You are on page 1of 74

PANDUAN GURU MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran


Di Sekolah Menengah Pertama

2010

Kementerian Pendidikan Nasional


i

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

JUDUL ........................................................................................... ................ KATA PENGANTAR ................................................................................. ... DAFTAR ISI ................................................................................................. .. BAGIAN I. PANDUAN UMUM ................................................................ A. Latar Belakang ............... ............ B. Pengertian Pendidikan Karakter Terintegrasi di dalam Pembelajaran ............................................................. ....... C. Strategi Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran ............................................................. ........ 1. Perencanaan Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran ............................................................. ... 2. Pelaksanaan Pembelajaran ........................................... D. Nilai-nilai Karakter untuk SMP.......................................... E. Pemetaan Nilai-nilai Karakter untuk Integrasi dalam Mata Pelajaran .................................................................... F. Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter ................ 1. Konstruktivisme (Constructivism) ................................. 2. Bertanya (Questioning) ................................................... 3. Inkuiri (Inquiry) ............................................................. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) .................... 5. Pemodelan (Modeling) ................................................... 6. Refleksi (Reflection) ........................................................ 7. Penilaian Otentik (Authentic

i ii iii

1 1 2 2 2 6 7 10 11 12 12 13 13 14 15 15 16 16 16

iii

Assessment) ....................... G. Penggunaan BSE untuk Pendidikan Karakter ................... 1. Potensi Penggunaan BSE dalam Pendidikan Karakter 2. Strategi Umum Penggunaan BSE untuk Pendidikan Karakter ..................................................................... .... BAGIAN II. PANDUAN KHUSUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Nilai-nilai Karakter untuk Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ....................................................................... B. Kegiatan Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .................. 1. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) .................................................................... .... 2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) .......... 3. Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning) ....................... 4. Pembelajaran Model PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) ........................... 5. Pemodelan ........................................................ ............. 6. Pembelajaran Afektif ..................................................... C. Penggunaan BSE Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Pendidikan Karakter ..................................... 1. Gambaran Umum BSE Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ................................................................. 2. Strategi Penggunaan BSE Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Pendidikan Karakter .................... a. Adaptasi lengkap sebelum pembelajaran dilaksanakan ............................................................ b. Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran 18 18 24 24 24 25 25 26 26 28 28 32 32 51 64

iv

dilaksanakan ........................................................... c. Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran dilaksanakan ........................................................... DAFTAR BACAAN ...................................................................................... LAMPIRANLAMPIRAN ............................................................................. 65 67

BAGIAN I PANDUAN UMUM A. Latar Belakang Pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu program utama Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka meningkatkan mutu proses dan output pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah pengembangan pendidikan karakter. Sebenarnya pendidikan karakter bukan hal yang baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Pada saat ini, setidak-tidaknya sudah ada dua mata pelajaran yang diberikan untuk membina akhlak dan budi pekerti peserta didik, yaitu Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Namun demikian, pembinaan watak melalui kedua mata pelajaran tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan karena beberapa hal. Pertama, kedua mata pelajaran tersebut cenderung baru membekali pengetahuan mengenai nilai-nilai melalui materi/substansi mata pelajaran. Kedua, kegiatan pembelajaran pada kedua mata pelajaran tersebut pada umumnya belum secara memadai mendorong terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing-masing peserta didik sehingga ia berperilaku dengan karakter yang baik. Ketiga, menggantungkan pembentukan watak peserta didik melalui kedua mata pelajaran itu saja tidak cukup. Pengembangan karakter peserta didik perlu melibatkan lebih banyak lagi mata pelajaran, bahkan semua mata pelajaran. Selain itu, kegiatan pembinaan kesiswaan dan pengelolaan sekolah dari hari ke hari perlu juga dirancang dan dilaksanakan untuk mendukung pendidikan karakter. Merespons sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pekerti, terutama melalui dua mata pelajaran Pendidikan Agama dan PKn, telah diupayakan inovasi pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah: 1. Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilainilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi 1

2. 3.

dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran. Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan kesiswaan. Selain itu, pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah.

Pelaksanaan pendidikan karakter secara terpadu di dalam semua mata pelajaran (sebagaimana dimaksud oleh butir 1 di atas) merupakan hal yang baru bagi sebagain besar SMP di Indonesia. Oleh karena itu, dalam rangka membina pelaksanaan pendidikan karakter secara terpadu di dalam seluruh mata pelajaran, perlu disusun panduan pelaksanaan pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam pembelajaran di SMP, terutama ketika guru menggunakan Buku Sekolah Elektronik (BSE). B. Pengertian Pendidikan Karakter Terintegrasi di dalam Pembelajaran Yang dimaksud dengan pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai serta menjadikannya perilaku. C. Strategi Integrasi Pendidikan Karakter dalam

Pembelajaran Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. 1. Perencanaan Pembelajaran Pada tahap perencanaan dilakukan analisis SK/KD, pengembangan silabus, penyusunan RPP, dan penyiapan bahan ajar. Integrasi Pendidikan Karakter dalam

Analisis SK/KD dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang secara substansi dapat diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan. Perlu dicatat bahwa identifikasi nilai-nilai karakter ini tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai-nilai yang dapat dikembangkan pada pembelajaran SK/KD yang bersangkutan. Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi silabus yang telah dikembangkan dengan menambah komponen (kolom) karakter tepat di sebelah kanan komponen (kolom) Kompetensi Dasar. Pada kolom tersebut diisi nilai(-nilai) karakter yang hendak diintegrasikan dalam pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas pada nilai-nilai yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD, tetapi dapat ditambah dengan nilai-nilai lainnya yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran (bukan lewat substansi pembelajaran). Setelah itu, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan/atau teknik penilaian, diadaptasi atau dirumuskan ulang menyesuaikan karakter yang hendak dikembangkan. Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam rangka pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada. Pertama, rumusan tujuan pembelajaran direvisi/diadaptasi. Revisi/adaptasi tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ada direvisi hingga satu atau lebih tujuan pembelajaran tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga karakter, dan (2) ditambah tujuan pembelajaran yang khusus dirumuskan untuk karakter. Kedua, pendekatan/metode pembelajaran diubah (bila diperlukan) agar pendekatan/metode yang dipilih selain memfasilitasi peserta didik mencapai pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan, juga mengembangkan karakter. Ketiga, langkah-langkah pembelajaran direvisi. Kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam setiap langkah/tahap pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup), direvisi dan/atau ditambah agar sebagian atau seluruh kegiatan pembelajaran pada setiap tahapan memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan dan mengembangkan karakter. Prinsip-prinsip pendekatan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran aktif yang selama ini digalakkan aplikasinya oleh Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (PSMP) sangat efektif mengembangkan karakter peserta didik. Keempat, bagian penilaian direvisi. Revisi dilakukan dengan cara mengubah dan/atau menambah teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik penilaian dipilih sehingga secara

keseluruhan teknik-teknik tersebut mengukur pencapaian peserta didik dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik penilaian yang dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan karakter adalah observasi, penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri. Nilai dinyatakan secara kualitatif, misalnya: a. BT: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator). b. MT: Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten). c. MB: Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten). d. MK: Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten). Kelima, bahan ajar disiapkan. Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Melalui program Buku Sekolah Elektronik atau buku murah, dewasa ini pemerintah telah membeli hak cipta sejumlah buku ajar dari hampir semua mata pelajaran yang telah memenuhi kelayakan pemakaian berdasarkan penilaian BSNP dari para penulis/penerbit. Guru wajib menggunakan buku-buku tersebut dalam proses pembelajaran. Walaupun buku-buku tersebut telah memenuhi sejumlah kriteria kelayakan - yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika bahan-bahan ajar tersebut masih belum secara memadai mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya. Apabila guru sekedar mengikuti atau melaksanakan pembelajaran dengan berpatokan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan karakter secara memadai belum berjalan. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang telah dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar perlu diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara lainnya adalah dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan belajar pada buku ajar yang dipakai. Selain itu, adaptasi dapat dilakukan dengan merevisi substansi pembelajarannya.

Sebuah kegiatan belajar (task), baik secara eksplisit atau implisit terbentuk atas enam komponen. Komponen-komponen yang dimaksud adalah: a. Tujuan b. Input c. Aktivitas d. Pengaturan (Setting) e. Peran guru f. Peran peserta didik Dengan demikian, perubahan/adaptasi kegiatan belajar yang dimaksud menyangkut perubahan pada komponen-komponen tersebut. Secara umum, kegiatan belajar yang potensial dapat mengembangkan karakter peserta didik memenuhi prinsip-prinsip atau kriteria berikut. a. Tujuan Dalam hal tujuan, kegiatan belajar yang menanamkan nilai adalah apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi pada pengetahuan, tetapi juga sikap. Oleh karenanya, guru perlu menambah orientasi tujuan setiap atau sejumlah kegiatan belajar dengan pencapaian sikap atau nilai tertentu, misalnya kejujuran, rasa percaya diri, kerja keras, saling menghargai, dan sebagainya. b. Input Input dapat didefinisikan sebagai bahan/rujukan sebagai titik tolak dilaksanakannya aktivitas belajar oleh peserta didik. Input tersebut dapat berupa teks lisan maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, charta, benda sesungguhnya, film, dan sebagainya. Input yang dapat memperkenalkan nilai-nilai adalah yang tidak hanya menyajikan materi/pengetahuan, tetapi yang juga menguraikan nilai-nilai yang terkait dengan materi/pengetahuan tersebut. c. Aktivitas Aktivitas belajar adalah apa yang dilakukan oleh peserta didik (bersama dan/atau tanpa guru) dengan input belajar untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar yang dapat membantu peserta didik menginternalisasi nilai-nilai adalah aktivitas-aktivitas belajar aktif yang antara lain mendorong terjadinya autonomous learning dan bersifat learner-centered. Pembelajaran yang memfasilitasi autonomous learning dan berpusat pada siswa secara otomatis akan membantu siswa memperoleh banyak nilai. Contoh-contoh aktivitas belajar yang memiliki sifat-sifat demikian antara lain diskusi, 5

eksperimen, pengamatan/observasi, debat, presentasi oleh siswa, dan mengerjakan proyek. d. Pengaturan (Setting) Pengaturan (setting) pembelajaran berkaitan dengan kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok. Masingmasing setting berimplikasi terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian tugas yang pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan peserta didik terbiasa kerja dengan cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu kerja kelompok dapat menjadikan siswa memperoleh kemampuan bekerjasama, saling menghargai, dan lain-lain.

e. Peran guru Peran guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan eksplisit peran guru pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu melakukan inferensi terhadap peran guru pada kebanyakan kegiatan pembelajaran apabila buku guru tidak tersedia. Peran guru yang memfasilitasi diinternalisasinya nilai-nilai oleh siswa antara lain guru sebagai fasilitator, motivator, partisipan, dan pemberi umpan balik. Mengutip ajaran Ki Hajar Dewantara, guru yang dengan efektif dan efisien mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang ing ngarsa sung tuladha (di depan guru berperan sebagai teladan/memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah-tengah peserta didik guru membangun prakarsa dan bekerja sama dengan mereka), tut wuri handayani (di belakang guru memberi daya semangat dan dorongan bagi peserta didik). f. Peran peserta didik Seperti halnya dengan peran guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar, peran peserta didik biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit juga. Pernyataan eksplisit peran peserta didik pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu melakukan inferensi terhadap peran peserta didik pada kebanyakan kegiatan pembelajaran. Agar peserta didik terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan menginternalisasi karakter, peserta didik harus diberi peran aktif dalam pembelajaran. Peran-peran tersebut antara lain sebagai partisipan diskusi, pelaku eksperimen,

penyaji hasil-hasil diskusi dan eksperimen, pelaksana proyek, dsb. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Sebagaimana disebutkan di depan, prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning disarankan diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran karena prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sekaligus dapat memfasilitasi terinternalisasinya nilai-nilai. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik. Diagram 1.1. berikut menggambarkan penanaman karakter melalui pelaksanaan pembelajaran.

INTERVENSI Contextual Teaching and Learning

Pendahul uan

Inti: Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi

Penutup

HABITUASI Diagram 1.1. Penanaman Karakter melalui Pelaksanaan Pembelajaran D. Nilai-nilai Karakter untuk SMP

Ada banyak nilai (sekitar 80 butir) yang dapat dikembangkan pada peserta didik. Menanamkan semua butir nilai tersebut merupakan tugas yang sangat berat. Oleh karena itu, perlu dipilih nilai-nilai tertentu sebagai nilai utama yang penanamannya diprioritaskan. Untuk tingkat SMP, nilai-nilai utama tersebut disarikan dari butir-butir SKL, yaitu: 1. Kereligiusan Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

2. Kejujuran Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain. 3. Kecerdasan Kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan cepat. 4. Ketangguhan Sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam mencapai tujuan. 5. Kedemokratisan Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 6. Kepedulian Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya. 7. Kemandirian Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. 9. Keberanian mengambil risiko Kesiapan menerima risiko/akibat yang mungkin timbul dari tindakan nyata. 10. Berorientasi pada tindakan Kemampuan untuk mewujudkan nyata. gagasan menjadi tindakan

11. Berjiwa kepemimpinan Kemampuan mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asas-asas kepemimpinan berbasis budaya bangsa.

12. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. 13. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME. 14. Gaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

15. Kedisiplinan Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 16. Percaya diri Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. 17. Keingintahuan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 18. Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. 19. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain. 20. Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. 21. Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. 22. Kesantunan Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. 23. Nasionalisme Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. 24. Menghargai keberagaman Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama. Di antara butir-butir nilai tersebut di atas, enam butir dipilih sebagai nilai-nilai pokok sebagai pangkal tolak pengembangan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kereligiusan Kejujuran Kecerdasan Ketangguhan Kedemokratisan Kepedulian

Keenam butir nilai tersebut ditanamkan melalui semua mata pelajaran dengan intensitas penanaman lebih dibandingkan penanaman nilai-nilai lainnya. E. Pemetaan Nilai-nilai Karakter untuk Integrasi dalam Mata Pelajaran Apabila semua nilai tersebut di atas harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada setiap mata pelajaran, penanaman nilai menjadi sangat berat. Oleh karena itu, perlu dipilih sejumlah nilai utama sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya pada setiap mata pelajaran. Dengan kata lain, tidak setiap mata pelajaran diberi integrasi semua butir nilai tetapi beberapa nilai utama saja walaupun tidak berarti bahwa nilai-nilai yang lain tersebut tidak diperkenankan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tersebut. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Tabel 1.1

10

menyajikan contoh distribusi nilai-nilai pokok dan utama ke dalam semua mata pelajaran. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Nilai Utama Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, kesantunan, kedisiplinan, tanggung jawab, cinta ilmu, keingintahuan, percaya diri, menghargai keberagaman, kepatuhan terhadap aturan sosial, gaya hidup sehat, kesadaran akan hak dan kewajiban, dan kerja keras. Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, nasionalisme, kepatuhan terhadap aturan sosial, menghargai keberagaman, serta kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain. Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, tanggung jawab, keingintahuan, kesantunan, dan nasionalisme. Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, berpikir logis, kritis, kerja keras, keingintahuan, kemandirian, dan percaya diri. Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, nasionalisme, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, kepedulian, berjiwa kepemimpinan, kerja keras, keberanian mengambil risiko, dan berorientasi pada tindakan. Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, keingintahuan, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, kejujuran, gaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, kedisiplinan, kemandirian, tanggung jawab, dan cinta ilmu. Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, menghargai keberagaman, kesantunan, percaya diri, kemandirian, bekerjasama, dan kepatuhan terhadap aturan sosial. Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, menghargai keberagaman, nasionalisme, dan

2. PKn

3. Bahasa Indonesia 4. Matematika

5. IPS

6. IPA

7. Bahasa Inggris

8. Seni Budaya

11

9. Penjasorkes

10.TIK/ Keterampila n 11.Muatan Lokal

menghargai karya orang lain, keingintahuan, dan kedisiplinan. Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, gaya hidup sehat, kerja keras, kedisiplinan, percaya diri, kemandirian, serta menghargai karya dan prestasi orang lain. Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, kemandirian, tanggung jawab, dan menghargai karya orang lain. Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, menghargai keberagaman, menghargai karya orang lain, dan nasionalisme.

Tabel 1.1. Contoh Distribusi Nilai-Nilai Utama ke dalam Mata Pelajaran F. Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter Sebagaimana disebutkan di depan, integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Di antara prinsip-prinsip yang dapat diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran (merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus, RPP, dan bahan ajar), melaksanakan proses pembelajaran, dan evaluasi yang mengembangkan karakter adalah prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang selama ini telah diperkenalkan kepada guru, termasuk guru-guru SMP seluruh Indonesia sejak 2002. Pada dasarnya pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual menerapkan sejumlah prinsip belajar. Prinsip-prinsip tersebut secara singkat dijelaskan berikut ini. 1. Konstruktivisme (Constructivism) Konstrukstivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman mereka terhadap sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman baru dan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka. 12

Pemahaman konsep yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar otentik dan bermakna; guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mendorong aktivitas berpikirnya. Pembelajaran dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya. Tugas guru dalam pembelajaran konstruktivisme memfasilitasi proses pembelajaran dengan: adalah

a. menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, b. memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, c. menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Penerapan teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, mandiri, cinta ilmu, rasa ingin tahu, menghargai orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri. 2. Bertanya (Questioning) Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik daripada sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang fenomena, belajar bagaimana menyusun pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti, interpretasi, dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: a. menggali informasi, baik teknis maupun akademis, b. mengecek pemahaman siswa, c. membangkitkan respon siswa, d. mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, e. mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, f. memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, g. menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Pembelajaran yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun siswa mencapai tujuan belajar dapat mengembangkan

13

berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, dan percaya diri. 3.Inkuiri (Inquiry) Inkuiri adalah proses pembelajaran yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut didapat melalui siklus menyusun hipotesis, mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat pengamatan, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar pada data dan pengetahuan. Langkah-langkah kegiatan inkuiri: a. b. c. d. merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apa pun) mengamati atau melakukan observasi menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain, mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau yang lain.

Pembelajaran yang menerapkan prinsip inkuiri dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis, logis, kreatif, dan inovatif, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, jujur, dan tanggung jawab. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk berbicara dan berbagi ide, mendengarkan ide siswa lain dengan cermat, dan bekerjasama untuk membangun pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik daripada belajar secara individual. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Semua pihak saling mendengarkan. Praktik masyarakat belajar terwujud dalam: a. pembentukan kelompok kecil, b. pembentukan kelompok besar,

14

c. mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, petani, polisi, dan lainnya), d. bekerja dengan kelas sederajat, e. bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, f. bekerja dengan masyarakat. Penerapan prinsip masyarakat belajar di dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain kerjasama, menghargai pendapat orang lain, santun, demokratis, patuh pada aturan sosial, dan tanggung jawab. 5. Pemodelan (Modeling) Istilah lain pemodelan adalah keteladanan, yang dalam bahasa agama (Islam) adalah uswah hasanah (teladan yang baik). Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan siswa untuk berpikir dengan mengeluarkan suara keras dan mendemonstrasikan apa yang akan dikerjakan siswa. Pada saat pembelajaran, sering guru memodelkan bagaimana agar siswa belajar. Guru menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan satusatunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Contoh praktik pemodelan di kelas: a. Guru Pendidikan Agama Islam memberi contoh bagaimana shalat yang benar, membaca al-Quran yang benar, bertutur kata dan berperilaku yang benar, dan lain sebagainya, b. Guru olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa, c. Guru PKn mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh tersebut, d. Guru Geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang peta daerahnya, e. Guru Biologi mendemonstrasikan penggunaan termometer suhu badan. Pemodelan dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, menghargai orang lain, dan rasa percaya diri. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi dilakukan agar siswa memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan lakukan selama proses pembelajaran untuk membantu mereka menemukan makna personal masing-masing. Refleksi biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran antara lain 15

melalui diskusi, tanya-jawab, penyampaian kesan dan pesan, menulis jurnal, saling memberi komentar karya, dan catatan pada buku harian. Refleksi dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan kritis, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, dan menghargai pendapat orang lain. 7. Penilaian Otentik (Authentic Assessment) Penilaian autentik sesungguhnya adalah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif. Berbagai metode tersebut memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tugastugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Berbagai simulasi tersebut semestinya dapat mengekspresikan prestasi (performance) yang ditemui di dalam praktik dunia nyata seperti tempat kerja. Penilaian autentik seharusnya dapat menjelaskan bagaimana siswa menyelesaikan masalah dan dimungkinkan memiliki lebih dari satu solusi yang benar. Strategi penilaian yang cocok dengan kriteria yang dimaksudkan adalah suatu kombinasi dari beberapa teknik penilaian. Penilaian autentik dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter antara lain kejujuran, tanggung jawab, menghargai karya dan prestasi orang lain, kedisiplinan, dan cinta ilmu. G. Penggunaan BSE untuk Pendidikan Karakter 1. Potensi Penggunaan BSE dalam Pendidikan Karakter Buku-buku pelajaran SMP yang telah masuk dalam daftar BSE (Buku Sekolah Elektronik) memenuhi kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika. Dalam hal isi, setiap BSE memuat semua SK/KD sebagaimana ditetapkan melalui Permen Diknas 22/2006 dengan cakupan dan kedalaman pembahasan yang memadai. Selanjutnya isi/materi disajikan dan/atau dibelajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Banyak di antara kegiatan-kegiatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pelaku pembelajaran yang aktif. Bahasa untuk menyajikan materi merupakan bahasa Indonesia yang baku, sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SMP, dan gagasan/pesan disajikan secara koheren. Dari sisi grafika, BSE memenuhi berbagai ketentuan kegrafikaan. Selain itu, BSE pada

16

umumnya tidak bias gender, mengembangkan keberagaman/kebhinnekaan, serta jiwa kewirausahaan. Memerhatikan ciri-ciri tersebut di atas, BSE memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan mengembangkan karakter peserta didik secara terpadu dalam pembelajaran. Hanya dengan melakukan sejumlah revisi, buku-buku tersebut dapat digunakan untuk melaksanakan pendidikan karakter secara terintegrasi dalam pembelajaran. 2. Strategi Karakter Di depan disebutkan bahwa BSE memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan dalam pengembangan karakter peserta didik secara terpadu dalam pembelajaran. Dengan melakukan adaptasi seperlunya, buku-buku pelajaran yang telah masuk daftar BSE akan dengan efektif memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan, mengembangkan keterampilan/ kecakapan, dan membangun karakter. Berikut empat jenis adaptasi yang dapat dilakukan. Adaptasi jenis a, b, c, dan d berturut-turut dari yang paling dianjurkan ke yang kurang dianjurkan. a. Adaptasi lengkap sebelum pembelajaran dilaksanakan Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam tiga aspek sekaligus, yaitu isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasi dari bahan ajar. Revisi (misalnya penambahan isi, reformulasi dan/atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi) dilakukan secara tertulis pada bahan ajar yang direvisi. Setelah revisi selesai bahan ajar tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa. b. Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran Umum Penggunaan BSE untuk Pendidikan

dilaksanakan Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam satu atau dua dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi dari bahan ajar. Revisi (misalnya penambahan isi, atau reformulasi dan/atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi) dilakukan secara tertulis pada bahan ajar yang direvisi. Setelah revisi selesai bahan ajar tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa.

17

c. Adaptasi

sebagian/parsial

sebelum

pembelajaran

dilaksanakan Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam satu atau dua dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi dari bahan ajar. Guru membuat sejumlah adaptasi (misalnya penambahan isi, perubahan atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan atau perubahan teknik penilaian) secara tertulis tetapi pada lembar terpisah, tidak menyatu dengan bahan ajar. Catatan-catatan pada lembar-lembar terpisah tersebut digunakan oleh guru selama proses pembelajaran.

18

BAGIAN II PANDUAN KHUSUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Nilai-nilai Karakter untuk Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam Sebelum menguraikan nilai-nilai karakter yang terkandung dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), akan diungkap secara singkat karakteristik umum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai gambaran sejauhmana nilai-nilai utama (karakter) yang terkandung dalam mata pelajaran ini. Adapun karakteristik mata pelajaran PAI di SMP adalah sebagai berikut: 1. PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaranajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam, sehingga PAI merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan moral (karakter) peserta didik. Oleh karena itu, semua mata pelajaran yang memiliki tujuan tersebut harus seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran PAI. Diberikannya mata pelajaran PAI, khususnya di SMP, bertujuan untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt., berbudi pekerti yang luhur (berkarakter/berakhlak mulia), dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya. Pada saat bersamaan, mata pelajaran PAI dapat dijadikan bekal untuk mempelajari berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran lain, sehingga akan semakin memperkuat pembentukan karakter dan keilmuannya. PAI adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik dapat menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih menekankan bagaimana peserta didik mampu menguasai kajian keislaman tersebut sekaligus dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, PAI tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah pada aspek afektif (sikap) dan psikomotornya (perilaku). Hasil dari PAI adalah sikap perilaku (karakter) peserta didik sehari-hari yang sejalan dengan ajaran Islam.

2.

3.

4.

19

5.

Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada ketentuanketentuan yang ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Quran dan Sunnah/hadis Nabi Muhammad saw. (dalil naqli). Dengan melalui metode Ijtihad (dalil aqli) para ulama mengembangkan prinsip-prinsip PAI tersebut dengan lebih rinci dan mendetail dalam bentuk fiqih dan hasil-hasil ijtihad lainnya. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti Ilmu Kalam (Theologi Islam, Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan pengembangan dari aqidah; Ilmu Fiqih yang merupakan pengembangan dari syariah; dan Ilmu Akhlak (Etika Islam, Moralitas Islam) yang merupakan pengembangan dari akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata pelajaran di SMP. Jika hal ini diimplementasikan di sekolah (SMP), yakni dengan mendasari peserta didik aqidah (fondasi) yang kokoh lalu mendorong untuk melaksanakan semua ketentuan Allah dan Rasul-Nya (syariah) secara utuh, maka akan terbentuk peserta didik yang memiliki akhlak (karakter) mulia yang utuh baik dalam hubungan vertikal (hablun minallah) maupun horisontal (hablun minannas), serta memiliki ilmu pengetahuan dan kreativitas yang memadai. Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI di SMP adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia (manusia berkarakter). Tujuan ini yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad saw. di dunia. Dengan demikian, pendidikan akhlak (pendidikan karakter) adalah jiwa Pendidikan Agama Islam (PAI). Mencapai akhlak yang karimah (karakter mulia) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam. Peserta didik membutuhkan kekuatan dalam hal jasmani, akal, dan ilmu, tetapi ia juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, perasaan, kemauan, cita rasa, dan kepribadian. Sejalan dengan konsep ini maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah mengandung muatan pendidikan akhlak (pendidikan karakter) dan setiap guru haruslah memerhatikan akhlak atau karakter peserta didiknya.

6.

7.

Pada bagian pertama buku (panduan) ini sudah diuraikan nilainilai karakter (24 nilai) yang akan dikembangkan agar bisa dimiliki dan dipraktikkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari melalui semua mata pelajaran di Sekolah Menengah Pertama. Secara khusus masing-masing mata pelajaran memiliki nilai-nilai karakter utama dan karakter pokok. Untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam nilainilai karakter utama meliputi 17 nilai, yaitu: kereligiusan, kejujuran, 20

kecerdasan, ketangguhan, tanggung jawab, kepedulian, kedemokratisan, kesantunan, kedisiplinan, cinta ilmu, keingintahuan, percaya diri, menghargai keberagaman, kepatuhan terhadap aturan sosial, gaya hidup sehat, kesadaran akan hak dan kewajiban, dan kerja keras. Jadi, semua nilai yang 17 ini termasuk nilai-nilai karakter utama yang harus terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari. Dari 17 nilai itu ada 6 nilai karakter pokok yang menjadi pangkal tolak pengembangan karakter di SMP, yaitu kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kedemokratisan, dan kepedulian. Adapun indikator-indikator yang bisa dilihat dari nilai-nilai karakter utama di atas di antaranya adalah: No. Nilai Karakter Indikator 1) menjalankan perintah-perintah Allah (agama) baik dalam beribadah maupun bermuamalah, dengan didasari iman (aqidah) yang benar, 2) menjauhi larangan-larangan Allah (agama) baik yang termasuk dalam dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil, 3) bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau hukumhukum agama, 4) tidak melakukan perbuatan-perbuatan sehari-hari yang melanggar hukum-hukum agama. 1) selalu mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, 2) selalu mengatakan sesuai dengan apa yang dilakukan, 3) selalu mengerjakan tugas-tugas guru seperti pekerjaan rumah dan lain-lain sesuai dengan ketentuan yang ada. 4) tidak berbohong kepada siapa pun, 5) tidak mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya, 6) tidak menyontek dalam mengerjakan ujian atau ulangan sekolah, 1) mampu mengerjakan suatu pekerjaan dengan cermat, tepat, dan cepat. 2) mampu menjawab soal-soal ujian (ulangan) dengan cepat, tepat, dan benar, 21

1. Kereligiusan

2. Kejujuran

3. Kecerdasan

3) mampu menjawab pertanyaan dengan tepat, 4) mampu mengambil keputusan yang tepat. 4. Ketangguhan 1) tidak pernah putus asa dalam menghadapi berbagai persoalan di sekolah dan keluarga, 2) sanggup menerima kegagalan dan berusaha untuk memperbaikinya, 3) tidak putus asa ketika tidak naik kelas atau tidak lulus ujian, 4) kuat dan tabah menghadapi berbagai cobaan dan tantangan, 5) berusaha keras untuk bisa melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. 1) menjunjung tinggi kebersamaan, baik di sekolah maupun di tengah keluarga, 2) mengambil keputusan secara bersamasama baik di sekolah, di tengah keluarga, maupun dengan teman-teman di masyarakat, 3) menghormati keputusan bersama meskipun tidak sesuai dengan yang diinginkan, 4) tidak memaksakan pendapat kepada orang lain, 5) berdiskusi dengan baik dan tidak emosional. 1) tanggap akan lingkungan sekitar, 2) mematikan lampu, listrik, kipas/AC, kran air, atau alat-alat lain yang tidak digunakan, 3) membersihkan ruang kelas dan papan tulis yang kotor, 4) merapikan meja kursi yang berserakan, 5) menjaga lingkungan sekolah tetap bersih, 6) membantu orang lain yang butuh pertolongan, 7) mengingatkan orang lain yang dalam keadaan berbahaya. 1) menaati dan melaksanakan hukum-hukum dan aturan-aturan yang berlaku, 2) menaati dan melaksanakan kesepakatan

5. Kedemokratisa n

6. Kepedulian

7. Tanggung jawab

22

dalam keluarga, 3) berani mengambil risiko atas perbuatan yang dilakukan, 4) patuh dan melaksanakan semua kewajiban sekolah dan di luar sekolah, 5) tidak mengalihkan tugas dan kewajiban kepada orang lain. 8. Kesadaran akan hak dan kewajiban 1) menjunjung tinggi keadilan, 2) menjalankan kewajiban tanpa mengganggu hak orang lain, 3) mendahulukan pelaksanaan kewajiban sebelum menuntut hak, 4) menghormati hak-hak orang lain, 5) tidak mengganggu orang lain dalam melaksanakan kewajiban. 1) bertutur kata dengan lemah lembut, 2) mengucapkan salam ketika bertemu orang lain, 3) berjalan dengan penuh kesopanan dan tidak menyombongkan diri, 4) memilih kata-kata atau bahasa yang tepat ketika berbicara, terutama dengan orang yang dihormati seperti orang tua dan guru, 5) memohon izin ketika akan keluar dari ruangan kelas ketika pembelajaran berlangsung, 1) selalu belajar dengan giat, 2) mengerjakan tugas dan kewajiban di sekolah secara maksimal, 3) tidak pernah menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan di sekolah dan keluarga, 4) tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan, 5) selalu membantu orang tua di rumah. 1) datang dan pulang sekolah tepat waktu, 2) memakai seragam sesuai ketentuan sekolah, 3) melaksanakan shalat/ibadah tepat waktu, 4) mengatur waktu untuk belajar dan untuk yang lainnya,

9. Kesantunan

10. Kerja keras

11. Kedisiplinan

23

5) makan dan tidur tepat waktu. 12. Menghargai keberagaman 1) mengakui adanya perbedaan dalam berbagai hal di sekolah, 2) menjalankan aktivitas keagamaan di sekolah tanpa menyinggung dan mengganggu orang lain, 3) menghormati orang lain yang berbeda dalam berkeyakinan dan beragama, 4) menghormati orang lain yang berbeda dalam menjalankan tradisi dan budaya, 5) tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. 1) suka membaca buku, termasuk al-Quran dan hadis, 2) memiliki buku-buku ilmu pengetahuan yang dibutuhkan, 3) tidak membuang buku-buku yang bermanfaat, 4) suka berdiskusi tentang ilmu pengetahuan, 5) suka melakukan perjalanan (bepergian) dalam mencari ilmu. 1) tidak pernah merasa puas dalam mencari ilmu, 2) suka bertanya kepada orang lain, 3) suka membaca koran dan sumber berita lainnya, 4) suka mendengarkan berita lewat radio, televisi, maupun media yang lain, 5) suka membaca al-Quran, hadis, dan kitabkitab sebagai sumber ilmu pengetahuan. 1) merasa senang dengan keberadaannya. 2) bangga menjai siswa di sekolahnya 3) tidak merasa minder di hadapan siswa atau orang lain. 4) selalu belajar untuk meningkatkan kualitas diri, 5) tidak ragu dalam mengambil keputusan, 6) suka bergaul dengan orang lain. 1) mengikuti kerja bakti di lingkungannya, 2) mengikuti berbagai kegiatan di sekolah

13. Cinta ilmu

14. Keingintahua n

15. Percaya diri

16. Kepatuhan terhadap

24

aturan sosial

dan di luar sekolah, 3) tidak melakukan sesuatu yang melanggar kepentingan umum, 4) ikut serta dalam menjaga ketenangan dan keamanan lingkungan, 5) suka bekerja sama dengan masyarakat sekitar. 1) mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik 2) makan dan minum secukupnya, 3) bekerja dan beristirahat secukupnya, 4) tidak berangan-angan yang berlebihan, 5) menjaga anggota badan, pakaian, dan lingkungan selalu bersih, 6) menjauhi merokok, 7) menjauhi miras dan narkoba, 8) tidak bertato.

17. Gaya hidup sehat

B. Kegiatan Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk merealisasikan nilai-nilai karakter dalam diri siswa di SMP dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah, bisa ditempuh melalui berbagai bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien hendaknya diupayakan dalam merealisasikan nilai-nilai karakter tersebut. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa contoh kegiatan pembelajaran yang cukup efektif dan efisien di kelas. 1. Pembelajaran Learning) Pembelajaran model ini dilakukan dengan menghubungkan tema atau materi yang dikaji dengan konteks kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan peserta didik. SK/KD yang dikaji hendaknya dikaitkan dengan permasalahan yang aktual yang benar-benar terjadi dan dialami peserta didik. Dengan cara ini, peserta didik akan langsung mengalami apa yang dipelajari sehingga peserta didik memiliki motivasi besar untuk memahaminya dan pada akhirnya terdorong untuk mempraktikkannya. Sebagai contoh ketika mengajarkan aqidah dengan tema iman kepada kitab-kitab Allah, peserta didik diajak langsung melihat bukti adanya kitabkitab Allah tersebut, misalnya al-Quran yang merupakan salah satu kitab Allah dan menjadi kitab suci umat Islam. Peserta didik kemudian diajak untuk melihat al-Quran lalu diajak berdiskusi Kontekstual (Contextual Teaching and

25

tentang al-Quran dan peserta didik dimotivasi agar bisa membaca, memahami, dan mengamalkan isi kandungan al-Quran sedikit demi sedikit. Contoh lain misalnya ketika mengajarkan fikih tentang thaharah (bersuci) peserta didik diajak langsung praktik tentang bagaimana membersihkan kotoran (najis) dan juga praktik wudlu dan mandi untuk menghilangkan hadas. Selanjutnya anak diajak untuk selalu berpola hidup sehat dan bersih dengan menjelaskan manfaat dan hikmah kebersihan dan kesehatan serta menyebutkan contohcontoh akibat baik dari berpola sehat dan bersih dan akibat buruk mengabaikan pola sehat dan bersih. Dengan model pembelajaran ini cukup mudah bagi guru memotivasi peserta didik untuk bersikap dan berperilaku yang menunjukkan nilai-nilai karakter sesuai dengan tema atau materi yang dikaji. 2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan kerjasama di antara peserta didik di kelas. Banyak model pembelajaran yang bisa dilakukan dalam rangka pembelajaran kooperatif, misalnya model diskusi kelompok, diskusi kelas, Team Game Tournament (TGT), model Jigsaw, Learning Together (belajar bersama), dan lain sebagainya. Sebagai contoh, untuk mempelajari sejarah Nabi Muhammad saw. peserta didik melakukan diskusi kelompok dengan tema-tema diskusi yang sudah ditentukan, sehingga dalam waktu yang singkat bisa diperoleh informasi yang lebih komprehensif tentang sejarah Nabi Muhammad saw. Melalui model ini guru bisa mengamati bagaimana peserta didik berdiskusi sambil memberikan penilaian proses terutama dalam penerapan nilai-nilai karakter, misalnya kecerdasan, keingintahuan, kesantunan, kedemokratisan, dan lain sebagainya. Peserta didik juga diminta untuk meneladani karakterkarakter mulia yang ada pada diri Nabi Muhammad saw. seperti kejujuran, kecerdasan, kesabaran, kesantunan, kepedulian, dan ketangguhan. 3. Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning) Pembelajaran inkuiri adalah satu model pembelajaran yang dikemas sedemikian rupa agar peserta didik mampu menemukan pengetahuan atau konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran tertentu secara mandiri melalui berbagai fenomena yang dipelajari. Melalui model ini peserta didik dikondisikan agar memiliki nilai-nilai kerja keras, meningkat rasa keingintahuan dan kecerdasannya, serta kecintaannya terhadap ilmu. Tidak semua SK/KD dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bisa dicapai dengan model pembelajaran ini. Di antara contoh kompetensi yang bisa dicapai melalui model ini adalah kompetensi yang 26

terkait dengan aqidah, muamalah, dan sejarah peradaban Islam. Cukup banyak materi atau kompetensi dalam tiga bidang itu yang bisa dikaji melalui model pembelajaran ini. 4. Pembelajaran Model PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) Prinsip-prinsip yang menonjol dalam pembelajaran model PAKEM di antaranya adalah peserta didik harus aktif dalam pembelajaran ini dan pembelajaran harus menyenangkan peserta didik. Pembelajaran harus dikemas agar peserta didik benar-benar aktif dan kreatif, misalnya dengan menkondisikan peserta didik aktif belajar dan melakukan sesuatu. Guru tidak lagi ceramah yang membuat peserta didik hanya pasif mendengarkan ceramahnya. Ceramah diperlukan bila perlu. Untuk membuat peserta didik senang dalam belajar maka guru harus memfasilitasi peserta didik dengan berbagai media atau alat yang mendukung pembelajaran, misalnya dengan media komputer (laptop), LCD, atau media lain yang memungkinkan peserta didik untuk senang dalam belajar. Yang juga harus diperhatikan bahwa pembelajaran harus tetap efektif, yakni mencapai tujuan yang direncanakan. Sebagai contoh, ketika membelajarkan al-Quran, peserta didik dikondisikan untuk belajar langsung melafalkan ayat-ayat al-Quran dibantu dengan media yang mendukung. Guru terus memantau peserta didik dalam proses pembelajaran agar efektif. 5. Pemodelan Dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) terutama untuk pembinaan karakter para siswa, pemodelan (pemberian uswah hasanah/teladan yang baik) merupakan metode yang cukuf efektif. Yang menjadi model utama dalam hal ini adalah guru agama dan semua guru yang ada di sekolah. Guru agama harus menjadi model dalam berkarakter di hadapan para siswa dalam berbagai hal, terutama karakter-karakter yang ditargetkan, seperti kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, dan kedemokratisan. Dalam aktivitas sehari-hari di kelas dan sekolah khususnya dan di luar sekolah umumnya, guru harus menjadi model berkarakter di hadapan para siswa. Karena itu, guru PAI harus menunjukkan kejujuran di hadapan para siswa, memiliki kecerdasan yang tinggi terutama terhadap kompetensi-kompetensi PAI, memiliki ketangguhan untuk mendidik dan berdakwah, memiliki kepedulian dan tangguh jawab yang tinggi, harus demokratis dalam proses pembelajaran di kelas, dan menunjukkan karakter-karakter mulia lainnya di hadapan para siswa. Guru juga bisa menunjukkan beberapa model dari tokohtokoh berkarakter yang berhasil dalam hidupnya, baik yang masih

27

hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Misalnya untuk memotivasi siswa agar jujur, guru memodelkan Nabi Muhammad saw., agar siswa cerdas, guru memodelkan Prof. Dr. Ing. Habibie, dan lain sebagainya. 6. Pembelajaran Afektif Pembelajaran afektif adalah model pembelajaran yang menekankan tumbuhnya sikap pada diri peserta didik dari proses pembelajaran yang diikuti. Dalam pembelajaran model ini peserta didik antara lain diminta untuk berinteraksi dengan sumbersumber belajar agar mencapai hasil belajar yang baik. Guru selalu memberi motivasi kepada peserta didik agar menyadari apa yang dipelajari dan mensikapinya dengan benar. Dalam beberapa kasus, pembelajaran sikap merupakan tujuan atau sasaran utama dari suatu pembelajaran. Kampanye anti-narkoba dan pelatihanpelatihan yang berkaitan dengan penanganannya misalnya, adalah contoh dari model pembelajaran ini. Sebagai contoh dalam pembelajaran PAI, peserta didik diajak untuk memerhatikan betapa Allah swt. sudah memberikan kenikmatan yang begitu banyak kepadanya, seperti kelengkapan dan kesempurnaan bentuk fisiknya, sehingga tumbuh kesadaran untuk bersyukur (berterima kasih) kepada-Nya. Bagaimanapun juga, pembelajaran sikap adalah salah satu komponen atau fokus utama dari suatu pembelajaran, terutama dalam rangka pendidikan karakter.

Model pembelajaran sebagai berikut: a. Model konsiderasi

afektif

yang

banyak

digunakan

adalah

Melalui penggunaan model konsiderasi (consideration model) peserta didik didorong untuk lebih peduli, lebih memerhatikan orang lain, sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama, dan hidup secara harmonis dengan orang lain. Langkah-langkah pembelajaran konsiderasi: (1) menghadapkan peserta didik pada situasi yang mengandung konsiderasi, (2) meminta peserta didik menganalisis situasi untuk menemukan isyarat-isyarat yang tersembunyi berkenaan dengan perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain, (3) peserta didik menuliskan responsnya masing-masing, (4) peserta didik menganalisis respons peserta didik lain, (5) mengajak peserta didik melihat konsekuesi dari tiap tindakannya, (6) meminta peserta didik untuk menentukan pilihannya sendiri. b. Model pembentukan rasional 28

Model pembentukan rasional (rational building model) bertujuan mengembangkan kematangan pemikiran tentang nilai-nilai. Langkah-langkah pembelajaran rasional: (1) menigidentifikasi situasi di mana ada ketidakserasian atau penyimpangan tindakan, (2) menghimpun informasi tambahan, (3) menganalisis situasi dengan berpegang pada norma, prinsip, atau ketentuan yang berlaku dalam masyarakat, (4) mencari alternatif tindakan dengan memikirkan akibat-akibatnya, (5) mengambil keputusan dengan berpegang pada prinsip atau ketentuan legal dalam masyarakat. c. Klarifikasi nilai Klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses menilai (valuing process) dan membantu peserta didik menguasai keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai. Penggunaan model ini bertujuan, agar para siswa menyadari nilai-nilai yang mereka miliki, memunculkan dan merefleksikannya, sehingga para peserta didik memiliki keterampilan proses menilai. Langkah-langkah pembelajaran klarifikasi nilai: (1) pemilihan: para peserta didik mengadakan pemilihan tindakan secara bebas, dari sejumlah alternatif tindakan mempertimbangkan kebaikan dan akibat-akibatnya, (2) menghargai pemilihan: peserta didik menghargai pilihannya serta memperkuat dan mempertegas pilihannya, (3) berbuat: peserta didik melakukan perbuatan yang berkaitan dengan pilihannya dan mengulanginya pada hal lainnya. d. Pengembangan moral kognitif Perkembangan moral manusia berlangsung melalui restrukturalisasi atau reorganisasi kognitif, yang berlangsung secara berangsur melalui tahap prakonvensi, konvensi, dan pascakonvensi. Model ini bertujuan membantu peserta didik mengembangkan kemampauan mempertimbangkan nilai moral secara kognitif. Langkah-langkah pembelajaran moral kognitif: (1) menghadapkan peserta didik pada suatu situasi yang mengandung dilema moral atau pertentangan nilai, (2) peserta didik diminta memilih salah satu tindakan yang mengandung nilai moral tertentu, (3) peserta didik diminta mendiskusikan/menganalisis kebaikan dan kejelekannya, (4) peserta didik didorong untuk mencari tindakan-tindakan yang lebih baik, (5) peserta didik menerapkan tindakan-tindakan tersebut. 29

e. Model nondirektif Para peserta didik memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri. Perkembangan pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif. Guru hendaknya menghargai potensi dan kemampuan peserta didik dan berperan sebagai fasilitator/konselor dalam pengembangan kepribadiannya. Penggunaan model ini bertujuan membantu peserta didik mengaktualisasikan dirinya. Langkah-langkah pembelajaran nondirektif adalah: (1) menciptakan sesuatu yang permisif melalui ekspresi bebas, (2) pengungkapan peserta didik mengemukakan perasaan, pemikiran, dan masalah-masalah yang dihadapinya, guru menerima dan memberikan klarifikasi, (3) pengembangan pemahaman (insight), peserta didik mendiskusikan masalah, guru memberikan dorongan, (4) perencanaan dan penentuan keputusan, peserta didik merencanakan dan menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi, (5) integrasi, peserta didik memperoleh pemahaman lebih luas dan mengembangkan kegiatan-kegiatan positif. C. Penggunaan BSE Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Pendidikan Karakter 1. Gambaran Umum BSE Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Perlu ditegaskan di sini bahwa Buku Sekolah Elektronik (BSE) merupakan buku yang dihasilkan melalui proses yang dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya, baik isi, penyajian, bahasa, maupun grafikanya. BSE diupayakan dalam rangka membantu para guru dan siswa untuk dengan mudah memperoleh buku-buku yang baik untuk dijadikan sebagai sumber atau bahan ajar dalam proses pembelajaran di kelas, terutama dalam pembinaan karakter siswa. BSE untuk mata pelajaran PAI hingga panduan ini dibuat masih dalam proses penyelesaian, sehingga dalam waktu dekat BSE untuk PAI segera bisa didapatkan, baik melalui internet maupun di toko-toko buku. Jika guru tidak menemukan BSE PAI maka guru bisa juga mengambil buku-buku ajar lain dengan ketentuan seperti BSE. Dari hasil content analysis terhadap BSE dan juga format penilaian buku dari Pusat Perbukuan dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bahwa buku yang baik bisa dilihat dalam empat hal seperti berikut: a. Isi

30

Apa yang harus diperhatikan dalam melihat isi BSE atau Buku Ajar PAI adalah sebagai berikut: 1) Kesesuaian uraian materi dengan SK dan KD, yang bisa dilihat dari segi: a) kelengkapan materinya, b) keluasan materinya, dan c) kedalaman materinya. 2) Ketepatan materi, yang bisa dilihat dari segi: a) sumber materi yang digunakan, b) pokok bahasan, c) subpokok bahasan, d) contoh-contohnya, e) gambar, foto, dan ilustrasi yang digunakan, f) konsep-konsep atau definisi yang digunakan, g) ayat-ayat al-Quran dan hadis yang digunakan, dan h) acuan, sumber, atau daftar pustaka yang digunakan. 3) Pendukung materi, yang bisa dilihat dari segi: a) tidak bias gender, b) tidak mengandung SARA, c) berwawasan kebangsaan, dan d) tidak bertentangan dengan HAM. 4) Terkait dengan pendidikan karakter, buku itu bisa dilihat dari segi: a) kesesuaian isi materi yang dikaji dengan nilai-nilai karakter yang dituju, b) apakah kegiatan atau metode pembelajaran yang ada mendukung pengembangan nilai-nilai karakter yang dituju, dan c) apakah gambaran umum isi materi yang dikaji di buku itu sudah layak untuk pengembangan nilai-nilai karakter yang dituju.

b. Metode pembelajaran Untuk menelaah BSE atau Buku Ajar PAI yang akan digunakan, terutama terkait dengan metode pembelajaran atau cara penyajian, perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1) Kelengkapan penyajian dalam buku yang meliputi: a) bagian awal mulai dari sampul, kata pengantar, dafatar isi, hingga pendahuluan, b) bagian inti mulai dari judul bab, uraian bab, ringkasan, gambar/ilustrasi, latihan atau uji kompetensi, dan

31

c) bagian akhir yang meliputi daftar pustaka, glosarium, indeks, dan lampiran. 2) Metode penyajian/pembelajaran dalam buku yang bisa dilihat dari segi: a) keruntutan penyajian dalam buku mulai ketertautan antarkalimat dalam alinea, antaralinea dalam subbab, antarsubbab dalam bab, dan antarbab dalam buku, b) koherensi antaralinea, antarsubbab, dan antarbab, c) konsistensi dalam penggunaan istilah atau konsep yang digunakan, d) berpusat pada peserta didik dan mendorong kemandirian belajar, e) mendorong keingintahuan peserta didik, dan f) mendorong dan memotivasi peserta didik untuk berkarakter sesuai dengan nilai-nilai karakter yang ada dalam materi yang dikaji. c. Bahasa Bahasa menjadi sangat penting dalam pendidikan karakter, mengingat salah satu indikator karakter seseorang bisa dilihat dari segi bahasa yang digunakan dalam bertutur kata. Dalam penulisan buku, bahasa juga sangat penting untuk diperhatikan. Buku yang baik adalah buku yang menggunakan bahasa yang baik pula. Bahasa yang baik dalam penulisan buku bisa dilihat dari segi: 1) kesesuaiannya dengan pengguna buku (peserta didik), 2) bahasa yang digunakan komunikatif dan interaktif, 3) bahasanya santun dan lugas, 4) kesesuaian dengan kaidah bahasa yang benar (Ejaan Yang Disempurnakan), 5) tingkat keterbacaannya, dan 6) yang khusus terkait dengan pendidikan karakter, bahasanya sopan (santun) dan tidak jorok. d. Grafika Untuk melihat buku yang baik dari segi grafika, terutama yang mendukung pendidikan karakter, bisa diperhatikan hal-hal berikut: 1) buku tidak memuat gambar-gambar yang terlarang secara mutlak, misalnya gambar Nabi Muhamma saw. atau gambar-gambar lain yang sejenis, 2) buku tidak memuat gambar-gambar yang mempertontonkan aurat manusia dan mengundang birahi (nafsu), 32

3) jika dimungkinkan buku yang tidak ada gambar manusianya, atau meminimalkan gambar manusia, 4) buku tidak memuat gambar-gambar yang berisi praktikpraktik kekerasan atau perbuatan terlarang lainnya, dan 5) buku memuat gambar-gambar atau ilustrasi yang berisi pesan-pesan untuk berkarakter mulia. e. Potensi BSE Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Pendidikan Karakter Karena hingga panduan ini dibuat, BSE mata pelajaran Pendidikan Agama Islam belum ada yang dicetak atau dimasukkan ke internet, maka belum bisa diberikan rekomendasi di sini terkait dengan BSE mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mana yang layak untuk digunakan sebagai bahan ajar yang bernuansa pendidikan karakter dalam pembelajaran PAI atau mana yang tidak layak. Namun demikian, para guru bisa memilih buku-buku yang sudah beredar di pasaran dengan berpedoman pada ketentuanketentuan di atas. Hal terpenting, dalam rangka pendidikan karakter, buku PAI yang akan digunakan harus buku yang mendorong para peserta didik untuk menjadi manusia yang berkarakter atau berakhlak mulia. Berdasarkan data-data mengenai draf buku PAI yang masuk dalam penilaian Pusat Perbukuan tahun 2010 yang sudah berlalu, maka sudah bisa dipastikan bahwa buku PAI yang sudah lolos seleksi dan masuk dalam kategori BSE pasti sudah memenuhi kriteria-kriteria yang meliputi isi, metode, bahasa, dan grafika seperti di atas. Namun yang perlu dicermati adalah BSE yang bisa digunakan untuk bahan ajar dalam proses pembelajaran PAI adalah yang dari segi isinya benar-benar bermuatan nilai-nilai karakter dan dari segi penyajian dengan berbagai perangkatnya benar-banar mendorong terbentuknya karakter mulia. Demikian juga, bahasa dan kegrafikaannya mendukung terwujudnya karakter mulia bagi peserta didik. 2. Strategi Penggunaan BSE Mata Pelajaran Agama Islam untuk Pendidikan Karakter Pendidikan

a. Adaptasi lengkap sebelum pembelajaran dilaksanakan Strategi ini ditempuh jika guru menemukan buku BSE atau buku lain yang memenuhi kriteria seperti yang digambarkan di atas. Guru tinggal mengadaptasi bahan (materi) dari buku dimaksud dan ditulis ulang dengan beberapa tambahan penjelasan yang diperlukan terutama ditekankan pada 33

penanaman nilai-nilai karakter bagi peserta didik. Sebagai contoh: bahan ajar yang diambil dari suatu buku yang menguraikan SK/KD tentang akhlak, yaitu SK 4 SMP Klas 7 semester 1: Membiasakan perilaku terpuji. Adapun KD-nya: 4.1. Menjelaskan pengertian tawadlu, taat, qanaah, dan sabar; 4.2. Menampilkan contoh-contoh perilaku tawadlu, taat, qanaah, dan sabar; dan 4.3. Membiasakan perilaku tawadlu, taat, qanaah, dan sabar. Bahan ajarnya: (satu contoh nilai karakter: tawadlu dan taat) A. Tawadlu
Perlu diperhatikan: Dalam kehidupan sehari-hari kalian tentu pernah mengamati tingkah laku orang lain dan mungkin juga menyadari tingkah laku kalian sendiri. Sebagian orang ada yang berpenampilan sederhana, rendah diri, dan tidak pernah sombong dan berlebihan dalam bertingkah laku. Sementara itu banyak juga orang yang dalam kehidupan sehari-hari selalu berpenampilan serba wah, bicaranya selalu tinggi sambil menyombongkan diri, dan tidak pernah merasa rendah di hadapan orang lain. Inilah di antara gambaran perilaku manusia yang sebagiannya ada yang merendahkan diri dan sebagian yang lain selalu sombong. Perilaku orang yang selalu merendahkan diri di hadapan orang lain dan juga di hadapan Allah disebut tawadlu. Sikap tawadlu merupakan kunci bagi seseorang untuk dapat dinilai baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah. Karena itu tawadlu merupakan salah satu sifat mulia yang sekaligus menjadi bagian dari akhlak mulia. Sebagai siswa tentunya kalian harus berusaha membiasakan sikap tawadlu ini dalam kehidupan kalian sehari-hari. Untuk mendalami masalah tawadlu ini kalian dapat mengikuti uraikan seperti di bawah.

1. Pengertian Tawadlu Dari segi bahasa kata tawadlu berasal dari bahasa Arab tawadlu. Kata ini berasal dari kata wadlaa yang berarti merendahkan, meletakkan, atau menjatuhkan. Para ahli mengartikan tawadlu sebagai sikap merendahkan diri atau rendah hati. Sikap tawadlu merupakan lawan dari sikap takabur (sombong). Orang yang bertawadlu menganggap dirinya tidak lebih dari orang lain. Sebaliknya, orang yang bertakabur memandang dirinya melebihi orang lain. Sikap tawadlu merupakan sikap mulia yang lahir dari kesadaran akan kemahakuasaan Allah swt. atas segala hamba-Nya. Manusia adalah hamba Allah yang tidak memiliki apa-apa di hadapan Allah swt. Orang yang bertawadlu adalah orang yang menyadari bahwa

34

apa yang dimiliki dan yang diraihnya merupakan anugerah dan rahmat dari Allah swt. Dalam al-Quran dinyatakan:

:)


(3

Artinya: Dan apa saja ni`mat yang ada pada kamu, maka dari Allahlah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (QS. an-Nahl (16): 53). Dengan kesadaran seperti dalam ayat di atas, maka manusia tidaklah pantas menunjukkan kesombongan di hadapan manusia lain, apalagi di hadapan Allah swt. Sebaliknya ia akan selalu menundukkan diri dan merasa rendah di hadapan orang lain, terutama di hadapan Allah swt. Sikap rendah diri atau rendah hati merupakan sikap positif yang akan mengantarkan seseorang mendapat penghormatan dari orang lain. Yang lebih utama lagi, orang yang bertawadlu akan mendapatkan rahmat dari Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim. Allah swt. berfirman:

(63 : )
Artinya: Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (QS. al-Furqan (25): 63). Agar kalian dapat menjadi orang yang bertawadlu, maka kalian harus selalu berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang menunjukkan sikap tawadlu. Sikap tawadlu dapat terlihat dalam perilaku-perilaku seseorang sehari-hari, misalnya: a. Tidak menonjolkan diri di hadapan orang yang sederajat, kecuali jika sikap tersebut akan merugikan agama atau umat Islam. b. Berdiri dari tempat duduknya dalam suatu majlis (tempat pertemuan) untuk menyambut kedatangan dan menghormati orang yang lebih mulia dan lebih berilmu, dan mengantarkannya ke pintu ke luar jika yang bersangkutan meninggalkan tempatnya. c. Bergaul dengan orang awam (orang kebanyakan) dengan merendahkan diri tanpa memandang dirinya lebih tinggi dari mereka. d. Mau mengunjungi orang lain meskipun dia lebih rendah derajatnya atau lebih rendah ilmunya.

35

e. Mau duduk-duduk bersama dengan orang-orang fakir miskin, orang-orang cacat fisik, dan bersedia mengabulkan undangan mereka. f. Tidak makan dan minum secara berlebihan serta tidak memakai pakaian yang menunjukkan kemegahan dan kesombongan. Tentu saja, masih banyak perilaku sehari-hari yang menunjukkan adanya sikap tawadu pada diri seseorang. Silahkan kalian berusaha untuk melakukan perilaku-perilaku yang menunjukkan sikap tawadlu ini sehingga kalian benar-benar menjadi orang yang bertawadlu baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah. Yang harus kalian lakukan adalah: Mulailah kalian bersikap tawadlu di hadapan orang tua kalian, guruguru kalian, di hadapan teman-teman kalian di sekolah, dan juga di hadapan masyarakat pada umumnya. Biasakah kalian berpakaian sederhana dan makan makanan yang biasa di makan teman-teman kalian, agar teman-teman kalian tidak iri dan cemburu dengan kalian, meskipun kalian mampu membeli makanan dan pakaian yang mahal-mahal. Di samping itu, jangan lupa kalian harus selalu bertawadlu di hadapan Allah, terutama ketika kalian sedang beribadah kepada-Nya, misalnya ketika shalat, ketika berpuasa, dan yang sejenisnya. 2. Membiasakan Perilaku Tawadlu Tawadlu merupakah salah satu bentuk akhlak mulia yang tercermin dalam perilaku Nabi Muhammad saw. Hikmah yang diperoleh orang yang bertawadlu adalah selalu mendapatkan rahmat atau kasih sayang dari Allah swt. (QS. al-Furqan (25): 63). Dalam kehidupan sehari-hari orang yang bertawadlu akan memperoleh penghormatan dari orang-orang di sekitarnya, karena dia dapat bergaul dengan siapa pun tanpa memerhatikan status sosial dan derajatnya. Dengan luasnya tali silaturrahim yang dibangun, ia akan mendapatkan banyak manfaat dari masyarakat yang lebih luas. Untuk memperoleh hikmah tersebut kalian harus berusaha membiasakan sikap tawadlu sejak dini. Kalian harus memulai sejak sekarang dan jangan ditunda-tunda. Mesti saja untuk melakukan tawadlu ini banyak tantangannya, baik dari dalam diri kalian maupun dari luar diri kalian. Apapun tantangannya, kalian harus tetap berusaha untuk melakukannya, jika kalian ingin memperoleh hikmah tersebut.

36

B. Taat Perlu diperhatikan: Menaati perintah bukanlah suatu yang gampang. Lebih mudah memerintah orang lain daripada menaati perintah orang lain. Para pemimpin kita sering memerintah orang lain dan harus ditaati perintahnya, sementara mereka sendiri lupa tidak menaati aturan yang ada. Menaati yang kata dasarnya taat bisa dibagi dalam berbagai tingkatan. Ada seseorang yang mampu menaati aturan atau perintah secara penuh, sehingga ia termasuk orang yang benar-benar taat. Ada juga seseorang yang mampu menaati aturan hanya sebagian saja, sementara sebagian yang lainnya tidak ditaati. Yang paling celaka adalah seseorang yang sama sekali tidak mampu menaati aturan atau perintah sedikit pun. Tentu saja menaati sesuatu tidak bisa sembarangan. Yang patut ditaati adalah aturan-aturan yang sesuai dengan perintah Allah swt. Terhadap aturan-aturan yang tidak sesuai dengan perintah Allah, tentu saja kita tidak boleh menaatinya. Taati juga masih dibagi-bagi lagi menurut siapa yang harus ditaati. Untuk lebih jelasnya tentang taat ini ikutilah uraian di bawah ini. 1. Pengertian Taat

Dari segi bahasa, kata taat berasal dari bahasa Arab thaah yang berakar pada kata thaa. Kata thaa berarti tunduk, patuh, atau taat. Dari arti bahasa seperti itu dapat dipahami bahwa orang yang taat adalah orang yang tunduk dan patuh kepada Allah swt. dan Rasulullah saw. atau kepada orang yang selalu dihormatinya, seperti orang tuanya, gurunya, para ulama, pemerintah, dan sebagainya. Taat merupakan salah satu dari perintah Allah terhadap orangorang yang beriman kepada yang pantas untuk ditaati. Terkait dengan masalah taat ini Allah swt. berfirman dalam al-Quran surat anNisa (4) ayat 59:

(59 : )
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar

37

beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an-Nisa (4): 59). Ayat di atas dengan tegas memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar selalu taat kepada Allah, Rasulullah, dan ulil amri. Ketaatan kepada Allah dan Rasulullah tidak dibatasi oleh apapun. Artinya semua perintah Allah dan Rasulullah harus ditaati dan semua larangan Allah dan Rasulullah harus dijauhi. Sementara itu ketaatan kepada ulil amri (para ulama dan pemerintah) dibatasi oleh ketentuan, selama tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rasulullah (al-Quran dan Sunnah). Untuk memahami masalah taat secara lebih rinci, selanjutnya akan diuraikan bentuk-bentuk ketaatan kepada Allah swt., ketaatan kepada Rasulullah saw., ketaatan kepada ulil amri (ulama dan pemerintah), dan juga ketaatan kepada orang tua, guru, atau orangorang yang pantas dihormati. 2. Taat kepada Allah swt. Di atas sudah disebutkan satu ayat al-Quran yang menegaskan perintah kepada orang-orang yang beriman agar taat kepada Allah swt. Taat kepada Allah swt. merupakan dasar dari semua ketaatan terhadap selain Allah swt. Artinya ketaatan kepada Allah swt. merupakan kunci dan patokan untuk menaati yang lain. Ketaatan kepada selain Allah swt. (yakni: makhluk Allah) tidak boleh menyalahi perintah Allah swt. atau bermaksiat kepada Allah swt. Terkait dengan hal ini Rasulullah saw. bersabda:

()

Artinya: Tidak ada ketaatan terhadap makhluk dalam rangka berbuat maksiat kepada Allah Azza wa Jalla. (HR. Ahmad). Lalu apa yang harus dilakukan oleh seorang Muslim dalam rangka taat kepada Allah swt.? Seorang Muslim harus selalu taat dan patuh kepada Allah swt. dalam keadaan bagaimanapun. Ia tidak boleh melampaui batas dan harus mengikuti semua perintah Allah swt. sekalipun hal itu tidak sesuai dengan keinginannya. Ketaatan kepada Allah Swt. harus diikuti oleh ketaatan kepada Rasulullah saw. Hal ini ditegaskan dalam al-Quran surat an-Nisa (4): 65:

(65 : )

38

Artinya: Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. an-Nisa (4): 65). Ayat di atas menegaskan kepatuhan mutlak kepada Allah swt. dan Rasulullah saw. Tanpa ketaatan kepada keduanya seseorang tidak dapat dikatakan beriman (mumin), demikian juga Muslim. Bentuk-bentuk ketaatan kepada Allah swt. yang dapat dilakukan oleh seorang Muslim dalam kehidupannya sehari-hari di antaranya adalah: a. Orang yang taat kepada Allah swt. dengan tulus juga harus selalu menerima semua kehendak dan ketentuan-Nya. Hal ini karena, menerima semua kehendak Allah merupakan salah satu dari rukun iman yang enam. Orang yang taat kepada Allah swt. juga harus selalu mencari rido-Nya. dalam setiap perilakunya. Ia tidak berusaha untuk mencari persetujuan selain dari-Nya, meskipun boleh jadi hal ini mengakibatkan orang lain membencinya. b. Orang yang taat kepada Allah swt. selanjutnya akan melaksanakan seluruh kewajiban dan rukun Islam secara sempurna dan didasari dengan niat yang tulus ikhlas. Ia melaksanakan semua kewajibannya tanpa ragu-ragu dan tidak pernah mencari-cari alasan untuk tidak melaksanakannya. Ia selalu melaksanakan shalat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Shalat merupakan tiang agama dan kunci amal baik seorang Muslim dalam beribadah kepada Allah swt. Ia selalu melaksanakan shalat tepat pada waktunya dan tidak pernah meninggalkannya. Di samping melaksanakan shalat wajib, ia juga melaksanakan shalat-shalat sunnat untuk mendapatkan kesempurnaan dari perintah shalat. Ia juga menambah amalan-amalan lain yang terkait dengan pelaksanaan shalat, seperti wirid (membaca kalimah-kalimah thayyibah) dan selalu berdoa kepada Allah swt. c. Orang yang taat kepada Allah swt. juga selalu membayar zakat jika memiliki harta yang cukup sesuai dengan ketentuan yang ada. Sebagaimana shalat, zakat juga merupakan pilar Islam yang tidak boleh ditinggalkan bagi yang mampu. Perintah shalat dan zakat sering disebut beriringan dalam al-Quran. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki kedudukan yang sama dalam hal kewajiban yang harus dilaksanakan seorang Muslim. d. Orang yang taat kepada Allah swt. juga harus selalu berpuasa di bulan Ramadlan semata-mata mencari keridoan Allah swt. dan didasari dengan iman yang murni. Ia juga selalu berpuasa sunnah untuk meraih keutamaan perintah berpuasa. Dan akhirnya orang yang taat kepada Allah akan menyempurnakan keislamannya dengan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah (Makkah) jika

39

mampu. Dengan haji inilah ia akan meraih kebaikan yang sempurna (mabrur) yang tidak ada balasan yang layak kepadanya dari Allah swt. selain surga.

Apa yang harus kalian lakukan? Kalian harus berusaha menerapkan bentuk-bentuk ketaatan kepada Allah swt. seperti di atas dalam kehidupan kalian seharihari. Mulailah dari yang paling mudah dan mendasar, misalnya kalian harus menerima kondisi kalian seperti sekarang ini. Jika ada yang kurang baik, usahakan untuk memperbaikinya. Kalian jangan mudah mengeluh. Kewajiban kalian selaku seorang Muslim harus kalian penuhi dengan sebaik-baiknya. Kalian harus selalu melaksanakan shalat-shalat wajib dan jika perlu ditambah dengan shalat-salat sunnah. Pada bulan Ramadlan kalian juga harus berpuasa penuh satu bulan, kecuali ada halangan. Kalian juga perlu latihan melaksanakan zakat dan haji sehingga kelak kalian akan benar-benar dapat melaksanakan kedua kewajiban ini dengan baik jika kalian mampu.

3. Taat kepada Rasulullah saw. Taat dan patuh kepada Rasulullah saw. merupakan konsekuensi dari taat dan patuh kepada Allah swt. Dalam berbagai ayat al-Quran Allah menegaskan bahwa ketaatan kepada Allah swt. harus dibuktikan dengan menaati Rasulullah saw. Dalam QS. an-Nisa (4): 80 Allah swt. berfirman:


Artinya: Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (QS. an-Nisa (4): 80). Dalam ayat yang lain Allah swt. menegaskan bahwa bukti seseorang cinta kepada Allah swt. adalah mengikuti Rasulullah. Barang siapa yang mengikuti dan menaati Rasulullah, maka Allah swt. akan mencintainya dan akan mengampuni dosa-dosanya. Dalam hal ini Allah swt. berfirman:

(80 :)

40

(31 : )
Artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosadosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran (3): 31). Allah swt. juga menyatakan bahwa diutusnya Rasulullah saw. adalah agar ditaati oleh umatnya. Karena itulah taat dan patuh kepada Rasulullah saw. merupakan perintah Allah swt. yang wajib hukumnya. Dalam QS. an-Nisa (4): 64 Allah swt. berfirman:

(64 :)

Artinya: Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk dita`ati dengan seizin Allah. (QS. an-Nisa (4): 64). Taat dan patuh kepada Rasulullah saw. dilakukan dengan cara mengikuti semua yang diperintahkannya dan meninggalkan semua yang dilarangnya. Demikian firman Allah swt. dalam QS. al-Hasyr (59): 7:

(7 :)

Artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (QS. al-Hasyr (59): 7). Dalam berbagai ayat al-Quran, Allah swt. menyebutkan bahwa ketaatan kepada Allah swt. selalu beriringan dengan ketaatan kepada Rasulullah. Hal ini menunjukkan bahwa menaati Rasulullah itu harus total sebagaimana menaati Allah. Hal ini bisa dilihat misalnya dalam QS. an-Nisa (4): 59 seperti di atas dan QS. Ali Imran (3): 32. Kita tidak bisa mewujudkan ketaatan kita kepada Allah jika tidak menaati Rasulullah. Dalam hal shalat, misalnya, kita tidak dapat melaksanakan shalat yang diperintahkan Allah kepada kita, jika kita tidak mengikuti Rasulullah yang mengajarkan cara-cara melakukan shalat. Rasulullah saw. bersabda:

()

41

Artinya: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat. (HR. al-Bukhari). Hal yang sama juga terjadi dalam masalah praktik melakukan ibadah haji dan praktik-praktik ibadah lainnya, termasuk juga praktik-praktik bermuamalah. Rasulullah saw. merupakan manusia pilihan yang dapat memberi jalan dan penerang untuk meniti jalan yang benar dan lurus sekaligus juga memberi peringatan dan kabar gembira kepada manusia. Jalan lurus yang ditunjukkan Rasulullah saw. adalah jalan yang diridoi oleh Allah swt. Jalan lurus ini juga dilengkapi dengan rambu-rambu untuk dijadikan petunjuk bagaimana melewatinya. Karena itu, siapa yang tidak mengikuti jalan ini, pastilah ia akan mendapatkan kesesatan baik di dunia maupun di akhirat. Bentuk ketaatan seseorang kepada Rasulullah saw. yang paling pokok adalah ia selalu menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah saw. Ia berusaha melakukan perintah-perintahnya dan menjauhi laranganlarangannya. Dengan begitu seseorang benar-benar taat kepadanya. Pada akhirnya, Allah swt. juga menyatakan bahwa orang yang taat kepada Allah dan Rasulullah di akhirat kelak akan bersama para nabi, para shiddiqin, syuhada, dan shalihin (QS. an-Nisa (4): 69). Itulah teman-teman terbaik yang akan didapatkan orang yang menataati Allah dan Rasulullah di akhirat kelak. Karena itulah, kalian harus berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menaati perintah-perintah Allah dan Rasulullah, sekaligus berusaha untuk selalu meninggalkan larangan-larangan Allah dan Rasulullah. Dengan begitu kalian akan selalu mendapatkan rahmat dari Allah dan selalu berada dalam bimbingan dan lindungan-Nya. Inilah yang dapat mengantarkan kalian dalam meraih kesuksesan di segala bidang yang kalian geluti dan kalian tekuni, misalnya dalam pendidikan seperti yang sekarang kalian jalani. Berusahalah dengan keras untuk hal ini!

Yang harus kalian lakukan adalah: Kalian harus berusaha menjadikan Rasulullah saw. sebagai figur teladan yang terbaik buat kalian (uswatun hasanah). Berusahalah kalian melaksanakan sunnah-sunnahnya dengan memulai mempelajari dan memahami sunnah-sunnahnya. Tentu saja langkah awal yang harus kalian lakukan adalah memperbanyak bacaan kalian akan hadis-hadis Nabi saw. sehingga kalian mengetahui apa sunnah-sunnah Nabi yang harus kalian terapkan dalam kehidupan kalian sehari-hari. Dengan memedomani hadishadis Nabi tersebut dan berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, berarti kalian sudah taat kepada Rasulullah 42

saw. Buang jauh-jauh sifat-sifat negatif yang sangat dibenci oleh Rasulullah saw. dari keseharian kalian. 4. Taat kepada Ulil Amri Dari segi bahasa ulil amri berarti pemilik perkara atau kekuasaan. Dengan kata lain ulil amri berarti yang memiliki urusan atau kekuasaan. Dalam buku (kitab tafsir) al-Quran dan Terjemahnya yang disusun oleh Departemen Agama RI, kata ulil amri yang terdapat dalam QS. an-Nisa (4) ayat 59 diterjemahkan menjadi setiap yang memiliki hak untuk mengatur, seperti ulama dan pemerintah. Yang dimaksud ulama di sini adalah orang-orang yang mengetahui berbagai macam ilmu secara mendalam dan dapat memberitahukannya kepada orang lain. Sebenarnya makna ulama secara umum meliputi semua bidang ilmu, tanpa dibatasi pada ilmuilmu tertentu. Namun dalam pemahaman masyarakat kita, khususnya di Indonesia, kata ulama lebih dimaknai sebagai orang-orang yang mendalami berbagai bidang ilmu agama, seperti ilmu-ilmu yang terkait dengan al-Quran dan hadis, ilmu fikih, ilmu tauhid, dan yang sejenisnya. Orang-orang yang menekuni atau mendalami bidangbidang ilmu selain ilmu-ilmu agama tidak disebut sebagai ulama, tetapi mereka sering disebut sebagai cendekiawan atau pakar ilmu pengetahuan (ilmuwan). Adapun yang dimaksud umara (pemerintah) adalah para penyelenggara negara mulai dari yang tertinggi (presiden) hingga yang paling rendah (kepala desa) atau mungkin yang lebih rendah dari kepala desa. Mereka melakukan tugasnya untuk kemakmuran negara dan rakyat (bangsa), bukan atas nama pribadi. Dengan demikian, menaati ulama dan ulil amri berarti taat dan patuh terhadap semua ketetapan atau keputusan yang dibuat oleh para ulama dan para umara (pemerintah). Menaati ulama dan ulil amri termasuk salah satu kewajiban kita selaku umat Islam. Hal ini didasarkan pada firman Allah swt. dalam al-Quran (sperti sudah disebutkan di atas):

(59 : )
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar

43

beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an-Nisa (4): 59). Ayat di atas memerintahkan orang-orang yang beriman untuk taat kepada Allah swt. (dengan memegangi al-Quran), kepada Rasulullah saw. (dengan memegangi Sunnahnya), dan kepada ulil amri (dengan memegangi hasil-hasil ketetapan dan keputusan mereka). Dari ayat di atas dapat juga dipahami bahwa ketaatan terhadap Allah dan Rasulullah bersifat mutlak, artinya tidak ada prasarat khusus. Sedang taat kepada ulil amri tidak bersifat mutlak, tetapi memiliki prasarat khusus, yakni jika keputusan atau ketetapan yang mereka buat tidak bertentangan dengan al-Quran dan Sunnah. Jika keputusan yang mereka buat bertentangan dengan al-Quran dan Sunnah, maka tidak ada kewajiban bagi orang-orang mumin untuk menaati mereka. Ulama adalah orang-orang yang sangat berjasa dalam perkembangan Islam. Berkat jasa ulama ajaran-ajaran Islam tetap lestari hingga sekarang dan di masa-masa mendatang. Melalui ulama kita dapat mengetahui dan mengkaji al-Quran dan Hadis. Dengan ijtihad mereka lahir berbagai ilmu (agama) yang memudahkan kita untuk memahami dan mengamalkan isi dan ajaran al-Quran dan Hadis. Karena begitu besar jasa para ulama ini sampai-sampai Nabi saw. bersabda:

()

Artinya: Para ulama adalah pewaris para nabi. (HR. at-Tirmidzi). Adapun bentuk ketaatan kita kepada ulama misalnya dengan mengikuti ketetapan atau fatwa-fatwa mereka dalam hal ibadah dan muamalah. Dalam hal ibadah misalnya kita menaati ketentuanketentuan yang lebih praktis dan teknis dalam masalah shalat, zakat, puasa, haji, dan hal-hal yang terkait dengan semua itu. Bentuk ketaatan kepada umara (pemerintah) misalnya dengan mengikuti semua ketentuan yang (peraturan) yang mereka buat terkait dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sebagai contoh dalam kehidupan bernegara adalah kita berusaha mengikuti ketetapan pemerintah dalam berbagai bidang kehidupan kita yang ditetapkan melalui undang-undang atau peraturan-peraturan pemerintah, seperti dalam bidang hukum, politik, ekonomi, pendidikan, dan lain sebagainya. Tentu saja kita tidak membabi buta menaati semua ketetapan ulama dan pemerintah. Semua ketetapan yang harus kita taati adalah yang tidak bertentangan dengan ketetapan Allah swt. juga Rasulullah saw. Jika ketetapan yang mereka buat bertentangan dengan ketetapan Allah atau dalam rangka bermaksiat kepada Allah, maka kita tidak boleh menaati mereka. Dalam hal ini kita bahkan 44

diperintahkan untuk mengingatkan mereka agar kembali kepada ketetapan Allah swt.

Yang dapat kalian lakukan adalah: Kalian jangan menyepelekan ketetapan-ketetapan para ulama dan pemerintah, sebab kalian diperintahkan untuk taat kepada mereka. Jika ketetapan-ketetapan yang dibuat oleh mereka (ulil amri) tidak bertentangan dengan al-Quran dan Sunnah maka kalian harus menaatinya. Karena itu kalian harus memulai dengan mengenal berbagai peraturan yang ada di lingkungan kalian, seperti peraturan sekolah, peraturan rumah tangga, peraturan di masyarakat, dan lain sebagainya. Jika peraturan-peraturan itu isinya tidak bertentangan dengan ketentuan agama Islam (al-Quran dan Sunnah), maka kalian harus mematuhinya. Dengan begitu kalian nantinya akan taat pada peraturan-peraturan yang kedudukannya lebih tinggi dari itu, seperti peraturan lalu lintas, peraturan berpolitik, dan peraturan-peraturan negara lainnya.

5. Taat kepada Orang Tua dan Guru Orang tua adalah orang yang melahirkan kita. Kita memiliki dua orang tua, yaitu bapak dan ibu, yang keduanya selalu disebut dengan kedua orang tua. Bergaul dengan orang tua tidak sama seperti bergaul dengan orang-orang lain atau teman-teman sebaya kita. Orang tua memiliki kedudukan yang sangat istimewa di hadapan kita, sehingga kita harus menghormati mereka dan patuh terhadap perintah-perintahnya. Kita ada di muka bumi ini lantaran orang tua kita. Merekalah yang melahirkan kita. Karena itu, kita harus memberikan penghargaan yang istimewa kepada mereka. Islam melalui al-Quran dan hadis Nabi saw. telah memberikan aturan mengenai apa yang harus kita lakukan terhadap kedua orang tua. Di samping kita harus memberikan perlakuan yang istimewa kepada kedua orang tua, kita pun harus berbuat yang sama kepada guru. Guru juga merupakan orang yang istimewa bagi kita. Guru merupakan orang tua kedua bagi kita. Orang tua nomor satu adalah orang tua yang melahirkan kita dan orang tua kedua adalah orang tua yang memberikan kepandaian kepada kita. Dalam sebuah hadis Nabi ditegaskan bahwa keridoan Allah swt. sangat tergantung pada keridoan orang tua, dan sebaliknya

45

kemurkaan Allah swt. sangat tergantung pada kemurkaan orang tua. Nabi saw. bersabda:


.(

Artinya: Keridoan Allah terletak pada keridoan kedua orang tua dan kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan kedua orang tua. (HR. atTirmidzi). Kedua orang tua sangat besar jasanya bagi kita. Tidak ada manusia di muka bumi ini yang paling besar jasanya selain dari kedua orang tua kita, terutama ibu kita. Keduanya yang melahirkan kita, kemudian mengasuh, mendidik, dan membesarkan kita dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang, tanpa ada rasa pamrih atau ingin dibalas jasanya nanti. Karena itulah, kedua orang tua kita harus menjadi prioritas utama yang harus kita beri penghormatan. Islam menetapkan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain) adalah wajib dan merupakan amalan utama. Dalam hadis, diriwayatkan melalui shahabat, Abdullah bin Masud, dia berkata:

: : . : : . : .( )
Artinya: Aku bertanya kepada Nabi saw.: Apa amalan yang paling disukai oleh Allah swt.? Beliau menjawab: Shalat tepat waktunya. Aku bertanya lagi: Kemudian apa? Beliau menjawab: Berbuat baik kepada kedua orang tua. Kemudian aku bertanya lagi: Seterusnya apa? Beliau menjawab: Jihad fi sabilillah. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Dalam surat al-Isra (17) ayat 23-24 Allah swt. berfirman:

. .(24-23 : )

46

Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan supaya kamu berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya ada dekat denganmu (dalam pemeliharaanmu) sampai berumur lanjut, sekali-kali janganlah kamu berkata kepada keduanya ah, jangan pula kamu membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang hormat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang, dan katakanlah: Wahai Tuhanku, kasihanilah kiranya keduanya, sebagaimana keduanya telah mengasihani aku masih kecil. (QS. al-Isra (17): 23-24). Berdasarkan ayat di atas kita harus berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain), terutama setelah keduanya mulai tua (lemah). Jangan sekali-kali kita menyakiti keduanya (uququl walidain), meskipun hanya sekedar mengucapkan kata ah atau perkataan lain yang menyinggung atau menyakiti hati mereka. Kita harus selalu mengucapkan perkataan yang baik dan sopan. Kita juga diperintahkan untuk selalu mendoakan keduanya agar diampuni dosanya, baik ketika keduanya masih hidup maupun ketika sudah meninggal dunia. Dari kedua orang tua tersebut, ibulah yang harus didahulukan untuk kita hormati. Nabi melalui beberapa hadisnya menjelaskan keutamaan ibu daripada bapak untuk kita hormati. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Hakim, Nabi bersabda: Orang yang paling besar haknya kepada anak adalah ibunya. Disabdakan juga: Jika ibu dan bapakmu memanggil kamu, datanglah (lebih dahulu) kepada ibumu. (HR. ad-Dailami). Ada juga hadis Nabi yang diriwayatkan oleh alBukhari dan Muslim yang menjelaskan jawaban Nabi atas pertanyaan seorang sahabat tentang siapa yang lebih berhak untuk dihormati. Jawaban Nabi yang pertama sampai ketiga adalah ibunya, dan baru jawaban Nabi yang keempat adalah bapaknya. Satu hadis lagi yang sangat populer di kalangan umat Islam adalah hadis yang menunjukkan tingginya kedudukan seorang ibu, sampai-sampai Nabi bersabda:

.()

Artinya: Surga itu terletak di bawah telapak kaki para ibu. (HR. Ahmad). Hadis tersebut mengisyaratkan bahwa seorang ibu sangat menentukan surga bagi anak-anaknya. Artinya seorang anak belum dapat masuk surga jika tidak mendapatkan restu dari ibunya. Di sinilah arti pentingnya taat kepada orang tua, terutama ibu. Betapapun pandai dan shalihnya seseorang, jika terhadap orang

47

tuanya tidak hormat dan tidak taat, maka tidak akan memperoleh rido dari Allah swt. dan tidak akan dapat memasuki surga-Nya. Dari uraian di atas dapat dijelaskan beberapa bentuk ketaatan seorang anak kepada kedua orang tuanya, yakni sebagai berikut: a. Mengikuti keinginan dan saran kedua orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya, selama semuanya itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Apabila di antara hal itu ada yang bertentangan dengan ajaran Islam, maka tidak ada kewajiban bagi si anak untuk menaati orang tuanya, tetapi anak harus menolaknya dengan cara yang baik dan penuh rasa hormat, seperti yang dijelaskan oleh ayat al-Quran di bawah ini:

.(15 : )
Artinya: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik (QS. Luqman (31): 15). b. Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa terima kasih dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apa pun. Sang ibu telah mengandung anak dengan susah payah dan penuh penderitaan, kemudian melahirkan, menyusui, mengasuh, merawat, dan membesarkannya. Sang bapak juga ikut bersama-sama ibu mengasuh, merawat, dan membesarkannya, terutama dengan mencari nafkah untuk keluarga dan melindungi keluarga dari berbagai gangguan yang mungkin terjadi. Al-Quran menggambarkan penderitaan orang tua dalam mengasuh anak dengan firman-Nya:

.(14 : )
Artinya: Dan Kami wasiatkan (wajibkan) kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan

48

kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman (31): 14). Di antara bentuk penghormatan kepada orang tua adalah: 1) memanggil orang tua dengan panggilan yang menunjukkan rasa hormat, seperti bapak, ayah, papa, dan lain sebagainya; 2) berbicara dengan orang tua dengan lemah lembut (baik bahasanya maupun suaranya); 3) tidak mengucapkan kata-kata kasar atau kata-kata lain yang menyakitkan hati orang tua. Dalam hal ini Allah swt. berfirman:

.(23 : )
Artinya: Jika salah seorang di antara keduanya atau keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. al-Isra (17): 23). c. Membantu kedua orang tua secara fisik dan material. Ketika masih tinggal bersama-sama dengan orang tua (belum berkeluarga), seorang anak, misalnya, harus selalu membantu pekerjaan orang tua, dan ketika sudah berkeluarga (berdiri sendiri) seorang anak harus selalu membantu orang tua dari segi keuangan. d. Selalu mendoakan kedua orang tua agar selalu mendapatkan ampunan, rahmat, dan karunia dari Allah swt. Dalam hal ini Allah swt. berfirman:

.(24 : )
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (QS. al-Isra (17): 24). e. Jika kedua orang tua telah meninggal, maka yang harus dilakukan seorang anak adalah: 1) mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya, mulai dari memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan menguburkannya; 2) melunasi hutang-hutangnya;

49

3) melaksanakan wasiatnya; 4) meneruskan silaturrahim yang dibina orang tua di waktu hidupnya; 5) memuliakan sahabat-sahabatnya; dan 6) mendoakannya. Itulah beberapa uraian tentang kewajiban berbuat baik atau taat kepada kedua orang tua dan cara-cara yang harus dilakukan oleh seorang anak dalam pergaulannya dengan kedua orang tuanya. Jika berbuat baik kepada orang tua (birrul walidain) itu wajib maka durhaka kepada kedua orang tua (uququl walidain) adalah dosa besar yang harus benar-benar dijauhi. Hal-hal yang harus diperhatikan terkait dengan durhaka kepada kedua orang tua adalah: a. Durhaka kepada kedua orang tua termasuk di antara dosa besar yang dapat mengakibatkan siksaan neraka. b. Durhaka kepada kedua orang tua menyebabkan semua amal menjadi sia-sia dan tidak bermanfaat. c. Durhaka kepada kedua orang tua akan disegerakan pembalasannya oleh Allah di dunia sekarang, di samping pembalasan (siksa) di akhirat kelak.

MUTIARA KISAH Dalam hadis shahih yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim, serta yang lainnya dengan riwayat yang bermacam-macam, Ada tiga pemuda sebelum zaman kami pergi, karena terusir dari keluarganya. Kemudian turunlah hujan, sehingga mereka tergiring ke sebuah goa di kaki gunung. Bergeserlah di mulut goa itu batu besar yang kemudian menutupnya. Mereka berkata, Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu dari batu ini, kecuali kalian meminta dengan amal salehnya. Dalam riwayat lain disebutkan, Sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, Lihatlah pada amal perbuatan saleh yang telah kalian lakukan karena Allah swt. Memohonlah kepada Allah semoga akan dapat membukanya. Dalam riwayat yang lain, Lenyaplah jejak dan tertutup batu. Tidak ada yang tahu posisi kalian, kecuali Allah. Karena itu, mintalah kepada Allah dengan amal terbaikmu. Salah seorang dari mereka berkata, Ya Allah, sungguh aku mempunyai kedua orang tua yang sudah renta. Sedangkan aku tidak pernah menyediakan minum sebelumnya untuk keluarga. Suatu hari, aku pergi mencari kayu. Aku tidak pergi sebelumnya, sampai keduanya tertidur. Kemudian aku memerah susu untuk minum keduanya. Aku masih menemukannya dalam keadaan tertidur. Sedangkan sebelumnya aku benci untuk memerah susu. Tanganku hitam dan kotor. Aku menunggu keduanya bangun sampai pagi. Kemudian, keduanya

50

terbangun, lalu meminumnya. Ya Allah, jika aku mengerjakan hal itu untuk mencari rido-Mu, maka geserlah posisi batu itu. Batu itu bergeser sedikit, tetapi mereka belum bisa keluar. Kemudian yang lainnya menyebut amal terbaiknya, Aku telah terbebas dari keinginan perbuatan zina dengan anak pamanku. Yang satunya lagi, Menumbuhkan harta benda yang disewakan. Bergeserlah batu itu dari mereka secara keseluruhan. Sehingga, semuanya bisa keluar dengan leluasa. Adapun guru adalah orang yang memberikan pendidikan dan pengajaran kepada kita, baik secara formal maupun informal. Dari pengertian ini ada dua macam guru, yaitu guru formal dan guru informal. Guru formal adalah guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara formal di kelas atau dalam suatu lembaga pendidikan dan pengajaran yang disebut sekolah. Sedang guru informal adalah guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran di luar kelas/sekolah melalui ceramah, diskusi, buku, dan lain sebagainya. Kebalikan dari guru adalah murid, yakni orang yang mendapatkan pendidikan dan pengajaran dari seorang guru baik secara formal maupun informal. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa guru merupakan orang tua kita yang kedua. Gurulah yang mengantarkan kita menjadi orang yang memiliki bekal untuk hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Tidak semua orang tua mampu mengantarkan anaknya menjadi orang yang baik dan berguna, meskipun ada juga orang tua yang dapat melakukan tugas seperti itu. Karena itu, guru dapat mengganti peran orang tua dalam mendidik anaknya. Dengan demikian, peran guru tidak kalah pentingnya bagi kita di samping orang tua. Karena begitu besarnya jasa guru kepada kita, maka kita harus berbuat baik kepada guru dengan cara seperti berikut: a. Berperilaku sopan terhadap guru baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku. b. Memerhatikan pelajaran dan pendidikan yang diberikan guru baik di kelas maupun setelah di luar kelas serta berusaha untuk menguasainya. c. Menaati dan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh guru. d. Mengamalkan ilmu yang diajarkan guru. e. Jangan berperilaku tidak sopan kepada guru, apalagi berbuat kasar kepadanya. f. Jangan mempersulit guru dengan berbagai pertanyaan yang memang bukan bidang gurunya, apalagi dengan sengaja meremehkan dan merendahkan guru di hadapan orang lain. g. Jangan membicarakan kekurangan guru di hadapan orang lain.

51

Di samping orang tua dan guru, mungkin ada orang-orang lain yang perlu kalian hormati dan sekaligus kalian taati. Orang-orang yang banyak ber jasa kepada kalian juga layak untuk kalian taati, tentu saja selama tidak melanggar ketaatan kalian kepada Allah swt. Agama Islam mengajarkan untuk selalu membalas jasa baik orang lain. Jangan sampai kalian mengikuti pepatah: air susu dibalas dengan air toba. Apa yang harus kalian lakukan? Dengan memahami bentuk-bentuk ketaatan kepada kedua orang tua dan guru seperti yang diuraikan di atas, tentunya kalian sudah memahami apa yang dapat kalian lakukan dalam rangka menaati kedua orang tua dan guru tersebut. Karena begitu besarnya jasa orang tua dan guru terhadap kalian dan juga kita semua, maka taat dan hormat kepada mereka merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa ditunda-tunda. Untuk meraih keridoan Allah swt. kalian mutlak harus taat kepada orang tua kalian. Begitu juga kalian mutlak menaati guru kalian agar kalian sukses dalam menjalankan tugas kalian sebagai peserta didik yang menjalankan proses pendidikan. Bagaimana kalian dapat menguasai ilmu jika kalian tidak taat kepada guru yang mengajarkan ilmu tersebut? Berusahalah kalian sebaik-baiknya untuk hal ini dan abaikan teman-teman kalian yang mencemooh kalian untuk kewajiban yang sangat penting ini. Jika perlu ajaklah mereka untuk melakukan hal yang seperti kalian lakukan. Ingatlah! Ini adalah kunci sukses kalian dalam meniti kehidupan di dunia ini dan untuk meraih sukses besar nanti di akhirat.

UJI KOMPETENSI A. Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D!

52

1. Yang pantas untuk membanggakan diri dan sombong di dunia ini adalah ... A. Orang yang berilmu B. Orang yang kaya C. Allah swt. D. Syetan dan Iblis 2. Menurut al-Quran surat an-Nisa ayat 59, yang harus ditaati oleh orang yang beriman adalah ... A. Allah swt. B. Rasulullah saw. D. Ulil amri D. Ketiga-tiganya 3. Kita boleh menaati siapa pun dengan syarat ... A. Yang kita taati banyak memberikan manfaat untuk kita. B. Yang kita taati adalah orang tua dan guru kita. C. Yang kita taati tidak pernah menyuruh kita bermaksiat kepada Allah. D. Yang kita taati tidak akan mencelakakan kehidupan kita seharihari. 4. Dalam salah satu hadisnya, Nabi Muhammad saw. menegaskan bahwa keridoan Allah terletak pada keridoan ... A. Nabi-Nya B. Rasul-Nya C. orang tua D. malaikat-Nya 5. Berbuat baik kepada orang tua dalam istilah agama disebut ... A. birrul walidain B. sukhtul walidain C. uququl walidain D. khairul walidain B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan tepat! 1. Di antara orang tua yang paling utama mendapat penghormatan adalah ... 2. Manusia sebagai makhluk Allah yang lemah tidak sepantasnya berbuat sombong, tetapi sebaliknya ia harus bersikap ... 3. Yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tuanya yang sudah meninggal di antaranya adalah .... dan ... 4. Yang mutlak harus ditaati di dunia ini adalah ... dan ... 5. Ketenangan dalam hidup merupakan salah satu buah dari sifat ... yang ada pada diri seseorang. C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan tepat! 1. Sebutkan beberapa bentuk penghormatan yang diberikan oleh anak kepada kedua orang tuanya! 2. Mengapa kalian harus taat dan hormat kepada guru kalian? 53

3. Apa yang dapat kalian lakukan dalam rangka menaati ulil amri! D. Proyek! 1. Sebagai tugas individu, kumpulkan beberapa dalil, baik al-Quran maupun hadis, yang terkait dengan perintah untuk menaati kedua orang tua! 2. Diskusikan bersama teman-temanmu mengenai hikmah yang dapat kalian peroleh, jika kalian selalu menaati Allah swt., Rasulullah saw., dan ulil amri! 3. Cobalah kalian mulai sekarang mulai membiasakan perilaku terpuji seperti tawadludan taat baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat, mulai dari yang paling ringan secara bertahap hingga yang paling berat. Dari contoh bahan ajar dengan adaptasi penuh yang membahas masalah tawadlu dan taat seperti di atas, jelaslah bahwa muatan isi materinya sudah mengandung nilai-nilai karakter, terutama karakter tawadlu dan taat. Bahan ajar ini jelaslah bermuatan nilai-nilai karakter yang harus diterapkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, yakni karakter kereligiusan. Bahan ajar di atas juga sudah mendorong peserta didik untuk berfikir kritis (cerdas) dan tekun serta kerja keras. Metode atau cara penyajiannya (pembelajarannya) juga sudah cukup mendorong peserta didik untuk berkarakter, dan begitu juga bahasanya cukup santun. Namun demikian, guru bisa menambah pengayaan untuk lebih mendorong peserta didik agar membiasakan karakter tawadlu dan taat dalam kehidupannya sehari-hari, misalnya dengan memotivasi agar peserta didik selalu membiasakan karakter-karakter tersebut. Sementara itu, penilaian atau evaluasinya sudah ada tetapi belum lengkap. Guru bisa menambahkan evaluasi atau penilaian yang juga lebih mendorong agar siswa berkarakter. Guru juga bisa menambahkan instrumen penilaian afektif (sikap) dan psikomotorik (perilaku) beserta rubrik penilaiannya. Untuk lebih melengkapi bahan ajar tersebut, guru juga bisa menambah gambar atau ilustrasi yang juga mendukung peserta didik untuk berkarakter. Dengan demikian, guru bisa mengambil bahan ajar seperti itu dan diberi tambahan seperlunya saja. Dalam proses pembelajaran di kelas guru juga harus menjadi contoh dalam pengembangan nilai-nilai karakter kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, dan demokratis melalui berbagai metode yang digunakan, misalnya metode-metode seperti yang diuraikan di atas.

54

b. Adaptasi

sebagian/parsial

sebelum

pembelajaran

dilaksanakan Strategi kedua ini hampir sama dengan strategi pertama, hanya di sini guru tidak mengadaptasi semua bahan (materi), tetapi sebagiannya saja. Guru di sini lebih banyak melakukan revisi dan tambahan, mungkin dari segi isinya, mungkin dari segi kegiatan pembelajarannya, atau mungkin dari segi penilaian atau evaluasinya. Guru menuliskan kembali bahan (materi) hasil adaptasinya beserta semua revisi dan tambahan yang dilakukannya dalam satu bahan ajar. Yang perlu ditekankan di sini adalah dalam melakukan revisi guru harus memerhatikan ketentuan di atas sehingga benar-benar mendorong peserta didik untuk berkarakter mulia. Sebagai contoh, guru mengambil sebagian dari bahan ajar di atas, misalnya mengambil materi tentang tawadlu sebagian saja, lalu guru menambah penjelasan dari bahan ajar yang lain. Guru juga bisa menambah kegiatan-kegiatan yang bisa mendorong siswa melakukan pembelajaran sekaligus pembiasaan agar berkarakter seperti yang diharapkan. Begitu juga, guru bisa menambah evaluasi atau penilaian yang lebih komprehensif baik dari segi teknik maupun dari segi cakupannya. Guru melakukan revisi ini lalu hasil revisiannya dijadikan satu dengan bahan adaptasinya sehingga menjadi satu bahan ajar yang utuh. Contoh: Potongan bahan ajar dalam salah satu buku ajar kelas 7 semester 1 sebagai berikut: B. Thaharah (Bersuci) Untuk memahami masalah thaharah dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, di bawah ini akan diuraikan permasalahan penting yang terkait dengan masalah thaharah ini, seperti pengertiannya, dasar-dasarnya, macammacamnya, dan cara melakukannya. Untuk melengkapi uraiannya, dikemukakan juga dalil-dalil naqli baik dari ayat-ayat al-Quran maupun hadis Nabi saw. 1. Pengertian Thaharah dan Dasar Hukumnya Kata thaharah berasal dari kata bahasa Arab at-thaharah yang berarti suci dan bersih. Jadi, masalah thaharah terkait dengan masalah kesucian dan kebersihan. At-thaharah juga bisa berarti bersuci (dari kotoran). Dalam pemahaman syariah (hukum) Islam, thaharah berarti bersuci dari hadas dan najis. Thaharah memiliki 55

kedudukan yang penting dalam hukum Islam. Thaharah merupakan persyaratan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah swt., seperti shalat, thawaf, dan membaca al-Quran. Dalam al-Quran ditegaskan bahwa Allah mencintai orang-orang yang selalu menjaga kebersihan dan kesucian, seperti firman-Nya dalam surat al-Baqarah (2) ayat 222:

(222 :)

Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. alBaqarah (2): 222). Kebersihan juga merupakan bagian yang penting dalam kesempurnaan iman seseorang Muslim. Dalam salah satu hadis, Nabi saw. bersabda:

.()

Artinya: Kebersihan adalah sebagian dari iman. (HR. Ahmad). 2. Macam-macam Thaharah Secara umum thaharah (bersuci) dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: a. Bersuci dari hadas, yaitu mensucikan diri dari hadas, baik hadas kecil maupun hadas besar dengan melakukan wudlu, mandi, atau tayammum. b. Bersuci dari najis, yaitu mensucikan badan, pakaian, dan tempat dari najis dengan air yang suci dan mensucikan, atau dengan benda-benda suci yang keras, seperti batu, kayu, tisu, dan lainlainnya. 3. Macam-macam Hadas dan Cara Mensucikannya Hadas ada dua macam, yaitu: a. Hadas kecil, yaitu hadas yang dapat disucikan dengan melakukan wudlu atau tayammum, seperti bersentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim (kerabat dekat), mengeluarkan sesuatu dari lubang qubul (pintu depan) maupun lubang dubur (pintu belakang) b. Hadas besar, yaitu hadas yang bisa disucikan dengan mandi wajib atau tayammum, seperti haidl, nifas, atau melahirkan bagi perempuan, serta junub atau janabat bagi laki-laki maupun perempuan.

56

4. Macam-macam Najis dan Cara Mensucikannya Najis ada tiga macam, yaitu: a. Najis mukhaffafah, yaitu najis yang ringan. Yang termasuk najis ini adalah air kencing anak laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan dan minum selain air susu ibu. Dengan demikian air kencing anak perempuan yang belum berumur dua tahun tidak termasuk najis ini meskipun belum makan dan minum selain air susu ibu. Cara mensucikan najis ini cukup dengan memercikkan air pada benda yang kena najis ini. b. Najis mughallazhah, yaitu najis yang berat. Yang termasuk ke dalam najis ini adalah air liur anjing atau babi dan bekas jilatannya. Cara mensucikannya adalah dengan membasuh bekas jilatan tersebut dengan air yang suci sebanyak tujuh kali dan salah satunya dicampur dengan tanah yang suci. c. Najis mutawasithah, yaitu najis pertengahan antara najis yang ringan dan yang berat. Yang termasuk dalam najis ini adalah semua najis selain dari najis mukhaffafah dan najis mughallazhah. Yang termasuk dalam najis ini adalah: 1) Bangkai binatang selain dari binatang laut (ikan) dan binatang darat yang tidak berdarah seperti belalang. 2) Darah baik merah maupun putih selain hati dan limpa. 3) Air kencing selain yang tidak termasuk najis mukhaffafah. 4) Air madzi, yaitu cairan berwarna putih yang keluar dari kemaluan baik laki-laki maupun perempuan yang tidak disertai tekanan syahwat yang sangat kuat, misalnya karena berciuman, berangan-angan tentang masalah seksual, dan yang sejenisnya. 5) Semua yang keluar dari lubang qubul dan dubur, kecuali air mani (cairan putih yang keluar karena tekanan syahwat yang sangat kuat). 6) Khamer atau minuman keras yang memabukkan. 7) Muntah. 8) Darah haidl, nifas, dan istihazhah (darah penyakit). 9) Bagian binatang yang diambil dari tubuhnya sewaktu masih hidup. Najis mutawasithah dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Najis hukmiyah, yaitu najis yang diyakini adanya, tetapi tidak tampak zat dan warnanya, baunya, atau rasanya, seperti air kecing yang sudah kering. Cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air pada benda yang kena najis. 2) Najis ainiyah, yaitu najis yang masih jelas zat dan warnanya, baunya, atau rasanya. Cara mensucikannya dengan menghilangkan zat, warna, bau, dan rasanya.

57

5. Perbedaan Hadas dan Najis Dari uraian singkat tentang hadas dan najis seperti di atas, berikut akan dijelaskan mengenai perbedaan antara hadas dan najis. Untuk lebih memudahkan kalian membedakan antara hadas dan najis, perhatikan poin-poin perbedaan seperti berikut: a. Dari segi definisi atau pengertiannya, kedua istilah itu jelas berbeda. Hadas adalah suatu keadaan tidak suci yang menyebabkan seseorang tidak boleh melaksanakan shalat, tawaf, atau yang lainnya. Sedang najis adalah suatu keadaan kotor (tidak suci) yang menjadi sebab terhalangnya seseorang melaksanakan ibadah kepada Allah. b. Dilihat dari contohnya, kedua istilah itu juga berbeda. Contoh hadas misalnya keluarnya sesuatu dari dua pintu manusia (qubul dan dubur) atau seorang laki-laki bersentuhan dengan seorang perempuan yang bukan muhrim. Adapun contoh najis adalah air kencing, air liur anjing, bangkai, dan lain sebagainya. c. Dilihat dari segi bentuknya keduanya juga berbeda. Bentuk hadas terletak pada proses yang dilakukan oleh seseorang, seperti buang air besar atau kecil, bersentuhan, berhubungan suami-isteri, dan lainnya. Sedang bentuk najis bukan pada proses, tetapi pada benda atau barangnya, seperti air kencing, tinja, kotoran binatang, dan sebagainya. d. Dilihat dari segi macam-macamnya, hadas dan najis juga berbeda. Macam hadas ada dua, yaitu hadas besar dan hadas kecil. Sedang macam najis, ada yang membaginya menjadi tiga, yaitu najis mukhaffafah, najis mughallazhah, dan najis mutawasithah, serta ada juga yang membaginya menjadi najis ainiyah dan najis hukmiyah. e. Dilihat dari cara membersihkannya, keduanya jelas berbeda. Hadas dapat dibersihkan dengan wudlu dan tayammum (untuk hadas kecil) atau dengan mandi wajib (untuk hadas besar). Sedang najis dapat dibersihkan dengan bersuci, yakni dengan menghilangkan bentuk najisnya misalnya dengan air suci, batu, tanah, tissu, atau dengan benda-benda suci lainnya yang sejenis. Meskipun hadas dan najis berbeda dalam berbagai aspek seperti di atas, namun keduanya sama-sama termasuk bagian dari thaharah (bersuci). 6. Wudlu Terkait dengan masalah wudlu ini akan diuraikan pengertian wudlu, syarat-syarat dan rukunnya, hal-hal yang membatalkannya, serta praktik melakukannya.

58

a.

Pengertian wudlu dan dasar hukumnya Kata wudlu berasal dari kata bahasa Arab al-wudlu yang berarti bersih. Menurut istilah hukum Islam, wudlu berarti membasuh anggota badan tertentu dengan air menurut syarat dan rukun tertentu. Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa wudlu dilakukan untuk menghilangkan hadas kecil. Wudlu ini diperintahkan terkait dengan diperintahkannya shalat bagi umat Islam. Dalam al-Quran surat al-Maidah (5) ayat 6 Allah berfirman:

(6 : )
Artinya: Hai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku-siku, dan sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (QS. al-Maidah (5): 6). Terkait dengan hukum wajib wudlu ini, Nabi saw. bersabda:

: .( )
Artinya: Rasulullah saw. bersabda: Allah tidak menerima shalat salah satu di antara kamu apabila berhadas sampai berwudlu. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Dari hadis di atas jelaslah bahwa wudlu merupakan prasarat utama bagi sahnya shalat. Dengan demikian jika seseorang melaksanakan shalat dalam keadaan tidak berwudlu, berarti shalatnya tidak sah dan tidak akan diterima oleh Allah swt. b. Syarat wudlu Untuk sempurnanya wudlu diperlukan syarat-syarat seperti berikut: 1) 2) Islam Mumayyiz (pinter), artinya bisa membedakan yang baik dan buruk 3) Tidak berhadas besar 4) Menggunakan air yang suci dan mensucikan 5) Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit.

59

c. Rukun wudlu Rukun atau yang harus dilakukan dalam berwudlu adalah sebagai berikut: 1) Niat, yaitu menyengaja melakukan sesuatu semata-semata ikhlas karena Allah berbarengan dengan awal perbuatan wudlu. Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Bayyinah (98) ayat 5:

.(5 :)

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (QS. al-Bayyinah (98): 5). Niat merupakan bagian yang sangat penting dalam setiap pekerjaan dan sangat menentukan nilai pekerjaan tersebut di hadapan Allah swt. Nabi bersabda:

.()

Artinya: Sesungguhnya segala perbuatan hendaklah disertai dengan niat. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Niat tidak harus dilafalkan (dibunyikan), karena yang paling pokok niat berada dalam hati. Contoh lafal niat wudlu kalau dibunyikan:

.
Artinya: Saya berniat wudlu untuk menghilangkan hadas kecil sebagai kewajiban karena Allah Taala. 2) Membasuh muka sampai batas tumbuhnya rambut, yaitu mulai dari tepi dahi sebelah atas sampai tepi bawah janggut dan dari centil telinga kanan sampai centil telinga kiri. 3) Membasuh kedua tangan sampai siku-siku. 4) Mengusap atau menyapu sebagian kepala, yaitu dengan tangan yang dibasahi air. 5) Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki. 6) Tertib, yaitu berurutan dalam melakukan rukun wudlu, tidak boleh dibolak-balik. Untuk kesempurnaan wudlu, perlu juga dilengkapi dengan mengerjakan sunnah-sunnahnya, yakni: 60

1) Membaca basmalah waktu memulai berwudlu. 2) Membasuh kedua tangan hingga ke pergelangan sebelum berkumur-kumur. 3) Berkumur-kumur. 4) Memasukkan air ke lubang hidung. 5) Membasuh sela-sela tangan dan kaki. 6) Menyapu seluruh kepala. 7) Menyapu kedua telinga luar dan dalam. 8) Mendahulukan anggota kanan dari yang kiri. 9) Membasuh tiap-tiap anggota wudlu tiga kali. 10) Membasuh anggota wudlu secara berurutan tanpa diselingi pekerjaan lain. 11) Tidak meminta pertolongan orang lain. 12) Tidak menyeka air bekas wudlu. 13) Menggosok anggota wudlu agar lebih bersih. 14) Menjaga agar percikan air tidak kembali ke badan. 15) Tidak berbicara sewaktu berwudlu. 16) Menggosok gigi. 17) Membaca dua kalimah syahadat dan menghadap ke arah kiblat ketika berwudlu. 18) Berdoa setelah berwudlu. Adapun doa setelah wudlu sebagaimana dicontohkan Nabi saw. adalah:

. .
Artinya: Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah yang Esa yang tidak ada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku ini termasuk orang-orang yang bertobat, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang suci, dan jadikanlah aku ini hamba-hamba-Mu yang shaleh. d. Yang membatalkan wudlu Hal-hal yang dapat membatalkan wudlu adalah sebagai berikut: 1) Keluarnya sesuatu dari lubang qubul atau dubur baik berupa benda padat, cair, maupun berupa angin (kentut). 61

Allah swt. berfirman:

(43 :)

Artinya: Atau salah seorang di antara kamu kembali dari buang air. (QS. an-Nisa (4): 43). 2) Hilang akal yang disebabkan mabuk, gila, atau tidur, kecuali tidur dengan posisi dubur dapat menutup keluarnya angin dari lubang dubur.

.( )
Artinya: Kedua mata adalah tali yang mengikat pintu dubur, maka apabila kedua mata itu tidur terbukalah ikatan pintu itu, maka barang siapa yang tidur hendaklah ia berwudlu. (HR. Abu Daud). 3) Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan dengan syarat keduanya sudah dewasa dan keduanya tidak mempunyai hubungan muhrim (kerabat terdekat).

(43 :)

Artinya: Atau kamu (laki-laki) telah menyentuh perempuan. (QS. an-Nisa (4): 43). 4) Menyentuh kemaluan (qubul dan dubur) dengan telapak tangan. Nabi saw. bersabda:

.()

Barang siapa yang memegang alat kemaluannya maka hendaklah berwudlu (HR. Ibnu Majah dan hadis ini dishahihkan oleh Ahmad). e. Mempraktikkan wudlu

Dari ketentuan-ketentuan wudlu seperti di atas, jika dipraktikkan secara berurutan adalah sebagai berikut: 1) Mulailah dengan membaca basmalah

62

2) Membersihkan seluruh bagian yang harus dibasuh dalam wudlu, termasuk dengan berkumur dan memasukkan air ke lubang hidung 3) Niat berwudlu sambil membasuh muka dengan air sampai merata sebanyak tiga kali 4) Membasuh tangan sampai siku-siku sebanyak tiga kali dengan mendahulukan tangan yang kanan 5) Menyapu sebagian kepala atau keseluruhannya 6) Membasuh telinga kanan dan kiri baik bagian luar maupun dalam dengan cara memasukkan jari telunjuk/jari tengah ke bagian dalam telinga dan ibu jari memegang bagian luar telinga kemudian memutar kedua jari sambil membersihkan bagian dalam dan luar telinga 7) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki sebanyak tiga kali dimulai dari bagian-bagian yang kanan lalu yang kiri sambil menggosoknya, termasuk pada kedua jari kedua kaki tersebut 8) Setelah selesai berwudlu lalu berdoa sambil menghadap ke arah kiblat.

UJI KOMPETENSI A. Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D! 1. Mensucikan diri dari hadas dan najis untuk beribadah kepada Allah disebut A. Thaharah B. Istinja C. Janabat D. Najasah 2. Hadas yang dapat disucikan dengan mandi junub disebut A. Hadas janabat B. Hadas besar C. Hadas kecil D. Hadas ringan 3. Mensucikan diri dari hadas kecil dilakukan dengan A. Mandi B. Istinja C. Wudlu D. Junub 4. Air liur anjing termasuk dalam kelompok najis A. Mukhaffafah B. Mughallazhah C. Mutawasithah D. Muthaharah 5. Di antara hal-hal yang dapat membatalkan wudlu adalah A. Muntah dengan sengaja B. Hilang akal karena gila C. Makan dan minum D. Bercakap-cakap

63

6. Menyapu muka dan tangan dengan tanah yang suci sebagai pengganti wudlu atau mandi disebut A. Junub B. Thaharah C. Tayammum D. Istinja B.Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan tepat! 1. Air yang dapat digunakan untuk menghilangkan najis adalah .. 2. Perintah melakukan thaharah dalam al-Quran terdapat dalam surat .. ayat .. 3. Hadas yang dapat dihilangkan dengan wudlu adalah hadas .. 4. Dalam bahasa Arab kata thaharah mengandung arti .. 5. Air kencing yang sudah kering yang tidak kelihatan lagi wujudnya tetapi masih diyakini adanya disebut najis .. C.Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan tepat! 1. 2. 3. 4. Jelaskan bagaimana cara mencuci najis mukhaffafah dan najis mughalladzhah? Ceritakan bagaimana pengalaman kalian dalam membiasakan kebersihan (thaharah) di rumah atau di keluarga kalian! Apa hikmah yang kalian rasakan dari pengalaman kalian membiasakan pola bersih? Cobalah kalian mengajak orang tua atau ustadz kalian untuk memberikan penilaian terhadap praktik wudlu, mandi, dan menghilangkan najis (menuci) yang kalian lakukan lalu buatlah laporannya! Berikan tanda contreng (V) pada kolom jawaban ya atau tidak pada daftar penyataan berikut ini! No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pernyataan Saya selalu mandi setiap hari minimal dua kali Saya selalu berwudlu setiap akan melaksanakan shalat Saya juga selalu berwudlu setiap akan membawa dan membaca al-Quran Saya selalu mencuci tangan setiap akan makan dan selesai makan Saya selalu gosok gigi setiap bangun tidur dan akan tidur Saya selalu memakai pakaian yang bersih dan Jawaban Tida Ya k

5.

64

suci 7. Setiap hari saya menyapu halaman dan membersihkan kotoran di sekitar rumah saya 8. Saya selalu membersihkan kelas ketika saya yang piket 9. Saya selalu membersihkan kotoran yang ada pada setiap peralatan yang saya pakai 10. Saya selalu membuang sampah pada tempatnya Keterangan: 1. Dari jawaban siswa (ya atau tidak) guru perlu melakukan cross ceck dengan menanyakan kepada siswa apakah jawabannya sesuai dengan apa yang benar-benar dilakukan siswa. Ini dilakukan di samping untuk mengetahui kebiasaan pola bersih siswa sehari-hari, juga untuk mengetahui sejauhmana kejujuran siswa. 2. Dari sepuluh pernyataan di atas guru dapat melihat bagaimana pola bersih siswa sehari-hari, apakah sudah baik (>8), cukup (68), atau kurang (<6). 6. Lakukan (praktikkan) wudlu di hadapan guru kalian: Format Penilaian Praktik Wudlu:
No. Nama Siswa Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 Jumla h Score Nila i Ketuntas an T TT Tindak Lanjut R P

1. Suharman 2. ---3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Keterangan:

1.

Aspek yang dinilai: 1. Ketepatan bagian-bagian yang dibasuh dan urutannya; score: 2. 2. Ketepatan cara membasuh dan mengusap bagian-bagian wudlu; score: 2.

65

3. Ketepatan dalam penggunaan air untuk wudlu; score: 2. 4. Ketepatan bacaan niat dan doa wudlu; score: 2. 5. Sikap siswa ketika melakukan wudlu; score: 2.

2. 3.

Jumlah score kemudian dijumlahkan sehingga bisa ditentukan nilainya. Misalnya baik (>8), cukup (6-8), atau kurang (<6), tergantung guru membuat standarnya. Dari hasil tersebut, guru bisa melakukan tindak lanjut.

Dari contoh bahan ajar di atas guru bisa melakukan adaptasi dan revisi dalam beberapa hal. Terkait dengan isi, bahan ajar di atas perlu ditambahkan materi yang lebih mengarah pada dorongan kepada peserta didik agar membiasakan pola hidup bersih dalam kehidupan sehari-hari. Guru perlu menambahkan berbagai ilustrasi yang mendorong siswa agar menjaga kebersihan dan kesehatan. Misalnya:

Cobalah kalian lakukan! Biasakanlah kalian bangun pagi sebelum jam 05.00 dan segeralah mandi sekaligus gosok gigi, lalu berwudlu dan melaksanakan shalat shubuh. Setelah itu bantulah orang tua kalian untuk membersihkan rumah, misalnya menyapu lantai kamar rumah, menyapu halaman, atau membantu mencuci piring. Kemudian bersiap-siaplah kalian untuk berangkat ke sekolah. Jika hari libur, mulailah kalian belajar mencuci pakaian kalian sendiri agar kalian terbiasa dengan kebersihan! Atau guru bisa menambahkan pembiasaan lainnya agar siswa benar-benar terbiasa dengan pola hidup bersih. Di samping itu, perlu ditambahkan motivasi agar peserta didik membiasakan diri dengan bergaya hidup sehat, disiplin, berfikir kritis, serta terbiasa dengan ketekunan, kejujuran, kerja keras, dan kepedulian. Dengan begitu, peserta didik terdorong untuk membiasakan diri dengan karakter-karakter mulia dalam kehidupannya sehari-hari. Dari segi penyajian guru perlu merubah cara atau metode penyajian (pembelajaran). Bahan ajar di atas kurang pas untuk peserta didik SMP, sebab begitu ia membaca sudah berhadapan dengan teori atau hukum-hukum. Inilah cara deduktif yang kurang pas buat peserta didik SMP. Sebaiknya cara seperti itu dibalik, yakni dengan cara induktif. Guru menambahkan di awal

66

uraian bahan ajar itu dengan fakta-fakta yang sering dihadapi peserta didik sehari-hari terkait dengan thaharah. Misalnya, guru menambahkan paragraf di awal: Kalian dapat menyaksikan berbagai kejadian sehari-hari di sekitar kalian terkait dengan masalah kebersihan. Dalam perjalanan kalian dari rumah hingga sekolah, kalian tentu bisa menyaksikan bagaimana jalan yang kalian lalui dan lingkungan di kanan kiri jalan. Kalian tentu bisa merasakan bagaimana ketika kalian melewati jalan yang bersih dan lingkungan sekitar jalan juga bersih. Tentu kalian merasa senang dan merasakan kenyamanan, sehingga kalian akan suka melewati jalan tersebut. Sebaliknya, ketika jalan yang kalian lalui tidak bersih, begitu juga kanan kirinya penuh dengan sampah atau kotoran, tentu kalian tidak senang dan enggan melewati jalan tersebut. Ini akan kalian rasakan ketika kalian sudah terbiasa dengan pola hidup bersih. Sebaliknya, kalian akan tidak peduli dengan hal itu jika kalian memang tidak memiliki kebiasaan dengan pola hidup bersih. Apa yang kalian saksikan dan rasakan seperti itu merupakan cerminan bahwa kebersihan itu sangat penting dan mempengaruhi sikap dan perilaku sehari-hari. Orang yang terbiasa dengan pola hidup bersih akan selalu ingin bersih dan tidak senang dengan sesuatu yang tidak bersih. Sebaliknya, orang yang tidak terbiasa dengan pola hidup bersih, maka pemandangan yang kotor tidak berpengaruh terhadap orang tersebut. Tentu saja masalah kebersihan ini tidak hanya terjadi di luar rumah, tetapi yang lebih penting lagi adalah di dalam rumah. dst...... Dari fakta-fakta itu peserta didik diajak untuk berpikir kritis sehingga ia benar-benar faham tentang apa yang dikaji. Setelah itu, barulah dikemukakan teori atau hukum-hukum thaharah seperti di atas. Kemudian di akhir uraian perlu ditegaskan kembali masalah thaharah tersebut dengan ditambahkan hikmah atau pentingnya thaharah dalam kehidupan peserta didik sehari-hari. Dari segi penilaian, bahan ajar di atas sudah cukup baik dan sudah memberikan penilaian terhadap karakter siswa. Guru bisa juga menambah penilaian lain untuk mengungkap kemampuan afektif dan psikomotorik peserta didik. Guru bisa juga melakukan penilaian model yang lain seperti self assessment (penilaian diri) atau peer assessment (penilaian

67

teman sejawat) untuk menilai praktik sehari-hari peserta didik tentang karakter yang diinginkan. Dengan berbagai revisi dan tambahan seperti tersebut diharapkan peserta didik terdorong dan termotivasi untuk membiasakan diri berkarakter yang baik. Yang tidak boleh dilupakan adalah bagaimana guru bisa memfasilitasi (mendisain) pembelajaran yang kondusif untuk terwujudnya karakter mulia di kalangan peserta didik di samping nilai-nilai karakter yang termuat di bahan ajar tersebut. c. Adaptasi sebagian/parsial dilaksanakan sebelum pembelajaran

Strategi ketiga ini pada prinsipnya sama dengan strategi kedua, hanya revisiannya ditulis terpisah dengan bahan ajar yang diadaptasi (aslinya/dari BSE). Inilah panduan khusus bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Panduan ini, meskipun tidak sempurna, diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi guru PAI dalam rangka pendidikan karakter melalui mata pelajaran PAI. Jika para guru PAI memiliki ide-ide pengembangan pendidikan karakter yang lebih baik dan lebih mudah untuk diterapkan, tentu panduan ini bisa dikembangkan lebih jauh lagi, tanpa meninggalkan ruh (esensi) pokok dari pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP. DAFTAR BACAAN Borba, Michele. (2008). Membangun Kecerdasan Moral: Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi. Terj. oleh Lina Yusuf. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Darmiyati Zuchdi. (2008). Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Doni Koesoema A. (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Cet. I. Fraenkel, Jack R. (1977). How to Teach about Values: An Analytic Approach. Englewood Cliffs N.J.: Prentice-Hall. Kirschenbaum, Howard. (1995). 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. Massachusetts: Allyn & Bacon. Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books. 68

Marzuki. (2009). Prinsip Dasar Akhlak Mulia: Pengantar Studi KonsepKonsep Dasar Etika dalam Islam. Yogyakarta: Debut Wahana Press-FISE UNY. Nucci, Larry P. & Narvaez, D. (2008). Handbook of Moral and Character Education. New York: Routledge. Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Puskur Balitbang Kemendiknas. Kevin Ryan & Karen E. Bohlin. (1999). Building Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass. Majid Fakhry. (1996). Etika dalam Islam. Terj. oleh Zakiyuddin Baidhawi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Tim Pendidikan Karakter. (2010). Grand Design Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemendiknas. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tim Penyusun: 1. Dr. Marzuki, M.Ag. 2. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. 3. Dr. Ade Suherman, M.Ag.

69

You might also like