You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Dimasa yang lalu, bidan dan dokter banyak menggunakan waktu selama kunjungan antenatal untuk penilaian resiko berdasarkan riwayat medis dan obstetri serta temuan-temuan fisik yang lalu. Tujuan dari penilaian resiko ini adalah untuk mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuk ibu-ibu ini untuk mendapatkan asuhan yang khusus. Sekarang kita telah mengetahui bahwa penilaian resiko tidak mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Penilaian resiko juga tidak menjamin perkiraan, ibu yang mana yang akan mempunyai masalah selama persalinan. Mengapa penilaian resiko tidak lagi digunakan? Ia tidak lagi dipergunakan karena setiap ibu hamil akan menghadapi resiko komplikasi dan harus mempunyai jangkauan kepada asuhan kesehatan maternal yang berkualitas. Hampir tidak mungkin memperkirakan ibu hamil yang mana yang akan menghadapi komplikasi yang akan mengancam keselamatan jiwa secara akurat. Banyak ibu-ibu yang digolongkan beresiko tinggi yang tidak mengalami komplikasi apapun. Misalnya seorang ibu yang tingginya kurang dari 139 cm mungkin akan melahirkan bayi seberat 2500 gram tanpa masalah. Demikian juga, seorang ibu yang mempunyai riwayat tidak begitu berarti, kehamilan normal dan persalinan yang tidak berkomplikasi mungkin saja mengalami perdarahan pasca persalinan.

Dalam suatu studi di Zaire, dengan menggunakan berbgai macam metode, formula dan skala untuk melakukan penapisan resiko diteliti. Studi ini menemukan bahwa 71 % ibu yang mengalami partus macet tidak digolongkan ke dalam kelompok beresiko sebelumnya. Sebagai tambahan, 90 % ibu-ibu yang diidentifikasi beresiko tidak mengalami komplikasi. Kebanyakan ibu-ibu yang mengalami komplikasi tidak mempunyai faktor resiko dan digolongkan ke dalam kelompok beresiko rendah. Penting bagi ibu hamil untuk melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan 4 kali selama periode kehamilan untuk mengetahui secara dini resiko-resiko yang mungkin timbul pada janin dan ibu. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang Asuhan kehamilan kunjungan awal.

B.

Tujuan Penulisan Untuk memperoleh gambaran tentang asuhan kehamilan pada kunjungan awal ibu hamil dan pengkajian vetal.

BAB II PEMBAHASAN

A.

Tujuan Kunjungan Awal Kunjungan awal ibu hamil adalah suatu bidang khusus yang dipakai para spesialis kebidanan untuk menyampaikan informasi penting kepada satu sama lain dalam menjelaskan hubungan antara wanita dan kehamilannya. Tujuan kunjungan antara lain : 1. Menentukan tingkat kesehatan ibu dengan melakukan pengkajian riwayat lengkap dan uji skrining yang tepat. 2. Menetapkan catatan dasar tentang tekanan darah,urinalisis, nilai darah, serta pertumbuhan dan perkembangan janin dapat digunakan sebagai standar pembanding sesuai kemajuan kehamilan 3. Mengidentifikasikan faktor risiko dengan mendapatkan riwayat detil kebidanan masa lalu dan sekarang. 4. Memberi kesempatan pada ibu dan keluarga untuk mengekspresikan dan mendiskusikan adanya kekhawatiran tentang kehamilan saat ini,proses persalinan, serta masa nifas. 5. Menganjurkan adanya pemeliharaan kesehatan masarakat dalam upaya mempertahankan kesehatan ibu dan perkembangan kesehatan bayinya. 6. Membangun hubungan saling percaya karena ibu dan bidan adalah mitra dalam asuhan

B.

Pengkajian Data Kesehatan Ibu Hamil 1. Data Subjektif a. b. Biodata Anamnesis 1) Keluhan utama 2) Riwayat kesehatan reproduksi a) Haid (1) Menarche (2) Siklus Haid (3) Lamanya (4) Keluhan (5) Volume (6) Bau (7) Konsistensi b) Riwayat kehamilan yang lalu c) Riwayat kehamilan sekarang (1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) (2) Hari Perkiraan Lahir (HPL) (3) Ini adalah kehamilan yang ke ? (4) Periksa hamil pertama kali di ? (5) Imunisasi TT : (a) Trimester I : (b) Trimester II :

(c) Trimester III : (6) Keluhan selama hamil (7) Obat yang dikonsumsi selama hamil (8) Konsumsi jamu (Ya/Tidak) (9) Gerakan janin (frekuensi lebih dari 10 kali/24 jam?) d) Riwayat kesehatan (1) Riwayat kesehatan sekarang (a) Penyakit menular : TBC, hepatitis (b) Penyakit menurun : DM, Asma, Hipertensi (2) Riwayat kesehatan yang lalu Pernah dirawat di RS, atau pernah menjalani operasi (3) Riwayat kesehatan keluarga (a) Kehamilan kembar (b) Penyakit menular dalam keluarga (c) Penyakit keturunan (d) Penyakit alergi e) Data psikososial (1) Riwayat perkawinan (2) Respon suami dan keluarga terhadap kehamilan ini (3) Respon ibu terhadap kehamilan (4) Hubungan ibu dengan anggota keluarga suami dan anggota keluarga yang lain.

(5) Adat setempat yang dianut dan berhubungan dengan kehamilan f) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari (1) Makan (a) Frekuensi (b) Jenis makanan (c) Jumlah (d) Pantangan (e) Makanan kesukaan (2) Minuman (a) Frekuensi (b) Banyaknya (c) Jenis minuman (d) Minuman kesukaan (3) Istirahat (a) Malam (b) Siang (c) Keluhan (4) Personal hygiene (a) Mandi (b) Sikat gigi (c) Ganti baju (d) Ganti celana dalam dan bra

(e) Potong kuku (f) Keramas (5) Aktivitas (a) Di tempat kerja (b) Di rumah (6) Hubungan seksual (a) Frekuensi (b) keluhan g) pengetahuan pasien tentang kehamilan dan perawatannya (1) Pemeriksaan kehamilan (2) Perawatan payudara (3) Memantau gerakan janin (4) Waspada keluhan (5) Pola makan yang sehat (6) Sikap tubuh yang baik (body mechanic) (7) Posisi tidur (8) Ketidaknyamanan dan cara mengatasinya 2. Data objektif a. Pemeriksaan umum 1) KU 2) TB 3) BB sebelum hamil., BB setelah hamil . 4) LILA

5) Tanda-tanda vital b. Pemeriksaan head to toe 1) Kepala (a) Bentuk : mesosephal (b) Rambut : (1) Warna (2) Kebersihan (3) Mudah rontol / tidak (c) Muka : cloasma, jerawat, sianosis, berkeringat (d) Mata : (1) Sklera (2) Konjungtiva (3) Gangguan penglihatan (4) Kotoran/secret (e) Telinga : (1) Kebersihan (2) Gangguan pendengaran (3) Terlihat massa (f) Hidung : (1) Kebersihan (2) Pernapasan cuping hidung (3) Polip (hidung tersumbat)

(g) Mulut : (1) Karies gigi (2) Kebersihan mulut dan lidah (3) Kelembaban bibir (4) Stomatis (5) Perdarahan gusi 2) Leher : pembesaran kelenjar limfe, tiroid, vena jugularis 3) Dada : (a) Retraksi dada (b) Denyut jantung teratur (c) Wheezing 4) Payudara : (a) Bentuk : simetris/tidak (b) Hiperpigmentasi areola (c) Kondisi putting susu : masuk ke dalam/tidak, kebersihan (d) Terba keras, lunak, benjolan (e) Pengeluaran kolostrum 5) Ekstremitas atas (a) Bentuk (b) Kebersihan tangan, kuku (c) Pucat di ujung jari (d) Tremor (e) Telapak tangan berkeringat

(f) Warna merah pada telapak tangan 6) Abdomen (a) Pembesaran perut : simetris/tidak, sesuai dengan usia kehamilan/tidak (b) Striae gravidarum (c) Luka bekas operasi (d) Linea nigra (e) Palpasi Leopold : (1) Leopold I : TFU Teraba bagian besar (melenting keras-kepala dan susah digerakkan-bokong). Ada beberapa bagian yang teraba, jika dua waspada adanya kehamilan kembar. Mengukur TFU menurut Mc Donald untuk menghitung Taksiran Berat Janin (TBJ). Cara pengukuran adalah tempatkan metline skala 0 (nol) di atas simfisis dan ukur TFU dengan melihat metline dalam cm. Caranya : Jika belum masuk panggul : (TFU-12) x 155 Jika sudah masuk panggul : (TFU-11) x 155

10

(2) Leopold II : Sebelah kanan : teraba bagian yang rata, ada tahanan (punggung) Sebelah kiri : teraba bagian yang menonjol, kecilkecil (ekstremitas janin) (3) Leopold III : Teraba bagian besar (kepala atau bokong), satu atau lebih dari satu. (4) Leopold IV : Seberapa besar bagian janin (presentasi) yang sudah masuk panggul (f) DJJ (dihitung satu menit penuh) (1) Frekuensi/menit (2) Teratur/tidak (3) Punktum maksimum 7) Pemeriksaan panggul : (a) Pemeriksaan panggul luar (b) Pemeriksaan panggul dalam 8) Genitalia luar : (a) Tidak ada varises (b) Tanda Chadwick (c) Pembesaran kelenjar Bartholini (d) Keputihan

11

9) Genitalia dalam : (a) Vagina (b) Serviks (c) Tanda infeksi pada serviks (d) Teraba promontorium ? 10) Pemeriksaan bimanual : Tanda hegar 11) Rektum : (a) Kebersihan (b) Hemoroid 12) Ekstremitas bawah : (a) Bentuk (b) Varises (c) Kebersihan kuku (d) Pucat pada ujung jari kaki (e) Teraba dingin atau panas-infeksi vena (f) Refleks patella (kanan dan kiri) 13) Pemeriksaan penunjang : (a) Pemeriksaan laboratorium : (1) Hb (2) Golongan darah (3) Protein urin (4) AL (leukosit)

12

(b) Pemeriksaan USG (c) Non-Stress Test (NST) Untuk mengetahui kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan memantau gerakan janin dalam 24 jam melalui grafik gerakan janin di layar monitor.

C.

Pengkajian Fetal 1. Pemantauan Aktifitas / Gerakan Janin Pemantauan Aktifitas / Gerakan Janin dapat secara subjektif (ditanyakan kepada ibu), atau objektif (palpasi atau dengan USG). Janin normal, tidak ada hipoksia, akan aktif bergerak. Normal gerakan janin dirasakan oleh ibu sebanyak lebih dari 10 kali per hari (pada usia di atas 32 minggu). Dalam kehidupan janin intrauterin, sebagian besar oksigen hanya dibutuhkan oleh otak dan jantung (refleks redistribusi). Jika janin tidak bergerak, pikirkan kemungkinan diagnosis banding : tidur, atau hipoksia. Waktu terbaik untuk mengamati gerakan janin adalah pada malam hari saat ibu hamil berbaring santai. Atau, pagi hari ketika bangun tidur bila usia kandungannya sudah masuk trisemester ketiga. Jika merasakan janin bergerak minimal 10 kali/jam, baik gerakan halus dan kuat, artinya bayi baik-baik saja. Namun, bila merasa bayi tidak aktif seperti biasanya, kemungkinan besar ia sedang malas bergerak, dan ibu hamil diminta harus coba bangkitkan semangat

13

geraknya. Karena, bila janin tidak merespon rangsangan ibu, dan kondisi ini sudah berlangsung lebih dari 1 hari segera beritahu dokter, untuk memantau kondisi janin. Kenali gerakan si bayi sesuai dengan usianya, supaya bisa ikut memantau perkembangannya. a. Minggu ke-16 sampai 20. Di minggu ke-16 mulai dapat merasakan gerakan janin seperti tendangan dan tonjokan. Disebut sebagi fase quickening. b. Minggu ke-21 sampai 24. Aktivitas bayi makin meningkat. Dia banyak menendang dan jungkir balik, karena volume air ketuban masih sering memungkinkan untuk bergerak leluasa. c. Minggu ke-25 sampai 28. Bayi mulai cegukan. Inilah yang menyebabkan ibu hamil merasakan sensai seperti tersentak-sentak. Dia juga akan bergerak merespon suara dari luar karena pendengarannya makin mendengar suara keras. d. Minggu ke-29 sampai 31. Gerakan bayi makin kuat, teratur dan terkendali. Kadang ibu hamil sampai merasakan rahim kontraksi. e. Minggu ke-32 sampai 24. inilah mas apuncak aktivitas bayi. Dalam minggu-minggu ini, ibu hamil akan merasakan peningkatan frekuensi dan tipe gerakan bayi, karena dia semakin besar dan kuat. f. Minggu ke-36 sampai 40. ukuran bayi yang semaik besar dan keterbatasan ruang dalam rahim membuat gerakan memutar janin makin berkurang frekuensinya. Bila dia mengisap jempol dan baik. Kadang-kadang janin kaget

14

kehilangan jempolnya, ibu hamil akan merasakan gerakan darting dan cepat. Itu tanda bayi memuatar kepalanya untuk mencari jempolnya kembali. Jika perut ibu kurus, kemungkinan besar dapat memegang kaki bayi. Gerakan utama yang ibu rasakan adalah tonkokan tangan atau tendangan kaki bayi yang mungkin menyakitkan tulang rusuk ibu hamil tersebut. Bagi sebagian besar wanita terutama yang baru pertama kali hamil, gerakan janin adalah saat-saat yang paling dinantikan. Biasanya gerakan janin dalam rahim dapat dirasakan pada usia kehamilan 18-20 minggu (walaupun tiap individu bisa berbeda-beda). Wanita yang sudah memiliki pengalaman hamil sebelumnya bahkan bisa merasakan gerakan janin sedini usia kehamilan 15 minggu. Sensasi pertama memang pasti membingungkan, apakah ini benar gerakan si kecil atau hanyalah aliran gas dalam perut. Kadang satu hari janin bisa beberapa kali menunjukkan aktifitasnya, tapi keesokan harinya ia seperti begitu terlelap dalam tidurnya. Pada minggu-minggu ini (sekitar minggu 18-27), wanita hamil tidak perlu kuatir akan menghitung jumlah gerakan janin. Yang perlu mendapat perhatian adalah ketika usia kehamilan sudah memasuki trimester 3 (setelah 28 minggu), maka ibu hamil perlu belajar menghitung jumlah gerakan janin. Biasakan untuk menghitung gerakannya 2 kali dalam sehari, pada saat pagi (dimana bayi biasanya tidak terlalu aktif), dan pada saat malam (biasanya ia justru lebih aktif

15

bergerak). Patokan yang sederhana adalah dalam 1 jam biasanya ibu hamil akan merasakan 10x gerakan janin. Jika moms-soon-to-be tidak merasakan gerakan janin setelah menunggu lebih dari 2 jam, maka ada baiknya kontak dokter untuk memastikan kehamilan baik-baik saja. Tidak selalu hal tersebut berarti ada sesuatu yang bahaya terjadi, tapi konfirmasi dengan dokter adalah pilihan yang bijaksana. Seiring berjalannya waktu, dengan bertambahnya usia

kehamilan, maka gerakan janin akan lebih sering dan lebih jelas terasa, bahkan kadang gerakannya dapat terlihat dari luar. Ketika Janin Bergerak... a. Akrobat dirahim yang luas Memasuki trimester kedua, tepatnya pada bulan keempat atau kelima, embrio mulai aktif bergerak dan menendang dinding perut Ibu dibantu oleh adanya cairan ketuban didalam rahim yang memudahkan janin mengambang kesana kemari, hanya

dihubungkan dengan tali pusar ke ari-ari (uri,plasenta) yang menempel di dinding rahim Ibunya. b. Gerakannya mulai terasa Seiring pertumbuhan usia kehamilan, rahim mulai sempit, gerakan janin ini akan sangat dirasakan Ibu hamil. Selain itu, karena rongga bagian atas lebih luas dibanding bagian bawahnya, janin cenderung meletakkan kakinya diatas agar lebih leluasa bergerak dan kepalanya menukik kearah rahim.

16

2.

Denyut Jantung Janin (DJJ) Dengan menggunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetric) untuk mendengar DJJ dapat terdengar pada bulan 4-5. Walaupun dengan ultrasound (doptone) sudah dapat didengar pada akhir bulan ketiga. Frekuensinya lebih cepat dari B.J orang dewasa ialah antara 120-140/menit. Karena badan anak dalam kypose dan di depan dada terdapat lengan anak maka B.J. paling jelas terdengar di punggung anak dekat pada kepala. Pada presentasi biasa (letak kepala) tempat ini kiri atau kanan di bawah pusat. Jika bagian-bagian anak belum dapat ditentukan, maka B.J. harus dicari pada garis tengah di atas sympisis. diketahui dari bunyi jantung janin adalah : a. Dari adanya detak jantung janin: 1) tanda pasti kehamilan 2) anak hidup b. Dari tempat bunyi jantung janin terdengar: 1) presentasi anak 2) positio anak(kedudukan punggung) 3) sikap anak (habitus) 4) adanya anak kembar Kalau bunyi jantung terdengar kiri atau kanan di bawah pusat,maka presentasinya kepala,kalau terdengar kiri kanan Yang dapat

17

setinggi atau di atas pusat,maka presentasinya bokong (letak sungsang). Kalau bunyi jantung terdengar sebelah kiri,maka punggung sebelah kiri,kalau terdengar sebelah kanan maka punggung sebelah kanan.Kalau terdengar di pihak yang berlawanan dengan bagiabbagian kecil,sikap anak fleksi.kalau terdengar sepihak dengan bagian-bagian kecil,sikap anak defleksi. Pada anak kembar bunyi jantung terdengar pada 2 tempat dengan sama jelasnya dan dengan frekwensi yang

berbeda(perbedaan lebih dari 10/menit). c. Dari sifat bunyi jantung anak: Dari sifat bunyi jantung anak kita dapat mengetahui keadaan anak.anak yang dalam keadaan sehat bunyi jantung nya teratur dan frekwensinya antara 120-140 permenit. Kalau bunyi jantung kurang dari 120/menit atau lebih dari 160/menit atau tidak teratur, maka anak dalam keadaan asphyxia (kekurangan oksigen). Cara menghitung DJJ adalah dengan

mendengarkan 3x5 detik dikalikan dengan 4. Contohnya : 5 detik 11 5 detik 12 5 detik 11 Kesimpulan - 4 (11 + 12 +11) = 136/menit. Teratur dan janin baik. - 4 (10 + 14 + 9) = 132/m. Tak teratur dan janin asphyxia - 4 (8 + 7 + 8) = 92/m. Tak teratur dan janin asphyxia.

10

14

18

3.

Non Stress Test (NST) Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai hubungan gambaran DJJ dan aktivitas janin. Cara pemeriksaan ini dikenal juga dengan nama aktokardiografi, atau fetal activity acceleration determination (FAD; FAAD). Penilaian dilakukan terhadap frekuensi dasar DJJ, variabilitas, dan timbulnya akselerasi yang menyertai gerakan janin. Tehnik pemeriksaan NST : a. Pasien berbaring dalam posisi semi-Fowler, atau sedikit miring ke kiri. Hal ini berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah ke janin dan mencegah terjadinya hipotensi. b. Sebelum pemeriksaan dimulai, dilakukan pengukuran tensi, suhu, nadi, dan frekuensi pernafasan ibu. Kemudian selama pemeriksaan dilakukan, tensi diukur setiap 10-15 menit (hasilnya dicatat pada kertas KTG). c. Aktivitas gerakan janin diperhatikan dengan cara: 1) Menanyakan kepada pasien. 2) Melakukan palpasi abdomen. 3) Melihat gerakan tajam pada rekaman tokogram (kertas KTG). d. Bila dalam beberapa menit pemeriksaan tidak terdapat gerakan janin, dilakukan perangsangan janin, misalnya dengan menggoyang kepala atau bagian janin lainnya, atau dengan memberi rangsang vibro-akustik (dengan membunyikan bel, atau dengan

menggunakan alat khusus untuk keperluan tersebut).

19

e. f.

Perhatikan frekuensi dasar DJJ (normal antara 120 160 dpm). Setiap terjadi gerakan janin diberikan tanda pada kertas KTG. Perhatikan apakah terjadi akselerasi DJJ (sediktinya 15 dpm).

g. h.

Perhatikan variabilitas DJJ (normal antara 5 25 dpm). Lama pemeriksaan sedikitnya 20 menit.

Interpretasi NST a. Reaktif: 1) Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai dengan akselerasi sedikitnya 15 dpm. 2) Frekuensi dasar djj di luar gerakan janin antara 120 160 dpm. 3) Variabilitas djj antara 5 25 dpm. b. Non-reaktif: 1) Tidak terdapat gerakan janin dalam 20 menit, atau tidak terdapat akselerasi pada gerakan janin. 2) Frekuensi dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih dari 160 dpm). 3) Variabilitas djj kurang dari 2 dpm. c. Meragukan: 1) Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat akselerasi yang kurang dari 15 dpm. 2) Frekuensi dasar djj abnormal. 3) Variabilitas djj antara 2 5 dpm.

20

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti dengan keadaan janin yang baik sampai 1 minggu kemudian (spesifisitas 95% 99%). Hasil NST yang non-reaktif disertai dengan keadaan janin yang jelek (kematian perinatal, nilai Apgar rendah, adanya deselerasi lambat intrapartum), dengan sensitivitas sebesar 20%. Hasil NST yang meragukan harus diulang dalam waktu 24 jam. Oleh karena rendahnya nilai sensitivitas NST, maka setiap hasil NST yang non-reaktif sebaiknya dievaluasi lebih lanjut dengan contraction stress test (CST), selama tidak ada kontraindikasi. 4. Amniosentesis Amniosintesis adalah metode untuk mendapatkan cairan amnion dengan memasukkan trocar halu dan kanula yang steril ke dalam cavitas amnii melewati dinding abdomen dan dinding uterus. Sel-sel fetus dilepaskan kedalam amnion dan dapat dikaji untuk penentuan jenis kelamin dan kesehatan fetus. Untuk alasan yang sudah jelas, maka letak plasenta harus ditetapkan sebelum amniosentesis. Kajian-kajian berikutnya akan dilakukan pada specimen cairan yang di aspirasi antara umur kehamilan 14 sampai 18 minggu. Hasil analisis biasanya baru diperoleh setelah paling cepat 3 minggu. Dan uji dagnostik yang lebih baru telah dirancang untuk menghindari hasil yang terlalu lama ini.

21

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan

(continuity of care) Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari satu team kecil tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan (Enkin, 2000).

B.

Saran Setiap bidan aktif dalam memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang pentingnya kunjungan ANC dilakukan oleh setiap ibu hamil untuk mencegah resiko komplikasi pada persalinan.

22

DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati A., 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Penerbit Salemba Medika. Yogyakarta. Hal : 135-139. Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Penerbit EGC, Jakarta. Mochtar, rustam. 2001. Sinopsis Obstetri. Penerbit : EGC, Jakarta. http://rhezvolution.wordpress.com/ http://mulkasem.blogspot.com/ http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/makalah-asuhan-kehamilan.html

23

You might also like