You are on page 1of 18

MAKALAH SINTESIS ANORGANIK

XANTHORRHIZOL DARI TEMULAWAK ( CURCUMA XANTHORRHIZA) SEBAGAI OBAT KUMUR HERBAL ALTERNATIF YANG AMAN DAN EFEKTIF MENCEGAH PLAK

Diusulkan Oleh:

Rohayati Juita Sapta Nur A. Sesilia Dyah N.

24030110141027 24030110130053 24030110141014

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala limpahan karuniaNya sehingga penyusunan makalah ini berjalan lancar. Dengan mengambil judul Xanthorrhizol Dari Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) Sebagai Obat Kumur Herbal Alternatif Yang Aman dan Efektif Mencegah Plak, penulis bermaksud untuk mengkaji permasalahan kesehatan gigi masyarakat dan menawarkan gagasan solusi dalam mengatasi penyakit gigi dan mulut yang disebabkan oleh plak gigi. Sebagai makalah yang membutuhkan berbagai informasi dan banyak data yang dalam proses dan penyusunannya melibatkan berbagai pihak, maka perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Muhammad Nur, DEA, selaku Dekan Fakultas Sains dan matematika UNDIP 2. Bapak Suhartana, S.Si, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah sintesis anorganik Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak akan luput dari salah dan khilaf dalam pepatah lama Tak ada gading yang tak retak . Demikian juga dalam penyusunan makalah ini, tak luput dari kesalahan. Diharapkan agar makalah ini bermanfaat dalam menambah pengetahuan serta meningkatkan nilai guna barang.

Semarang, 21 September 2012

Penulis

ii

DAFTAR ISI Halaman Judul.... i Kata Pengantar.... ii Daftar Isi. iii Ringkasan.... iv PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah........... Tujuan Penulisan..... Manfaat Penulisan.......

1 3 3 3

GAGASAN Plak Gigi (Dental Plague) 4 Aktivitas Xanthorrhizol........................................................................... 4 Ekstraksi Xanthorrhizol........................................................................... 6 Formulasi Obat Kumur............................................................................ 6 KESIMPULAN Inti Gagasan ............................................................................................ 8 Teknik Implementasi Gagasan ................................................................ 8 Prediksi Keberhasilan Gagasan ............................................................... 8 Pihak-Pihak Terkait Penyuksesan Program ............................................. 8 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Daftar Gambar Penyakit Akibat Plak Gigi Diagram Alir Proses Ekstraksi Temulawak Diagram Alir Gagasan Tertulis

iii

RINGKASAN Kesadaran akan kesehatan gigi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sangat rendah. Ditunjukan dari hasil studi morbilitas dalam survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 menyatakan bahwa dari 10 kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama (60%), sedangkan hasil survei SKRT 2004 menyatakan 39% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut, dipaparkan juga pravalensi penyakit gigi semakin tinggi pada umur yang lebih tinggi dan tingkat ekonomi lebih rendah. Penyebab utama penyakit gigi adalah plak. Plak adalah lapisan lunak dan lengket di gigi yang terdiri dari protein dan bakteri (biofilm). Plak perlu penanganan serius karena dapat menyebabkan karies, gingivitis, periodontitis, dan hyperplasia gingivia, infeksi dan kanker. Plak dapat ditangani dengan cara mengosok gigi. Namun cara ini relatif kurang efektif untuk mencegah dan menghilangkan plak. Upaya ini akan lebih efektif jika disertai dengan penggunaan obat kumur. Berdasarkan penelitian Professor Michael McCulloch, Ketua Australian Dental Association's Therapeutics Committee dan guru besar oral medicine Melbourne University obat kumur yang tersedia di pasar sebagian besar perlu dipertanyakan keamanannya, mengingat mengandung alcohol, benzalkonium chloride, cetylpyridinium chloride, methylparaben, hydrogen peroxide, domiphen bromide, etanol dan domiphen bromida yang diketahui berbahaya bagi kesehatan. Gagasan tertulis ini bertujuan untuk memberikan gagasan pemikiran tentang pemanfaatan xanthorhizol pada temulawak sebagai obat kumur penghilang plak gigi tanpa menimbulkan efek samping, memberikan informasi supaya menggunakan obat kumur yang aman, dan menyadarkan masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan gigi. Xanthorizol adalah salah satu bioaktif dari temulawak yang dilaporkan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab plak. Persenyawaan xanthorrhizol ini memiliki aktivitas antimikroba, antikariogenik dan antiinflammatory, Prof. Jae Kwan menjelaskan hasil penelitian menunjukkan xanthorrhizol memiliki aktivitas antibakteri tertinggi dalam melawan bakteri jenis Streptococcus. Khususnya Streptococcus mutans, penyebab plak dan karies gigi. Mekanisme Xanthorrhizol adalah memicu denaturasi protein sel bakteri yang ujung-ujungnya memaksa protein itu keluar dari sel, sel akan mengkerut dan mati. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan dengan cara pencarian data, pengolahan data, analisis dan evaluasi data diketahui bahwa penggunaan senyawa ini sebagai obat kumur belum pernah dilaporkan sehingga senyawa ini layak untuk dikembangkan sebagai obat kumur herbal yang aman dan efektif mencegah plak gigi. Maka dari itu, gagasan tertulis ini memaparkan kelayakan ide formulasi xanthorrhizol dari temulawak sebagai obat kumur herbal alternatif yang aman dan efektif mencegah plak untuk direalisasikan. Pelaksanaan gagasan ini jika ditambah peran serta depkes RI dan ikatan dokter gigi indonesia,dengan cara memberikan arahan secara besar-besaran kepada masyarakat indonesia tentang efektifitas dari gagasan tentang obat kumur herbal yang kami tawarkan akan membuat masyarakat pengguna obat kumur meningkat dan pada akhirnya masalah plak pada gigi dapat ditekan seminimal mungkin, dan diharapkan juga kepada perguruan tinggi dan lembaga penelitian untuk mengembangkan formulasi xanthorrizol sehingga akan semakin aman dan efektif dalam pembersihan plak.

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kesadaran akan kesehatan gigi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sangat rendah. Ditunjukan dari hasil studi morbilitas dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, menyatakan bahwa dari 10 kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama (60%), sedangkan hasil survei SKRT 2004 menyatakan 39% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut, dipaparkan juga pravalensi karies kelompok berumur 10 tahun ke atas ditemukan sebesar 71,2%, dengan catatan bahwa karies lebih tinggi pada umur lebih tinggi dan terjadi pada pendidikan lebih rendah, serta setatus ekonomi lebih rendah, sedangkan 46% penduduk usia 10 tahun ke atas mengalami penyakit periodontitis dengan pravalensi semakin tinggi pada umur yang lebih tinggi. Penyebab utama penyakit gigi adalah plak. Plak adalah lapisan lunak dan lengket di gigi yang terdiri dari protein dan bakteri (biofilm). Plak terdiri dari 70% bakteri yang berasal dari air liur. Plak terbentuk segera setelah selesai menyikat gigi dalam waktu 48 jam. Plak mulai mengeras oleh kalsium, fosfor dan mineral lainnya dari air liur, menjadi karang gigi (Salma, 2011). Plak gigi terbentuk karena sisa makanan yang melekat pada gigi bergabung bersama mikroorganisme dalam gigi. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan polimer ekstraseluler, seperti polisakarida dan protein yang akan membentuk lapisan biofilm (Veriony, 2011). Plak gigi sangat berbahaya karena merusak gigi dan jaringan pendukung gigi (periodontium). Plak pada gigi menyebabkan terjadinya lubang (karies), plak pada jaringan periodontium menyebabkan peradangan pada gusi (gingivitis) dan jika plak tetap dibiarkan akan menyebabkan pengapuran/karang gigi yang menjadi tempat bakteri yang memproduksi racun dan merusak jaringan gusi sehingga menjadi penyakit yang lebih serius yang dikenal dengan nama periodontitis, selain radang gusi dan karang gigi, plak gigi juga dapat menyebabkan terjadinya pembesaran jaringan gusi (hiperplasia gingivia). Plak yang telah mengorosi gigi lambat laun akan berubah menjadi tartar. Plak dan tartar akan membuat gusi teriritasi, merah, dan sering ngilu. Gejala ini dinamakan gingivitis. Gingivitis tidak dapat disembuhkan karena tulang gigi secara berangsur-angsur hilang dan menjadi infeksi serta berpotensi menjadi kanker mulut (Ahira, 2009). Plak memberikan dampak negatif yang sangat berbahaya, oleh karena itu harus mendapatkan perhatian khusus untuk mengatasinya. Permasalahan ini juga menjadi topik utama baik nasional maupun internasional Salah satu penanganan plak gigi adalah dengan cara gosok gigi, namun efektifitas gosok gigi kurang efektif dalam pembersihan gigi. Plakplak tidak terlihat sebab berwarna putih menyerupai warna gigi pada umumnya, jadi gigi putih belum tentu terbebas dari plak (pengujian adanya plak menggunakan disclosing tablet, gambar 2.2), harus ada tambahan untuk membantu membersihkan plak dan bau mulut, yaitu dengan cara menggunakan dental flossing atau obat kumur (Salma, 2011). Sekarang banyak obat kumur beredar di pasaran, namun dalam kenyataannya keamanan dalam penggunaan obat kumur

perlu dipertanyakan, karena setelah menggunakan obat kumur, terjadi mati rasa dan deskuamasi mukosa mulut (pelepasan jaringan epitel) akibat penggunaan pelarut alkohol dalam obat kumur tersebut, dan setelah obat kumur digunakan masih tersisanya obat kumur dalam jumlah sedikit dalam rongga mulut, yang dapat tertelan dan dapat memberi efek samping berbahaya bagi tubuh. Efek samping ini dapat berupa mukositis (peradangan selaput lendir), alergi, diskolorasi gigi dan lidah (Apriani, 2009). Zat-zat yang berpotensi menimbulkan efek samping yang biasa dipakai dalam obat kumur, seperti : povidone iodine, thymol, eucalyptol, hexetidine, methyl salicylate, menthol, chlorhexidine gluconate, benzalkonium chloride, cetylpyridinium chloride, methylparaben, hydrogen peroxide, domiphen bromide dan etanol (Kimin, 2009). Obat kumur yang menggunakan alkohol banyak beredar dipasaran, Kadar alkoholnya bervariasi, rentang 10% - 26% (Kimin, 2009). Alkohol berguna sebagai antiseptik untuk membunuh bakteri yang ada dimulut, namun ada bahaya dalam penggunaan alkohol. Penelitian yang terdapat dalam Dental Journal of Australia edisi Januari 2009, memaparkan bahwa obat kumur yang mengandung alkohol dapat menyebabkan kanker mulut. Menurut Professor Michael McCulloch, Ketua Australian Dental Association's Therapeutics Committee dan guru besar oral medicine pada Melbourne University, alkohol dapat meningkatkan permeabilitas sel-sel mukosa , sehingga zat-zat kimia penyebab kanker seperti nikotine dengan mudah akan masuk sel dan merubah perangai selsel normal (Kimin, 2009). Hasil penelitian menyebutkan, bahwa penggunaan obat kumur berbahan dasar alkohol akan meningkat risiko kanker mulut hingga sembilan kali lipat pada perokok. Bagi peminum alkohol, risiko akan meningkat hingga lima kali lipat, sementara bagi pengguna obat kumur yang bebas dari kategori peminum dan perokok, risiko tersebut hanya berada di bawah angka lima kali lipat (Gracia, 2009). Efek lain dalam penggunaannya adalah asetaldehide yang berasal dari alkohol yang terurai ketika berkumur dapat berpeluang untuk berakumulasi didalam mulut. Asetaldehid juga termasuk sebagai karsinogen, zat yang dapat memicu timbulnya kanker, karena bukti-bukti tersebut, para peneliti mengusulkan agar obat kumur yang mengandung alkohol, sebaiknya produksinya dihentikan. Fakta membuktikan bahwa setiap tahunnya sekitar 800 orang di Australia didiagnosa kanker mulut, rata-rata sebagian dari mereka meninggal 5 tahun setelah didiagnosa kanker yang disebabkan pengunaan obat kumur berbahan dasar alkohol (Kimin, 2009). Obat kumur di pasaran dikategorikan sebagai produk kosmetik, yang berarti perizinan dan penelitiannya perlu dipertanyakan, sebelum dikeluarkan di pasaran bebas, sementara masyarakat menggantungkan pengobatan bau mulut dengan obat-obat kumur yang beredar bebas di pasaran (Council, 2003) Xanthorrhizol dari temulawak dapat dijadikan alternatif sebagai zat aktif pembunuh bakteri di dalam rongga mulut pengganti alkohol. Xanthorrhizol adalah salah satu kompenen temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Rorb ), komponen lain dalam temulawak adalah kurkumin, pati (48-60%), serat kasar (2,58-4,83%), dan minyak asiri (1,48-1,63%). Xanthorrhizol di dalam temulawak 21% (Hwang et. al dalam Apriani, 2009). Prof Jae Kwan Hwang dan timnya dari Departement of Biotechnology Yonsei Universitu, menemukan hubungan temulawak dengan plak gigi. Ternyata xanthorrizol yang diisolasi dari Curcuma Xanthorrhiza memiliki aktivitas anti kariogenik dan anti inflammatory, Prof. Jae Kwan menjelaskan bahwa xanthorrhizol memiliki aktivitas antibakteri tertinggi dalam melawan

bakteri jenis Streptococcus. Khususnya Streptococcus mutans, penyebab karies gigi. Hanya dengan dua mikro gram per milliliter, Xanthorrhizol berhasil membasmi Streptococcus mutans dalam satu menit. Xanthorrhizol juga membasmi Actinomyces viscosus dan Porphyromonas gingivalis penyebab penyakit periodontitis (gigi berdarah dan lepasnya gigi) (Maria, 2010), sehingga xanthorrhizol berpeluang sebagai zat aktif dalam membuat obat kumur temulawak yang aman bagi tubuh. Secara lengkap pemaparan gagasan xanthorrhizol sebagai zat aktif dalam obat kumur yang aman ( lampiran 4)

Rumusan masalah

1. Apakah potensi xanthorrhizol sebagai obat kumur alternative? 2. Apakah layak xanthorrhizol sebagai obat kumur?

Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk: 1. Memaparkan potensi temulawak (Curcuma Xanthorhiza Rorb) untuk mengatasi plak gigi tanpa efek samping 2. Memaparkan kelayakan xanthorizol dari temulawak (Curcuma Xanthorhiza Rorb) sebagai zat aktif untuk menghilangkan plak gigi.

Manfaat Penulisan Makalah ini diharapkan memberikan manfaat antara lain : 1. Memberikan gagasan pemikiran tentang pemanfaatan xanthorhizol pada temulawak sebagai obat kumur penghilang plak gigi tanpa menimbulkan efek samping 2. Memberikan informasi supaya menggunakan obat kumur yang aman 3. Menyadarkan masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan gigi

GAGASAN

Plak Gigi (Dental Plaque)

Plak adalah lapisan lunak dan lengket di gigi yang terdiri dari protein dan bakteri (biofilm). Plak terdiri dari 70% bakteri yang berasal dari air liur. Plak terbentuk segera setelah selesai menyikat gigi, dalam waktu 48 jam. Plak mulai mengeras oleh kalsium, fosfor, dan mineral lainnya dari air liur, menjadi karang gigi (Salma, 2011). Plak gigi terbentuk karena sisa makanan yang melekat pada gigi bergabung bersama mikroorganisme dalam gigi. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan polimer ekstraseluler seperti polisakarida dan protein yang akan membentuk lapisan biofilm. Mikroorganisme pemicu plak ini adalah Streptococcus mutans (gambar 2.1). Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil (tidak bergerak), bakteri anaerob fakultatif, memiliki bentuk kokus yang sendirian berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam rantai. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 180400 Celcius. Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka menjadi bakteri yang paling kondusif menyebabkan plak dan karies untuk email gigi (Nugraha, 2008). Plak gigi (gambar 2.3) sangat berbahaya karena merusak gigi dan jaringan pendukung gigi (periodontium). Plak pada gigi menyebabkan terjadinya lubang (karies) karena pada plak berdiam bakteri streptococcus mutans yang mengubah karbohidrat menjadi asam dan menyebabkan karies (gambar 2.4), plak pada jaringan periodontium menyebabkan peradangan pada gusi (gingivitis) (gambar 2.5) yang di tandai dengan tepi jaringan gusi merah dan mudah berdarah, dan jika plak tetap dibiarkan akan menyebabkan pengapuran/karang gigi yang menjadi tempat bakteri yang memproduksi racun dan merusak jaringan gusi sehingga menjadi penyakit yang lebih serius yang dikenal dengan nama periodontitis (gambar 2.6). Pada tahap inilah timbul kantung gusi, ditambah lagi jaringan gusi menjadi lunak, mudah membengkak bahkan bernanah yang membuat bau mulut tak sedap dan pada pemeriksaan rontgen terlihat terkikisnya tulang. Plak gigi selain menyebabkan radang gusi dan karang gigi juga dapat mengakibatkan terjadinya pembesaran jaringan gusi (hiperplasia gingivia, gambar 2.7) (Siregar, 2011). Plak yang telah mengorosi gigi lambat laun akan berubah menjadi tartar. Plak dan tartar akan membuat gusi teriritasi, merah, dan sering ngilu. Ini dinamakan gejala gingivitis. Gingivitis tidak dapat disembuhkan karena tulang gigi secara berangsur-angsur hilang dan menjadi infeksi serta berpotensi menjadi kanker mulut (gambar 2.8) (Ahira, 2009).

Aktivitas Xanthorrhizol Xanthorrhizol (5 - (1,5-dimetil-4-hexenyl)-2-methylphenol, XA) adalah senyawa yang diisolasi dari rimpang temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Rorb). Termasuk senyawa sesquiterpenoid alami, antimikroba (Hwang et al, 2000a), antiinflamasi (Claeson et al, 1993.), antinefrotoksik (Kim et al., 2005) dan antioksidan (Lim et al., 2005). Temulawak mudah dibudidayakan di Indonesia.

Manfaat dari temulawak sangat banyak sehingga mendapat julukan gingsengnya Indonesia. Telah banyak penelitian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa temulawak merupakan rimpang tokcer untuk mengobati banyak penyakit. Senyawa aktif yang dikandungnya cukup banyak, diantaranya kurkumin, germakron, xanthorrhizol dan lainnya. Keuntungan adanya beberapa senyawa aktif yang terdapat di temulawak, menyebabkan temulawak mempunyai sifat berikut: antikolesterol, antistroke, antiplak, antimikroba, antibakteri, antioksidan, sebagai penghambat Osteoarthritis, Hepatoprotektor (pelindung hati), Antiinflamasi, dll. Khasiat temulawak yang sudah dikenal, yaitu untuk mengobati hepatitis, radang hati, radang empedu, radang ginjal, batu empedu, kurang nafsu makan, diare, wasir, melancarkan ASI dan kolesterol tinggi. Apabila dikonsumsi secara teratur temulawak bisa untuk sebagai pencegahan penyakit tersebut dan menjaga kesehatan organ liver, selain memiliki khasiat yang sudah dipaparkan, xanthorrhizol dalam temulawak mampu membasmi bakteri patogen penyebab karang gigi. Prof. Jae Kwan Hwang dari Departemen Bioteknologi Universitas Yonsei, Korea Selatan menemukan xanthorrizol yang diisolasi dari Curcuma xanthorrhiza memiliki aktivitas antikariogenik dan antiinflammatory. Kandungan xanthorrhizol dalam temulawak sebanyak 21 persen. Kelebihan senyawa xanthorrhizol antara lain tidak berwarna, tidak berbau, tidak volatil (menguap), tahan panas dan keasaman. Prof. Jae Kwan menjelaskan hasil penelitian menunjukkan xanthorrhizol memiliki aktivitas antibakteri tertinggi dalam melawan bakteri jenis Streptococcus. Khususnya Streptococcus mutans, penyebab karies gigi. Hanya dengan dua mikro gram per milliliter, Xanthorrhizol berhasil membasmi Streptococcus mutans dalam satu menit. Xanthorrhizol juga membasmi Actinomyces viscosus dan Porphyromonas gingivalis penyebab penyakit periodontitis (gigi berdarah dan lepasnya gigi). Dari presentasi Hwang pada The 1st International Symposium on Temulawak di Institute Pertanian Bogor, Mei 2008, memaparkan xanthorrhizol pada rimpang temulawak tokcer sebagai antimikroba dan antibakteri. Ekstrak temulawak membuat bakteri streptococcus, Actinomyces viscosus, dan Porphyromonas gingivalis di gigi mati. Mekanisme xanthorrhizol adalah memicu denaturasi protein sel bakteri yang ujung-ujungnya memaksa protein itu keluar dari sel, sel akan mengkerut dan mati. Xanthorrhizol juga terbukti menghambat kolonisasi Streptococcus. Daya bunuh senyawa aktif dalam temulawak juga terjadi pada Propionibacterium acnes, bakteri penyebab jerawat. Penghambatan terjadi lewat mekanisme penghambatan aktivitas lipase semacam enzim katalisator. Ekstrak rimpang temulawak Curcuma xanthorrhiza juga bereaksi positif terhadap dua spesies bakteri gram positif (S, aureus, B. Subtilis) dan dua spesies bakteri gram negatif (E. Coli, Salmonella sp) (Maswondo, 2011).

Ekstraksi Xanthorrhizol Metode ekstraksi yang baik untuk menghasilkan jumlah minyak temulawak yang maksimal adalah metode maserasi (Fusfita, 2008). Ekstraksi dengan metode maserasi yaitu perendaman yang dilakukan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut methanol 96%. Ekstrak methanol yang di peroleh di evaporasi untuk menguapkan methanol (Apriani, 2009). Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam bahan ekstraksi

dalam pelarut selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Pelarut akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian pelarut setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Firmansyah, 2010). Proses untuk ekstraksi maserasi temulawak untuk mendapatkan xanthorrhizol murni (lampiran 3, gambar 3.1). Isolasi xanthorrhizol dilanjutkan menggunakan kromatrografi kolom dan kromatografi lapis tipis (Hwang, 2006).

Formulasi Obat Kumur Dari uraian di atas tentang bahaya dan efek samping obat kumur yang telah beredar di pasaran, maka xanthorrhizol dari temulawak dapat dijadikan alternatif sebagai zat aktif pembasmi bakteri di dalam rongga mulut pengganti alkohol. Gagasan dalam membuat formula obat kumur tanpa alkohol, aman bagi tubuh dan tanpa efek samping apabila tertelan maka di usulkan gagasan formula sebagai berikut ; Kategori Komponen Efek dan aktivitas A. Antimikroba : Xanthorrizol (isolasi dari temulawak) Fungsi lain dalam penggunaan xanthorrhizol untuk membunuh bakteri adalah untuk menghilangkan bau mulut, plak dan gingivitis. Xanthorrizol mempunyai multi fungsi jika digunakan sebagai formula obat kumur. Pertama sebagai antimikroba, xanthorrhizol memiliki aktivitas antibakteri tertinggi dalam melawan bakteri jenis Streptococcus. Khususnya Streptococcus mutans, penyebab karies gigi. Hanya dengan dua mikro gram per milliliter, Xanthorrhizol berhasil membasmi Streptococcus mutans dalam satu menit (Hwang et al, 2000a), Kedua sebagai pengganti alkohol, antibakteri kationik kuarterner seperti cetilpyridinium chloride (CPC) dan domiphen bromida. Senyawa itu bisa diganti dengan xanthorrizol sehingga lebih aman bagi tubuh apabila tertelan dan lebih efisien. Ketiga sebagai antiinflamasi dan antikanker, xanthorrhizol mampu mencegah peradangan, infeksi dan kanker mulut. B. Pelarut :Water sebagai pengganti pelarut alkohol Air adalah bahan utama pelarut obat kumur ini sebagai pengganti alkohol. Air yang dimurnikan dengan kualitas tinggi, telah didestilasi atau telah diionisasi digunakan untuk mencegah adanya interaksi dengan bahan lain dan untuk menyediakan basis netral untuk obat kumur C. Solubilizers/ emulsifiers : PEG-40 Hidrogenated Castor Oil PEG-40 Hidrogenated Castor Oil digunakan untuk menggabungkan berbagai bahan yang tidak larut air. Xanthorrhizol bersifat semi polar sehingga

diperlukan emulsifiers agat bisa terdispersi dalam air (larut). Emulsifier ini juga berperan dalam efek pembersih mulut pada obat kumur. Kelebihan menggunakan PEG-40 Hidrogenated Castor Oil adalah tercapai produk akhir yang jernih. D. Humektan : Sorbitol Humektan dalam obat kumur digunakan untuk menambah solubilisasi dari perasa, untuk memodifikasi rasa mulut, untuk menambahkan tingkat kemanisan, dan untuk meningkatkan tekanan osmotik dari obat kumur yang berguna untuk menurunkan resiko pertumbuhan mikroba. Sorbitol juga memiliki kesan halus dengan manis, sejuk dan menyenangkan selera di mulut. Sorbitol bersifat noncariogenik dan tidak menimbulkan karies. E. Buffer : Sodium Benzoat Sodium benzoat digunakan untuk mengatur pH obat kumur diantara range tertentu untuk membantu kestabilan dan meningkatkan efektifitas dari produk obat kumur F. Perasa Perasa adalah pemberi cita rasa produk. Konsumen mengharapkan adanya rasa menyenangkan atau medisinal/antiseptik selama penggunaan dan ada perubahan pada bau mulut setelah penggunaan, selain untuk memberikan rasa dalam formulasi, perasa ini dapat bertindak untuk menutupi atau memodifikasi persepsi bau mulut. Jika obat kumur di bidikkan untuk anak-anak bisa menambah cita rasa buah segar, seperti: strowberi, apel, mangga, sedangkan untuk konsumen dewasa cenderung menyukai cita rasa sejuk dan menyegarkan setelah menggunakan obat kumur maka bisa menambah perasa pappermint dan citrus aurantifolia. Gagasan formula yang sudah di paparkan berpotensi menciptakan obat kumur yang aman, halal, tidak bersifat toksik, antikanker mulut dan efesien dalam menghilangkan plak gigi Pihak-Pihak Terkait Penyuksesan Program 1. Depkes RI Membuat dan mengatur pedoman kebijakan dan arah strategi penanggulangan penyakit gigi dan mulut. Menggerakan organisasi profesi, LSM, media massa, dunia usaha untuk promosi kesehatan kepada masyarakat mengenai keuntungan pemakaian obat kumur sebagai upaya pemenuhan target jangka panjang 2. Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian Meneliti efek penyebab penyakit gigi dan mulut dan solusi penaggulanganya. Mengembangkan metode baru untuk penanganan kasus penyakit gigi dan mulut dan secara spesifik mengembangkan formulasi xanthorrizol sebagai transisi pemenuhan target jangka panjang 3. Ikatan Dokter Gigi Indonesia Memberikan penyuluhan tentang bahaya plak kepada masyarakat dan pengembangan baru pada formulasi obat kumur .

KESIMPULAN

Inti Gagasan Plak merupakan penyebab penyakit gigi dan mulut yang sangat dominan di indonesia dan perlu penanganan serius karena dapat menyebabkan karies, gingivitis, periodontitis, dan hyperplasia gingivia, infeksi dan kanker. Plak dapat ditangani dengan cara mengosok gigi. Namun cara ini relatif kurang efektif untuk mencegah dan menghilangkan plak. Upaya ini akan lebih efektif jika disertai dengan penggunaan obat kumur, namun kenyataannya obat kumur yang tersedia di pasar sebagian besar perlu dipertanyakan keamanannya, mengingat mengandung alcohol, chloride (CPC) povidone iodine, dan bahan kimia lainnya yang diketahui berbahaya bagi kesehatan. Xanthorizol adalah salah satu bioaktif dari temulawak yang dilaporkan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab plak. Penggunaan senyawa ini sebagai obat kumur belum pernah dilaporkan, oleh sebab itu senyawa ini layak untuk dikembangkan sebagai obat kumur herbal yang aman dan efektif mencegah plak gigi, sehingga terciptalah gagasan untuk menciptakan obat kumur herbal alternatif yang aman, murah, tidak bersifat toksik, antikanker mulut dan efesien dalam menghilangkan plak gigi. Teknik Implementasi Gagasan Langkah-langkah implementasi untuk mewujudkan gagasan pembuatan obat kumur herbal alternatif yang aman dan efekif mencegah plak adalah : 1. Identifikasi daerah yang berpotensi menghasilkan temulawak. 2. Bekerja sama dengan petani dalam penyediaan bahan baku temulawak yang berkualitas, sehingga membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan nilai ekonomi dari temulawak sendiri. 3. Melakukan riset berkelanjutan tentang standarisasi kadar xanthorrhizol dari temulawak sebagai obat kumur herbal alternatif. 4. Bekerja sama dengan lembaga kesehatan dalam melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat indonesia serta mengenalkan solusi preventif penyakit gigi dan mulut menggunakan obat kumur. Prediksi Keberhasilan Gagasan Jika gagasan ini di terapkan secara menyeluruh maka penurunan angka penderita penyakit gigi dan mulut di indonesia dapat dipastikan akan berkurang, budaya hidup sehat kian menjamur dan menambah pustaka akan potensi tanaman lokal indonesia sehingga meningkatkan nilai lebih dari temulawak itu sendiri. Pihak-Pihak Terkait Penyuksesan Program 1. Depkes RI 2. Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian 3. Ikatan Dokter Gigi Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. 2009. Penyakit Gigi. http://www.anneahira.com/pencegahanpenyakit/penyakit-gigi.htm. 2 Februari 2012 Apriyani. 2009. Ekstraksi Minyak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) Untuk Digunakan sebagai Zat Aktif Pencegah Bau Mulut pada Obat Kumur. Laporan Tugas Akhir. Makassar. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang Claeson P, Panthong A, Tuchinda P, Reutrakul V, Kanjanapothi D, Taylor WC, et al. Three non-phenolic diarylheptanoids with anti-inflammatory activity from Curcuma xanthorrhiza. Planta Med 1993;59(5):4514. Fusfita, Marry. 2008. Pemanfaatan Minyak Temulawak Sebagai Zat Aktif Pada Pembuatan Pasta Gigi. Laporan Tugas Akhir. Makassar: Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang. Gracia, Liana. 2009. Pemakaian Obat Kumur Berisiko Kanker Mulut. http://gayahidup.inilah.com/read/detail/213142/pemakaian-obat-kumurberisiko-kanker-mulut. 2 Februari 2012 Hwang JK, Shim JS, Baek NI, Pyun YR. Xanthorrhizol: a potential antibacterial agent from Curcuma xanthorrhiza against Streptococcus mutans. Planta Med 2000a;66(2):1967. Hwang, Jae-Kwan dan Yaya Rukayadi. 2006. Challenges and Opportunities in Applying Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) For Industrial Oral Care Products. Seoul. Yonsei University Kim SH,HongKO,Hwang JK, Park KK. Xanthorrhizol has a potential to attenuate the high dose cisplatin-induced nephrotoxicity in mice. Food Chem Toxicol 2005;43(1):11722 Lim CS, Jin DQ, Mok H, Oh SJ, Lee JU, Hwang JK, et al. Antioxidant and antiinflammatory activities of xanthorrhizol in hippocampal neurons and primary cultured microglia. J Neurosci Res 2005;82(6):8318. Kimin, Azil. 2009. Obat Kumur Mengandung Alkohol Pemicu Kanker Mulut. http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id =133&Itemid=51. Di akses tanggal 30 Januari, 2012 Maria. 2010. Temulawak Membunuh Bskteri Penyebab Penyakit Gigi dan Hambat Sel Kanker. http://afiat.com/temulawak-membunuh-bakteripenyebab-penyakit-gigi-dan-hambat-sel-kanker /. 30 Januari 2012

Maswondo. 2011. Jamu dan Herbal. http://herbal.maswondo.com/archives/70 . di akses 30 Januari 2012 Nugraha, A.W.. 2008. Si Plak Dimana-mana, Fakultas Farmasi USD Yogyakarta mikrobia.files.wordpress.com. 1 Februari 2012 Salma. 2011. Pembersihan Plak dan Karang http://majalahkesehatan.com/pembersihan-plak-dan-karang-gigi/. Februari 2012 Gigi. 1

Siregar, Alkindi. 2011. Plak Gigi, Biang Keladi Ompong (Bagian 1). http://www.djadoelpost.com/2011/12/plak-gigi-biang-keladi-ompongbagian-1.html. 2 Februari 2012 Veriony, dkk. 2011. Obat Kumur Rebusan Kulit Batang Jambu Mete (Anacardiumoccidentale L.), Solusi Praktis dan Aman Mengatasi PlakGigi Yang Membandel. Yogyakarta. Unversitas Gadjah Mada

LAMPIRAN Daftar Gambat Penyakit Akibat Plak Gigi :

2.1 Streptococcus mutans pada plak

2.2 Uji plak dengan disclosing tablet

2..3 Plak gigi

2.4 Karies

2.5 Gingivitis

2.6 Periodontitis

2.7 Hiperplasia gingivia

2.8 Kanker Gusi

LAMPIRAN 2 Diagram Alir Proses Ektraksi Minyak Temulawak (Apriani,2009) Temulawak segar Dibersihkan dan dipotong-potong Dikeringkan dengan sinar matahari Dihaluskan Dimaserasi dengan methanol (1:3) 24 jam x Disaring

Filtrat Dievapora si

Residu Ekstrak Pekat Ekstraksi cair-cair dengan etll asetat : air Air Diektraksi dengan etil asetat Air Etil Asetat II Distilasi pada tekanan rendah Destilat (ekstrak minyak temulawak) Penyerapan sisa air dengan CaCl2 Disaring Minyak temulawak Isolasi dan pemurnian Xanthorrhizol menggunakanKromatografi kolom dan KLT Xanthorrhizol murni CaCl2. 2H2O Etil Asetat I

LAMPIRAN 3 Diagam Alir Gagasan Tertulis

Rendahnya kesadaran akan kesehatan gigi di Indonesia

Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, penyakit gigi dan mulut menduduki peringkat 1

Penyebab utama penyakit gigi: plak

Bahaya plak

- Tartar - periodontitis - Karies - infeksi - Gingivitis - kanker mulut - Hyperplasia gingivia

Penanganan plak

Sikat gigi

Kurang efektif Obat kumur di pasaran berbahaya, beralkohol dan punya efek samping

Solusi

Obat kumur

Gagasan Xanthorizol dari temulawak sebagai zat aktif untuk menghilangkan plak gigi, tanpa alcohol, tanpa efek samping, aman dan halal

Xanthorrhizol dari temulawak

Obat Kumur

Pertanyaan Diskusi
1. Obat kumur tidak baik, karena dapat membunuh bakteri baik, bagaimana dengan obat kumur dari xanthorrhizol? Jawab: Xanthorrhizol berperan hanya membunuh bakteri yang menimbulkan penyakit, sedangkan bakteri baik yang ada di rongga mulut tidak dimatikan. Berikut bakteri yang dimatikan oleh xanthorhizol: Streptococcus mutans penyebab plak, Actinomyces viscosus dan Porphyromonas gingivalis penyebab penyakit periodontitis (gigi berdarah dan lepasnya gigi). 2. Apakah streptococcus mutans mengubah karbohidrat menjadi asam atau mengubah protein menjadi asam yang menyebabkan karies? Jawab: streptococcus mutans mengubah karbohidrat menjadi asam yang menyebabkan karies 3. Apakah baik dalam penambahan sorbitol ke formula obat kumur, sedangkan sorbitol sebagai pemanis buataan? Jawab: Dalam hal ini penambhan sorbitol hanya sedikit, karena hanya menyeimbangkan rasa manis dari temulawak tersebut, yang berperan dalam rasa, adalah perasa (peppermint atau buah-buahan), jadi tidak berdampak negatif dalam formula tersebut

4. Kenapa dalam formula tersebut, tidak ditambhakan alkohol, padahal alkohol bisa memberikan rasa mint ke obat kumur? Jawab: Karena alkohol memberikan dampak negatif, setelah mengunakan obat kumur dari pelarut alkohol terjadi mati rasa dan deskuamasi mukosa mulut (pelepasan jaringan epitel) dan setelah obat kumur digunakan masih tersisanya obat kumur dalam jumlah sedikit dalam rongga mulut, yang dapat tertelan dan dapat memberi efek samping berbahaya bagi tubuh. Efek samping ini dapat berupa mukositis (peradangan selaput lendir), alergi, diskolorasi gigi dan lidah. Alkohol juga dapat meningkatkan permeabilitas sel-sel mukosa , sehingga zat-zat kimia penyebab kanker seperti nikotine dengan mudah akan masuk sel dan merubah perangai sel-sel normal yang berpeluang untuk kanker mulut. 5. Apakah tidak terlalu mahal, alkohol digantikan akuabidest? Jawab: Memang akuabidest atau akuadest mahal, namun pelarut alkohol memberikan dampak negatif, lebih baik kita menggunakan pelarut yang baik, namun sedikit mahal daripada pelarut alkohol murah, namun memberikan dampak negatif

You might also like