You are on page 1of 9

Nama : Mohammad Syaiful Lutfi NIM : D41112262 Kelas : Elektro A

RANGKUMAN MATERI MOMENTUM SUDUT DAN BENDA TEGAR Hukum kekalan momentum linier merupakan salah satu dari beberapa hukum kekalan dalam fisika. Dalam bab ini akan dibahas hukum kekalan meomentum sudut, yaitu yang berlaku pada gerak rotasi. Jarak antara partikel-partikel penyusun benda diasumsikan tetap dan oleh karena itu benda dinamakan benda tegar. 6.1 Momentum Sudut Hukum II Kepler mengungkapkan bahwa dua luasan yang disapu oleh garis hubung antara matahari dan planet dalam dua selang waktu yang sama itu selalu sama. Hal ini berarti, kecepatan linear planet melintasi titik perihelion (titik terdekat) lebih cepat dari pada melintasi titik aphelion (titik terjauh). Akibatnya r1.v1 = r2.v2 = konstan. Jika besaran ini dikalikan dengan besaran m, diperoleh:
perihelion aphelion

L = m.r.v L1 = L2 m r1 v1 = m r2 v2

Hal tersebut tidak lain adalah menyatakan kekekalan momentum sudut. Momentum sudut ini merupakan besaran vektor yang didefisikan sebagai L = r x p
6.1.

1 Kinematika Rotasi Seperti halnya pada gerak translasi, pada gerak rotasi juga dikenal kinematika rotasi.

Besaran-besaran pada kinematika rotasi antara lain:


Pergeseran sudut yaitu Kecepatan sudut sesaat yaitu: = lim


t 0

arahnya sejajar dengan sumbu putar. t

Percepatan sudut sesaat yaitu: = lim

t 0 t

Kecepatan linear yang merupakan perkalian vektor kecepatan sudut dan vektor posisi; diberikan oleh persamaan: v = x r

Sedangkan hubungan antara besaran-besaran dalam kinematika rotasi mempunyai bentuk yang sama dengan besaran pada kinematika translasi. 6.1.2 Momentum Sudut Partikel Tunggal Jika sebelumnya hanya meninjau besarnya saja maka bagian ini meninjau pula arah, sebab momentum sudut merupakan besaran vektor. Sebuah partikel bermassa m dengan vektor posisi r (artinya berjarak r dari titik pusat koordinat) bergerak dengan kecepatan v. Partikel tersebut memiliki momentum sudut terhadap titik asal sebesar: L=mrxv Karena mv tiada lain merupakan momentum liniar p, maka momentum sudut juga dapat didefinisikan sebagai L=rxp Dari Hukum II Newton untuk m tetap diperoleh F = m x a = dp/dt, Sehingga apabila dilakukan perkalian silang dengan r pada kedua ruas, didapatkan
dp d rxF = rX = (rxp ) dt dt dp d dr (rxp ) = xp + rx dt dt dt dp = vxmv + rx dt dp = mvxv + rx dt dp = rx sebab vxv = 0 dt

maka persamaannya dapat ditulis menjadi:


rxF = dL = dt

Besar r x F disebut torsi atau momen gaya. Hubungan antara momen gaya dan momentum sudut berlaku Hukum II Newton, yaitu jika resultan gaya yang bekerja pada partikel sama dengan nol, maka momentum sudut bersifat kekal (tetap), baik besar

6.1.3 Momentum Sudut Sistem Partikel Sekarang, pembahasan akan dilanjutkan pada sistem partikel. Misalkan terdapat tiga partikel dan tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem. Asumsikan bahwa gaya yang ada adalah gaya interaksi antara partikel-partikel mengikuti Hukum III Newton. 2

m1F12 F13 r1 r2 r3

F21 m2 F23 F32 m3

F31

x Interaksi sistem tiga partikel

Partikel (1) memiliki massa m1 dengan posisi r1 dan bergerak dengan kecepatan v1. Hal yang sama untuk partikel (2) yaitu massa m2, posisi r2 dan kecepatan v2; partikel (3) massa m3, posisi r3 dan kecepatan v3. Momentum sudut ketiga partikel adalah: L1 = m1 r1 x v1, L2 = m2 r2 x v2, L3 = m3 r3 x v3, sedangkan momen gayanya adalah: 1 = r1 x F1 = r1 x F12 + r1 x F13 2 = r2 x F2 = r2 x F21 + r2 x F23 3 = r3 x F3 = r3 x F31 + r3 x F32 Perubahan momentum sudut terhadap waktu untuk ketiga partikel adalah:

1 =

dL dL1 dL , 2 = 2 , 3 = 3 , atau dt dt dt d ( L1 + L2 + L3 ) , dt dL dt

1 + 2 + 3 =

jika = 1 + 2 + 3 dan L = L1 + L2 + L3 , maka = i =

Jika pada sistem tidak ada gaya luar maka torsi sama dengan nol atau laju perubahan momentum sudut total sistem terhadap waktu akan lenyap. Hal ini berarti momentum sudut total sistem bersifat kekal (tetap).

6.1.4

Analogi Gerak Rotasi dan translasi

Jika dibandingkan antara gerak translasi dan gerak rotasi, terdapat beberapa analagi, antara lain: 3

d dt d = dt = rxF I L = mr 2 = I = I dL = dt W = .d

Rotasi
dr v=

Translasi
dr dt dv a= dt F M F =m a = I dp F= dt W = F .dr Ek =

I 2 2 impuls = .dt = L Kek. momemtum sudut W = E k Daya = P = W Ek =

mv 2 2 impuls = F .dt = p Kek. momemtum linier W = E k Daya = P = Fv

6.2 Benda Tegar Benda tegar adalah sistem partikel banyak dimana jarak antara dua partikel sembarang dalam sistem tidak berubah (tetap). Setiap partikel dalam system meskipun dapat bergerak sendiri-sendiri, akan tetapi jarak antara dua partikel selalu tetap. Gerak dari benda tegar ini dapat diuraikan menjadi gerak pusat massa dan gerak setiap partikel dinyatakan sebagai gerak relatif terhadap pusat massa. Karena jarak antara dua partikel sembarang tetap, maka letak pusat massa pada sistem tetap. Apabila resultan gaya luar yang bekerja pada sistem lenyap maka pusat massa akan berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan,. Akan tetapi karena jarak antara partikel ke pusat massa tetap, maka setiap partikel bergerak melingkar, dimana pusat massa merupakan pusat lingakaran gerak. Kecepatan sudut dari partikel-partikel dalam sistem harus sama besar. Hal ini berarti bahwa benda tegar melakukan gerak rotasi terhadap pusat massanya dan untuk distribusi partikel yang kontinu, sistem tersebut dikatakan sebagai benda pejal. 6.2.1 Keseimbangan Benda Tegar Sebuah benda tegar berada dalam keadaan seimbang mekanik terhadap suatu kerangka acuan inersial, Jika:
a. b.

Percepatan linier pusat massanya apm = 0. Percepatan sudut dalam mengelililngi suatu sumbu tetap dalam kerangka acuan ini sama dengan nol. 4

Gerak translasi suatu benda tegar bermassa m ditentukan oleh persamaan Fluar = m acm Dengan Fluar adalah jumlah vektor dari semua gaya yang bergerak pada sistem. Karena syarat untuk keadaan seimbang acm = 0, maka resultan gaya yang bekarja pada benda sama dengan nol. Atau dapat juga dikatakan bahwa syarat keseimbangan yaitu jika resultan gaya sama dengan nol, F =F1 + F2 + F3 +..+ Fn = 0 Untuk syarat kedua yaitu = 0, dapat dituliskan bahwa jumlah vektor semua momen gaya luar yang bekerja pada sistem dalam keadaan seimbang sama dengan nol, atau = 1 + 2 + 3 +.+ n = 0 6.2.2 Pusat Gravitasi Pusat gravitasi benda adalah titik tempat gaya yang setara dengan resultan gaya gravitasi bekerja. Titik ini haruslah sama dengan titik tangkap sebuah gaya tunggal, berarah berlawanan yang dikenakan pada benda tegar agar berada dalam keadaan setimbang. Untuk medan yang seragam (misal medan graviatsi bumi, g), gaya tunggal yang bekerja adalah mg, berarah keatas dan bekerja pada pusat massa. Gaya ini dapat menjaga agar benda berada dalam kesetimbangan translasi dan rotasi. Jadi pusat gravitasi berhimpit dengan pusat massa. Bila medannya tidak seragam, maka pusat gravitasi akan bergeser dari pusat massa. 6.3 Benda Tegar dan Momentum Sudut 6.3.1 Momentum Sudut Benda Tegar Misalkan terdapat tiga partikel yang membentuk suatu benda tegar. Partikel 1 mempunyai massa m1, terletak pada posisi r1 dan bergerak dengan kecepatan v1. Jika benda tegar tersebut mempunyai kecepatan sudut , maka v = x r1. Sehingga momentum sudut partikel (1) terhadap titik nol diberikan sebagai:
m1v1 r1 m2v2 r2 0 r3 m3v3

Tiga partikel membentuk benda tegar

L1=r1x p1=m1r1 x v1=m1r1 x ( 1xr1) Dengan menggunakan persamaan berikut: r1 x ( 1x r1)= 1( r1 . r1)-( 1 . r1) r1 dan pusat dari r terletak pada bidang gerak lingkar, maka: r1 . = r1 cos 90o = 0, jadi r1 x ( 1x r1) = r12 sehingga momentum sudut partikel pertama dapat ditulis sebagai L1 = m1 r12 Dengan cara yang sama kita dapatkan: L2 = m2 r22 , L3 = m3 r32 Dan momentum sudut total adalah L = L1+L2 + 3 = (m1 r12 + m1 r12 + m1 r12) =I Besaran I I = m1 r12 + m 2 r22 + m3 r32 = mi ri 2
i =1 n

dikenal sebagai inersia benda untuk gerak rotasi atau momen inersia benda tegar. Bentuk umum dari momen inersia benda tegar untuk n partikel adalah: I = mi ri 2
i =1 n 2 atau I = r dm

untuk distribusi massa yang kontinu dan ri adalah jarak partikel ke-I dari sumbu putar.
6.3.2

Momen Inersia untuk Beberapa Bentuk Benda Tegar

a. Batang Batang dengan panjang L dan massa m berputar pada sumbu di tengah batang s.
dm =dx x=-L/2 L Batang dengan sumbu putar ditengah x=L/2 x

Distribusi massa pada batang adalah kontinu dan serba sama, jadi massa persatuan panjang adalah konstan. Pada elemen massa dm yang terletak pada jarak x dari sumbu, dengan sumbu diambil sebagai titik asal koordinat. 6

Momen inersia elemen massa adalah: I = x 2 dm = x 2 dx = x 2 dx untuk seluruh batang dari x=-L/2 sampai x=L/2;

x 3 I = x dx = 3 L / 2
L/2 2

L/2

L / 2

L2 mL2 = ( L ) = 12 12

b. Dalil Sumbu Sejajar Momen inersia suatu benda biasanya dihitung terhadap sumbu yang terletak di pusat massa. Selain itu dapat pula dihitung
S L r 0 p

terhadap sumbu sembarang yang sejajar dengan sumbu putar yang melalui pusat massa. Perhatikan Gambar di samping, momen inersia yang melalui S I = r 2 dm , r = L + p, r 2 = r.r = ( L + p).( L + p ) = L2 + p 2 + 2 pL = L2 + p 2 + 2 p x L x + 2 p y L y maka: I = L2 dm + p 2 dm + 2 L x p x + 2 L y p y

Benda untuk dalil sumbu sejajar

adalah;

L dm = L m , karena jarak pusat massa


2 2

ke-x konstan

dm = I cm , momen inersia

dihitung terhadap sumbu melalui pusat massa. L terhadap x dan y konstan, dan pusat massa. Sehingga diperoleh:

2L

p x = 2 L y p y = 0 karena proyeksi

dm = 0 , yaitu posisi pusat massa dihitung dari

I = L2 m + Icm => Persamaan ini disebut dalil sumbu sejajar. 6.3.3 Dinamika benda Tegar Seperti halnya pada gerak linear dimana dikenal F = m a, maka pada dinamika rotasi benda tegar dikenal;

= I
dan kerja yang dilakukan jika benda bergerak dari sudut 1 ke sudut 2 adalah:

W = .d
1

perubahan energi kinetik benda adalah: E k = E k1 E k 2


2 I12 I 2 = 2 2

6.3.4 Gabungan Gerak Rotasi dan Translasi Benda Tegar Gabungan dari gerak rotasi dan translasi pada benda tegar, disebut juga gerak menggelinding. Gerak ini meliputi gerak translasi bersama pusat massa dengan kecepatan vodan gerak rotasi relatif terhadap pusat massa dengan kecepatan sudut . Tinjaulah silinder yang bergerak menggelinding. Titik P berada di tanah, berarti titk P diam, atau vp = 0. Kecuali jika benda mengalami slip, vp akan merupakan resultan kecepatan pusat masa vo dan kecepatan tangensial vT = R dengan arah yang berlawanan dengan vo. Jadi vp = vo - R = 0 sehingga vo = R.
Q

Kecepatan gerak pusat massa akan sama dengan kecepatan tangensial pinggir selinder jika hanya terdapat gerak rotasi. Dalam hal ini, kecepatan titik Q adalah vQ = vo + R = R + R = 2 R

R1

P Silinder pejal berjari-jari R

Dimana gerak silinder dapat dianggap sebagai gerak rotasi bumi terhadap P dengan kecepatan sudut. Besar energi kinetiknya adalah: E kp = I p

2 2

dari dalil sumbu sejajar I p = mR 2 + I o Jadi energi kinetik rotasi terhadap titi p adalah; E kp = mR 2

2 2 + Io 2 2

Suku pertama ruas kanan persamaan tersebut adalah energi kinetik pusat massa, sedang suku kedua tidak lain adalah energi kinetik rotasi terhadap pusat massa. Titik singgung P disebut juga sumbu sesaat dari gerak menggelinding. 8

6.3.5 Kekekalan Momentum sudut benda Tegar Untuk suatu benda tegar, momentum sudut total dapat ditulis sebagai L=I Jika resultan momen gaya yang bekerja pada benda lenyap, maka L = I = konstan, karena = dI/dT = 0 harga I dapat berubah waktu bergerak dan akan berubah pula , sehingga I = konstan.

You might also like