You are on page 1of 20

MAKALAH

TEOLOGI ISLAM Penciptaan Alam dalam Pandangan Islam dan Kosmologi Modern Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teologi Islam Dosen Pengampu : Ach.Nasichudin, M.A

Disusun oleh : Nia Auliya Irma Yuni Lestari Kamaliyah Siti Masykhur LS. Zahrotul Mufidah Luluk Nur Azizah (09610087) (09610098) (09610099) (09610100) (09610113) (09610120)

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Segala puji syukur kehadirat ilahi robbi yang masih memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Penciptaan Alam Dalam Pandangan Islam dan Kosmologi Modern ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap terhaturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. yang telah memberikan petunjuk dari kegelapan sehinga kita bisa merasakan cahaya kebenaran, yakni agama Islam. Selanjutnya saya ucapkan terima kasih kepada bapak Achmad Nasichuddin, yang telah memberikan bimbingan pembuatan makalah ini sehingga terselesaikan dengan tepat. Dan tak lupa ucapan terimaksih kepada teman-teman serta berbagai pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekukarangan dan kesalahan dalam penyususnan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah yang dibuat oleh penulis ini bisa bermanfaat bagi seluruh warga Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Amin.

Malang, 31 Mei 2010

Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alam semesta adalah realitas yang ada namun tidak diketahui secara pasti kapan keberadaannya. Manusia sebagai makhluk yang memiliki intelejensi selalu bertanya atas teka-teki munculnya alam semesta dan kehidupan di dalamnya. Mereka berusaha mencari jawaban dengan menggunakan banyak cara, entah itu melalui pendapat yang disampaikan oleh agama atau pun melalui pendekatan ilmiah. Sudah menjadi keyakinan umat Islam, Allah adalah pencipta atau (khaliq) dan alam semesta (univerce) adalah ciptaan-Nya. Namun masalah penciptaan alam semesta selamanya telah menjadi salah satu masalah utama kepedulian manusia. Namun sebelum abad ke-20, masalah ini umumnya dibahas oleh para teolog dan folosof. Baru selama perempat pertama abad ke-20 lah kosmologi saintifik dikembangkan dan masalah ciptaannya juga menjadi kepedulian kalangan ilmuan.1 Penciptaan alam semesta termasuk salah satu perkara penting tidak hanya dalam bahasan bidang pemikiran Islam, akan tetapi juga dalam ilmu pengetahuan kosmologi. Dalam rekaman sejarah pemikiran Islam dalam persoalan ini telah menjadi bahan polemik yang kadang-kadang amat keras dan tajam.2 Dalam makalah ini, kita akan membahas penciptaan alam semesta dari sudut pandang Al-qur'an. Setelah itu, kita akan membahas masalah ini dari sudut pandang kosmologi modern dengan menggambarkan berbagai aliran pemikiran yang ada di dalamnya.3 1.2
1

Rumusan Masalah

Ted Peters, Tuhan, Alam, Manusia: Perspektif Sains dan Agama. (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 236. Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Quran. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm.1.

Adapun rumusan masalah dalam makalah yang berisi tentang penciptaan alam menurut pandangan Islam dan kosmologi modern ini, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penciptaan alam dalam pandangan Islam? 2. Bagaimana penciptaan alam dalam pandangan kosmologi modern? 3. Bagaimana kaitannya penciptaan alam dalam pandangan Islam dan kosmologi modern? 4. Bagaimana hubungan antara penciptaan alam dengan teologi islam? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari makalah tentang penciptaan alam menurut pandangan Islam dan kosmologi modern ini adalah sebagai berikut: 1. 2. Mengetahui tentang penciptaan alam dalam pandangan Islam. Untuk mengetahui penciptaan alam dalam pandangan kosmologi

modern 3. Mengetahui hubungan antara penciptaan alam dalam pandangan

Islam dan kosmologi modern 4. Mengetahui hubungan antara penciptaan alam dengan Teologi

Islam.

BAB II PEMBAHASAN

Ted Peters, Tuhan, Alam, Manusia: Perspektif Sains dan Agama. (Bandung: Mizan, 2002). hlm. 236.

2.1

Penciptaan Alam dalam Pandangan Islam

2.1.1 Pengertian Alam Semesta dalam Pandangan Islam

Al-Quran mendorong manusia untuk berfikir, karena dalam Al-Quran terdapat hal-hal yang patut difikirkan dan yang dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan informasi. Dalam ayat-ayat Al-Quran, benda-benda alam seperti bumi, langit, bintang, matahari, bulan, mendung, hujan dan gerakan angin serta segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang dapat ditangkap manusia lewat indra disebut sebagai hal-hal yang layak difikirkan dalam-dalam dan disimpulkan4. Sebagai contoh ayat dalam Al-Quran adalah: (101, ) Artinya: Katakanlah perhatikanlah apa yang ada dilangit dan dibumi tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rosul-rosul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman.(Q.S.Yunus:101) Istilah alam dalam Al-Quran hanya datang dalam bentuk jamak alamin, disebut sebanyak 73 kali yang tergelar dalam 30 surat. Kata alamin (jamak) dalam Al-Quran tidak sama dengan istilah alam yang dimaksud kaum teolog dan kaum filosof Islam. Kaum Teolog mendefinisikan alam ialah segala sesuatu selain Allah. Sementara kaum filosof Islam mendefinisikannya ialah kumpulan jauhar yang tersusun dari maddat (materi) dan shurat (bentuk) yang ada di bumi dan di langit. Sedangkan alamin, yang dimaksudkan dalam Al-Quran, sebagai kumpulan yang sejenis dari mahluk Tuhan yang berakal atau memilki sifat-sifat yang mendekati mahluk yang berakal. Arti ini didasarkan pada kata 'alamin yang menunjukkan jamak al-muzakkar yang berakal. Sebab iru dikenal alam malaikat, alam manusia, alam jin, alam tumbuhan, dan lainnya, tetapi tidak dikenal istilah alam batu dan alam tanah, karena batu dan tanah tidak memenuhi kriteria di atas.5
4

Murtadha Mutthahhari, Manusia dan Alam Semesta. (Jakarta: PT Lentera Basritama, 2002),hlm. 47. Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Quran. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm.19-20.

Istilah alam semesta disebut dengan universe, sedangkan Al-Quran menyebutnya dengan istilah al-samawat wa al-ardh wa ma baynahuma. Contoh ayat yang menyebutkan istilah tersebut, termaktub dalam surat Al-Maidah ayat 17, yaitu: Artinya:Dan kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya Dalam pemikiran Islam konsepsi mengenai alam semesta bersifat rasional dan filosofis. Konsepsi agama dalam alam semesta akan berbeda dengan dengan konsepsi-konsepsi menurut ilmu pengetahuan. Dalam konsepsi agama ada yang disebut konsepsi tauhid tentang alam semesta, yaitu merupakan kesadaran akan fakta bahwa alam semesta ini ditegakkan atas rahmat dan kemurahan sang Khalik. Tujuannya adalah membawa sesuatu yang ada menuju kesempurnaan. Dalam konsepsi tauhid bahwa alam semesta ini sumbunya satu dan orbitnya satu artinya bahwa alam semesta ini dari Allah dan akan kembali kepada Allah.6 Segala yang diciptakan di dunia ini tidak ada yang sia-sia, dan bukan tanpa tujuan. Dunia ini dirangkai dengan sebagian sistem yang pasti dan dikenal dengan hukum Allah. Ada juga yang berpendapat bahwa dunia ini seperti sekolah dimana Allah akan memberikan balasan kepada siapapun bedasarkan niat dan upaya konkretnya. Setiap partikel di alam semesta ini merupakan tanda yang menunjukkan aksistensi bahwa Allah Maha Arif lagi Maha Mengetahui. Konsepsi tauhid mengenai alam semesta memberikan arti semangat dan tujuan terhadap arti kehidupan.7
2.1.2 Proses Penciptaan Alam dalam Pandangan Islam

Murtadha Mutthahhari, Manusia dan Alam Semesta. (Jakarta: PT Lentera Basritama, 2002),hlm.55. Murtadha Mutthahhari, Manusia dan Alam Semesta. (Jakarta: PT Lentera Basritama, 2002),hlm.57.

Pada proses penciptaan alam dalam pandangan Islam menurut Prof. Thabbarah berpendapat bahwa alam adalah mujizat Al-Quran yang dikuatkan oleh ilmu pengetahuan modern bahwa alam adalah suatu kesatuan benda yang berasal dari gas kemudian memisah menjadi kabut-kabut.dan matahari terjadi akibat dari pecahan bagian itu8 Seorang ahli Astronomi juga mengatakan bahwa alam ini pada mulanya adalah gas yang berserakan secara teratur di angkasa luar, sedangkan kabut-kabut atau kumpulan kosmos-kosmos itu tercipta dari gas-gas tersebut yang memadat.9 Teori ini kita dapatkan penguatnya yaitu firman Allah dalam Al-Quran: 11:) ) Artinya: Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, Datanglah kamu keduanya menurut perintah Ku dengan suka hati atau terpaksa.Keduanya hati.(Qs.Fushilat: 11). Proses penciptaan alam erat kaitannya tiga hal yaitu, kahlq, bad, dan fathr. Ketiga hal tersebut, belum ada penjelasan yang tegas mengenai awal mula terjadinya penciptaan alam. Jadi, hanya menjelaskan bahwa Allah pencipta alam semesta tanpa menyebutkan dari ada tiadanya. Proses berikutnya adalah seperti yang dideskripsikan dalam surat AlAnbiya ayat 30, bahwa ruang alam dan materi sebelum dipisahkan oleh Allah, adalah sesuatu yang padu. Jadi, alam semesta ketika itu merupakan satu kumpulan.10 menjawab, Kami datang dengan senang

Ibnu Masud, Ilmu alamiah Dasar. (Bandung: CV. Pustaka Setia:1198), hlm. 73.
9

Ibid., hlm. 75. Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Quran. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm.135.

10

Rangkaian proses berikutnya, setelah terjadinya pemisahan oleh Allah, alam semesta mengalami proses transisi fase membentuk dukhan. Hal ini ditangkap dari pernyataan surat Al-Fusilat ayat 11, yang berbunyi: (artinya) kemudian Allah menuju penciptaan ruang alam (al-sama), yang ketika itu penuh embunan. Sehubungan dengan tidak adanya Al-Quran menjelaskan artinya dukhan, maka para ulama menafsirkan arti dukhan tersebut. Salah satunya Ibnu Katsir menafsirkan kata dukhan ini sebagai sejenis uap air.11 Kemudian dalam surat An-Anbiya ayat 30, yang berbunyi: (artinya) Dan dari air atau al-ma, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Dari ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa air merupakan syarat mutlak untuk terjadinya kehidupan. Proses penciptaan alam selanjutnya sebagaimana yang dideskripsikan dalam surat Az-Zariyat ayat 47 bahwa ruang alam atau al-asma bersifat meluas, melebar dan memuai. Hal ini juga timbul setelah terjadinya pemisahan oleh Allah antara ruang alam (al-asma) dan materi (al-ardh).12 Kemudian dalam Al-Quran berturut-turut disebut bahwa alam semesta diciptakan secara global dalam surat Al-Hud ayat 7 yang artinya: Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kata yaum dengan jamaknya ayyam (tahapan atau periode) dalam Al-Quran bukanlah dimaksud batasan waktu antara terbenamnya matahari hingga terbenam lagi esoknyaseperti hari di bumi kita ini. Menurut kalam arab, dan kebanyakan ayat-ayat al-Quran, kata ini dipakaikan kepada suatu masa atau periode (juzmin al-zaman) yang kadarnya tidak dapat ditentukan dan tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatnya secara pasti kecuali Allah.13 Demikianlah proses penciptaan alam semesta yang dirangkai dari isyaratisyarat yang disinyalkan Al-Quran.
11

Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Quran. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm.136-137. Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Quran. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm.138-139. Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Quran. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm.139.

12

13

2.2

Penciptaan Alam dalam Pandangan Kosmologi Modern

2.2.1 Pengertian Alam Semesta dalam Pandangan Kosmologi Modern

Alam semesta merupakan ruang kosong mahaluas tanpa batas, tanpa sinar terang, tanpa gaya apapun, tanpa gravitasi apapun, tidak ada pengertian atas dan abwah, juga tidak ada pengertian utara-selatan, timur dan barat,14 yang di dalamnya berisi 1 miliar galaksi dan tiap-tiap galaksi terdiri dari 100 miliar bintang, dimana tiap-tipa bintang adalah matahari dengan tata suryanya sendirisendiri. 2.2.2 Proses Penciptaan Alam dalam Pandangan Kosmologi Modern Jika berbicara tentang bintang dan anak-cucunya di dalam ruang kosong luas tanpa batas, maka terdapat 2 teori yang paling banyak disetujui oleh para ahli sains tentang bagaimana alam semesta itu terbentuk, yaitu The Big Bang Theory dan The Steady State Theory. The Big Bang Theory Pandangan mengenai asal-usul alam mulai dapat dikoreksi dari berbagai pemikiran para saintis berabad-abad yang lalu. Dalam era fisika klasik (abad XVII-XVIII), Isaac Newton menggagas bahwa alam semesta ini bersifat statis, tidak berubah status totalitasnya dari waktu tak terhingga lamanya yang telah lampau, sampai waktu tak terhingga lamanya yang akan datang. Gagasan tentang alam tersebut secara tidak langsung menggambarkan bahwa alam tak berawal dan tak berakhir, atau dengan kata lain, alam ada tanpa adanya proses penciptaan.15 Pandangan klasik Newton ini didasarka pada pengalaman para fisikawan di laboratorium, bahwa materi itu bersifat kekal. Pandangan ini kemudian dikukuhkan oleh Lavoisier pada akhir abad XVIII dengan Hukum Kekekalan
14

Jenal Wisaya, Awal Mula Alam Semesta, (Yogyakarta: Narasi, 2008), hlm. 3. Agus Purwadi, Kosmologi Haqqiyyah, (Malang: UMM Press, 2002), hlm. 88.

15

Materi. Pandangan bahwa alam ini kekal, kemudian dikenal sebagai Pandangan Klasik Newtonian. Awal abad XX, muncullah Albert Einstein, yang berusaha melukiskan bahwa alam benar-benar statis dalam bentuk rumus matematika yang rumit. Namun, Friedman menyatakan bahwa
1617

rumusan

Einstein

itu

justru

menggambarkan bahwa alam ini dinamis dan hal inilah yang tepat sehingga dikenal sebagai Model Friedman tentang alam. Dari gagasan-gagasan di atas, maka lahirlah konsepsi, bahwa sekitar 15 miliar tahun yang lampau di dalam ruang kosong luas tanpa batas terdapat sebongkah besar inti atom padat meledak sangat dahsyat melepaskan zat hydrogen ke segala arah menjadi galaksi-galaksi bintang, dengan proses pembentukan atom yang lebih berat, sehingga di bumi kita ini terdapat 106 unsur atom. Dan kini sisa energi ledakan itu mengakibatkan materi alam (galaksigalaksi) saling menjauh. Gagasan mengenai asal-usul alam ini kemudian dikenal sebagai Teori Big Bang.16 Teori Big Bang didukung oleh beberapa penemuan mutakhir. Pertama, penemuan Edwin Powell Hubble, astronom kebangsaan Amerika Serikat di observatorium California Mount Wilson thn 1924. ketika Hubble mengamati bintang-bintang diangkasa Melalui teleskop raksasanya, ia mendapati spectrum cahaya merah diujung bintang-bintang tersebut.18 Menurut teori fisika yang sudah diakui, spectrum cahaya berkelap-kelip yang bergerak yang menjauhi tempat observasi cenderung mendekati warna merah. Pengamatan tersebut memberi kesimpualan bahwa berbagai galaksi saling menjauh dengan kecepatan sampai beberapa ribu kilometer per detik. Hal ini berarti bahwa alam sedang berekspansi (meluas/melebar) atau dikatakan bahwa alam bersifat dinamis.

16

17

18

Agus Purwadi, Kosmologi Haqqiyyah, (Malang: UMM Press, 2002), hlm. 89.

Kedua, hasil hitungan cermat Albert Einstin yang menyimpulkan bahwa alam semesta dinamis, tidak statis artinya alam semesta terus berkembang. Meskipun pada mulanya terimbas gagasan bahwa alam itu statis, lalu mengembangkan formula matematisnyanya dan berusaha melukiskan bahwa alam benar-benar statis, namun hal itu justru menggambarkan bahwa alam itu dinamis. Ketiga, pada tahun 1948, George Gamov berpendapat bahwa setelah ledakan dahsyat ini akan ada radiasi yang tersebar merata dan melimpah di alam semesta, radiasi tersebut dinamai radiasi kosmos. Hal ini ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson pada tahun 1965 keduanya mendapat hadiah nobel dari penemuan tersebut. Untuk membuktikan radiasi kosmos tersebut Nasa mengirim setelit casmic Background Expoler (COBE) tahun 1989, dan hanya dalam waktu delapan menit setelit itu telah mengirim gambar radiasi tersebut. Penemuan ini semakin menguatkan bahwa alam semesta terbentuk dari sebuah ledakan dahsyat. Keempat, adanya jumlah unsur hydrogen dan helium di alam semesta yang sesuai dengan perhitungan konsentrasi hydrogen-helium merupakan sisa dari ledakan dahsyat tersebut. Kalau saja alam ini tetap dan abadi maka hydrogen di alam semesta telah habis berubah menjadi helium. Gagasan teori Big Bang itu didasarkan juga bahwa galaksi-galaksi yang saling menjauh itu, kurang lebih seragam di seluruh jagad raya. Ahli Fisika George Gamow menganalogikan tentang efek perluasan tersebut sepeti sebuah balon yang menggembung. Kalau kita meniup sebuah balon yang diberi bintikbintik, maka seluruh bintik itu akan terlihat saling menjauh. Menurut Gamow, bahwa proses ekspansi alam semesta menuruti suatu prinsip yang disebut asas kosmologi, yaitu isotropik dan homogenus. Isotropik dalam arti pengamat melihat karakteristik yang sama atas alam dari sudut pandang manapun ia mengamati; homogenus dalam arti bahwa alam itu tampak sama dimanapun pengamat berposisi.19
19

Ibid., hlm. 90.

Fenomena Ladakan Dahsyat (Big Bang) Pada tahun 1929, seorang astronom Amerika, Edwin Powell Hubble, mengamati bahwa garis spektrum cahaya dari galaksi-galaksi di luar Bimasakti ternyata bergeser ke arah panjang gelombang yang lebih besar yang dikenal seagai Efek Dopler. Jika gerak tersebut makin lama makin menjauh, tantu dahulunya saling mendekat bahkan mungki pada mulanya galaksi-galaksi di alam semesta ini bersatu. Maka pada tahun 1946, George Wasington, dengan dibantu oleh Ralph Alpher dan Hans Bethe, menyusun teori: pada milanya seluruh isi alam semesta ini berpadu dalam tingkat kepadatan yang tidak terhingga, lalu dengan suatu ledaka maha dahsyat (Big Bang) maka tersusunlah alam semesta yang tampak (menggejala) seperti sekarang ini. Kini, peristiwa Big Bang yang ditengarai menandai dimulainya penciptaan alam semesta itu bukan hanya sekedar teori, tetapi sudah menjadi keyakinan ilmiah para ilmuan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa galaksi-galaksi saling menjauh dengan kecepatan kira-kira 32 kilometer/ detik untuk setiap jarak satu juta tahun cahaya, maka dapatlah diperhitungkan bahwa alam semesta ini tercipta dengan proses Big Bang antara 15-20 milyar tahun yang lalu. The Steady State Theory Teori steady state berpendapat bahwa alam semesta itu selalu ada seperti adanya sekarang ini. Alam semesta mengembang ke arah tertentu di dalam ruang kosong tanpa batas, dan materi-materi baru yang terbentuk kemidian akan mengisi ruang kosong yang ditinggalkan galaksi. Perlu diketahui bahwa di alam semesta ini selalu terjadi peristiwa terbentuknya bintang baru, dan juga selalu terjadi peristiwa meledak dan hancurnya sebuah bintang. Hanya saja skala waktu dan ruangnya tidak bias dibandingkan dengan skala waktu dan ruang bagi umur manusia.20
20

Jenal Wisaya, Awal Mula Alam Semesta, (Yogyakarta: Narasi, 2008), hlm. 45.

Perbedaan dari kedua teori itu ialah Big Bang membicarakan kapan dan terjadi dari apa, serta bagaimana alam semesta itu lahir, sedang Steady state sama sekali tidak menyinggung masalah kapan, dari apa dan bagaimana alam semesta itu lahir. Kesamaan dari kedua teori itu adalah sama-sama membicarakan adanya galaksi-galaksi dengan bintang-bintang di dalamnya, dan galaksi-galaksi itu bergerak menuju arah tertentu.
2.3 Hubungan Penciptaan Alam dalam Pandangan Islam dan Kosmologi Modern

Diantara segi kemukjizatan Al-Qur'an adalah adanya beberapa petunjuk yang detail mengenai ilmu pengetahuan umum yang telah ditemukan terlebih dahulu dalam Al-Quran sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern. Teori Al-Qur'an itu sama sekali tidak bertentangan dengan teori-teori ilmu pengetahuan modern. Dari segi kemukjizatan ini Al-Qur'an telah menunjuk salah satu firman Allah: (53:) Artinya: ''Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu. ''( Fussilat ayat:53). Penciptaan alam berdasarkan konsep Islam dan kosmologi modern ternyata memiliki hubungan, dan dari beberapa hasil observasi kosmolog ternyata banyak yang sesuai dengan beberapa firman Allah SWT, antara lain sebagai berikut: 1. Surat al-Anbiya ayat 30 Q.S.

30 :)) Artinya:''Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahakan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?''

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa alam semesta sebelum dipisahkan Allah merupakan sesuatu yang padu. Sesuatu yang padu itulah yang oleh kosmolog disebut dengan titik singularitas. Sedangkan yang dimaksud pemisahan ialah ledakan singularitas dengan sangat dahsyat, yang kemudian menjadi alam semesta yang terhampar.21 Selanjutnya, dikatakan bahwa segala kehidupan itu berasal dari air. Tiga ahli kosmologi dan astronomi, yaitu Georges Lamaitre, George Gamow, dan Stephen Hawking menjelaskan bahwa atom-atom yang tebentuk sejak peristiwa Big Bang adalah atom Hidrogen (H) dan Helium (He). Adapun air terdiri dari atom hidrogen dan oksigen (H2O), artinya, sejak tahun 1400 tahun silam Al-Quran telah menyebutkannya jauh sebelum tiga pakar tersebut mengemukakan teorinya.22 2. Surat Az-Zariyat ayat 47 (Artinya) Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. Menurut Baiquni yang dimaksud Banayna biabidin oleh ayat ini adalah ketika ledakan besar terjadi dan inflasi melandanya sehingga beberapa dimensinya menjadi terbentang. Sedangkan yang dimaksud dengan inna lamusiun, adalah Tuhan yang membuat kosmos berekspansi. Pernyataaan ini diperkuat oleh maksud
21

Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Quran. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm.148. Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Quran. (Bandung: Pt Mizan Pustaka, 2008), hlm. 10.

22

lafal yang terpakai, yakni isim al-fail, active participle yang menunjukkan bersifat tetap dan permanen seperti yang dikemukakan sebelumnya. Hal ini berarti ekspansi alam berlangsung sejak ledakan besar sampai seterusnya.23 Kata musiun dalam bahasa arab sangatlah tepat diterjemahkan sebagai meluaskan atau mengembangkan yang sesuai dengan penjelasan sains masa kini bahwa alam semesta memang meluas atau mengembang. Stephen Hawking, dalam A Brief History of Time (1980), mengatakan bahwa penemuan bukti mengembangkannya alam semesta merupakan salah satu revolusi terbesar dalam ilmu pengetahuan abad ke-20. Berdasarkan teori Bing Bang yang telah diterima, alam semesta terbentuk sekitar 13,7 miliar tahun lalu dan terus mengembang sejak saat itu. Pakar-pakar Astronomi mengenali empat model grafik alam semesta di masa akan datang, yaitu accelerating expansion (pengembangan yang bertambah cepat), open universe (alam semesta terbuka), flat unirvese (alam semesta datar), dan closed universe (alam semesta tertutup). Model closed universe menjelaskan bahwa suatu saat alam semesta akan mengerut.24 3. Surat Al-Fusilat ayat 11 (Artinya) Kemudian Dia menuju kepada penciptaan ruang alam (al-sama) dan ruang alam (al-sama) ketika penuh embunan (dukhan), lalu Dia berkata kepada ruang alam (al-sama) dan kepada materi (al-ardh): Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa. Keduanya menjawab:Kami datang dengan suka hati.
Sehubungan dengan tidak adanya Al-Quran menjelaskan apa sesungguhnya yang dimaksud dengan kata dukhan, karena itu beberapa referensi berusaha menafsirkan kata ini sedemikian rupa. Bucaille memehami kata ini sebagai asap yang terdiri dari stratum (lapisan) gas dengan bagian-bagian yang kecil yang mungkin memasuki tahap keadaan keras atau cair dan dalam suhu rendah atau tinggi. Ibnu Katsir menafsirkan dengan
23

Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Quran. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm.148. Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Quran. (Bandung: Pt Mizan Pustaka, 2008), hlm. 13-14.

24

sejenis uap air. Al-Raghib melukiskan kehalusan dan keringanan sifat dukhan. Menurut Hanafy Ahmad, karena sifat sedemikian, Ia dapat mengalir dan beterbangan di udara seperti mengalir dan beterbangan al-sahab.25

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam menangkap maksud kata dukhan yang dihubungkan dengan proses penciptaan alam semesta, maka seharusnya kata ini dipahami dengan hasil temuan sains yang telah dihandalkan kebenarannya secara empiris. Tentu saja merupakan suatu kesalahan bagi yang mengatakan bahwa ruang alam (al-sama) berasal dari materi sejenis dukhan. Berdasarkan dalam surat Al-Fusilat ayat 11, dukhan tidak menunjukkan suatu materi asal ruang alam (al-sama), akan tetapi ia menjelaskan tentang bentuk alam semesta ketika berlangsungnya fase awal penciptaannya. Hal ini diperkuat dengan hasil temuan ilmuwan bahwa pada suatu ketika dalam penciptaan terjadinya ekspansi yang sangat cepat sehingga timbul kondensasi proses dimana pemuaian dan gas kehilangan panas dan akan berubah bentuk menjadi cair. Saat pemuaian dan gas naik ke tempat lebih tinggi, temperatur udara lingkungan sekitar akan semakin turun menyebabkan terjadinya proses kondensasi dan kembali ke bentuk cair dan energi berubah menjadi materi.26 Sebagaimana dukhan, Al-Quran juga menunjukkan bahwa zat alir atau sop kosmos (al-ma) telah ada sebagai salah satu kondisi terwujudnya alam semesta. Dengan kata lain, sebelum alam semesta terbentuk seperti sekarang, ia mengalami bentuk atau sifat semacam zat alir atau sop kosmos.27 2.4 Hubungan Penciptaan Alam dengan Teologi Islam Dari segi arti, Teologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan, termasuk di dalamnya mempelajari mengenai sifat-sifatNya. Adanya proses penciptaan alam telah banyak disebutkan dalam Al-Quran. Dan dengan
25

Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Quran. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm. 136-137. Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Quran. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm. 137. Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Quran. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm. 137-138

26

27

pengetahuan mengenai proses penciptaan alam inilah maka, kita semakin membenarkan adanya sifat-sifat Allah, yakni bahwa Allah itu qidam (dahulu) artinya Dia ada sebelum semesta ini ada, Dia pun Maha Besar dan Maha Agung, yang telah menciptakan alam semesta yang begitu luas ini. Dan dengan meyakini dan membenarkan sifat-sifat Allah tersebut, maka akan menambah keimanan dan ketaqwaan seseorang kepada Allah SWT. Dalam Islam, alam raya (yang akan dijadikan objek penelitian oleh sains) disebut sebagai tanda-tanda Tuhan. Menurut Muhammad Iqbal, alam tak lain adalah medan kreativitas Tuhan. Oleh karena itu, barang siapa saja yang meneliti dan mengadakan kajian terhadap alam semesta, maka sesungguhnya dia sedang melakukan penelitian terhadap cara Tuhan bekerja dalam penciptaan atau dalam bahasa yang lebih popular, maka sesungguhnya sains sedang melakukan penelitian tentang sunnatullah. Dengan melihat apa yang dikatakan Muhammad Iqbal tersebut, maka seharusnya setiap orang yang mengadakan kajian dan penelitian terhadap alam, maka seyogyanya makin bertambah kepercayaannya (imannya) dan bukan malah sebaliknya seperti yang sering terjadi di dunia barat, dimana mereka malah berusaha mengingkari Tuhan sebagai pencipta alam semesta dari arena penelitiannya.

BAB III PENUTUP 4.1 Kesimpulan


1. Proses penciptaan alam dalam pandangan islam dimulai dari

penyatuan antara ruang alam dan materi (sesuatu yang padu), kemudian terjadi pemisahan oleh allah dengan mengalami proses transisi membentuk dukhan, setelah itu ruang alam melebar, meluas, dan memuai. Alam semesta diciptakan dalam enam periode. 2. Penciptaan alam dalam pandangan kosmologi modern, secara kronologis alam tercipta bermula dari ruang kosong, kemu dian inti atom padat meledak, lalu menjadi galaksi, dan menjadi bintangbintang dengan tata suryanya sendiri-sendiri.

3. Hubungan antara penciptaan alam dalam pandangan islam dan

kosmologi modern adalah terdapat dalam surat Al-Anbiya ayat 31, surat Az-Zariyat ayat 47, dan surat Al-Fusilat ayat 11.
4. Hubungan penciptaan alam dengan teologi Islam, yakni dengan

mengetahui proses penciptaan alam semesta, maka kita semakin membenarkan dan beriman dengan keberadaan Allah SWT. 4.2 Saran Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat menghargai segala saran dan kritik dari para pembaca maupun para pemerhati tentang teologi islam ini. Semoga makalah ini berguna atau bermanfaat sebagai pendukung buku-buku yang lain. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para penulis buku-buku tentang islam ini karena sangat membantu kami dalam pembuatan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA

Jasin,Maskoeri. 1987. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT RajaGrasindo Persada. Masud,Ibnu. 1999. Ilmu Alamiah dasar. Bandung: CV Pustaka Setia. Masud, Ibnu dan Joko Paryono. 1998. Ilmu Alamiah Dasar (IAD), Bandung: CV Pustaka Setia. Muthahhari, Murtadha. 2002. Manusia dan Alam Semesta. Jakarta: PT Lentera Basritama. Peters, Ted, dkk. 2002. Tuhan, Alam, Manusia perspektif Sains dan Agama. Bandung: Mizan. Purwadi, Agus. 2002. Kosmologi Haqqiyyah. Malang: UMM Press.

Sudarmojo, Agus haryo.2008. Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Quran. Bandung: PT Mizan Pustaka. Wisoyo, Jenal. 2008. Awal Mula Alam Semesta. Yogyakarta: Narasi. Zar, Sirajuddin. 1994. Konsep Penciptaan Alam Dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Quran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

You might also like