You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN Menurut Soedijarto, Sebuah Pengalaman Pemikiran Bagi Prosedur Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi

BP3K Departemen P dan K 1975, dinyatakan bahwa kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh para siswa atau para mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan. Kurikulum merupakan suatu alat yang dipakai untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing masing satuan pendidikan. Sejalan dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional dan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan undang Undang Dasar 1945. Kurikulum, dalam hal ini, membutuhkan landasan yang kuat agar dapat dikembangkan oleh sekolah. Namun, pada kenyataaannya kurikulum dibuat sesuai standar kompetensi dan standar nasional yang dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah. Seharusnya, pengembangan kurikulum itu dilakukan oleh sekolah atau lembaga pendidikan tersebut yang lebih mengerti dan paham kurikulum seperti apa yang lebih dibutuhkan. Pengalaman selama setengah abad negeri ini mengelola sendiri sistem pendidikannya menunjukkan, setiap kali muncul pembicaraan yang mengarah pada upaya perbaikan sistem pendidikan nasional selalu yang menjadi titik berat perhatian adalah pembenahan kurikulum.

BAB II PEMBAHASAN A. Kurikulum Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Kurikulum PAI Pendidikan agama Islam adalah bagian integral paripada pendidikan nasional sebagai suatu keseluruhan. Dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat 1 menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat antara lain pendidikan agama. Dalam penjelasaannya dinyatakan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Pendidikan agama adalah suatu usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama (Daradjat dkk, 2001 : 172). Menurut GBPP PAI (1999), bahwa pengertian pendidikan agama Islam di sekolah umum, yaitu : Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional". 2. Tujuan dan fungsi Secara umum tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. secara rinci menjelaskan tujuan akhir pendidikan Islam adalah : (1) Pembinaan akhlak; (2) Menyiapkan anak didk untuk hidup di dunia dan akhirat; (3) Penguasaan ilmu; (4) Ketrampilan bekerja dalam masyarakat. Sedangkan fungsi pengajaran agama Islam adalah untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta membiasakan siswa

berakhlak mulia. Menurut Daradjat (2001 : 174), bahwa fungsi pendidikan agama Islam yaitu : 1) Menanamtumbuhkan rasa keiman yang kuat 2) Menanamkembangkan kebiasaan (habit vorming) dalam melakukan amal ibadah, amal saleh dan akhlak yang mulia 3) Menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugrah Allah swt. Dengan demikian pendidikan agama di sekolah adalah sebagai salah satu bentuk untuk mengmbangkan kemampuan siswa dalam meningkatkan pemahaman keagamaan, yakni meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah swt serta kemuliaan akhlak. 3. Ruang lingkup Kurikulum PAI Dalam struktur program sekolah umum, pengajaran agama Islam (Kurikulum 1999) meliputi tujuh unsur, yaitu: a. Al-Qur'an b. Hadits c. Keimanan d. Akhlak e. Bimbingan ibadah f. Syariah/fiqh g. Sejarah islam B. Pengembangan Kurikulum PAI 1. Pengertian Pengembangan Kurikulum PAI Pengembangan Kurikulum adalah proses untuk meningkatkan dan mengembangkan dari kurikulum yang sudah ada. Dan juga pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum ketujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dalam, dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Oleh karena itu pengembangan kurikulum hendaknya bersifat antisipatif, adaptif dan aplikatif.

2. Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut enam aspek, yaitu: a. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya, hendak dibawa ke mana siswa yang kita didik itu. b. Pandangan tentang anak: apakah anak dianggap sebagai orgenisme yan aktif atau pasif. c. Pandangan tentang proses pembelajaran: apakah proses pembelajaran itu dianggap sebagao proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubanh perilaku anak. d. Pandangan tentang lingkungan: apakah lingkungan belajar harus dikelola secara formal, atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar. e. Konsepsi tentang peranan guru: apakah guru harus berperam sebagai instruktur yang bersifat otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap member bimbingan dan bantuan pada anak didik untuk belajar. f. Evaluasi belajar: apakah mengukur keberhasilam ditentukan dengan tes atau nontes. 3. Proses Pengembangan Kurikulum Dalam menyusun perencanaan ini kurikulum bisa berasal dari : 1) Visi yang dicanangkan Visi adalah the statement of ideas or hopes, yakni pernyataan tentang citacita atau harapan-harapan yang ingin dicapai oleh suatu nlembaga pendidikan dalam jangka panjang. 2) kebutuhan stakeholders, (siswa, masyarakat, pengguna lulusan), dan kebutuhan untuk studi lanjutan. 3) Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan tuntutan perkembangan iptek dan zaman. 4) Pandangan-pandangan para pakar dengan berbagai latar belakangnya. 5) Kecendrungan era globalisasi yang menuntut seseorang untyuk memiliki etos belajar sepanjang hayat, melek sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi.

C. Landasan-Landasan Pengembangan Kurikulum Ada tiga landasan pengembangan kurikulum, yakni landasan filosofil, psikologis, dan landasan sosiologis-teknologis. Ketiga landasan tersebut diuraikan di bawah ini. 1. Landasan Filosofi dalam Pengembangan Kurikulum Filsafat berasal dari kata Yunani kuno, yaitu dari kata philos dan Sophia. Philos, artinya cinta yang mendalamdan Sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Tujuan pendidikan harus mengandung ketiga hal berikut: Autonomy: artinya memberik kesadaran, pengetahuan dan kemampuan yang prima kepada setiap individu dan kelompok untuk dapat mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik. Equity: artinya pendidikan harus memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kebudayaan dan ekonomi. Survival: artinya pendidikan bukan saja harus dapat menjamin terjadinya pewarisan dan memperkaya kebudayaan dari generasi ke generasi akan tetapi juga harus memberikan pemahaman akan saling ketergantungan antara manusia. 2. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum Secara psokologis, anak didik memiliki keunikan dan perbedaanperbedaan baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dengan alasan itulah, kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologis perkembangan dan belajar anak. a) Psikologi Anak Salah satu hal yang perlu diketahui tentang anak, adalah masa-masa perkembangan mereka. Menurut Piaget, perkembangan intelektual setiap individu berlangsung dalam tahapan-tahapan tertentu. Yaitu 4 fase sebagai berikut: 1. Sensorimotor, baru lahir-2 tahun; 2. Praoperasional, 2-7 tahun; 3. Operasional konkret, 7-11 tahun; dan 4. Operasional formal, 11- 14 tahun ke atas.

b) Psikologi belajar Perkembangan kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar. Sebaba, pada dasarnya kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. Banyak teori yang membahas tentang belajar sebagai proses perubahan perilaku. Namun, demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia. 3. Landasan Sosiologis Teknologis dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan tuntuan masyarakat. Dengan demikian dalam konteks ini, sekolah bukan hanya berfungsi untuk mewariskan kebudayaan dan nilai-nilai suatu masyarakat, akan tetapi juga sekolah berfumngsi untuk mempersiapkan anak didik falam kehidupan masyarakat. Oleh Karena itu, kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi bermuatan segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakat. D. Pendekatan-pendekatan pengembangan kurikulum PAI Berbasis Humanistik Pendekatan humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide "memanusiakan manusia". Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk memprtinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan. Kurikulum Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan Humanistik.kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey.aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. kurikulum Humanistik ini, guru diharapkan dapat membangun hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya. Oleh karena itu, peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut: a. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif

b. Menghormati individu peserta didik c. Tampil alamiah, otentik, tid ak dibuat-buat Dalam pendekatan Humanistik ini, peserta didik diajar untuk membedakan hasil berdasarkan maknanya.Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta dimasa depan. Sesuai dengan prinsip yang dianut, kurikulum ini menekankan integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Beberapa acuan dalam kurikulum ini antara lain: a. Integrasi semua domainafeksi peserta didik, yaitu emosi,sikap,nilainilai,dan domain kognisi,yaitu kemampuan dan pengetahuan. b. Kesadaran dan kepentingan c. Respon terhadap ukuran tertentu, seperti kedalaman suatu keterampilan. Kurikulum humanistik memeliki kelemahan, antara lain: 1) keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual peserta didik 2) meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu tapi kenyataannya terdapat keseragaman peserta didik 3) kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan 4) dalam kurikulum ini prisin-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan E. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum PAI Guru memegang peranan yang cukup penting baik didalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Sekalipun ia tidak mencetuskan sendiri, konsep-konsep tentang kurikulum, guru merupakan penerjemah kurikulum yang datang. Dialah yang mengolah, meramu kembali kurikulum dari pusat untuk disajikan di kelasnya. Karena guru juga merupakan barisan pengembangan kurikulum yang terdepan maka guru pulalah yang selalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan kurikulum, sebagai pelaksana

kurikulum maka guru pulalah yang menciptakan kegiatan belajar mengajar bagi murid-muridnya. Berkat keahlian keterampilan dan kemampuan seninya dalam mengajar, guru mampu menciptakan situasi belajar yang aktif yang menggairahkan 1. Peran Guru Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi, sentral desentral : a. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi Dalam kurikulum yang bersifat guru tidak mempunyai peranan dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, beberapa minggu, atau beberapa hari saja. Kurikulum untuk satu tahun, satu semester disebut juga program tahunan. Sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu, beberapa hari disebut satuan pelajaran. Program tahunan, atupun satuan pelajaran memiliki komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode dan media pembelajaran dan evaluasi hanya keluasan dan kedalamannya berbeda-beda. Menjadi tugas gurulah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan minat dan tahap pengembangan anak memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun metode dan alat yang tepat. Suatu kurikulum yang tersusun secara sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam emplimentasinya. Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan berstruktur, tapi guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian. Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreatifitas, kecakapan, kesungguhan dan ketekunan guru. Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa yang akan dicapai yang penuh kesungguhan dan mampu mendorong kreatifitasnya anak.

dengan pengajarannya, membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif dan memberikan pengarahan juga bimbingan. b. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukan bagi suatu sekolah ataupun lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan oleh atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah, atau sekolah-sekolah tersebut. Dengan demikian kurikulum terutama isinya sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri tetapi kurikulum ini cukup realistis. Bentuk kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain : Pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. Kedua, kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah baik kemampuan profesional, finansial dan manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah (kepala sekolah, guru), untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum. Beberapa kelemahan kurikulum ini adalah 1) tidak adanya keseragaman untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasional, bentuk ini kurang tepat. 2) tidak adanya standart penilaian yang sama sehingga sukar untuk diperbandingkannya keadaan dan kemajuan suatu sekolah/ wilayah dengan sekolah/ wilayah lainnya. 3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa kesekolah/ wilayah lain. 4) sukar untuk mengadakan pegelolaan dan penilaian secara nasional.5) belum semua sekolah/ daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.

c. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral Desentral Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya dapat digunakan yaitu bentuk sentral desentral. dalam kurikulum yang yang dikelola secara sentralisasi desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga, peranan guru dalam dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaraban kurikulum induk ke dalam program tahunan/ semester/ atau satuan pelajaran, tetapi juga di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalm merumuskan dalam setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan yang seperti itu, mereka mempunyai perasaan turut memilki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam pengembangan kurikulum. 2. Fungsi kurikulum bagi guru Ada beberapa fungsi kurikulum bagi guru, antar lain: a) Sebagai pedoman kerja dalam menyusun atau mengorganisasikan pengalaman belajar siswa b) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang dibutuhkan 3. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah Antara lain: 1) Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar 2) Sebagai lebih baik 3) Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan kepada guru untuk mempernaiki situasi mengajar pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menun jang situasi belajar anak ke arah yang

10

4) Dapat dijadikan pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut 5) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar. 4. Fungsi kurikulum bagi orang tua siswa Kurikulum bagi orang tua siswa mempunyai fungsi agar orang tua siswa dapat berpartisipasi membantu usaha sekolah dalam memajukan putra putrinya. Bantuan dapat berupa konsultasi langsung dengan sekolah atau guru mengenai masalah-masalah yang menyangkut anak-anak mereka. Bantuan yang berupa materi dapat melalui lembaga komite sekolah atau dewan pendidikan . 5. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkat diatasnya Ada dua fungsi ,anatara lain: 1) Pemelihara keseimbangan proses pendidikan Sekolah pada tingkat atasnya dapat mengadakan penyesuaian di dalam pengembangan kurikulumya bisa mengurangi atau menambahai sesuai dengan kebutuhan. 2) Penyiapan tenaga baru Dila sekolah berfungsi menyiapkan tenaga baru bagi guru sekolah yang berada dibawahnya, makasekolah perlu mengetahui kurikulum sekolah yang berada di bawahnya yang meliputi pengetahuan isi, susunan(organisasi maupun cara mengajarnya) 6. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah Dengan mengetahui kurikulum sekolah, masyarakat pemakai lulusan dapat melakukan sekurang-kurangnya dua hal: a) Ikut memberikan bantuan guna memperlancar program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orang tua atau masyarakat. b) Ikut memberikan kritik atau saran yang membangun dalam rangka menyempurnakan program pendidikan di sekolah agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.

11

Secara operasional penggunaan kurikulum oleh guru mencakup perumusan tujuan, penentuan materi, menentukan srtategi belajar, dan mempersiapkan evaluasi. Semua langkah-langkah tersebut biasanya dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara tertulis. a. Merumuskan indikator yang akan dicapai b. Setiap guru yang akan mengajar harus merumuskan indikator sebagi penjabaran dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam standar isi. Setiap pokok atau sub pokok pembahasan yang diajarkan harus dirumuskan terlebih dahulu agar dalam pelaksanaanya lebih terarah, lebih mudah dievaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai. Karenanya ada beberapa ketentuan bagaiamana merumuskan indikator yang benar. c. Menentukan isi atau pokok bahasan atau mencoba mengorganisasinya kembali untuk lebih efektif dan efisien proses belajar mengajar, sebagai contoh, bagaimana mengajarkan shalat dikaitkan dengan pelajaran membaca Alquran, karena didalamnya ada bacaan Al Fatihah dan surat tertentu. d. Mrumuskan bentuk kegiatan atau strategi belajar, seperti menemukan metode yang digunakan, alat belajar dan lingkungan sebagai sumber belajar, langkah-langkha kegiatan sampai kepada bentuk evaluasi. e. Penilaian kurikulum. Guru setelah memberikan pelajaran dilanjtkan dengan evaluasi belajar, untuk melihat sejauh mana proses belajar yang baru saja dilakukan mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi sebaiknya mencakup dua aspek, yaitu aspek perolehaan dan aspek proses.

12

7. Peran Pengembangan Kurikulum PAI Adapun peran pengambangan kurikulum dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a) Peran konservati. Maksudnya adalah mentransmisikan dan menafsirkanwarisan sosial kepada anak didik atau generasi muda. Sekolah berperan penting dalam mempengaruhi dan membina tingkah laku anak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat. b) Peran kritis atau evaluative Kurikulum selain mewariskanatau mentransmisikannilai-nilai generasi mudajuga sebagai alat untuk mengevaluasi kebudayaan yang ada. c) Peran kreatif Kurikulum dapat menciptakan dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masamendatang dalam masyarakat.

13

BAB III PENUTUP KESIMPULAN Humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide "memanusiakan manusia". Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk memprtinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan. Kurikulum Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan Humanistik.kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey.aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. kurikulum Humanistik ini, guru diharapkan dapat membangun hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya. Oleh karena itu, peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut: Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif Menghormati individu peserta didik Tampil alamiah, otentik, tid ak dibuat-buat Dalam pendekatan Humanistik ini, peserta didik diajar untuk membedakan hasil berdasarkan maknanya.Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta dimasa depan. Sesuai dengan prinsip yang dianut, kurikulum ini menekankan integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Beberapa acuan dalam kurikulum ini antara lain: Integrasi semua domainafeksi peserta didik, yaitu emosi,sikap,nilainilai,dan domain kognisi,yaitu kemampuan dan pengetahuan. Kesadaran dan kepentingan Respon terhadap ukuran tertentu, seperti kedalaman suatu keterampilan. Kurikulum humanistik memeliki kelemahan, antara lain: keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual peserta didik

14

meskipun

kurikulum

ini

sangat

menekankan

individu

tapi

kenyataannya terdapat keseragaman peserta didik kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan dalam kurikulum ini prisin-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan

15

DAFTAR PUSTAKA

Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto.Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum.(Jakarta: Bumi Akara, 1993) Depdikbud.Kurikulum 1978.1979. Kompas: Selasa, 1 Mei 2001 Subandijah.Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.(Jakarta: Grafindo, 1986.) http://www-afidz.blogspot.com/2012/01/pengembangan-kurikulum-pai.html Post : Kamis, 05 Januari 2012

16

KATA PENGANTAR Segala Puji bagi Allah swt yang Alhamdulillah berkat rahmat dan karuniaNya makalah ini dapat terselesaikan. Serta tidak lupa shalawat beserta salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum PAI, dengan Judul Model Konsep Humanistik dalam Pengembangan Kurikulum PAI. Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan dalam pembuatan makalah di masa yang akan datang.

i 17

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................... DAFTAR ISI............................................................................................. BAB I BAB II PENDAHULUAN.................................................................... PEMBAHASAN A..........................................................................................Kurikulu m Pendidikan Agama Islam............................................... angan Kurikulum PAI......................................................... -Landasan Pengembangan Kurikulum................................ n-pendekatan pengembangan kurikulum PAI Berbasis Humanistik........................................................... Guru dalam Pengembangan Kurikulum PAI...................... BAB III PENUTUP Kesimpulan............................................................................... DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 14 16 6 7 E..........................................................................................Peranan 2 3 5 B..........................................................................................Pengemb C..........................................................................................Landasan D..........................................................................................Pendekata i ii 1

18 ii

Model Konsep Humanistik dalam Pengembangan Kurikulum PAI Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

MAKALAH

TELAAH KURIKULUM PAI

Oleh :
Nama Kelas NPM Fakultas : MAYA ZULFA : III-A : : TARBIYAH (PAI)

KOLOM PENILAIAN
Dosen, Nilai

DR. AHMAD ZAKI MUBARAK

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG FAKULTAS TARBIYAH (PAI) TASIKMALAYA 2012


19

You might also like