Professional Documents
Culture Documents
Yang terhormat, Bapak dan Ibu dewan juri yang berbahagia Yang terhormat, Bapak dan Ibu Guru pendamping, Para peserta lomba pidato bahasa Indonesia. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat llaahi Rabbi, Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan kehendak-Nyalah kita semua dapat mengikuti Lomba Kompetensi Siswa (LKS) Tingkat Kota Bekasi. Saya yakin bahwa dengan melalui forum inilah akan terjalin tali silaturrahmi diantara sekolah se-Kota Bekasi, dan akan lahir kader-kader pemimpin bangsa yang memiliki kemampuan luar biasa. Sehingga SMK tidak lagi dipandang sebelah mata, oleh karena itu mari kita buktikan bahwa SMK BISA. Ijinkanlah saya untuk menyampaikan pidato dengan judul Perkembangan IPTEK dalam Dunia Pendidikan Dari judul tadi saya menggarisbawahi dua kata yakni IPTEK dan Pendidikan Untuk membahas tema tersebut maka yang harus dipersiapkan adalah : 1. Investasi Sumber Daya Manusia Berdasarkan hasil survey Bank Dunia 1993 Indonesia bersama negara-negara berkembang lainnya di kawasan Asia Timur telah mencatat prestasi pembangunan yang sangat mengesankan dan bahkan penuh keajaiban. Indonesia masuk dalam kategori Empat Macan Asia sebagai Negara Industri Baru (Newly Industrialized Countries). Apakah kunci keajaiban tersebut ? Walaupun berbeda variasi dan versinya, kunci keajaibannya terletak pada kemampuan untuk menciptakan dan menggerakkan investasi dan meningkatkan produktivitas rnelalui penciptaan investasi fisik dan investasi modal sumberdaya manusia yang memadai. Dalam hal ini jelas terbukti bahwa pendidikan sebagai suatu bentuk pembangunan sumberdaya manusia mempunyai peranan yang bermakna terhadap pertumbuhan ekonomi yang sustainable karena disertai dengan pemerataan dari suatu negara . SMK merupakn bagian dari investasi peningkatan Sumber Daya Manusia, terpanggil dan terpacu untuk meningkatkan kompetensi lulusannya agar siap bersaing dan dapat diterima di dunia industry. Sehingga keberadaan SMK memiliki peran strategis dalam pembangunan guna mencetak tenaga kerja trampil. Bukan hanya dalam kompetensi produktif, tetapi adaftif dan normative juga. 2. Strategi Penguasaan IPTEK Melalui Pendidikan Kemajuan teknologi hanya mungkin dicapai melalui kemajuan dalam ilmu pengetahuan karena teknologi merupakan produk aplikatif dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Kemajuan IPTEK tidak akan mungkin terwujud tanpa adanya critical mass sumberdaya manusia berkualitas. Tarap pendidikan jelas merupakan modal utama terbentuknya sumberdaya manusia berkualitas. Dari berbagai pengalaman empirik, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kinerja pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia, yang antara lain dicirikan dengan penguasaan teknologi. Penguasaan teknologi sangat berperanan dalam pemanfaatan dan pendayagunaan seluruh faktor produksi baik modal dan sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia itu sendiri. Tingkat penguasaan teknologi
menentukan pula tingkat kemajuan suatu bangsa, dan pada gilirannya menentukan tingkat peradaban. Penguasaan teknologi berkaitan erat dengan penguasaan ilmu pengetahuan, sehingga keduanya seringkali diucapkan dalam satu nafas, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Untuk itu Budaya IPTEK harus ditumbuhkembangkan sejak usia dini dalam diri seorang manusia. Kaitannnya dengan pendidikan, Ginanjar Kartasasmita mengumpamakan penanaman budaya seperti itu seperti sebuah corong; makin tinggi tarap pendidikan, harus makin deras dialirkan, sehingga pada pendidikan tinggi puncaknya harus tercapai. Proses pendidikan seperti itu akan menghasilkan insan-insan yang tidak hanya sekedar menyandang gelar sarjana, tetapi insan-insan yang bersemangat ilmiah, kreatif, dan selalu mencari kesempurnaan (unending search for exellence). Manusiamanusia seperti itulah yang akan menjadi penggerak pembangunan yang andal. Dalam hal upaya menumbuh-kembangkan budaya iptek sejak dini, bekal dasar yang harus dikuasai anak didik dengan baik adalah penguasaannya terhadap bidang mata diklat, produktif. Kita menyadari bahwa penguasaan IPTEK di kalangans anak didik masih lemah. Kelemahan tersebut harus segera kita alasi, dengan cara utamanya menciptakan gairah dan semangat untuk mempelajari bidang tersebut, dan melengkapi peralatan praktek dengan perlengakapan yang terbaru agar tidak tertingal dengan kemajuan zaman. Disinilah peran pemerintah dituntut untuk andil dalam bertindak adil antara anak bangsa yang bersekolah dinegeri dengan anak bangsa yang bersekolah diswasta, karena kami juga adalah anak Indonesia yang akan menentukan masa depan bangsa ini. MEMBANGUN PROFESIONALISME DAN KEUNGGULAN Profesionalisme dan keunggulan merupakan kata kunci yang perlu terus kita dengungkan dalam upaya kita membangun sumberdaya manusia yang berkualitas menyongsong era industrialisasi dan globalisasi. Keduanya, lagi-lagi, tidak mungkin diwujudkan tanpa penguasaan iptek. Dalam dunia yang berkembang pesat dewasa ini dan di masa mendatang, untuk membangun profesionalisme yang andal diperlukan muatan iptek yang senantiasa baru. Dunia pendidikan pada gilirannya dituntut pula untuk selalu mengantisipasi berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi itu. Masalah yang seringkali kita hadapi adalah kecepatan perkembangan yang terjadi di dunia pendidikan selalu Iebih lambat dari kecepatan perkembangan yang terjadi di dunia industri dan dunia luar pendidikan lainnya. Memang demikianlah sifat dasar dari dunia pendidikan.Menyadari karakteristik seperti itu, langkah yang perlu kita tempuh bukanlah dengan serta-merta merubah kurikulum agar lebih terkait dengan kebutuhan sesaat. Saya yakin, bahwa konsep keterkaitan dan kesepadanan (link and match) yang dicanangkan Mendikbud juga tidak diartikan sesempit itu. Keterkaitan dan kesepadanan antara dunia pendidikan dengan dunia industri dan dunia usaha lainya serta perkembangan tuntutan pembangunan perlu diartikan dan dijabarkan dengan seksama. Menurut hemat saya adalah dengan cara memberikan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik untuk siap berkembang dan dalam waktu relatif singkat mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan nyata di lapangan. Jika keterkaitan dan kesepadanan dengan dunia industri ingin ditingkatkan, materi kurikulum yang dirancang bukanlah kurikulum industri dalam arti hanya sekedar mengajarkan teknik-teknik yang ada dan pada saat sekarang dibutuhkan oleh industri. Mengapa? Karena bukannya tidak mungkin besok-lusa teknologi yang sekarang ada itu berubah. Contoh konkrit adalah teknologi komputer yang demikian cepat berkembang dan berubah. Materi kurikulum yang perlu diberikan kepada anak didik adalah materi dasar yang membangun kemajuan iptek, bukan tingkat iptek yang sekarang sedang digunakan. Dengan cara seperti itu, konsep keterkaitan dan kesepadanan akan dapat diterapkan (implemlentable) dan lestari (sustainable) Berdasarkan kerangka pikir tersebutt, ada beberapa program pendidikan yang cukup menjanjikan untuk mewujudkan keterkaitan dan kesepadan dan sekaligus untuk membangun keunggulan dan profesionalisme.
Program "CO-OP", misalnya, dapat dirintis dan dikembangkan terutama untuk jenjang pendidikan tinggi terutama politeknik. Melalui program "CO-OP" ini anak didik dilatih untuk menghayati kehidupan di dunia industri, dididik untuk memelihara dan meningkatkan etos kerja dan produktivitas, serta mengembangkan profesionalisme. Bagi jenjang pendidikan menengah kejuruan di SMK, pada prinsipnya program "CO-OP" pun dapat diterapkan dengan menyesuaikan tingkat keterampilan yang ditentukan. Dalam menerapkan konsep keunggulan dan profesionalisme melalui pendidikan di sekolah seringkali kita menghadapi masalah kurang tersedianya tenaga pendidik yang mumpuni dan mampu mengikuti perkembangan yang terjadi dengan pesat. Dalam hal ini, program penyegaran melalui pelatihan jangka pendek 8-12 minggu (short course) atau semacam contemporer technology course perlu digalakkan. Dalam pada itu, kegiatan reorientasi bagi para pendidik atau instruktur perlu juga dibiasakan. Kegiatan re orientasi ini tidak harus dilakukan melalui pelatihan, tetapi juga dapat dipenuhi dengan cara mendapatkan bahan-bahan atau materi baru dari jurnal atau majalah ilmiah berkala. Dalam konteks inilah, maka perpustakaan dan sumberdaya informasi memegang peranan yang sangat penting. Keunggulan dari setiap jenis produk berupa barang dan jasa merupakan kunci bagi keberhasilan di dunia yang persaingannya semakin ketat. Untuk itu keunggulan iptek harus terus diupayakan, ditingkatkan, dan dikembangkan. Dalam kaitan inilah, kegiatan penelitian sepatutnya dilakukan tanpa henti-hentinya, karena penelitian merupakan jantung pengembangan iptek. Kebijaksanaan dan program penelitian bernuansa keunggulan telah dirintis dan dikembangkan terutama sejak akhir Repelita X, antara lain melalui program Hibah Bersaing, Riset Ungulan Terpadu (RUT), dan Riset Ungulan Kemitraan (RUK). Melalui paket-paket penelitian seperti itu para peneliti di perguruan tinggi dan lembaga penelitian departemen dan non-departemen mempunyai peluang yang lebih besar untuk mengembangkan kemampuan dalam melakukan penelitian terutama untuk menghasilkan produkproduk unggulan. Sementara itu, disadari pula bahwa masih banyak tenaga-tenaga muda di perguruan tinggi yang belum mempunyai kemampuan meneliti secara memadai. Di lain pihak, untuk menjamin agar bangsa kita berhasil memasuki era globalisasi, diperlukan critical mass sumberdaya peneliti yang andal. Kebijaksanaan yang ditempuh untuk itu adalah dengan menyediakan paket Penelitian Pembibitan yang terutama ditujukan untuk para dosen muda di perguruan tinggi yang kemampuan penelitiannya masih rendah. (pada awalnya paket penelitian ini diperkenalkan dengan istilah Riset Dosen Tertinggal, karena ditujukan untuk membantu para dosen yang kemampuan menelitinya masih rendah Pembibitan ini dipersiapkan pada tahun 1995 dan mulai dilancarkan pada tahun 1996 ini, bertepatan dengan berakhirnya paket penelitian yang dikenal dengan nama Penelitian Berbagai Bidang (BBl) yang dibiayai dengan pinjaman Bank Dunia. Dengan demikian, maka dapatlah dikatakan bahwa program penelitian dalam rangka membangtun keunggulan dapat kita laksanakan secara lestari. PENUTUP Dermikianlah beberapa pokok pikiran yang dapat saya sampaikan dalam forum Rakernas ini. Saya merasa, masih banyak hal-hal penting yang belum saya ungkap dan sajikan, namun karena keterbatasan waktu jualah yang membatasinya. Dalam Seminar Nasional Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 13 Mei yang baru lalu, saya berkesempatan pula menyampaikan beberapa pokok pemikiran yang menurut hemat saya penting untuk disimak dalam upaya kita meningkatkan mutu kinerja sistem pendidikan dan kebudayaan nasional kita. Pada kesempatan tersebut, saya mengungkap sisi lain dari wajah pendidikan dan kebudayaan kita, dengan maksud menggugah semua pihak, tidak hanya instansi Depdikbud, betapa penting dan mendesaknya upaya peningkatan
mutu sistem pendidikan dan kebudayaan itu dilakukan secara holistik. Silakan disimak. Selamat bekerja, semoga Allah swt senantiasa membimbing kita dan memberi kekuatan kepada kita dalam menunaikan tugas khususnya di bidang pendidikan dan kebudayaan
Perkembangan industri yang berlangsung di masa datang harus lebih cepat daripada perkembangan selama ini. Hal ini berkaitan erat dengan proses transformasi teknologi, yang harus berlangsung dengan cepat dan tepat jika kita ingin mempercepat proses indutrialisasi dalam upaya membangun bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir-batin. Marilah sejenak kita simak perkembangan industri dan kemajuan teknologi untuk menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dan pembudayan teknologi. Ada beberapa tahap perkembangan teknologi yang dilalui oleh negara berkembang. Tahap yang paling awal pada umumnya adalah tahap adopsi teknologi yaitu menggunakan jenis teknologi yang ''dipinjam'' dari negara lain penghasil teknologi ltu (negara maju). Tahap kedua adalah imitasi atau peniruan terhadap jenis teknologi yang ada dan langsung menggunakannya dalam proses produksi. Tahap imitasi ini dapat pula berupa modifikasi yaitu dengan melakukan penyesuaian atau perobahan terhadap teknologi yang sudah ada sebelum diterapkan dalam proses produksi. Tahap yang paling maju adalalah tahap inovasi yaitu menciptakan sualu jenis teknologi yang betul-betul baru. Di .bawah tahap inovasi ini ada dikenal tahap inovasi-imitatif yaitu menciptakan sesuatu jenis teknologi yang "baru" dari teknologi yang sebenarnya sudah ada namun belum dikenali. Untuk sampai pada tahap inovasi itu begitu sulit dan memerlukan waktu dan proses yang panjang. Kenyataan empirik menunjukkan bahwa negara berkembang dapat tumbuh pesat dengan cara meminjam atau mengadopsi teknologi. Jepang, misamya, sangat berhasil dalam meminjam (mengadopsi) dan meniru (imitasi) teknologi negara maju. Demikian pula halnya dengan Taiwan. Kedua negara itu sangat pandai memanfaatkan teknologi yang mereka pinjam atau mereka tiru. Kepandaian semacam ini jelas tidak datang "ujug-ujug' dari langit, namun dengan bekal modal dasar ilmu pengetahuan dan ketekunan yang kuat. Ada tiga hal yang diperlukan agar penggunaan teknologi secara adopsi alau imitasi itu berdaya ungkit kuat terhadap industrialiasi yaitu informasi yang lengkap dan rinci mengenai teknologi itu, alat atau wahana dan sarana untuk menerapkan teknologi itu, dan pemahaman (understanding) mengenai teknologi tersebut. Dengan demikian, dalam melakukan proses adopsi teknologi tidak hanya sekedar menerapkannya sebagai masukan dalam proses produksi, tetapi melibatkan suatu proses kelembagaan (institusionalisasi) yang terarah. Di dalamnya ada proses pendidikan dan pembudayaan teknologi. Bagairnana hamya dengan perkembangan industri dan transformasi teknologi di Indonesia? Habibie dalam bukunya "IImu Pengetahuan Teknologi , dan Pembangunan Bangsa", tahun 1994, menyatakan bahwa ada empat tahap tranformasi teknologi yang berlangsung secara simultan (tumpang tindih) di Indonesia. Tahap pertama, adalah tahap lisensi yaitu penggunaan teknologi melalui produk lisensi dengan memanfaatkan teknologi produksi dan manajemen yang telah tersedia bagi produk yang telah ada di pasaran. Tahap kedua adalah integrasi teknologi yang sudah ada untuk memproduksi produk baru yang belum ada di pasaran. Tahap ketiga adalah pengembangan teknologi yang sudah ada untuk mendapatkan suatu teknologi baru. Tahap keempat adalah tahap penelitian dasar guna mendukung pelaksanaan tahap ketiga untuk memertahankan keunggulan teknologi yang sudah tercapai. Dewasa ini, nampaknya perkembangan industri di negara kita masih didominasi oleh tahap lisensi. Bahkan, seringkali hal ini tidak diimbangi dengan komponen lokal yang memadai. Jika kita tidak waspada, dalam perekonomian yang makin bebas dan terbuka, industri kita akan makin didominasi oleh teknologi dan produk lisensi dari negara-negara maju. Pada gilirannya bangsa kita akan menjadi "budak" teknologi negara lain karena ketergantungan kita terhadap teknologi luar itu makin besar. Untuk menghindari malapetaka itu, tidak pelak lagi kita harus membangun manusia-manusia yang pandai mengembangkan teknologi. Cita-cita kita, janganlah hanya terbatas pada membangun kemampuan adopsi atau imitasi teknologi, tetapi harus sampai pada kemampuan inovasi. Dalam kaitan inilah, maka lagi-lagi pendidikan menduduki peranan yang sangat penting dan strategis.