You are on page 1of 7

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LINDI PADA SPA (STASIUN PERALIHAN ANTARA)
(merupakan bagian dari proyek penelitian Dr. Moch. Chaerul ST, MT)

MAULANA NUR ARIF 15308083

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012

I. Judul yang Diusulkan Perancangan Instalasi Pengolahan Air Lindi Pada SPA (Stasiun Peralihan Antara).

II. Pendahuluan A. Latar Belakang Sampah (Solid Wastes) merupakan suatu benda yang tidak dipakai, tidak diingini dan dibuang, berasal dari aktifitas manusia, bersifat padat, tidak termasuk kotoran manusia (Ganefati, 2008). Sampah merupakan hasil dari aktivitas manusia, keberadaannya tidak dapat dihindari dan harus dikelola dengan baik karena pengelolaan sampah yang tidak saniter dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup dan gangguan pada kesehatan manusia. Salah satu dampak negatif pada lingkungan terjadi oleh berbagai bahan berbahaya dan beracun (B3) yang terkandung di dalam sampah dan terlarut dalam cairan yang disebut air lindi (Suwarni, 2008). Air lindi (Leachate) merupakan bahan pencemar yang dapat mengganggu kesehatan manusia, mencemari lingkungan, dan biota perairan karena dalam air lindi tersebut terdapat berbagai senyawa kimia organik maupun anorganik dan sejumlah bakteri phatogen (Arif, 1989). Selain itu, Ganefati (2002) menyatakan bahwa dalam Leachate terdapat logam berat (Pb) dan Angka Kuman yang sangat tinggi. Jumlah sampah yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah penduduk dan kepadatannya, tingkat aktifitas penduduk, serta pola kehidupan dan sosial ekonomi (Ganefati, 2008). Pertumbuhan jumlah sampah berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah penduduk sehingga semakin tinggi jumlah penduduk, semakin tinggi pula jumlah sampah yang dihasilkan. Hal ini mengakibatkan semakin banyak pula jumlah air lindi yang dihasilkan. Pengelolaan sampah yang ada sekarang masih menggunakan sistem kumpul-angkut-buang yang menyebabkan penanganan sampah menjadi kurang baik karena efisiensi pengangkutan dari sumber menuju TPA menjadi kurang baik. Untuk meningkatkan efisiensi tersebut, didirikan SPA (Stasiun Peralihan Antara). SPA ini sudah didirikan pada beberapa daerah seperti Bandung dan Surabaya. Luas wilayah pada masing-masing SPA berbeda-beda. SPA Tegalega (Bandung)

mempunyai luas sebesar 590 m2, SPA Cimahi (Bandung) memiliki luas sebesar 250 m2, dan SPA Tambakrejo (Surabaya) memiliki luas sebesar 572,25 m2. Pada SPA tersebut sudah dilakukan penanganan sampah dengan menggunakan alat berupa kompaksi untuk memadatkan sampah. Hal itu dilakukan agar volume sampah yang dikirim ke TPA dapat dikurangi secara signifikan. Hasil dari proses ini adalah sampah yang sudah dikompaksi dan air lindi yang ditampung pada tanki yang terbuat dari beton. Apabila tangki lindi telah penuh, maka akan dilakukan penyedotan dan pengolahan ke IPLT setempat. Hal ini dilakukan karena SPA tersebut belum memiliki unit pengolahan air lindi. Agar pengolahan air lindi menjadi semakin efektif dan efisien, maka diperlukan instalasi pengolahan air lindi pada SPA tersebut. Oleh karena itu, tema tugas akhir disusun untuk menangani permasalahan yang terjadi pada SPA berupa perancangan instalasi pengolahan air lindi.

B.

Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah merancang instalasi pengolahan air lindi

pada SPA agar air lindi yang dihasilkan dapat dibuang ke badan air secara aman. Tujuan penelitian ini adalah:
1. 2.

Mendapatkan rencana unit pengolahan air lindi yang terbaik pada SPA. Mendapatkan desain dari instalasi pengolahan air lindi pada SPA.

III. Dasar Teori

Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis (Damanhuri, 2012). Air eksternal tersebut misalnya dari air permukaan, air hujan, air tanah, atau air dari sumber lain. Cairan tersebut kemudian mengisi rongga-rongga pada sampah dan bila kapasitasnya telah melampaui kapasitas tekanan air dari sampah, maka cairan tersebut akan keluar dan mengekstraksi bahan organik dan anorganik hasil proses fisika, kimia, dan biologis yang terjadi pada sampah (Tchobanoglous, 1993). Komposisi air lindi sangat bervariasi karena proses pembentukannya dipengaruhi oleh karakteristik sampah (organik-anorganik), mudah tidaknya

penguraian (larut-tidak larut), kondisi tumpukan sampah (suhu, pH, kelembaban, umur), karakteristik sumber air (kuantitas dan kualitas air yang dipengaruhi iklim dan hidrogeologi), komposisi tanah penutup, ketersediaan nutrien dan mikroba, serta kehadiran inhibitor (Diana, 1992). Selain itu, Sulinda (2004) menyatakan bahwa proses penguraian bahan organik menjadi komponen yang lebih sederhana oleh mikroorganisme aerobik dan anaerobik pada lokasi pembuangan sampah dapat menjadi penyebab terbentuknya gas dan air lindi. Karakteristik umum yang terdapat pada air lindi antara lain adalah kandungan ammonia, fosfat, bahan organik, dan padatan tersuspensi yang tinggi. Menurut Tchobanoglous (1993), nilai ammonia (NH3-N), total fosfor (TP), Ortho Fosfat (PO4-P), BOD5, dan TSS air lindi secara berturut-turut berkisar antara 10-600 mg/l, 1-70 mg/l, 1-50 mg/l, 2000-30000 mg/l, dan 3000-45000 mg/l. Kandungan ammonia, fosfat, bahan organik, dan padatan tersuspensi yang tinggi pada air lindi akan sangat berbahaya bagi lingkungan, khususnya dalam bentuk unionized, akan meracuni biota air, keberadaan fosfat yang tinggi (disertai dengan keberadaan nitrogen) dapat menimbulkan eutrofikasi, kandungan bahan organic yang tinggi dapat menimbulkan deplesi oksigen, dan kandungan padatan tersuspensi yang tinggi dapat mengganggu sistem pernapasan biota air serta menyebabkan pendangkalan perairan (Effendi, 2003). Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air, baik air tanah maupun air permukaan sehingga perlu ditangani dengan baik. Agar lindi tidak mencemari lingkungan, diperlukan adanya instalasi pengolahan lindi. Instalasi pengolahan lindi ini berfungsi untuk menurunkan kadar pencemar lindi sampai sesuai dengan ketentuan standar efluen yang berlaku. Unit pengolahan lindi ada berbagai jenis yang terdiri dari pengolahan secara kimia, fisika, dan biologi. Akan tetapi, karena karakteristik lindi didominasi oleh komponen organik dengan nilai BOD rata-rata 200010.000 ppm (Qasim, 1994), maka pengolahan lindi yang disarankan minimal dengan proses pengolahan biologi (secondary treatment). Pada proses pengolahan lindi, perlu diperhatikan data tentang debit lindi, karakteristik lindi, dan kualitas badan air penerima tempat pembuangan efluen. Hal tersebut berkaitan dengan pemilihan proses pengolahan, penentuan kapasitas dan dimensi unit pengolahan, serta perhitungan waktu detensi. . IV. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini terbatas pada pemilihan alternatif instalasi pengolahan air lindi terbaik (berdasarkan kriteria lindi, luas lahan tersedia, biaya instalasi, dan efisiensi unit pengolahan), serta perancangan desain dari instalasi pengolahan air lindi terbaik tersebut. Batas area penelitian adalah SPA (Stasiun Peralihan Antara) Tegalega seluas 590 m2 dan Cimahi seluas 253 m2. Berdasarkan kondisi lapangan, debit rata-rata lindi pada SPA tersebut adalah 287 liter/hari yang ditampung pada bak ukuran 19,11 m3 pada SPA Tegalega dan 75 m3 pada SPA Cimahi.

V. Metodologi

Studi literatur mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan melalui berbagai buku referensi dan jurnal.

Pengumpulan data sekunder berupa data tentang jumlah timbulan air lindi yang dihasilkan, karakteristik lindi, dan kondisi eksisting di lapangan.

Penentuan instalasi terbaik untuk mengolah air lindi yang dihasilkan. Mendesain instalasi unit pengolahan air lindi terbaik.

VI. Jadwal Pelaksanaan Untuk mengerjakan Tugas Akhir ini, waktu yang akan digunakan adalah 6 bulan seperti yang tercantum dalam tabel di bawah ini. Kegiatan Bulan I Studi literatur Survey dan pengumpulan data sekunder Penentuan desain instalasi pengolahan air lindi Penyusunan laporan tugas akhir Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI

VII. Daftar Pustaka

Suwarni, Agus; Sri Puji Ganefati; dan Joko Prayitno Susanto. 2008. Pengolahan Leachate Tercemar Pb sebagai Upaya Pencegahan Pencemaran. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 9 No. 1 Hal. 92-97. BPPT. Jakarta.

Arif, A. Fahrudin. 1989. Pengaruh Sampah di TPA Dago, Kotamadia Bandung Terhadap Kualitas Air Tanah Bebas di sekitarnya. Thesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Damanhuri, Enri. 2012. Pra-Rancang Landfill. Diktat Kuliah Jurusan Teknik Lingkungan. ITB. Bandung.

Diana, E. 1992. Penentuan Dampak Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Secara Sanitary Landfill Bantar Gebang terhadap Kualitas Air Permukaan Tanah dan Sosial Ekonomi Masyarakat di sekitarnya. Tesis. Program Pascasarjana IPB, Bogor.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Ganefati, Sri Puji dan Joko Prayitno Susanto. 2008. Pengolahan Lindi (Leachate) dengan Model Coagulation Biofilter Unaerobic. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 9 No. 2 Hal. 191-196. BPPT. Jakarta.

Ganefati, Sri Puji. 2002. Pengaruh Pengolahan Lindian (Leachate) TPA Piyungan dengan Tawas dan Kapur terhadap Penurunan TSS, BOD, Timbal, Amoniak Dan Angka Kuman (Upaya Mengurangi Pencemaran Sungai Opak Yogyakata). Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Qasim. 1994. Sanitary Landfill leachate generation, control & Treatment, Technomic Publishing Company.

Sulinda, D. 2004. Penentuan Nilai Parameter Kinetika Lumpur Aktif pada Pengolahan Air Lindi Sampah Secara Aerobik. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

Tchobanoglous. 1993. Integrated Solid Waste Management Engineering Principles and Management Issues. Mc Graw Hill Inc. New York.

You might also like