You are on page 1of 17

AYAT TENTANG PERINTAH MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP (QS AR-RUM 41-42)

oleh WAHIDAH 1. PETA KONSEP 1. Membaca surah Ar-Rum ayat 41-42 2. Hukum Bacaan atau Tajwid 3. Terjemah Mufradat 4. Terjemah surat Ar-Rum ayat 41-42 5. Isi kandungan surah Ar-Rum ayat 41-42 1. Pengertian kelestarian lingkungan hidup 2. Contoh perbuatan menjaga kelestarian lingkungan hidup 3. Tafsir surah ar-rum 41-42 6. Hadits tentang perbuatan manusia 7. Penjelasan hadits tentang perbuatan manusia 8. Kesimpulan 1. URAIAN MATERI 1. Membaca surah Ar-Rum 41-42 tygs $|x9$# h y99$# st79$#ur $yJ/ Mt6|x. r& $Z9$# Ngs) 9 ut/ %!$# (#q=Hx Ng=ys9 tbq_t @% (#r F{$# (#rR$$s y# x. tb%x. pt7)t t%!$# `B @6s% 4 tb%x. Od sY2r& t. B 1. Hukum bacaan atau tajwid $|x9$# : alif lam qamariyah $|x9$# : mad thabi

y99$# : alif lam qamariyah st79$# : alif lam qamariyah $yJ/ : mad thabi

$Z9$# : alif lam syamsiyah $Z9$# : mad thabii

Ngs) 9 ut/Ngs) 9 %!$# : alif lam qamariyah #q=Hx tbq_t Ng=ys9 bq_t #r : mad thabii F{$# : alif lam syamsiyah #rR$$s #rR$$s b%x. : mad thabii pt7)t : mad thabii %!$# @6s% `B @6s% : qalqalah sughra tb%x. : mad thabii t. BOd sY2r& . B 1. Terjemahan Mufradat tygs $|x9$# h y99$# st79$# : telah nampak : kerusakan : daratan : lautan

: mad thabii : idzhar syafawi

: mad thabii : idzhar syafawi : mad aridh lissukun

: ikhfa : mad thabii

: mad thabii : ikhfa

: idgham maal ghunnah : mad aridh lissukun

Mt6|x. r& $Z9$# Ngs) 9 ut/ (#q=Hx Ng=ys9 tbq_t (#r F{$# (#rR$$s pt7)t Od sY2r& t. B

: perbuatan, berbuat : tangan-tangan : manusia : supaya Allah merasakan kepada mereka

: sebagian : perbuatan mereka : agar mereka : kembali : berjalanlah kalian : bumi : perhatikanlah : kesudahan/akibat : kebanyakan dari mereka : orang-orang musyrik

1. Terjemahan surah Ar-Rum ayat 41-42 41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). 42. Katakanlah: Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah). 1. Isi kandungan surah Ar-Rum ayat 41-42 1. Pengertian menjaga kelestarian lingkungan hidup menurut kamus besar bahasa indonesia, kata lestari artinya tetap selama-lamanya, kekal, tidak berubah sebagai sediakala, melestarikan; menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah dan serasi : cocok, sesuai, berdasarkan kamus ini melestarikan, keserasian, dan keseimbangan lingkungan berarti membuat tetap tidak berubah atau keserasian dan keseimbangan lingkungan

(http://agustinarahmayani.wordpress.com/2008/04/17/pemanfaatan-dan-pelestarian-lingkunganhidup/) Menurut Prof.Dr.Otto Soemarwoto, Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Menurut UU No.4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan Lingkungan Hidup, jumto UU No. 23 Tahun 1997, Pasal I bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya. Menurut Prof. Dr. Emil Salim Lingkungan Hidup adalah segala benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal-hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya . 1. Contoh perbuatan menjaga kelestarian lingkungan hidup a) Pencegahan masalah air dilakukan dengan cara pencegahan pencemaran, pengamanan pintu-pintu air, pengunaan air tidak boros. Hutan-hutan disekitar sungai, danau, mata air dan rawa perlu diamankan. upaya untuk mengurangi pencemaran sungai diantaranya melalui program kali bersih (prokasih) terhadap sungai-sungai yang telah tercemar. b) Mencegah cara ladang berpindah / Perladangan Berpindah-pindah.Terkadang para petani tidak mau pusing mengenai kesuburan tanah. Mereka akan mencari lahan pertanian baru ketika tanah yang ditanami sudah tidak subur lagi tanpa adanya tanggung jawab membiarkan ladang terbengkalai dan tandus. Sebaiknya lahan pertanian dibuat menetap dengan menggunakan pupuk untuk menyuburkan tanah yang sudah tidak produktif lagi. c) Contoh perbuatan yang paling sederhana dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup, yaitu dengan selalu nembuang sampah pada tempatnya, dan tidak membuangnya sembarangan. Karena perbuatan membuang sampah sembarangan ini, dapat menyebabkan banjir. Karena banjir bisa terjadi akibat tertutupnya saluran-saluran air, sehingga air hujan atau air lainnya, tidak dapat mengalir dengan lancar. 1. Tafsir surah ar-rum 41-42 Pada ayat 41 surah ar-rum, terdapat penegasan Allah bahwa berbagai kerusakan yang terjadi di daratan dan di lautan adalah akibat perbuatan manusia. Hal tersebut hendaknya disadari oleh umat manusia dan karenanya manusia harus segera menghentikan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan di daratan dan di lautan dan menggantinya dengan perbuatan baik dan bermanfaat untuk kelestarian alam. (syamsuri, 2004: 116)

Kata zhahara pada mulanya berarti terjadinya sesuatu dipermukaan bumi. Sehingga, karena dia dipermukaan, maka menjadi nampak dan terang serta diketahui dengan jelas. Sedangkan kata alfasad menurut al-ashfahani adalahkeluarnya sesuatu dari keseimbangan,baik sedikit maupun banyak. Kata ini digunakan menunjuk apa saja, baik jasmani, jiwa, maupun hal-hal lain.(quraish shihab, 2005: 76) Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad itu. Ini dapat berarti daratan dan lautan menjadi arena kerusakan, yang hasilnya keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Inilah yang mengantar sementara ulama kontemporer memahami ayat ini sebagai isyarat tentang kerusakan lingkungan.( quraish shihab, 2005: 77) Sedangkan pada ayat 42 surah ar-rum pula, menerangkan tentang perintah untuk mempelajari sejarah umat-umat terdahulu. Berbagai bencana yang menimpa umat-umat terdahulu adalah disebabkan perbuatan dan kemusyrikan mereka, mereka tidak mau menghambakan diri kepada Allah, justru kepada selain Allah dan hawa nafsu mereka.( syamsuri, 2004: 116). Selain itu pula, ayat ini mengingatkan mereka pada akhir perjalanan ini bahwa mereka dapat mengalami apa yang dialami oleh orang-orang musyrik sebelum mereka. Mereka pun mengetahui akibat yang diterima oleh banyak orang dari mereka. Mereka juga melihat bekas-bekas para pendahulunya itu, ketika mereka berjalan dimuka bumi, dan melewati bekas-bekas tersebut.(sayyid quthb, 2003: 226) dan dengan melakukan perjalanan dimuka bumi juga dapat membuktikan bahwa kerusakan-kerusakan di muka bumi ini adalah betul-betul akibat perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab serta mengingkari nikmat Allah, dan dengan melihat dan meneliti bukti-bukti sejarah, maka mereka dapat mengambil pelajaran atas peristiwa-peristiwa yang telah lalu, yang pernah menimpa umat manusia.(Moh.matsna, 2004:84) Allah SWT menciptakan alam semesta dan segala isinya, daratan, lautan, angkasa raya, flora, fauna, adalah untuk kepentingan umat manusia (QS an-Nahl: 10-16) Manusia sebagai khalifah Allah, diamanati oleh Allah untuk melakukan usaha-usaha agar alam semesta dan segala isinya tetap lestari, sehingga umat manusia dapat mengambil manfaat, menggali dan mengelolanya untuk kesejahteraan umat manusia dan sekaligus sebagai bekal dalam beribadah dan beramal shaleh. Ketamakan manusia terhadap alam seperti tersebut,telah berakibat buruk terhadap diri mereka sendiri, seperti longsor, banjir, dll. Diperlukan upaya yang keras dan konsisten dari kita semua sebagai khalifah Allah agar kewajiban untuk memelihara dan melestarikan alam demi kesejahteraan bersama tetap terjaga. Dalam melaksanakan kewajibannya, sebagai khalifah juga umat manusia, kita disuruh untuk mempelajari sejarah umat-umat terdahulu dan mengambil pelajaran darinya.(syamsuri, 2006:97) 1. Hadits tentang perbuatan manusia (Moh. Matsna, 2004: 85-86) : : )

Artinya: dari Abi Amr Ibn Jubair Ibn Abdillah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: barang siapa yang berbuat baik dalam islam, maka ia akan memperoleh pahala dari perbuatan itu dan pahala dari orang yang melaksanakan atau meniru prakarsa itu setelahnya tanpa mengurangi pahala orang-orang yang menirunya. Dan barang siapa berprakarsa yang jelek, maka ia akan mendapatkan dosa dari prakarsanya itu tanpa mengurangi dosa orang yang menirunya (HR.Muslim) 1. Penjelasan hadits tentang perbuatan manusia (Moh. Matsna, 2004: 86) Hadits diatas menjelaskan bahwa siapa saja yang memprakarsai suatu perbuatan yang baik, seperti menciptakan suatu teori, metode, atau cara yang baik kemudian ditiru dan dilaksanakan oleh orang lain maka ia akan memperoleh pahala hasil prakarsa dan penemuannya itu serta pahala yang terus mengalir dari pahala-pahala orang yang menirunya dan melaksanakannya tanpa mengurangi pahala-pahala orang yang mengikutinya itu. Contohnya orang yang berusaha mengangkat kehidupan orang miskin dengan cara memberi pinjaman modal usaha kecil-kecilan. Bila usahanya sudah berjalan dan pinjamannya dapat dikembalikan dengan cara diangsur tanpa bunga, apabila perbuatan ini diikuti oleh orang lain, maka si pemrakarsa tadi akan mendapat dua pahala. Begitu juga sebaliknya, orang yang berbuat kejahatan, ia akan mendapat dua dosa dari perbuatan dirinya dan dari dosa orang yang menirunya. Contohnya orang yang mencari lahan pertanian dengan cara membakar hutan sehingga hutan menjadi gundul dan rusak, lalu perbuatannya itu ditiru orang lain, maka ia akan mendapat dua dosa dari perbuatannya sendiri dan dosa dari orangorang yang mengikuti jejaknya 1. Kesimpulan 1. Kerusakan alam bisa terjadi karena ulah perbuatan tangan manusia sendiri 2. Dampak negatif kerusakan akan dirasakan manusia 3. Manusia dianjurkan untuk melihat sejarah, bagaimana akibat umat yang berbuat di bumi ini, dan jadikanlah itu sebagai peringatan bagi dirinya. 4. Manusia diperingatkan untuk selalu mengingat Allah dan tidak menyakutukannya dengan sesuatu apapun selain dariNya, karena itu akan berdampak buruk, baik bagi lingkungan, juga bagi manusia sendiri. 1. ANALISIS Dari materi yang dipaparkan diatas, maka terdapat beberapa unsur didalamnya, yaitu Pertama, konsep yang terdapat pada bagian isi kandungan surah Ar-Rum 41-42, yang didalamnya memaparkan maksud dari manjaga kelestarian lingkungan secara umum. Kedua, fakta yang juga terdapat pada bagian isi kandungan surah Ar-Rum 41-42, dimana kehancuran yang dialami oleh umat-umat pada masa dahulu, yang diakibatkan karena perbuatan mereka, yaitu menyekutukan Allah. Selain itu, juga terdapat contoh-contoh akibat dari kerusakan lingkungan, seperti adanya banjir, longsor, dll. Yang ketiga yaitu prinsip yang terdapat pada poin 1, 2, dan 3 pada peta konsep, dimana tercantum dasar-dasar yang melandasi anjuran menjaga kalestarian lingkungan. Dan yangkeempat yaitu nilai yang terdapat pada bagian 5, dimana terdapat hal-hal yang bisa dijadikan pedoman dalam berbuat sesuatu untuk menjaga kelestarian lingkungan dan tidak

merusaknya. Kemudian selanjutnya yang kelima, keterampilan yaitu terdapat pada poin 1, yakni membaca Q.S Ar-Rum 41-42. DAFTAR PUSTAKA Matsna, Mohammad. 2004. Al-Quran Hadits Madrasah Aliyah. Semarang: PT Karya Toha Putra Quthb, Sayyid. 2003. Tafsir Fi Zhilalil Quran. Jakarta: Gema Insani Press Shihab, Quraish. 2005. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati Syamsuri. 2004. Pendidikan Agama Islam untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga Syamsuri. 2006. Pendidikan Agama Islam KTSP untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga (http://agustinarahmayani.wordpress.com/2008/04/17/pemanfaatan-dan-pelestarian-lingkunganhidup/)
About these ads

QS: Ar-rum:41 - 42,Al-A'raf:56 - 58,As-Sad: 27


Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(QS. 30:41) Tafsir Surah Ar Ruum 41 14( )

Timbulnya kerusakan baik di darat maupun di laut, adalah sebagai akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Karena merekalah yang ditugaskan Tuhan untuk mengurus bumi ini. Mereka mempunyai inisiatif dan daya kreatif. Sedangkan segala makhluk. selain manusia yang ada di permukaan bumi ini bergerak hanya menurut tabiat dan instinknya yang telah. ditetapkan Allah kepadanya, mereka tidak mempunyai inisiatif (naluri) daya upaya selain dari instink itu. Karena itu segala makhluk selain manusia, keadaannya tetap sejak dulu kala sampai sekarang. Mereka tidak mengalami perubahan. Hanya manusia sendirilah yang hidup bermasyarakat dan mempunyai kebebasan. Mereka mempunyai akal dan berkebudayaan. Kebudayaan manusia itu makin lama makin maju sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Sesuai dengan perkembangan itu, perkembangan persenjataan, dari alat yang sangat sederhana sampai kepada bom atom neutron yang mutakhir ini, maju pula. Alat persenjataan itu maju karena adanya perselisihan dan pertentangan yang hebat antara orang dengan orang lainnya, atau antara golongan dengan golongan lainnya, atau antara negara dengan negara lainnya. Perselisihan timbul karena adanya penyelewengan, perbedaan pendapat, baik dalam pergaulan atau dalam akidah, seperti kedurhakaan kepada Allah SWT, dusta, korupsi, manipulasi, khianat, tidak mempunyai pendirian dan lain-lain sebagainya yang memenuhi dunia dan manusia dengan kejelekan dan keburukan. Dalam ayat ini dinyatakan bahwa kerusakan itu timbul di darat dan di laut. Sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa "laut" di sini berarti kota-kota besar atau desa-desa yang di pinggir laut. Sedangkan darat artinya kampung-kampung atau desa-desa yang terdapat di darat atau padang pasir. Pernyataan Allah itu merupakan suatu petunjuk bahwa kerusakan itu adalah insidentil sifatnya. Sebelum ada manusia tak ada kerusakan. Tetapi berbarengan dengan adanya manusia maka kerusakan itupun terjadi pula. Hal itu bukan berarti bahwa manusia itu faktor perusak di atas bumi ini. Sebab kalau demikian halnya, tentu manusia itu tak berhak menjadi wakil Tuhan di bumi. Tetapi kalimat itu memberikan petunjuk bahwa dasar kejadian semua makhluk yang ada di bumi, termasuk bumi adalah baik. Dalam hal ini keadaannya tak ubahnya seperti keadaan manusia pada permulaan kejadiannya, yaitu menurut fitrah yang baik. Karena kebanyakan fitrah manusia itu rusak, maka rusak pulalah fitrah alam ini. Mereka mengambil alat-alat yang baik dan bermanfaat pada alam ini sebagai alat penghancuran, pengrusakan dan lain-lain sebagainya. Sungguhpun demikian, tak dapat dipungkiri lagi bahwa manusia itu besar sekali jasanya di atas bumi, seperti membikin bangunan-bangunan pencakar langit, menciptakan komputer, pergi ke bulan dan lain-

lain. Kerusakan yang terjadi di permukaan bumi ini mungkin juga timbul karena kesyirikan, keingkaran dan kesesatan manusia. Mereka tak mau menuruti perintah Allah yang disampaikan oleh para Rasul-Nya. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa perkelahian antara Habil dan Qabil, peristiwa kaum Samud, tenggelamnya kaum Nuh dan lain-lain. Kemudian ayat 41 ini diteruskan dengan pertanyaan bahwa kerusakan itu terjadi karena ulah tangan manusia itu sendiri. Manusia mengerjakan hal itu dengan kehendaknya yang bebas tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Karena perbuatan yang timbul dari kehendak yang bebas itu, mereka akan diminta pertanggungjawabannya kelak di kemudian hari. Seterusnya ayat ini menyatakan bahwa dengan adanya kerusakan itu manusia akan dapat merasakan sebagian dari perbuatan jelek mereka itu. Maksudnya apa yang diperbuat manusia itu akan dihisab, yang baik di balas dengan baik dan yang jelek dibalas dengan jelek pula. Adapun makhluk lain yang hidup bersama manusia di atas bumi ini, apa yang diperbuatnya bukanlah menurut kehendaknya. Keadaannya tak ubahnya seperti keadaan biji kacang yang ditanam di dalam tanah yang subur, tentu dia akan tumbuh, berbunga dan berbuah menurut sifatnya. Karena iradahnya itu manusia bertanggung jawab atas semua perbuatannya itu, agar dia merasakan hasil perbuatannya itu, baik atau jelek.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman: Artinya: Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Q.S. An Najm: 39) Ayat 41 ini mengingatkan akan adanya perbuatan jelek, yang sifatnya merusak di permukaan bumi. Dan seterusnya manusia yang berakal hendaknya menjauhi perbuatan jelek itu, dan berbuat sesuatu serta berguna bagi masyarakat. Kalimat yang menyatakan bahwa dalam ayat ini agar mereka merasakan sebagian akibat perbuatan jelek mereka itu merupakan rahmat dari Allah SWT. Manusia yang berbuat jelek itu hanya sebagian saja dengan harapan hal itu akan menjadi penghambat bagi mereka untuk tidak berbuat jelek lagi, dan agar mereka kembali kepada Allah SWT. di waktu yang dekat serta berjalan di atas jalan yang benar. Andaikata Allah menyiksa semua manusia yang melakukan perbuatan jelek tentu mereka akan hancur semuanya, bahkan semua binatang yang melatapun di bumi ini turut hancur. Dalam hal ini Allah berfirman: Artinya: Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, (Q.S. Fatir: 45) Perbuatan jelek yang dapat dikatakan sebagai perbuatan dosa besar dan dapat menyebabkan kerusakan ialah: Beragamanya manusia kepada yang bukan agama Allah (agama Islam), atau mengambil pelindung

selain Allah, atau menyatakan bahwa Allah itu beranak atau mempersekutukan-Nya. Karena dosa besar itulah Tuhan berfirman: Artinya: Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh". (Q.S. Maryam: 90) ` Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)`.(QS. 30:42) Tafsir Surah Ar Ruum 42 14( ) Ayat ini merupakan peringatan bagi kaum musyrik Mekah bahwa nasib mereka sama dengan nasib kaum musyrik sebelum mereka, azab serta kehancuran melanda mereka karena tak beriman kepada Allah. Di sini kaum musyrik disuruh mengadakan riset di atas bumi ini serta melihat ke tempat-tempat kaum yang telah mengingkari dan mendurhakai Rasul-rasul-Nya. Karena itu Allah telah menghancurkan mereka dengan azab-Nya. Hal itu hendaknya menjadi pelajaran bagi kaum sesudahnya. Orang-orang yang dihancurkan Allah itu kebanyakan terdiri atas kaum musyrik dan sesat. Mereka sedikit sekali yang beriman kepada Allah, dan tak mau menerima seruan Rasul-rasul Nya, seperti kaum Nuh a.s. kaum Ibrahim as, kaum Ad, kaum Saleh a.s. kaum Syuaib a.s. kaum Lut a.s. dan lain-lain. Setiap ada siksaan, maka Allah hanya menghancurkan kaum musyrik yang sesat itu, dan melepas kaum yang beriman yang sedikit jumlahnya. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS. 7:56) Tafsir Surah Al A'raaf 56 65( )

Dalam ayat ini Allah swt. melarang jangan membuat kerusakan di permukaan bumi. Larangan membuat kerusakan ini mencakup semua bidang, merusak pergaulan, merusak jasmani dan rohani orang lain, merusak penghidupan dan sumber-sumber penghidupan, (seperti bertani, berdagang, membuka perusahaan dan lain-lainnya). Padahal bumi tempat hidup ini sudah dijadikan Allah cukup baik. Mempunyai gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain yang semuanya itu dijadikan Allah untuk manusia agar dapat diolah dan dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya, jangan sampai dirusak dan dibinasakan. Selain dari itu untuk manusia-manusia yang mendiami bumi Allah ini, sengaja Allah menurunkan agama dan diutusnya para nabi dan rasul-rasul supaya mereka

mendapat petunjuk dan pedoman dalam hidupnya, agar tercipta hidup yang aman dan damai. Dan terakhir diutus-Nya Nabi Muhammad saw. sebagai rasul yang membawa ajaran Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Bila manusia-manusia sudah baik, maka seluruhnya akan menjadi baik, agama akan baik, negara akan baik, dan bangsa akan baik. Sesudah Allah melarang membuat kerusakan, maka di akhir ayat ini diulang lagi tentang adab berdoa. Dalam berdoa kepada Allah baik untuk duniawi maupun ukhrawi selain dengan sepenuh hati, khusyuk diri dan dengan suara yang lembut, hendaklah juga disertai dengan perasaan takut dan penuh harapan. Takut kalau-kalau doanya tidak diterima-Nya dan mendapat ampunan dan pahala-Nya. Berdoa kepada Allah dengan cara yang tersebut dalam ayat ini akan mempertebal keyakinan dan akan menjauhkan diri dari keputus-asaan. Sebab langsung meminta kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Kaya, lambat laun apa yang diminta itu tentu akan dikabulkanNya. Rahmat Allah dekat sekali kepada orang-orang yang berbuat baik. Berdoa termasuk berbuat baik, maka rahmat Allah tentu dekat kepadanya. Setiap orang yang suka berbuat baik, berarti orang itu sudah dekat kepada rahmat Allah. Anjuran berbuat baik banyak sekali ditemui dalam Alquran. Berbuat baik kepada tetangga dan kepada sesama manusia pada umumnya. Berbuat baik juga dituntut kepada selain manusia, seperti kepada binatang dan lain-lainnya. Sehingga kalau akan menyembelih binatang dianjurkan sebaik-baiknya, yaitu dengan pisau yang tajam tidak menyebabkan penderitaan bagi binatang itu. 57 Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmatNya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.(QS. 7:57) Tafsir Surah Al A'raaf 57 - 58 (56) 65() Dengan kedua ayat ini Allah menegaskan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan-Nya kepada hamba-Nya ialah menggerakkan angin sebagai tanda bagi kedatangan nikmat-Nya yaitu angin yang membawa awan tebal yang dihalaunya ke negeri yang kering yang telah rusak tanamannya karena ketiadaan air, kering sumurnya karena tak ada hujan dan penduduknya menderita karena haus dan lapar. Lalu Dia menurunkan di negeri itu hujan yang lebat sehingga negeri yang hampir mati itu menjadi subur kembali dan sumur-sumurnya penuh berisi air dengan demikian hiduplah penduduknya dengan serba kecukupan dari hasil tanaman-tanaman itu yang berlimpah-ruah. Memang tidak semua negeri yang mendapat limpahan rahmat itu, tetapi ada pula beberapa tempat di muka bumi yang tidak dicurahi hujan yang banyak, bahkan ada pula beberapa daerah dicurahi hujan tetapi tanah di daerah itu hilang sia-sia tidak ada manfaatnya sedikit pun. Mengenai tanah-tanah yang tidak dicurahi hujan itu Allah berfirman:

Artinya: Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan kemudian mengumpulkan antara (bagianbagiannya), kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya, dan Allah (juga) menurunkan (butir-butiran) es dari langit(yaitu) dari (gumpalangumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakannya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (Q.S An Nur: 43)

Jelaslah bahwa hujan lebat yang disertai hujan es itu tidak mencurahi semua pelosok di muka bumi, hanya Allahlah yang menentukan di mana hujan akan turun dan di mana pula awan tebal itu sekedar lewat saja sehingga daerah itu tetap tandus dan kering. Mengenai tanah yang baik dan tanah yang tidak baik yang tidak menghasilkan meskipun dicurahi hujan dijelaskan oleh Allah pada ayat 58 berikut ini. Jadi tanah-tanah di muka bumi ini ada yang baik dan subur bila dicurahi hujan sedikit saja dapat menumbuhkan berbagai macam tanaman dan menghasilkan makanan yang berlimpah ruah dan ada pula yang tidak baik, meskipun telah dicurahi hujan yang lebat, namun tumbuh-tumbuhannya tetap hidup merana dan tidak dapat menghasilkan apa-apa. Kemudian Allah memberikan perumpamaan dengan hidupnya kembali tanah-tanah yang mati, untuk menetapkan kebenaran terjadinya Yaumul Mahsyar, yaitu di mana orang-orang mati dihidupkan kembali dan dikumpulkan di padang mahsyar untuk menerima ganjaran bagi segala perbuatannya, yang baik dibalasi berlipat ganda dan yang buruk dibalasi dengan yang setimpal. Kalau tanah kering dan mati dapat dihidupkan Allah kembali dengan menurunkan hujan padanya sedang tanah itu lekang tidak ada lagi unsur kehidupan padanya, tentulah Allah dapat pula menghidupkan orang-orang yang telah mati meskipun yang tinggal hanya tulang-belulang atau pun telah menjadi tanah semuanya. Tentang menghidupkan orang-orang yang telah mati itu kembali Allah berfirman: 57() (55) Artinya: Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa pada kejadiannya. Ia berkata, "Siapakah yang menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur-luluh?" Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk." (Q.S Yasin: 78 dan 79)

Selanjutnya Allah memberikan perumpamaan pula dengan tanah yang baik dan subur serta tanah yang buruk dan tidak subur untuk menjelaskan sifat dan tabiat manusia dalam menerima dan menempatkan petunjuk Allah. Orang-orang yang baik sifat dan tabiatnya dapat menerima kebenaran dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan dirinya dan untuk kemaslahatan masyarakat. Orang-orang yang buruk sifat dan tabiatnya tidak mau menerima kebenaran bahkan selalu mengingkarinya sehingga tidak mendapat faedah sedikit pun untuk dirinya dari kebenaran itu apalagi untuk masyarakatnya. Berkata Ibnu Abbas: Ayat ini adalah suatu perumpamaan yang diberikan Allah bagi orang mukmin dan

orang kafir, bagi orang baik dan orang jahat. Allah menyerupakan orang-orang itu dengan tanah yang baik dan yang buruk, dan merupakan turunnya Alquran dengan turunnya hujan. Maka bumi yang baik dengan turunnya hujan dapat menghasilkan bunga-bunga dan buah-buahan, sedang tanah yang buruk, bila dicurahi hujan tidak dapat menumbuhkan kecuali sedikit sekali. Demikian pula jiwa yang baik dan bersih dari penyakit-penyakit kebodohan dan kemerosotan akhlak, apabila disinari cahaya Alquran jadilah dia jiwa yang patuh dan taat serta berbudi pekerti yang mulia. Adapun jiwa yang jahat dan kotor apabila disinari oleh Alquran jarang sekali yang menjadi baik dan berbudi mulia. Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim, dan Nasai dari hadis Abu Musa Al-Asyari, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang aku diutus untuk menyampaikannya adalah seperti hujan lebat yang menimpa bumi. Maka ada di antara tanah itu yang bersih (subur) dan dapat menerima hujan itu, lalu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak. Tetapi ada pula di antaranya tanah yang lekang (keras) yang tidak meresapi air hujan itu dan tidak menumbuhkan sesuatu apa pun. Tanah itu dapat menahan air (mengumpulkannya) maka Allah menjadikan manusia dapat mengambil manfaat dari air itu, mereka dapat minum, mengairi bercocok-tanam. Ada pula sebagian tanah yang datar tidak dapat menahan air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Maka tanah-tanah yang beraneka ragam itu adalah perumpamaan bagi orang yang dapat memahami agama Allah. Lalu ia mendapat manfaat dan petunjuk-petunjuk itu dan mengajarkannya kepada manusia, dan perumpamaan pula bagi orang-orang yang tidak mempedulikannya dan tidak mau menerima petunjuk itu. Nabi Muhammad saw. memberikan predikat (julukan) Al-Hadi dan Al-Muhtadi kepada golongan pertama yang mendapat manfaat untuk dirinya dan memberikan manfaat kepada orang lain, dan memberikan predikat Al-Jahid kepada golongan ketiga yang tiada mendapat manfaat untuk dirinya dan tidak dapat memberikan manfaat untuk orang lain. Tetapi Nabi Muhammad saw. diam saja (tanpa komentar) terhadap golongan kedua yaitu orang yang tidak dapat memberikan manfaat kepada orang lain, karena orang-orang dari golongan ini banyak macam ragamnya, di antaranya mereka ada orangorang munafik dan termasuk pula orang-orang yang tidak mengamalkan ajaran agamanya meskipun ia mengetahui dan menyiarkan ajaran Allah kepada orang lain. Demikianlah Allah memberikan perumpamaan dengan nikmat dan karunia-Nya agar disyukuri oleh orang yang merasakan nikmat itu dan tahu menghargainya. 58 Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tandatanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.(QS. 7:58) Tafsir Surah Al A'raaf 57 - 58 (56) 65() Dengan kedua ayat ini Allah menegaskan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan-Nya kepada hamba-Nya ialah menggerakkan angin sebagai tanda bagi kedatangan nikmat-Nya yaitu angin yang membawa awan tebal yang dihalaunya ke negeri yang kering yang telah rusak tanamannya karena

ketiadaan air, kering sumurnya karena tak ada hujan dan penduduknya menderita karena haus dan lapar. Lalu Dia menurunkan di negeri itu hujan yang lebat sehingga negeri yang hampir mati itu menjadi subur kembali dan sumur-sumurnya penuh berisi air dengan demikian hiduplah penduduknya dengan serba kecukupan dari hasil tanaman-tanaman itu yang berlimpah-ruah. Memang tidak semua negeri yang mendapat limpahan rahmat itu, tetapi ada pula beberapa tempat di muka bumi yang tidak dicurahi hujan yang banyak, bahkan ada pula beberapa daerah dicurahi hujan tetapi tanah di daerah itu hilang sia-sia tidak ada manfaatnya sedikit pun. Mengenai tanah-tanah yang tidak dicurahi hujan itu Allah berfirman: Artinya: Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan kemudian mengumpulkan antara (bagianbagiannya), kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya, dan Allah (juga) menurunkan (butir-butiran) es dari langit (yaitu) dari (gumpalangumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakannya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (Q.S An Nur: 43) Jelaslah bahwa hujan lebat yang disertai hujan es itu tidak mencurahi semua pelosok di muka bumi, hanya Allahlah yang menentukan di mana hujan akan turun dan di mana pula awan tebal itu sekedar lewat saja sehingga daerah itu tetap tandus dan kering. Mengenai tanah yang baik dan tanah yang tidak baik yang tidak menghasilkan meskipun dicurahi hujan dijelaskan oleh Allah pada ayat 58 berikut ini. Jadi tanah-tanah di muka bumi ini ada yang baik dan subur bila dicurahi hujan sedikit saja dapat menumbuhkan berbagai macam tanaman dan menghasilkan makanan yang berlimpah ruah dan ada pula yang tidak baik, meskipun telah dicurahi hujan yang lebat, namun tumbuh-tumbuhannya tetap hidup merana dan tidak dapat menghasilkan apa-apa. Kemudian Allah memberikan perumpamaan dengan hidupnya kembali tanah-tanah yang mati, untuk menetapkan kebenaran terjadinya Yaumul Mahsyar, yaitu di mana orang-orang mati dihidupkan kembali dan dikumpulkan di padang mahsyar untuk menerima ganjaran bagi segala perbuatannya, yang baik dibalasi berlipat ganda dan yang buruk dibalasi dengan yang setimpal. Kalau tanah kering dan mati dapat dihidupkan Allah kembali dengan menurunkan hujan padanya sedang tanah itu lekang tidak ada lagi unsur kehidupan padanya, tentulah Allah dapat pula menghidupkan orang-orang yang telah mati meskipun yang tinggal hanya tulang-belulang atau pun telah menjadi tanah semuanya. Tentang menghidupkan orang-orang yang telah mati itu kembali Allah berfirman: 57() (55) Artinya: Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa pada kejadiannya. Ia berkata, "Siapakah yang menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur-luluh?" Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk." (Q.S Yasin: 78 dan 79)

Selanjutnya Allah memberikan perumpamaan pula dengan tanah yang baik dan subur serta tanah yang buruk dan tidak subur untuk menjelaskan sifat dan tabiat manusia dalam menerima dan menempatkan petunjuk Allah. Orang-orang yang baik sifat dan tabiatnya dapat menerima kebenaran dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan dirinya dan untuk kemaslahatan masyarakat. Orang-orang yang buruk sifat dan tabiatnya tidak mau menerima kebenaran bahkan selalu mengingkarinya sehingga tidak mendapat faedah sedikit pun untuk dirinya dari kebenaran itu apalagi untuk masyarakatnya. Berkata Ibnu Abbas: Ayat ini adalah suatu perumpamaan yang diberikan Allah bagi orang mukmin dan orang kafir, bagi orang baik dan orang jahat. Allah menyerupakan orang-orang itu dengan tanah yang baik dan yang buruk, dan merupakan turunnya Alquran dengan turunnya hujan. Maka bumi yang baik dengan turunnya hujan dapat menghasilkan bunga-bunga dan buah-buahan, sedang tanah yang buruk, bila dicurahi hujan tidak dapat menumbuhkan kecuali sedikit sekali. Demikian pula jiwa yang baik dan bersih dari penyakit-penyakit kebodohan dan kemerosotan akhlak, apabila disinari cahaya Alquran jadilah dia jiwa yang patuh dan taat serta berbudi pekerti yang mulia. Adapun jiwa yang jahat dan kotor apabila disinari oleh Alquran jarang sekali yang menjadi baik dan berbudi mulia. Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim, dan Nasai dari hadis Abu Musa Al-Asyari, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang aku diutus untuk menyampaikannya adalah seperti hujan lebat yang menimpa bumi. Maka ada di antara tanah itu yang bersih (subur) dan dapat menerima hujan itu, lalu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak. Tetapi ada pula di antaranya tanah yang lekang (keras) yang tidak meresapi air hujan itu dan tidak menumbuhkan sesuatu apa pun. Tanah itu dapat menahan air (mengumpulkannya) maka Allah menjadikan manusia dapat mengambil manfaat dari air itu, mereka dapat minum, mengairi bercocoktanam. Ada pula sebagian tanah yang datar tidak dapat menahan air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Maka tanah-tanah yang beraneka ragam itu adalah perumpamaan bagi orang yang dapat memahami agama Allah. Lalu ia mendapat manfaat dan petunjuk-petunjuk itu dan mengajarkannya kepada manusia, dan perumpamaan pula bagi orang-orang yang tidak mempedulikannya dan tidak mau menerima petunjuk itu. Nabi Muhammad saw. memberikan predikat (julukan) Al-Hadi dan Al-Muhtadi kepada golongan pertama yang mendapat manfaat untuk dirinya dan memberikan manfaat kepada orang lain, dan memberikan predikat Al-Jahid kepada golongan ketiga yang tiada mendapat manfaat untuk dirinya dan tidak dapat memberikan manfaat untuk orang lain. Tetapi Nabi Muhammad saw. diam saja (tanpa komentar) terhadap golongan kedua yaitu orang yang tidak dapat memberikan manfaat kepada orang lain, karena orang-orang dari golongan ini banyak macam ragamnya, di antaranya mereka ada orang-orang munafik dan termasuk pula orang-orang yang tidak mengamalkan ajaran agamanya meskipun ia mengetahui dan menyiarkan ajaran Allah kepada orang lain. Demikianlah Allah memberikan perumpamaan dengan nikmat dan karunia-Nya agar disyukuri oleh orang yang merasakan nikmat itu dan tahu menghargainya.

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah.Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.(QS. 38:27) Tafsir Surah Shaad 27 45( ) Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menjadikan langit, bumi dan makhluk apa saja yang berada di antaranya, tidaklah sia-sia. Langit dengan segala bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan bulan yang menampakkan bentuknya berubah-rubah dari malam ke malam, sangat bermanfaat bagi manusia. Begitu juga bumi dengan segala isinya. baik yang tampak di permukaannya ataupun yang tersimpan dalam perutnya, sangat besar artinya bagi kehidupan manusia. Kesemuanya itu diciptakan Allah atas kekuasaan dan kehendak-Nya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya. Apabila orang mau memperhatikan dengan seksama terhadap makhluk-makhluk yang ada di jagat raya ini, pastilah ia mengetahui bahwa semua makhluk yang ada itu tunduk pada ketentuanketentuan yang berlaku, yang tak bisa dihindari. Kesemuanya menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku baginya. Begitu juga menciptakan manusia. Mereka ini tidak dapat melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan Allah, begitu lahir sudah tunduk pada gaya tarik bumi, ia bernafas dengan zat asam dan sebagainya. Tak pernah ada manusia yang menyimpang dari ketentuan ini. Dan apabila sampai dewasa, ia memerlukan kawan hidup untuk mengisi kekosongan jiwanya, dan untuk melaksanakan tujuan hidupnya mengembangkan keturunan. Kemudian kalau ajal telah datang merenggutnya, ia kembali ke asalnya. Ia akan dihidupkan kembali di kampung akhirat, guna mempertanggungjawabkan segala amalnya selagi hidup di dunia. Allah SWT berfirman: Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku. (Q.S. Az Zariyat: 56) Dengan demikian apabila manusia berpikir secara wajar, tentu akan mengakui keesaan Allah dan ke Maha Kuasaan-Nya terhadap semua yang ada di langit, di bumi serta segala makhluk yang ada di antara keduanya. Dan apabila manusia mengakui ke Maha Kuasaan-Nya tentulah akan mengakui pula kekuasaan-Nya menurunkan wahyu kepada hamba pilihan-Nya. Lalu Allah SWT menjelaskan sikap orang-orang kafir Quraisy. Mereka tidak mau memperhatikan tandatanda kekuasaan Allah yang ada di langit dan bumi, dan juga tidak mau meneliti tanda kebesaran Allah yang ada pada diri mereka sendiri. Itulah sebabnya maka mereka itu mendustakan keesaan Allah dan mendustakan hari berbangkit. Di dalam Hadis Qudsi disebutkan: Artinya: Aku adalah khazanah yang tersembunyi. lalu Aku ingin supaya dikenal. Sebab itulah Aku menciptakan makhluk. Maka dengan mengenal ciptaan-Kulah makhluk-makhluk itu mengenal Aku.

Allah SWT berfirman: Artinya: Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan hak, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Q.S. Ad Dukhan: 38-39) Dan firman-Nya: Artinya: Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?. (Q.S. Al Mu'minun: 115) Pada penghujung ayat Allah SWT menegaskan bahwa mereka itu akan mendapatkan kenyataan yang berbeda dengan apa yang mereka duga selama hidup di dunia. Mereka akan merasakan neraka wail yang memang disediakan sebagai siksaan bagi mereka, sebagai balasan yang setimpal atas keingkaran mereka terhadap keesaan Allah, kebenaran wahyu dan terjadinya hari berbangkit.

You might also like