You are on page 1of 17

BAB II ALJABAR HIMPUNAN

Pendahuluan Pada BAB II ini akan dibahas lebih lanjut tentang hukum-hukum dan rumus-rumus yang berlaku pada himpunan. Untuk lebih memahami materi pada bab 1 ini pengguna diharapakan sudah menguasai dasar-dasar matematika modern yang mana dibutuhkan pemahaman tentang pembuktian-pembuktian teorema, seperti pembuktian dengan cara reductio ad absurdum ataupun dengan direct proof. Secara terperinci, setelah mempelajari bab 1 ini diharapkan pengguna dapat: 1. 2. Memahami hukum-hukum yang berlaku dan tidak berlaku pada himpunan. Menggunakan operasi dan rumus-rumus himpunan dengan benar. 3. Merumuskan pembuktian dengan Diagram Venn selain dengan reductio ad absurdum dan direct proof 4. Menggambarkan komposisi himpunan sesuai dengan permasalahan yang ada. 5. Membedakan plain set dengan ordered set 6. Menghitung Cartesian product dua himpunan 7. Memahami dan membentuk Himpunan Kuasa 8. Membuktikan himpunan yang ekuivalen 9. Memahami Ekuipotensi himpunan 10. Memahami konsep awal Kardinalitas himpunan Untuk menguji kepahaman pembaca tentang materi pada BAB II ini, pada akhir bab akan diberikan beberapa latihan soal. Kegiatan Belajar II. 1 Aljabar Himpunan Himpunan menurut operasi gabungan (union), irisan (intersection) dan komplemen (complemen) akan memenuhi berbagai hukum yang merupakan identitas. Berbagai rumus dan

definisi di bawah akan menjelaskan hukum-hukum pada himpunan. Salah satu cabang matematika yang menyelidiki teori himpunan dengan mempelajari teorema-teorema yang dihasilkan dari hukum-hukum ini, yakni teorema-teorema yang buktinya memerlukan penggunaan hukum-hukum ini saja tanpa menggunakan hukum lain adalah aljabar himpunan. Pembahasan berikut merupakan pembahasan dari aljabar himpunan. Definisi X disebut himpunan bagian dari Y dengan notasi X Y jika dan hanya jika ( a) a X a Y. Sedangkan X = Y jika dan hanya jika ( a) a X a Y Apabila X Y dan X Y maka X disebut himpunan bagian sejati dari Y. Himpunan kosong dan Y sendiri disebut himpunan bagian tak sejati dari Y ( improper subset ). Berikut diberikan rumus-rumus himpunan ( tidak disertai bukti ) berlaku untuk setiap X, Y, Z Rumus 1 X X X Y & Y X X = Y X Y & Y Z X Z Rumus 2 X X = X dan X X = X X Y = Y X dan X Y = Y X (X Y) Z = X (Y Z) dan (X Y) Z = X (Y Z) X (Y Z) = (X Y) (X Z) dan X (Y Z) = (X Y) (X Z) Rumus 3 X (X Y) dan Y (X Y) ( X Y ) X dan (X Y) Y X Z & Y Z X Y Z Z X & Z Y Z (X Y) Rumus 4 X Y X Y = Y X Y = X sifat distributif sifat idempoten sifat komutatif sifat assosiatif sifat refleksif sifat anti-symetris sifat transitif

13

Rumus 5 (Rumus de Morgan ) ( X Y )C = XC YC ( X Y )C = XC YC

Rumus 6 ( XC ) C = X

C=S
SC = Rumus 7

X S X = X = X
X XC = dan dan dan S X = X S X = S X XC = S

Rumus 8 ( Hukum Absorpsi) X (X Y) = X (X Y) Rumus 9 X - Y = X YC Contoh 2.1: Buktikan X Y YC XC Bukti : i ) X Y YC XC Andaikan YC XC, maka ada a YC sedemikian sehingga a XC. Karena a YC berarti a Y dan dilain pihak a XC berarti a X. Terlihat adanya a X dengan a Y. Hal ini bertentangan dengan ketentuan X Y. Kontradiksi, sehingga pengandaian harus diingkar maka terbukti YC XC. ii ) YC XC X Y

14

Andaikan X Y, maka ada a dengan a X dan a Y. Sehingga ada a dengan a XC dan a YC . Kontradiksi dengan ketentuan YC XC . Bukti semacam diatas disebut reduction ad absurdum ( bukti kemustahilan ). Dari ingkaran apa yang harus dibuktikan ( pengandaian adalah ingkaran dari apa yang harus dibuktikan ) diturunkan suatu kontradiksi, sesuatu yang mustahil. Umpama, sesuatu yang bertentangan dengan ketentuan, atau umpama kalimat 1 = 2 dst. Karena kemustahilan ini tidak mungkin terjadi maka pengandaian harus diingkar, dan terbuktilah soalnya. Perhatikan bahwa bukti dari contoh 1 di atas juga dapat dipandang sebagai bukti dari kalimat kontraposisi dari kalimat yang harus dibuktikan, yaitu bukti dari kalimat YC XC X Y Perbedaan dari reduction ad absurdum dengan bukti dari kalimat kontraposisi ialah bahwa pada reduction ad absurdum kontradiksi yang diturunkan tidak perlu berupa ingkaran dari anteseden dari kalimat yang harus dibuktikan, melainkan dapat berupa apapun asal mustahil terjadi Dengan diagram soal 1 diatas mudah
X Y

Venn benarnya Y
C

memang diyakini

XC

Gambar. 2.1 Contoh 1 di atas dapat juga dibuktikan secara langsung ( direct proof ) yaitu : X Y X Y = Y (X Y)C = YC XC YC = YC YC XC terbukti X Y YC XC 15 rumus de Morgan rumus 4 rumus 4

Contoh 2.2 : Buktikan (A B) (A B) = A Bukti: (A B) (A B) = A (B B) B B = (A B) (A B) = A A = A (A B) (A B) = A Contoh 2.3: Buktikan X Y dan Y Z menunjukkan X Z Bukti: X = X Y dan Y = Y Z
X = X (Y Z)

rumus distributif rumus komplemen rumus subtitusi rumus identitas rumus subtitusi.

definisi sub himpunan rumus subtitusi rumus assosiatif rumus subtitusi definisi sub himpunan

X = (X Y) Z
X = X Z X Z

Pada himpunan hukum-hukum kanselasi dalam aljabar himpunan tidak berlaku. Yaitu dari

16

X Z = Y Z tidak boleh diturunkan X = Y Demikian pula dari X Z = Y Z tidak boleh diturunkan X = Y Hal ini jelas terlihat dari diagram-diagram Venn di bawah ini
X Y

X Z = Y Z = Z Gambar. 2.2

X Z = Y Z = Z

Perhatikan bahwa dengan sendirinya diagram Venn dapat digunakan untuk membuktikan bahwa sesuatu ucapan tidak berlaku umum. Sebab diagram dalam keadaan tersebut memberikan suatu contoh-lawanan ( counter example ) atau dapat juga disimpulkan bahwa diagram Venn tidak dapat dipakai untuk membuktikan suatu teorema kecuali buktinya berupa contoh kontra. Contoh 2.4: Buktikan X Z = Y Z dan X Z = Y Z maka X = Y Bukti : X = X ( X Z ) = X ( Y Z ) = (X Y) (X Z) = (Y X) (X Z) = (Y X) (Y Z) = Y (X Z) = Y (Y Z) 17 rumus distributif rumus distributif rumus komutatif rumus absorpsi

=Y terbukti bahwa X = Y. Selanjutnya didefinisikan symmetric difference ( selisih symetris ) dari dua himpunan X dan Y, dengan tanda X Y, sebagai berikut : X Y = (X Y) - (X Y) Dengan diagram Venn

Gambar 2.3 Jadi X Y terdiri atas elemen-elemen X yang tidak berada dalam Y dan elemen-elemen Y yang tidak berada dalam X. Contoh 2.5: Buktikan : i) ii) iii) iv) Bukti : Bukti i) dan ii) silahkan dicoba sendiri! iii) Misal dinotasikan ( X Y) = dan (Y Z) = . Anggota-anggota dari terdiri atas anggota-anggota X yang tidak berada dalam Y dan anggota-anggota Y yang tidak berada dalam X. Sedangkan anggota-anggota dari Z terdiri atas anggota-anggota Z yang tidak berada dalam dan anggota yang tidak dalam Z. Tetapi anggota-anggota dalam X Y justru tidak dalam . Sehingga anggota-anggota dari ( X Y) Z terdiri atas : 1. Elemen-elemen yang tepat berada dalam salah satu himpunan X, Y atau Z . 2. Elemen-elemen yang sekaligus berada dalam X, Y dan Z Walaupun jalan pikiran di atas didasarkan atas diagram Venn namun menggunakan diagram Venn sebagai pertolongan sangat banyak memudahkan mengikuti jalan pikiran 18 X Y = ( X Y ) (XC YC) = ( X YC) ( Y XC) XY = YX ( X Y) Z = X (Y Z) X (Y Z) = (X Y) (X Z)

Gambar. 2.4 Demikian juga X (Y Z) terdiri atas elemen-elemen dalam 1 dan 2 diatas. Sehingga terbukti ( X Y) Z = X (Y Z) . iv) Akan dibuktikan X (Y Z) = (X Y) (X Z) X (Y Z) = X (Y ZC . . Z YC) = X Y ZC . . X Z YC Sedangkan : (X Y) (X Z) = (X Y) (X Z)C . . (X Z) (X Y)C = (X Y) (XC ZC). . (X Z) (XC YC) = X Y XC. . X Y ZC. . X Z XC . . X Z YC = . . X Y ZC . . . . X Z YC = X Y ZC . . X Z YC Maka terbukti X (Y Z) = (X Y) (X Z).

II.2 PERGANDAAN KARTESIUS Pada suatu himpunan bersahaja (plain set) urutan tidak diperhatikan sehingga : {a,b}={b,a}. Sedangkan suatu elemen timbul satu kali saja sebagai anggota suatu himpunan (kartu keanggotaan diberikan satu kali saja). Demikianlah tidak boleh ditulis : {a, a, b} Sebaliknya pada suatu ordered n-tuple, khususnya ordered pair, urutan diperhatikan, sedangkan anggota boleh diulang. Untuk membedakan plain set dengan ordered set maka tanda kurung kurawal diganti dengan tanda kurung biasa. Di bawah ini diberikan definisi kesamaan dua ordered pairs Definisi (a1 , b1) = (a2 , b2) jika dan hanya jika a1 = b1 dan a2 = b2

19

Perhatikan bahwa pengertian ordered pair dapat dikembalikan pada plain set, demikian : Definisi Pasangan berurutan (a , b) adalah plain set {{a}, {a,b}}. Dengan rumus (a , b) = df. {{a}, {a,b}} Bahwa definisi di atas efektif terlihat dari teorema di bawah ini. Teorema 1. (a1 , b1) = (a2 , b2) jika dan hanya jika a1 = b1 dan a2 = b2 bukti : 1 . Apabila a1 = a2 dan b1 = b2 maka { a1 } = { a2 } dan {a1 , b1}= {a2 , b2} Sehingga {{a1}, {a1,b1}} = {{a2}, {a2,b2}}. Yaitu ( a1 , b1 ) = ( a2 , b2 ) 2. Sebaliknya, apabila diketahui ( a1 , b1 ) = ( a2 , b2 ) yaitu {{a1}, {a1,b1}} = {{a2}, {a2,b2}} maka haruslah { a1 } = { a2 } sehingga terbukti a1 = a2 , dan haruslah juga {a1,b1}={a2,b2} dan karena telah terbukti a1= a2 maka terbukti juga b1= b2. Definisi Cartesian product H x K dari dua himpunan H dan K adalah himpunan semua pasangan berurutan (h,k) dengan h H dan k K. H x K = df. { (h,k) | h H dan k K} (h,k) H x K jhj h H dan k K Apabila H = { a,b } dan K = { c,d } maka : H x K = { ( a,c ), ( a,d ), ( b,c ), ( b,d ) } K x H = { ( c,a ), ( c,b ), ( d,a ), ( d,b ) } H x H = { ( a,a ), ( a,b ), ( b,a ), ( b,b ) } Perhatikan bahwa pada umumnya H x K K x H. Cartesian Product dapat diperluas sampai meliputi n himpunan : H1 x H2 x.. x Hn yang terdiri aras n-tuple (h1 , h2 , .,hn) dengan h1
Hi untuk setiap i . Generalisasi lebih lanjut dibicarakan pada pasal pemetaan.

Rumus 10. ( H1 H2) x ( K1 K2 ) = H1 x K1 H2 x K2 Bukti : ( H1 H2) x ( K1 K2 ) = {(a,b) | a H1 H2 dan b K1 K2} = {(a,b) | a H1& a H2 dan b K1& b K2} = {(a,b) | a H1& b K1 dan a H2 & b K2} = {(a,b) | a H1& b K1} {( a ,b) | a H2 & b K2} = H1 x K1 H2 x K2 20

Catatan. Pada bukti diatas digunakan rumus : { x | P(x) & Q(x) } = { x | P(x) } {x | Q(x) } Sebab { x | P(x) & Q(x) } terdiri atas anggota-anggota x dari semestanya yang sekaligus memiliki sifat P dan sifat Q. Himpunan ini sama dengan interseksi ( ) dari himpunan elemen-elemen yang memiliki sifat p saja dengan himpunan elemen-elemen yang memiliki sifat Q saja. Demikian juga dapat dibuktikan rumus : { x | P(x) v Q(x) } = { x | P(x) } {x | Q(x) } Sebaliknya pada umumnya ( H x K ) M ( H M ) x (K M) karena ruas kiri adalah himpunan yang anggota-anggotanya adalah pasangan atau individu, sedangkan anggota-anggota dari himpunan di ruas kanan adalah pasangan-pasangan saja. Demikian juga pada umumnya ( H x K ) M ( H M ) (K x M). Contoh 2.6 Buktikan H - ( K M ) = ( H - K ) ( H - M ) Bukti : H - ( K M ) = { a | a H & a K M } = { a | a H & a K & a M } Sedangkan : ( H - K ) ( H - M ) = { a | a H & a K} { a | a H & a M } = { a | a H & a K & a M } Ternyata kedua syarat keanggotaan sama. Definisi Himpunan Kuasa 2H dari himpunan H adalah himpunan semua himpunan bagian H. Misal H = { a, b, c }, maka 2H = { , {a}, {b}, {c}, {a,b}, {a,c}, {b,c}, {a,b,c} } Perhatikan {a,b} H tetapi {a,b} 2H. Teorema 2. Apabila H berhingga dan terdiri atas n anggota, maka himpunan kuasa 2H mempunyai 2n anggota. Bukti : Himpunan kuasa 2H terdiri atas : 21

1. Himpunan kosong , banyaknya 1 2. Himpunan-himpunan bagian yang terdiri atas satu elemen. Disebut singleton,
1 banyaknya Cn . 2 3. Himpunan-himpunan bagian yang terdiri atas dua elemen, banyaknya Cn . Demikian

seterusnya sampai akhirnya himpunan-himpunan bagian yang terdiri atas n elemen


n banyaknya Cn

Sehingga banyaknya anggota dari 2H menjadi ;


1 2 n 1 + Cn + Cn + . + Cn = ( 1+1 )n = 2n dengan menggunakan beberapa rumus elementer

dari teori kombinasi. Pada bab selanjutnya teorema tersebut akan dibuktikan dengan jalan lain Definisi Dua himpunan H dan K disebut ekuivalen jika dan hanya jika antara anggotaanggotanya ada korespondensi satu-satu timbal balik. Dengan kata lain jika dan hanya jika ada pemetaan bijektif dari H ke K. notasi H ~ K . Pemetaan bijektif dari H ke K terpenuhi jika pemetaannya (misalkan R) mempunyai sifat-sifat berikut 1. R refleksif, yakni untuk tiap-tiap h H, h dipetakan kepada dirinya sendiri. 2. R simetris, yakni jika h H dipetakan kepada k K maka k dipetakan kepada h. 3. R transitif, yakni jika h H dipetakan kepada k K dan k dipetakan kepada l L maka h dipetakan kepada l. Banyaknya anggota dari himpunan H disajikan dengan H dan disebut kardinalitas dari H. Notasi ini akan diterangkan kelak pada waktu membicarakan pengertian kardinalitas jika juga menyangkut himpunan tak berhinga. Untuk sementara akan dibatasi dulu pada himpunan yang berhingga. Apabila H dan K berhingga maka jika H ~ K jelas H dan K mempunyai banyak anggota yang sama. Jadi H = K . Definisi H K = df. H x K dimana tanda diruas kiri menyatakan pergandaan bilangan sedangkan tanda x di ruas kanan menyatakan Cartesian product dua himpunan.

22

Perhatikan bahwa pergandaan dari dua bilangan H dan K dalam definisi di atas didefinisikan lepas dari repeated addition, tetapi dengan menggunakan Cartesian product. Akan dibuktikan ekuivalensi dari dua definisi itu. Contoh 2.7 H = { h1, h2, h3 } , K = {k1 , k2 } H x K = { ( h1, k1), ( h1, k2), ( h2, k1), ( h2, k2), ( h3, k1), ( h3, k2) } dan Bukti: Misalkan H terdiri atas n anggota dan K terdiri atas m anggota, maka H x K dikomposisikan atas n himpunan K1, K2, , Kn yang saling asing dimana untuk setiap i berlaku Ki = K . Dekomposisi ini dikerjakan sbb : Ki = {( hi, k1), ( hi, k2), . , ( hi, km)} Maka Ki ~ K dank arena i berjalan dari 1,,n maka ada n himpunan Ki masing-masing terdiri atas m anggota. Maka H x K mempunyai m + m + + m ( ada n suku ) anggota. Dengan mudah dapat dilihat bahwa bukti berlaku untuk setiap m dan setiap n. Definisi Didefinisikan KH adalah himpunan semua pemetaan dari H ke K. Misalkan K = {0,1} dan A H. Maka fA : H K disebut fungsi karateristik dari himpunan bagian A, dan didefinisikan dengan f(h) = 1 untuk h A dan f(h) = o untuk h H - A.
HxK = H K =32=2+2+2

1 A H Gambar. 2.5 Perhatikan bahwa setiap himpunan bagian A dari H menentukan dengan tunggal satu pemetaan dari H ke K ( jadi satu anggota dari KH dan sebaliknya ). Sehingga himpunan kuasa dari H ekuipoten dengan KH, jika K terdiri atas dua anggota. Hal ini merupakan alasan mengapa himpunan kuasa H disajikan dengan 2H. Jadi : 2H ~ KH jika K terdiri dari dua anggota K 0

23

Definisi

= df. K H

Di dalam definisi ini pemangkatan bilangan didefinisikan lepas dari repeated multiplicatiaon, tetapi juga akan dibuktikan ekuivalen dengannya (maksudnya pemangkatan disini bukan seperti pemangkatan bilangan dalam bilangan Riil). Sebagai contoh diambil H = { h1,h2,h3 } dan K = { k1,k2 }, Sehingga H = 3 dan K = 2

k1 K

k2

h1 H

h2 Gambar. 2.6

h3

Perhatikan bahwa setiap pemetaan dari H ke K ( disajikan dengan garis penuh ) menentukan dengan tunggal suatu insersi semua pemetaan dari H ke K. Perhatikan pula setiap insersi menentukan dengan tunggal suatu triple dan sebaliknya. Pada Gambar. 6 diatas insersinya menentukan triple ( k1,k2,k3 ), sehingga semua insersi ekuipoten dengan himpunan triple dengan anggota-anggota K, yaitu K x K x K. Pandanganpandangan tersebut menghasilkan KH ~ K x K x K Maka
H 3 KH = K = 2 = K x K x K = K K K = 2 2 2 = 8

dari K ke H ( disajikan dengan garis putus-putus ) dan

sebaliknya . Sehingga himpunan semua insersi dari K ke H ekuivalen dengan himpunan

dan

KH = K x K x K

Catatan Dengan uraian di atas maka Teorema 1 dapat dibuktikan lepas dari rumus-rumus dalam teori kombinasi

24

Rumus 11. ( H1 x H2 ) K ~ H1K x H2K Bukti : Misalkan f ( H1 x H2 ) K , maka k f(k) = ( h1,h2 ) H1 x H2 karena h1 maupun h2 tertentu dengan tunggal maka perkawanan k dengan h1 dan k dengan h2 menentukan dengan tunggal fungsi-fungsi f1 H1K dan f2 H2K f1 : k f1 (k) = h1 f2 : k f2 (k) = h2 Maka f ( H1 x H2 ) K menentukan dengan tunggal (f1 , f2 ) H1K x H2K Dengan mudah dapat dilihat bahwa kebalikannya juga berlaku. Sehingga terbuktilah rumus di atas. Ekuipotensi itu dapat dinyatakan dan dibuktikan lebih baik lewat teorema di bawah ini Teorema 3 Pada setiap pasangan pemetaan ( fungsi ) f1 : K H1 dan f2 : K H2 dengan domain yang sama, dapat ditemukan tepat satu pemetaan g : K H1 x H2 sedemikian sehingga diagram di bawah ini adalah komutatif, yaitu sedemikian sehingga f1 = p1 g dan f2 = p2 g , dimana p1 dan p2 adalah proyeksi kesatu dan proyeksi kedua. K f1 g p1 H1 x H2 f2 H2 f1 k g p1 (h1, h2) f2 h2

H1

p2

h1 Gambar 2.7

p2

Dalam teorema di atas dinyatakan bahwa hanya ada satu kemungkinan untuk mengisi anak panah yang putus-putus itu dengan anak panah penuh, sedemikian sehingga diagramnya komutatif. Bukti : Apabila f1 dan f2 ditentukan maka f1(k) = h1 dan f2(k) = h2 tertentu dalam H1 dan H2 . Maka pemetaan g : K H1 x H2 ditentukan dengan k (h1,h2). Karena p1 : ( h1,h2 ) h1 dan p2 : ( h1,h2 ) h2 maka f1 = p1 g dan f2 = p2 g.

25

Misalkan ada g1 sedemikian sehingga f1 = p1 g1 dan f2 = p2 g1 dan misalkan g1 (k) = (ab), maka f1 (k) = h1 = p1 g1 (k) = p1 (ab) = a. Sehingga a = h1. Demikian juga b = h2, dengan kata lain g1 = g . Sebaliknya, apabila g ditentukan dengan g(k) = (ab) maka p1 g(k) = a dan p2 g(k) = b. agar diagramnya komutaif maka fi dan f2 tertentu dengan tunggal, yaitu f1 (k) = a dan (k) = b . Dari uraian diatas dapat disimpulkan : ( H1 x H2 ) K ~ H1K x H2K Pandang sekarang himpunan fungsi-fungsi H (K1 xK 2 ) . Jadi misalkan f : K1 x K2 H : (xy) f2

f (xy)

Jika y K2 konstanta sedangkan x K1 variabel maka y menentukan fungsi : fy : K1 H atau dengan notasi lain f (-,y) : K1 H Perhatikan sekarang pengawanan y fy, karena setiap y K2 menentukan dengan tunggal suatu fy ( fungsi dari K1 ke H ) maka pengawanan di atas menentukan fungsi dari K2 ke H K1 yang kita sebut F sebagai berikut : F : K2 H K 1 : y f(y) = fy = F (-,y) dengan kata lain , F adalah fungsi dengan K2 sebagai domain, yang harga fungsinya yaitu F(y) = f (-,y) adalah fungsi dari K1 ke H. Sehingga untuk x K1 maka [F(y)] (x) = f (xy). Teorema 4 Dengan ditentukannya K1, K2 dan H maka pengawanan f F yang didefinisikan dengan [F(y)] (x) = f (xy) untuk semua x K1 dan y K2 menghasilkan bijeksi :
K K H (K1 xK 2 ) ~ (H 1 ) 2

Bukti : Akan dibuktikan terlebih dahulu bahwa pemetaan f F adalah surjektif. Ambil sebarang F (H K 1 ) K 2 , maka F : K2 H K1 , sehingga setiap y K2 menentukan F : K1 H dan [F(y)] (x) H untuk setiap x K1 . Dengan demikian, apabila diketahui F maka dengan menggunakan F ini, setiap (xy) K1 x K2 menentukan [F(y)] (x) H . Dengan kata lain setiap F menentukan fungsi f : K1 x K2 H. Jadi fungsi f F adalah surjektif. Sekarang akan dibuktikan f F adalah injektif. Misalkan F tersebut menentukan fungsi f1 F dan juga f2 F . Ambil y K2 dan x K1 maka f1(xy) maupun f2(xy) dihitung dengan menentukan terlebih dahulu F(y), kemudian menghitung [F(y)] (x) . 26

Sehingga f1(xy) = f2(xy) untuk setiap (xy) K1 x K2. Jadi f1 = f2 dan f1 F adalah injektif. Karena telah terbukti surjektif mak f1 F bijektif.

Latihan Soal: 1) Buktikan X YC jhj X Y = 2) Buktikan X - ( X - Y ) = X Y 3) Buktikan ( X - Y )C = Y XC 4) Buktikan X - (Y X) = X - Y 5) Buktikan ( X - Y ) ( Y - X ) = ( X Y ) - ( X Y ) 6) Buktikan 7) Buktikan demikian 9) Buktikan 10) Buktikan X = jhj Y = ( X YC ) (XC Y) X Y Z maka ( X - Y ) ( Y - Z ) = X - Z X (XC Y) . . Y (Y Z) . . Y 12) Berilah contoh dari himpunan yang tidak kosong dengan sifat bahwa semua anggotaanggotanya adalah himpunan bagian dari himpuna itu sendiri. 13) Buktikan apabila X dan Y adalah dua himpunan maka X dapat dipecah atas dua himpunan saling-asing yaitu : X = ( X - Y ) ( X Y) Buktikan juga soal-soal : 14) H x (K M) = H x K H x M 15) H x (K M) = H x K H x M X Y = S dan X Y = maka X = YC X Y = X YC maka X =

8) Apakah konvers ( kebalikan ) dari soal 6 dan soal 7 juga berlaku? Buktikan jika

11) Sederhanakanlah

27

16) (H K) x M = H x M K x M 17) (H K) x M = H x M K x M 18) (H1 H2) x (K1 K2) = H1 x K1. . H1 x K2. H2 x K1. H2 x K2.. Perhatikan perbedaan dengan rumus (H1 H2) x (K1 K2) = H1 x K1 H2 x K2 19) ( H - K ) x M = ( H x M ) - ( K x M )

28

You might also like