You are on page 1of 20

LAPORAN DATA BERAT BADAN ANAK SEKOLAH DASAR

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PANGAN GIZI YANG DIBIMBING OLEH

Ir. Ida Agustini Saidi, Mp.

DISUSUN OLEH:

1.DEWI TITA MUHAROMI 2.MOCH. ABIDIN 3.ALVIAN CINDY G

(091040200008) (091040200004) (091040200009)

PRODI PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

2010 / 2011 Kata Pengantar

Tiada kata yang paling indah dalam memuqaddimahi karya tulis " DATA BERAT BADAN ANAK SEKOLAH DASAR. " ini selain kata Syukur atas segala rahmat dan ma'unah yang diberikan Allah SWT kepada kami, sehingga dengan karunia-Nya karya tulis ini dapat kami selesaikan. Penulisan karya tulis ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah PANGAN GIZI, juga memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi para mahasiswa pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Dalam penulisan karya tulis ini mungkin masih terdapat kesalahan, oleh karenanya untuk lebih sempurnanya karya tulis ini kami bersedia menerima masukan demi perbaikan karya tulis ini dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Sidoarjo, 02 Desember 2010

Penyusun

I. PENDAHULUAN I.1 latar belakang

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja. Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, udah muncul masalah baru, yaitu berupa gizi lebih. Masalah gizi tidak hanya menyangkut orang dewasa melainkan anak-anak bahkan balita.

I.2 Tujuan
Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan berat badan pada anak-anak sekolah dasar, dan anakanak tersebut tergolong dalam gizi lebih atau gizi kurang. Untuk mengetahui perbandingan berat badan dari sekolah dasar satu dengan yang lain. Dengan metode BMI, antropometri dan Harvard.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1Masalah gizi
Suatu penyakit timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor, baik dari sumber penyakit (agens), pejamu (host) dan lingkungan (environment). Hal itu disebut juga dengan istilah penyebab majemuk (multiple causation of diseases) sebagai lawan dari peiiyebab tunggal (single causation). Beberapa contoh mengenai agens, pejamu dan lingkungan akan diuraikan di bawah ini. Sumber Penyakit (Agens) Faktor sumber penyakit dapat dibagi menjadi delapan unsur, yaitu unsur gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, faktor faali/fisiologis, genetik, psikis, tenaga dan kekuatan fisik, dan biologi/parasit. 1. Gizi Unsur gizi diakibatkan oleh defisiensi zat gizi dan beberapa toksin yang dihasilkan oleh beberapa bahan makanan, di samping akibat kelebihan zat gizi. Di bawah ini beberapa penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan dan kelebihan zat gizi tertentu. 2. Kimia dari Luar Penyakit dapat muncul karena zat kimia dari luar seperti obat-obatan, bahan kimia yang terdapal dalam makanan, penambahan zat aditif dalam makanan yang berlebihan. 3. Kimia dari Dalam Agens yang berasal dari kimia dari dalam yang dihubungkan dengan metabolisme dalam tubuh seperti sistem hormonal (hormon tiroksin), kelebihan lemak, dan sebagainya. 4. Faktor fisiologis Faktor fisiologis dalam kondisi tertentu, seperti pada saat kehamilan, eklampsia pada waktu melahirkan dengan tanda-tanda bengkak atau kejang.

Tabel 1. Penyakit yang Diakibatkan oleh Kekurang an/Kelebihan Zat Gizi No.Penyakit 1. Kurang Energi Protein (KEP) 2. Anemia gizi 3. Angular stomatitis 4. Keratomalasia 5. Rakhitis 6. Skorbut/sariawan 7. Gondok 8. Kanker hati Penyebab Kekurangan energi dan protein Kekurangan protein, vitamin C, Kekurangan riboflavin Kekurangan vitamin A Kekurangan vitamin D Kekurangan vitamin C Kekurangan yodium. Toksin yang ada dalam makanan seperti aflatoksin pada kacang- kacangan. dll. 9. Beri-beri 10 Penyakit jantung/hipertensi Kekurangan vitamin B1 Kelebihan lemak/kolesterol

5. Genetis Beberapa penyakit yang disebabkan karena faktor genetis seperti diabetes mellitus (kencing manis), kepala besar terdapat pada orang mongolid, buta warna, hemofill, dan albino. 6. Faktor Psikis Faktor psikis yang dapat menimbulkan penyakit adalah tekanan darah tinggi dan tukak lambung yang disebabkan oleh perasaan tegang (stres). 7. Tenaga dan Kekuatan Fisik Sinar matahari, sinar radioaktif, dan lain-lain merupakan faktor tenaga dan kekuatan fisik yang dapat menimbulkan penyakit.

8. Faktor Biologis dan Parasit Faktor biologis dan parasit (metazoa, bakteri, jamur) dapat menyebabkan penyak defisiensi gizi atau infeksi.

II.2PENILAIAN STATUS GIZI


Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut. Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi, Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Penggunaan Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes), Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. Metode Harvard Berdasarkan klasifikasi dari Universitas Harvard, keadaan gizi anak diklasifikasikan menjadi 4 tingkat, yakni : a. Gizi lebih (over weight) b. Gizi baik (well nourished) c. Gizi kurang (under weight) yang mencakup kekurangan kalori dan protein (KKP) tingkat I dan II. Untuk negara-negara sedang berkembang pada umumnya menggunakan klasifikasi dari Harvard (Standard Harvard) tersebut dengan berbagai modifikasi. Oleh karena standar Harvard tersebut dikembangkan untuk mengukur status gizi anak dari negara-negara barat maka prinsip utama dalam modifikasi adalah disesuaikan dengan kondisi anak-anak dari negara-negara Asia dan Afrika. Sehingga untuk negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, klasifikasi status gizi anak didasarkan pada 50 percentile dari 100% standar Harvard.

r = Tinggi Badan (cm) : Lingkar Pergelangan Tangan (cm)

Klasifikasi dari standar Harvard yang sudah dimodifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Gizi baik adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 89% standar Harvard. b. Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umur berada diantara 60,1-80 % standar Harvard. c. Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya 60% atau kurang dari standar Harvard.

Metode BMI (body mass index) Indeks Massa Tubuh atau yang sering disebut Body Mass Index, merupakan penentuan berat badan sehat yang sekarang banyak digunakan. IMT berlaku untuk orang dewasa (di atas umur 18 tahun). IMT sesuai diterapkan bagi orang-orang yang ingin mengetahui berat badannya ditinjau dari segi kesehatan. Rumus yang digunakan adalah: IMT = Berat Badan (kg) : Tinggi Badan kuadrat (m) Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa berat badan ideal ada pada selang 20 hingga 25. Untuk wanita, angka ideal berkisar antara 19 hingga 24, dan pria ada pada 20 hingga 25. Secara garis besar, seseorang yang memiliki IMT antara 25 hingga 30 dikatakan memiliki kelebihan berat badan, dan seseorang yang memiliki IMT lebih besar dari 30 dikatakan memiliki kegemukan. Standar Brocca Brocca membuat definisi berat badan ideal dengan rumus: (Tinggi Badan - 100) - 10% (Tinggi Badan - 100) Cara pengukuran metode brocca ini sudah terkenal di kalangan orang awam karena paling mudah dimengerti dan digunakan. Sehingga banyak yang mengartikan bahwa jika berat badan berada sedikit saja di atas ketentuan Brocca maka seseorang sudah merasa gemuk. Perhitungan Brocca sebenarnya lebih sesuai diterapkan untuk remaja dan usia dewasa muda. Jika diterapkan pada orang-orang yang lebih tua sering kurang sesuai, karena selain tinggi dan berat badan ada banyak faktor lainnya yang harus diperhatikan. Faktor yang tidak diperhitungkan dalam standar Brocca antara lain kerangka tubuh yang berbeda pada setiap orang; komposisi otot, lemak, dan air yang berbeda-beda. Dalam kenyataannya, perbedaan ini tampak jelas dari perbedaan jenis kelamin. Contoh: wanita cenderung memiliki komposisi lemak lebih tinggi dari pria. Sebaliknya, pria memiliki komposisi otot yang lebih banyak.

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA TIDAK LANGSUNG

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut: Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi Penggunaan Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberpa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. Faktor Ekologi Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Penggunaan Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Schrimshaw, 1964). Secara ringkas, penilani status gizi

II.3 Faktor terkait dengan masalah gizi

1. Pada krisis moneter seperti saat ini, masalah gizi, khususnya gizi kurang mohcul karena masalah pokok yaitu kemiskinan, kurang pendidikan dan kurang ketrampil-an dari masyarakat. Akar permasalahannya adalah krisis moneter yang berkepan-jangan. 2. Munculnya permasalahan gizi dapat dilihat dari ketidakseimbangan antara pejamu, agens dan lingkungan. Unsur pejamu meliputi: faktor genetis, umur, jenis kelamin, kelompok etnik, keadaan fisiologis, keadaan imunologis dan kebiasaan seseorang. Unsur sumber penyakit meliputi: faktor gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, faali/fisiologi, genetis, psikis, tenaga/kekuatan fisik dan biologis/ parasit. Unsur lingkungan meliputi tiga faktor yaitu lingkungan fisik, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. 3. Secara umum, konsep timbulnya penyakit dapat dibagi dalam tiga model yaitu model segi tiga epidemiologi, model jaring-jaring sebab akibat dan model roda. Model segi tiga epidemiologi yaitu kualitas antara pejamu, sumber penyakit, dan lingkungan. Menurut model ini, perubahan salah satu faktor akan merubah ke-seimbangan antara ketiga unsur tersebut. Menurut model jaring-jaring sebab akibat, suatu penyakit tidak tergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri, melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses "sebab akibat". Menurut model roda, suatu penyakit disebabkan oleh hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. 4. Proses riwayat alamiah terjadinya penyakit yang diterapkan pada masalah gizi (gizi kurang) melalui berbagai tahap yaitu diawali dengan terjadinya mteraksi antara pejamu, sumber penyakit dan lingkungan. Ketidakseimbangan antara ketiga faktor ini, misalnya terjadinya ketidakcukupan zat gizi dalam tubuh maka, sim-panan zat gizi akan berkurang dan lama kelamaan simpanan menjadi habis. Apa-biia keadaan ini dibiarkan maka akan terjadi perubahan faali dan metabolis, dan akhirnya memasuki ambang klinis. Proses itu berlanjut sehingga menyebabkan orang sakit. Tingkat kesakitannya dimulai dari sakit ringan sampai sakit tingkat berat. Dari kondisi ini akhirnya ada empat kemungkinan yaitu mati, sakit kronis, cacat dan sembuh apabila ditanggulangi secara intensif. 5. Patogenesis penyakit gizi kurang melalui 5 tahapan yaitu: pertama, ketidakcukupan zat gizi. Apabila ketidakcukupan zat gizi ini berlangsung lama maka per-sediaanJcadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, apabila ini berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anato-mi yang dapat dilihat dari raunculnya tanda yang klasik

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Metode BMI(body mass indeks) DATA BERAT BADAN ANAK(SDN TEBEL ) NO 1 2 3 4 5 NAMA FELIK FIKRAM ADITYA FIRMAN AGUNG PRANATA WISNU WIDODIK KURNIATI KOMARIAH TASYA RODHATUL UMUR 9TH 9TH 9TH 9TH 9TH BERAT BADAN 57 32 52 48 30 TINGGI BADAN 138 132 133 138 130 BMI Overweight Normal Overweight Overweight Underweight

KETERANGAN:
1. BMI= Kg(B.B) / TINGGI (CM)2 = 57/(1,38)2 = 57/1,9044 = 29,93 2. BMI= Kg (B.B) / TINGGI (CM)2 = 37/(1,32)2 = 37/1,7424 = 21,23 3. BMI= Kg (B.B) / TINGGI (CM)2 = 52/(1,33)2 = 52/1,7689 = 29,39 4. BMI=Kg(B.B) / TINGGI (CM)2 = 48/(1,38)2 = 48/1,9044 = 25,20 5. BMI= Kg(B.B)/ TINGGI (CM)2 = 30/(1,30) = 30/1,69 = 17,75

DATA BERAT BADAN ANAK (SD CENDEKIA) NO 1 2 3 4 5 NAMA CAREL PERDANA YUSUF SATRYA ARYPRATAMA MUHAMMAD SYAHRIL AMIL ANITA CAROLINA VINCENT OCTAVIANUS.P UMUR 9 TH 9 TH 10 TH 9 TH 10 TH BERAT BADAN 46 45 23 40 45 TINGGI BADAN 136 160 128 137 165 BMI Normal Underweight Underweight Normal Underweight

Keterangan :
1. BMI = Kg(B.B)/TINGGI (CM)2 = 46/(1,36)2 = 46/1,8496 = 24,87 2. BMI = Kg(B.B)/TINGGI (CM)2 = 45/(1,6)2 = 45/2,56 = 17,57 3. BMI = Kg(B.B)/TINGGI (CM)2 = 23/(1,28)2 = 23/1,6384 = 14,04 4. BMI = Kg(B.B)/TINGGI (CM)2 = 40/(1,37)2 = 40/ 1,876 = 21,32 5. BMI = Kg(B.B)/ TINGGI (CM)2 = 45/(1,65)2 =45/2,722 = 16,53

DATA BERAT BADAN ANAK (MI SUNAN AMPEL) NO 1 2 3 4 5 NAMA AHMAD ARYA Z M.CHANIF IQLIMA MITA ULYA NUR ANNISA F BUDI SANTOSO UMUR 8 TH 8 TH 8 TH 8 TH 8 TH BERAT BADAN 31 25 20 26 20 TINGGI BADAN 126 126 118 120 117 BMI Normal Underweight Underweight Normal Underweight

Keterangan :
1. BMI = Kg(B.B)/TINGGI (CM)2 =31/(1,25)2 = 31/1,5625 = 19,84 2. BMI = Kg(B.B)/TINGGI (CM)2 =25/(1,26)2 = 25/1,5876 = 15,74 3. BMI = Kg(B.B)/TINGGI (CM)2 = 20/(1,18)2 = 20/1,3924 = 14,36 4. BMI = Kg(B.B)/TINGGI (CM)2 = 26/(1,2)2 = 26/1,44 = 18,05 5. BMI = Kg(B.B)/TINGGI (CM)2 = 20/(1,18)2 = 20/1,3924 = 14,36

3.2 Tabel penentu BMI

CLASSIFICATION Underweight Normal range OVERWEIGHT Obese Class I Class II Class III

BMI(Kg/M2) <18,5 18,5-24,9 25,0-29,9 >30 30.0-34,9 35,0-39,9 >40,0

RISK OF COMORBIDITIES Low(but risk other clinical problems increased) Average Mildly increacesd

Moderate Severe Very severe

III.1

Metode Antropometri

DATA BERAT BADAN SDN TEBEL

NO 1 2 3 4

NAMA FELIK FIKRAM ADITYA FIRMAN AGUNG PRANATA WISNU WIDODIK KURNIATI KOMARIAH

UMUR 9TH 9TH 9TH 9TH

BERAT BADAN 57 32 52 48

TINGGI BADAN 138 132 133 138

LLA 2O,0 13,50 18,99 16,05

TASYA RODHATUL

9TH

30

130

12,02

DATA BERAT BADAN SD CENDEKIA

NO 1 2 3 4 5

NAMA CAREL PERDANA YUSUF SATRYA ARYPRATAMA MUHAMMAD SYAHRIL AMIL ANITA CAROLINA VINCENT OCTAVIANUS.P

UMUR 9 TH 9 TH 10 TH 9 TH 10 TH

BERAT BADAN 46 45 23 40 45

TINGGI BADAN 136 160 128 137 165

LLA 19,0 18,85 10,50 17,40 18,05

DATA BERAT BADAN ANAK (MI SUNAN AMPEL) NO 1 2 3 4 5 NAMA AHMAD ARYA Z M.CHANIF IQLIMA MITA ULYA NUR ANNISA F BUDI SANTOSO UMUR 8 TH 8 TH 8 TH 8 TH 8 TH BERAT BADAN 31 25 20 26 20 TINGGI BADAN 126 126 118 120 117 LLA 13,40 11,25 10,05 11,0 10,10

KETERANGAN :
-

GIZI SEHAT / NORMAL (100%) GIZI KURANG (85%) GIZI BURUK (70%)

= Lingkar lengan atas 18-20 cm. = Lingkar lengan atas 14-17 cm. = lingkar lengan atas 12-13 cm.

GIZI SANGAT BURUK (60%)

= lingkar lengan atas 10-11 cm.

III.2 Metode Harvard

Umur Berat (Kg) Tinggi (Cm) DATA BERAT BADAN ANAK(SDN TEBEL ) NO 1 2 3 4 5 NAMA FELIK FIKRAM ADITYA FIRMAN AGUNG PRANATA WISNU WIDODIK KURNIATI KOMARIAH TASYA RODHATUL UMUR 9TH 9TH 9TH 9TH 9TH BERAT BADAN 57 32 52 48 30 TINGGI BADAN 138 132 133 138 130 HARVARD 6,9 9,8 7,0 8,5 11,7

KETERANGAN :
1. Tinggi badan : LLA = 138:20,0 = 6,9 2. Tinggi badan : LLA = 132:13,5 = 9,77 3. Tinggi badan : LLA = 133:18,99=7,0 4. Tinggi badan : LLA = 138:16,05= 8,5

5. Tinggi badan : LLA =130:12,05 =11,7

DATA BERAT BADAN SD CENDEKIA NO NAMA UMUR BERAT BADAN TINGGI BADAN HARVARD

1 2 3 4 5

CAREL PERDANA YUSUF SATRYA ARYPRATAMA MUHAMMAD SYAHRIL AMIL ANITA CAROLINA VINCENT OCTAVIANUS.P

9 TH 9 TH 10 TH 9 TH 10 TH

46 45 23 40 45

136 160 128 137 165

KETERANGAN : 1. Tinggi badan : LLA = 136: 19,0 = 7,16 2. Tinggi badan : LLA = 160: 18,85= 8,48
3. Tinggi badan : LLA = 128:10,50=12,19 4. Tinggi badan : LLA = 137: 17,40= 7,87

5. Tinggi badan : LLA = 165: 18,05=9,14

DATA BERAT BADAN ANAK (MI SUNAN AMPEL) NO 1 2 3 4 5 NAMA AHMAD ARYA Z M.CHANIF IQLIMA MITA ULYA NUR ANNISA F BUDI SANTOSO UMUR 8 TH 8 TH 8 TH 8 TH 8 TH BERAT BADAN 31 25 20 26 20 TINGGI BADAN 126 126 118 120 117 HARVARD

KETERANGAN :
1. Tinggi badan : LLA = 126:13,40 = 9,40 2. Tinggi badan : LLA = 126: 11,25 = 11,2 3. Tinggi badan : LLA = 118:10,05=11,74 4. Tinggi badan : LLA = 120: 11,0= 10,90

5. Tinggi badan : LLA = 117: 10,10=11,58

III.3 Pembahasan

METODE BMI

Body Massa Indeks (BMI) adalah rasio berat Anda ke kotak yang tinggi (berat/tinggi2). Angka ini proporsional dengan bentuk tubuh Anda. Biasanya, jumlah yang kecil untuk orang kurus dan besar untuk orang yang gemuk. Orang dengan BMI 25 atau lebih dianggap kegemukan, kecuali mereka memiliki tubuh yang sangat berotot. Indeks massa tubuh yang tidak mempertimbangkan lemak, dan yang sehat, orang yang berotot dengan persentase lemak tubuh yang rendah dapat diklasifikasikan gemuk menggunakan rumus BMI. Ini adalah kekurangan dari rumus BMI. Berat badan kurang IMT kurang dari 18,5 Normal Gemuk Gemuk Banget IMT 18,5 ke 24,9 IMT 25 ke 29,9 IMT 30 atau lebih besar

Dari hasil survey Anak-anak pada SDN TEBEL , memiliki gizi yang lebih dengan menggunakan metode BMI, rata-rata anak tersebut masuk dalam klasifikasi OVERWEIGHT dan NORMAL. Jadi pada anak-anak SDN TEBEL tidak mengalami kekurangan gizi, hanya mengalami masalah gizi lebih atau overweight. Dianjurkan pada anak tersebut tidak mengkonsumsi makanan yang berlebih. Dari hasil survey anak-anak SD CENDEKIA. Memiliki gizi yang cukup baik, rata-rata anak tersebut masuk dalam klasifikasi NORMAL dan UNDERWEIGHT. Jadi pada anakanak tersebut mengalami gizi yang cukup dan ada jugayang kurang. Dianjurkan pada anak tersebut mengkonsumsi lebih banyak nutrisi dalam pola makan setiap hari. Dari hasil survey anak-anak MI SUNNAN AMPEL . Memiliki gizi yang kurang , ratarata anak tersebut masuk dalam klasifikasi UNDERWEIGHT. Jadi pada anak-anak tersebut mengalami gizi yang kurang dan ada juga yang normal,tetapi yang lebih menonjol adalah masalah gizi kurang. Dianjurkan pada anak tersebut menambah pola konsumsi makanan tiap harinya, atau dengan mengkonsumsi nutrisi dan multivitamin.

METODE ANTROPOMETRI . Cara pengukuran antrophometri ialah dengan menimbang berat badan dalam kg, tinggi badan dalam cm, lingkar lengan atas dalam cm dan umur dalam tahun .Ditinjau dari tahun.Dengan data-data ini dapat ditentukan gradasi PCM ditinjau dari beberapa aspek yaitu : berat badan menurut tinggi (Standard International Harvard), berat dan tinggi menurut umur(Harvard standard Stuart Stevenson 1959), lingkar lengan atas menurut umur. Hasilnya dapat dicari dengan menggunakan suatu table.

Dari survey di SDN TEBEL dengan metode ANTROPOMETRI, diperoleh jumlah rata-rata anak dengan gizi NORMAL.Dengan melihat lingkar lengan atas memiliki ukuran yang normal. Jadi taraf gizi pada anak tersebut sudah cukup baik dan tidak ada masalah kekurangan gizi atau indicator kekurusan. Dari survey di SD CENDEKIA dengan metode ANTROPOMETRI diperoleh jumlah rata-rata anak mengalami gizi NORMAL. Karena rata-rata pada anak tersebut memiliki lingkar lengan yang normal, sehingga taraf gizi pada anak tersebut tergolong baik dan tidak mengalami masalah kekurangan gizi atau adanya indicator kekurusan. Dari survey di MI SUNAN AMPEL dengan metode ANTROPOMETRI diperoleh jumlah rata-rata anak mengalami gizi BURUK. Karena rata-rata pada anak tersebut memiliki lingkar lengan yang kecil atau kurang normal. Sehingga taraf gizi pada anak tersebut tergolong buruk karena mengalami masalah kekurangan gizi atau mengalami kekurusan.jadi pada anak-anak MI SUNAN AMPEL perlu asupan gizi yang lebih banyak lagi serta meningkatkan pola makan yang sehat.

METODE HARVARD Dari survey di beberapa SD,dengan metode Harvard ini belum diketahui anak-anak tersebut mengalami gizi buruk atau gizi lebih. Diperlukan beberapa referensi untuk membuktikan kebenaran dari standard baku Harvard. Dalam metode ini telah diketahui rumus untuk menentukan apakah anak tersebut termasuk dalam gizi baik maupun buruk,yaitu tinggi badan : LLA, tetapi hasil ini tidak sesuai dengan kondisi fisik masing-masing anak. Dan kita tidak dapat memastikan apakah anak tersebut memiliki masalah gizi lebih maupun gizi buruk.

IV. PENUTUP IV.1 Kesimpulan

Metode BMI digunakan untuk mengukur berat badan anak yang mempunyai masalah gizi yang berlebih. Metode ini lebih efektif digunakan pada anak usia 8-12 tahun, sehingga memudahkan dalam menentukan apakah anak tersebut masuk dalam klasifikasi gizi lebih atau normal. Sedangkan metode antropometri digunakan untuk mengukur masalah kekurangan gizi dan gizi buruk. Sehingga memudahkan kita untuk menentukan apakah anak tersebut mengalami kekurangan gizi atau gizi buruk. Sebenarnya metode Harvard adalah sebagai acuan dari metode antropometri dan BMI. Hasil survey dari beberapa sekolah dasar menggunakan ketiga metode tersebut. Dari ketiga SD tersebut dapat dibuktikan bahwa anakanak SD TEBEL memiliki masalah gizi lebih, anak-anak SD CENDEKIA tidak memiliki masalah gizi (normal), sedangkan anak-anak MI SUNAN AMPEL memiliki masalah gizi buruk atau gizi kurang.

4.2 Saran dalam penelitian atau survey yang dilakukan terhadap beberapa SD di Sidoarjo disarankan untuk memberikan pengarahan terlebih dahulu, serta mengakomodasi peralatan yang diperlukan sehingga memudahkan dalam kegiatan yang dilakukan dan akan mendapatkan hasil yang lebih sempurna.

Daftar pustaka

(http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=57864&highlight=tipss

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. Diakses tanggal05 desember 2010 di 11.38 Label: Gizi Masyarakat
1. Harvard School of Public Health - Nutrition Source. Sumber Gizi. Memberikan informasi

tentang gizi dan gizi


2. Dietary Reference Intakes for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol,

3.

4.
5.

6.

Protein, and Amino Acids (Macronutrients) (2002). komprehensif penilaian kebutuhan gizi dari Badan Makanan dan Gizi dan Institute of Medicine.. Michael R. Eades, M.D., and Mary Dan Eades, M.D., "Protein Power", Bantam Books, 1996. Describes a low carbohydrate diet that has had great clinical success in reducing obesity and normalizing insulin levels. The book explains the biochemistry and metabolic pathways that are the basis for the diet. Barry Sears, Bill Lawren, "The Zone: A Dietary Road Map to Lose Weight Permanently", ReganBook, 1995. Advocates a diet with 30% protein, 30% fat, and 40% carbohydrates. S.D. Hsieh, H. Yoshinaga, T. Muto, Int. J. Obes. Relat. Metab. Disord., 2003 May;27(5):610-6. Waist-to-height ratio, a simple and practical index for assessing central fat distribution and metabolic risk in Japanese men and women. J. Hodgdon, and M. Beckett, "Prediction of percent body fat for U.S. Navy men and women from body circumferences and height". Reports No. 84-29 and 84-11. Naval Health Research Center, San Diego, Cal. 1984.

You might also like