You are on page 1of 2

Konsep-Konsep Linguistik De Saussure

Ferdinand de Saussure merupakan pakar linguistik asal Perancis. Saussure meletakkan dasar-dasar linguistik strukturalisme. Pemikirannya tidak hanya bermanfaat bagi linguistik, tetapi juga teori sastra. Ada beberapa kata kunci yang erat dengan pemikiran Saussure, yaitu langue, parole, penanda, petanda, paradigmatik, dan sintagmatik. Prinsip-prinsip yang Saussure tawarkan adalah (1) bahasa sebagai fakta sosial, (2) bahasa bersifat laten karena merupakan kaidah-kaidah yang menentukan gejala permukaan (langue), yang termanifestikan sebagai parole, (3) bahasa merupakan struktur atau sistem tanda, (4) unsur-unsur bahasa menjalin hubungan paradigmatik dan sintagmatik. Fakta sosial berada di luar kesadaran individu. Fakta sosial menjadi kendali atas individu dalam suatu masyarakat dan menciptakan standar sosial. Bahasa juga merupakan fakta sosial karena ada suatu standar berbahasa dalam masyarakat. Seorang anak kecil mengujarkan cucu untuk susu. Ketika menjadi dewasa, dia tidak diizinkan mengujarkan cucu untuk susu. Jika masih menggunakan bentuk ujaran tersebut, orang itu akan dianggap aneh atau kekanak-kanakan. Langue berada dalam kesadaran kolektif dan tak tampak, sedangkan parole berupa performansi langue oleh satu individu. Langue dapat dikatakan sebagai tata bahasa, dan parole adalah penerapan tata bahasa yang dipahami oleh seseorang. Bahasa merupakan sekumpulan tanda-tanda. Tanda merupakan hasil inderawi manusia. Kata merupakan penanda dari suatu petanda. Kata (penanda) menandai sesuatu. Petanda adalah yang ditandai. Petanda merupakan konsep dari suatu acuan. Misalnya, kata mobil menandai konsep ke-mobil-an sehingga ada bentuk-bentuk tertentu yang akan bisa disebut mobil. Penentuan penanda dan petanda bersifat arbitrer atau manasuka. Bunyi [ m, o, b, i, l ] tidak mewakili bentuk sesungguhnya mobil. Untuk konsep ke-mobil-an, orang Inggris menyebutnya car. Hubungan antara tanda dapat berupa hubungan paradigmatik dan sintagmatik. Hubungan paradigmatik bersifat asosiatif, sedangkan hubungan sintagmatik bersifat linear (mendatar). Perhatikan contoh berikut.

menjual Ibu membeli kalung. sintagmatik mencuri Paradigmatik Pada contoh di atas, suatu kalimat tersusun atas 3 kata, yaitu ibu, membeli, dan kalung. Ketiga kata tersebut menempati fungsi sintaksis tersebut, yaitu ibu sebagai subjek, membeli sebagai predikat, dan kalung sebagai objek. Hubungan seperti ini disebut sebagai hubungan sintagmatik. Predikat kalimat tersebut dapat digantikan dengan kata lain dengan kategori yang sama, yaitu kata kerja. Penggantian membeli dengan menjual dan mencuri akan menjadi logis jika dikaitkan dengan konteks tertentu. Hubungan antara membeli, menjual, dan mencuri merupakan hubungan paradigmatik.

Referensi: Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta Sampson, Goefrey 1985. Aliran-Aliran Linguistik. Penerjemah: Abd Syukur Ibrahim, dkk. Surabaya : Usaha Nasional Widada, Rh. 2009. Saussure untuk Sastra: Sebuah Metode Kritik Sastra Strukturalisme. Yogyakarta : Jalasutra

You might also like