You are on page 1of 26

LOADING

Opening FREE SEX Files .

Disusun Oleh
1. Anggastya Diah Andita HP 2. Malana Kharima Imani 3. Taufik Adytia 4. Dwi Afriyanto 5. Ahmad Fahmi 6. Bibsya A wildan 7. Aswin Eka Nugraha 8. Syafik Adiar M

APA SIH YANG DINAMAKAN DENGAN SEKS?

SEKS merupakan salah satu kenikmatan hidup yang paling kontroversial, tapi selalu menarik untuk diwacanakan maupun dipraktekkan sepanjang masa

APA YANG DIMAKSUD DENGAN FREE SEX ?

FREE SEXadalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi.

SEKS BEBAS? selain masih dianggap tabu untuk dibicarakan, banyak orang tua juga tidak memberikan pendidikan seks pada anak-anaknnya sejak usia dini. Padahal, memberikan pendidikan seks sejak masa pertumbuhan (remaja) akan menjauhkan mereka berperilaku negatif.

Dengan berperilaku negatif, tak hanya merusak masa depan, namun berbagai penyakit dapat pula mengancam kesehatan. Sebab, terjadinya seks bebas juga dipengaruhi gaya pacaran kaum remaja yang telah melewati batas normal.

PENDAPAT PARA AHLI


"Pacaran sehat secara medis merupakan pacaran yang tidak melakukan hubungan intim dan kontak seksual. Pacaran sehat juga tidak melakukan ciuman antarbibir, karena pada dasarnya hal ini bisa menjadi awal pertanda terjadinya hubungan intim berikutnya," ujar konsultan seks dan kesehatan dr Ryan Thamrin saat school program

Masa pencarian jati diri di kalangan remaja membuat seks menjadi sesuatu yang menarik dan perlu dicoba. Padahal, kegiatan seks bebas dapat menimbulkan berbagai masalah, di antaranya kehamilan yang tidak diinginkan hingga menyebarkan penyakit seksual dan penyakit berbahaya lainnya seperti kanker serviks (untuk remaja wanita). Selain itu, memunculkan rentetan persoalan baru yang menyebabkan gangguan fisik dan psikososial pelakunya

Apasih penyebab terjadinya free sex?

Menurut beberapa penelitian, cukup banyak faktor penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas. Salah satu di antaranya adalah akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang ABG tonton, berkorelasi secara positif dan signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar. Tayangan televisi, media-media berbau porno, semakin mendekatkan para remaja itu melakukan hubungan seks di luar nikah. VCD dan DVD porno begitu mudah diperoleh hanya dengan Rp 5.000. Sekali dirazia, setelah itu bebas lagi diperjualbelikan. Sistem pendidikan yang mengejar angka-angka pun memberi andil kerusakan generasi muda itu.

Disyukuri memang karena ada kecenderungan dunia perfilman Indonesia mulai bangkit kembali, yang ditandai dengan munculnya beberapa film Indonesia yang laris di pasaran. Sebutlah misalnya, film AmericAn Pie, eiffel im in Love, Spread, serta Virgin. Tetapi rasa syukur itu seketika sirna seiring dengan munculnya dampak yang ditimbulkan dari film tersebut. Terutama terhadap penonton usia remaja.

Film-film yang disebutkan tadi laris di pasaran bukan karena mutu pembuatan filmnya akan tetapi lebih karena film tersebut menjual kehidupan remaja, bahkan sangat mengeksploitasi kehidupan remaja. Film tersebut diminati oleh banyak remaja ABG bukan karena mutu cinematografinya, melainkan karena alur cerita film tersebut mengangkat sisi kehidupan percintaan remaja masa kini. Film tersebut diminati remaja ABG, karena banyak mempertontonkan adegan-adegan syur dengan membawa pesan-pesan gaya pacaran yang sangat berani, dan secara terang-terangan melanggar norma sosial kemasyarakatan, apalagi norma agama

Sulit sekali untukmemahami apa sesungguhnya misi yang ingin disampaikan oleh film tersebut terhadap penontonnya. Bukan saja karena tidak menggambarkan keadaan sebenarnya yang mayoritas remaja bangsa Indonesia, tetapi juga karena ia ditonton oleh anak-anak yang belum dapat memberi penilaian baik dan buruk. Mereka baru mampu mencontoh apa yang terhidang. Akibatnya, remaja mencontoh gaya pacaran yang mereka tonton di film. Akibatnya pacaran yang dibumbui dengan seks bebaspun akhirnya menjadi kebiasaan yang populer di kalangan remaja. Maka, muncullah patologi sosial seperti hasil penelitian di atas.

Apa yang harus dilakukan ???

Melihat fenomena ini, apa yang harus kita lakukan dalam upaya menyelamatkan generasi muda? Ada beberapa solusi, di antaranya, pertama, membuat regulasi yang dapat melindungi anak-anak dari tontonan yang tidak mendidik. Perlu dibuat aturan perfilman yang memihak kepada pembinaan moral bangsa. Oleh karena itu Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) harus segera disahkan.

Kedua, orangtua sebagai penanggung jawab utama terhadap kemuliaan perilaku anak, harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Kondisi rumah tangga harus dibenahi sedemikian rupa supaya anak betah dan kerasan di rumah. Berikut petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan Stanley Coopersmith (peneliti pendidikan anak), kepada orangtua dalam mendidik dan membina anak. Pertama, kembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai lima kualitas; openness, empathy, supportiveness, positivenes, dan equality. Kedua, tunjukkanlah penghargaan secara terbuka. Hindari kritik. Jika terpaksa, kritik itu harus disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus ditunjang dengan argumentasi yang masuk akal

AKIBATNYAA!!

1. Kematian karena terlalu banyak pendarahan 2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal 3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan. 4. Sobeknya rahim (Uterine Perforation) 5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya. 6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita) 7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer) 8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer) 9. Kanker hati (Liver Cancer) 10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.

11. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) 12. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) 13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) 14. Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase (secara medis) yang dilakukan secara tak steril. Hal ini membuat remaja mengalami kemandulan dikemudian hari setelah menikah. 15. Pendarahan sehingga remaja dapat mengalami shock akibat pendarahan dan gangguan neurologist. Selain itu pendarahan juga dapat mengakibatkan kematian ibu maupun anak atau keduanya.

Thanks for your all kind attention


Wassalamualaikum wr wb

You might also like