You are on page 1of 1

Kenapa Bunga Bank Haram?

Kami akan kutipkan beberapa pokok argumen secarara singkat dilengkapi dengan
jawaban atas kelemahannya.

1. Alasan Pertama: Darurat

Alasan darurat adalah alasan paling klasik dan paling sering terdengar atas
dibolehkannya bank ribawi. Biasanya dalil yang digunakan adalah Kaidah Fiqhiyah yang
berbunyi [adhdharuratu tubihul mahzhurat] artinya dharurat itu membolehkan
mahzurot/yang dilarang.
Pendapat seperti di atas bila dikaitkan dengan kondisi sekarang sudah tidak sesuai lagi.
Karena kaidah fiqiyah yang berkaitan dengan darurat itu masih ada kaidah lainnya yaitu
[adhdharuratu tuqaddar biqadriha] artinya bahwa darurat itu harus dibatasi sesuai dengan
kadarnya.
As-Suyuti menjelaskan tentang sifat darurat, yaitu apabila seseorang tidak segera
melakukan sesuatu tindakan yang cepat, akan membawa pada jurang kematian. Padahal
bila kita tidak menabung di bank konvensional tetapi di bank syariat, kita tidak akan
celaka atau mati.
Sedang Dr. Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa situasi darurat itu seperti seseorang
yang tersesat di hutan dan tidak ada makanan kecuali daging yang diharamkan. Dalam
keadaan itu Allah menghalalkan dengan dua batasan.
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging dan binatang
yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS Al-Baqarah: 173).

2. Alasan Kedua: Yang Haram Adalah yang Berlipat Ganda

Ada pendapat yang mengatakan bahwa bunga bank hanya dikategorikan riba bila sudah
berlipat ganda dan memberatkan, sedangkan bila kecil dan wajar-wajar saja dibenarkan.
Pendapat ini berasal dari pemahaman yang salah tentang surat Ali Imran ayat 130 yang
berbunyi:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda.
(QS Ali Imran: 130)
3. Alasan Ketiga: Yang Haram Melakukan Riba Adalah Individu Bukan Badan
Hukum

Bank adalah sebuah badan hukum dan bukan individu. Karena bukan individu, maka
bank tidak mendapat beban (taklif) dari Allah. Seperti yang sering disebutkan sebagai
syarat mukallaf antara lain: akil, baligh, tamyiz dan seterusnya. Bank tidak akil, baligh
dan tamyiz. Artinya bukanlah mukallaf. Sehingga praktek bank tidak termasuk berdosa,
karena yang dapat berdosa adalah individu. Ketika ayat riba turun di jazirah Arabia,
belum ada bank atau lembaga keuangan.
4. Alasan Keempat: Yang Haram adalah yang Konsumtif

Pendapat ini mengatakan bahwa riba yang diharamkan hanya bersifat konsumtif saja.
Sedangkan riba yang bersifat produktif tidak haram.
Alasan yang digunakan adalah 'illat dari riba yaitu pemerasan. Dan pemerasan ini hanya
dapat terjadi pada bentuk pinjaman yang konsumtif saja. Sebab debitur bermaksud
menggunakan uangnya untuk menutupi kebutuhan pokoknya saja seperti makan, minum,
pakaian, rumah dan lain-lain. Debitur melakukan itu karena darurat dan tidak punya jalan
lain. Maka mengambil untung dari praktek konsumtif seperti ini haram

You might also like