You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

Tidak banyak golongan cephalosporin yang berbentuk oral. Salah satunya adalah cefixime, cephalosporin generasi ketiga. Obat ini memiliki spektrum yang luas dan efektif untuk berbagai kasus infeksi, antara lain otitis media akut, tonsilitis dan faringitis, sistitis, infeksi saluran napas bawah, serta infeksi saluran kemih sampai pielonefritis. Selain itu, cefixime juga efektif untuk kasus infeksi menular seksual, salah satunya adalah gonorrhea (1). Neisseria gonorrhoeae adalah kuman gram negatif bentuk diplokokus yang merupakan penyebab infeksi saluran urogenitalis. Kuman ini bersifat fastidious dan untuk tumbuhnya perlu media yang lengkap serta baik. Akan tetapi, ia juga rentan terhadap kepanasan dan kekeringan sehingga tidak dapat bertahan hidup lama di luar host-nya. Penularan umumnya terjadi secara kontak seksual dan masa inkubasi terjadi sekitar 2--8 hari (2,3). WHO memperkirakan setiap tahun terdapat 350 juta penderita baru PMS (penyakit menular seksual) di negara berkembang seperti di Afrika, Asia, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Di negara industri prevalensinya sudah dapat diturunkan, namun di negara berkembang prevalensi gonore menempati tempat teratas dari semua jenis PMS. Dalam kaitannya dengan infeksi HIV/AIDS, United States Bureau of Census pada 1995 mengemukakan bahwa di daerah yang tinggi prevalensi PMS-nya, ternyata tinggi pula prevalensi HIV/AIDS dan banyak

ditemukan perilaku seksual berisiko tinggi. Kelompok seksual berperilaku berisiko tinggi antara lain commercial sex workers (CSWs). Berdasarkan jenis kelaminnya, CSWs digolongkan menjadi female commercial sexual workers (FCSWs) 'wanita penjaja seks' (WPS) dan male commercial sexuall workers (MCSWs) (4,5,6) Di Indonesia, infeksi gonore menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis PMS. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap WPS menunjukkan bahwa prevalensi gonore berkisar antara 7,4%--50% (7,8,9,10).

BAB II ISI

2.1 Nama dan Struktur Kimia (15)

Nama : (Z)-7-[2-(2-aminothiazol-4-yl)-carbomethoximino)acetamido]-3-vinyl-3cephem-4-carboxylic acid trihydrate. Stuktur kimia : C16H15N5O7S2,3H2O


2.2 Sifat Fisiokimia (15)

Serbuk putih atau hampir berwarna putih, agak higroskopik, sulit larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dehidrasi, praktis tidak larut dalam etil asetat, mudah larut dalam metil alkohol.
2.3 Golongan/Kelas Terapi (15)

Anti Infeksi
2.4 Nama Generik dan Nama Dagang

Nama Generik : cefixime(19) Nama Dagang :(19)


Cefspan Fixep Sarcef Spaxim Ceptik Fixiphar

Simcef Tocef Anfix Cefarox Sporetik Trixim

Taxime Nucef Comsporin Lanfix Sofix

Cefixime OGB dexa Fixacef Maxpro Spancef Cefila

2.2 Farmakologi Cefixime adalah sefalosforin semi-sintetik generasi ketiga yang dapat diberikan secara oral. Selain cefixime, keluarga sefalosporin lain diantaranya sefaleksin, cefaclor, cefuroxime, cefpodoxime, cefprozil dan lain-lain. Cefixime bersifat bakterisid dan berspektrum luas terhadap mikroorganisme gram negatif dan gram positif, seperti sefalosporin oral yang lain (17). Mekanisme kerja sefalosporin yaitu dengan cara menghambat sintesa dinding sel bakteri, sehingga tanpa dinding sel, bakteri akan mati. Cefixime tahan terhadap hidrolisa berbagai macam enzim betalaktamase yang dihasilkan bakteri. Beberapa bakteri yang peka terhadap cefixime yaitu Staphylococcus aureus , Streptococcus pneumoniae , Streptococcus pyogenes (penyebab radang

tenggorokan ), Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, E. coli , Klebsiella , Proteus mirabilis, Salmonella , Shigella , dan Neisseria gonorrhoeae. Cefixime memiliki afinitas tinggi terhadap penicillin-binding-protein (PBP) 1 (1a,1b, dan 1c) dan 3, dengan tempat aktivitas yang bervariasi tergantung jenis organismenya.

Gambar 1. Susunan Biokimia cefixime


2.3 Farmakodinamik

Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein - penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) yang selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akan mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik (autolisin dan murein hidrolase) saat dinding sel bakteri terhambat.(16)

2.4 Farmakokinetik Farmakokinetik cefixime, yaitu :19 Konsentrasi dalam serum. Pemberian per oral dosis tunggal 50,100 atau 200 mg (potensi) cefixime pada orang dewasa sehat dalam keadaan puasa, kadar puncak serum dicapai setelah 4 jam pemberian yaitu masing-masing 0,69; 1,13; dan 1,95 mg/ml. Waktu

paruh serum adalah 2,3-2,5 jam. Pemberian per oral dosis tunggal 1,5; 3,0; atau 6,0 mg (potensi)/kg cefixime pada penderita pediatrik dengan fungsi ginjal normal, kadar puncak serum dicapai setelah 3-4 jam pemberian yaitu masing-masing 1,14; 2,01; dan 3,97 mg/ml. Waktu paruh serum adalah 3,23,7 jam. Absorbsi 40-50%. Distribusi (penetrasi ke dalam jaringan)

Didistribusikan secara luas di dalam tubuh dan mencapai efek pada konsentrasi terapi dalam jaringan dan cairan tubuh. Penetrasi ke dalam sputum, tonsil, jaringan maxillary sinus mucosal, otorrhea, cairan empedu dan jaringan kandung empedu adalah baik. Ikatan protein 65%. Metabolisme

Tidak ditemukan adanya metabolit yang aktif sebagai antibakteri di dalam serum atau urin.

Eliminasi

Cefixime terutama diekskresikan melalui ginjal. Jumlah ekskresi urin (sampai 12 jam) setelah pemberian oral 50,100 atau 200 mg (potensi) pada orang dewasa sehat dalam keadaan puasa kurang lebih 20-25% dari dosis yang diberikan. Kadar puncak urin masing-masing 42,9; 62,2 dan 82,7 ?g/ml dicapai dalam 4-6 jam setelah pemberian. Jumlah ekskresi urin (sampai 12 jam) setelah pemberian oral 1,5; 3,0; atau 6,0 mg (potensi)/kgBB pada penderita pediatrik dengan fungsi ginjal yang normal kurang lebih 13-20%. Waktu paruh eliminasi pada fungsi ginjal normal 3-4 jam sedangkan pada kerusakan ginjal lebih

2.5 Stabilitas Penyimpanan (17) a. Stabilitas

Setelah dilarutkan, suspensi dapat stabil selama 14 hari jika disimpan pada suhu ruang atau lemari pendingin b. Penyimpanan Pada kemasan tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. 2.6 Dosis Dewasa dan anak-anak dengan berat badan >30 kg, dosis harian yang direkomendasikan adalah 50-100 mg (potensi) cefixime diberikan per oral dua kali sehari. Dosis sebaiknya disesuaikan dengan usia penderita, berat badan dan keadaan penderita. Untuk infeksi yang berat dosis dapat ditingkatkan sampai 200 mg (potensi) diberikan dua kali sehari (19). Cefixime suspensi 100mg untuk anak-anak dosisinya adalah 1,5-3 mg/kgBB 2 kali sehari. Untuk infeksi berat atau dapat berinteraksi, dosis dapat ditingngkatkan menjadi 6 mg dua kali sehari. Pada anak-anak, otitis media harus diobati dengan sediaan suspensi. Studi klinik pada otitis media menunjukkan bahwa pada pemberian dosis yang sama, sediaan suspensi memberikan hasil kaadar puncak dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan tablet. Oleh karena itu pada pengobatan otitis median pengobatan dengan sediaan suspensi tidak boleh diganti dengan sediaan tablet. Demam tifoid pada anak-anak:

10-15 mg/kg BB/hari selama 2 minggu. Sedangkan untuk kasus gonorhea diberikan dosisi 400 mg dosis tunggal.(19) Pasien dengan kerusakan fungsi ginjal memerlukan modifikasi dosisi tergantung pada tingkat kerusakan. Apabila bersihan kreatini antara 21-60 ml/min atau pasien mendapat terapi hemodialisa, dosis yaang dianjurkan adalah 75% dari dosis standar (misalnya 300mg sehari). Apabila bersihan kreatini kurang dari 20 ml/min atau pasien mendapat terapi rawat jalan peritonial adalah 50% dari dosis standar (misalnya 200mg perhari) (18,19) Pada kasus overdosis lakukan pengososngan lambung karena tidak ada antidotum yang spesifik. Cefixime tidak dapat dikeluarkan dalam jumlah yang signifikan dari sirkulasi dengan hemodialisis atau dialisis peritoneal (19)

2.7 Indikasi Cefixime diindikasikan untuk pengobatn infeksi-infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan antara lain (19): Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Escherichia coli dan Proteus mirabilis. Otitis media disebabkan oleh Haemophilus influenzae (strain ?laktamase positif) dan Streptococcus pyogenes. Faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.

Bronkitis akut dan bronkitis kronik dengan eksaserbasi akut yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae (strain beta-laktamase positif dan negatif).

2.8 Kontraindikasi

Cefixime dikontraindikasi pada :19 Penderita dengan riwayat shock atau hipersensitif akibat beberapa bahan

dari sediaan ini.

2.8 Efek Samping Efek samping obat cefixime yaitu :19


a)

Shock Perhatian yang cukup sebaiknya dilakukan karena gejala-gejala

shock kadang-kadang bisa terjadi. Jika beberapa tanda atau gejala seperti perasaan tidak enak, rasa tidak enak pada rongga mulut, stridor, dizziness, defekasi yang tidak normal, tinnitus atau diaphoresis; maka pemakaian sediaan ini harus dihentikan.
b)

Hipersensitivitas Jika tanda-tanda reaksi hipersensitivitas seperti rash, urtikaria,

eritema, pruritus atau demam maka pemakaian sediaan ini harus dihentikan dan sebaiknya dilakukan penanganan lain yang lebih tepat.
c)

Hematologik Granulositopenia atau eosinophilia jarang terjadi. Kadang-kadang

thrombocytopenia dapat terjadi. Pemakaian sediaan ini sebaiknya

dihentikan bila ditemukan adanya kelainan-kelainan ini. Dilaporkan bahwa terjadi anemia hemolitik pada penggunaan preparat cefixime lainnya.
d)

Hepatik Jarang terjadi peningkatan GOT, GPT atau alkaline phosphatase.

e)

Renal Pemantauan fungsi ginjal secara periodik dianjurkan karena

gangguan fungsi ginjal seperti insufisiensi ginjal kadang-kadang dapat terjadi. Bila ditemukan adanya kelainan-kelainan ini, hentikan pemakaian obat ini dan lakukan penanganan lain yang lebih tepat. f) Saluran Cerna Kadang-kadang terjadi kolitis seperti kolitis pseudomembranosa, yang ditunjukkan dengan adanya darah di dalam tinja. Nyeri lambung atau diare terus menerus memerlukan penanganan yang tepat, jarang terjadi muntah, diare, nyeri lambung, rasa tidak enak dalam lambung, heartburn atau anoreksia, nausea, rasa penuh dalam lambung atau konstipasi.
g)

Pernafasan Kadang-kadang terjadi pneumonia interstitial atau sindroma PIE,

yang ditunjukkan dengan adanya gejala-gejala demam, batuk, dyspnea, foto rontgen thorax yang tidak normal dan eosinophilia, ini sebaiknya hentikan pengobatan dengan obat ini dan lakukan penanganan lain yang tepat seperti pemberian hormon adrenokortikal. h) Perubahan flora bacterial Jarang terjadi stomatitis atau kandidiasis.

10

i)

Defisiensi vitamin Jarang terjadi defisiensi vitamin K (seperti hipoprotrombinemia

atau kecenderungan pendarahan) atau defisiensi grup vitamin B (seperti glositis, stomatitis, anoreksia atau neuritis). j) Lain-lain

Jarang terjadi sakit kepala atau dizziness. Pada penelitian terhadap anak tikus yang diberi 1.000 secara oral, dilaporkan adanya penurunan

mg/kgBB.hari spermatogenesis.

Pengaruh terhadap tes laboratorium Dapat terjadi hasil false positive pada penentuan kadar gula urin dengan menggunakan larutan Benedict, larutan Fehling dan Clinitest. Tetapi dengan tes-tape tidak terjadi false positive. Dapat terjadi positive direct Coombs test.

2.9 Bentuk Sediaan Obat Bentuk sediaan obat yaitu kapsul 100 mg dan 200 mg, suspensi 100ml/5ml 2.10 Parameter Monitoring Pada penggunaan/terapi lama, monitor secara berkala fungsi ginjal dan hati; observasi tanda dan gejala anafilaktik selama pemberian dosis pertama

2.11

Interaksi (19) 11

1. Dengan obat lain Menigkatkan efek/toksisitas : Amonoglikosida dan furosemida kemungkinan terjadi nefrotoksisitas karena aditif Probenesid dapat meningkatkan konsentrasi sefiksim Sefiksim meningkatkan kadar karbamazepin Sefiksim dapat meningkatkan waktu pembekuan darah jika diberikan bersama warfarin. 2. Dengan Makanan Dapat diberikan bersamaan atau tanpa makanan, pemberian bersamaan makanan akan mengurangi rasa tertekan pada perut.
2.12

Peringatan dan Perhatian (19) Hati- hati terhadap reaksi hipersensitif, karena reaksi-reaksi seperti shock

dapat terjadi. Sediaan ini sebaiknya jangan diberikan kepada penderita-penderita yang masih dapat diobati dengan antibiotik lain, jika perlu dapat diberikan dengan hati-hati. Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap bahan-bahan dalam sediana ini dengan antibiotk cefixime lainnya. Cefixime haus diberikan dengan hati-hati kepada penderita, antara lain: Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap penisilin.

12

Penderita dengan riwayat personal atau familial terhadap berbagai bentuk alergi seperti asma bronkial, rash dan urtiakria. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal berat. Penderita dengan nutrisi oral rendah, penderita yang sedang mendapatkan nutrisi parenteral, penderita lanjut usia atau penderita yang dalam keadaan lemah. Observasi perlu dilakukan dangan hati-hati pada penderita ini karena dapat terjadi defisiensi vitamin K.
Penggunaan selama kehamilan, keamanan pemakaian cefixime selama

masa kehamilan belum terbukti. Sebaiknya sediaan ini hanya diberikan kepada penderita yang sedang hamil atau wanita yang hendak hamil, bila keuntungan terapetik lebih besar dibandingkan risiko yang terjadi. Penggunaan pada wanita menyususi, belum diketahuai apakah cefixime diekskresikan melalui air susu ibu. Sebaiknya tidak menyusui untuk sementara waktu selama pengobatan dangan obat ini.
Penggunaan pada bayi baru lahir ataub bayi prematur. Keamanan dan

Keefektifan penggunaan cefixime pada anak-anak dengan usia kurang dari 6 bulan belum dibuktikan (termasuk bayi baru lahir dan bayi prematur).

BAB III

13

PENUTUP

Sefiksim adalah suatu sefalosporin generasi ketiga yang dapat diberikan secara oral. Obat ini stabil terhadap berbagai jenis betalaktamase dan mempunyai spektrum antibakteri menyerupai spectrum sefotaksim.Obat ini terutama aktif terhadap bakteria Gram-negatif , bakteria anaerob

DAFTAR PUSTAKA 14

1.

Pramono LA. Cefixime, Cephalosporin Oral Generasi Ketiga yang Terbukti Efektif dan Aman pada Switch Therapy. Edisi No 01 Vol XXXVI. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.

2.

Joklik WK, Willett HP. Amos DB, Wilfert CM. Neisseria in Zinsser Microbiology. 19 th Ed. Prentice Hall International Inc. Connecticut. USA. 1988; 378-92.

3.

Sweet RL, Gibbs RS. Gonococcal Infections in Infectious Diseases of the Female Genital Tract. 3rd Ed. Baltimore Maryland. Williams & Wilkins, 1995

4.

Moran JS, Sexually Transmitted Diseases (STDs). In Health Care of Mothers and Childrens in Developing Countries. Wallace HM, et al Eds. 2nd nd Ed. Oajkland CA. Third party Publishing Company. 1995.

5.

Wier SS, Feldblum PJ. Roddy RE. Zekeng L. Gonorrhea as a risk factor for HIV acquisition. AIDS. 1994.; 8:1605-08.

6.

Pepin J, Plummer FA, Brunham RC, Piot P. et al. The interaction of HIV infections and other sexually transmitted diseases: an opportunity for intervention. AIDS 1989; 3:3-9.

7.

Van der Sterren, Murray A, Hull T. A history of Sexually Transmitted Diseases in The Indonesian archipelago Since 1811. Working paper on Demography. Australian National University, Canberra. 1995.

8.

Agusni JH, Puspitasari D, Arifin ED, Djayakusumah TS. Resistensi N. gonorrhoeae terhadap siprofloksasin di Bandung. (Laporan pendahuluan). Prosiding, Temu Ilmiah Kelompok Studi Penyakit Menular Seksual di Indonesia (KSPMSI) Konas Perdoski IX, Surabaya 8-11 Juli 1999. 15

9.

Hans Lumintang, Pencegahan Infeksi dan Penghambatan Resistensi Kuman N. gonorrhoeae melalui Klinik Penyakit Menular Seksual di Lokalisasi. Prosiding, Temu Ilmiah Kelompok Studi Penyakit Menular Seksual di Indonesia (KSPMSI) Konas Perdoski IX, Surabaya 8-11 Juli 1999.

10. Saiful FD, Judanarso, J. Rosana, Sjarurahman A, Sedyaningsih ER, Simanjuntak CH, Aryoso S. Evaluasi Pengobatan Gonore Berdasarkan Pendekatan Sindrom Ditinjau dari Sudut Resistensi Prosiding, Temu Imiah Kelompok Studi Penyakit Menular Seksual di Indonesia (KSPMSI) Konas Perdoski IX, Surabaya 8-11 Juli 1999.

11. Tjay TH, Rahardja K. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan EfekEfek Sampingnya Edisi 6. Jakarta : PT Gramedia, 2008.

12. Ganiswarna SG dkk. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Gaya Baru, 2005.

13. Katzung Bertram G. 1998. Clinical Pharmacology Edisi 9. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

14. Indriani R. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan POM RI: Jakarta, 2008

15. Cefixime, http://www.hexpharmajaya.com. Diakses 2 januari 2013

16. Cefixime, http://www.drugs.com .diakses 2 januari 2013

16

17. Informasi obat : cefixime kapsul, http://www.dechacare.com .diakses 2 januari 2013

18. Our product : cefixime, http://www.dexa-medica.com. Diakses 2 januari 2013

19. Anonymous. Beberapa jenis antibiotik. http://anabaena03. blogspot.com/ 2011/03/beberapa-jenis-obat-antibiotik-dan.html, diakses 1 januari 2013

17

Tugas Mandiri

CEFIXIME

Oleh Rahmah, S.ked I1A008009

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN

18

BAGIAN FARMAKOLOGI BANJARBARU 2013

19

You might also like