You are on page 1of 68

http://avina.blog.fisip.uns.ac.

id/2011/02/26/materi-mata-kuliah-bahasa-indonesia/

http://bahasakita.com/2011/05/10/kata-frasa-klausa-dan-kalimat/

Kata, frasa, klausa, dan kalimat


Keempat istilah yang menjadi judul tulisan ini sering membingungkan orang yang belum sempat mempelajari linguistik: termasuk saya. Definisi yang diperoleh pada KBBI seperti yang tercantum di bawah ini pun tidak menolong menyembuhkan kebingungan tersebut. Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat. Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Jadi apa bedanya? Dari definisi yang diberikan, terlihat bahwa urutan satuan tersebut, dari yang terkecil sampai yang terbesar, adalah (1) kata, (2) frasa, (3) klausa, dan (4) kalimat. Agar lebih jelas, ada baiknya kita bedah suatu contoh seperti di bawah ini.

Pejabat itu pernah mengatakan bahwa Indonesia dapat berperan aktif dalam perdamaian dunia.
Kalimat dan kata paling mudah dikenali. Contoh tersebut adalah satu kalimatyang relatif berdiri sendiri dan memiliki intonasi final. Kalimat tersebut tersusun dari 12 kata yang dikenali sebagai satuan yang dipisahkan olehspasi. Klausa dikenali dari bagian yang memiliki subjek dan predikat serta memiliki potensi menjadi kalimat. Kalimat itu memiliki 2 klausa yang dihubungkan dengan kata bahwa, yaitu (1) pejabat itu pernah mengatakan dan (2)Indonesia dapat berperan dalam perdamaian dunia. Menguraikan frasa sedikit lebih sulit. Frasa paling sedikit harus terdiri dari dua kata dan tidak memiliki subjek-predikat. Kalimat tersebut memiliki 4 frasa: (1) pejabat itu, (2) pernah mengatakan, (3) dapat berperan aktif, (4)perdamaian dunia. Kata bahwa, Indonesia, dan dalam tidak dimasukkan dalam frasa karena memiliki fungsi sendiri dalam bentuk tunggal. Mudah-mudahan saya tidak salah dalam menjabarkannya. Maklum, tulisan ini dibuat dalam upaya untuk belajar juga.

http://studentdedhy.blogspot.com/2012/04/contoh-makalah-macam-macam-kalimat.html

Bahasa Indonesia
Pembahasan : macam macam kaliamat
Dosen Pembimbing :

Nama nama kelompok

: Dedy junianto Sitanggang Redy Anto Simbolon Timbul Simbolon Endro Situmorang Robby Josua Marbun Erwin Silitonga

Jurusan

: Akutansi

Universitas Advent Indonesia Tahun 2012

Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita semua, terutama kepada kelompok kami sebagai penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang sedang anda baca ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Dan kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang telah meluangkan waktu baik diwaktu jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran untuk membimbing kami dalam menyelesaikan karya tulis ini, dan tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih orang tua dari anggota kelompok kami yang telah memberikan dorongan kepada kami, dan kepada teman teman kami Darwin Sinaga, Adil Ganda padang kami mengucapkan terimakasih dan yang terakhir kepada anggota kelompok kami antara lain, Dedy Sitanggang, Redy Anto Simmbolon, Endro Situmorang, Erwin Sihotanga, Timbul Simbolon dan Robby Marbun. Harapan kami dalam membuat Makalah ini semoga Tuhan Yang Maha esa memberkahi makalah ini dan dapat benar benar bermanfaat bagi kelompok kami terutama pembaca. Bandung : Universitas Advent Indonesia,2012

Daftar Isi
Halaman Kata Pengantar...................................................................................................................... 1 Daftar Isi................................................................................................................................ 2 Bab ........................................................................................................................................ 3 Pendahuluan .......................................................................................................... 3 Bab II..................................................................................................................................... 4 1).Berdasarkan Nilai Informasinya......................................................................... 4 2).Berdasarkan Diathesis........................................................................................ 5 3).Berdasarkan Urutan Katany............................................................................... 5 4).Berdasarkan Jumlah inti Membentuknya........................................................... 5 5).Berdasarkan Pola-pola Dasar yang dimilikinya.................................................. 6
6).Berdasarkan Jumlaah Kontur yang ada di dalamnya......................................... 6

7).Berdasarkan jumlah klausa yang terkandung di dalamnya................................ 7 8).Berdasarkan Pengucapannya.............................................................................. 8 Bab III................................................................................................................................... 9 Kesimpulan............................................................................................................. 9 Daftar Pustaka........................................................................................................ 10

Bab I Pendahuluan
Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting tidak lain karena melalui kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksudnya dengan jelas. Satuan bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (misalnya tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kedua bentuk itu, kata dan frasa, tidak dapat mengungkapkan suatu

maksud dengan jelas, kecuali jika keduanya sedang berperan sebagai kalimat. Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya

Bab III Kesimpulan

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis harus memiliki S dan P (Srifin dan Tasai, 2002: 58).Panjang atau pendek, kalimat hanya dan harus terdiri atas subjek dan predikat. Kalimat pendek menjadi panjang atau berkembang karena diberi tambahan-tambahan atau keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau pada keduanya (Wijayamartaya, 1991: 9). Kalimat dapat terdiri atas satu klausa jika kalimat itu merupakan kalimat tunggal yang berklausa, sedangkan kalimat luas biasanya terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat adalah kontruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola yang tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan (Kridalaksana, 1984 : 83). Berdasarkan pernyataan di atas, kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa klausa merupakan salah satu unsur segmental pembentuk kalimat, dengan kata lain klausa sebagai bagian dari kalimat.

Daftar Pustaka

Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia. Diksi Insan Mulia.

http://yantysa.wordpress.com/2008/05/09/macam-macam-kalimat/

1. Kalimat Majemuk Setara 2. Kalimat Majemuk Rapatan 3. Kalimat Majemuk Bertingkat 4. Kalimat Majemuk Campuran [sunting]Kalimat

majemuk setara

Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni:

Konjungsi

Jenis

penggabungan

dan

penguatan/Penegasan bahkan

pemilihan

atau

berlawanan

di lanjutkan pada sebuah kalimat majemuk yang kedua (sedangkan)

urutan waktu

kemudian, lalu, lantas

Contoh: 1. Juminten pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1) 2. Norif berangkat ke bengkel. (kalimat tunggal 2) Juminten pergi ke pasar sedangkan Norif berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk) Norif berangkat ke bengkel sedangkan Juminten pergi ke pasar. (kalimat majemuk)

[sunting]Kalimat

majemuk rapatan

Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali. Contoh: 1. Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)

2. Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2) 3. Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3) Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)

[sunting]Kalimat

majemuk bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh macam, yakni:

Jenis Konjungsi JOTANNN syarat tujuan jika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan) agar, supaya, biar

perlawanan (konsesif) walaupun, kendati(pun), biarpun penyebaban pengakibatan cara alat perbandingan penjelasan kenyataan Contoh: 1. Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat) 2. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu) Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1) Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2) sebab, karena, oleh karena maka, sehingga dengan, tanpa dengan, tanpa seperti, bagaikan, alih-alih bahwa padahal

[sunting]Kalimat

majemuk campuran

Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.

Contoh: 1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1) 2. Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat) 3. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu) Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran)

http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Kalimat
Jenis-jenis Kalimat Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang mengungkapkan suatu maksud. Secara lisan, kalimat diiringi dengan nada bicara, jeda dan intonasi. Secara tertulis, kalimat ditandai dengan huruf kapital dan tanda baca yang sesuai. JENIS-JENIS KALIMAT Kalimat Aktif Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan. Biasanya memiliki predikatnya berupa kata kerja berawalan me atau ber. Contoh : Nina menulis surat untuk nenek. Kalimat Pasif Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di-. Contoh : Surat untuk nenek ditulis oleh Nina. Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif : 1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif. 2. Awalan me- diganti dengan di-. 3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat. Contoh : Bapak memancing ikan. (aktif) Ikan dipancing oleh bapak. (pasif) 4. Jika subjek kalimat aktif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan. Contoh : Aku harus memngerjakan PR. (aktif) PR harus kukerjakan. (pasif)

Kalimat Langsung Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Bagian kutipan dalam kalimat langsung dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah. Biasanya ditandai dengan tanda petik ( .... ) Contoh : Ibu berkata, Anis, jangan bermain-main saja, kamu harus belajar ! Kalimat Tidak Langsung Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan orang lain. Bagian kutipan pada kalimat langsung berubah menjadi kalimat berita. Contoh : Ibu berkata bahwa aku harus rajin belajar.

Kalimat Berita Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Umumnya mendorong orang untuk memberikan tanggapan. Macam-macam kalimat berita : 1. Kalimat berita kepastian Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi. 2. Kalimat berita pengingkaran Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu. 3. Kalimat berita kesangsian Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi. 4. Kalmat berita bentuk lainnya Contoh : Kami tidak tahu mengapa dia datang terlambat.

Kalimat Perintah Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Biasanya diakhiri dengan tanda seru (!). Dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi. Macam-macam kalimat perintah : 1. Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah. Contoh : Gantilah bajumu ! 2. Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan. Contoh Jangan membuang sampah sembarangan ! 3. Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan. Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !

Kalimat Tanya Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang sehingga diperoleh jawaban tentang suatu masalah. Biasanya diakhiri dengan tanda tanya (?). Secara lisan, kalimat tanya ditandai dengan intonasi yang rendah. Contoh : Apakah kamu sakit ? Siapa yang membeli buku ini ?

Kalimat Efektif Kalimat efektif memiliki syarat : 1. Secara tepat mewakili gagasan penulis atau pembicaranya. 2. Menimbulkan gambaran yang sama antara penulis dengan pembaca atau pembicara dengan pendengar. Ciri-ciri : 1. Memiliki kesatuan gagasan atau ide pokok 2. Menggunakan kata atau frase imbuhan yang memiliki kesamaan. 3. Tidak menggunakan kata-kata yang tidak perlu. 4. Memberikan penekanan pada bagian-bagian yang penting.

Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari inti kalimat atau satu kalimat. Inti kalimat dibentuk oleh subjek dan predikat Jenis-jenis kalimat tunggal : 1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda. Contoh : Saya siswa kelas VI. 2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Contoh : Adik bernyanyi. Perluasan kalimat tunggal dilakukan dengan menambah unsur baru yang disebut keterangan Dapat berupa keterangan tempat, keterangan cara, maupun keterangan waktu. Contoh : Saya siswa kelas VI di SD Negeri Merdeka. Adik bernyanyi dengan sangat merdu.

http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf

Paragraf
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow ().

Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalamanhalaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Memasukkan 2 Paragraf gantung 3 Detil 4 Kerangka paragraf 5 Macam-macam paragraf

o o

5.1 Berdasarkan jenisnya 5.2 Berdasarkan letak kalimat utamanya

6 Paragraf dalam HTML 7 Lihat pula 8 Rujukan 9 Pranala luar

[sunting]Memasukkan
Praktik di Amerika secara umum adalah menandakan paragraf baru dengan memasukkan baris pertama (tiga hingga lima spasi), dengan baris kosong antara paragraf, sementara penulisan bisnis menggunakan baris kosong dan tanpa masukan (hal ini biasanya dikenal sebagai "paragraf blok"). Untuk karya tulis masukan dan tanpa baris kosong digunakan. Banyak terbitan buku menggunakan alat untuk memisahkan paragraf lebih jauh ketika ada perubahan adegan atau waktu. Spasi tambahan ini, khususnya ketika terjadi pada page break, dapat mendatangkan sebuahasterisk, tiga asterisk, sebuah dingbat istimewa, atau simbol khusus yang dikenal sebagai asterisme.

[sunting]Paragraf

gantung

Sebuah "paragraf gantung" adalah paragraf dimana baris pertama paragraf tidak dimasukkan dan dimana baris selanjutnya dimasukkan.

[sunting]Detil
Dalam sastra, sebuah "detail" adalah sebagian kecil informasi di dalam paragraf. Sebuah detail biasanya muncul untuk mendukung atau menjelaskan ide pokok. Dalam kutipan berikut dari Lives of the English Poets karya Dr. Samuel Johnson, kalimat pertama adalah ide pokok, bahwa Joseph Addison adalah "pakar kehidupan dan kelakuan" yang hebat. Kalimat berikutnya adalah detail yang mendukung dan menjelaskan ide pokok dalam cara yang spesifik. As a describer of life and manners, he must be allowed to stand perhaps the first of the first rank. His humour, which, as Steele observes, is peculiar to himself, is so happily diffused as to give the grace of novelty to domestic scenes and daily occurrences. He never "o'ersteps the modesty of nature," nor raises merriment or wonder by the violation of truth. His figures neither divert by distortion nor amaze by aggravation. He copies life with so much fidelity that he can be hardly said to invent; yet his exhibitions have an air so much original, that it is difficult to suppose them not merely the product of imagination.[rujukan?]

[sunting]Kerangka

paragraf

Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf. Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama. Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.

[sunting]Macam-macam

paragraf

Paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya

[sunting]Berdasarkan

jenisnya

Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya: ada kejadian, ada palaku, dan ada waktu kejadian. Contoh:

Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.

Deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan. Contoh:

Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.

Eksposisi adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi. Contoh:

Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.

Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya. Contoh:

Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan "meta penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negaranegara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.

Persuasi adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu. Contoh:

Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.

[sunting]Berdasarkan

letak kalimat utamanya

Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas. Contoh:

Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.

Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.

Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:

Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang. Yang menjadi penjelasannya di atas adalah: 1. Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus. 2. Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis. 3. Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang. 4. Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang. Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Contoh: Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu. Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu. Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan faktafakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibatsebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.


Sebab-Akibat

Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B. Contoh:

Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak untuk membiayai pembangunan. Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.


Akibat-Sebab

Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya. Contoh: Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.


Sebab-Akibat-1 Akibat-2

Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat. Contoh: Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.

Paragraf Campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf. Contoh:

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.

Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas. Contoh:

Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil beristirahat dan berkelakar.

[sunting]Paragraf

dalam HTML

Di XHTML, elemen p menandakan blok teks sebagai paragraf- tag pembuka <p> menandakan awal paragraf, dan tag penutup </p> menandakan akhir paragraf. Tag akhir bersifat opsional untukHTML, sebagaimana penjelajah secara otomatis memulai paragraf lain di tag <p> berikutnya, atau elemen blok berikutnya.

[sunting]Lihat

pula

Blok pernyataan Pilcrow

[sunting]Rujukan

The American Heritage Dictionary of the English Language. 4th ed. New York: Houghton Mifflin, 2000. Johnson, Samuel. Lives of the Poets: Addison, Savage, etc.. Project Gutenberg, November 2003. EBook, #4673.

Rozakis, Laurie E. Master the AP English Language and Composition Test. Lawrenceville, NJ: Peterson's, 2000. ISBN 0-7645-6184-7 (10). ISBN 978-0-7645-6184-9 (13).

[sunting]Pranala

luar

Lihat paragraph di Wiktionary, kamus gratis.

(Inggris) Paragraf dalam HTML 3 dari situs web World Wide Web Consortium (W3C).

http://mnovrianto.blogspot.com/2009/12/macam-macam-morfem.html macam-macam morfem Pedoman ejaan dan penulisan kata Halaman ini memuat panduan ringkas mengenai ejaan dan penulisan kata yang dianjurkan di Wikipedia bahasa Indonesia. Secara umum, pedoman ini mengikuti Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kedua dengan beberapa tambahan sesuai dengan konsensus yang telah pernah didiskusikan di antara para kontributor Wikipedia. Penulisan kata Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata. 1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu. 2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan) 1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola 2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi 3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan. 4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara. 5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia. 3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (centang-perenang, sayur mayur). 4. Gabungan kata atau kata majemuk 1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola. 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya. 3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai. 5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya. 6. Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya. 7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil. 8. Partikel 1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah. 2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun. 3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1

April, per helai. 9. Singkatan dan akronim. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan singkatan dan akronim. 10. Angka dan bilangan. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan tanggal dan angka. Kata turunan Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut. Jenis imbuhan Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi: 1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran. 1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya 2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran. 1. ber-an dan ber-i 2. di-kan dan di-i 3. diper-kan dan diper-i 4. ke-an dan ke-i 5. me-kan dan me-i 6. memper-kan dan memper-i 7. pe-an dan pe-i 8. per-an dan per-i 9. se-nya 10. ter-kan dan ter-i 3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing). 1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita. 2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-. Awalan mePembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut: 1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh meluluh, me- + makan memakan. 2. me- mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca membaca, me- + pukul memukul*, me- + vonis memvonis, me- + fasilitas + i memfasilitasi. 3. me- men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang mendatang, me- + tiup meniup*. 4. me- meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me+ kikis mengikis*, me- + gotong menggotong, me- + hias menghias. 5. me- menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom mengebom, me- + tik mengetik, me- + klik mengeklik. 6. me- meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu menyapu*. Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus: 1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu menipu, me- + sapu menyapu, me- + kira mengira. 2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi mengklarifikasi. 3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara

sempurna. Contoh: me- + konversi mengkonversi. Aturan khusus Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu: 1. ber- + kerja bekerja (huruf r dihilangkan) 2. ber- + ajar belajar (huruf r digantikan l) Konsensus penggunaan kata Tiongkok dan tionghoa Cina adalah bentuk dan penggunaan baku menurut KBBI. Ada himbauan untuk menghindari kata ini atas pertimbangan kesensitifan penafsiran. Sebagai alternatifnya diusulkan menggunakan kata China. Ini sebuah argumen yang tidak bisa didiskripsikan dan dijelaskan secara ilmiah bahasa, apalagi bunyi ujaran China - Cina adalah hampir sama (China dibaca dengan ejaan Inggris). Padanan untuk kata Cina yaitu Tiongkok (negara), Tionghoa (bahasa dan orang). Mayat dan mati mati: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata wafat, meninggal, gugur, atau tewas (tergantung konteks). mayat: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata jasad atau jenazah. Pranala ke situs luar Sebisa mungkin hindari penggunaan kalimat seperti "Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi situs ini." pada artikel yang belum lengkap. Sebaiknya pranala ke situs tersebut dimasukkan ke bagian Pranala luar dan menambahkan Templat:Stub dengan mengetik: {{stub}} atau {{rintisan}} di bagian akhir artikel. Penggunaan "di mana" sebagai penghubung dua klausa Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia TIDAK mengenal bentuk "di mana" (padanan dalam bahasa Inggris adalah "who", "whom", "which", atau "where") atau variasinya ("dalam mana", dengan mana", dan sebagainya). Penggunaan "di mana" sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata "yang" sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, HINDARI PENGGUNAAN BENTUK "DI MANA", apalagi "dimana", termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Sebenarnya selalu dapat dicari struktur yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia. Contoh-contoh: (1) Dari artikel Kantin: ... kantine adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para pengunjung dapat makan ... . Usul perbaikan: ... kantine adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan ... . (2) Dari artikel Tegangan permukaan: Teganganpermukaan = F / L dimana : F = gaya (newton) L = panjang m).[sic]

Usul perbaikan: Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m), tegangan permukaan S dapat ditulis sebagai S = F / L. Di sini tampak bahwa "apabila" menggantikan posisi "di mana" (ditulis di kalimat asli sebagai "dimana"). (3) Dari kalimat bahasa Inggris: Land which is to be planted only with rice ... . Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja ... . Contoh-contoh lain silakan ditambahkan. Kata penghubung "sedangkan" Kesalahan penggunaan kata penghubung yang juga sering kali terjadi adalah yang melibatkan kata "sedangkan". "Sedangkan" adalah kata penghubung dua klausa berderajat sama, sama seperti "dan", "atau", serta "sementara". Dengan demikian secara tata bahasa ia TIDAK PERNAH bisa mengawali suatu kalimat (tentu saja lain halnya dalam susastra!). Namun justru di sini sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya. "Sedangkan" digunakan untuk mengawali kalimat, padahal untuk posisi itu dapat dipakai kata "sementara itu". Contoh: Dari harian Jawa Pos: "Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini, 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849." Usulan perbaikan 1: "Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849." Usulan perbaikan 2: "Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu, jumlah total TPS se-Banten ada 12.849." Gabungan kata yang ditulis serangkai 1. acapkali 2. adakalanya 3. akhirulkalam 4. alhamdulillah 5. astagfirullah 6. bagaimana 7. barangkali 8. bilamana 9. bismillah 10. beasiswa 11. belasungkawa 12. bumiputra 13. daripada 14. darmabakti 15. darmasiswa 16. dukacita 17. halalbihalal 18. hulubalang 19. kacamata 20. kasatmata

21. kepada 22. keratabasa 23. kilometer 24. manakala 25. manasuka 26. mangkubumi 27. matahari 28. olahraga 29. padahal 30. paramasastra 31. peribahasa 32. puspawarna 33. radioaktif 34. sastramarga 35. saputangan 36. saripati 37. sebagaimana 38. sediakala 39. segitiga 40. sekalipun 41. silaturahmi 42. sukacita 43. sukarela 44. sukaria 45. syahbandar 46. titimangsa 47. wasalam Kata yang sering salah dieja Daftar ini disusun menurut urutan abjad. Kata pertama adalah kata baku menurut KBBI (kecuali ada keterangan lain) dan dianjurkan digunakan, sedangkan kata-kata selanjutnya adalah variasi ejaan lain yang kadang-kadang juga digunakan. 1. aktif, aktip 2. aktivitas, aktifitas 3. alquran, al-Qur'an, Al-Qur'an, al Qur'an, Al Qur'an (maupun tanpa [']) 4. analisis, analisa 5. Anda, anda 6. apotek, apotik (ingat: apoteker, bukan apotiker) 7. asas, azas 8. atlet, atlit (ingat: atletik, bukan atlitik) 9. bus, bis 10. besok, esok 11. diagnosis, diagnosa 12. Ekstrakurikuler, ekstrakulikuler 13. ekstrem, ekstrim 14. embus, hembus 15. Februari, Pebruari

16. frekuensi, frekwensi 17. foto, photo 18. gladi, geladi 19. hierarki, hirarki 20. hipnosis (nomina), menghipnosis (verba), hipnotis (adjektiva) 21. ibu kota, ibukota 22. ijazah, ijasah 23. imbau, himbau 24. indera, indra 25. indragiri, inderagiri 26. istri, isteri 27. izin, ijin 28. jadwal, jadual 29. jenderal, jendral 30. Jumat, Jum'at 31. kacamata, kaca mata 32. kanker, kangker 33. karier, karir 34. Katolik, Katholik 35. kendaraan, kenderaan 36. komoditi, komoditas [2] 37. komplet, komplit 38. konkret, konkrit, kongkrit 39. kosa kata, kosakata 40. kualitas, kwalitas, kwalitet [2] 41. kuantitas, kwantitas [2] 42. kuitansi, kwitansi 43. kuno, kuna [3] 44. lokakarya, loka karya 45. maaf, ma'af 46. makhluk, mahluk, mahkluk (salah satu yang paling sering salah) 47. mazhab, mahzab 48. metode, metoda 49. mungkir, pungkir (Ingat!) 50. nakhoda, nahkoda, nakoda 51. napas, nafas 52. narasumber, nara sumber (berlaku juga untuk kata belakang lain) 53. nasihat, nasehat 54. negatif, negatip (juga kata-kata lainnya yang serupa) 55. November, Nopember 56. objek, obyek 57. objektif, obyektif/p 58. olahraga, olah raga 59. orang tua, orangtua 60. paham, faham 61. persen, prosen

62. pelepasan, penglepasan 63. penglihatan, pelihatan; pengecualian 64. permukiman, pemukiman 65. perumahan, pengrumahan; baik untuk arti housing maupun PHK 66. pikir, fikir 67. Prancis, Perancis [4] 68. praktik, praktek (Ingat: praktikum, bukan praktekum) 69. provinsi, propinsi 70. putra, putera 71. putri, puteri 72. realitas, realita 73. risiko, resiko 74. saksama, seksama (Ingat!) 75. samudra, samudera 76. sangsi (=ragu-ragu), sanksi (=konsekuensi atas perilaku yang tidak benar, salah) 77. saraf, syaraf 78. sarat (=penuh), syarat (=kondisi yang harus dipenuhi) 79. sekretaris, sekertaris 80. sekuriti, sekuritas [2] 81. segitiga, segi tiga 82. selebritas, selebriti 83. sepak bola, sepakbola 84. silakan, silahkan (Ingat!) 85. sintesis, sintesa 86. sistem, sistim 87. surga, sorga, syurga 88. subjek, subyek 89. subjektif, subyektif/p 90. Sumatra, Sumatera 91. standar, standard 92. standardisasi, standarisasi [5] 93. tanda tangan, tandatangan 94. tahta, takhta 95. teknik, tehnik 96. telepon, tel(f/p)on, telefon, tilpon 97. teoretis, teoritis (diserap dari: theoretical) 98. terampil, trampil 99. ubah (=mengganti), rubah (=serigala) -- sepertinya kedua-duanya berlaku 100. utang, hutang (Ingat: piutang, bukan pihutang) 101. walikota, wali kota 102. Yogyakarta, Jogjakarta 103. zaman, jaman Catatan kaki 1. ^ a b di dapat juga berfungsi baik sebagai imbuhan yang harus dirangkai penulisannya maupun kata depan yang harus dipisah penulisannya. Kesalahan penulisan di merupakan salah satu kesalahan yang sangat umum ditemukan.

2. ^ a b c d Tidak semua akhiran -ty dalam bahasa Inggris dialih-bahasakan menjadi -tas walaupun tak dimungkiri bahwa mayoritasnya demikian, dalam hal ini berlaku kata-kata seperti sekuriti dan komoditi yang menggunakan sistem kedua (-ti bukan -tas), hal yang sama berlaku pada kata properti (bukan propertas). Kata-kata lainnya misalnya kuantitas memang menggunakan penerjemahan -tas. Lihat Wikipedia:Pedoman penyerapan istilah. 3. ^ Lihat bagian diskusi halaman ini 4. ^ Walaupun "Prancis" lebih dianjurkan, Wikipedia bahasa Indonesia menggunakan ejaan "Perancis" sesuai konsensus. 5. ^ Kata standardisasi memang dieja tanpa mengesampingkan huruf d antara standar dan -isasi, seperti halnya di kata implemen yang menjadi implementasi.

Morfem Morfem, adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang masih memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi.
Posted by no_free@westlife.com at 17:44

http://basindo.edublogs.org/ KATA ULANG


Kata Ulang Kata yang mengalami perulangan kata sebagian atau seluruhnya dan mengakibatkan makna yang berbada-beda. Macam-Macam Kata Ulang Kata ulang dibagi menjadi 4 macam, yakni: 1. Kata Ulang Utuh (K.U. Dwilingga), yakni perulangan kata yang dialami oleh seluruh kata dasar. Contoh: a. anak-anak b. rumah-rumah 2. Kata Ulang Sebagian (K.U. Dwipurwa), yakni perulangan kata yang dialami oleh sebagian dari kata dasar. Contoh: a. pepohonan b. tetangga 3. Kata Ulang Berimbuhan, yakni perulangan kata yang melibatkan morfem terikat (afiks) a. kejar-kejaran b. mobil-mobilan 4. Kata Ulang Salin Suara (K.U. Dwilingga Salin Suara), yakni perulangan kata yang dialami oleh seluruh kata dasar namun mengalami perubahan fonem pada salah satu kata dasarnya. Contoh: Perubahan fonem vokal a. mondar-mandir b. gerak-gerik Perubahan fonem konsonan a. sayur-mayur b. lauk-pauk Catatan: kata-kata berikut tidak termasuk kata ulang dalam bahasa Indonesia karena tidak sesuai dengan pengertian kata ulang itu sendiri. Maka kata-kata berikut dinamakan Kata Ulang Semu. Contoh: a. tiba-tiba b. kura-kura c. pura-pura d. lumba-lumba, dll. Makna Kata Ulang Dalam Bahasa Indonesia Macam-macam makna atau nosi kata ulang, di antaranya sebagai berikut. 1. Kata ulang yang menyatakan `banyak tidak menentu`. Contoh: - Di tempat kakek, terdapat pepohonan yang rimbun dan lebat sekali. - Pulau-pulau yang ada di dekat perbatasan dengan negara lain perlu diperhatikan oleh pemerintah. 2. Kata ulang yang menyatakan `sangat`. Contoh: - Jambu merah Pak Alex besar-besar dan memiliki kenikmatan yang tinggi. - Anak kelas IX orangnya malas-malas dan sangat tidak koperatif. 3. Kata ulang yang menyatakan `paling`. Contoh:

- Setinggi-tingginya Agus naik pohon, pasti dia akan turun juga. - Zambada dan Edowa mencari kecu sebanyak-banyaknya untuk makanan ikan cupang kesayangannya. 4. Kata ulang yang menyatakan `mirip` / `menyerupai` / `tiruan`. Contoh: - Marcel membuat kapal-kapalan dari kertas yang dibuang Pak Mulyanto tadi pagi. - Ricky main rumah-rumahan bersama Rexy seharian di halaman rumah. 5. Kata ulang yang menyatakan `saling` atau `berbalasan`(resiprok). Contoh: - Ketika mereka berpacaran selalu saja cubit-cubitan sambil tertawa. - Saat lebaran biasanya keluarga di RT IV kunjung-kunjungan satu sama lain. 6. Kata ulang yang menyatakan `bertambah` atau `makin`. Contoh: - Biarkan dia main hujan! Lama-lama dia akan bosan juga. - Ayah meluap-luap emosinya ketika tahu dirinya masuk perangkap penipu kartu kredit. 7. Kata ulang yang menyatakan `waktu` atau `masa`. Contoh: - Orang katro dan ndeso itu datang ke rumahku malam-malam. - Datang-datang dia langsung tidur di kamar karena kecapekan. 8. Kata ulang yang menyatakan `berusaha` atau `penyebab`. Contoh: - Setelah kejadian itu dia menguat-nguatkan diri mencoba untuk tabah. 9. Kata ulang yang menyatakan `terus-menerus` Contoh: - Anjing buduk dan rabies itu suka mengejar-ngejar anak kecil yang lewat di dekat kandangnya yang bau. - Lina selalu bertanya-tanya pada dirinya apakah kesalahannya pada Hany dapat termaafkan. 10. Kata ulang yang menyatakan `agak` (melemahkan arti). Contoh: - Karena berjalan sangat jauh kaki Putra sakit-sakit semua. - Jangan tergesa-gesa begitu dong, nanti jatuh! 11. Kata ulang yang menyatakan `beberapa`. Contoh: - Sudah bertahun-tahun nenek tua itu tidak bertemu dengan anak perempuannya yang pergi ke Hongkong. - Mas Agung berminggu-minggu tidak apel ke rumahku. Ada apa ya? 12. Kata ulang yang menyatakan `sifat` atau `agak`. Contoh: - Lagak si bencong itu kebarat-baratan kayak dakocan. - Wajahnya terlihat kemerah-merahan ketika pujaan hatinya menyapa dirinya. 13. Kata ulang yang menyatakan `himpunan pada kata bilangan`. Contoh: - Coba kamu masukkan gundu bopak itu seratus-seratus ke dalam tiap plastik! - Jangan beli makanan banyak-banyak, Nak, nanti uang sakumu habis! 14. Kata ulang yang menyatakan `bersenang-senang` atau `santai` Contoh:

- Dari tadi padi Filo kerjanya cuma tidur-tiduran di sofa. - Ular naga panjangnya bukan kepalang berjalan-jalan selalu riang kemari.

KALIMAT
KALIMAT LANGSUNG adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan atau ujaran orang lain, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bentuk dari kalimat langsung dapat berupa kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, ataupun kalimat seru. KALIMAT TAK LANGSUNG adalah kalimat yang melaporkan/memberitahukan ucapan atau ujaran orang lain. Bentuk dari kalimat tidak langsung hanya berupa kalimat berita. PERBEDAAN KALIMAT LANGSUNG DAN KALIMAT TAK LANGSUNG 1. Kalimat langsung bertanda kutip () sedangkan kalimat tak langsung tidak bertanda kutip. 2. Pada kalimat langsung, intonasi bagian yang dikutip lebih tinggi dibandingkan yang tidak, sedangkan pada kalimat tak langsung intonasi mendatar dan menurun. 3. Pada kalimat langsung, kata ganti pada kalimat yang dikutip tidak mengalami perubahan, sedangkan pada kalimat tak langsung kata ganti pada kalimat yang dikutip mengalami perubahan. 4. Susunan kalimat langsung tetap, tidak berkata tugas, sedangkan pada kalimat tak langsung berkata tugas, seperti bahwa, sebab, untuk, supaya, dll. 5. Kalimat langsung berbentuk kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, dan kalimat seru sedangkan pada kalimat tak langsung hanya berupa kalimat berita. PENGGUNAAN KATA GANTI (PRONOMINA) PADA KALIMAT LANGSUNG DAN KALIMAT TAK LANGSUNG Kalimat Langsung > Kalimat Tak Langsung kamu > saya, aku engkau > saya, aku aku, saya > dia, ia -ku > -nya kita > mereka PENGGUNAAN KATA TUGAS PADA KALIMAT LANGSUNG DAN KALIMAT TAK LANGSUNG Kalimat Langsung > Kalimat Tak Langsung siapa > tentang nama / pelaku apa (-kah) > tentang sesuatu / benda Kapan, bilamana > waktu di mana, ke mana > tempat mengapa > sebab Berapa, ke berapa > jumlah, urutan mana > pilihan bagaimana > cara jangan > untuk tidak -lah > untuk / supaya / agar (berupa kalimat berita) > bahwa
MEI01

Karangan
Uncategorized Tagged karangan1 Comment

KARANGAN

Karangan adalah hasil tulisan yang mengungkapkan ide, perasaan, atau pemikiran pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan dibagi menjadi beberapa macam, yakni: (1) Deskripsi disebut juga lukisan, yaitu salah satu bentuk karangan yang menggambarkan suatu keadaan, kejadian, atau peristiwa sejelas mungkin sehingga pembaca mendapat kesan seperti melihat sendiri sesuatu yang digambarkan itu. Contoh: Lingkungan sekolah kami sangatlah nyaman. Dengan luas 1 ha, berbagai fasilitas sekolah tersedia demi kemajuan proses belajar kami. Di sekitar halaman sekolah, terdapat berbagai jenis tanaman hias yang kami tanam sendiri. Ada pula kantin yang bersih dan luas agar suasana istirahat kami dapat kami gunakan sebaik-baiknya untuk menghilangkan kejenuhan. Dan, tersedia pula lapangan olahraga yang sangat luas sehingga dapat membantu kami untuk meningkatkan keterampilan berolahraga dan mengekspresikan diri. (2) Eksposisi ialah salah satu bentuk wacana atau karangan yang bermaksud menjelaskan, mengembangkan, atau menerangkan suatu gagasan. Tujuannya untuk menambah pengetahuan pembaca tanpa berusaha untuk mengubah pendirian atau mempengaruhi sikap pembaca. Contoh: Kantor Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang representatif, kini mulai dibangun di Palu, setelah tertunda dua tahun. Pembangunan kantor di Jalan Sam Ratulangi Palu Timur itu, direncanakan rampung 2 3 tahun mendatang, dengan biaya sekitar Rp 10 milyar. Demikian keterangan Sekwilda Sulteng, Amur Muchasim, S.H., Rabu (4/10) di Palu la menjelaskan, untuk tahap pertama, seta bangunan sayap dapat dirampungkan Februari 1996. (3) Persuasi ialah bentuk wacana yang tujuannya adalah meyakinkan, mengajak atau membangkitkan suatu tindakan dengan mengemukakan alasan-alasan yang kadang-kadang agak emosional. Jika argumentasi berusaha membuktikan kebenaran atau pernyataan melalui proses penalaran yang sehat, persuasi berusaha merebut perhatian dan membangkitkan tindakan terhadap pembacanya. Contoh: Semua orang tahu bahwa kebersihan adalah pangkal kesehatan. Namun demikian, masih banyak anggota masyarakat kita yang tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan. Inilah masalah yang sulit dipecahkan. Seandainya saja setiap anggota masyarakat peduli akan kebersihan di sekitar tempat tinggalnnya tentulah kualitas kesehatan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, marilah kita mencoba untuk menjadikan diri kita masing-masing peduli terhadap kebersihan lingkungan. Kesadaran ini dapat dimanifestasikan dalam berbagai bentuk, diantaranya ialah tidak membuang sampah sembarangan. (4) Argumentasi adalah sebuah wacana yang berusaha meyakinkan atau membuktikan kebenaran suatu pernyataan, pendapat, sikap, atau keyakinan. Dalam Argumentasi ini, suatu gagasan atau pernyataan dikemukakan dengan alasan yang kuat dan meyakinkan sehingga orang yang membacanya akan terpengaruh untuk membenarkan pernyataan, pendapat, dan sikap yang diajukan. Contoh: Amin memang murid yang baik. Setiap hari la datang ke sekolah selalu lebih awal dari temantemannya. Semua pekerjaan rumah tidak ada yang tidak diselesaikannya. Kepada gurunya dan orang tua ia selalu bersikap hormat. Bahwa prestasi belajarnya juga jauh lebih baik dari temantemannya dapat dilihat dalam rapornya yang tidak pernah ada angka merah, Tak ayal lagi ia akan menjadi mahasiswa yang baik. (5) Narasi adalah sejenis karangan atau cerita yang isinya mengisahkan atau menggambarkan suatu

kejadian atau peristiwa menurut urutan waktu atau secara kronologis. Kejadian yang dikisahkan dapat bersifat khayal atau faktual, atau gabungan dari keduanya. Narasi ini sering dimasukkan ke dalam golongan karangan fiktif, jadi tercakup di dalamnya ialah roman, novel, cerpen, hikayat, tambo, dan dongeng. Contoh: Beratus-ratus tahun Indonesia telah dijajah Belanda. Perang Dunia II pecah, dan Belanda di Indonesia kemudian ditaklukkan oleh Jepang, kini Jepanglah yang menguasai dan mengangkangi Indonesia. Ini tidak lama memang, karena Sekutu dapat mengalahkan Jepang dengan dibomnya Hiroshima dengan bom atom. Kesempatan baik ini tidak disia-siakan oleh bangsa Indonesia umuk memproklamirkan kemerdekaannya. Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno dan Bung Hata, pada tangga 17 Agustus 1945. Perbandingan karangan eksposisi dengan argumentasi a. Persamaan: 1) Sama-sama menjelaskan pendapat dan keyakinan penulis. 2) Sama-sama memerlukan fakta yang diperkuat atau diperjelas dengan angka, peta, statistik, grafik, gambar, dan lain-lain. 3) Sama-sama memerlukan analisis dan sintesis pada waktu mengupas sesuatu. 4) Sama-sama menggali sumber ide melalui: - pengalaman - pengamatan dan penelitian - sikap dan keyakinan - daya khayal tidak digunakan b. Perbedaan: 1) Tujuan paparan hanya menjelaskan dan menerangkan, sehingga pembaca memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya. Sedangkan argumentasi bertujuan mempengaruhi pembaca, sehingga pembaca akhirnya menyetujui bahwa pendapat, keyakinan, dan sikap penulis benar. 2) Grafik, statistik, dan lain-lain pada paparan untuk menjelaskan. Sedangkan grafik, statistik dan lain-lain pada argumentasi untuk membuktikan. 3) Pendahuluan pada paparan memperkenalkan topik dan tujuan yang akan dipaparkan. Sedangkan pendahuluan atau pembuka pada argumentasi berisi latar belakang dan sejarah persoalan, sistematika yang digunakan, pengertian persoalan, sera tujuan argumentasi. 4) Penutup pada akhir paparan biasanya manegaskan lagi apa yang telah diuraikan sebelumnya. Sedangkan pada akhir argumentasi biasanya menyimpulkan apa yang telah diuraikan sebelumnya. Biasanya karangan dibedakan atas karangan fiktif dan karangan faktual. Yang pertama disebut fiksi, sedang yang kedua dinamakan nonfiksi. Fiksi umumnya hanya mengetengahkan hasil rekaan atau imajinasi atau khayal pengarang. Imajinasi tersebut sering pula didasarkan pada peristiwa seharihari sehingga ada kemungkinan dapat terjadi. Sebaliknya karangan nonfiksi menyajikan peristiwa secara apa adanya atau secara objektif. Bahasa fiksi biasanya bersifat konotatif dan subjektif, bahasa nonfiksi cenderung objektif dan denotatif. Termasuk karangan fiktif ialah roman, novel, cerpen, kisah perjalanan, legenda, fabel, mite, dan hikayat. Sedang contoh karangan nonfiktif dapat kita kemukakan misalnya, resensi, skripsi, tesis, desertasi, laporan, paper atau makalah, yang semuanya termasuk karangan ilmiah Yang dimaksud karangan ilmiah ialah karangan yang mengungkapkan buah pikiran hasil pengamatan, penelitian, atau peninjauan terhadap sesuatu yang disusun menurut metode dan sistematika tertentu, dan yang isi serta kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.

Ciri-ciri Karangan Ilmiah: (1) logis, maksudnya semua keterangan yang diketengahkan mempunyai alasan yang dapat diterima akal (2) sistematis, yaitu semua yang dipaparkan disusun dalam urutan yang berkesinambungan (3) objektif atau faktual, artinya keterangan yang dikemukakan didasarkan pada apa yang benarbenar ada atau sesuai dengan fakta (4) teruji, artinya keterangan yang diberikan dapat diuji kebenarannya, dan ; (5) bahasanya bersifat lugas atau denotatif. Syarat-syarat Karangan Ilmiah: (1) mengandung masalah serta pemecahannya (2) masalah harus merangsang atau menarik perhatian pembaca (3) lengkap dan tuntas, artinya membeberkan semua segi yang berkaitan dengan masalahnya (4) disusun menurut sistem tertentu dan metode tertentu sehingga mudah dimengerti dan dipahami. Yang tergolong karangan ilmiah antara lain: (1) Laporan ialah bentuk karangan yang berisi rekaman kegiatan tentang suatu yang sedang dikerjakan, digarap, diteliti, atau diamati, dan mengandung saran-saran untuk dilaksanakan. Laporan ini disampaikan dengan cara seobjektif mungkin. (2) Makalah ditulis oleh siswa atau mahasiswa sehubungan dengan tugas dalam bidang studi tertentu. Makalah dapat berupa hasil pembahasan buku atau hasil suatu pengamatan. (3) Kertas kerja adalah karangan yang berisi prasaran, usulan, atau pendapat yang berkaitan dengan pembahasan suatu pokok persoalan, untuk dibacakan dalam rapat kerja, seminar, simposium, dan sebagainya. (4) Skripsi, karya tulis yang diajukan untuk mencapai gelar sarjana atau sarjana muda. Skripsi ditulis berdasarkan studi pustaka atau penelitian bacaan, penyelidikan, observasi, atau penelitian lapangan sebagai prasyarat akademis yang harus ditempuh, dipertahankan dan dipertanggungjawabkan oleh penyusun dalam sidang ujian. (5) Tesis mempunyai tingkat pembahasan lebih dalam daripada skripsi. Pernyataan-pernyataan dan teori dalam tesis didukung oleh argumen-argumen yang lebih kuat, jika dibandingkan dengan skripsi. Tesis ditulis dengan bimbingan seorang dosen senior yang bertanngungjawab dalam bidang studi tertentu. (6) Disertasi ialah karangan yang diajukan untuk mencapai gelar doktor, yaitu gelar tertinggi yang diberikan oleh suatu univesitas. Penulisan desertasi ini di bawah bimbingan promotor atau dosen yang berpangkat profesor, dan isinya pembahasan masalah yang lebih kompleks dan lebih mendalam daripada persoalan dalam tesis. (7) Resensi ialah karya tulis yang berisi hasil penimbangan, pengulasan, atau penilaian sebuah buku. Resensi yang disebut juga timbangan buku atau book review sering disampaikan kepada sidang pembaca melalui surat kabar atau majalah. Tujuan resensi ialah memberi pertimbangan den penilaian secara objektif, sehingga masyrakat mengetahui apakah buku yang diulas tersebut patut dibaca ataukah tidak. (8) Kritik dari bahasa Yunani kritikos yang berarti `hakim. Kritik sebagai bentuk karangan berisi penilaian baik-buruknya suatu karya secara objektif. Kritik tidak hanya mencari kesalahan atau cacat suatu karya, tetapi juga menampilkan kelebihan atau keunggulan karya itu seperti adanya. (9) Esai adalah semacam kritik yang lebih bersifat subjektif. Maksudnya apa yang dikemukakan dalam esai lebih merupakan pendapat pribadi penulisnya. (E.T.)
MEI01

Kata Jadian
Uncategorized Tagged jadianNo Comments

KATA JADIAN Kata Jadian adalah kata yang telah mengalami gramatikalisasi. Gramatikalisasi dibagi menjadi 3 macam, yakni: 1. Proses Imbuhan (Afiksasi) Kata dasar (morfem bebas) yang dilekatkan dengan afiks (morfem terikat) sehingga membentuk makna kata yang baru. pertanianContoh: per + tani + an Afiks `per-` dan `-an` adalah contoh morfem terikat, sedangkan kata `tani` adalah contoh morfem bebas. Afiksasi dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: a. afiks yang melekat di depan morfem bebas.Awalan (prefiks) Macam-macam prefiks: ber-, me(N)-, di-, pe(N)-, per, se-, memper-, diper-, pra-, manca-, antar-, adi-, dan lain-lain. Contoh kata: bermain, membaca, dipukul, pengarang, perlindungan, semacam, dll. b. afiks yang melekat di antara morfem bebas.Sisipan (infiks) Macam-macam infiks: -el-, -er-, dan -em-. Contoh kata: bergerigi (morfem bebasnya `gigi`), bergelembung (morfem bebasnya `gembung`), dll. c. afiks yang melekat di belakang morfem bebas.Akhiran (sufiks) Macam-macam sufiks: -an, -kan, -i, -wati, -wan, -man, -logi, -sasi, -if, -is, -iah, dan lain-lain. Contoh kata: mainan, ambilkan, sirami, karyawati, seniman, egois, alamiah, dll. 2. Proses Pengulangan Kata (Reduplikasi) Kata dasar yang mengalami perulangan sehingga membentuk makna yang berbeda-beda. Reduplikasi dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: a. jenis kata ulang yang terjadi pada seluruh kata dasar.Kata ulang utuh (dwilingga) Contoh kata: rumah-rumah, anak-anak, murid-murid, dll. b. bentuk perulangannya terjadi pada seluruh kata dasar tetapi terdapat fonem (huruf) yang berubah.Kata ulang utuh berubah bunyi (dwilingga salin suara) Contoh kata: gerak-gerik, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, dll. c. bentuk perulangannya terjadi pada suku awal kata dasar.Kata ulang sebagian (dwipurwa) Contoh kata: lelaki, tetangga, sesuatu, leluhur, tetamu, dll. d. bentuk perulangannya mendapat imbuhan (afiks).Kata ulang berimbuhan Contoh kata: bermain-main, bersalam-salaman, tembak-menembak, rumah-rumahan, dll. Catatan: kata kura-kura, ubur-ubur, cumi-cumi, tiba-tiba, lumba-lumba, atau kata lainnya yang menggunakan tanda hubung (-) dan memiliki makna oleh kata itu sendiri dinamakan kata ulang semu. Dan jenis ini tidak masuk ke dalam jenis kata ulang karena definisi kata ulang semu tidak sama dengan kata ulang (reduplikasi) sesuai dengan KBBI. 3. Permajemukan (Kata Majemuk) Gabungan dua kata atau lebih yang berstatus sebagai kata yang berdiri sendiri sesuai dengan kata yang digabungkan. Kata majemuk juga bisa disebut sebagai frasa. Kata majemuk dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: a. memiliki kedudukan kelas kata yang sama.Kata majemuk setara

Contoh kata: kursi tamu, hancur lebur, majalah wanita, dll. KB KB KK KK KB KB b. memiliki kedudukan kelas kata yang berbeda.Kata majemuk bertingkat (tak setara) Contoh kata: gadis belia, meja makan, siswa teladan, delapan ekor, dll. KB KS KB KK KB KS K Bil. KB c. memiliki makna yang baru.Kata Idiomatis atau ungkapan Contoh kata: panjang tangan >> bukan tangannya panjang melainkan suka mencuri, keras kepala >> bukan kepalanya keras seperti batu melainkan egois, besar mulut >> bukan mulutnya besar melainkan suka membual (pembohong), dan lain-lain. Makna Kata Ulang Dalam Bahasa Indonesia Kata ulang sangat banyak digunakan dalam percakapan kita sehari-hari dalam bahasa Indonesia. Lihat saja kata sehari-hari pada kalimat di atas adalah termasuk kata ulang. Di bawah ini merupakan arti dari kata ulang yang ada di Indonesia, yaitu antara lain: 1. Kata ulang yang menyatakan banyak tidak menentu. Contoh: - Di tempat kakek banyak pepohonan yang rimbun dan lebat sekali. - Pulau-pulau yang ada di dekat perbatasan dengan negara lain perlu diperhatikan oleh pemerintah. 2. Kata ulang yang menyatakan sangat. Contoh: - Jambu merah Pak Daden besar-besar dan memiliki kenikmatan yang tinggi. - Anak Kelas VIII orangnya malas-malas dan sangat tidak koperatif. 3. Kata ulang yang menyatakan paling. Contoh: - Setinggi-tingginya Joni naik pohon, pasti dia akan turun juga. - Mastur dan Bornok mencari kecu sebanyak-banyaknya untuk makanan ikan cupang kesayangannya. 4. Kata ulang yang menyatakan mirip / menyerupai / tiruan. Contoh: - Adik membuat kapal-kapalan dari kertas yang dibuang Pak Jamil tadi pagi. - Si Ucup main rumah-rumahan sama si Wati seharian di halaman rumah. 5. Kata ulang yang menyatakan saling atau berbalasan (resiprok). Contoh: - Ketika mereka berpacaran selalu saja cubit-cubitan sambil tertawa. - Saat lebaran biasanya keluarga di RT IV kunjung-kunjungan satu sama lain. 6. Kata ulang yang menyatakan bertambah atau makin . Contoh: - Biarkan dia main hujan! lama-lama dia akan kedinginan juga. - Ayah meluap-luap emosinya ketika tahu dirinya masuk perangkap penipu kartu kredit. 7. Kata ulang yang menyatakan waktu atau masa. Contoh: - Orang katro dan ndeso itu datang ke rumahku malam-malam. - Datang-datang dia langsung tidur di kamar karena kecapekan. 8. Kata ulang yang menyatakan berusaha atau penyebab. Contoh: - Setelah kejadian itu dia menguat-nguatkan diri mencoba untuk tabah. 9. Kata ulang yang menyatakan terus-menerus.

Contoh: - Anjing buduk dan rabies itu suka mengejar-ngejar anak kecil yang lewat di dekat kandangnya yang bau. - Mirnawati selalu bertanya-tanya pada dirinya apakah kesalahannya pada Bram dapat termaafkan. 10. Kata ulang yang menyatakan agak (melemahkan arti). Contoh: - Karena berjalan sangat jauh kaki si Adul sakit-sakit semua. - Jangan tergesa-gesa begitu dong! Nanti jatuh. 11. Kata ulang yang menyatakan beberapa. Contoh: - Sudah bertahun-tahun nenek tua itu tidak bertemu dengan anak perempuannya yang pergi ke Hongkong. - Mas Tono berminggu-minggu tidak apel ke rumahku. Ada apa ya? 12. Kata ulang yang menyatakan sifat atau agak. Contoh: - Lagak si bencong itu kebarat-baratan kayak dakocan. - Wajahnya terlihat kemerah-merahan ketika pujaan hatinya menyapa dirinya. 13. Kata ulang yang menyatakan himpunan pada kata bilangan. Contoh: - Coba kamu masukkan gundu bopak itu seratus-seratus ke dalam tiap plastik! - Jangan beli makanan banyak-banyak, Nak, nanti perutmu meletus! 14. Kata ulang yang menyatakan bersengang-senang atau santai. Contoh: - Dari tadi Bambang kerjanya cuma tidur-tiduran di sofa. - Ular naga panjangnya bukan kepalang berjalan-jalan selalu riang kemari. Pembentukan Kata-kata Bahasa Indonesia Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk mempersingkat dan memperjelas pembahasannya, kami menggunakan kata-kata yang tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak mungkin. Kami tidak membahas tentang infiks (sisipan yang jarang digunakan), reduplikasi dan kata-kata majemuk yang berafiks. Definisi Istilah kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini. afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks. prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda. sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda. konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.

kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan, perulangan, atau permajemukan. keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar dan memiliki afiks yang berbeda. Afiks Bahasa Indonesia yang Umum prefiks: ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, tersufiks: -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya konfiks: ke an, ber an, pe an, peng an, peny an, pem an, per an, se nya Penggunaan Afiks Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks merupakan kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah Indonesia berafiks. Jika seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar kata yang berasal (diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk masing-masing jenis afiks. Jika kita dapat menerima sedikit kekeliruan dalam penggunaan afiks, kita dapat menyederhanakan pembahasan tentang afiks (imbuhan). Dalam mengklasifikasikan jenis kata (nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain) kami menggunakan kaidah pengklasifikasian kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Kedua 1991) yang disusun dan diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia. Penjelasan di bawah adalah untuk menguraikan hasil penambahan afiks (imbuhan) kepada kata dasar, bukan untuk menjelaskan bilamana afiks digunakan. Dalam kamus ini tidak diuraikan tentang asal kata dasar (etimologi). Perlu diperhatikan bahwa penjelasan di bawah ini lebih berhubungan dengan perbuatan (aksi) dalam suatu kalimat siapa yang melakukan aksi itu, hasil perbuatan, arah perbuatan atau tindakan dan apakah tindakan itu merupakan fokus utama dalam kalimat atau bukan. Aplikasi Afiks ber-: menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali mengandung arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat menunjukkan keadaan atau kondisi atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini lebih aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan sesuatu. Fungsi utama prefiks ber- adalah untuk menunjukkan bahwa subyek kalimat merupakan orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam kalimat itu. Banyak verba dengan afiks ber- mempunyai kata yang sama dengan bentuk adjektiva dalam Bahasa Inggris. Sekitar satu dari tiap 44 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini membentuk verba yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus utama dalam kalimat adalah pelaku, bukan tindakan atau obyek tindakan itu. Jenis prefiks ini sering kali mempunyai arti mengerjakan, menghasilkan, melakukan atau menjadi sesuatu. Prefiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 13 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki salah satu dari prefiks ini. di-: Prefiks ini mempunyai pertalian yang sangat erat dengan prefiks me-. Prefiks me- menunjukkan tindakan aktif sedangkan prefiks di- menunjukkan tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama dalam kalimat itu, dan bukan pelaku. Sekitar satu dari tiap 40 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. pe-: Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang melakukan perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini juga bisa memiliki makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata dasarnya. Apabila kata dasarnya berupa kata sifat, maka kata

yang dibentuk dengan prefiks ini memiliki sifat atau karakteristik kata dasarnya. Sekitar satu dari tiap 110 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. ter-: Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. Penambahan afiks ini menimbulkan dua kemungkinan. (1) Jika menambahkan ke kata dasar adjektif, biasanya menghasilkan adjektif yang menyatakan tingkat atau kondisi paling tinggi (ekstrim) atau superlatif. (misalnya: paling besar, paling tinggi, paling baru, paling murah) (2) Jika menambahkan ke kata dasar yang bukan adjektif, umumnya menghasilkan verba yang menyatakan aspek perfektif, yaitu suatu perbuatan yang telah selesai dikerjakan. Afiks ini juga bisa menunjukkan perbuatan spontanitas, yaitu suatu perbuatan yang terjadi secara tiba-tiba atau tidak disengaja (misalnya aksi oleh pelaku yang tidak disebutkan, pelaku tidak mendapat perhatian atau tindakan natural). Fokus dalam kalimat adalah kondisi resultan tindakan itu dan tidak memfokuskan pada pelaku perbuatan atau bagaimana kondisi resultan itu tercapai. se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini sering dianggap sebagai pengganti satu dalam situasi tertentu. Sekitar satu dari tiap 42 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. Penggunaan paling umum dari prefiks ini adalah sebagai berikut: 1. untuk menyatakan satu benda, satuan atau kesatuan (seperti a atau the dalam Bahasa Inggris) 2. untuk menyatakan seluruh atau segenap 3. untuk menyatakan keseragaman, kesamaan atau kemiripan 4. untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang sama atau menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan waktu -an: menambah sufiks ini biasanya menghasilkan kata benda yang menunjukkan hasil suatu perbuatan. Sufiks ini pun dapat menunjukkan tempat, alat, instrumen, pesawat, dan sebagainya. Sekitar satu dari tiap 34 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini. -i: menambah sufiks ini akan menghasilkan verba yang menunjukkan perulangan, pemberian sesuatu atau menyebabkan sesuatu. Sufiks ini sering digunakan untuk memindahkan perbuatan kepada suatu tempat atau obyek tak langsung dalam kalimat yang mana tetap dan tidak mendapat pengaruh dari perbuatan tersebut . Sufiks ini pun menunjukkan di mana dan kepada siapa tindakan itu ditujukan. Sekitar satu dari tiap 70 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini. -kan: menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang menunjukkan penyebab, proses pembuatan atau timbulnya suatu kejadian. Fungsi utamanya yaitu untuk memindahkan perbuatan verba ke bagian lain dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 20 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini. -kah: menambah sufiks ini menunjukkan bahwa sebuah ucapan merupakan pertanyaan dan sufiks ini ditambahkan kepada kata yang merupakan fokus pertanyaan dalam kalimat. Sufiks ini jarang digunakan. -lah: sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan, tetapi secara singkat dapat dikatakan bahwa sufiks ini sering digunakan untuk memperhalus perintah, untuk menunjukkan kesopanan atau menekankan ekspresi. Hanya sekitar satu dari tiap 400 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini. ke-an: Konfiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 65 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. Konfiks ini adalah untuk: 1. membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam pengertian umum

yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar 2. membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal 3. membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan 4. membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan pe-an, peng-an, peny-an, pem-an: penggunaan salah satu dari keempat konfiks ini biasanya menghasilkan suatu nomina yang menunjukkan proses berlangsungnya perbuatan yang ditunjuk oleh verba dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 75 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. per-an: menambah konfiks ini akan menghasilkan sebuah nomina yang menunjukkan hasil suatu perbuatan (bukan prosesnya) dan dapat juga menunjukkan tempat. Artinya sering menunjuk kepada suatu keadaan yang ditunjuk oleh kata dasar atau hasil perbuatan verba dalam kalimat. Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh dengan menggunakan konfiks ke-an, tetapi biasanya kurang umum dan lebih konkrit atau spesifik. Sekitar satu dari tiap 108 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. se nya: Konfiks ini seringkali muncul bersama-sama dengan kata dasar tunggal atau kata dasar ulangan untuk membentuk adverbia yang menunjukkan suatu keadaan tertinggi yang dapat dicapai oleh perbuatan kata kerja (misalnya: setinggi-tingginya = setinggi mungkin). -nya: Ada penggunaan -nya sebagai sufiks murni yang mengubah arti kata dasarnya, tetapi hal ini merupakan konsep yang agak rumit dan kurang umum dan tidak dibahas di sini. contoh: biasanya = usually; rupanya = apparently -nya, -ku, -mu: satuan-satuan ini bukan merupakan afiks murni dan semuanya tidak dimasukkan sebagai entri dalam kamus ini. Pada umumnya satuan-satuan ini dianggap sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan yang digabungkan dengan kata dasar yang mana tidak mengubah arti kata dasar. Misalnya, kata bukuku = buku saya, bukumu = buku Anda, bukunya = buku dia atau buku mereka. Selain sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan, satuan -nya pun dapat memiliki fungsi untuk menunjukkan sesuatu. Misalnya, bukunya berarti buku itu, bila -nya berfungsi sebagai penunjuk. Penggunaan -nya baik sebagai kata ganti maupun penunjuk (bukan sebagai sufiks murni) adalah sangat umum dan sekitar satu dari tiap 14 kata tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki satuan ini. Penggunaan -ku dan -mu bervariasi sesuai dengan jenis tulisan. Dua jenis kata ganti ini sangat umum digunakan dalam komik, cerpen dan tulisan tidak resmi lainnya, dan jarang digunakan dalam tulisan yang lebih formal seperti surat kabar dan majalah berita. (E.T.)
MEI01

Majas (Gaya Bahasa)


Uncategorized3 Comments

Majas (Gaya Bahasa) Yang dimaksud dengan majas ialah cara pengungkapan perasaan atau pikiran dengan bahasa sedemikian rupa, sehingga kesan dan efek terhadap pembaca atau pendengar dapat dicapai semaksimal den seintensif mungkin. Macam-Macam Gaya Bahasa A. Gaya Bahasa Penegasan 1. adalah gaya bahasa yang menggunakan peribahasa yang maksudnya sudah dipahami umum.Alusio Contoh:

- Dalam bergaul hendaknya kau waspada; - Jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja. - Segala yang berkilau bukanlah berarti emas. 2. adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata yang artinya bertentangan.Antitesis Contoh: Tinggi-rendah harga dirimu bukan elok tubuhmu yang menentukan, tetapi kelakuanmu. 3. adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin rendah tingkatannya.Antiklimaks Contoh: Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya dan sekarang cucunya tak luput dari penyakit keturunan itu. 4. adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin tinggi tingkatannya.Klimaks Contoh: Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, sampai ke ibu kota, hari proklamasi ini dirayakan dengan meriah. 5. adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata tertentu untuk menggantikan nama seseorang. Kata-kata ini diambil dari sifat-sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang yang dimaksud.Antonomasia Contoh: Si Pelit den Si Centil sedang bercanda di halaman rumah Si Jangkung 6. adalah gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa hal berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.Asindeton Contoh: Buku tulis, buku bacaan, majalah, koran, surat-surat kantor semua dapat anda beli di toko itu. 7. (kebalikan asindeton) gaya bahasa yang menyebutkan beberapa hat berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.Polisindeton Contoh: Buku tulis, majalah, dan surat-surat kantor dapat dibeli di toko itu. 8. adalah gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips (kalimat tak lengkap), yakni kalimat yang predikat atau subjeknya dilesapkan karena dianggap sudah diketahui oleh lawan bicara.Elipsis Contoh: - Kalau belum jelas, akan saya jelaskan lagi. - Saya khawatir, jangan-jangan dia . 9. adalah gaya bahasa atau ungkapan pelembut yang digunakan untuk tuntutan tatakrama atau menghindari kata-kata pantang (pamali, tabu), atau kata-kata yang kasar dan kurang sopan.Eufemisme Contoh: - Putra Bapak tidak dapat naik kelas karena kurang mampu mengikuti pelajaran. - Pegawai yang terbukti melakukan korupsi akan dinonaktifkan adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya.10.Hiperbolisme Contoh: - Suaranya mengguntur membelah angkasa. - Air matanya mengalir menganak sungai.

adalah gaya bahasa penegasan yang mempergunakan kata-kata atau frase yang disisipkan di tengah-tengah kalimat.11.Interupsi Contoh: Saya, kalau bukan karena terpaksa, tak mau bertemu dengan dia lagi. adalah gaya bahasa dengan menggunakan kalimat inversi, yakni kalimat yang predikatnya mendahului subjek. Hal ini sengaja dibuat untuk memberikan ketegasan pada predikatnya.12.Inversi Contoh: Pergilah ia meninggalkan kampung halamannya untuk mencari harapan baru di kota. adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata pembetulan untuk mengoreksi (menggantikan kata yang dianggap salah).13.Koreksio Contoh: Setelah acara ini selesai, silakan Saudara-Saudara pulang, eh maaf silakan Saudara-Saudara mencicipi hidangan yang telah tersedia. adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk menyebut benda yang dimaksud. Misal, penyebutan yang didasarkan pada merek dagang, nama pabrik, nama penemu, dun lain sebagainya.14.Metonimia Contoh: - Ayah pergi ke Bandung mengendarai kijang. - Udin mengisap Gentong, Husni mengisap Gudang Garam. adalah gaya bahasa pengulangan seperti repetisi yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal dinamakan anafora, sedang di bagian akhir disebut epifora.15.Paralelisme Contoh Anafora : - Sunyi itu duka - Sunyi itu kudus - Sunyi itu lupa - Sunyi itu lampus Contoh Epifora : - Rinduku hanya untukmu - Cintaku hanya untukmu - Harapanku hanya untukmu adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu karena artinya sudah terkandung dalam kata sebelumnya.16.Pleonasmse Contoh: - Benar! Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa Tono berkelahi di tempat itu. - Dia maju dua langkah ke depan. adalah gaya bahasa penguraian dengan menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula. Misal, pagi-pagi digantikan ketika sang surya merekah di ufuk timur; materialistis diganti dengan gila harta benda.17.Parafrase Contoh: Pagi-pagi Ali pergi ke sawah. dijadikan Ketika mentari membuka lembaran hari, anak sulung Pak Sastra itu melangkahkan kakinya ke sawah. adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa jenis ini sering dipakai dalam pidato atau karangan berbentuk prosa.18.Repetisi Contoh: - Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan setiap pejuang.

- Sekali merdeka, tetap merdeka! adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat tanya, tetapi sebenarnya tidak bertanya.19.Retoris Contoh: Bukankah kebersihan adalah pangkal kesehatan? Inikah yang kau namakan kerja? 20.Sinekdoke, gaya bahasa ini terbagi menjadi dua yaitu : (a) Pars pro toto (sebagian untuk keseluruhan) dan (b) Totem pro parte (keseluruhan untuk sebagian). Pars pro Toto adalah gaya babasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan. Contoh: Setiap kepala diwajibkan membayar iuran Rp1.000,00. Sudah lama ditunggu-tunggu, belum tampak juga batang hidungnya. Totem pro parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Contoh: Cina mengalahkan Indonesia dalam babak final perebutan Piala Thomas. adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sama artinya dalam satu kalimat.21.Tautologi Contoh: - Engkau harus dan wajib mematuhi semua peraturan. - Harapan dan cita-citanya terlalu muluk. B. Gaya Bahasa Perbandingan 1. ialah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan persamaannya secara menyeluruh.Alegori Contoh: Kami semua berdoa, semoga dalam mengarungi samudra kehidupan ini, kamu berdua akan sanggup menghadapi badai dan gelombang. 2. adalah gaya bahasa perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sebenarnya, atau yang menggunakan kata-kata yang artinya berlawanan dari yang dimaksud untuk merendahkan diri.Litotes Contoh: - Dari mana orang seperti saya ini mendapat uang untuk membeli barang semahal itu. - Silakan, jika kebetulan lewat, Saudara mampir ke pondok saya. 3. adalah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal yang berbeda berdasarkan persamaannya.Metafora Contoh: - Gelombang demonstrasi melanda pemerintah orde lama. - Semangat juangnya berkobar, tak gentar menghadapi musuh. 4. adalah gaya babasa perbandingan. Benda-benda mati atau benda-benda hidup selain manusia dibandingkan dengan manusia, dianggap berwatak dan berperilaku seperti manusia.Personifikasi atau penginsanan Contoh: - Bunyi lonceng memanggil-manggil siswa untuk segera masuk kelas. - Nyiur melambai-lambai di tepi pantai 5. adalah gaya bahasa perbandingan yang mempergunakan kata-kata pembanding (seperti, laksana, bagaikan, penaka, ibarat, dan lain sebagainya) dengan demikian pernyataan menjadi lebih

jelas.Simile Contoh: - Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam. - Wajahnya seperti rembulan. 6. adalah gaya, bahasa kiasan, mempergunakan lambang-lambang atau simbol-simbol untuk menyatakan sesuatu. Misal, bunglon lambang manusia yang tidak jelas pendiriannya; lintah darat lambang manusia pemeras; kamboja lambang kematian.Simbolik Contoh: Janganlah kau menjadi bunglon! 7. adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang maknanya sejajar dengan pengertian yang dimaksudkan.Tropen Contoh: - Seharian ia berkubur di dalam kamarnya. - Bapak Presiden terbang ke Denpasar tadi pagi. C. Gaya Bahasa Pertentangan 1. adalah gaya bahasa yang mengandung uraian atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sejarah atau zaman tertentu. Misalnya menyebutkan sesuatu yang belum ada pada suatu zaman.Anakronisme Contoh: Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya dengan peluru kendali jarak menengah. 2. adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan, yakni apa yang dikatakan terlebih dahulu diingkari oleh pernyataan yang kemudian.Kontradiksio in terminis Contoh: Suasana sepi, tak ada seorang pun yang berbicara, hanya jam dinding yang terus kedengaran berdetak-detik. 3. adalah gaya bahasa pertentangan yang mengandung bantahan dan penjelasan.Okupasi Contoh: -Sebelumnya dia sangat baik, tetapi sekarang menjadi berandal karena tidak ada perhatian dari orang tuanya. -Ali sebenarnya bukan anak yang cerdas, namun karena kerajinannya melebihi kawan sekolahnya, dia mendapat nilai paling tinggi. 4. adalah gaya bahasa yang mengandung dua pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu kalimat.Paradoks Contoh: - Dengan kelemahannya, wanita mampu menundukkan pria. - Tikus mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi. D. Gaya Bahasa Sindiran 1. adalah gaya bahasa sindiran yang mempergunakan pernyataan yang mengecilkan kenyataan sebenarnya.Inuendo Contoh: la menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi. 2. adalah gaya bahasa sindiran paling halus yang menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan maksud pembicara.Ironi Contoh: Eh, manis benar teh ini. (maksudnya: pahit). 3. adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata-kata yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini

dipakai untuk menyatakan amarah.Sarkasme Contoh: - Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi, Monyet! - Dasar goblok, sudah berkali-kali diberi tahu, tetap saja tidak mengerti! 4. adalah semacam ironi, tetapi agak lebih kasar.Sinisme Contoh : Hai, harum benar baumu. Tolong agak menyisih sedikit! E. Gaya Bahasa Perulangan 1. adalah gaya bahasa yang memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya.Aliterasi Contoh: Keras kepala, keras hati, sekaligus keras adat. 2. adalah gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.Antanaklasis 3. gaya bahasa yang berwujud perulangan kata pertama dari kalimat pertama menjadi kata pertama dalam kalimat selanjutnya.Anafora Contoh: Hak asasi manusia merupakan hak mutlak yang wajib kita junjung tinggi dalam membangun bangsa dan negara. Hak asasi manusia itulah yang sekarang menjadi topik utama dunia internasional. 4. (Lihat buku Intisari Bhs. Dan Sastra Ind. SMA hal. 29) .. (E.T.)
MEI01

Citraan
Uncategorized Tagged citraanNo Comments

strong>CITRAAN DALAM PUISI Citraan adalah penggambaran mengenai objek berupa kata, frase, atau kalimat yang tertuang di dalam puisi atau prosa. Citraan dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh gambaran konkret tentang hal-hal yang ingin disampaikan oleh pengarang atau penyair. Dengan demikian, unsure citraan dapat membantu kita dalam menafsirkan makna dan menghayati sebuah puisi secara menyeluruh. Jenis Citraan dibagi menjadi 7, yakni: 1. Citraan penglihatan, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihat (mata). Citraan ini dapat memberikan ransangan kepada mata sehingga seolah-olah dapat melihat sesuatu yang sebenarnya tidak terlihat. 2. Citraan pendengaran, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indera pendengar (telinga). Citraan ini dapat memberikan ransangan kepada telinga sehingga seolah-olah dapat mendengar sesuatu yang diungkapkan melalui citraan tersebut. 3. Citraan perabaan, yaitu citraan yang melibatkan indera peraba (kulit), misalnya kasar, lembut, halus, basah, panas, dingin, dll. 4. Citraan penciuman, yaitu citraan yang berhubungan dengan indera pencium (hidung). Kata-kata yang mengandung citraan ini menggambarkan seolah-olah objek yang dibicarakan berbau harum, busuk, anyir, dll. 5. Citraan pencecapan, yaitu citraan yang melibatkan indera pencecap (lidah). Melalui citraan ini seolah-olah kita dapat merasakan sesuatu yang pahit, asam, manis, kecut, dll. 6. Citraan gerak, yaitu citraan yang secara konkret tidak bergerak, tetapi secara abstrak objek tersebut bergerak.

7. Citraan perasaan, yaitu citraan yang melibatkan hati (perasaan). Citraan ini membantu kita dalam menghayati suatu objek atau kejadian yang melibatkan perasaan. (E.T.)
MEI01

Sejarah Bahasa Indonesia


Filologi, Morfologi Bahasa, sejarah, Sintaksis Tagged bahasa, indonesia, sejarah2 Comments

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia, namun hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu. Untuk sebagian besar lainnya bahasa Indonesia adalah bahasa kedua. Bahasa Indonesia ialah sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945. Bahasa Indonesia adalah bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu. Fonologi dan tata bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah mudah, dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai pengantar pendidikan di sekolah di Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya. Bentuk yang lebih formal, disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu digunakan kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif bahasa Melayu Pasar. Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu Pasar mengancam keberadaan bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi bahasa Melayu Pasar sudah terlanjur diadopsi oleh banyak pedagang yang melewati Indonesia. Penyebutan pertama istilah Bahasa Melayu sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuna dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya pada abad ke-7 dan ke-8. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuna di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya. Karena terputusnya bukti-bukti tertulis pada abad ke-9 hingga abad ke-13, ahli bahasa tidak dapat menyimpulkan apakah bahasa Melayu Klasik merupakan kelanjutan dari Melayu Kuna. Catatan berbahasa Melayu Klasik pertama berasal dari Prasasti Terengganu berangka tahun 1303. Seiring dengan berkembangnya agama Islam dimulai dari Aceh pada abad ke-14, bahasa Melayu klasik lebih berkembang dan mendominasi sampai pada tahap di mana ekspresi Masuk Melayu berarti masuk agama Islam. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Biasanya masih digunakan bahasa daerah (yang jumlahnya bisa sampai sebanyak 360).

Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu yang dituturkan di Riau. Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan Negara Republik Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1. Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan puak (golongan) mayoritas di Republik Indonesia. 2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang dipergunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun pangkat. Bila pengguna kurang memahami budaya Jawa, ia dapat menimbulkan kesan negatif yang lebih besar. 3. Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan Bahasa Melayu Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Maluku, Jakarta (Betawi), ataupun Kutai, dengan pertimbangan pertama suku Melayu berasal dari Riau, Sultan Malaka yang terakhir pun lari ke Riau selepas Malaka direbut oleh Portugis. Kedua, ia sebagai lingua franca, Bahasa Melayu Riau yang paling sedikit terkena pengaruh misalnya dari bahasa Cina Hokkien, Tio Ciu, Ke, ataupun dari bahasa lainnya. 4. Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia. Pada tahun 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia masih dijajah Inggris. Malaysia, Brunei, dan Singapura masih dijajah Inggris. Pada saat itu, dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, diharapkan di negara-negara kawasan seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura bisa ditumbuhkan semangat patriotik dan nasionalisme negara-negara jiran di Asia Tenggara. Dengan memilih Bahasa Melayu Riau, para pejuang kemerdekaan bersatu lagi seperti pada masa Islam berkembang di Indonesia, namun kali ini dengan tujuan persatuan dan kebangsaan. Bahasa Indonesia yang sudah dipilih ini kemudian distandardisasi (dibakukan) lagi dengan nahu (tata bahasa), dan kamus baku juga diciptakan. Hal ini sudah dilakukan pada zaman Penjajahan Jepang. Mulanya Bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan Latin-Romawi mengikuti ejaan Belanda, hingga tahun 1972 ketika Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia, semakin dibakukan. Perubahan: Indonesia (pra-1972) Malaysia (pra-1972) Sejak 1972 tj ch c dj j j ch kh kh nj ny ny sj sh sy jyy oe* u u Catatan: Tahun 1949 oe sudah digantikan dengan u. Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak banyak menggunakan kata bertata bahasa dengan jenis kelamin. Sebagai contoh kata ganti seperti dia tidak secara spesifik menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki atau perempuan. Hal yang sama juga ditemukan

pada kata seperti adik dan pacar sebagai contohnya. Untuk menspesifikasi sebuah jenis kelamin, sebuah kata sifat harus ditambahkan, adik laki-laki sebagai contohnya. Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya putri dan putra. Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain (pada kasus di atas, kedua kata itu diserap dari bahasa Sanskerta melalui bahasa Jawa Kuno. Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah reduplikasi (perulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat dalam konteks. Sebagai contoh seribu orang dipakai, bukan seribu orang-orang. Perulangan kata juga mempunyai banyak kegunaan lain, tidak terbatas pada kata benda. Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak, yaitu kami dan kita. Kami adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan kita adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan bicaranya. Susunan kata dasar adalah Subjek Predikat Objek (SPO), walaupun susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kala/waktu (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, kemarin atau besok), atau indikator lain seperti sudah atau belum. Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan cukup membingungkan bagi orang yang pertama kali belajar bahasa Indonesia. (E.T.)
MEI01

Frase, Klausa, dan Kalimat


Uncategorized Tagged frase, kalimat, klausaNo Comments

Frase Macam-macam frase dari kelas kata 1. Frase endosentris: Sebuah susunan yang merupakan gabungan dua kata atau lebih ,yang menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan itu sama dengan kelas kata dari salah satu (atau lebih) unsur pembentuknya. Contoh: guru (kata benda) agama (kata benda)guru agama (kata benda) gadis (kata benda) cantik (kata sifat)gadis cantik (kata benda) Frase endosentris dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Frase bertingkat (frase subordinatif, frase atributif), yaitu frase yang mengandung unsur inti (D) dan unsur penjelas (M). Contoh: baju baru DM anak manis DM sebatang rokok kretek MDM sebuah rumah mewah MDM

seorang guru MD sepotong roti MD 2. Frase setara (frase koordinatif): frase yang mengandung dua buah unsur inti (tidak ada unsur penjelas/atribut). Contoh: suami istri sawah ladang sanak saudara 2. Frase Eksosentris: Sebuah susunan yang merupakan gabungan dua kata (atau lebih) yang menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan itu tidak sama dengan kelas kata dari salah satu(atau lebih) unsur pembentukannya. Contoh: dari (kata depan) sekolah (kata benda).dari sekolah (kata keterangan) yang (kata tugas) memimpin (kata kerja)yang memimpin(kata benda) Contoh lain: dari kantor di rumah karena lelah KT KB KT KB KT KS K Ket. K Ket. K Ket. Keterangan: ( KB ) Kata benda ( KK ) Kata kerja ( KS ) Kata sifat ( KT ) Kata tugas ( K Ket. ) Kata keterangan Klausa suatu konstruksi yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua kata, yang mengandung hubungan fungsional subjek-predikat, dan secara fakultatif, dapat diperluas dengan beberapa fungsi lain seperti objek dan keterangan-keterangan lain. (Keraf, 1991: 181). Klausa dapat dibedakan atas beberapa macam berdasarkan beberapa sudut tinjauan Macam klausa berdasarkan urutan kata: (1) Klausa normal, subjek mendahului predikat. Contoh: ia datang ke rumahku adik penari orang itu kurus (2) Klausa inversi, predikat mendahului subjek. Contoh: datang dia malam itu pergi ayah tak tentur arah (3) Klausa inversi khusus, klausa inversi yang didahului oleh keterangan. Contoh: ke tanah leluhur pergi mereka

kemarin datanglah surat itu karena sakit menangislah dia berdasarkan variasi subjek-predikat: (1) Klausa berpredikat kata kerja intrasitif Contoh: anak itu menari kuda meringkik kakek merokok nenek duduk (2) Klausa berpredikat kata kerja transitif Contoh: guru mengajar murid kurir mengantar surat Andri mencintai Dian (3) Klausa berpredikat kata benda Contoh: pamannya lurah ibunya seorang bidan kakaknya tentara (4) Klausa berpredikat kata sifat. Contoh: gadis itu cantik bapak saya tampan bapakmu pelit (5) Klausa berpredikat frase konektif Contoh: anak itu merupakan musuh mereka Sinta menjadi pramugari Maman adalah pemuda berpikiran maju (6) Klausa berpredikat adverbial (frase preposisional) Contoh: nenekku dari Kalimantan ibu ke Bandung kemarin ayah ke Bekasi naik onta berdasarkan keterikatannya dengan klausa lain: (1) Klausa bebas, klausa yang dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung pada klausa lain. Contoh: Ani membawa buku guru mengajar murid (2) Klausa terikat, klausa yang kehadirannya bergantung pada klausa lain dan biasanya ditandai oleh adanya konjungsi (kata penghubung). Contoh: ketika ayah pergi agar tubuh subur sebab kehadirannya tak diperhitungkan

Klausa terikat merupakan bagian dari sebuah kalimat, dan dapat hadir bersama-sama atau dikaitkan dengan klausa bebas. Klausa di atas, misalnya, merupakan bagian dari kalimat: Ibu merasa sedih ketika ayah pergi. Tanamanan itu diberinya pupuk agar tumbuh subur. Dadang kecewa sebab kehadirannya tak diperhitungkan Kalimat bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. (Keraf, 1991: 185). Kalimat dapat dibedakan berdasarkan bermacam-macam hal sebagai berikut: (1) Berdasarkan nilai informasinya, (sasaran atau tujuan yang akan dicapai) kalimat dibedakan atas: (a) kalimat berita (b) kalimat tanya (c) kalimat perintah: - suruhan - ajakan - permintaan - larangan (d) kalimat harapan (e) kalimat pengandaian (2) Berdasarkan diatesis, kalimat dibedakan atas: (a) kalimat aktif (subjek melakukan perbuatan) (b) kalimat pasif (subjek dikenai perbuatan) (3) Berdasarkan urutan katanya, kalimat dibedakan atas: (a) kalimat normal (subjek mandabului predikat) (b) kalimat inversi (predikat mendahului subjek) (4) Berdasarkan jumlah inti yang membentuknya, kalimat dibedakan atas: (a) kalimat minor (hanya mengandung satu inti) (b) kalimat mayor (mengandung lebih dari satu inti) (5) Berdasarkan pola-pola dasar yang dimilikinya, kalimat dibedakan atas: (a) kalimat inti (b) kalimat luas (perluasan dari kalimat inti) (c) kalimat transformasi (perubahan dari kalimat inti) Ciri-ciri kalimat inti: - hanya terdiri atas dua kata - kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat (kata pertama menduduki jabatan subjek, kata kedua menduduki jabatan predikat) - urutannya adalah subjek mendahului predikat - intonasinya adalah intonasi berita yang netral (6) Berdasarkan jumlah kontur yang terdapat di dalamnya, kalimat dibedakan atas: (a) kalimat minim (hanya mengandung satu kontur) (b) kalimat panjang (mengandung lebih dari satu kontur) Kontur adalah bagian arus ujaran yang diapit oleh dua kesenyapan. Contoh: (i) # Pergi! # (ii) # Berita daerah membangun # disiarkan TVRI # setiap hari # Kalimat (i) adalah kalimat minim, sedangkan kalimat (ii) adalah kalimat panjang.

(7) Berdasarkan jumlah klausa yang terkandung di dalamnya, kalimat dibedakan atas: (a) kalimat tunggal (kalimat yang hanya mengandung satu klausa/satu pola S-P) (b) kalimat majemuk (kalimat yang mengandung lebih dari satu klausa/lebih dari satu pola S-P). Kalimat majemuk, berdasarkan hubungan antar klausanya dibedakan lagi atas: (b. 1) kalimat majemuk setara: - setara menggabung - setara memilih - setara mempertentangkan - setara menguatkan (b.2) kalimat majemuk bertingkat (b.3) kalimat majemuk campuran (b.4) kalimat majemuk rapatan Pola dasar kalimat Pola dasar kalimat mempersoalkan kelas kata (jenis kata) apa yang mendasari pembentukan kalimat inti. Di sini kita melihat kelas kata apa yang menduduki jabatan subjek dan kelas kata apa pula yang menduduki jabatan predikat. Berdasarkan kelas kata yang menduduki fungsi S-P, dapat ditentukan pola dasar kalimat bahasa Indonesia sebagai berikut: No. Subjek Predikat Contoh Kalimat 1 Kata Benda Kata Kerja Ari menari. Satya dihukum. 2 Kata Benda Kata Sifat Arsinta cantik. Togop malas. 3 Kata Benda Kata Benda Hasahatan dokter. Bahrudin akuntan. 4 Kata Benda Kata Tugas Ibu ke pasar. Kakek dari Sukabumi. Catatan: Pola dasar no.4 sebagaimana terlihat pada contoh kalimat di atas, seringkali tidak diterima sebagai kalimat yang baik dan benar. Kalimat contoh tersebut akan diterima sebagai kalimat yang baik dan benar apabila diubah menjadi sebagai berikut: Ibu pergi ke pasar. Kakek berasal dari Sukabumi. (atau) Kakek datang dari Sukabumi. Kalimat baku (standar) dipergunakan apabila kita berbahasa baku. Adapun ciri-ciri kalimat baku adalah sebagai berikut: 1. menggunakan kata-kata baku 2. menggunakan struktur baku (sesuai dengan kaidah morfologi dan sintaksis bahasa Indonesia) 3. dalam ragam tulis, menggunakan ejaan baku (sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan) 4. dalam ragam lisan, menggunakan lafal baku (lafal yang tidak mencerminkan logat asing atau logat kedaerahan) Contoh: a. Siapa yang bikin rumah itu? (tidak baku) Siapa yang membuat rumah ini? (baku) b. Rumahnya Udin yang catnya kuning. (tidak baku)

Rumah Udin yang bercat kuning. (baku) c. Mudah2an dia lekas dalang (tidak baku) Mudah-mudahan dia lekas datang (baku) Kalimat pasif inversi Kalimat pasif inversi adalah kalimat pasif dengan pola inversi. Kalimat pasif adalah kalimat berpredikat kata kerja yang subjeknya terkena perbuatan yang tersebut dalam predikat. Kalimat berpola inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjek. Contoh: (1) Diambilnya uang itu dari dalam laci. PSK (2) Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terima kasih. KPS (3) Sudah saya baca buku itu. PS (4) Mereka taburkan bunga di pusara ibu. PSK Untuk memahami contoh-contoh kalimat di atas, perhatikan langkah-langkah perubahan dari kalimat aktif hingga menjadi kalimat pasif inversi di bawah ini ! Pertama: Kalimat aktif Ia mengambil uang itu dari dalam laci. S P O.penderita K Kedua: diubah menjadi pasif Uang itu diambil oleh ia dari dalam laci. S P O.pelaku K Ketiga: disederhanakan (P dan O pelaku disatukan menjadi P) Uang itu diambilnya dari dalam laci. SPK Keempat: diinversikan diambilnya uang itu dari dalam laci. PSK Mereka menaburkan bunga di pusara ibu. SPOK Bunga ditaburkan oleh mereka di pusara ibu. S P O. pelaku K bunga mereka taburkan di pusara ibu. SPK Mereka taburkan bunga di pusara ibu. PSK Keterangan aspek kala Keterangan aspek kala adalah keterangan yang menandai waktu pelaksanaan pekerjaan/ perbuatan/ proses yang tersebut pada predikat kalimat. Keterangan aspek kala posisinya selalu di depan predikat kalimat. Kata-kata yang merupakan keterangan aspek kala adalah sudah, telah, sedang, belum, dan akan Contoh: (1) Ani sedang membaca buku. keterangan aspek kontinuatif, menyatakan pekerjaan tengah berlangsung

(2) Ani akan membaca buku. keterangan aspek futuratif, menyatakan pekerjaan akan berlangsung (3) Ani telah membaca buku. keterangan aspek perfektif, menyatakan pekerjaan sudah berlangsung Letak keterangan aspek kala pada kalimat pasif inversi Pada kalimat pasif inversi, keterangmi aspek kala posisinya sama dengan posisi pada kalimat aktif dan kalimat pasif biasa, yaitu di depan predikat. Perhatikan contoh berikut ! (1) Rudi telah membaca kitab itu hingga tamat. (2) Kitab itu telah dibaca oleh Rudi hingga tamat. (3) Kitab itu telah Rudi baca hingga tamat. (4) Telah Rudi baca kitab itu hingga tamat. (5) Rudi telah baca kitab itu hingga tamat. Letak kata telah pada kalimat (1), (2), (3), dan (4) benar, sedangkan pada kalimat (5) salah. Dengan demikian kalimat (5) adalah kalimat yang mengalami kesalahan struktural. Gagasan utama kalimat Gagasan utama atau pikiran pokok kalimat adalah amanat/informasi yang terpenting yang terkandung dalam sebuah katimat. Gagasan utama kalimat dinyatakan dengan pola S-P atau pola SP-O. Gagasan utama dinyatakan dengan pola S-P dalam kalimat nominal dan kalimat verbal intransitif ~Sedangkan pada kalimat verbal transitif gagasan utama dapat dinyatakan dengan pola S-P-O atau S-P saja. Contoh: (1) Amir sedang membaca buku di dalam kamar. SPOK GU: Amir membaca. (2) Kemarin Ida mengantarkan surat ke rumahku. KSPOK GU: Ida mengantarkan surat. (3) Ayah Anita adalah seorang perwira menengah. SP GU: Ayah perwira. (4) Ketty sedang duduk di ruang tamu SPK GU: Ketty duduk. Gagasan utama pada kalimat majemuk setara Kalimat mejemuk setara adalah kalimat yang mengandung dua pola klausa atau lebih yang hubungan antarklausa bersifat setara. Pada kalimat majemuk setara terdapat lebih dari satu gagasan yang kedudukannya sederajat. Jadi, dalam kalimat majemuk setara, terdapat lebih deri satu gagasan utama. Contoh: (1) Eko makan sate, Andi makan asilnan. GU: (1) Eko makan, (2) Andl makan. (2) Ali sedang belajar, sedangkan Abas sedang tidur. GU: (1) Ali belajar, (2) Abas tidur.

Gagasan Utama pada kalimat majemuk bertingkat Kalimat majemuk bertingkat pada dasarnya adalah kalimat tunggal yang salah satu fungsinya diperluas dan perluasannya itu membentuk sebuah pola klausa. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat klausa utama (klausa bebas) den klausa terikat. Dengan demikian, dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat gagasan utama dan gagasan bawahan (gagasan penjelas). Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa gagasan utama tidak selamanya berada pada klausa utama. Perhatikan keterangan berikut dengan baik. (a) Apabila anak kalimat merupakan perluasan fungsi keterangan, gagasan utama terdapat pada klausa utama yang merupakan induk kalimat. Contoh: (1) Ketika ayah pergi, ibu kesepian di rumah. GU: lbu kesepian. (2) Wati menyirami tanaman itu setiap hari supaya buahnya lebat. GU: Wati menyirami tanaman. (3) Aminah bahagia karena suaminya naik pangkat. GU: Aminah bahagia. (b) Apabila anak kalimat merupakan perluasan fungsi objek (anak kalimat merupakan objek dari predikat verba transitif), gagasan utama terdapat pada anak kalimat. Contoh: (1) Presiden mengatakan bahwa pembangunan harus dilanjutkan. GU: Pembangunan harus dilanjutkan. (2) Mat Kemplo menceritakan bahwa kakeknya jatuh dari ayunan. GU: Kakeknya jatuh. (c) Apabila anak kalimat merupakan pelengkap, gagasan utama terdapat pada induk kalimat. Contoh: (1) Saya berharap hal itu tidak akan terjadi. GU: Saya berharap. (2) Mereka lupa bahwa mereka harus melunasi pinjamannya pada akhir bulan ini. GU: Mereka lupa. (E.T.)
MEI01

Ejaan yang Disempurnakan


Uncategorized Tagged ejaan11 Comments

Ejaan yang Disempurnakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Perbedaanperbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah: tj menjadi c : tjutji cuci dj menjadi j : djarak jarak j menjadi y : sajang sayang nj menjadi ny : njamuk nyamuk sj menjadi sy : sjarat syarat ch menjadi kh : achir akhir Penggunaan Tanda baca Tanda Titik (.) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. contoh: Saya suka makan nasi. Sebuah kalimat diakhiri dengan titik. Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan. Cara ini dilakukan dalam penulisan karya ilmiah. 2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. contoh: Irwan S. Gatot George W. Bush Tetapi apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Contoh: Anthony Tumiwa 3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh: Dr. (Doktor) Ny. (Nyonya) S.E. (Sarjana Ekonomi) 4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik. Contoh: dll. (dan lain-lain) dsb. (dan sebagainya) tgl. (tanggal) Dalam karya ilmiah seperti skripsi, makalah, laporan, tesis, dan disertasi, dianjurkan tidak mempergunakan singkatan. 5. Tanda titik dibelakang huruf dalam suatu bagian ikhtisar atau daftar. contoh: I. Persiapan Ulangan Umum. A. Peraturan. B. Syarat. Jika berupa angka, maka urutan angka itu dapat disusun sebagai berikut dan tanda titik tidak dipakai pada akhir sistem desimal.

Contoh: 1.1 1.2 1.2.1 6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. contoh: Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik) 7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah. contoh: Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal. Nomor Giro 033983 telah saya kasih kepada Michael. 8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga- lembaga nasional di dalam akronomi yang sudah diterima oleh masyarakat. contoh: Sekjen : (Sekretaris Jenderal) UUD : (Undang-Undang Dasar) SMA : (Sekolah Menengah Atas) WHO : (World Health Organization) 9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. contoh: Cu (Kuprum) 52 cm l (liter) Rp 350,00 10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya. contoh: Latar Belakang Pembentukan Sistem Acara 11. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat. contoh: Jalan Kebayoran 32 Jakarta, 3 Mei 1997 Yth.Sdr.Ivan Jalan Istana 30 Surabaya B. Tanda Koma (,) 1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan. 2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan. contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.

3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. Karena sibuk, ia lupa akan janjinya. 3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan. 4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. contoh: Oleh karena itu, kamu harus datang. Jadi, saya tidak jadi datang. 5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. contoh: O, begitu. Wah, bukan main. 6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. contoh: Kata adik, Saya sedih sekali. 7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan tanggal, (ii) bagian-bagian kalimat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. contoh: Medan, 18 Juni 1984 Medan, Indonesia. 8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia. 9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22. 10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. contoh: Rinto Jiang,S.E. 11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. contoh: 33,5 m Rp 10,50 12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali. 13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. contoh: dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguhsungguh.

Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa. 14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. contoh: Di mana Rex tinggal? tanya Stepheen. C. Tanda Titik Koma (;) 1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. contoh: malam makin larut; kami belum selesai juga. 2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur, adik menghafalkan namanama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar. D. Tanda Titik Dua (:) 1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. contoh: yang kita perlukan, sekarang ialah barang-barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan. 2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. contoh: Ketua : Hany Christoffer Wakil Ketua : Ricky Kurniawan Wenas Sekretaris : Maria Dewi Puspasari Wakil Sekretaris : Terry Rionaldy Bendahara : Lina Veronica Wakil bendahara : Marcel Lawinata 3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. contoh: Pak Erwin : Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Pak Guru! Rexy : Ya, Pak! 4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan. contoh: (i) Tempo, I (1971), 34:7 (ii) Surah Yasin:9 (iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi sudah terbit. 5. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. E. Tanda Hubung (-) 1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. contoh: .dia beli baru juga.

-Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris. contoh: . masalah itu akan diproses. 2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dan belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya ada pergantian baris. contoh: . cara baru mengukur panas akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris. contoh: menghargai pendapat. 3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. contoh: anak-anak tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan. 4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. contoh: p-e-n-g-u-r-u-s 5. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan. bandingkan: ber-evolusi dengan be-revolusi dua puluh lima-ribuan (205000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (125000). Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah PN dengan di-PN-kan. 6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbulan atau kata. contoh: se-Indonesia hadiah ke-2 tahun 50-an ber-SMA KTP-nya nomor 11111 bom-V2 sinar-X. 7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Contoh: di-charter pen-tackle-an Sebagai lambang matematika untuk pengurangan (tanda kurang). F. Tanda Pisah () 1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat. contoh: Wikipedia Indonesiasaya harapkanakan menjadi Wikipedia terbesar

Dalam pengetikan karangan ilmiah, tanda pisah dinyatakan dengan 2 tanda hubung tanpa jarak. contoh: MedanIbu kota Sumutterletak di Sumatera 2. Tanda pisah menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas. contoh: Rangkaian penemuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atomtelah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. 3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ke, atau sampai. contoh: 19191921 MedanJakarta 1013 Desember 1999 Lihat lainnya pada Pedoman Ejaan yang Disempurnakan. Penggunaan Angka atau Lambang Bilangan 1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Ditulis dengan angka Arab atau Romawi. 2. Angka dipakai untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, isi; satuan waktu; nilai uang; dan kuantitas. 3. Angka dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. 4. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. 5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf secara umum dipisahkan antar tiap bagian dan awalan per- (untuk pecahan) digunakan menyatu dengan bagian yang langsung mengikutinya. 6. Lambang bilangan tingkat dituliskan dengan tiga cara: angka Romawi, tanda hubung antara ke- dan angka, atau dirangkai jika angka dinyatakan dengan kata. 7. Lambang bilangan yang mendapat akhiran -an ditulis dengan tanda hubung antara angka dan an atau dirangkai jika angka dinyatakan dengan kata. 8. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah. 9. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja agar mudah dibaca. 10.Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus, kecuali dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Jika dituliskan sekaligus, penulisan harus tepat. 11.Tanda hubung ke- tidak disambung pada bilangan yang menyatakan jumlah. Misalnya: Keempat anak tersebut sedang bersenang-senang. contoh: Jika ditulis dengan angka Arab, bilangan ditulis dengan diawali ke-. Jika ditulis dengan angka Romawi, bilangan ditulis sendirian. Benar: abad kesebelas, abad ke-11, abad XI Salah: abad ke sebelas, abad ke 11, abad ke-XI, abad 11 Penulisan tahun Benar: 1960-an Salah: 1960an Singkatan dan Akronim 1. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih. a. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan/organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

c. Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Tetapi, singkatan umum yang terdiri hanya dari dua huruf diberi tanda titik setelah masing-masing huruf. d. Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing tidak diikuti tanda titik. 2. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil. Penulisan gelar yang sering salah DR, Dr, atau dr? Untuk doktor (S3) dan dokter (ahli penyakit) 1. Doktor (S3) DR. SYAFARUDIN, bukan Dr. SYAFARUDIN, tetapi Dr. Syafarudin, bukan DR. Syafarudin. 2. Dokter (ahli penyakit) Dr. SOEMANTRI, bukan dr. SOEMANTRI, tetapi dr. Soemantri, bukan Dr. Soemantri Sering ditanyakan, bagaimana menuliskan gelar ini di awal kalimat. Hal ini adalah masalah tata kalimat. Hindari penulisan singkatan (termasuk gelar) di awal kalimat. Penulisan kata Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata. 1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu. 2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan) 3. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola [1]. 4. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi 5. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan. 6. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara. 7. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: nonIndonesia. 9. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola. 10.Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya. 11.Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai. 12.Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu,

miliknya. 13.Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya. 14.Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil. 15.Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah. 16.Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun. 17.Partikel per- yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai. Konsensus penggunaan kata Tiongkok dan Tionghoa Cina adalah bentuk dan penggunaan baku menurut KBBI. Ada himbauan untuk menghindari kata ini atas pertimbangan kesensitifan penafsiran. Sebagai alternatifnya diusulkan menggunakan kata China. Ini sebuah argumen yang tidak bisa didiskripsikan dan dijelaskan secara ilmiah bahasa, apalagi bunyi ujaran China Cina adalah hampir sama (China dibaca dengan ejaan Inggris). Padanan untuk kata Cina yaitu Tiongkok (negara), Tionghoa (bahasa dan orang). Mayat dan mati mati: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata wafat, meninggal, gugur, atau tewas (tergantung konteks). mayat: hindari penggunaannya dalam biografi. Gunakan kata jasad atau jenazah. Penggunaan di mana sebagai penghubung dua klausa Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk di mana (padanan dalam bahasa Inggris adalah who, whom, which, atau where) atau variasinya (dalam mana, dengan mana, dan sebagainya). Penggunaan di mana sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata yang sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, HINDARI PENGGUNAAN BENTUK DI MANA, apalagi dimana, termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Sebenarnya selalu dapat dicari struktur yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia. contoh-contoh: (1) Dari artikel Kantin: kantine adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para pengunjung dapat makan . Usul perbaikan: kantine adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan . (2) Dari artikel Tegangan permukaan: Tegangan permukaan = F / L dimana : F = gaya (newton) L = panjang m).[sic] Usul perbaikan: Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m), tegangan permukaan S dapat ditulis sebagai S = F / L. Di sini tampak bahwa apabila menggantikan posisi di mana (ditulis di kalimat asli sebagai dimana). (3) Dari kalimat bahasa Inggris: Land which is to be planted only with rice . Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja . Contoh-contoh lain silakan ditambahkan. [sunting] Kata penghubung sedangkan

Kesalahan penggunaan kata penghubung yang juga sering kali terjadi adalah yang melibatkan kata sedangkan. Sedangkan adalah kata penghubung dua klausa berderajat sama, sama seperti dan, atau, serta sementara. Dengan demikian secara tata bahasa ia TIDAK PERNAH bisa mengawali suatu kalimat (tentu saja lain halnya dalam susastra!). Namun justru di sini sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Sedangkan digunakan untuk mengawali kalimat, padahal untuk posisi itu dapat dipakai kata sementara itu. Contoh: Dari harian Jawa Pos: Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini, 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849. Usulan perbaikan 1: Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849. Usulan perbaikan 2: Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu, jumlah total TPS se-Banten ada 12.849. Contoh gabungan kata yang ditulis serangkai: acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, dan wasalam. Kata yang sering salah dieja Daftar ini disusun menurut urutan abjad. Kata pertama adalah kata baku menurut KBBI (kecuali ada keterangan lain) dan dianjurkan digunakan, sedangkan kata-kata selanjutnya adalah variasi ejaan lain yang kadang-kadang juga digunakan. aktif, aktip aktivitas, aktifitas al Quran, alquran analisis, analisa Anda, anda apotek, apotik (ingat: apoteker, bukan apotiker) asas, azas atlet, atlit (ingat: atletik, bukan atlitik) bus, bis besok, esok diagnosis, diagnosa ekstrem, ekstrim embus, hembus Februari, Pebruari frekuensi, frekwensi foto, Photo gladi, geladi hierarki, hirarki hipnosis (nomina), menghipnosis (verba), hipnotis (adjektiva) ibu kota, ibukota

ijazah, ijasah imbau, himbau indera, indra indragiri, inderagiri istri, isteri izin, ijin jadwal, jadual jenderal, jendral Jumat, Jumat kanker, kangker karier, karir Katolik, Katholik kendaraan, kenderaan komoditi, komoditas komplet, komplit konkret, konkrit, kongkrit kosa kata, kosakata kualitas, kwalitas, kwalitet kuantitas, kwantitas kuitansi, kwitansi kuno, kuna lokakarya, loka karya maaf, maaf makhluk, mahluk, mahkluk (salah satu yang paling sering salah) mazhab, mahzab metode, metoda mungkir, pungkir (Ingat!) nakhoda, nahkoda, nakoda narasumber, nara sumber (berlaku juga untuk kata belakang lain) nasihat, nasehat negatif, negatip (juga kata-kata lainnya yang serupa) November, Nopember objek, obyek objektif, obyektif/p olahraga, olah raga orang tua, orangtua paham, faham persen, prosen pelepasan, penglepasan penglihatan, pelihatan; pengecualian permukiman, pemukiman perumahan, pengrumahan; baik untuk arti housing maupun PHK pikir, fikir Prancis, Perancis praktik, praktek (Ingat: praktikum, bukan praktekum) provinsi, propinsi

putra, putera putri, puteri realitas, realita risiko, resiko saksama, seksama (Ingat!) samudra, samudera sangsi (=ragu-ragu), sanksi (=konsekuensi atas perilaku yang tidak benar, salah) saraf, syaraf sarat (=penuh), syarat (=kondisi yang harus dipenuhi) sekretaris, sekertaris sekuriti, sekuritas [2] segitiga, segi tiga selebritas, selebriti sepak bola, sepakbola silakan, silahkan (Ingat!) sintesis, sintesa sistem, sistim sorga, surga, syurga subjek, subyek subjektif, subyektif/p Sumatra, Sumatera standar, standard standardisasi, standarisasi [5] tanda tangan, tandatangan tahta, takhta teknik, tehnik telepon, tel(f/p)on, telefon, tilpon teoretis, teoritis (diserap dari: theoretical) terampil, trampil ubah (=mengganti), rubah (=serigala) sepertinya kedua-duanya berlaku utang, hutang (Ingat: piutang, bukan pihutang) wali kota, walikota Yogyakarta, Jogjakarta zaman, jaman Bahasa Serapan Bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah di Indonesia maupun dari bahasa asing seperti Inggris, Belanda, Arab, dan Sanskerta. Unsur pinjaman tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar: unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap, serta unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Penyesuaian ejaan Tanpa perubahan ae jika tidak bervariasi dengan e. Contoh: aerobe aerob. ai au e

ea ei eo eu f i jika di awal suku kata di muka vokal. Contoh: ion ion. ie jika lafalnya bukan i. Contoh: variety varietas. kh (Arab) ng ps pt u ua ue ui uo v x, jika di awal kata. Contoh: xenon xenon. y, jika lafalnya y. Contoh: yen yen. z. Dengan perubahan aa (Belanda) a. Contoh: octaaf oktaf. ae e, jika bervariasi dengan e. Contoh: haemoglobin hemoglobin. c k, jika di muka a, u, o, dan konsonan. Contoh: crystal kristal. c s, jika di muka e, i, oe, dan y. Contoh: cylinder silinder. cc k, jika di muka o, u, dan konsonan. Contoh: accumulation akumulasi. cc ks, jika di muka e dan i. Contoh: accent aksen. ch dan cch k, jika di muka a, o, dan konsonan. Contoh: saccharin sakarin. ch s, jika lafalnya s atau sy. Contoh: machine mesin. ch c, jika lafalnya c. Contoh: check cek. [1] (Sansekerta) s. Contoh: stra sastra. ee (Belanda) e. Contoh: systeem sistem. gh g. Contoh: sorghum sorgum. gue ge ie (Belanda) i, jika lafalnya i. Contoh: politiek politik. oe (oi Yunani) e oo (Belanda) o. Contoh: komfoor kompor. oo (Inggris) u. Contoh: cartoon kartun. oo (vokal ganda) tetap. Contoh: zoology zoologi. ph f. Contoh: phase fase. qk rh r. Contoh: rhetoric retorika. sc sk, jika di muka a, o, u, dan konsonan. Contoh: scriptie skripsi. sc s, jika di muka e, i, dan y. Contoh: scenography senografi. sch sk, jika di muka vokal. Contoh: schema skema. t s, jika di muka i. Contoh: ratio rasio.

th t. Contoh: methode metode. uu u. Contoh: vacuum vakum. v (Sanskerta) w atau v x ks, jika tidak di awal kata. Contoh: exception eksepsi. xc ksk, jika di muka a, o, u, dan konsonan. Contoh: excavation ekskavasi. y i, jika lafalnya i. Contoh: dynamo dinamo. konsonan ganda menjadi konsonan tunggal, kecuali jika dapat membingungkan. Contoh: effect efek, mass massa. Penyesuaian akhiran Tanpa perubahan -anda, -andum, -endum -ar -ase, -ose -ein -ein. Contoh: protein protein. -et -or. Contoh: dictator diktator. -ot Dengan perubahan -(a)tion, -(a)tie (Belanda) -(a)si. Contoh: action, actie aksi. -aat (Belanda) -at. Contoh: plaat pelat. -able, -ble -bel -ac -ak -acy, -cy -asi, -si -age -ase. Contoh: percentage persentase. -air -er -al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) -al. Contoh: formeel formal. -ance, -ence -ans, -ens (yang bervariasi dengan -ancy, -ency) -ancy, -ency -ansi, -ensi (yang bervariasi dengan -ance, -ence) -ant -an. Contoh: accountant akuntan. -archy, -archie (Belanda) -arki. Contoh: anarchy, anarchie anarki. -ary, -air (Belanda) -er. Contoh: primary, primair primer. -asm -asme -ate -at -eel (Belanda) -el, jika tak ada padanan dalam bahasa Inggris. -end -en -ete, -ette -et -eur (Belanda), -or -ur, -ir. Contoh: director, directeur direktur. -eus (Belanda) -us -ic, -ique -ik -icle -ikel -ics, -ica -ik, -ika. Contoh: logic, logica logika. -id, -ide -ida -ief, -ive -if. Contoh: descriptive, descriptief deskriptif. -iel, -ile, -le -il. Contoh: percentile persentil. -ific -ifik

-isch, -ic -ik. Contoh: elektronic elektronik -isch, -ical -is. Contoh: optimistisch, optimistical optimistis -ism, -isme (Belanda) -isme. Contoh: modernism, modernisme modernisme. -ist -is. Contoh: egoist egois. -ite -it -ity -itas -logue -log. Contoh: dialogue dialog. -logy, -logie -logi. Contoh: analogy, analogie analogi. -loog (Belanda) -log. Contoh: epiloog epilog. -oid, -ode (Belanda) -oid. Contoh: hominoid, hominoide hominoid. -oir(e) -oar. Contoh: trottoir trotoar. -ous ditanggalkan -sion, -tion -si -sy -si -ter, -tre -ter -ty, -teit -tas [2]. Contoh: university, universiteit universitas. -ure, -uur -ur. Contoh: premature, prematuur prematur. Penyesuaian awalan Tanpa perubahan a-, ab-, abs- (dari, menyimpang dari, menjauhkan dari) a-, an- (tidak, bukan, tanpa)[3] am-, amb- (sekeliling, keduanya) ana-, an- (ke atas, ke belakang, terbalik) ante- (sebelum, depan) [4] anti-, ant- (bertentangan dengan) apo- (lepas, terpisah, berhubungan dengan) aut-, auto- (sendiri, bertindak sendiri)[5] bi- (pada kedua sisi, dua)[6] de- (memindahkan, mengurangi) di- (dua kali, mengandung dua ) dia- (melalui, melintas) dis- (ketiadaan, tidak) em-, en- (dalam, di dalam) endo- (di dalam) epi- (di atas, sesudah) hemi- (separuh, setengah) hemo- (darah) hepta- (tujuh, mengandung tujuh) [7] hetero- (lain, berada) im-, in- (tidak, di dalam, ke dalam) infra- (bawah, di bawah, di dalam) inter- (antara, saling)[8] intro- (dalam, ke dalam) iso- (sama) meta- (sesudah, berubah, perubahan) mono- (tunggal, mengandung satu)[9]

pan-, pant-, panto (semua, keseluruhan) para- (di samping, erat berhubungan dengan, hampir) penta- (lima, mengandung lima)[10] peri- (sekeliling, dekat, melingkupi) pre-(sebelum, sebelumnya, di muka)[11] pro- (sebelum, di depan) proto- (pertama, mula-mula) pseudo-, pseud- (palsu) re- (lagi, kembali)[12] retro- (ke belakang, terletak di belakang) semi- (separuhnya, sedikit banyak) sub-[13](bawah, di bawah, agak, hampir) super-, sur- (lebih dari, berada di atas) supra- (unggul, melebihi) tele- (jauh, melewati, jarak) trans- (ke/di seberang, lewat, mengalihkan) tri- (tiga) ultra- (melebihi, super) uni- (satu, tunggal) [sunting] Dengan perubahan ad-, ac- ad-, ak- (ke, berdekatan dengan, melekat pada) cata- kata- (bawah, sesuai dengan) co-, com-, con- ko-, kom-, kon- (dengan, bersama-sama, berhubungan dengan) contra- kontra- (menentang, berlawanan) ec-, eco- ek-, eko- (lingkungan hidup) ex- eks- (sebelah luar, mengeluarkan) exo-, ex- ekso-, eks- (di luar) extra- ekstra- (di luar) hexa- heksa- (enam, mengandung enam) hyper- hiper- (di atas, lewat, super) hypo- hipo- (bawah, di bawah) poly- poli- (banyak, berkelebihan) quasi- kuasi- (seolah-olah, kira-kira) syn- sin- (dengan, bersama-sama, pada waktu) Penyerapan dengan penerjemahan a- tak-. Contoh: asymetric tak simetri ante- purba-. Contoh: antedate purbatanggal anti- prati-. Contoh: antibiotics pratirasa auto- swa-. Contoh: autobiography swariwayat de- awa-. Contoh: demultiplexing awa-pemultipleksan bi- dwi-, bi-. Contoh: bilingual dwibahasa inter- antar-, inter-. Contoh: international antarbangsa mal- mal-, mala-. Contoh: malnutrition malagizi, malnutrisi post- pasca-. Contoh: postgraduate pascasarjana purna-. Contoh: purnawirawan pre- pra-. Contoh: prehistory prasejarah

re- -ulang. Contoh: recalculate hitung ulang -ble laik-. Contoh: edible laik-santap -like lir-, bak-. Contoh: jelly-like liragar -less nir-, awa-, mala-, tan-. Contoh: seedless nirbiji; colourless awawarna, tanwarna Aturan penyerapan imbuhan 1. Aturan-aturan imbuhan serapan dari bahasa asing mengikuti aturan yang kurang lebih sama dengan aturan pembentukan kata berimbuhan lain. 2. Disambung jika menggunakan kata dasar. Contoh: dwiwarna, pascasarjana. 3. Dipisah jika menggunakan kata bentukan atau turunan. Contoh: pra pemilu. 4. Diberi tanda hubung jika kata dasar berawalan huruf kapital. Contoh: non-Indonesia, anti-Israel. Catatan kaki 1 Dalam penulisan modern biasa dieja sebagai 2 Tidak semua akhiran -ty bahasa Inggris dialih-bahasakan menjadi -tas walaupun tak dimungkiri bahwa mayoritasnya demikian, dalam hal ini berlaku kata-kata seperti sekuriti dan komoditi yang menggunakan sistem kedua (-ti bukan -tas), hal yang sama berlaku pada kata properti (bukan propertas). Kata-kata lainnya misalnya kuantitas memang menggunakan penerjemahan -tas. 3 sering diterjemahkan dengan awalan tak-, Contoh: takpadan (asimetri) 4 sering diterjemahkan dengan awalan purba-, Contoh: purbatanggal (antedate) 5 sering diterjemahkan dengan awalan swa-, Contoh: swadidik (autodidak) 6 sering diterjemahkan dengan awalan dwi-, Contoh: dwibahasa (bilingual) 7 sering diterjemahkan dengan awalan sapta-, Contoh: saptamarga 8 sering diterjemahkan dengan awalan antar-, Contoh: antarnegara (internasional), antarbagian (interseksi) 9 sering diterjemahkan dengan awalan eka-, Contoh: ekatuhan (monoteis) 10 sering diterjemahkan dengan awalan panca-, Contoh: pancasila 11 sering diterjemahkan dengan awalan pra-, Contoh: pratayang, prasangka, praduga 12 sering diterjemahkan dengan awalan ulang-, Contoh: ulangsusun, ulangbuat 13 sering diterjemahkan dengan awalan anak-, Contoh: anakjenis, anakbenua Penamaan artikel Nama-nama geografis Coba berikan padanan nama-nama geografis dalam bahasa Indonesia dari tempat-tempat di luar negeri apabila ada. Apabila tidak ada, tolong berikan nama tersebut dalam bahasa setempat, hindarkan pemberian nama dalam bahasa Inggris, namun tentu saja nama Inggris bisa disebut di dalam artikel. Nama dalam bahasa Inggris bisa pula dipakai sebagai nama halaman redireksi. Tetapi jika bahasa setempat tidak ditulis menggunakan huruf Latin, nama dalam bahasa Inggris bisa dipertimbangkan. Khusus mengenai nama-nama geografis di Jawa, ejaan resmi dalam bahasa Indonesia dipakai, meski ini sering tidak konsisten dan konsekuen. Kadangkala fonem /a/ pada posisi akhir terbuka dieja sesuka hati sebagai [o] atau [a]. Contoh: Nama-nama tempat asing Antwerpen dan bukan Antwerp (bahasa Inggris). Moskwa dan bukan Moscow (bahasa Inggris). Perancis dan bukan Prancis (berdasarkan kesepakatan). Singapura dan bukan Singapore (bahasa Inggris). Wina dan bukan Wien (bahasa Jerman) apalagi Vienna (bahasa Inggris). Yerusalem dan bukan Jerusalem (bahasa Inggris).

Nama-nama tempat di Jawa Surabaya dan bukan Suroboyo. Wonogiri dan bukan Wanagiri. Surakarta atau Solo, atau Sala dan bukan Surokarto. Purwakarta dan bukan Purwokarto di Jawa Barat. Purwokerto dan bukan Purwakerta di Jawa Tengah. Nama-nama tempat yang sering dipakai di Indonesia Kabupaten dan Kota. Untuk kabupaten dan kota di Indonesia, penamaan artikelnya memakai format Kabupaten AA dan Kota AA, contoh: Kabupaten Aceh Besar dan Kota Lhokseumawe, jadi bukan Aceh Besar dan Lhokseumawe. Ini berlaku walaupun nama tersebut hanya memiliki satu kegunaan. Pada contoh diatas Aceh Besar diberi nama Kabupaten Aceh Besar walaupaun tidak ada Kota Aceh Besar. Kecamatan. Untuk nama kecamatan menggunakan pola nama kecamatan, nama kabupaten atau kota seperti Ciawi, Bogor dan Ciawi, Tasikmalaya bukan Kecamatan Ciawi karena nama kecamatan yang sama bisa terdapat di kabupaten yang lain. Kelurahan/desa. Untuk nama kelurahan menggunakan pola nama kelurahan, nama kecamatan, nama kabupaten atau kota seperti Seutui, Baiturrahman, Banda Aceh dan bukan Seutui atau Kelurahan Seutui atau Seutui, Baiturrahman. Pulau, Sungai, Danau, Pulau, Suku, Air terjun, Tanjung, Selat, Teluk. Mengikuti pola Pulau AA, Sungai Mahakam dan sebagainya. Contohnya: Pulau Simeulue dan bukan Simeulue. (terkecuali untuk Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan tidak memakai awalan pulau karena lebih populer) Untuk nama-nama tempat di Indonesia yang memiliki banyak kegunaan, maka artikel dengan nama itu menjadi halaman disambiguasi. Contohnya: Blitar karena memiliki banyak arti, maka artikel Blitar menjadi halaman disambiguasi yang mengandung pranala ke Kota Blitar dan Kabupaten Blitar. Nama-nama tokoh Nama-nama tokoh dalam bahasa Indonesia, dieja sesuai ejaan asli meskipun bertentangan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Nama-nama tokoh asing juga sesuai ejaan dalam bahasa aslinya, hindarkan penggunaan ejaan bahasa Inggris. Namun apabila bahasa asli tidak ditulis menggunakan huruf Latin, ejaan dalam bahasa Inggris bisa dipertimbangkan. Hindarkan penggunaan nama-nama Latin atau Yunani dengan ejaan bahasa Inggris. Untuk nama-nama tokoh Tionghoa gunakan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Apabila tidak ada coba gunakan ejaan Pinyin dan hindari ejaan Inggris berdasarkan Wade-Giles, meski ejaan terakhir ini kadangkala secara fonetis lebih tepat. Pedoman penggunaan ejaan untuk nama tokoh Indonesia adalah sebagai berikut: Kelahiran sebelum tahun 1947, gunakan Ejaan Van Ophuijsen (gunakan oe untuk u, tj untuk c, dj untuk j, dan j untuk y). Kelahiran antara 1947 dan sebelum 1972, gunakan Ejaan Republik (gunakan tj untuk c, dj untuk j, dan j untuk y). Kelahiran pada dan setelah 1972, gunakan Ejaan Yang Disempurnakan. Jika ragu, atau tanggal kelahiran tokoh tidak tersedia, gunakan Ejaan Yang Disempurnakan. Nama-nama tokoh sebaiknya ditulis secara lengkap berikut nama depan dan nama belakang, kecuali tokoh tidak memiliki nama depan secara resmi atau nama merupakan nama julukan. Contoh: Aristoteles dan bukan Aristotle. Bill Clinton dan bukan William Jefferson Clinton

Boris Yeltsin dan bukan Yeltsin. Jeanne dArc dan bukan Joan of Arc. Kong Hu Cu dan bukan Kung Fu-tse Lenin bisa dipergunakan seiring dengan Vladimir Lenin. Mao Zedong dan bukan Mao Tse-tung. Ptolemeus dan bukan Ptolemy. Soeharto dan bukan Suharto. Soekarno dan bukan Sukarno. H.O.S. Tjokroaminoto dan bukan H.O.S. Cokroaminoto. Penggunaan gelar Gelar-gelar kebangsawanan dan akademis jangan dipakai sebagai judul artikel meskipun harus disebut dalam artikel sendiri. Contoh: Hamengkubuwono IX dan bukan Sultan Hamengkubuwono IX atau Sri Hamengkubuwono IX Kartini dan bukan R.A. Kartini atau Raden Adjeng Kartini atau Raden Ajoe Kartini Jusuf Kalla dan bukan Drs. Jusuf Kalla Beberapa gelar lainnya yang juga harus dihindari antara lain: GPH (Gusti Pangeran Haryo), KGPH (Kanjeng Gusti Pangeran Haryo), GBPH (Gusti Bendoro Pangeran Haryo) dan lain-lain. (lihat gelar kebangsawanan). (E.T.)

You might also like