You are on page 1of 12

Kultura Volume: 12 No.

1 September 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN DALAM PEMBATASAN DIET DAN ASUPAN CAIRAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Sri Utami, M.Kes1 Abstrak Penyakit ginjal kronik kini telah menjadi persoalan serius bagi kesehatan masyarakat di dunia. Menurut WHO (2002) dan Global Burden of Disease (GDB), penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyumbang 850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini berarti menduduki peringkat ke 12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan design Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa pada bulan Juli 2010 di Ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan, dengan jumlah pasien rata-rata perhari 3540 orang pasien. dengan tehnik pengambilan sampel secara Purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil signifikansi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 8,286 dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh umur terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 1,125 dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan tidak ada pengaruh antara umur terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh sikap terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 7,731 dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh antara sikap terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 6,013 dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 6,484 dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh antara kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan dan mayoritas responden mempunyai kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan, sedangkan hanya minoritas responden dengan kategori tidak patuh. Dengan demikian sebagian besar pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan patuh dalam pembatasan diet dan asupan cairan yang telah ditetapkan. Kata Kunci : Kepatuhan, diet, asuhan cairan

Staf Pengajar Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Pendahuluan Penyakit ginjal kronik kini telah menjadi persoalan serius bagi kesehatan masyarakat di dunia. Menurut WHO (2002) dan Global Burden of Disease (GDB), penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyumbang 850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini berarti menduduki peringkat ke 12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan. Saat ini terdapat satu juta penduduk dunia yang sedang menjalani terapi pengganti ginjal dan angka ini terus bertambah sehingga diperkirakan pada 2010 terdapat dua juta orang yang menjalani terapi ginjal. (I Gde Raka Widiana, 2007http://www.majalah-farmacia.com/) Sedangkan menurut Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI, 2005) diperkirakan 20 juta orang dewasa di Amerika Serikat mengalami penyakit ginjal kronik. Data tahun 1995-1999 menunjukkan insidens PGK (penyakit ginjal kronik) mencapai 100 kasus per juta penduduk per tahun di Amerika Serikat. Prevalensi PGK atau yang disebut juga Chronic Kidney Disease (CKD) meningkat setiap tahunnya. CDC (Centers for Disease Control) melaporkan bahwa dalam kurun waktu tahun 1999 hingga 2004, terdapat 16.8% dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun, mengalami PGK (penyakit ginjal kronik). Persentase ini meningkat bila dibandingkan data pada 6 tahun sebelumnya, yakni 14.5%. Di negara-negara berkembang, insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus per juta penduduk per tahun. Di Indonesia, dari data di beberapa bagian nefrologi, diperkirakan insidens PGK berkisar 100-150 per 1 juta penduduk dan prevalensi mencapai 200-250 kasus per juta penduduk. (Bakri, 2005). PGK (Penyakit Ginjal Kronik) yang tidak ditatalaksana dengan baik dapat memburuk ke arah penyakit ginjal stadium akhir atau dikenal sebagai ESRD (End Stage Renal Disease). Stadium akhir ini yang juga disebut sebagai gagal ginjal, membutuhkan terapi pengganti ginjal permanen berupa dialysis (Hemodialisa dan Peritoneal Diaslisis) atau transplantasi ginjal. Hemodialisa merupakan pengobatan untuk mengganti sebagian faal ginjal pada keadaan gagal ginjal, sehingga dapat memperpanjang kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik. Pada proses ini zat-zat yang tidak diperlukan tubuh, yang dapat meracuni tubuh dan seharusnya dapat keluar bersama urin, dibersihkan melalui penggunaan mesin dan ginjal buatan (dialiser). Hemodialisa dapat digunakan untuk gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Bagi penderita gagal ginjal kronik hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya 2

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

aktifitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien-pasien ini harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya 2-3 kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan yang berhasil. (Brunner, 2001;1398). Gagal ginjal kronik berat yang mulai perlu dialisa/dialysis adalah penyakit ginjal kronik yang mengalami penurunan fungsi ginjal dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 15 ml/menit. Sedangkan yang belum perlu dialysis adalah penyakit ginjal kronik yang mengalami penurunan fungsi ginjal dengan LFG 15-30 ml/menit. Pada keadaan ini pasien hanya mendapat pengobatan berupa diet dan medikamentosa agar fungsi ginjal dapat dipertahankan dan tidak terjadi akumulasi toksin sisa metabolisme dalam tubuh. (Cahyaningsih, 2008) Menurut Bakri dalam Jurnal Medika Nusantara tahun 2005, diseluruh dunia, terdapat sekitar satu juta orang penderita PGK yang menjalani terapi pengganti ginjal (dialisis atau transplantasi) pada tahun 1996. Jumlah ini akan meningkat menjadi dua juta orang pada tahun 2010. Laporan USRDS (The United States Renal Data System) pada tahun 2007 menunjukkan adanya peningkatan populasi penderita dengan ESRD di Amerika Serikat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Prevalensi penderita ESRD pada tahun 2005 mencapai 1.569 orang per sejuta penduduk. Nilai ini mencapai 1.5 kali prevalensi penderita ESRD pada tahun 1995. Sedangkan data yang diperoleh dari RSUP H. Adam Malik Medan, jumlah pasien yang menjalani hemodialisa pada tahun 2007 berjumlah 127 orang, tahun 2008 berjumlah 166 orang, serta bulan januari-februari tahun 2009 berjumlah 196 orang. Meskipun pasien GGK (Gagal Ginjal Kronik) pada awal menjalani hemodialisa (HD) sudah diberikan penyuluhan kesehatan mengenai pembatasan diet dan asupan cairan, akan tetapi pada terapi HD berikutnya masih sering terjadi pasien datang dengan keluhan sesak napas (akibat kelebihan volume cairan tubuh yaitu kenaikan berat badan melebihi 5 % dari berat badan kering pasien/Dry Weight : berat badan dimana pasien merasa enak, tidak ada edema ekstremitas, tidak merasa melayang dan tidak merasa sesak ataupun berat, nafsu makan baik, tidak anemis) dan gejala uremik (mual serta muntah, anoreksia berat, peningkatan latergi, konfusi mental). Menurut Neil Niven yang dikutip dari Dunbar & Stunkard (1979) mengemukakan bahwa saat ini ketidakpatuhan pasien telah menjadi masalah serius yang dihadapi tenaga kesehatan professional. Derajat ketidakpatuhan bervariasi sesuai dengan apakah pengobatan tersebut kuratif atau prefentif, jangka panjang atau jangka pendek. 3

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisa merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena jika pasien tidak patuh, dapat mengakibatkan kenaikan berat badan yang cepat (melebihi 5 %), edema, ronkhi basah dalam paru-paru, kelopak mata yang bengkak dan sesak nafas yang diakibatkan oleh volume cairan yang berlebihan dan gejala uremik. (Brunner, 2002) Dari hasil penelitian Akhmad Sapri (2008) bahwasanya 67,3 % penderita yang patuh dan 32,7 % penderita yang tidak patuh dalam mengurangi asupan cairan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti selama sehari pada tanggal 10 juni 2010, di ruangan Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan, ditemukan 3 dari 10 orang pasien mengalami berat badan berlebih/naik dan 1 orang mengalami gejala uremik yang mengakibatkan jadwal hemodialisis biasanya seminggu 2 kali, meningkat menjadi 3 kali seminggu. Enam orang pasien mengalami berat badan tetap. Sedangkan untuk usia pasien yang menjalani hemodialisa berkisar dari 40 tahun sampai 60 tahun keatas. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat ruang hemodialisa diketahui bahwa kepatuhan pasien dalam pembatasan diet dan asupan cairan dirasakan masih kurang. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan yang mungkin timbul antara orang dengan latar belakang atau karakteristik fisiologis yang berbeda, sebagai sumbangan alternatif pemecahan masalah pada pasien. Metode Penelitian Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisa RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2010.

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Variabel Independen
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada penderita GGK yang menjalani hemodialisis : Pendidikan kesehatan Usia/Umur Sikap Dukungan Keluarga Kualitas Interaksi dengan tenaga Kesehatan

Variabel Dependen

Kepatuhan dalam pembatasan Diet dan Asupan Cairan.

Definisi Operasional
Variabel 1.Independen a.Pendidikan kesehatan Definisi Pemberian informasi kesehatan tentang pembatasan diet dan asupan cairan pada penderita GGK yang menjalani hemodialisa yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional Lamanya hidup pasien yang menjalani hemodialisa dari lahir hingga sekarang berdasarkan tanggal kelahiran Pergerakan seseorang untuk bertindak dalam mematuhi pembatasan diet dan asupan cairan Peran serta keluarga dalam pelaksanaan program pembatasan diet dan asupan cairan Alat Ukur Kuesioner Cara Ukur Mengisi kuesioner Hasil Ukur -Mengerti baik 76%-100% -Cukup mengerti 56%-75% -Kurang mengerti <56% Skala Ukur Ordinal

b.Umur

Identitas responden

Mengisi lembar identitas

-40-50 tahun - > 50 tahun

Nominal

c.Sikap

Kuesioner

Mengisi kuesioner Mengisi kuesioner

-Positif >50% -Negatif 50% - Baik apabila responden menjawab Ya >50% - Buruk apabila responden menjawab Ya 50% - Baik apabila responden menjawab Ya >50% - Buruk apabila responden menjawab Ya 50% - Patuh apabila responden menjawab Ya 100% - Tidak patuh

Nominal

d.Dukungan keluarga

Kuesioner

Nominal

e.Kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan

Gambaran hubungan pasien dengan tenaga kesehatan

Kuesioner

Mengisi kuesioner

Nominal

2.Dependen a.Kepatuhan

Perilaku pasien GGK dengan hemodialisa dalam pembatasan diet dan asupan cairan yang sesuai dengan

Kuesioner

Mengisi kuesioner

Nominal

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Variabel

Definisi ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan dan rutin menjalaninya

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur apabila responden menjawab Ya < 100%

Skala Ukur

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional yaitu suatu metode yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) dengan jenis penelitian deskriptif analitik yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian dilaksanakan di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan dilakukan mulai bulan Juli 2010. Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu. (Sastroasmoro, 2008) Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa pada bulan Juli 2010 di Ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan, dengan jumlah pasien ratarata perhari 35-40 orang pasien. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasinya. (Sastroasmoro, 2008) Sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik Purposive sampling yaitu suatu tekhnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, yaitu dibatasi waktu pada bulan juli 2010 dengan jumlah target responden 40 orang pasien. Kriteria sampel : a. Pasien gagal ginjal kronik dengan GFR (Glomerular Filtration Rate) < 15 ml/mnt-5 ml/mnt yang sudah menjalani hemodialisa > 1 kali. b. Umur 40 tahun c. Bisa diajak berkomunikasi dengan baik. Adapun penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus : n= Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi 6 N 1 + N (d ) 2

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

d = Tingkat signifikansi/tingkat kesalahan yang dipilih (d= 0,05) Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti terhadap sasarannya. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Litbang Keperawatan, Medikal Record, di RSUP H. Adam Malik Medan. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dalam penelitian ini merupakan data primer. Sebelum responden mengisi kuesioner, responden diminta kesediaannya untuk menyatakan persetujuannya menjadi responden dalam penelitian ini, yang dilampirkan bersama dengan kuesioner yang dibagikan. Setelah semua pertanyaan dijawab, peneliti mengumpulkan kembali lembar jawaban responden dan mengucapkan terima kasih atas kesediaannya menjadi responden. Setelah data terkumpul dilakukan beberapa proses yaitu : 1. Editing Yaitu dilakukan pengecekan kelengkapan pada data yang telah terkumpul. Bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dengan memeriksanya dan melakukan pendataan ulang. 2. Coding Yaitu pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk mempermudah dimasukkan ke dalam tabel. 3. Tabulating Yaitu untuk mempermudah analisa data, pengolahan data, serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 4. Analisa Data a. Analisis Univariat Analisis ini untuk mendiskripsikan atau menjelaskan distribusi masing-masing variabel yang diteliti yaitu ; pendidikan kesehatan, umur, sikap, dukungan keluarga, kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan, serta kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan dalam bentuk distribusi. b. Analisis Bivariat Analisis ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien GGK yang menjalani hemodialisa. Uji yang digunakan adalah uji statistic Chi-Square dengan batas kemaknaan = 0,05. Apabila nilai p < maka penghitungan statistik bermakna, dan apabila p > maka penghitungan statistik tidak bermakna (Notoatmodjo, 2006: 188) 7

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Hasil Dan Pembahasan Hasil Penelitian Telah dilakukan penelitian kepada 40 responden pasien gagal ginjal kronik dari tanggal 12 Juli sampai dengan 31 Juli 2010. Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Kesehatan di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010 Pendidika n Kesehatan Mengerti Cukup mengerti Frekuensi (n) 32 8 Persentase (%) 80 20

Dari tabel 1 diatas diketahui bahwa mayoritas responden telah mengerti tentang pembatasan diet dan asupan cairan. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010 Umur 40-50 tahun >50 tahun Frekuensi Persentase (n) (%) 18 45 22 55

Dari tabel 2 diatas diketahui bahwa lebih banyak responden yang berumur diatas 50 tahun dibandingkan responden yang berumur dibawah 50 tahun. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010 Sikap Positif Negatif Frekuensi (n) 35 5 Persentase (%) 87,5 12,5

Dari tabel 3 diatas diketahui bahwa mayoritas responden bersikap Positif tentang pembatasan diet dan asupan cairan. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010 8

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Dukungan Keluarga Baik Buruk

Frekuensi (n) 36 4

Persentase (%) 90 10

Dari tabel 4 diatas diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai dukungan keluarga yang baik dalam pembatasan diet dan asupan cairan. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Interaksi Dengan Tenaga Kesehatan di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010 Kualitas Interaksi dengan Tenaga Kesehatan Baik Buruk

Frekuensi Persentase (n) (%) 33 7 82,5 17,5

Dari tabel 5 diatas diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan baik dalam pembatasan diet dan asupan cairan. Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010
Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Patuh Tidak Patuh

Frekuensi (n) 23 17

Persentase (%) 57,5 42,5

Dari tabel 6 diatas diketahui bahwa mayoritas responden patuh dalam pembatasan diet dan asupan cairan. Tabel 4.7 Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan a. Pendidikan Kesehatan Mengerti Cukup mengerti Kurang mengerti Jumlah X2 = 8,286 b. Umur 40-50 Tahun Patuh f 22 1 0 23 12 Kepatuhan Tidak Patuh % F % 25 17,5 0 42,5 15 Jumlah F 32 8 0 40 df = 1 18 45 % 80 20 0 100 P value

55 10 2,5 7 0 0 57,5 17 = 0,05 30 6

0,004

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

> 50 Tahun Jumlah X2 = 1,125 c. Sikap Positif Negatif Jumlah X2 = 7,731 d. Dukungan Keluarga Baik Buruk Jumlah X2 = 6,013 e. Kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan Baik Buruk Jumlah X2 = 6,484

11 23 23 0 23 23 0 23

27,5 11 57,5 17 = 0,05 57,5 12 0 5 57,5 17 = 0,05 57,5 13 0 4 57,5 17 = 0,05

27,5 42,5 30 12,5 42,5 32,5 10 42,5

22 40 df = 1 35 5 40 36 4 40 df = 1

55 100 87,5 12,5 100 df = 1 90 10 100

0,289

0,005

0,014

22 1 23

55 11 2,5 6 57,5 17 = 0,05

27,5 15 42,5

33 7 40

82,5 17,5 100 df = 1

0,011

Pembahasan 1. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Pendidikan Kesehatan Dari tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pendidikan kesehatan baik, hanya minoritas responden yang mempunyai pendidikan kesehatan dengan kategori cukup. Dari hasil signifikansi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 8,286 dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05) dan df = 1 sehingga didapatkan X2 hitung > X2 tabel, dimana X2 tabel = 3,84 atau P < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima. Sehingga dinyatakan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan. 2. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Umur Dari tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur diatas 50 tahun, sedangkan hanya minoritas responden yang berumur 40-50 tahun. Dengan demikian sebagian besar umur pasien yang menjalani cuci darah yaitu diatas 50 tahun. Hal ini dikarenakan semakin tua umur seseorang, maka fungsi organ-organ tubuhnya (ginjal) semakin berkurang. 3. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Sikap Dari tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas responden bersikap positif dalam pembatasan diet dan asupan cairan. Sedangkan hanya minoritas responden yang bersikap negatif. Dengan demikian sebagain besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa bersikap positif. 4. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Dukungan Keluarga 10

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden mendapat dukungan keluarga dengan kategori baik. Sedangkan hanya minoritas responden yang mendapat dukungan keluarga dengan kategori buruk. Dengan demikian sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik mempunyai dukungan keluarga yang baik. 5. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Kualitas Interaksi Dengan Tenaga Kesehatan Dari tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan baik, dan hanya minoritas responden dengan kategori buruk. Dengan demikian sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisa mempunyai kualitas interaksi yang baik dengan tenaga kesehatan di ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan. 6. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet Dan Asupan Cairan Dari tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan, sedangkan hanya minoritas responden dengan kategori tidak patuh. Dengan demikian sebagian besar pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan patuh dalam pembatasan diet dan asupan cairan yang telah ditetapkan. Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan 1. Faktor pendidikan kesehatan mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan. 2. Faktor umur tidak mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan. 3. Malik Medan. 4. Faktor dukungan keluarga mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan. 5. Faktor kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan. Faktor sikap mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam

11

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Saran 1. Petugas medis ataupun perawat di ruang hemodialisa agar dapat mempertahankan dan meningkatkan pendidikan kesehatan secara kontinue, serta mampu mempertahankan kualitas interaksi / komunikasi terapeutik yang telah dijalin dengan pasien secara profesional. 2. Kepada keluarga untuk terus dapat memberikan dukungan baik moril maupun materil serta respon yang positif kepada pasien. 3. Kepada peneliti lanjutan diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan jumlah responden yang lebih banyak dan dengan tambahan karakteristik umur dibawah 40 tahun. Daftar Pustaka Alimun H. Aziz. 2007. Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika. Jakarta. .Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Rineka Cipta. Jakarta Brunner dan Suddarth, 2005. Keperawwatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2, EGC Jakarta. Hawari, D. 2001. Manajemen stress, cemas Dan Depresi. FKUI. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. Stuart and Sundden, 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi II. EGC. Jakarta. Sudjana, 2002. Riset Keperawatan. Rineka Cipta. Bandung. Ocallaghan Chris, 2007. Sistem Ginjal, Edisi II, Penerbit Erlangga, Jakarta W.Sudoyo, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Politeknik Kesehatan, 2006. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah KTI, Medan. http ://www.Indonesia.Com.Depresi Gagal Ginjal, Sriwijaya, 2003 http://www.aa-Ginjal.Blogspot.com.2009-08-01-archive. http://www.Suara_merdeka.Com.Hemodialisa, 2004

12

You might also like