You are on page 1of 23

LAPORAN PENDAHULUAN ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura) A.

Definisi ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purupura) adalah suatu kelainan pada sel pembekuan darah yakni trombosit yang jumlahnya menurun sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik merah hingga ruam kebiruan. Karena jumlah trombosit sangat rendah, maka pembentukan bekuan tidak memadai dan konstriksi pembuluh yang terlukan tidak adekuat.

Klasifikasi ITP (Idiopathic Thrombocytopenia Purpura). ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan yang dipakai adalah waktu jika dibawah 6 bulan disebut akut ITP dan diatas 6 bulan disebut kronik ITP. Akut ITP sering terjadi pada anak-anak sedangkan kronik ITP sering terjadi pada dewasa. (Imran, 2008) Tabel Perbedaan ITP akut dengan ITP kronik ITP akut Awal penyakit Rasio L:P Trombosit Lama Penyakit Perdarahan 2-6 tahun 1:1 <20.000/ml 2-6 minggu Berulang ITP Kronik 20-40 tahun 1:2-3 30.000-10.000/ml Beberapa tahun Beberapa hari/ minggu

B. Etiologi Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi dikemukakan berbagai kemungkinan diantaranya ialah hipersplenisme, infeksi virus (demam berdarah, morbili, varisela dan sebagainya), intoksikasi makanan atau obat ( asetosal, PAS, fenibultazon, diamox, kina, sedormid) atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan faktor pematangan ( misalnya malnutrisi), DIC ( misalnya pada DSS, leukimia, respiratory distress syndrome pada neonatus) dan terakhir dikemukakan bahwa ITP ini terutama yang menahun merupakan penyakit autonium.

Hal ini diketahui dengan ditemukannya zat anti terhadap trombosit dalam darah penderita. Pada neonatus kadang-kadang ditemukan trombositopenia neonatal yang disebabkan inkompatibilitas golongan darah trombosit antara ibu dan bayi (isoimunisasi).

C. Patofisiologi ITP adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum terjadi. ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap glikoprotein yang terdapat pada membrane trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti antibody, hal tersebut dilakukan oleh magkrofag yang terdapat pada limpa dan organ retikulo endotelial lainnya. Megakariosit pada sum-sum tulang bisa normal atau meningkat pada ITP. Sedangkan kadar tromboproitein dalam plasma, yang merupakan progenitor proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami penurunan yang berarti, terutama pada ITP kronis. Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemologis antara ITP akut dan kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya trombsitopenia diantara keduanya. Pada ITP akut, telah dipercaya bahwa penghancuran trombosit meningkat karena adanya antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri, virus, atau pada imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari trombosit. Mediator lainnya akan meningkat selama terjadinya respon imun terhadap produksi trombosit. Sedangkan pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem imun sepertipada penyakit autoimun lainnya yang berakibat terbentuknya antibodi spesifik terhadap antibodi.

D. Manifestasi Klinis Masa prodormal, keletihan, demam dan nyeri abdomen.

Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya bergerombol dan menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan karena adanya pendarahan dibawah kulit . Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di bawah mulut) disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas. Memar tipe ini disebut dengan purpura. Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk massa tiga-dimensi yang disebut hematoma. Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Menoragia. Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan. Hematuria. Melena.

E. Pemeriksaan Fisik Tipe perdarahan termasuk perdarahan retina, beratnya perdarahan. Perabaan hati, limpa, kelenjar getah bening. Infeksi Gambaran dismorfik yang diduga kelainan kongenital termasuk kelainan tulang, kehilangan pendengaran.

F. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah : 1. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa :

Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome mycrosyter. Lekosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN. Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal. Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak

2. Pemeriksaan darah tepi. Hematokrit normal atau sedikit berkurang 3. Aspirasi sumsum tulang Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekali morfologi megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti nonboluted, sitoplasma berfakuola dan sedikit atau tanpa granula). Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi merupakan pemeriksaan laboratorium pertama yang terpentong. Karena dengan cara ini dapat ditentukan dengan cepat adanya trombositopenia dan kadang-kadang dapat ditentukan penyebabnya.

G. Penatalaksanaan a. ITP Akut Ringan: observasi tanpa pengobatan sembuh spontan. Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV. Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit. Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan. Missal: prednisone 2 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV). Imunosupressan: 6 merkaptopurin 2,5 5 mg/kgBB/hari peroral.

b. ITP Menahun -

1) Azatioprin 2 4 mg/kgBB/hari per oral. 2) Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral. 3) Splenektomi. 4) Indikasi: Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 3 bulan. Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat. Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.

H. Komplikasi 1. 2. 3. 4. Reaksi tranfusi Relaps. Perdarahan susunan saraf pusat (kurang dari 1% kasus yang terkena) Efek samping dari kortikosteroid

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan

A. PENGKAJIAN 1. Tanda-tanda perdarahan. 1) Petekie terjadi spontan. 2) Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor. 3) Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan. 4) Menoragie. 5) Hematuria. 6) Perdarahan gastrointestinal. 2. Aktivitas / istirahat.

Gejala : - keletihan, kelemahan, malaise umum. - toleransi terhadap latihan rendah. Tanda : - takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat. - kelemahan otot dan penurunan kekuatan. 3. Sirkulasi. Gejala : - riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat. - palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : - TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil. 4. Integritas ego. Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, penolakan transfuse darah. Tanda : depresi. 5. Eliminasi. Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi. Tanda : distensi abdomen. 6. Makanan / cairan. Gejala : - penurunan masukan diet. - mual dan muntah. Tanda : - turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas. 7. Neurosensori. Gejala : - sakit kepala, pusing. - kelemahan, penurunan penglihatan. Tanda : - epistaksis. - mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal). 8. Nyeri / kenyamanan. Gejala : - nyeri abdomen, sakit kepala. Tanda : - takipnea, dispnea.

9. Pernafasan. Gejala : - nafas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : - takipnea, dispnea. 10. Keamanan Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya. Tanda : petekie, ekimosis.

PENYIMPANGAN KDM Idiopathic, infeksi virus, hipersplenisme Antigen (makrofag) menyerang trombosit Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen (dipicu oleh antibody) Pembentukan neoantigen Trombositopeni Nyeri Merangsang reseptor nyeri Perdarahan Splenomegali Gg. Pemenuhan keb. O2 Hemoglobin Anemia nafsu makan

Gg. Perfusi jaringan Kebutuhan Pengobatan Kurang terpajan / informasi kurang pembelajaran Salah interprestasi informasi Tidak mengenai sumber informasi Kurang Pengetahuan Perb. Stat kes. mudah lelah

Gg pemenuhan nutrisi

Intoleransi aktivitas

purpura

Gg. Integritas kulit

Resiko Tinggi Infeksi

Respon psikologis Ansietas

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik). 2. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun, intake makanan kurang, kongjungtiva. 3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Anemia. 4. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan hypoxia, takikardi. 5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan imobilisasi 7. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis ditandai dengan immobilisasi, kelemahan, hipertermi, perubahan turgor kulit. 8. Ansietas berhubungan denga perubahan status kesehatan 9. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan keterbatasan belajar, tidak familiar dengan sumber informasi.

Diagnose prioritas : Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan hypoxia, takikardi.

INTERVENSI KEPERAWATAN Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik). Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan nyeri yang dirasakan klien berkurang dengan tujuan : Melaporkan nyeri yang dialaminya Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas Mengikuti program pengobatan Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin. Kriteria Hasil : Nyeri yang dirasakan dapat berkurang

Intervensi

Rasional

1) Tentukan riwayat nyeri, lokasi, 1) Memberikan durasi dan intensitas

informasi

yang

diperlukan untuk merencanakan asuhan.

2) Evaluasi

therapi:

pembedahan, 2) Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.

radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya.

3) Berikan pengalihan seperti reposisi 3) Untuk meningkatkan kenyamanan dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV 4) Menganjurkan tehnik penanganan 4) Meningkatkan kontrol diri atas stress (tehnik relaksasi, visualisasi, efek samping dengan menurunkan dengan mengalihkan perhatian

klien dari rasa nyeri.

bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.

stress dan ansietas.

5) Evaluasi nyeri, berikan pengobatan 5) Untuk bila perlu.

mengetahui

efektifitas

penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.

6) Diskusikan

penanganan

nyeri 6) Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.

dengan dokter dan juga dengan klien

7) Berikan analgetik sesuai indikasi 7) Untuk mengatasi nyeri. seperti morfin, methadone, narkotik dll.

Dx 2 : Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan pemenuhan nutrisi klien terpenuhi dengan tujuan: Menghilangkan mual dan muntah Kriteria hasil: Menunjukkan berat badan stabil

Intervensi

Rasional

1) Berikan makanan dalam porsi kecil 1) porsi tapi sering.

lebih

kecil masukan

dapat yang

meningkatkan

sesuai dengan kalori. 2) Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari. 2) anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat

badan dan malnutrisi yang serius. 3) Lakukan konsultasi dengan ahli diet. 3) sangat bermanfaat dalam

perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi pasien. 4) Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi. 4) meningkatkan keterlibatannya, rasa memberikan

informasi pada keluarga untuk memahami pasien. kebutuhan nutrisi

Dx 3 : Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Anemia Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan kembali kebentuk normal dengan Tujuan: Tekanan darah normal, Pangisian kapiler baik. Kriteria hasil: Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil. Intervensi Rasional

1) Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.

1) memberikan derajat/ jaringan

informasi

tentang perfusi

keadekuatan dan

membantu

menentukan kebutuhan intervensi. 2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. 2) meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. 3) Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangasang. 4) Awasi upaya parnafasan, auskultasi 3) dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia. 4) dispne karena regangan jantung

bunyi nafas.

lama / peningkatan kompensasi curah jantung.

Dx 4 : Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan tujuan: Mengurangi distress pernafasan. Kriteria Hasil : Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif Intervensi Rasional

1) Kaji / awasi frekuensi pernafasan, 1) perubahan kedalaman dan irama. dispnea,

(seperti

takipnea, otot

penggunaan

aksesoris) dapat menindikasikan berlanjutnya pengaruh keterlibatan pernafasan /

yang

membutuhkan upaya intervensi. 2) Tempatkan pasien pada posisi yang 2) memaksimalkan ekspansi paru, nyaman. menurunkan kerja pernafasan dan menurunkan resiko aspirasi. 3) Beri posisi dan Bantu ubah posisi 3) meningkatkan secara periodic. areasi semua

segmen paru dan mobilisasikan sekresi.

4) Bantu dengan teknik nafas dalam.

4) membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil.

5) Pemberian O2 sesuai indikasi.

5) Pemberian O2 sesuai indikasi dapat memenuhi kebutuhan O2 klien

Dx 5 : Resiko infeksi berhubungan dengan luka. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi. Kriteria hasil : pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya. menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi jumlah leukosit dalam batas normal menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi

Rasional

1) Awasi suhu.

1) Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi. 2) menurunkan

2) Dorong keseimbangan aktivitas dan istirahat.

antara

konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan

memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi. 3) Diskusikan kebutuhan masukan 3) Malnutrisi dapat mempengaruhi nutrisi adekuat. kesehatan menurunkan umum tekanan dan darah

terhadap infeksi. 4) Berikan terapi antibiotik bila 4) Dapat perlu. organisme diberikan khusus untuk yang

teridentifikasi dengan kultur.

Dx 6 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan dari orang lain dengan tujuan: Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas. Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas. Intervensi Rasional

1) Kaji

kemampuan

pasien

untuk

1) mempengaruhi intervensi.

pilihan

melakukan aktivitas normal, catat laporan kelemahan, keletihan. 2) Awasi TD, nadi, pernafasan.

2) manifestasi

kardiopulmonal

dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah

oksigen ke jaringan. 3) Berikan lingkungan tenang. 3) meningkatkan istirahat untuk menurunkan oksigen tubuh. 4) Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing. 4) hipotensi postural / hipoksin serebral pusing, menyebabkan berdenyut dan kebutuhan

peningkatan resiko cedera.

Dx 7 : Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan kerusakan bisa berkurang dengan tujuan : Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan. Kriteria Hasil : Kerusakan Kulit dapat berkurang Intervensi Rasional

1) Kaji

integritas

kulit

untuk

1) Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan

melihat adanya efek samping therapi kanker, amati

mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan

penyembuhan luka.

integritas kulit. 2) Anjurkan klien untuk tidak 2) Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi. 3) Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu. 4) Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa 4) Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif

menggaruk bagian yang gatal. 3) Ubah posisi klien secara teratur.

rekomendasi dokter.

Dx 8 : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Ditandai dengan : Depresi Adanya ancaman kematian Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas. Intervensi Rasional

1) Kaji kecemasan

tingkat (ringan,

1)

Dengan kecemasan

mengetahui klien,

tingkat sehingga

sedang, berat). 2) Berikan emosional. dorongan

memudahkan tindakan selanjutnya. 2) Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami.

3) Beri

dorongan

3) Mengungkapkan

masalah

yang

mengungkapkan ketakutan/masalah 4) Jelaskan prosedur pengobatan jenis dari

dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakan 4) Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya bekerjasama sehingga dalam mau tindakan

perawatan dan pengobatan. 5) Beri spiritual dorongan 5) Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani pada perawatan TYME dan atas

menyerahkan

kesembuhannya.

Dx 9 : Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan keluarga mengerti akan penyakit klien dengan tujuan: Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan. Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman proses penyakit. Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan.

Intervensi

Rasional

1) Berikan informasi tntang 1) memberikan dasar pengetahuan sehingga ITP. Diskusikan keluarga / pasien dapat membuat pilihan yang tepat.

kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya ITP. 2) Tinjau persiapan tujuan

dan 2) ketidak tahuan meningkatkan stress. untuk

pemeriksaan diagnostic. 3) Jelaskan yang bahwa diambil darah 3) merupakan untuk kekwatiran yang tidak

diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas pasien / keluarga.

pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk ITP.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan (sesuai dengan literature). 5. EVALUASI Hal-hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus pada criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman.

LEMBAR KERJA
1. Klasifikasi Kata Sulit : 2. Kata Kunci Penyakit yg berhubungan dgn Perdarahan AIDS DIC Hemophilia Thalasemia ITP Bintik Merah + + + + Kata Kunci Keluar darah dr anus Tidak demam

+ +

+ +

3. Pertanyaan pertanyaan Penting 1. Apa yang menyebabkan terjadinya bintik-bintik merah pada lengan, tungkai, dan badan pada penderita? 2. Mengapa pada penderita terdapat darah yang keluar dari anusnya? 3. Mengapa tidak terjadi demam? 4. Mengapa pada penderita ITP sebelumnya mengalami batuk dan pilek?

4. Jawaban Pertanyaan 1. Petekie adalah bintik merah kecil di kulit yang merupakan akibat keluarnya sejumlah kecil darah. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya, regangkan kulit, jika bintik merah pada kulit tersebut hilang maka bukan petekie. Petekie merupakan tanda perdarahan yang sering ditemukan.Petekie terjadi akibat pecahnya pembuluh darah.

2. Perdarahan dari anus dengan warna merah segar dinamakan hematochezia. Penyebab dari hematochezia ini adalah berasal dari saluran cerna bagian bawah. Nama penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti amuba, tifus, disentri yang berat, kanker usus besar, radang usus besar menahun oleh sebab penyakit autoimun (inflammatory bowel disease). Pemeriksaan awal yang harus dilakukan adalah pemeriksaan tinja dan colok dubur. Pemeriksaan lanjutan yang perlu dilakukan adalah kolonoskopi. Perdarahan merah segar dari anus ini lebih sering pada usia lanjut dari pada usia yang lebih muda. Pengobatan yang dilakukan adalah perbaikan keadaan umum, karena pada penderita ini keadaan badan agak lemas karena kekurangan darah dalam waktu yang lama. Pengobatan definitif disesuaikan dengan penyebabnya. Pada beberapa kasus dapat terjadi perdarahan yang banyak sehingga diperlukan tindakan bedah untuk mencari sumber perdarahan dan

menghentikannya atau pada kasus yang tidak dapat dioperasi perlu tindakan radiologi intervensi untuk memberikan injeksi koagulasi pada fokus perdarahan. 3. Menurunnya jumlah trombosit pada penderita ITP, orang awam sering menyalah tafsirkan sebagai demam berdarah. Hal itu terjadi sebab penyakit popular yang ditandai penurunan trombosit ialah demam berdarah. Meski sama-sama ditandai gejala penurunan jumlah trombosit, tetapi keduanya sangat berbeda. Karena itu jangan sampai salah membedakan ITP dengan demam berdarah. Yang membedakan antara keduanya ialah proses terjadinya kerusakan trombosit. Kerusakan trombosit pada demam berdarah disebabkan adanya infeksi kuman dengue. Kuman ini ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aegypti betina. Sedangkan kerusakan trombosit pada ITP karena diserang oleh

zat antibody yang dibentuk oleh tubuh itu sendiri sehingga jumlah trombosit menjadi berkurang. Pembeda lainnya, pada ITP gejalanya berupa bercak-bercak

kemerahan atua ruam kebiruan di kulit. Sedangkan demam berdarah bila sudah parah berupa bintik-bintik merah terutama di badan. Sementara pada demam berdarah, penderita mengalami demam dan penurunan trombosit tapi berangsur normal dalam delapan hari. Jika trombosit rendah lebih dari delapan hari, harus dipikirkan kemungkinan yang lain. Salah satunya adalah ITP.

4. Infeksi bakteri/virus pada saluran napas atas menyebabkan batuk pilek. Bakteri/virus tersebut tidak dapat dihancurkan oleh imunitas seluler sehingga imunitas humoral diaktifkan. Akhirnya, dibentuk IgG. IgG tersebut memiliki reseptor pada membran trombosit. Trombosit yang dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkan oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja pada jaringannya sendiri). Antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan dan penghancuran trombosit oleh sistem makrofag yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam limpa dan hati. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah trombosit sehingga terjadi trombositopenia. Trombositopenia tersebut menimbulkan gejala-gejala perdarahan seperti gejala pada kasus.

You might also like