You are on page 1of 13

Pemilihan umum

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang(-orang) untuk mengisi jabatanjabatan politik tertentu.[rujukan?] Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa.[rujukan?] Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih sering digunakan.[rujukan?] Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan.[rujukan?] Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakaioleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik.[1] Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye.[rujukan?] Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.[rujukan?] Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai.[rujukan?] Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.[rujukan?]

Penentuan untuk jumlah kursi dalam partai politik


Pada umumnya di seluruh dunia hampir sama untuk menentukan jumlah kursi untuk satu partai politik. Maka rumus sebagai berikut: 1. Langkah pertama

1. Keterangan: 1. x adalah Jumlah suara sah yang tersedia 2. y adalah Jumlah kursi yang ditetapkan yang tersedia 3. a adalah hasil bilangan pemilih Aturan pembulatan adalah satu di belakang koma.Dalam koma jika angka maksimal lima berarti hasil bilangan pemilih tetap sedangkan lebih dari lima berarti hasil bilangan pemilih tetap harus ditambah satu angka. 1. Langkah kedua

1. Keterangan: 1. b adalah Jumlah suara sah yang diraih setiap partai 2. z adalah Jumlah kursi yang diraih setiap partai

Aturan pembulatan adalah satu di belakang koma.Dalam koma jika angka maksimal lima berarti jumlah kursi tetap sedangkan lebih dari lima berarti jumlah kursi harus ditambah satu angka.

Contoh hasil pemilu


Jumlah suara # Partai dala m % (asli) angk a 30 31.25 19.7916666 19 7 8.33333333 8 3 7.29166666 7 7 7.29166666 7 7 5.20833333 5 3 5.20833333 5 3 4.16666666 4 7 3 3.125 2.08333333 2 3 2.08333333 2 3 1.04166666 1 7 1.04166666 1 7 1.04166666 1 7 1.04166666 1 7 96 100 % (pembulata n) 31.3 19.8 8.3 7.3 7.3 5.2 5.2 4.2 3.2 2.1 2.1 1 1 1 1 100 dalam angka (asli) 6.25 3.95833333 3 1.66666666 7 1.45833333 3 1.45833333 3 1.04166666 7 1.04166666 7 0.83333333 3 0.625 0.41666666 7 0.41666666 7 0.20833333 3 0.20833333 3 0.20833333 3 0.20833333 3 20 Jumlah kursi dalam dalam angka angka % (pembulata (pembulata n 1) n 2) 6 6 30 3 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 14 4 2 2 2 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 20 20 10 10 10 5 5 5 5 0 0 0 0 0 0 10 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

partai F partai N partai J partai A partai C partai K partai E partai M partai B partai I partai O partai G partai H partai L partai D

Total suara sah

Suara tidak sah 1 Golput/Abstain/Tid 3 ak suara Total seluruh suara 100 Keterangan Data resmi multak

Misalkan jumlah penetapan kursi yang ditetapkan KPU atau UU adalah 20 kursi. Hasil bilangan pemilih adalah 4.8.

Cara penghitungan suara untuk jatah kursi


1. Pertama: 96 dibagi 20 adalah 4.8 sebagai hasil bilangan pemilih. 2. Kedua: 30 dibagi 4.8 adalah 6.25. 3. Ketiga: Pembulatan dilakukan sesuai dengan aturan partai politik

Nilai Mayoritas dan Minoritas


Jumlah suara sah untuk duduk parlemen x > 50% x > 50% x 50% dgn posisi 1 x 50% Jumlah suara sah untuk hak mengubah UU x 66,7% 50% < x 66,7% x 50% x 50% Status Mayoritas multak Mayoritas biasa Mayoritas koalisi Minoritas

Keterangan: x adalah jumlah suara yang diraih oleh setiap partai.

Mayoritas multak
Mayoritas mutlak adalah setiap partai politik memenangi sebanyak dua per tiga dari jumlah suara dan dapat mengubah aturan UU. # Partai Jumlah suara sah 1 Partai C 70% 2 Partai B 25% 3 Partai A 5%

Mayoritas biasa
Mayoritas biasa adalah setiap partai politik memenangi antara 50 persen sampai dengan dua per tiga dari jumlah suara tetapi tidak dapat mengubah aturan UU. # Partai Jumlah suara sah 1 Partai C 60% 2 Partai B 25% 3 Partai A 15%

Mayoritas koalisi
Mayoritas koalisi adalah setiap partai politik memenangi hanya kurang dari 50 persen dari jumlah suara tetapi berada posisi pertama sehingga harus berkoalisi untuk mencapai sebanyak minimal 50 persen dari jumlah suara. Pemenang & koalisi Juara 2 & koalisi Hak Mayoritas x > 50% x < 50% Pemenang & koalisi (Mayoritas koalisi) x < 50% x > 50% Juara 2 & koalisi (Minoritas koalisi) Keterangan: x adalah jumlah suara yang diraih oleh pembentukan koalisi. Contoh

# Partai Jumlah suara sah 1 partai F 31.3 2 partai N 19.8 3 partai J 8.3 4 partai A 7.3 5 partai C 7.3 6 partai K 5.2 7 partai E 5.2 8 partai M 4.2 9 partai B 3.2 10 partai I 2.1 11 partai O 2.1 12 partai G 1 13 partai H 1 14 partai L 1 15 partai D 1 Jika jumlah yang diberikan warna biru adalah 51% sedangkan tanpa diberi warna biru adalah 49% maka posisi pemenang&koalisi sebagai mayoritas koalisi. # Partai Jumlah suara sah 1 partai F 31.3 2 partai N 19.8 3 partai J 8.3 4 partai A 7.3 5 partai C 7.3 6 partai K 5.2 7 partai E 5.2 8 partai M 4.2 9 partai B 3.2 10 partai I 2.1 11 partai O 2.1 12 partai G 1 13 partai H 1 14 partai L 1 15 partai D 1 Jika jumlah yang diberikan warna biru adalah 49% sedangkan tanpa diberi warna biru adalah 51% maka posisi juara 2&koalisi sebagai minoritas koalisi.

Minoritas
Minoritas adalah setiap partai politik kalah dalam pemilhan umum.

Sistem pemilihan umum


Sistem pemilihan umum terbagi 2 jenis yaitu terbuka dan tertutup. Pada sistem terbuka, pemilih mencoblos/mencontreng nama dan foto peserta partai politik; sedangkan sistem tertutup yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama partai politik tertentu. Kedua sistem memiliki persamaan

yaitu pemilih memilih nama tokoh yang sama di mana tokoh-tokoh tersbut bisa bermasalah di depan publik.[rujukan?]

Pemilu di Indonesia
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemilihan umum di Indonesia Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2004 di Indonesia telah dilaksanakan pemilihan umum sebanyak sepuluh kali, yaitu dimulai tahun 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009. Jumlah kontestan partai partai politik dalam pemilihan disetiap tahunya tidak selalu sama, kecuali pada pemilu tahun 1977 sampai 1997.[rujukan?] Pemilu pada tahun 1955 dilangsungkan pada dua tahap sebagai berikut.[rujukan?] Pertama, pemilu diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR.[rujukan?] Kedua, pemilu diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota konstituante.[2]

Pemilihan umum di Indonesia


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Di tengah masyarakat, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.

Sejarah
Pemilihan umum diadakan sebanyak 10 kali yaitu tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan 2009.

Asas
Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang merupakan singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asal "Luber" sudah ada sejak zaman Orde Baru. Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri. Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari "Jujur dan Adil". Asas jujur mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih. Asas adil adalah perlakuan yang sama terhadap

peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.

Jadwal
Posisi Presiden dan wakil presiden DPD DPR 2009 Ya Ya Ya 2010 Tidak Tidak Tidak Sulteng, Sulbar, Papua, Pabar Aceh, Babel, Jakarta, Banten 2011 2012 2013 Ya Ya Ya Sumut, Sumbar, Riau, Sumsel, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, Lampung, NTB, NTT, Kalbar, Gorontalo Kalsel, Sumsel, Sultara, Maluku, Malut 2014

Gubernur dan wakil gubernur

Jambi, Bengkulu, Lampung, Kepri, Gorontalo Kalteng, Kaltim, Sulut

Jika RUU Pemilu disahkan menjadi UU Pemilu maka:[1] Posisi Presiden dan wakil presiden DPD DPR 2013 Tidak Sumut, Sumbar, Riau, Sumsel, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalsel, Sumsel, Sultara, Maluku, Malut, Lampung, Gorontalo, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalteng, Kaltim, Sulut 2014 2015 Ya 2016 2017 Tidak 2018 2019 Ya

Gubernur dan wakil gubernur

Tidak

Sulteng, Sulbar, Papua, Pabar

Aceh, Semua 32 Babel, propinsi Tidak Jakarta, (kecuali Yogyakarta) Banten

Walikota/Bupati Berlaku dan wakilnya Keterangan:

Tidak

Semua 33 propinsi

1. Italic menunjukkan pilkada dimajukan dari tahun 2014 dan 2015. 2. Bold menunjukkan pilkada diundurkan dari tahun 2016 dan 2017.

Komponen sistem pemilu [2]


Pemilu Terbuka/tertutup Distrik/Proporsional/Campuran 1955 1971 1977 tertutup proporsional 1982 1987

Pemilu Terbuka/tertutup Distrik/Proporsional/Campuran 1992 1997 1999 2004 2009 terbuka campuran 2014

Pemilihan umum anggota lembaga legislatif


Sepanjang sejarah Indonesia, telah diselenggarakan 10 kali pemilu anggota lembaga legislatif yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, dan 2009.

Pemilu 1955
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemilihan Umum Anggota DPR dan Konstituante Indonesia 1955 Pemilu pertama dilangsungkan pada tahun 1955 dan bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante. Pemilu ini seringkali disebut dengan Pemilu 1955, dan dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955, dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu, Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955.

Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional Indonesia, Masyumi, Nahdlatul Ulama, Partai Komunis Indonesia, dan Partai Syarikat Islam Indonesia.

Pemilu 1971
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPRD Indonesia 1971 Pemilu berikutnya diselenggarakan pada tahun 1971, tepatnya pada tanggal 3 Juli 1971. Pemilu ini adalah Pemilu pertama setelah orde baru, dan diikuti oleh 9 Partai politik dan 1 organisasi masyarakat. Lima besar dalam Pemilu ini adalah Golongan Karya, Nahdlatul Ulama, Parmusi, Partai Nasional Indonesia, dan Partai Syarikat Islam Indonesia. cus Pada tahun 1975, melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar, diadakanlah fusi (penggabungan) partai-partai politik, menjadi hanya dua partai politik (yaitu Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia) dan satu Golongan Karya.

Pemilu 1977-1997

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPRD Indonesia 1977, Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPRD Indonesia 1982, Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPRD Indonesia 1987, Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPRD Indonesia 1992, dan Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPRD Indonesia 1997 Pemilu-Pemilu berikutnya dilangsungkan pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. PemiluPemilu ini diselenggarakan dibawah pemerintahan Presiden Soeharto. Pemilu-Pemilu ini seringkali disebut dengan "Pemilu Orde Baru". Sesuai peraturan Fusi Partai Politik tahun 1975, Pemilu-Pemilu tersebut hanya diikuti dua partai politik dan satu Golongan Karya. Pemilu-Pemilu tersebut kesemuanya dimenangkan oleh Golongan Karya.

Pemilu 1999
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPRD Indonesia 1999 Pemilu berikutnya, sekaligus Pemilu pertama setelah runtuhnya orde baru, yaitu Pemilu 1999 dilangsungkan pada tahun 1999 (tepatnya pada tanggal 7 Juni 1999) di bawah pemerintahan Presiden BJ Habibie dan diikuti oleh 48 partai politik. Lima besar Pemilu 1999 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Amanat Nasional. Walaupun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan meraih suara terbanyak (dengan perolehan suara sekitar 35 persen), yang diangkat menjadi presiden bukanlah calon dari partai itu, yaitu Megawati Soekarnoputri, melainkan dari Partai Kebangkitan Bangsa, yaitu Abdurrahman Wahid (Pada saat itu, Megawati hanya menjadi calon presiden). Hal ini dimungkinkan untuk terjadi karena Pemilu 1999 hanya bertujuan untuk memilih anggota MPR, DPR, dan DPRD, sementara pemilihan presiden dan wakilnya dilakukan oleh anggota MPR.

Pemilu 2004
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2004 Pada Pemilu 2004, selain memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, rakyat juga dapat memilih anggota DPD, suatu lembaga perwakilan baru yang ditujukan untuk mewakili kepentingan daerah.

Pemilu 2009
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2009

Pemilihan umum presiden dan wakil presiden


Pemilihan umum presiden dan wakil presiden (pilpres) pertama kali diadakan dalam Pemilu 2004.

Pemilu 2004
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2004

Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama di mana para peserta dapat memilih langsung presiden dan wakil presiden pilihan mereka. Pemenang Pilpres 2004 adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Pilpres ini dilangsungkan dalam dua putaran, karena tidak ada pasangan calon yang berhasil mendapatkan suara lebih dari 50%. Putaran kedua digunakan untuk memilih presiden yang diwarnai persaingan antara Yudhoyono dan Megawati yang akhirnya dimenangi oleh pasangan Yudhoyono-Jusuf Kalla. Pergantian kekuasaan berlangsung mulus dan merupakan sejarah bagi Indonesia yang belum pernah mengalami pergantian kekuasaan tanpa huru-hara. Satu-satunya cacat pada pergantian kekuasaan ini adalah tidak hadirnya Megawati pada upacara pelantikan Yudhoyono sebagai presiden.

Pemilu 2009
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2009 Pilpres 2009 diselenggarakan pada 8 Juli 2009. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung dengan memperoleh suara 60,80%, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.

Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) menjadi bagian dari rezim pemilu sejak 2007. Pilkada pertama di Indonesia adalah Pilkada Kabupaten Kutai Kartanegara pada 1 Juni 2005.

Daftar partai politik di Indonesia


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (Dialihkan dari Daftar partai politik Indonesia) Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Berikut adalah daftar partai politik (parpol) di Indonesia, disusun berdasarkan keikutsertaannya dalam pemilihan umum.

Pemilu 1955
Lihat pula: Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955 Pemilu 1955 diikuti oleh 172 kontestan partai politik. Empat partai terbesar diantaranya adalah PNI (22,3 %)/57 kursi, Masyumi (20,9%)/57 Kursi, Nahdlatul Ulama (18,4%)/ 45 kursi, dan PKI (15,4%)/39 kursi.

Pemilu 1971
Lihat pula: Pemilihan umum legislatif Indonesia 1971

Pemilu 1971 diikuti oleh 10 kontestan, yaitu: 1. Partai Katolik 2. Partai Syarikat Islam Indonesia 3. Partai Nahdlatul Ulama 4. Partai Muslimin Indonesia 5. Golongan Karya 6. Partai Kristen Indonesia 7. Partai Musyawarah Rakyat Banyak 8. Partai Nasional Indonesia 9. Partai Islam PERTI 10. Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia

Pemilu 19771997
Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 diikuti oleh 3 kontestan yang sama, yaitu: 1. Partai Persatuan Pembangunan 2. Golongan Karya 3. Partai Demokrasi Indonesia

Pemilu 1999
Lihat pula: Pemilihan umum legislatif Indonesia 1999 Pemilu 1999 menggunakan sistem proporsional dengan daftar stelsel tertutup dan diikuti oleh 48 partai politik, yaitu: 1. Partai Indonesia Baru 2. Partai Kristen Nasional Indonesia 3. Partai Nasional Indonesia - Supeni 4. Partai Aliansi Demokrat Indonesia 5. Partai Kebangkitan Muslim Indonesia 6. Partai Ummat Islam 7. Partai Kebangkitan Ummat 8. Partai Masyumi Baru 9. Partai Persatuan Pembangunan 10. Partai Syarikat Islam Indonesia 11. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 12. Partai Abul Yatama 13. Partai Kebangsaan Merdeka 14. Partai Demokrasi Kasih Bangsa 15. Partai Amanat Nasional 16. Partai Rakyat Demokratik 17. Partai Syarikat Islam Indonesia 1905 18. Partai Katolik Demokrat 19. Partai Pilihan Rakyat 20. Partai Rakyat Indonesia 21. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi 22. Partai Bulan Bintang 23. Partai Solidaritas Pekerja 24. Partai Keadilan 25. Partai Nahdlatul Ummat 26. Partai Nasional Indonesia - Front Marhaenis 27. Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia 28. Partai Republik

29. Partai Islam Demokrat 30. Partai Nasional Indonesia - Massa Marhaen 31. Partai Musyawarah Rakyat Banyak 32. Partai Demokrasi Indonesia 33. Partai Golongan Karya 34. Partai Persatuan 35. Partai Kebangkitan Bangsa 36. Partai Uni Demokrasi Indonesia 37. Partai Buruh Nasional 38. Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong 39. Partai Daulat Rakyat 40. Partai Cinta Damai 41. Partai Keadilan dan Persatuan 42. Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia 43. Partai Nasional Bangsa Indonesia 44. Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia 45. Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia 46. Partai Nasional Demokrat 47. Partai Ummat Muslimin Indonesia 48. Partai Pekerja Indonesia

Pemilu 2004
Lihat pula: Pemilihan umum legislatif Indonesia 2004 Pemilu 2004 menggunakan sistem proporsional dengan daftar terbuka dan diikuti oleh 24 partai politik, yaitu: 1. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 2. Partai Buruh Sosial Demokrat 3. Partai Bulan Bintang 4. Partai Merdeka 5. Partai Persatuan Pembangunan 6. Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 7. Partai Perhimpunan Indonesia Baru 8. Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 9. Partai Demokrat 10. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 11. Partai Penegak Demokrasi Indonesia 12. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 13. Partai Amanat Nasional 14. Partai Karya Peduli Bangsa 15. Partai Kebangkitan Bangsa 16. Partai Keadilan Sejahtera 17. Partai Bintang Reformasi 18. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 19. Partai Damai Sejahtera 20. Partai Golongan Karya 21. Partai Patriot Pancasila 22. Partai Sarikat Indonesia 23. Partai Persatuan Daerah 24. Partai Pelopor

Pemilu 2009
Lihat pula: Pemilihan umum legislatif Indonesia 2009

Pemilu 2009 menggunakan sistem proporsional dengan daftar terbuka dan diikuti oleh 38 partai politik nasional dan 6 partai politik lokal Aceh, yaitu:[1] Partai politik nasional 1. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) 2. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB)* 3. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI) 4. Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) 5. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) 6. Partai Barisan Nasional (Barnas) 7. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)* 8. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)* 9. Partai Amanat Nasional (PAN)* 10. Partai Perjuangan Indonesia Baru (PIB) 11. Partai Kedaulatan 12. Partai Persatuan Daerah (PPD) 13. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)* 14. Partai Pemuda Indonesia (PPI) 15. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme (PNI Marhaenisme)* 16. Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) 17. Partai Karya Perjuangan (PKP) 18. Partai Matahari Bangsa (PMB) 19. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)* 20. Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK)* 21. Partai Republika Nusantara (RepublikaN) 22. Partai Pelopor* 23. Partai Golongan Karya (Golkar)* 24. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)* 25. Partai Damai Sejahtera (PDS)* 26. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBK Indonesia) 27. Partai Bulan Bintang (PBB)* 28. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)* 29. Partai Bintang Reformasi (PBR)* 30. Partai Patriot 31. Partai Demokrat* 32. Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI) 33. Partai Indonesia Sejahtera (PIS) 34. Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) 35. Partai Merdeka 36. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI) 37. Partai Sarikat Indonesia (PSI) 38. Partai Buruh Catatan: Tanda * menandakan partai yang memiliki kursi di DPR hasil pemilu sebelumnya. Partai politik lokal Aceh 1. 2. 3. 4. 5. 6. Partai Aceh Aman Seujahtra (PAAS)[2] Partai Daulat Aceh (PDA) Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) Partai Rakyat Aceh (PRA)[3] Partai Aceh (PA) Partai Bersatu Aceh (PBA)

Pemilu 2014

Lihat pula: Pemilihan umum legislatif Indonesia 2014 Berikut adalah daftar 10 partai politik yang ditetapkan oleh KPU sebagai peserta Pemilu 2014:[4] Partai politik nasional 1. Partai NasDem 2. Partai Kebangkitan Bangsa* 3. Partai Keadilan Sejahtera* 4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan* 5. Partai Golongan Karya* 6. Partai Gerakan Indonesia Raya* 7. Partai Demokrat* 8. Partai Amanat Nasional* 9. Partai Persatuan Pembangunan* 10. Partai Hati Nurani Rakyat* Catatan: Tanda * menandakan partai yang memiliki kursi di DPR hasil pemilu sebelumnya. Partai politik lokal Aceh 1. Partai Damai Aceh 2. Partai Nasional Aceh 3. Partai Aceh

You might also like