You are on page 1of 14

SATUAN PELAKSANAAN I. Pokok bahasan II. Sasaran III.

Waktu : Kesehatan reproduksi remaja : Remaja : 45 menit

IV. Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi pada remaja, diharapkan remaja tahu tentang kesehtan reproduksi. 2. Khusus Setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit asma pada keluarga selama 45 menit, diharapkan keluarga mampu : a. b. c. maupun wanita d. e. f. Metode Pelaksanaan Ceramah, dan Tanya Jawab V. Media dan Alat Lembar Balik Materi Mengetahui fungsi alat reproduksi Cara menjaga alat kelamin Seks dan kehamilan pada remaja Memahami kesehatan reproduksi Mengetahui perubahan-perubahan pada remaja Mengetahui Alat reproduksi yang ada pada pria

VI. Strategi Pelaksanaan Tahap Pendahuluan Pembagian Waktu 5 menit Kegiatan Pengajar - Salam pembuka - Memperkenalkan kelompok - Menjelaskan dan tujuan - Apersepsi Penyajian 30 menit - Menjelaskan tentang : a. kesehatan reproduksi b. perubahanpada perubahan remaja c. Alat reproduksi yang Penutup 10 menit ada d. fungsi reproduksi e. pada pria - Bertanya dan maupun wanita menjawab pertanyaan - Menjawab pertanyaan alat - Memperhatikan - Menjawab salam materi - Mendengarkan memperhatikan dan maksud - Mendengarkan - Menjawab Kegiatan Mahasiswa - Menjawab salam - Mendengarkan

Cara menjaga alat kelamin f. Seks dan pada kehamilan remaja - Memberikan kesempatan bertanya - Melakukan evaluasi - Membuat kesimpulan - Menutup dengan salam VII. Setting Tempat
MODERATOR,

untuk

VIII. Evaluasi Soal :

FASILITATOR,ANGGOTA PENYAJI, OBSERVER

1. Sebutkan alat reproduksi pada pria ? 2. jelaskan perubahan-perubahan pada remaja ?


AUDIEN AUDIEN

3. cara menjaga kebersihan alat kelamin ? IX. Kriteria Evaluasi 1) Struktur Satpel dan materi sudah disiapkan dan dikonsulkan Media dan alat sudah dipersiapkan Waktu dan tempat sudah dipersiapkan

2) Proses

Penyajian sesuai waktu Audien aktif Media digunakan semua 75 % audien mampu memahami materi kesehatan reproduksi 75 % audien mampu menyebutkan dan menjelaskan perubahan-perubahan pada remaja 75 % audien mampu menjaga kebersihan alat kelamin

3) Hasil

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA A. Pengertian Kesehatan reproduksi pada remaja adalah kondisi kesehatan pada remaja khususnya menyangkut masalah kesehatan reproduksi manusia yang kesiapanya sudah dimulai sejak masa remaja ditandai dengan haid pertama pada remaja perempuan dan mimpi basah untuk laki-laki. Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi, psikis. Masa remaja, yaitu usia 10-19 tahun, merupakan masa yang khusus dan penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi

manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologik) secara cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional). Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya. Karena itu mereka memerlukan pengertian, bimbingan, dan dukungan lingkungan di sekitarnya, agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani, maupun mental dan psikososial. Dalam lingkungan soaial tertentu, masa remaja bagi pria merupakan saat diperolehnya kebebasan, sementara untuk remaja wanita merupakan saat mulainya segala bentuk pembatasan. Pada masa yang lalu, anak gadis mulai dipingit ketika mereka mulai mengalami haid. Walaupun dewasa ini praktek seperti itu telah jarang ditemukan, namun perlakuan terhadap remaja pria dan wanita masih sering berbeda, yang menempatkan remaja puteri dalam posisi yang dirugikan. Kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja, agar masalahnya dapat tertangani secara tuntas.
2.1.

Definisi

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja. Yang dimaksud dengan Reproduksi Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup.

KESEHATAN REPRODUKSI (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994). Cakupan pelayanan kesehatan reproduksi:

konseling dan informasi Keluarga Berencana (KB) pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi yang aman, pelayanan bayi baru lahir/neonatal) pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual (PMS), termasuk pencegahan kemandulan Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR) Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kespro Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut

sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Pengetahuan dasar apa yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik.

Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja) mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi

Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya Mengambangkan Hak-hak reproduksi Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif

tanggung jawab bersama laki-laki maupun perempuan. Karena itu baik laki-laki maupun perempuan harus tahu dan mengerti mengenai berbagai aspek kesehatan reproduksi. 2.2. Ciri-ciri perkembangan remaja Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: 1. Masa remaja awal (10-12 tahun), ciri khasnya : a. Lebih dekat dengan teman sebaya b. Ingin bebas c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak 2. Masa remaja tengah (13-15 tahun), ciri khasnya : a. Mencari identitas dini b. Timbulnya keinginan untuk kencan c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak e. Berkhayal tentang aktivitas seks 3. Masa remaja akhir (16-19 tahun), ciri khasnya : a. Pengungkapan kebebasan diri b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya c. Mempunyai citra jasmani dirinya d. Dapat mewujudkan rasa cinta e. Mampu berpikir abstrak

2.3.

Perubahan fisik pada masa remaja Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan

organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut : 1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks : a. Terjadinya haid pada remaja puteri (menarche) b. Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki\ 2. Tanda-tanda seks sekunder a. Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak b. Pada remaja puteri ; pinggul melebar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis). 2.4. Perubahan kejiwaan pada masa remaja Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik, yang meliputi : 1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi : a. Sensitive (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa) b. Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi. 2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi : a. Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik b. Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencobacoba.

Perilaku ingin mencoba hal-hal yang baru ini jika didorong oleh rangsangan seksual dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya, antara lain akibat kematangan organ seks maka dapat terjadi kehamilan remaja puteri di luar nikah, upaya abortus, dan penularan penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS. Perilaku ingin mencoba-coba juga dapat mengakibatkan remaja mengalami ketergantungan NAPZA (narkotik, psikotropik, dan zat adiktif lainnya, termasuk rokok dan alkohol).
2.5.

Pengaruh buruk akibat terjadinya hubungan seks pranikah bagi

remaja Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan ragsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja puteri, tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan masyarakat. Akibat hubungan seks pranikah : 1. Bagi remaja : a. Remaja pria menjadi tidak perjaka, dan remaja wanita tidak perawan b. Menambah risiko tertular penyakit menular seksual (PMS), seperti : gonore (GO), sifilis, herpes simpleks (genitalis), clamidia, kondiloma akuminata, HIV/AIDS c. Remaja puteri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ-organ reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan d. Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa depan) e. Kemungkinan hilangnya kesempatan unutk melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja f. Melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat

2. Bagi keluarga : a. Menimbulkan aib keluarga b. Menambah beban ekonomi keluarga c. Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat di lingkungannya (ejekan) 3. Bagi masyarakat : a. Meningkatnya remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun b. Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi c. Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat kesejahteraan masyarakat menurun
2.6.

Kaitan antara kesehatan remaja dan kesehatan reproduksi

remaja Kesehatan reproduksi remaja sulit dipisahkan dari kesehatan remaja secara keseluruhan, karena gangguan kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan pula pada sistem reproduksi. Berikut adalah beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja termasuk kesehatan reproduksi remaja : 1. Masalah gizi, yang meliputi antara lain : a. Anemia dan kurang energi kronis b. Pertumbuhan yang terhambat pada remaja puteri, sehingga mengakibatkan panggul sempit dan risiko untuk melahirkan bayi berta lahir rendah di kemudian hari 2. Masalah pendidikan, yang meliputi antara lain : a. Buta huruf, yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses terhadap informasi yang dibutuhkannya, serta mungkin kurang mampu mengambil keputusan yang terbaik unutk kesehatan dirinya

b. Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini akan berpengaruh buruk terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya 3. Masalah lingkungan dan pekerjaan, yang meliputi antara lain : a. Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remaja yang bekerja akan mengganggu kesehatan remaja b. Lingkungan social yang kurang sehat dapat menghambat, bahkan merusak kesehatan fisik, mental dan emosional remaja 4. Masalah seks dan seksualitas, yang meliputi antara lain : a. Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas, misalnya mitos yang tak benar b. Kurangnya bimbingan unutk bersikap positifdalam hal yang berkaitan dengan seksualitas c. Penyalahgunaan dan ketergsntungan napza, yag mengarah kepada penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik dan melalui hubungan seks bebas. Masalah ini semakin mengkhawatirkan dewasa ini d. Penyalahgunaan seksual e. Kehamilan remaja f. Kehamilan pranikah/di luar ikatan pernikahan 5. Masalah kesehatan reproduksi remaja a. Ketidakmatangan secara fisik dan mental b. Risiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar c. Kehilangan kesempatan untuk pengembangan diri remaja d. Risiko bertambah untuk melakukan aborsi yang tidak aman
2.7.

Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja Oleh Bidan

Pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan perilkau hidup sehat bagi remaja, di sampaing mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang

memadai dan adanya motivasi untuk menjalani masa remaja secara sehat, para remaja diharapkan mampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi yang sehat. Pembekalan pengetahuan yang diperlukan remaja meliputi : 1. Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkanya. Informasi tentang haid dan mimpi basah, serta tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan perlu diperoleh setiap remaja. 2. Proses reproduksi yang bertanggung jawab Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan naluri seksualnya dan menyalurkanya menjadi kegiatan yang positif, seperti olah raga dan mengembangkan hobi yang membangun. Penyaluran yang berupa hubungan seksual dilakukan setelah berkeluarga, untuk melanjutkan keturunan. 3. Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan, Serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja memerlukan informasi tersebut agar selalu waspada dan berperilaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Di samping itu remaja memerlukan pembekalan tentang kiat-kiat unutk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual dan penggunaan napza. 4. Persiapan pranikah Informasi tentang hal ini diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan berkeluarga. 5. Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya

Remaja perlu mendapat informasi tentang hal ini, sebagai persiapan bagi remaja pria dan wanita dalam memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan. 2.8. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Ada beragam pendapat mengenai pengadaan pendidikan kesehatan reproduksi ditingkat sekolah menengah. Ada yang pro dan ada juga yang kontra. Selama ini, informasi mengenai reproduksi hanya diperoleh pada mata pelajaran biologi dikelas XI IPA, sedangkan kelas IPS tidak ada kurikulum mengenai hal tersebut. Dikelas IPA pun sebatas pada penjabaran organ dan fungsi reproduksi. Jika guru masih menganggap seks tabu, informasi mengenai seksualitas dan resikonya umumnya urung disampaikan. Secara umum ada tiga institusi yang akan mempengaruhi pribadi dan tingkah laku seorang anak yaitu keluarga, masyarakat, dan sekolah. Tiga institusi ini tidak bisa dipisahkan satu-sama lainnya dalam mempengaruhi kepribadian maupun perilaku seseorang, termasuk dalam perilaku seksual. 80% remaja membicarakan masalah seksual dengan teman, sehingga untuk menghindari miskomunikasi informasi diperlukan cara yang lebih efektif agar informasi yang diterima benar. Informasi dari orangtua pun ternyata kurang membantu karena hanya 8% remaja yang merasa nyaman bicara masalah seks dengan orangtua, meskipun pola ini cenderung berubah dikota-kota besar. Dengan demikian, agar pemahaman remaja tentang seksualitas maupun reproduksi yang sehat itu benar, maka peran sekolah sangat penting dan strategis. Pencerdasan mengenai kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual disekolah menengah dilakukan melalui seminar atau diskusi panel yang diupayakan oleh pihak sekolah dengan mengundang pembicara dari luar sekolah, seperti dari LSM. Alangkah baiknya bila diknas membuat dan mewajibkan sekolah memasukkan kurikulum kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual, tidak terbatas hanya pada kelas IPA, tetapi kelas IPS, bahasa, dan SMK/STM/MA. Minimal pelaksanaannya

dapat dilakukan bersamaan dengan mata pelajaran pendidikan lingkungan hidup (PLH). Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja harus segera ada, mengingat para siswa sekolah menengah tidak sampai 5 tahun akan atau telah menjadi dewasa. Sehingga informasi yang mereka dapatkan harus valid dan tidak menjerumuskan. Ini dimaksudkan remaja tidak salah persepsi dan tidak berperilaku asusila hingga merugikan diri sendiri dan orang lain, khususnya ditinjau dari segi kesehatan. Selain itu, ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, serta meningkatkan derajat reproduksinya. Dengan mengetahui informasi yang benar dan resiko-resikonya, diharapkan para remaja bisa lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Harapan jangka panjang, angka kejadian seks pranikah, infeksi menular akibat berhubungan seksual, dan kematian akibat KTD dapat menurun drastis sehingga terbentuk manusiamanusia Indonesia yang lebih berkualitas.

You might also like