You are on page 1of 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Mobilisasi Dini Post Partum 1.

Perilaku (Practice) Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), Mekanisme (mechanisme), Adaptasi (adaptation) (Notoatmodjo, 2003). Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap. Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku kesehatan menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) terbagi tiga teori penyebab masalah kesehatan yaitu:7 1) Faktor-faktor Predisposisi (disposing faktors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seesorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. 2) Faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. 3) Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal dari adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta didukung oleh faktor luar (lingkungan) baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan lingkungan diketahui, dipersepsikan, diyakini, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak, yang pada akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa melakukan perilaku. SKEMA PERILAKU Gbr.l. Skema Perilaku (Sumber : Modifikasi Lawrence Green, dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2003) Internal a. Persepsi b. Pengetahuan c. Keyakinan d. Motivasi e. Niat f. Sikap Eksternal a. Pengalaman b. Fasilitas c. Sosio-budaya Respons Perilaku 2. Mobilisasi Dini Mobilisasi dini merupakan suatu kebijakan untuk selekas mungkin membimbing ibu keluar dari tempat tidur dan membantu untuk berjalan atau melakukan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan melatih hampir semua alat tubuh dan meningkatkan fleksibilitas sendi (Taylor& Lemone, 1997). Mobilisasi dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi adanya komplikasi akibat immobilisasi. Untuk menghindari adanya

komplikasi tersebut, sebaiknya mobilisasi dini dilakukan sesuai kemampuan ibu post partum. Dimana dengan mobilisasi terbatas, posisi ibu post partum harus diubah ketika rasa tidak nyaman terjadi akibat berbaring dalam satu posisi (Smith dan Dell, 1994). Keuntungan melakukan mobilisasi dini adalah dapat memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusio alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran dan pengeluaran sisa metabolisme. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan mobilisasi dini yaitu: a) Pada saat mobilisasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan sang ibu terjatuh khususnya jika kondisi ibu masih lemah atau memiliki penyakit jantung. Apabila mobilisasi terlambat juga dapat menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah serta terganggunya fungsi otot. b) Yakinkan sang ibu post partum untuk melakukan gerakan-gerakan mobilisasi dini secara bertahap 8 c) Kondisi tubuh cepat pulih jika ibu post partum melakukan mobilisasi dengan benar dan tepat, dimana sistem sirkulasi di dalam tubuh bisa berfungsi normal d) Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena akan membebani jantung. Persalinan merupakan proses yang melelahkan maka dianjurkan tidak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena dapat menyebabkan pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik. Namun setelah istirahat 8 jam mobilisasi sangatlah perlu agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah pada ibu post partum. Karena lelah setelah bersalin, ibu harus istirahat tidur terlentang dan jika mungkin setelah dua jam post partum, jika kondisi ibu baik, ibu boleh mobilisasi dini kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya emboli. Pada hari ketiga ibu post partum normal sudah boleh pulang dari Rumah Sakit. Mobilisasi dini bervariasi dan tergantung pada komplikasi persalinan, post partum dan sembuhnya luka. Mobilisasi dianjurkan secara bertahap dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Cobalah untuk duduk di tepi tempat tidur setelah itu ibu bisa turun dari ranjang dan berdiri atau bisa pergi ke kamar mandi sehingga sirkulasi darah di dalam tubuh akan berjalan dengan baik dan terhindar dari gangguan yang tidak diinginkan dan dapat dihindari dalam melakukan mobilisasi dini. 9 3. Ibu Post Partum Post Partum atau yang sering disebut masa nifas (puerperium) yaitu dimulainya setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil berlangsung kira-kira 6 minggu (Saefudin, 2001). Nifas (puerperium) merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal yang berlangsung 6 minggu atau 42 hari (Manuaba, 1998). Menurut Wishnuwardani dan Reksoprodjo (2004), perubahan selama masa nifas dapat terjadi pada uterus, serviks uteri, endometrium, tuba falopii, darah lochea, vagina, dinding abdomen, saluran kencing, dan perubahan-perubahan lain. Adapun macam perubahannya antara lain: a) Perubahan Uterus: kontraksi uterus meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada perlekatan plasenta sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus nekrosis akan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah

2 hari pasca persalinan, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). b) Serviks Uteri: involusi servik dan segmen bawah uterus pasca persalinan berbeda dan tidak kembali pada keadaan sebelum hamil. c) Endometrium: endometrium mengadakan regenerasi cepat dalam waktu 2 samapi 3 hari sisa lapisan desidua telah bergenerasi (lapisan sisi dinding uterus menjadi jaringan endometrium baru, lapisan sisi kavum uteri menjadi nekrotik dan keluar sebagai lochea). 10 d) Tuba Falopi: pada persalinan yang tidak bersih sering terjadi infeksi asendens dan menyebabkan salpingitis akut sampai 2 minggu postpartum. e) Darah Lochea: cairan yang mengandung sisi jaringan uterus atau bagian nekrotik yang keluar. Normal berturut-turut selama masa nifas keluar lochea warna merah (masih bercampur darah), kemudian berwarna kuning lalu putih, lochea normal tidak berbau, jika berbau dicurigai sebagai infeksi. f) Vagina: pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae kembali. g) Dinding Abdomen; Striae dan Flabby yang terjadi pada kehamilan berkurang. h) Saluran kencing: kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada keadaan atau status sebelum persalinan, lamanya partus kala 2 dilalui, dan besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. i) Berat badan: pada ibu post partum ukuran berat badan akan menurun bertahap karena cairan ekstravaskuler yang dibuang. Pada ibu post partum biasanya takut dan enggan untuk bergerak karena mereka merasa letih, sakit dan khawatir. Mereka berasumsi bahwa gerakan yang akan dilakukan dapat menimbulkan dampak yang buruk. Maka perlu dilakukan suatu pendekatan serta dukungan pada ibu post 11 partum. Pada Periode post partum Menurut Mochtar (1998) dibagi menjadi 3 yaitu: a) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan jalan-jalan. b) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. c) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila sewaktu hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Tujuan asuhan keperawatan post partum adalah menjaga kesehatan ibu baik secara fisik maupun psikologi serta memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan nifas serta melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu. (Wiknjosastro, dkk, 2005). Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku post partum 1) Umur Umur adalah usia ibu yang menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap pengalamannya. Karakteristik pada ibu post partum berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap perilaku mobilisasi dini, dimana semakin muda umur seorang ibu post partum maka kesiapan dalam perilaku khususnya dalam mobilisasi dini dapat berjalan dengan baik. Umur seseorang sedemikian besarnya akan 12

mempengaruhi perilaku karena semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti daripada usia muda (Notoatmodjo, 2000) 2) Pendidikan Faktor lain yang turut berpengaruh dalam perilaku asuhan fisik ibu post patum yaitu pola hidup dan pendidikan perilaku ataupun pola hidup merupakan hasil jangka menengah dari pendidikan. Dengan kata lain peranan pendidikan adalah melakukan intervensi faktor perilaku. Sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan (Notoatmodjo, 2003) Pendidikan diperoleh dari proses belajar baik formal maupun informal. Pendidikan formal meliputi status bertingkat dan melewati proses secara resmi sehingga dapat menyandang status kesehatan yang dicapai. Dengan proses tersebut dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik khususnya tentang perilaku mobilisasi dini yang lebih baik sehingga dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan mobilisasi dini yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap adanya perilaku mobilisasi dini di dalam keluarganya dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Kodyat, dkk,1993). 13 Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nilai dan kepercayaan akan takhayul disamping tingkat penghasilan yang masih rendah, merupakan penghambat dalam pembangunan kesehatan. Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah, khususnya di kalangan ibu post partum merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap perilaku mobilisasi dini, sehingga sikap hidup dan perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat masih rendah. Menurut Rawadi (1986) dimana semakin tinggi pendidikan ibu post partum, mortalitas dan morbilitas semakin menurun, hal tersebut tidak hanya akibat kesadaran post partum yang terbatas tetapi karena adanya kebutuhan sosial ekonominya yang belum tercukupi. Adapun pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang di rumah, di lingkungan sekolah, tetapi juga dapat di dalam kelas, pendidikan Formal ialah pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu, seperti yang terdapat di sekolah atau universitas (IKIP Semarang, 1989). B. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu manusia dan hanya sekedar menjawab pertanyaan. Hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003).Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : 14 1. Tahu (Know) Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh beban yang dipelajari. Dimana ibu-ibu post partum mengetahui bagaimana perilaku mobilisasi dini. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara

benar. Dimana ibu-ibu post partum mampu memahami dan menjelaskan dengan benar perilaku mobilisasi dini yang benar. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Sehingga apabila terjadi para ibu-ibu post partum mampu melakukan mobilisasi dini sendiri. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama yang lain. Sehingga ibu-ibu post partum dapat menganalisis terhadap apa yang terjadi pada saat mobilisasi dini. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan 15 6. yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Sehingga dapat memberikan pengetahuan serta pengalaman yang berarti bagi ibu- ibu post partum dan dapat melakukan mobilisasi dini dengan benar. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Sehingga hasil penilaian tersebut dapat memberikan arti penting bagi ibu- ibu post partum yang melakukan mobilisasi dini. Tetaplah disadari adanya kemungkinan bahwa seseorang belum tentu bertindak atas dasar pengetahuan yang dimiliki, dan begitu pula seseorang belum tentu bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Hal ini disebabkan oleh sistem kepribadian individu yang terbentuk akibat pendidikan dan pengalaman (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan pada masa nifas bagi ibu post partum merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, adat istiadat, kebiasaan atau pola hidup dan pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Adanya hambatan dalam perilaku asuhan fisik masa nifas dipengaruhi oleh sarana yang kurang begitu dimanfaatkan hal ini menyebabkan pengetahuan tidak diperoleh ibu post partum secara adekuat selama dalam perawatan di rumah sakit (Pusdiknakes, 2003), Adat istiadat sangat berpengaruh dalam perilaku asuhan fisik masa nifas karena biaya sosial sering mengalahkan 16 pemanfaatan optimal dari sarana kesehatan yang ada, sering terjadi pertimbangan yang sangat rasional dan berguna untuk menetapkan suatu keputusan, contoh pelaksanaan perawatan masa nifas sering terkalahkan oleh pertimbangan yang tidak rasional, namun sulit dirubah karena telah tertanam secara mendalam sebagai keyakinan yang bersumber faktor budaya (Pusdiknakes, 2003). Meskipun petugas kesehatan menemukan suatu perilaku yang kurang menguntungkan bagi kesehatan, sering tidak mudah untuk mengadakan perubahan terhadap akibat telah tertanamnya keyakinan yang melandasi sikap dan perilaku secara mendalam pada kebudayaan komunitas tersebut (Notoatmodjo, 2003). Menurut Imami (1997) adanya pantangan dan keharusan makanan tertentu selama setelah melahirkan tidak selalu

memberikan dampak kesehatan yang baik, meskipun dilandasi tujuan pencegahan bahaya. Banyak masyarakat yang mengikuti tradisi atau kebiasaan tertentu, namun tidak memahami alasan karena adanya tekanan dari pihak keluarga ataupun dukun bayi. C. Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Dengan Perilaku Mobilisasi Dini Penanganan dan pengenalan kesakitan setelah persalinan ini cukup problematis karena pada masa kini kaum wanita, kecil kemungkinan untuk tetap berhubungan dengan penyediaan pelayanan kesehatan terutama jika masalah tersebut baru muncul beberapa saat setelah persalinan (Hasyim, 17 2003). Pengetahuan ibu post partum yang memadai akan berpengaruh terhadap perilaku selama masa nifas, hal ini sangat diperlukan untuk mencapai status kesehatan ibu post partum yang optimal, membantu, memantau dan mempertahankan kesehatannya. Hasil penelitian United Nations Developed Populations (UNDP) di 21 Negara juga memperlihatkan bahwa di Indonesia, sebagian besar wanita melahirkan yang meninggal dunia disebabkan komplikasi melahirkan, seperti perdarahan. Sementara itu, sang suami pada saat yang bersama tidak ada di tempat. Salah satu tradisi yang mempunyai andil terhadap hal ini adalah tidak berani mengambil keputusan untuk segera mencari pelayanan kesehatan ke dokter pada saat terjadi komplikasi (Arifin, 2004). Upaya yang dilakukan dalam menambah pengetahuan ibu post partum yaitu dengan memberikan informasi dan keterampilan yang tepat, mengontrol perilaku serta mengambil keputusan yang tepat, agar dapat terwujud maka perlu dilakukan tentang bagaimana memberikan pengarahan terhadap ibu-ibu post partum yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan tentang perawatan masa nifas dan mobilisasi dini (Imami, 1997). Bagi ibu post partum yang pada saat melahirkan dibantu oleh tenaga medis yaitu bidan kemungkinan dalam perilaku mobilisasi dini akan dijalankan sesuai anjuran, tetapi apabila penanganan melahirkan dibantu oleh dukun beranak, terkadang tidak ada penyuluhan untuk melakukan mobilisasi dini yang berakibat terjadi gangguan aliran darah serta fungsi otot, tetapi 18 dengan bekal pengetahuan yang memadai pada ibu post partum, pada saat mobilisasi dini mungkin akan berjalan lancar dan benar. Pada ibu post partum biasanya takut dan enggan untuk bergerak karena mereka merasa letih, sakit dan khawatir. Mereka berasumsi bahwa gerakan yang akan dilakukan dapat menimbulkan dampak yang buruk. Maka perlu dilakukan suatu pendekatan serta dukungan pada ibu post partum yang dilakukan pada periode post partum (Mochtar, 1998). Menurut Skiner mengemukakan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) (Notoatmodjo, 2002), maka dengan pengetahuan tentang mobilisasi dini dan penyembuhan adanya luka pada ibu post partum yang benar dan tepat merupakan salah satu tujuan utama dalam perilaku mobilisasi dini. 19 20 E. Kerangka Teori (Sumber: Lawrence Green (1988) dalam Notoatmodjo, 2003) F. Kerangka Konsep Variabel Independent Variabel Dependent

G. Hipotesis Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu post partum tentang mobilisasi dini dengan perilaku mobilisasi dini. Faktor Prediposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Keyakinan 4. Kepercayaan 5. Nilai 6. Motivasi Faktor Eksternal - Pengalaman - Sosial Budaya ` Faktor Pemungkin 1. Fasilitas Fisik : kesehatan: puskesmas, rumah sakit 2. Fasilitas umum: media massa (koran, TV, Radio) Faktor Penguat Sikap dan perilaku Petugas kesehatan Perilaku Mobilisasi Dini Pengetahuan ibu post partum tentang mobilisasi dini Perilaku Mobilisasi Dini

You might also like