sedangkan motivasi negatif untuk jangka
pendek saja. Tetapi manajer harus konsisten dan adil dalam menetapkannya.
Motivasi merupakan keinginan, hasrat motor penggerak dalam diri manusia, motivasi
berhubungan dengan faktor psikologi manusia yang mencerminkan antara sikap,
kebutuhan, dan kepuasan yang terjadi pada diri manusia sedangkan daya dorong yang
diluar diri seseorang ditimbulkan oleh pimpinan. Motivasi mempersoalkan bagaimana
cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif
sehingga dapat mencapai dan mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditentukan.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mendukung prilaku manusia supaya mau bekerja sama secara giat sehingga mencapai
hasil yang optimal. Suatu perusahaan dapat berkembang dengan baik dan mampu
mencapai tujuannya, karena didasari oleh motivasi.
BAB I
PENDAHULUAN
Lima fungsi utama manajemen adalah planning, organizing, staffing, leading, dan
controlling. Pada pelaksanaannya, setelah rencana dibuat (planning), organisasi dibentuk
(organizing), dan disusun personalianya (staffing), maka langkah berikutnya adalah
menugaskan/mengarahkan karyawan menuju ke arah tujuan yang telah ditentukan
(leading).
Fungsi pengarahan (leading) ini secara sederhana adalah membuat para karyawan
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan.
Memotivasi karyawan merupakan kegiatan kepemimpinan yang termasuk di dalam
fungsi ini. Kemampuan manajer untuk memotivasi karyawannya akan sangat menentukan
efektifitas manajer. Manajer harus dapat memotivasi para bawahannya agar pelaksanaan
kegiatan dan kepuasan kerja mereka meningkat.
Berbagai istilah digunakan untuk menyebut kata ‘motivasi’ (motivation) atau motif,
antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive).
Dalam hal ini, akan digunakan istilah motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi menunjuk kepada sebab, arah, dan
persistensi perilaku. Kita bicara mengenai penyebab suatu perilaku ketika kita bertanya
tentang mengapa seseorang melakukan sesuatu. Kita bicara mengenai arah perilaku
seseorang ketika kita menanyakan mengapa ia lakukan suatu hal tertentu yang mereka
lakukan. Kita bicara tentang persistensi ketika kita bertanya keheranan mengapa ia tetap
melakukan hal itu.
Untuk mengerti apa motivasi itu, marilah kita mulai dengan mengutarakan apa yang
bukan motivasi. Mengapa? Karena banyak orang keliru memandang motivasi sebagai ciri
kepribadian-artinya ada orang yang punya dan ada orang yang tidak. Meskipun dalam
praktek manajer dapat mencap karyawan tertentu sebagai orang yang tidak termotivasi,
ilmu manajemen meminta kita untuk tidak memberikan cap seperti itu. Apa yang benar-
benar kita ketahui ialah bahwa motivasi merupakan hasil interaksi antara individu dan
situasinya. Tentu saja, individu berbeda-beda dorongan motivasinya, tetapi keseluruhan
motivasi berbeda-beda dari satu situasi ke situasi lain. Ketika kita menganalisis konsep
motivasi, ingatlah bahwa tingkat motivasi berbeda-beda baik antar-individu maupun
dalam diri individu itu pada waktu yang berbeda-beda.
Motivasi adalah kesedian melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai sasaran
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan
sejumlah individu. Meskipun secara umum, motivasi merujuk ke upaya yang dilakukan
guna mencapai setiap sasaran, disini kita merujuk ke sasaran organisasi karena fokus kita
adalah perilaku yang berkaitan dengan kerja. Ada tiga unsur kunci dalam definisi itu :
upaya, sasaran organisasi, dan kebutuhan.
Unsur upaya merupakan ukuran intensitas atau dorongan. Seseorang yang termotivasi,
dia berusaha keras. Tetapi tingkat upaya yang tinggi tidak selalu menghasilkan kinerja
yang menguntungkan kecuali jika usaha itu disalurkan kearah yang menguntungkan
organisasi. Oleh karena itu, kita harus mempertimbangkan mutu usaha itu beserta
intensitasnya. Usaha yang diarahkan ke sasaran organisasi dan konsisten dengan sasaran
organisasi tersebut merupakan jenis usaha yang harus kita cari. Akhirnya, kita akan
memperlakukan motivasi sebagai proses memuaskan kebutuhan.
Kebutuhan mengacu ke keadaan batin yang membuat hasil-hasil tertentu tampak
menarik. Kebutuhan yang tidak terpuaskan menciptakan ketegangan yang merangsang
dorongan di dalam diri seseorang. Dorongan itu menimbulkan perilaku pencarian untuk
menemukan sasaran tertentu yang, jika tercapai, akan memuaskan kebutuhan itu dan
menurunkan ketegangan tadi.
Mendorong tingkat kinerja karyawan supaya tinggi menjadi pemikiran organisasi yang
sangat penting. Baik peneliti akademis maupun manajer praktisi-telah berusaha
memahami, dan menjelaskan motivasi karyawan selama bertahun-tahun. Pada makalah
ini, kita akan melihat teori-teori motivasi dari para ahli, diantaranya Abraham H. Maslow,
McClelland, Clyton Alderfer, Herzberg, Victor H. Vroom, Douglas McGregor, dll. Selain
itu masih ada beberapa teori-teori lainnya mengenai motivasi, yaitu Teori Keadilan atau
Kesetaraan, Teori Penentuan Sasaran, Teori Penguatan dan Modifikasi Pelaku, Teori
Kaitan Imbalan dengan Prestasi, dll.