You are on page 1of 8

TUGAS BELAJAR PEMBELAJARAN

MAKALAH
Dosen Pembimbing : Ririn Febriyanti, S.Pd.

Penyusun :
1.

Dewi ( 085064 ) Eko ( 095390 ) Rahma ( 095318 ) MATEMATIKA 2009 C

Wulandari Firmansyah Hidayati

2.

3.

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI JOMBANG 2010 / 2011
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial. Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan-perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Bagi paradigma perilaku sosial, individu kurang sekali memiliki kebebasan. Tanggapan yang diberikannya ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang datang dari luar dirinya. Jadi, tingkah laku manusia lebih bersifat mekanik. Oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar, maka perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respon yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon tersebut. Bagi Skinnner, respon muncul karena adanya penguatan. Ketika dia mengeluarkan respon tertentu, maka ketika ada penguatan atas hal itu, dia akan cenderung mengulangi respon tersebut hingga akhirnya dia berespon pada situasi yang lebih luas. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi peringatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu PENGUATAN POSITIF dan PENGUATAN NEGATIF. Penguatan tersebut akan berlangsung stabil dan menghasilkan perilaku yang menetap.

(http://mahmedpujangga.blogspot.com./2009/01/pradigma-perilaku-sosial.html).

B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana B.F. Skinner berpendapat agar pendidik tidak memberikan hukuman terhadap peserta didik?

C. TUJUAN MAKALAH Untuk mengetahui bagaimana B.F. Skinner berpendapat agar pendidik tidak memberikan hukuman terhadap peserta didik.

BAB II ISI A. SEJARAH MUNCULNYA TEORI B.F. SKINNER Teori ini dikemukakan oleh Burrhus Frederic Skinner yang lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susuehanna di Amerika.

Konsep dasarnya adalah hadiah atau penguatan (reward). Teori ini lebih menitikberatkan pada tingkah laku aktor dan lingkungan. Bagi Skinner, respon muncul karena adanya penguatan. Ketika dia mengeluarkan respon tertentu, maka ketika ada penguatan atas hal itu, dia akan cenderung mengulangi respon tersebut hingga akhirnya dia berespon pada situasi yang lebih luas. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi peringatan. Akan dapat dijelaskan pada percobaan Skinner terhadap seekor tikus. Di dalam sebuah kotak yang disebut kotak skinner terdapat sebuah kaleng tempat makanan, dan di luar kotak terdapat semacam alat untuk menjatuhkan biji-biji makanan ke dalam kaleng itu. setiap kali biji makanan jatuh ke dalam kaleng akan terdengar bunyi ting yang nyaring; dan apabila bunyi ting terdengar berarti ada makanan jatuh ke dalam kaleng tersebut. Seekor tikus dimasukkan ke dalam kotak skinner itu. Biji-biji

makanan akan jatuh ke dalam kaleng jika sebatang besi yang disisipkan ke dalam kotak itu dipijak oleh tikus. Pada waktu tikus itu lapar secara kebetulan batang besi itu terpisak olehnya, dan biji-biji makanan pun jatuh ke dalam kaleng. Setelah beberapa kali terjadi, tikus itu mengetahui bahwa apabila dia menekan batang besi maka makanan akan jatuh ke dalam kaleng. Biji makanan itu adalah penguat (reinforcer); peristiwa penekanan batang besi disebut peristiwa penguatan (reinforcing event); munculnya makanan disebut rangsangan penguat (reinforcing stimulus); sedangkan perilaku tikus disebut perilaku yang dibiasakan (conditioned response). Perilaku yang dibiasakan bersifat operan atau instrumental di dalam hal perilaku ini menyebabkan munculnya biji makanan. Tingkah laku yang operan mempunyai pengaruh terhadap lingkungan; dan lingkungan yang dipengaruhi ini memberikan hadiah sebagai penguatan kepada pelaku yang mengeluarkan perilaku tersebut. Hadiah yang menjadi penguat inilah (yang dalam eksperimen di atas berupa biji-biji makanan) yang menyebabkan tikus itu akan lebih cenderung untuk menekan batang besi itu. Dari percobaan itu Skinner menarik kesimpulan bahwa penguatan (reinforcement) selalu menambah kemungkinan berulangnya suatu perilaku. Karena itu, beliau berpendapat bahwa penguatan (reinforcement) harus cepat dilakukan sebelum tingkah laku lain mengganggu dan agar hasil yang maksimal dapat diperoleh. Selanjutnya, karena penekanan akan perlunya penguatan juga menjadi dasar teori ini, maka teori pelaziman instrumental ini sering disifatkan sebagai MODEL S R R yaitu stimulus respon reinforcement. Dalam hal percobaan di atas, perilaku yang dibiasakan yaitu menekan batang besi telah bersifat instrumental untuk mendapatkan hadiah, yakni biji makanan ataupun kemungkinan mendapat hukuman. B. PENGUAT DAN HUKUMAN PENGUATAN (REINFORCEMENT) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.

Sebaliknya, HUKUMAN (PUNISHMENT) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian : PENGUATAN POSITIF adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, juara 1, dsb). (http://mahmedpujangga.blogspot.com./2009/01/paradigma-perilakusosial.html). Menurut Skinner ada 4 macam penguatan positif : 1. Nyata Adalah penghargaan seperti sertifikat, pena, poster, permen. 2. Aktivitas Adalah dengan cara mengalihkan pekerjaan yang dia anggap lebih penting dari kegiatan lainnya. Contoh : belajar di PERPUS daripada bermain diluar ketika pelajaran kosong. 3. Grafis Adalah pendidik dapat memberikan penghargaan kepada peserta didik dengan memberikan bintang, sticker, dll sebagai motivator agar peserta didik melakukan yang lebih baik. 4. Sosial Adalah pendidik memberikan dorongan perilaku yang baik, seperti : komentar, senyum, aplouse, dll. (http://students.ed.uiuc.edu/catey/punishment.html) PENGUATAN NEGATIF adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan. Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain : menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau

menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa, dll). Kesalahpahaman yang umum pada penguatan negatif adalah identik dengan hukuman. (http://en.wikipedia.org/wiki/B._F._Skinnner) Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang akan muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang siswa perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika siswa tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu yang tidak mengenakkan siswa (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguat negatif. Lawan dari penguat negatif adalah penguat positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah bahwa penguat positif itu ditambah, sedangkan penguat negatif adalah dikurangi agar memperkuat respons. (Budiningsih, 2005 : 26) C. PRINSIP BELAJAR MENURUT SKINNER 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem modul. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri. Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman. Untuk ini Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, hadiah Dalam pembelajaran digunakan shaping. dibetulkan jika benar diberi penguat.

lingkungan perlu diubah untuk menghindari adanya hukuman. diberikan dengan digunakannya jadwal variabel rasio reinforcer. (http://haydar198.multiply.com/journal/item/13/TEORIBELAJAR BEHAVIORISTIK.html)

BAB IV DAFTAR PUSTAKA 1. Prihantono, 2. Pujangga, Henry. Mahmed. 2009. 2009. Paradigma Paradigma Skinner. Skinner. http://henriprihantono. http://mahmedpujangga.

blogdetik.com/2009/01/12/paradigma-perilaku-sosial.html. blogspot.com/2009/01/paradigma-perilaku-sosial.html. 3. Lussysf. 2010. Paradigma Skinner. http://lussysf.multiply.com/journal/ item/487. 4. Haydar. 2010. Paradigma Skinner. http://haydar198.multiply.com/journal/ item/13/TEORIBELAJARBEHAVIORISTIK.html 5. Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 6. Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 7. http://students.ed.uiuc.edu/catey/punishment.html. 8. http://en.wikipedia.org/wiki/operant_conditioning.2010. 9. http://en.wikipedia.org/wiki/B._F._Skinner.2010.

You might also like