You are on page 1of 202

Hakikat Media Pembelajaran Oleh: M. Asrori Ardiansyah, M.

Pd Pendidik di Malang Pengertian Media Pembelajaran Kata media merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah tengah, pengantar, atau perantara. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan dari pengirim pesan (Azhar Arsyad, 2002:3). Sedangkan dalam kepustakaan asing yang ada sementra para ahli menggunakan istilah Audio Visual Aids (AVA), untuk pengertian yang sama. Banyak pula para ahli menggunakan istilah Teaching Material atau Instruksional Material yang artinya identik dengan pengertian keperagaan yang berasl dari kata raga artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan diamanati melalui panca indera kita (Hamalik , 1994:11). Dan sebelum diambil sebuah kesimpulan mengenai arti dari media pembelajaran ada baiknya penulis memaparkan tentang pengertian media yang telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan diantaranya : 1. Menurut AECT (Assosiation for Educational Communication and Technology). Media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan dalam proses penyampaian informasi (Azhar Arsyad, 2002:3) 2. Menurut NEA ( National Educational Assosiation). Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan di baca (Arif Sadiman , 2003:6 ) 3. Menurut P. Ely dan Vernon S. Gerlach. Media memiliki dua pengertian yaitu arti luas dan sempit. Menurut arti luas yaitu kegiatan yang dapat menciptakan kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang baru. Dan menurut arti sempit media berwujud grafik, foto, alat mekanik dan elektronik yang digunakan untuk menangkap, memproses, serta menyampaikan informasi. (Ahmad Rohani , 1997:2-3) 4. Menurut Asnawir dan Basyiruddin dalam bukunya mendefinisikan media adalah suatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran dan kemauan audiens (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses pendidikan (Asnawir, Basyiruddin, 2002:11) 5. Zakiah Darajat mengutip Rostiyah dkk. media pendidikan merupakan alat, metode, dan tehnik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah ( Zakiah Darajat, 1992:80) 6. Muhaimin dalam bukunya mendefisinikan media pembelajaran agama adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan pendidikan agama dari pengirim atau guru kepada penerima pesan (siswa) dan dapat merangsang perasaan, perhatian, dan

minat serta perhatian siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar pendidikan agama ( Muhaimin , 1992:9) Dari beberapa definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa media pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran yaitu penerima pesan tersebut. Bahwa materi yang ingin di sampaikan adalah pesan pembelajarannya serta tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar mengajar. Apabila dalam satu dan hal lain media tidak dapat menjalankan sebagaimana fungsinya sebagai penyalur pesan yang diharapkan, maka media tersebut tidak efektif dalam arti tidak mampu mengkomunikasikan isi pesan yang diinginkan dan disampaikan oleh sumber kepada sasaran yang ingin dicapai. Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.kmp-malang.com www.arminaperdana.blogspot.com Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Oleh: M. Asrori Ardiansyah, M.Pd Pendidik di Malang Kriteria Media Pembelajaran Menurut Arif S. Sadiman dkk. dalam bukunya Media Pendidikan menjelaskan bahwa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media adalah tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa, jenis rangsangan belajar yang diinginkan, keadaan latar belakang dan lingkungan siswa, situasi kondisi setempat dan luas jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada akhirnya harus diterjemahkan dalam norma/kriteria keputusan pemilihan (Sadiman, 83-84). Dalam hal ini Dick dan Carey menyebutkan bahwa disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu : pertama, ketersedian sumber setempat yaitu apabila media yang bersangkutan tidak terdapat sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua, apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga, dan fasilitasnya. Ketiga, adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama artinya bias digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapanpun serta mudah di bawa atau dipindahkan. Faktor keempat, adalah efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang, sebab ada jenis media yang biaya produksinya mahal (contohnya program film bingkai) tetapi dapat dipakai berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang.

Hakikat dari pemilihan media ini pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai atau mengadaptasi media yang bersangkutan (Arief S. Sadiman dkk, 1993 : 84). Adapun kriteria dalam pemilihan media pembelajaran adalah : a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media yang dipilih berdasarkan tujuan insrtuksional yang diterpakan secara umum mengacu kepada kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga arah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh siswa seperti menghafal, melakukan kegiatan fisik, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi. b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi media yang berbeda, contoh film dan grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. c. Praktis, luwes dan bertahan, jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber cara lainnya memproduksi, maka tidak perlu dipaksakan. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada yang ada, mudah diperoleh atau mudah dibuat oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemanamana. d. Guru terampil menggunakannya, ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun jenis media yang digunakan, guru harus mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Nilai dan manfaat media sangat ditentukan oleh guru yang menggunakannya. e. Pengelompokan sasaran, media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Oleh karena itu ada berbagai macam media yang digunakan untuk jenis kelompok besar, kecil, dan perorangan. f. Mutu tekhnis, pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus memenuhi persyaratan tekhnis tertentu. Contohnya visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lainnya yang berupa latar belakang ( Azhar Arsyad, 1997 : 72-74). Menurut Ahmad Rohani dalam bukunya Media Instruksional Edukatif menyatakan bahwa pemilihan dan pemanfaatan media perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut : a. Tujuan Media hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. b. Ketepatgunaan Tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari. c. Keadaan peserta didik Kemampuan berfikir dan daya tangkapa peserta didik, dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu dipertimbangkan. d. Ketersediaan Pemilihan perlu memperlihatkan ada atau tidak media tersedia di perpustakaan atau di sekolah serta mudah-sulinya diperoleh. e. Mutu teknis Media harus memiliki kejelasan dan kualitas yang baik.

f. Biaya Hal ini merupakan pertimbangan bahwa biaya yang dikeluarkan apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada kesesuaian atau tidak. (Ahmad Rohani, 1997: 72-74) Berkaitan dengan hal tersebut beberapa ahli menyatakan : untuk memilih media atau menggunakannya media pembelajaran perlu diperhatikan hal-hal berikut : a. Biaya lebih murah, pada saat pembelian ataupun dalam pemeliharaan b. Kesesuaian dengan metode pembelajaran c. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik d. Pertimbangan praktis Media dipilih atas dasar praktis tidaknya untuk digunakan seperti : 1) Kemudahannya dipindahkan atau ditempatkan. 2) Kesesuaian dengan fasilitas yang dad di kelas. 3) Keamanan penggunaannya. 4) Kemudahan perbaikinya. 5) Daya Tahannya. e. Ketersediaan media tersebut berikut suku cadang di pasaran serta keterbatasan bagi peserta didik. Jenis media yang digunakan harus dipilih berdasarkan kriteria utama, yaitu kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran dan kriteria lain, seperti yang telah diuraikan diatas. Bila media yang dipilih hanya memenuhi sebagian dari kriteria, dapat terjadi halhal sebagai berikut: 1) tampak baik dalam perencanaan tetapi tidak berhasil diproduksi, karena terlalu mahal atau sulit diperoleh peralatan dan bahan bakunya. 2) Diproduksi dengan kualitas rendah karena alasan yang sama seperti diatas. 3) Tidak atau kurang digunakan karena tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik, tidak praktis untuk digunakan atau tidak sesuai dengan metode pembelajaran. 4) Kurang efektif dalam mencapai tujuan (Ahmad Rohani, 1997: 29-30). Akhirnya perlu dipahami tentang cara-cara pemilihan media ada tiga cara yaitu: a. Model, flow Chart, Eliminasi. Menggunakan sistem pengguguran (batal) dalam pengambilan keputusan. b. Model Matriks. Menangguhkan pengambilan keputusan, untuk memilih ini cocok kalau menggunakan media rancangan. c. Model Checeklist. Menangguhkan keputusan untuk memilih sampai seluruh kriteria dipertimbangkan, hal ini cocok untuk media jadi dan media rancangan. ( Ahmad Rohani, 1997: 34) Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com, www.kmp-malang.com

Konsep Dasar Pembelajaran

I. Proses Pembelajaran
1.1 Konsep Belajar Konsep belajar menurut guru sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Belajar siswa yang ditafsirkan guru hanya sebagai menghafal atau mendengarkan keterangan guru saja merupakan problem yang harus diatasi. Hal ini karena jika guru menganggap bahwa belajar hanyalah menghafal atau hanya untuk mendengarkan keterangan guru maka selama itu pula pembelajaran masih terpusat pada guru dan tidak pada siswa yang seharusnya mengalami belajar. Untuk itulah guru harus mengubah pandangan tentang belajar dan mengetahui bagaimana sebenarnya belajar itu. Ada beberapa pengertian belajar yang telah disampaikan oleh para pemikir pendidikan mulai yang sangat sederhana sampai dengan yang kompleks berdasarkan teori belajar yang digunakannya. 1. Belajar adalah penambahan ilmu pengetahuan, yang nampak di sekolah. 2. Ernest R. Hilgard memberi batasan, belajar adalah suatu proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan karena mereaksi terhadap suatu keadaan (karena adanya latihan). 3. Menurut HC Witherington, belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatukan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. 4. Robert Gagne menyatakan, belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku yang diperoleh dari instruksi. 5. Belajar adalah suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gage). Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat diketahui bahwa belajar pada dasarnya adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang yang menghasilan perubahan pada dirinya akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu perbuatan yang kompleks yang mencakup beberapa segi. Dengan demikian dalam praktik pengajaran diperlukan keputusan yang bijaksana dalam menerapkan teori belajar karena tidak ada suatu teori yang sesuai untuk segala situasi. 1.2 Konsep Mengajar

Seperti halnya belajar, mengajar merupakan proses yang kompleks karena banyak kegiatan yang harus dilakukan agar hasil belajar siswa lebih baik. Oleh sebab itu rumusan pengertian mengajar tidak dapat dirumuskan begitu saja secara sederhana yang tidak meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri. Setiap rumusan akan berimplikasi pada aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran. Misalnya, seorang guru/dosen yang berpandangan bahwa mengajar sekedar menyampaikan pelajaran/materi, tentu pembelajaran yang dilakukan hanya upaya menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa secara sederhana. Guru menyampaikan materi dan siswa menerima materi. Guru berlaku aktif mendominasi aktivitas kelas, sebaliknya siswa banyak mendengar secara pasif. Berdasarkan ilustrasi di atas, konsep mengajar yang relatif komprehensif harus dipahami oleh guru. Berikut beberapa pengertian yang representatif menggambarkan apa sebenarnya mengajar itu. 1. William H Burton memberi pengertian, mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. 2. Mohamad Ali mendefinisikan, mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. 3. Nana Sudjana menyatakan mengajar pada hakikatnya suatu proses, proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/ bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar. Jika dicermati, pendapat yang dikemukakan para pakar tersebut menunjukkan bahwa mengajar bukan hanya kegiatan guru menuangkan materi kepada siswa dengan pola datang, duduk, diam, dan catat. Lebih dari itu, mengajar merupakan suatu proses yang melibatkan sejumlah kegiatan yang direncanakan dalam upaya menciptakan kondisi agar siswa mengalami perbuatan belajar secara aktif sehingga terjadi perubahan tingkah laku. 1.3 Prinsip Mengajar Mengajar bukanlah pekerjaan atau tugas yang ringan bagi seorang guru. Agar hasil atau tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, banyak hal yang harus dipertimbangkan dan dilakukan guru baik sebelum, sedang, dan selesai melakukan kegiatan mengajar. Agar tidak sekedar mengajar di depan kelas, guru perlu menerapkan prinsip-prinsip mengajar. Ada beberapa pendapat tentang prinsip mengajar secara efektif. Tanpa mengurangi makna secara komprehensif, berikut adalah prinsip mengajar yang dapat dipedomani pengajar agar dapat mengajar dengan efektif. 1. Perhatian. Pengajar harus dapat membangkitkan perhatian peserta belajar kepada topik dan pengalaman belajar yang sedang dipelajari.

2. Aktivitas. Pengajar harus melibatkan peserta belajar berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar. 3. Appersepsi. Pengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta belajar. 4. Peragaan. Pengajar hendaknya berusaha menggunakan media untuk menunjukkan benda atau hal-hal yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan dalam kelas. 5. Repetisi. Mengingat ingatan itu tidak setia (terbatas), guru perlu mengulang penjelasannya jika diperlukan. 6. Korelasi. Pengajar hendaknya selalu menghubungkan materi yang diajarkan dengan pelajaran lain sehingga cakrawala peserta belajar bertambah luas. 7. Sosialisasi. Pengajar hendaknya dapat menciptakan kondisi kelas yang kondusif yang mengakibatkan terjadinya proses sosial. 8. Individualisasi. Manusia adalah makhluk yang unik, masing-masing memiliki perbedaan kemampuan belajar. Oleh sebab itu pengajar harus bisa menghargai setiap perbedaan dan melayani secara optimal. 9. Sequence. Pengajar harus memikirkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktunya (sesuai dengan urutan atau tahapan). 10. Evaluasi. Pengajar harus mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar peserta belajar dan efektifitas mengajarnya. 1.4 Syarat Mengajar Efektif Jika disepakati bahwa mengajar adalah proses menciptakan kondisi agar siswa/mahasiswa mengalami proses belajar, maka guru/dosen harus mampu mengajar secara efektif. Hal itu berarti mengajar secara efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa/mahasiswa yang efektif. Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut. 1. Guru harus menguasai materi/bahan pengajaran. 2. Guru harus cinta kepada apa yang diajarkan. 3. Guru harus mampu menciptakan kondisi agar siswa bisa belajar dan mengalami aktivitas mental dan fisik. 4. Guru harus mampu menggunakan metode yang bervariasi saat mengajar.

5. Guru harus mampu merencanakan, membuat, dan menggunakan media pengajaran secara tepat. 6. Guru hendaknya memotivasi siswa sesuai sasaran dalam belajar. 7. Guru harus mampu dan mau membuat perencanaan sebelum mengajar dan mengimplementasikan dalam kelas. 8. Guru harus mampu memberikan masalah yang merangsang berpikir siswa. 9. Guru harus menyadari bahwa dirinya tidak mungkin menguasai dan mendalami semua bahan pengajaran. 10. Guru harus mampu mengadakan evaluasi secara tepat sesuai dengan tujuan. 1.5 Proses Belajar Mengajar Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas). Proses belajar mengajar merupakan implementasi dari serangkaian perencanaan yang telah dilakukan oleh guru dalam bentuk proses interaksi dengan siswa di dalam maupun di luar kelas untuk mencapai tujuan. Dalam kondisi ini terdapat serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik dan terpadu yang berlangsung dalam situasi edukatif. Artinya, dalam proses belajar mengajar ini tidak sekedar guru menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai serta keterampilan pada diri siswa yang sedang belajar. Proses belajar mengajar dapat dikatakan sebagai proses pengaturan lingkungan dan sumber daya yang ada agar terjadi kegiatan belajar (perubahan tingkah laku) pada siswa. Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem, dibangun oleh komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Ini berarti, proses belajar mengajar bisa berlangsung secara optimal jika seluruh komponennya melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Komponen proses belajar mengajar tersebut adalah tujuan, manusia, bahan, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber pelajaran, evaluasi. Menurut T. Raka Joni, komponen-komponen tersebut adalah tujuan, siswa, isi dan struktur bahan pengajaran, pengajar, ekonomi dan administrasi. 1.6 Peran Guru Proses pendidikan tampak pada pelaksanaan proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan tersebut guru merupakan ujung tombak pelaksana di lapangan. Hal ini berarti guru memiliki peranan yang penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Peran guru dalam proses belajar mengajar adalah: 1. Guru sebagai pendidik. Guru harus menanamkan norma-norma dan nilai kepada anak didiknya.

2. Guru sebagai pengajar. Guru harus mengorganisasikan dan mengelola semua komponen dan kompetensi belajar mengajar. 3. Guru sebagai pembimbing. Guru harus memberikan bimbingan (akademik, sosial, individu, pekerjaan, waktu senggang) kepada siswa. 4. Guru sebagai demonstrator. Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan yang diajarkan dan mampu memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis. 5. Guru sebagai pelatih. Guru harus mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan pada diri siswa. 6. Guru sebagai administrator. Guru hendaknya mengadministrasikan secara baik komponen yang ada di kelas (mengetahui dan membuat program pengajaran, mengelola kelas, dan sebagainya) 7. Guru sebagai mediator. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang cukup tentang media pendidikan serta menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. 8. Guru sebagai fasilitator. Guru hendaknya memberikan fasilitas yang maksimal agar tujuan pengajaran tercapai. 9. Guru sebagai evaluator. Guru harus mampu menguasai dan terampil melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan.

1.7 Proses Belajar Mengajar Sebagai Proses Komunikasi


Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah sebuah komunikasi yang dibangun dan dilakukan oleh guru sebagai komunikator dengan siswa sebagai komunikan. Komunikasi ini merupakan kegiatan manusia, sesuai dengan nalurinya yang selalu ingin berhubungan satu sama lain, saling interaksi dan saling membutuhkan. Keinginan untuk berhubungan di antara sesamanya sesungguhnya merupakan naluri manusia yang ingin hidup berkelompok atau bermasyarakat. Dengan adanya naluri tersebut komunikasi dapat dikatakan merupakan bagian hakikat dari kehidupannya yang senantiasa hidup bermasyarakat. Dengan kata lain, manusia akan kehilangan hakikatnya sebagai manusia bila ia tidak melakukan kegiatan komunikasi dengan sesamanya. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communicare yang artinya memberitahukan; berpartisipasi; atau menjadi milik bersama. Bila dirumuskan lebih luas, komunikasi mengandung makna menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama antara penyampai pesan sebagai komunikator dan penerima pesan sebagai komunikan.

Komunikasi juga dipandang sebagai suatu proses pengoperan dan penerimaan lambanglambang yang mengandung makna. Wilbur Schramm menjabarkan pengertian komunikasi dalam tiga komponen utama, yaitu encoder, sign/signal, dan decoder. Encoder (pembuat sandi) adalah komunikator yang mempunyai informasi tertentu dan benar serta mampu mengirimkan informasi tersebut secara tepat pada kecepatan yang optimal. Sign/signal adalah pesan, berita, atau pernyataan tertentu yang ditujukan kepada dan diterima oleh seseorang atau kelompok. Decoder (pemecah sandi) adalah komunikan yang menerima pesan dan mampu memahami pesan yang diterimanya.

Lebih lanjut, Claude Shannon membuat model komunikasi yang menunjukkan peristiwa komunikasi secara lebih rinci. Shannon melengkapai proses komunikasi dengan adanya gangguan yang terjadi saat berkomunikasi. Gangguan ini juga akan berimplikasi pada hasil sebuah komunikasi.

Berdasarkan pemahaman komponen utama komunikasi tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan, gagasan, fakta, konsep, dan data dari sumber pesan melalui media/saluran yang sengaja dirancang sehingga dapat diterima oleh penerima pesan atau komunikan. Dalam konteks proses belajar mengajar, pesan yang disampaikan adalah isi pelajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesan bisa berupa guru, siswa, orang lain atau penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media pembelajaran dan penerima pesannya adalah siswa atau guru. Keberhasilan komunikasi dalam proses belajar mengajar akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Semakin lancar (berhasil) komunikasi dalam proses belajar mengajar semakin mudah pencapaian tujuan. Sebaliknya, semakin tidak lancar (gagal) komunikasi dalam proses belajar mengajar semakin sulit pencapaian tujuan. Ini berarti guru/dosen harus dapat meminimalkan gangguan komunikasi yang selalu terjadi dalam setiap kesempatan berkomunikasi dengan taraf yang tidak sama. Gangguan tersebut dapat dirinci menjadi hambatan psikologis, fisik, kultural, geografis, dan lingkungan. 1.8 Komponen dan Pola Instruksional

Instruksional merupakan sebuah sistem. Sistem instruksional memiliki beberapa komponen, yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Pesan adalah ajaran atau informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, dan data. Orang adalah manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Bahan adalah sesuatu (biasa pula disebut media atau software) yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri. Alat adalah sesuatu (biasa disebut hardware atau perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Teknik adalah prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk menyampaikan pesan. Lingkungan adalah situasi sekitar pesan diterima. Pola instruksional mengalami perkembangan sangat pesat setelah adanya aplikasi teknologi instruksional dalam pendidikan. Ada lima pola instruksional dimulai dari pola tradisional. 1. Pola instruksional tradisional. 2. Pola instruksional dibantu alat peraga. 3. Pola instruksional yang merupakan tanggung jawab bersama dosen dan media. 4. Pola instruksional dengan media 5. Pola instruksional kombinasi. Sumber: http://www.vilila.com/2010/03/bab-1-konsep-dasarpembelajaran.html#ixzz2JWQHXh6D

Macam-Macam Media Pembelajaran


Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Berdasarkan hasil penelitian para ahli, ternyata media yang beraneka ragam itu hampir semua bermanfaat. Adapun macammacam pembelajaran adalah : a) Media visual, b) Media audio, c) media proyeksi diam, d). Media audio visual, e) Media cetakan Sadiman (1986). Bertitik tolak pada pembagian macam-macam media pengajaran diatas., maka penulis meneliti 2 (dua) macam media pembelajaran yang sesuai dan tersedia di daerah penelitian. Adapun media pembelajaran tersebut: 1. Media visual Media visual termasuk media grtafis, yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dan sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbolsimbol komunikasi visual. Pengertian media visual adalah :gambar yang secara keseluruhan dari sesuatu yang dijelaskan ke dalam suatu bentuk yang dapat divisualisasikan (Suparto, 1982). Dari macam-macam media visual tersebut diatas, ada

tiga macam media visual yang sesuai dengan kegiatan mata pelajaran sejarah yaitu : a. Gambar/Foto Gambar / foto merupakan media yang paling umum dipakai. Gambar merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. b. Bagan/Chart Bagan chart termasuk media grafik dan bagan merupakan suatu penyajian diagramatik. Dimana bagan dapat diartikan sebagai suatu lambang visual (visual syabel) untuk mengikhtiarkan, membandingkan dan mempertentangkan kenyataan atau kenyataankenyataan (Soeparto, 1983). c. Peta dan Globe Globe merupakan lukisan dari permukaan bumi yang diperkecil, sehingga menyerupai dari bentuk aslinya. Pada dasarnya peta dan globe berfungsi untuk menyajikan data-data dan lokasi (Sadiman, 1986) 2. Media Cetak Media cetak pada kenyataan meliputi bahan bacaan di Indonesia. Bahan bacaan masih sedikit jumlahnya bila dilihat dari kebutuhan. Lagipula kecendrungan dan rangsangan untuk membacapun masih kurang. Padahal kegiatan membaca merupakan suatu yang cukup penting artinya bagi kita/siswa. Dengan membaca secara teratur kita/siswa dapat menyerap gagasan, teori, analisis atau penemuan orang lain. Dan lewat kegiatan pembaca pula orang dapat mengikuti setiap perkembangan baru yang terjadi. Selain meliputi bahan bacaan, media cetakan menampilkan simbol-simbol tertentu. Media cetak pada dasarnya hanya menampilkan simbol-simbol tertentu yaitu huruf (simbol bunyi) (Ali, 1984). Dari macam-macam media cetakan tersebut di atas, penulis mengambil 3 (tiga) macam antara lain : a. Buku Buku adalah merupakan sarana yang penting bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Karena pada hakekatnya penggunaan media buku dalam proses belajar mengajar adalah bertujuan untuk mempermudah siswa belajar (Purwodarminto, 1986). b. Majalah Membaca majalah berarti mempelajari hasil karya tulis para ahli menurut bidangnya. Membaca majalah adalah merupakan suatu cara atau sesuatu sarana untuk memelihara tingkat pengetahuan sendiri serta untuk menambah pengetahuan baru. Majalah merupakan sarana untuk menggugah minat siswa terhadap suatu masalah pada masa lampau atau masa sekarang. Majalah ini memuat aneka peristiwa baik tentang pengembangan di bidang pendidikan, juga memuat tentang artikel-artikel mengenai peristiwa sejarah pada masal lampau. Hal ini merupakan bahan penunjang bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. c. Surat kabar atau koran Sedangkan surat kabar juga merupakan sarana penunjang mata pelajaran sejarah, karena surat kabar merupakan suatu cara untuk menambah pengetahuan baru bagi siswa. Dipublikasikan Oleh: M. Asrori Ardiansyah, M.Pd Pendidik di Malang

Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com, http://grosirlaptop.blogspot.com

Hakikat Pembelajaran Efektif


Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Pendahuluan Next Next I. PENDAHULUAN Mengajar (teaching) dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar[1]. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatankegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa, dan bukan pada pa yang dipelajari siswa. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk

bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dan atau di ruang praktek/laboratorium. Sehubungan dengan tugas ini, guru hendaknya selalu memikirkan tentang bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut, diantaranya dengan membuat perencanaan pembelajaran dengan seksama dan menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat. Upaya ini tentu menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi pembelajaran, sikap dan karakter guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dengan cara meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif, berupaya menarik minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, membangkitkan motivasi belajar, pelayanan individu (pembelajaran privat) dan penggunaan media dalam pembelajaran. Makalah ini membahas bagaimana menerapkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari hakikat sebenarnya, sehingga dengan demikian akan terwujud suatu pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran yang optimal sesuai tujuan yang akan dicapai.

Lihat Selanjutnya Lihat selanjutnya III. KESIMPULAN Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada hakikatnya pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing harus mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus adanya factor factor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik. Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal.

Hakikat Pembelajaran Efektif


Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Pendahuluan Next Next I. PENDAHULUAN Mengajar (teaching) dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar[1]. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatankegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa, dan bukan pada pa yang dipelajari siswa. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dan atau di ruang praktek/laboratorium. Sehubungan dengan tugas ini, guru hendaknya selalu memikirkan tentang bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut, diantaranya dengan membuat perencanaan pembelajaran dengan seksama dan menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat. Upaya ini tentu menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi pembelajaran, sikap dan karakter guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dengan cara meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif, berupaya menarik minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, membangkitkan motivasi belajar, pelayanan individu (pembelajaran privat) dan penggunaan media dalam pembelajaran. Makalah ini membahas bagaimana menerapkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari hakikat sebenarnya, sehingga dengan demikian akan terwujud suatu pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran yang optimal sesuai tujuan yang akan dicapai.

Lihat Selanjutnya Lihat selanjutnya III. KESIMPULAN Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada hakikatnya pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing harus mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus adanya factor factor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik. Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal.

Hakikat Pembelajaran Efektif


Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Pendahuluan Next Next I. PENDAHULUAN Mengajar (teaching) dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar[1]. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatankegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa, dan bukan pada pa yang dipelajari siswa. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dan atau di ruang praktek/laboratorium. Sehubungan dengan tugas ini, guru hendaknya selalu memikirkan tentang bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut, diantaranya dengan membuat perencanaan pembelajaran dengan seksama dan menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat. Upaya ini tentu menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi pembelajaran, sikap dan karakter guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dengan cara meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif, berupaya menarik minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, membangkitkan motivasi belajar, pelayanan individu (pembelajaran privat) dan penggunaan media dalam pembelajaran. Makalah ini membahas bagaimana menerapkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari hakikat sebenarnya, sehingga dengan demikian akan terwujud suatu pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran yang optimal sesuai tujuan yang akan dicapai.

Lihat Selanjutnya Lihat selanjutnya H. Mengajar yang efektif Mengajar adalah membimbing siswa agar mereka mengalami proses belajar. Dalam belajar para siswa menghendaki hasil belajar yang efektif: Demi tuntutan tersebut guru harus membantu dengan cara mengajar yang efektif pula. Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar yang efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. Kondisi yang dimaksudkan hanya dapat tejadi apabila guru mengajar menggunakan prinsip-prinsip mengajar. Mursel dalam hal ini mengemukakan enam prinsip mengajar, yang apabila ke-enam prinsip mengajar itu digunakan/ditempatkan dengan sebaik-baiknya maka'-iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi bagi terjadinya proses belajar akan dicapai[36]. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a. Konteks Belajar, sebagian besar tergantung pada konteks be1ajar itu sendiri .. Situasi problematis yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena tujuan itu sendiri. Hendaknya tugas itu dinyatakan dalam kerangka suatu konteks yang sifatnya konkret, dapat ditiru dan dapat dilaksanakan dengan teratur. Selain itu, tugas tersebut harus dapat memberikan dorongan seiuas-Iuasnya untuk bereksperimentasi, bereksplorasi, dan daya penentu. Tugas tersebut dapat juga mengarah kepada penguasaan melalui pengertian dan pemahaman serta yang memungkinkan transfer dari dan ke pihak lain. Ciri-ciri konteks yang baik adalah:

Dapat membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara dinamis dan kuat Terdiri dari pengalaman yang aktual dan konkret pengalaman konkret yang dinamis merupakan alat untilk menyusun pengertian, bersifat sederhana dan pengalaman itu dapat ditiru untuk diulangi.

b. Fokus Proses pembelajaran perlu diorganisasikan dengan bahan be1ajar. Di samping itu pembelajaran yang penuh makna dan dektit harus diorganisasikan di sekitar suatu fokus. Pengajaran akan berhasil dengan menggunakan fokalisasi, sehingga mutu pembelajaran lebih meningkat. Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri yang baik, seperti uraian berikut ini. 1) Memobilisasi tujuan Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengajaran harus dapat membangkitkan keinginan untuk belajar. Konteks bermaksud membangkitkan tujuan, sedangkan fokus merumuskan dan mengarahkan tujuan. Jadi fokus belajar mengajar yang baik harus mampu memobilisasi keinginan belajar. Memberi bentuk dan uniformitas pada belajar

2) Belajar yang efektif mempunyai ciri antara lain uniformitas (keseragaman). Keseragaman artinya terdapat koordinasi intern dari relasi-relasi yang terdapat dalam unit pelajaran itu, at au terdapat strukturalisasi sehingga dapat menirnbulkan fokus yang wajar. 3) Mengorganisasi belajar sebagai suatu proses eksplorasi dan penemuan Fokus yang baik harus rnenirnbulkan suatu pertanyaan yang perlu dijawab,. suatu soal yang perlu dipecahkan, suatu pengertian yang harus dipaharni dan digunakan. Dengan dernikian, akan tirnbul organisasi belajar yang tepat, yang rnernungkinkan terjadi proses penangkapan pengertian, rnelihat eksplorasi dan penernuan. Seorang guru yang baik akan selalu berusaha rnengajak siswa belajar rnelalui penernuan dan pernecahan soal atau masalah. c. Sosialisasi Dalam proses belajar siswa melatih bekerja sarna dalarn kerja kelornpok, diskusi dan sebagainya. Mereka bertanggung jawab bersama dalam proses pepemecahan masalah. Timbulnya pertanyaan, saran, dan komentar mendorong siswa untuk berpikir lebih lanjut dan berusaha memperbaiki kekurangannya. Mutu makna dan efektivitas belajar sebagian besar tergantung pada kerangka sosial tempat belajar itu sangatlah berlaku. Di sini berlaku prinsip pengajaran sosialisasi. Kondisi sosial pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang berlangsung di kelas itu. e. lndividualisasi Dalam mengorganisasi belajar mengajar guru memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan merangsangnya untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan sebaik-baiknya. BeIajar dengan penuh makna harus dilaksanakan sesuai dengan bakat dan kesanggupan serta dengan tujuan siswa sendiri, dan dengan prosedur eksperimental yang berlaku. lndividu yang satu bebeda dengan individu yang lain. Belajar memang harus merupakan persoalan individual, tetapi sejauh mana percobaan cara belajar itu dari yang dilakukan oleh individu lain, hal ini perlu dikctahui. f. Urutan Belajar sebagai gejala tersendiri dan pada mengorganisasikannya dengan tetap berdasarkan prinsip konteks, fokalisasi, sosialisasi, dan individualisasi. Namun demikian, guru juga harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktu atau urutannya. Untuk mencari garis yang memisahkan belajar yang tersendiri dari rangkaian proses belajar adalah merupakan suatu abstraksi. Tidak mungkin unit pelajaran yang satu tepisah dengan unit-unit lain. Atau beberapa unit terpisah dari keseluruhan pelajaran itu. Bila hendak mencapai belajar yang otentik, organisasi rangkaian atau urutan dari belajar dengan penuh makna harus dengan sendirinya bermakna pula. g. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar maka evaluasi harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha belajar yang efektif dan suses ditambah oleh evaluasi yang bermutu dan diskriminatif akan mengenai pada semua aspek belajar. Evaluasi merupakan bagian mutlak dari pengajaran sebagai unsur intergral di dalam organisasi belajar yang wajar. III. KESIMPULAN Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada hakikatnya pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing harus mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus adanya factor factor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik. Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal.

Hakikat Pembelajaran Efektif


Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Pendahuluan Next Next I. PENDAHULUAN

Mengajar (teaching) dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar[1]. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatankegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa, dan bukan pada pa yang dipelajari siswa. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dan atau di ruang praktek/laboratorium. Sehubungan dengan tugas ini, guru hendaknya selalu memikirkan tentang bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut, diantaranya dengan membuat perencanaan pembelajaran dengan seksama dan menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat. Upaya ini tentu menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi pembelajaran, sikap dan karakter guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan bertindak selaku fasilitator yang berusaha

menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dengan cara meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif, berupaya menarik minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, membangkitkan motivasi belajar, pelayanan individu (pembelajaran privat) dan penggunaan media dalam pembelajaran. Makalah ini membahas bagaimana menerapkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari hakikat sebenarnya, sehingga dengan demikian akan terwujud suatu pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran yang optimal sesuai tujuan yang akan dicapai. II. PEMBAHASAN A. Hakikat Pembelajaran Efektif Sebelum menelusuri apa sebenarnya hakikat pembelajaran efektif, akan diuraikan terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran serta apa juga yang dimaksud dengan efektif. Berkenaan dengan hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Pengertian belajar dan pembelajaran Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian sebagai suatu pola baru yang berupa kecakapan sikap kebiasaan, atau suatu pengertian.[2] Belajar pada hakikatnya merupakan suatu usaha, suatu proses perubahan yang terjadi pada individu sebagai hasil dari pengalaman atau hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya.[3] Belajar dalam pengertian yang lain yaitu suatu upaya untuk menguasai sesuatu yang baru. Konsep ini mengandung dua hal: pertama; usaha untuk menguasai, Hal ini bermakna menguasai sesuatu dalam belajar, kedua; sesuatu yang baru dalam arti hasil yang diperoleh dari aktivitas belajar.[4] Dalam defenisi lain dijelaskan bahwa Belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari[5]. belajar juga kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Soemanto[6] mengemukakan definisi belajar menurut para ahli bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience. Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas, dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology sebagai berikut: Learning is shown by change in behavior as a result of experience.[7] Maksudnya bahwa dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat indranya. Belajar dalam arti mengubah tingkah laku, akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.

Menurut Hamalik Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran[8]. Dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. 2. Pengertian Efektif Efektif adalah perubahan yang membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif. Pembelajaran menekankan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang dikerjakan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi, tentang apa yang dikerjakan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh siswa.[9] Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif merupakan sebuah proses perubahan seseorang dalam tingkah laku dari hasil pembelajaran yang ia dapatkan dari pengalaman dirinya dan dari lingkungannya yang membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu. 3. Hakikat Pembelajaran Efektif Dari defenisi belajar dan pembelajaran serta efektif, maka hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.[10] Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi siswa. pembelajaran efektif juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas siswa untuk mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri. Di dalam menempuh dan mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif maka perlu dilakukan sebuah cara agar proses pembelajaran yang diinginkan tercapai yaitu dengan cara belajar efektif. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu adanya bimbingan dari guru.[11] Muara dari berfungsinya manajemen pembelajaran yang baik adalah pembelajaran efektif. Artinya, dari posisi guru tercipta mengajar efektif, dari posisi murid tercipta belajar efektif. Menurut Joyce and Weil , Guru yang berhasil adalah mengajar murid bagaimana memiliki informasi dalam pembicaraan dan membuatnya menjadi milik mereka. Sedangkan pelajar efektif adalah membentuk informasi, gagasan dan

kebijaksanaan dari guru mereka dan menggunakan sumber daya belajar secara efektif[12]. Peran utama dalam pengajaran adalah menciptakan model aktivitas pengajaran kuat dan tangguh. Intinya adalah aktivitas pengajaran sebagai penataan lingkungan, pengaturan ruang kelas, yang didalamnya para pelajar dapat berinterkasi dan belajar mengetahui bagaimana caranya belajar. Berkaitan dengan efektivitas pengajaran, untuk mencapai pembelajaran aktif, satu aspek penting adalah masalah metode yang digunakan guru dalam menciptakan suasana aktif. Proses pembelajaran dengan metode ceramah, guru mendominasi pembicaraan sementara siswa terpaksa atau bahkan dipaksa untuk duduk, mendengar dan mencatat hal ini sangat tidak dianjurkan. Metode ceramah harus dikurangi bahkan ditinggalkan. Paradigma baru dalam pembelajaran siswa aktif mengharuskan guru untuk mengubah cara pandang terhadap pembelajaran. Dalam persiapan mengajar, guru lebih memikirkan/memfokuskan penciptaan pengalaman baru bagi siswa. Melalui pengalaman tersebut, siswa dapat mengembangkan pengetahuannya. Guru mengolah kurikulum yang tepat sehingga dengan pemahaman konsep yang benar yang dibentuk siswa, memungkinkan dapat menghubungkannya dengan pemahaman sebelumnya serta membuka peluang untuk mencari dan menemukan pemahaman terhadap konsep baru. Pendayagunaan teknologi pendidikan telah memasyarakat, maka pertumbuhan industri pendukung pendidikan juga semakin berkembang. Bukan hanya terpusat pada teknologi informasi, melainkan terbuka peluang bagi industri lokal untuk memproduksi alat-alat peraga dan simulasi. Semakin tinggi dan banyak teknologi didayagunakan dalam dunia pendidikan, maka semakin terbuka lebar peluang kerja kreatif masyarakat terdidik. Pembelajaran akan berjalan efektif jika pengalaman, bahan-bahan, dan hasil-hasil yang diharapkan sesuai denagn tingkat kematangan peserta didik serta latar belakang mereka. Proses belajar akan berjalan baik jika peserta didik bias melihat hasil yang fositif untuk dirinya dan memperoleh kemajuan-kemajuan jika ia menguasai dan menyelesaikan proses belajarnya.[13] Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan sebagai hasil dari proses belajar. Sehingga dilihat dari pengertian prestasi dan belajar tersebut maka dapat diambil kesimpulan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan. Bentuk perubahan dari hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu :

Aspek kognitif meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan eterampilan/kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Aspek efektif meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan kesadaran. Aspek psikomotor meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik. (Daradjat, 1995: 197) Prestasi belajar siswa yang diperoleh dalam proses belajar-mengajar disekolah dapat dilihat dan diketahui dari nilai hasil ujian semester, yang kemudian dituangkan dalam daftar nilai raport.

Nilai tersebut merupakan nilai yang dapat dijadikan acuan berhasil tidaknya siswa belajar serta dijadikan acuan berhasil tidaknya proses belajar mengajar di kelas. Penilaian prestasi siswa yang dicantumkan dalam rapot, bisa berbentuk anka jiga berbentuk huruf. Prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu yang telah dipelajarinya, akan tetapi juga keberhasilan sebagai indikator kualitas institusi pendidikan di tempat dia belajar. Para guru diharapkan dan harus mampu menciptakan pembelajaran dengan efektif, menyenangkan, tercipta suasana dan iklim pembelajaran yang kondusif, terdapat interaksi balajar-mengajar yang bagus, sehingga keberhasilan belajar dan prestasi dapat dicapai dengan baik sesuai tujuan pembelajaran.[14] B. Karakteristik Belajar yang Efektif Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk mengetahui bagaimana memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sangat penting untuk mengetahui cirri-cirinya. Adapun Pembelajaran yang efektif dapat diketahui dengan ciri[15]: 1. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta dan lainlain. 2. Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas menjadi hidup. 3. Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar. 4. Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang lain. 5. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata. 6. Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain. 7. Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, jika diperlukan Selain itu Ciri pengajaran Efektif juga dapat diketahui dengan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Berpusat pada siswa Interaksi eduktaif, Guru-Siswa Suasana demokratis Metode yang bervariasi Bahan belajar bermanfaat Lingkungan kondusif Suasana belajar menunjang

Selain mengetahui karakteristik belajar yang efektif perlu diketahui juga bagaimana Karakteristik Guru Efektif, hal ini berguna untuk mengetahui keahlian dan keprofesionalan seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif. Adapun karakteristknya yaitu: 1. Memiliki minat terhadap mata pelajaran 2. Memiliki kecakapan untuk menafsirkan suasana/iklim psikologis siswa 3. Menumbuhkan semangat belajar 4. Memiliki imajinasi dalam menjelaskan 5. Menguasai metode/strategi pembelajaran 6. Memiliki sikap terbuka terhadap siswa C. Kondisi efektif Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi yang strategi yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang baik, hendaknya guru memperhatikan dua hal: pertama, kondisi internal merupakan kondisi yang ada pada diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya, dan sebagainya. Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan serta keadaan lingkungan fisik yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang dapat mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan tidak mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau lengkap.[16] Keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas memang tidak semata tergantung guru, tetapi melibatkan banyak faktor, diantaranya keaktifan siswa, tersedianya fasilitas belajar, kenyamanan dan keamanan ruangan kelas dan beberapa faktor lainnya, kendati memang keberadaan guru merupakan faktor penentu dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif. Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini: 1. Melibatkan Siswa secara aktif Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. Dengan demikian aktifitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, antara lain : a. Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan eksprimen dsb. b. Aktivitas lisan, seperti bercerita, tanya jawab, dsb. c. Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan pengarahan guru dsb. d. Aktivitas gerak, seperti melakukan praktek di tempat praktek. e. Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat surat, membuat karya tulis dsb. Setiap jenis aktivitas memiliki kadar atau bobot yang berbeda, tergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Yang jelas, aktivitas kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak melibatkan siswa, atau lebih memperhatikan aktivitas siswa. Berikut ini cara meningkatkan keterlibatan siswa :

1. Tingkatkan partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan berbagai teknik mengajar. 2. Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran. 3. Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk itu guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan pembelajaran. 2. Menarik minat dan perhatian Siswa Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan kecerdasan siswa. Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan kecerdasan siswa merupakan pembelajaran yang diminati.[17] 3. Membangkitkan motivasi Siswa Motif adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah bagaimana membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar[18]. Berikut ini beberapa cara bagaimana membangkitkan motivasi siswa :

Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya; Pada awal kegiatan pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, sehingga siswa terpancing untuk ikut serta didalam mencapai tujuan tersebut. Guru berusaha mendorong siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses dengan usahanya sendiri; Guru selalu berusaha menarik minat belajar siswa. Sering-seringlah memberikan tugas dan memberikan nilai seobyektif mungkin.

4. Memberikan pelayanan individu Siswa Salah satu masalah utama dalam pendekatan pembelajaran adalah kurangnya pemahaman guru tentang perbedaan individu antar siswa. Guru sering kurang menyadari bahwa tidak semua siswa dalam suatu kelas dapat menyerap pelajaran dengan baik. Kemampuan indiviadual mereka dalam menerima pelajaran berbeda-beda. Disinilah sebenarnya perlunya keterampilan guru di dalam memberikan variasi pembelajaran agar dapat diserap oleh semua siswa dalam berbagai tingkatan kemampuan, dan disini pulalah perlu adanya pelayanan individu siswa.[19]

Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata ditujuan kepada siswa secara perorangan saja, melainkan dapat juga ditujukan kepada sekelompok siswa dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran individual atau pembelajaran privat, belakangan ini memang cukup marak dilakukan melalui les-les privat dan atau melalui lembagalembaga pendidikan yang memang khusus memberikan pelayanan yang bersifat individual. Dalam sistem pembelajaran tuntas, pelayanan individu merupakan kegiatan yang mesti dilakukan. Setiap sub materi pelajaran yang disajikan harus dapat dimengerti oleh semua siswa, tanpa terkecuali. Oleh karena itu dalam pembelajaran tuntas, materi pelajaran tidak boleh diteruskan sebelum materi yang sedang diajarkan dapat diserap oleh seluruh siswa. 5. Menyiapkan dan menggunakan berbagai media dalam pembelajaran. Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Sebab, pembelajaran yang mengggunakan banyak verbalisme tentu akan membosankan. Sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik, bila siswa merasa senang dan gembira setiap menerima pelajaran dari gurunya. Pembelajaran yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman kongkret yang dibantu dengan sejumlah alat peraga dengan memperhatikan dari segi nilai dan manfaat alat peraga tersebut dalam membantu menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Di dalam menyiapkan dan menggunakan media atau alat peraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :

Alat peraga yang digunakan hendaknya dapat memperbesar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diasjikan. Alat peraga yang dipilih hendaknya sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok. Alat yang dipilih hendaknya tepat, memadai dan mudah digunakan.

Lihat Selanjutnya D. Suasana pembelajaran efektif Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengatur kelas yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan anak didik dapat belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar hendaknya guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hal ini senada seperti yang ditulis Madri M. dan Rosmawati, bahwa terjadinya proses pembelajaran itu ditandai dengan dua hal yaitu : (1) siswa menunjukkan keaktifan, seperti tampak dalam jumlah curahan waktunya untuk

melaksanakan tugas ajar, (2) terjadi perubahan perilaku yang selaras dengan tujuan pengajaran yang diharapkan.[20] Untuk mewujudkan suasana kelas yang mendukung proses belajar mengajar yang dapat membantu efektivitas proses belajar mengajar[21] yaitu : 1. Memanggil setiap murid dengan namanya 2. Selalu bersikap sopan kepada murid, 3. Memastikan bahwa anda tidak menunjukkan sikap pilih kasih terhadap murid tertentu 4. Merencanakan dengan jelas apa yang anda lakukan dalam setiap pelajaran 5. Mengungkapkan kepada murid-murid tentang apa yang ingin anda capai dalam pelajaran ini 6. Dengan cara tertentu melibatkan setiap murid selama pelajaran 7. Memberikan kesempatan bagi murid untuk saling berbicara 8. Bersikaplah konsisten dalam menghadapi murid-murid. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, maka diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai.[22] dalam hal ini akan diuraikan beberapa suasana yang efektif dalam pelaksanaan proses pembelajaran: 1. suasana belajar yang menyenangkan suasana belajar yang menyenangkan membuat pembelajaran akan berjalan efektif, apabila suasana pembelajaran tersebut menyenangkan, peserta didik akan lebih Rileks, Bebas dari tekanan, Aman, Menarik, Bangkitnya minat belajar, Adanya keterlibatan penuh, Perhatian peserta didik tercurah, Lingkungan belajar yang menarik (misalnya keadaan kelas terang, pengaturan tempat duduk leluasa untuk peserta didik bergerak), Bersemangat, Perasaan gembira, Konsentrasi tinggi. Suasana pembelajaran yang menyenagkan menghindarkan pembelajaran yang tidak efektif, karena peserta didik tidak Tertekan, Perasaan terancam, Perasaan menakutkan, merasa tidak berdaya, tidak bersemangat, malas/tidak berminat, jenuh/bosan, suasana pembelajaran monoton, pembelajaran tidak menarik siswa.[23] 2. Suasana bebas Suasana bebas atau terbuka (permisif) merupakan kebebasan bagi siswa dalam berbicara dan atau berpendapat sesuai dengan tujuan dari proses pembelajaran, sehingga dengan hal tersebut siswa tidak akan merasakan tekananan, adanya rasa takut, malu dan lainnya terhadap guru maupun sesame peserta didik.[24] 3. Pemilihan media pengajaran dan metode yang sesuai Menurut Nasrun dalam forum pendidikan mengemukakan bahwa guru dituntut mampu memiliki dan menggunakan media pengajaran sesuai dengan materi yang akan di sajikan, dituntut mampu menggunakan metode mengajar secara stimulan untuk menghidupkan suasana pengajaran dengan baik.[25]

E. Upaya Memelihara Kondisi dan Suasana Belajar yang Efektif Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru juga hendaknya mampu mengelola kelas dengan baik, karena kelas merupakan lingkungan belajar yang paling utama dan merupakan aspek lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan dengan baik. Lingkungan kelas hendaknya diatur dan diawasi sedemikian rupa agar kegiatan belajar lebih terarah dan dapat merangsang siswa untuk giat belajar serta aktif mengikuti pelajaran[26]. Strategi pengelolaan kelas adalah pola/siasat, yang menggambarkan langkah-langkah yang digunakan guru dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas agar tetap kondusif, sehingga siswa dapat belajar optimal, aktif, dan menyenangkan dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan Untuk mencegah timbulnya tingkah laku-tingkah laku siswa yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar, guru berusaha mendayagunakan potensi kelas, memfokuskan perhatian kepada peserta didik, memahami mereka secara individu dan memberi pelayanan-pelayanan tertentu yang merupakan wujud dukungan dari warga sekolah. Upaya-upaya yang dilakukan ini merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal. 1. Tanggung jawab Pendidik Dalam memelihara kondisi dan suasana belajar yang efektif maka guru sebagai pembimbing mempunyai tanggung jawab yang besar dalam melaksanakannya. Adapun yang harus dilakukan seorang guru adalah:

Guru sebagai perancang pengajaran dituntut memiliki kemampuan untuk merencanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif, yang berarti harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang profesional serta kesiapan pada proses belajar mengajar[27]. Guru sebagai pengelolah pengajaran, dituntut untuk memiliki kemampuan mengelolah seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan suasana belajar yang menguntungkan bagi siswa sehingga siswa benar-benar belajar secara efektif .[28] Guru sebagai evaluator of learning, dituntut untuk secara terus menerus mengikuti prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi ini merupakan umpan balik terhadap proses kegiatan belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang optimal.[29] Guru sebagai pembimbing, dituntut untuk mengadakan pendekatan secara instruksional yang bersifat pribadi dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Pendekatan pribadi dimaksudkan untuk lebih mengenal dan memahami murid-murid secara mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruan belajar mengajar.[30] Guru harus menjadi pembimbing dan penyuluh yang tegas yang memelihara dan mengarahkan perkembangan pribadi dan keseimbanggan mental murid-muridnya.

Guru juga menjadi orang tua murid didalam mempelajari dan membangun system nilai yang dibutuhkan dalam masyarakat dalam dewasa ini. 2. Penataan Lingkungan Belajar Dalam memelihara kondisi dan suasana yang efektif perlu adanya penataan lingkungan belajar. Aktivitas guru dalam menata lingkungan belajar lebih terkonsentrasi pada pengelolaan lingkungan belajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dalam melakukan penataan lingkungan belajar dikelas tiada lain melakukan aktivitas pengelolaan kelas atau manajemen kelas (classroom management). Menurut Milan Rianto, pengelolaan kelas merupakan upaya pendidik untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar serta memulihkannya apabila terjadi gangguan dan/atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.[31] Lingkungan belajar di kelas sebagai situasi buatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau konteks terjadinya pengalaman belajar, dapat di klasifikasikan yang menyangkut : lingkungan (keadaan) fisik, dan lingkungan sosial. 3. cara pengajaran Pendidik Dalam rangka memelihara kondisi dan suasana belajar yang efektif maka guru harus mampu memilih cara yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran. Karena mengajar adalah hal yang kompleks dan melibatkan peserta didik yang bervariasi, maka seorang Pendidik harus mampu dan menguasai beragam strategi dan perspektif serta dapat mengaplikasikannya secara pleksibel.[32] Dalam hal ini guru harus mempunyai pengetahuan dan keahlian yang profesional dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus mampu menguasai materi pelajaran, strategi pengajaran, mempunyai keahlian manajemen kelas, keahlian motivasional, keahlian komunikasi dan dapat bekerja secara efektif dengan murid dari latar belakang kultural yang beragam. Dalam hal ini Pentingnya Guru Memotivasi Siswa merupakan salah satu yang urgen dalam meningkatkan minat belajar siswa. Untuk itu guru harus: a. Siswa senantiasa memerlukan dorongan dari guru b. Siswa perlu bekerja dan berusaha sesuai tuntutan belajar c. Motivasi perlu dimiliki oleh siswa agar mereka memiliki ketangguhan dalam belajar Motivasi merupakan proses yang kompleks, hal ini terlihat bahwa motivasi merupakan upaya untuk mengubah sesuatu hal yang bersifat positif dalam pembelajaran. Hal ini karena: a. Motif merupakan sebab terjadinya tindakan b. Individu memiliki kebutuhan dan harapan yang senantiasa berubah c. Manusia ingin memiliki kepuasan atas tercapainya kebutuhan d. Perilaku yang mengarah pada tujuan tidak selalu mencapai kepuasan Guru harus mampu dan tahu bagaimana memotivasi siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dengan ini ada beberapa prinsip-prinsip dalam mengembangkan memotivasi siswa yaitu:

a. Prinsip Kompetisi b. Prinsip Pemacu c. Prisnip Ganjaran dan Hukuman d. Kejelasan dan kedekatan tujuan e. Pemahaman hasil f. Pengembangan minat g. Lingkungan yang kondusif h. Keteladanan Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam memelihara kondisi dan suasana belajar yang efektif maka harus terwujud seorang guru yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran, adanya penataan lingkungan belajar yang baik, serta cara atau strategi pengajaran seorang guru yang profesional. F. Strategi pembelajaran Efektif Cara belajar yang efektif dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai[33]. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif diperlukan strategi yang tepat agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan seefektif mungkin. Dalam melaksanakan strategi tersebut, diperlukan beberapa hal yaitu: 1. Prinsip-prinsip belajar Prinsip belajar merupakan cara untuk mencapai pembelajaran yang efektif. Dengan adanya prinsip belajar ini, akan terjadi sebuah perubahan bagi peserta didik yang signifikan diantaranya: a. Perubahan yang disadari b. Perubahan yang berkesinambungan c. Perubahan fungsional d. Perubahan bersifat positif aktif e. Perubahan secara permanen f. Perubuhan yang terarah 2. Esensi Belajar a. Perubahan seluruh aspek pribadi b. Proses yang disengaja dan disadari c. Terjadi karena ada dorongan/kebutuhan yang ingin dicapai d. Bentuk pengalaman yang sistematis, dan terarah 3. Rangkaian aktivitas belajar a. Adanya kebutuhan dan tujuan : merasakan adanya kekurangan b. Kesiapan untuk memenuhi kebutuhan c. Pemahaman situasi : melihat aspek yang terkait dengan belajar

d. Menafsirkan situasi : hubungan berbagai aspek e. Respons : aktivitas belajar 4. Hasil Pembelajaran a. Informasi verbal b. Kecakapan intelektual : diskriminasi, konsep konkret, aturan c. Strategi kognitif d. Sikap e. Kecakapan motorik 5. Kualitas Belajar a. Belajar untuk menjadi diri sendiri b. Belajar untuk belajar c. Belajar untuk berbuat d. Belajar untuk hidup bersama secara damai G. Manajemen Pengajaran Efektif Pengelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Hersey dan Blanchard memberi arti pengelolaan sebagai[34] berikut : Management as working with and trough individuals and groups to accomplish organizatinal goals (pengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui seseorang serta kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi). Stoner mengemukakan bahwa : Management is the proses of planing, organizing, leading and controling the efforts of organizing members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals. manajemen pengajaran efektif merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya dalam proses menolong murid mencapai pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan pemahaman terhadap dunia di sekitarnya secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan mengembangkan aktivitas pengajaran secara efektif sebagaimana dikemukakan diatas terdapat pembaharuan atau perubahan secara inovatif. Pertama, manajemen pembelajaran adalah proses pendayagunaan seluruh komponen yang saling berinteraksi (sumber daya pengajaran) untuk mencapai visi dan misi pengajaran, Kedua, manfaat manajemen pengajaran adalah sebagai aktivitas profesional dalam menggunakan dan memelihara kurikulum (satuan program pengajaran) yang dilaksanakan, Ketiga, secara organisasional pembelajaran atau kegiatan aktivitas pengajaran guru dituntut memiliki kesiapan mengajar dan murid disiapkan untuk belajar, Keempat, dalam menjalankan fungsi manajemen pembelajaran guru harus memanfaatkan sumber daya pengajaran (learning resources) yang ada di dalam kelas maupun di luar kelas[35].

Berbagai sumber daya pengajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran antara lain : Pertama, kunjungan / fiel trif yang memiliki kualifikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada pelajar. Kedua, peralatan pengajaran yang berkaitan dengan materi pelajaran. Ketiga, buku-buku pelajaran. Keempat, berbagai tulisan/paper, diagram, outline yang dapat melayani tujuan pengajaran selama proses aktivitas pengajaran. Kelima, penggunaan gambar-gambar. Keenam, CD yang berisikan rekaman gambar dari film dan dapat diakses dengan menggunakan komputer. Ketujuh, pengaturan ruang kelas untuk melayani berbagai aktivitas pengajaran. Keenam, Film, Vidiotapes,dll. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan berkaitan dengan manajemen dalam suatu model pembelajaran , yaitu :

Manajemen efektif adalah hasil dari sejumlah faktor, tidak ada cetak biru/pedoman yang sederhana bagi manajemen kelas yang efektif. Guru harus menentukan kebutuhan murid-murid dengan mengembangkan suatu sistem manajemen untuk keseharian kepada kebutuhan kepribadian anak yang diharapkan berinteraksi terhadap prestasi tertentu. Manajemen efektif mendorong keberhasilan murid. Fungsi manajemen yang baik adalah sebagai alat penghubung kekuatan yang dimiliki murid ke dalam suatu pengalaman pembelajaran produktif jika murid belajar secara efisien, maka guru akan lebih berusaha mencapai prestasi dalam pengelolaan kelas yang lemah. Keberhasilan meningkatkan penghargaan kepada murid jika murid-murid berprestasi, ada hasil perasaan puas, maka harga diri dan dorongan untuk berprestasi semakin tinggi. Manajemen efektif bebas dan tidak terbatas. Banyak guru mempercayai bahwa jika manajemen terlalu terstruktur, hal itu mengurangi kreativitas murid. Bagaimanapun manajemen efektif memberikan kepada murid dengan pedoman yang jelas dan bekerja. Keadaan ini menyebabkan pola kerja yang konsisten dan bebas dari kebingungan dan disiplin yang kurang terstruktur untuk menghasilkan penuh kreativitas mereka. Efektifitas manajemen bersifat konsisten. Para guru harus bekerja dalam cara yang sama untuk pengungkapan yang sama dari perilaku salah. Guru tidak seharusnya menghukum dengan marah atau putus asa. Tentu saja, guru pun seharusnya jangan takut untuk amarah sepanjang marah itu tidak mengurangi motivasi dan hukuman yang diberikan. Manajemen efektif melibatkan perhatian dan pengembangan inovasi. Hal itu seharusnya muncul untuk murid bahwa manajemen dilaksanakan oleh guru untuk memelihara pembelajaran murid dan mengembangkan inovasi aktivitas pengajaran. Problem manajemen mungkin saja tidak menghargai kualitas sistem pengajaran. Manajemen efektif mencakup pengaruh ulang terhadap perilaku diinginkan dan penguatan dari perilaku yang diinginkan. Guru-guru adalah model dari perilaku yang diterima. Pembelajaran yang terobsesi seharusnya dijadikan model oleh para guru.

Manajemen efektif menuntut teamworks, kepala sekolah, guru-guru, orang tua, masyarakat, dan profesional pendidikan lainnya. Bekerja secara konsisten menuju tujuan yang sama.

Untuk keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran, menurut Urlich dkk ada tiga perlakuan yang harus dilakukan guru yaitu : Pertama, They are well organized in their planing, Kedua, they communikate effectively with their students, and, Ketiga, they have high expectations of their student. Lihat selanjutnya III. KESIMPULAN Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada hakikatnya pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing harus mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus adanya factor factor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik. Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal. Lihat daftar pustaka dan Footnote Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijinkannya, tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah Hakikat Pembelajaran Efektif, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini.Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com Lihat daftar pustaka dan Footnote Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijinkannya,

tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah Hakikat Pembelajaran Efektif, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini.Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com Lihat daftar pustaka dan Footnote DAFTAR PUSTAKA

Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Grasindo, 2002) http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2129621, pembelajaran efektif, diunduh pada tanggal 16 Nopember 2011 Pukul 21:00 WIB Mulyasa, E., Menjadi kepala sekolah profesional: dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003) Nawawi, Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan (Jakarta: Haji Masagung, 1989) Nasrun, Media, Metode, dan Pengelolaan Kelas Terhadap Keberhasilan Praktek Lapangan Kependidikan, (Forum pendidikan :Universitas Negeri Padang, 2001) Purwanto, Ngalim, Psikologi pendidikan remaja (Bandung: Remaja Rosda Karya,1996) Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Jakarta: PT. Imtima, 2007) cet.11 Prayitno, Dasar teori dan praksis Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2009) Rianto, Milan, Pengelolaan Kelas Model Pakem (Jakarta: Dirjen PMPTK, 2007) Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis: sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004) Santrock, John W., educational Psychology, Terj.Tri wibowo B.S, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group, 2008) Semiawan, Cony, Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: Gramedia, 1990) Slameto, Belajar dan Faktor - Faktor Belajar yang Mempengaruhi (Jakarta: rineka cipta, 1995) W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Grasindo, TT) Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Edisi Baru). Jakarta : PT Rineka Cipta Sudjana, Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung : Falah Production ; 2004). Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta : Penerbit Quantum Teaching,2005) Joyce,Bruce dan Marrsha Weil, Models of Teaching, (London ; Allyn Bacon,1996) Footnote

[1] Bruce R. Joyce, Marsha Weil, Models of teaching (University of California: Allyn and Bacon, 1996), h. 46 [2] Ngalim purwanto, Psikologi pendidikan remaja (Bandung: Remaja Rosda Karya,1996), H. 84

[3] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Jakarta: PT. Imtima, 2007) cet.11, h. 329 [4] Prayitno, Dasar teori dan praksis Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2009), h. 201 [5] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 21 [6] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidika : Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), h. 104 [7] Lee Joseph Cronbach, Educational psychology (New York: Harcourt, Brace & World, 1963), 47 [8] Oemar Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2002), h. 56 [9] E. Mulyasa, Menjadi kepala sekolah profesional: dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), h. 149 [10] Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Grasindo, 2002), h. 226-227 [11] Slameto, Belajar dan Faktor - Faktor Belajar yang Mempengaruhi (Jakarta: rineka cipta, 1995), h. 75-76 [12] Joyce, Bruce dan Marrsha Weil, Models of Teaching, (London ; Allyn Bacon,1996), h. 45 [13] Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 100 [14] Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan (Jakarta: Haji Masagung, 1989), h. 117. [15] Slameto, Op Cit., h. 94-97 [16] Ibid [17] Rosyada, Op Cit., h. 129 [18] John W. Santrock, educational Psychology, Terj.Tri wibowo B.S, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 9 [19] Rosyada, Op Cit., h. 113 [20] Madri M. dan Rosmawati, Pemahaman Guru Tentang Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar, ( Jurnal Pembelajaran, Desember 2004 ), Vol. 27, No. 03, h. 274. [21] Mary Underwood, Pengelolaan Kelas yang Efektif suatu Pendekatan Praktis, (Penerbit Arcan,2000), h 39. [22] Cony Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm. 63 [23] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2129621, pembelajaran efektif, diunduh pada tanggal 16 Nopember 2011 Pukul 21:00 WIB [24] W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Grasindo, TT), h. 85 [25] Nasrun, Media, Metode, dan Pengelolaan Kelas Terhadap Keberhasilan Praktek Lapangan Kependidikan, (Forum pendidikan :Universitas Negeri Padang, 2001), h.428. [26] Rosyada, Op cit., h. 123 [27] Santrock, Op Cit., h. 7-8 [28] Ibid [29] Rosyada, Op Cit., h. 148 [30] Santrock, Op Cit., h. 9 [31] Milan Rianto, Pengelolaan Kelas Model Pakem (Jakarta: Dirjen PMPTK, 2007), h. 1 [32] Santrock, Op Cit., h. 7 [33]Suherman, Strategi Belajar Efektif (Universitas Pendidikan Indonesia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/ SUHERMAN/BIMB_BELAJAR_EFEKTIF), diunduh pada tanggal 2 januari 2012 [34] Urlich, Donald, C.dkk, Teaching Strategies, (Massachusset: Heath an Company, 1980), h. 35 [35] Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta : Penerbit Quantum Teaching,2005) [36] M. Entang dan T. Raka Joni, Pengelolaan Kelas (Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud, 1983), h. 121

Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijinkannya, tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah Hakikat Pembelajaran Efektif, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini.Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com Lihat daftar pustaka dan Footnote Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijinkannya, tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah Hakikat Pembelajaran Efektif, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini.Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com

Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak

Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak


Pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan pada umumya bertujuan untuk membentuk manusia yang bermoral dan berilmu. Berbicara masalah pendidikan, menyangkut pula masalah tentang lingkungan pendidikan, yang dikenal dengan tripusat pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat[1]. Dari ketiga lingkungan tersebut, lingkungan keluarga mempunyai peranan yang paling utama. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam pendidikan anak, karena dari keluargalah dasar pembentukan tingkah laku, watak, dan moral anak. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tidak lepas adanya partisipasi serta bimbingan atau dukungan orang tua. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama, karena pengaruh dari orang tualah yang menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari. Untuk itu diperlukan usaha yang optimal dalam mencapai tujuan tersebut. Mendidik anak dengan baik dan benar berarti mengembangkan kemampuan siswa secara wajar. Potensi jasmani yang harus dipenuhi adalah sandang, pangan, dan papan. Sedangkan potensi rohaninya adalah berupa pembinaan intelektual, perasaan, dan budi pekerti.[2] Tugas utama orang tua adalah mengasuh, membimbing, memelihara serta mendidik anak untuk menjadi cerdas, pandai dan berakhla. Selain itu sebagai orang tua harus mampu

menyediakan fasilitas atau keprluan anak dalam pembelajaran untuk mendapatkan sebuah keberhasilan, misalnya, buku-buku pelajaran. Namun sekarang ini banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mendidiknya membuat seorang anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, dan dan tidak saying padanya. Perasaan-perasaan itulah yang membuat seorang anak prestasinya menurun, dan mempengaruhi sikap, perasaan, dan cara berfikir bahkan kecerdasannya. a. Pengertian Bimbingan Bimbingan merupakan sesuatu yang harus diberikan oleh orang tua ( Keluarga ), karena dari merekalah anak mendapatkan pengalaman. Pengalaman untuk menjalani kehidupannya kedepan. Bimbingan secara umum dapat diartikan sebagai bantuan. Bimbingan adalah terjemahan dari bahasa Inggris yaitu guidance.[3] Kata guidance berasal dari kata kerja to guidance artinya menunjukkan, membimbing, menuntut kejalan yang benar. Jadi dapat disimpulkan bahwa guidance adalah memberikan petunjuk pada orang lain yang membutuhkan untuk menjadikannya lebih baik. Untuk lebih memperjelas pengertian pendidikan ada beberapa pendapat tokoh tentang bimbingan, diantaranya:

Stoops, mengemukakan bahwa bimbingan merupakan suatu proses untuk membantu individu dalam mencapai kemampuannya secara maksimal, dan pengaruh pada manfaat yang sebenar-benarnya baik untuk dirinya maupun masyarakat. Miller, mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan.

b. Pengertian orang tua Orangtua adalah anggota dari keluarga. Sedangkan keluarga adalah unit social terkecil dalam masyrakat.[4] orang tua adalah seorang yang melahirkan kita serta bertugas membimbing anaknya untuk menjalani kehidupan terutama pendidik. Orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan terpenting terutama dalam hal pendidikan. Sehingga baik buruknya prestasi anak ditentukan oleh bimbingan orang tua. Tujuan dari seorang orang tua membimbing anaknya karena kewajaran selain itu juga karena orang tua mencintainya, sehingga akan menjadikannya berprestasi. Dengan prestasi tersebut maka dapat mengangkat nama baik orang tua yang telah menyayangi serta membimbingnya.

c. Pengertian Prestasi Prestsi adalah proses jangka panjang dimana imbalan terbesarnya tidak langsung diterima.[5] Atau prestasi adalah sebuah hasil yang dicapai oleh seseorang dari sebuah proses (pendidikan). Sedangkan menurut winkel, prestasi adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan sesuai bobot yang dicapainya. Selain itu prestasi menurut S. Nasution adalah kesempurnaan yang dicapai oleh seseorang dalam berfikir dan berbuat. Jadi, dari kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah sebuah hasil yang dicapai oleh seseorang dari kegiatan-kegiatan tertentu dan disesuaikan dengan bobot kemampuan seseorang. d. Pengertian Belajar Belajar adalah berusaha / berlatih untuk mendapatkan suatu kepandaian. Belajar merupakan suatu mukjizat terbaik dalam hidup.[6] Karena belajar dapat menjadikan pertumbuhan seseorang dan menjadikannya sukses atau berprestasi. Pengaruh orang tua dan guru sangat besar dalam proses belajar. Karena mereka membantu anak untuk memilih apa yang dipelajarinya, selain itu menolong mereka untuk belajar dengan cara yang lebih baik dan bermanfaat. Untuk menjadikan belajar lebih baik jika seorang anak memahami dan mengetahui lebih dulu apa yang akan dipelajarinya. Kemudian menolongnya untuk menentukan tujuan tempat diarahkannya kegiatan. Sesungguhnya menumbuhkan semangat untuk belajar sangatlah penting dan tidak boleh diabaikan oleh orang tua ataupun guru. Karena dengan belajar tersebut hidup anak mereka akan menjadi lebih sempurna dan lebih bahagia. e. Pengertian pengaruh bimbingan orang tua terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu barang atau benda yang membentuk suatu perbuatan.[7] Jadi pengaruh bimbingan orang tua terhadap prestasi belajar siswa adalah suatu daya yang ditimbulkan dari proses yang digunakan oleh orang tua untuk menjadikan siswa berhasil dalam proses belajar sesuai dengan kesungguhan dan keberhasilan mereka yang diukur dengan menggunakan evaluasi. a. Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Anak. Sejak zaman dahulu, orang tua mengharapkan seorang anak yang sukses. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk menccapai tujuan tersebut. Namun, dalam menjalankanya ada yang berhasil ada juga yang tidak. Bimbingan adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bimbingan sebenarnya harus dilakukan oleh anggota keluarga atu orang tua, karena

orang tua adalah lingkungan hidup pertama yang mempengaruhi jalan hidup anak. Keluarga adalah lingkungan social terkecil tetapi peranannya sangat besar. Dalam mendapatkan sebuah prestasi kegiatan yang wajib dilaksanakan anak adalah belajahar. Dalam hal ini orang tua sangat berperan penting, karena orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memotivasi anak dalam belajar serta membimbingnya. Dalam hal tersebut maka akan menjadikan anak untuk memperhatikan apa yang harus dikerjakannya. Karena orang tuanya selalu memperhatikan apa yang harus dipelajarinya. [8] Dalam kegiatan tersebut orang tua harus mengetahui pertumbuhan anak. Dengan tersebut, maka orang tua akan mudah mengetahui tingkatan yang harus dipelajari anak. Selain itu kita harus mampu membuat kenyamanan dalam proses belajar. Bimbingan orang tua dirumah mutlak diperlukan, karena dengan bimbingan tersebut orang tua dapat mengetahui segala kekurangan dan kedulitan yang dihadapi anak. Seperti yang telah dijelaskan bahwa orang tua mempunyai peranan besar, yaitu mendidik, membimbing, menyediakan sarana dan prasarana belajar serta memberikan tauladan yang baik kepada anak-anaknya. Bimbingan orang tua juga sangat berperan penting untuk mengikatkan motivasi belajar. Dengan motovasi tersebut maka seorang anak dapat menunjukkan bakat serta ikut berpartisipasi dalam pendidikan. Bimbingan yang harus dilakukan oleh orang tua adalah harus mengarah pada kedisiplinan dalam belajar. Motivasi yang ditanamkan harus kuat serta hanya untuk bertujuan mengikuti kegiatan pendidikan. Situasi ini dapat tercipta jika ikatan emosional anak dan orang tua menyatu. Suasana yang aman ini akan membuat anak mengembangkan dirinya untuk menuju masa depan yang berprestasi.[9] Dalam membimbing dan mendidik anak orang tua tidak boleh memastikan keberhasilannya, karena hal itu dapat menjadikan anak tidak berhasil. Namun, apabila orang tua mendidiknya dengan kasih sayang, perhatian, dan membolehkan kegagalan malah dapat menjadikan keberhasilan anak.[10] Karena pada dasarnya jika seorang anak dipaksa maka anak itu akan memberikan penolakan, rasa marah, dan benci. Selain itu jika seorang anaki diperlakukan dengan sikap orang tua yang tidak berlebihan dalam memberikan perhatian, maupun aturan, maka akan membuat anak merasa dirinya dipercaya dan dihargai serta tidak tertekan dan akan mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin dalam mengerjakan tugasnya khususnya belajar. Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut pasti berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola dan cara tersebut merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pembimbingan.

Adapun hal-hal yang diberikan orang tua dalam membimbing anak adalah memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap anaknya. Dengan hal-hal tersebut maka akan diharapkan semangat belajar anak naik dan menjadikan prestasi yang unggul. b. Pengaruh bimbingan orang tua terhadap prestasi belajar siswa Prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan siswa yang dimilikinya dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar. Prestasi seseorang sesuai dengan tingkat kesungguhan dan keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Untuk menjadikan prestasi belajar baik, maka wajib untuk seorang siswa belajar. Belajar adalah berusaha, berlatih untuk mendapatkan suatu kepandaian.[11] Untuk menjadikan motivasi belajar siswa tinggi diperlukan bimbingan dari orang tua, karena dengan perhatian orang tua terhadap pribadi anak akan memperkecil kegagalan. Penelitian membuktikan bahwa keberhasilan seorang anak karena rajin belajar. Dan untuk menumbuhkan semangat belajar , orang tua dapat memberikannya bimbingan sehingga menjadikan anak lebih semangat atau rajin belajar. Dalam membimbing, orang tua harus mampu menerapkan prinsip pendidikan yaitu :[12] 1. Apabila anak siap mental dan fisik 2. Apabila cukup padanya minat untuk belajar 3. Apabila dilakukannya sesuatu yang akan dipelajarinya 4. Apabila ia ikut aktif dalam pengalaman belajar Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bloom adalah bahwa seorang anak yang berprestasi dan sukses karena dididik oleh orang tuanya dengan penuh perhatian dan didampingi oleh pelatih atau pembimbing yang professional. Selain itu untuk menjadikan prestasi anak lebih tinggi orang tua dapat memberikan pujian dengan ucapan selamat atas prestasi mereka. Sikap orang tua tersebut dapat memberikan efek psikologis bahwa anak merasa dihargai eksistensinya dan menjadikan mereka lebih termotivasi untuk berprerstasi lebih baik. Bimbingan orang tua memang sangat berpengaruh terhadap prestasi anak, karena dengan bimbingan orang tua siswa atau anak dapat mengetahui tentang cara-cara dalam belajar serta dapat meningkatkan semangat belajar anak yang akan menjadikannya keberhasilan dan kesuksesan. Selain itu seorang anak tidak akan merasa jenuh dalam belajar karena orang tua selalu mendampinginya dan memperhatikannya. D. Simpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

Bimbingan adalah suatu proses yang digunakan untuk membantu seorang individu untuk menjadi lebih baik. Dalam melakukan pembimbingan hal-hal yang dilakukan orang tua adalah : 1. Harus disertai kasih saying 2. Menanamkan sikap disiplin yang membangun 3. Mengajarkan tentang sesuatu yang salah dan benar 4. Memperhatikan dan mendengarkan pendapat anak 5. Membantu mengatasi masalah anak 6. Melatih anak mengenal diri dan lingkungan 7. Memahami keterbatasan pada anak Prestasi adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatannya sesuai dengan bobot yang dicapainya dan diukur dengan evaluasi. Pengaruh antara bimbingan orang tua sangat erat karena pembimbingan seorang anak merasa diperhatikan dan mengurangi kegagalan. Adapun hal-hal yang dilakukan orang tua untuk menjadikan anak berprestasi adalah : a. Kedisiplinan b. Memotivasi belajar c. Memberi pengarahan, peringatan dan mengontrol aktivitas anak d. Memberi dukungan terhadap anak e. Memberi penghargaan terhadap anak Pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan pada umumya bertujuan untuk membentuk manusia yang bermoral dan berilmu. Berbicara masalah pendidikan, menyangkut pula masalah tentang lingkungan pendidikan, yang dikenal dengan tripusat pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat[1]. Dari ketiga lingkungan tersebut, lingkungan keluarga mempunyai peranan yang paling utama. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam pendidikan anak, karena dari keluargalah dasar pembentukan tingkah laku, watak, dan moral anak. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tidak lepas adanya partisipasi serta bimbingan atau dukungan orang tua. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama, karena pengaruh dari orang tualah yang menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari. Untuk itu diperlukan usaha yang optimal dalam mencapai tujuan tersebut. Mendidik anak dengan baik dan benar berarti mengembangkan kemampuan siswa secara wajar. Potensi jasmani yang harus dipenuhi adalah sandang, pangan, dan papan. Sedangkan potensi rohaninya adalah berupa pembinaan intelektual, perasaan, dan budi pekerti.[2] Tugas utama orang tua adalah mengasuh, membimbing, memelihara serta mendidik anak untuk menjadi cerdas, pandai dan berakhla. Selain itu sebagai orang tua harus mampu

menyediakan fasilitas atau keprluan anak dalam pembelajaran untuk mendapatkan sebuah keberhasilan, misalnya, buku-buku pelajaran. Namun sekarang ini banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mendidiknya membuat seorang anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, dan dan tidak saying padanya. Perasaan-perasaan itulah yang membuat seorang anak prestasinya menurun, dan mempengaruhi sikap, perasaan, dan cara berfikir bahkan kecerdasannya. a. Pengertian Bimbingan Bimbingan merupakan sesuatu yang harus diberikan oleh orang tua ( Keluarga ), karena dari merekalah anak mendapatkan pengalaman. Pengalaman untuk menjalani kehidupannya kedepan. Bimbingan secara umum dapat diartikan sebagai bantuan. Bimbingan adalah terjemahan dari bahasa Inggris yaitu guidance.[3] Kata guidance berasal dari kata kerja to guidance artinya menunjukkan, membimbing, menuntut kejalan yang benar. Jadi dapat disimpulkan bahwa guidance adalah memberikan petunjuk pada orang lain yang membutuhkan untuk menjadikannya lebih baik. Untuk lebih memperjelas pengertian pendidikan ada beberapa pendapat tokoh tentang bimbingan, diantaranya:

Stoops, mengemukakan bahwa bimbingan merupakan suatu proses untuk membantu individu dalam mencapai kemampuannya secara maksimal, dan pengaruh pada manfaat yang sebenar-benarnya baik untuk dirinya maupun masyarakat. Miller, mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan.

b. Pengertian orang tua Orangtua adalah anggota dari keluarga. Sedangkan keluarga adalah unit social terkecil dalam masyrakat.[4] orang tua adalah seorang yang melahirkan kita serta bertugas membimbing anaknya untuk menjalani kehidupan terutama pendidik. Orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan terpenting terutama dalam hal pendidikan. Sehingga baik buruknya prestasi anak ditentukan oleh bimbingan orang tua. Tujuan dari seorang orang tua membimbing anaknya karena kewajaran selain itu juga karena orang tua mencintainya, sehingga akan menjadikannya berprestasi. Dengan prestasi tersebut maka dapat mengangkat nama baik orang tua yang telah menyayangi serta membimbingnya.

c. Pengertian Prestasi Prestsi adalah proses jangka panjang dimana imbalan terbesarnya tidak langsung diterima.[5] Atau prestasi adalah sebuah hasil yang dicapai oleh seseorang dari sebuah proses (pendidikan). Sedangkan menurut winkel, prestasi adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan sesuai bobot yang dicapainya. Selain itu prestasi menurut S. Nasution adalah kesempurnaan yang dicapai oleh seseorang dalam berfikir dan berbuat. Jadi, dari kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah sebuah hasil yang dicapai oleh seseorang dari kegiatan-kegiatan tertentu dan disesuaikan dengan bobot kemampuan seseorang. d. Pengertian Belajar Belajar adalah berusaha / berlatih untuk mendapatkan suatu kepandaian. Belajar merupakan suatu mukjizat terbaik dalam hidup.[6] Karena belajar dapat menjadikan pertumbuhan seseorang dan menjadikannya sukses atau berprestasi. Pengaruh orang tua dan guru sangat besar dalam proses belajar. Karena mereka membantu anak untuk memilih apa yang dipelajarinya, selain itu menolong mereka untuk belajar dengan cara yang lebih baik dan bermanfaat. Untuk menjadikan belajar lebih baik jika seorang anak memahami dan mengetahui lebih dulu apa yang akan dipelajarinya. Kemudian menolongnya untuk menentukan tujuan tempat diarahkannya kegiatan. Sesungguhnya menumbuhkan semangat untuk belajar sangatlah penting dan tidak boleh diabaikan oleh orang tua ataupun guru. Karena dengan belajar tersebut hidup anak mereka akan menjadi lebih sempurna dan lebih bahagia. e. Pengertian pengaruh bimbingan orang tua terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu barang atau benda yang membentuk suatu perbuatan.[7] Jadi pengaruh bimbingan orang tua terhadap prestasi belajar siswa adalah suatu daya yang ditimbulkan dari proses yang digunakan oleh orang tua untuk menjadikan siswa berhasil dalam proses belajar sesuai dengan kesungguhan dan keberhasilan mereka yang diukur dengan menggunakan evaluasi. a. Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Anak. Sejak zaman dahulu, orang tua mengharapkan seorang anak yang sukses. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk menccapai tujuan tersebut. Namun, dalam menjalankanya ada yang berhasil ada juga yang tidak. Bimbingan adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bimbingan sebenarnya harus dilakukan oleh anggota keluarga atu orang tua, karena

orang tua adalah lingkungan hidup pertama yang mempengaruhi jalan hidup anak. Keluarga adalah lingkungan social terkecil tetapi peranannya sangat besar. Dalam mendapatkan sebuah prestasi kegiatan yang wajib dilaksanakan anak adalah belajahar. Dalam hal ini orang tua sangat berperan penting, karena orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memotivasi anak dalam belajar serta membimbingnya. Dalam hal tersebut maka akan menjadikan anak untuk memperhatikan apa yang harus dikerjakannya. Karena orang tuanya selalu memperhatikan apa yang harus dipelajarinya. [8] Dalam kegiatan tersebut orang tua harus mengetahui pertumbuhan anak. Dengan tersebut, maka orang tua akan mudah mengetahui tingkatan yang harus dipelajari anak. Selain itu kita harus mampu membuat kenyamanan dalam proses belajar. Bimbingan orang tua dirumah mutlak diperlukan, karena dengan bimbingan tersebut orang tua dapat mengetahui segala kekurangan dan kedulitan yang dihadapi anak. Seperti yang telah dijelaskan bahwa orang tua mempunyai peranan besar, yaitu mendidik, membimbing, menyediakan sarana dan prasarana belajar serta memberikan tauladan yang baik kepada anak-anaknya. Bimbingan orang tua juga sangat berperan penting untuk mengikatkan motivasi belajar. Dengan motovasi tersebut maka seorang anak dapat menunjukkan bakat serta ikut berpartisipasi dalam pendidikan. Bimbingan yang harus dilakukan oleh orang tua adalah harus mengarah pada kedisiplinan dalam belajar. Motivasi yang ditanamkan harus kuat serta hanya untuk bertujuan mengikuti kegiatan pendidikan. Situasi ini dapat tercipta jika ikatan emosional anak dan orang tua menyatu. Suasana yang aman ini akan membuat anak mengembangkan dirinya untuk menuju masa depan yang berprestasi.[9] Dalam membimbing dan mendidik anak orang tua tidak boleh memastikan keberhasilannya, karena hal itu dapat menjadikan anak tidak berhasil. Namun, apabila orang tua mendidiknya dengan kasih sayang, perhatian, dan membolehkan kegagalan malah dapat menjadikan keberhasilan anak.[10] Karena pada dasarnya jika seorang anak dipaksa maka anak itu akan memberikan penolakan, rasa marah, dan benci. Selain itu jika seorang anaki diperlakukan dengan sikap orang tua yang tidak berlebihan dalam memberikan perhatian, maupun aturan, maka akan membuat anak merasa dirinya dipercaya dan dihargai serta tidak tertekan dan akan mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin dalam mengerjakan tugasnya khususnya belajar. Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut pasti berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola dan cara tersebut merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pembimbingan.

Adapun hal-hal yang diberikan orang tua dalam membimbing anak adalah memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap anaknya. Dengan hal-hal tersebut maka akan diharapkan semangat belajar anak naik dan menjadikan prestasi yang unggul. b. Pengaruh bimbingan orang tua terhadap prestasi belajar siswa Prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan siswa yang dimilikinya dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar. Prestasi seseorang sesuai dengan tingkat kesungguhan dan keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Untuk menjadikan prestasi belajar baik, maka wajib untuk seorang siswa belajar. Belajar adalah berusaha, berlatih untuk mendapatkan suatu kepandaian.[11] Untuk menjadikan motivasi belajar siswa tinggi diperlukan bimbingan dari orang tua, karena dengan perhatian orang tua terhadap pribadi anak akan memperkecil kegagalan. Penelitian membuktikan bahwa keberhasilan seorang anak karena rajin belajar. Dan untuk menumbuhkan semangat belajar , orang tua dapat memberikannya bimbingan sehingga menjadikan anak lebih semangat atau rajin belajar. Dalam membimbing, orang tua harus mampu menerapkan prinsip pendidikan yaitu :[12] 1. Apabila anak siap mental dan fisik 2. Apabila cukup padanya minat untuk belajar 3. Apabila dilakukannya sesuatu yang akan dipelajarinya 4. Apabila ia ikut aktif dalam pengalaman belajar Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bloom adalah bahwa seorang anak yang berprestasi dan sukses karena dididik oleh orang tuanya dengan penuh perhatian dan didampingi oleh pelatih atau pembimbing yang professional. Selain itu untuk menjadikan prestasi anak lebih tinggi orang tua dapat memberikan pujian dengan ucapan selamat atas prestasi mereka. Sikap orang tua tersebut dapat memberikan efek psikologis bahwa anak merasa dihargai eksistensinya dan menjadikan mereka lebih termotivasi untuk berprerstasi lebih baik. Bimbingan orang tua memang sangat berpengaruh terhadap prestasi anak, karena dengan bimbingan orang tua siswa atau anak dapat mengetahui tentang cara-cara dalam belajar serta dapat meningkatkan semangat belajar anak yang akan menjadikannya keberhasilan dan kesuksesan. Selain itu seorang anak tidak akan merasa jenuh dalam belajar karena orang tua selalu mendampinginya dan memperhatikannya. D. Simpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

Bimbingan adalah suatu proses yang digunakan untuk membantu seorang individu untuk menjadi lebih baik. Dalam melakukan pembimbingan hal-hal yang dilakukan orang tua adalah : 1. Harus disertai kasih saying 2. Menanamkan sikap disiplin yang membangun 3. Mengajarkan tentang sesuatu yang salah dan benar 4. Memperhatikan dan mendengarkan pendapat anak 5. Membantu mengatasi masalah anak 6. Melatih anak mengenal diri dan lingkungan 7. Memahami keterbatasan pada anak Prestasi adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatannya sesuai dengan bobot yang dicapainya dan diukur dengan evaluasi. Pengaruh antara bimbingan orang tua sangat erat karena pembimbingan seorang anak merasa diperhatikan dan mengurangi kegagalan. Adapun hal-hal yang dilakukan orang tua untuk menjadikan anak berprestasi adalah : a. Kedisiplinan b. Memotivasi belajar c. Memberi pengarahan, peringatan dan mengontrol aktivitas anak d. Memberi dukungan terhadap anak e. Memberi penghargaan terhadap anak Daftar Pustaka Imaduddin Ismail, Pengembangan Kemampuan Belajar pada Anak-anak, Bulan Bintang : Jakarta, 1980 Singgih D.Gunarsa dan Yulia Singgih D.Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga, PTBpK Gunung Mulia : Jakarta, 2004 Jim Taylor, Memberi Dorongan Positif pada Anak, PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta, 2004 W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka : Jakarta, 1989 http://www.psb-psma.org/content/blog/pengaruh-pola-asuh-anak-terhadaprestasi-siswa http://www.ilmiah-tesis.com/2009/11/pengaruh-partisipasi-orang-tua-siswa.html http://heru-id.blogspot.com/2010/02/teori-tentang-bimbingan-orang-tua.html http://www.anakciremai.com/2008/06 makalah-psikologi-tentang-bimbingan.html http://aggilnet.blogspot.com/2011/04/makalahbimbingan-orang-tua-terhadap.html

--------------------[1] http://www.ilmiah-tesis.com/2009/11/pengaruh-partisipasi-orang-tua-siswa.html, di download 3 April 2011 [2] http://www.psb-psma.org/content/blog/pengaruh-pola-asuh-anak-terhadaprestasisiswa, di download 3 April 2011 [3] http://www.anakciremai.com/2008/06makalah-psikologi-tentang-bimbingan.html, di download 8 April 2011 [4] Singgih D.Gunarsa dan Yulia Singgih D.Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga, PTBpK Gunung Mulia : Jakarta, 2004, hal : 244 [5] Jim Taylor, Memberi Dorongan Positif pada Anak, PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta, 2004, hal : 129 [6] Imaduddin Ismail, Pengembangan Kemampuan Belajar pada Anak-anak, Bulan Bintang : Jakarta, 1980, hal : 13 [7] W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka : Jakarta, 1989, hal : 73 [8] http://heru-id.blogspot.com/2010/02/teori-tentang-bimbingan-orang-tua.html, di download 8 April 2011 [9] Ibid [10] Jim Taylor, ph.D, opcit, hal : 126 [11] W.J.S. Poerwadarminto, opcit, hal : 6 [12] Imaduddin Ismail, opcit, hal : 71

Metode pendidikan Islam menurut dra. Zakiah darajat dan dra. Nur uhbiyati A. Pendahuluan Berkembangnya ilmu pendidikan islam dalam dunia ilmiah menempatkan posisinya sebagai sebuah pelajaran yang harus dipelajari secara lebih fokus dan konsekuen. Ilmu pendidikan islam berkembang bukan dalam hal bagaimana supaya mengetahui cara syariat-syariat islam atau mengetahui diwajibkanya sesuatu seperti bagaimana kita shalat,

puasa, zakat, haji, atau kegiatan ritual yang lainya. Akan tetapi ilmu ini lahir sebagai sosok ilmu yang baru tentang bagaimana menyampaikan pendidikan yang terbaik melalui sesuatu metode yang tepat atau cara yang terbaik bagi sipendidik dan yang terdidik. Perlunya diadakan penelitian tentang adanya sebuah metode yang tepat bagi pendidikan, maka terciptalah Ilmu Pendidikan Islam. Ilmu ini tidak terlalu berbeda dengan ilmu-ilmu umum yang lainya, hanya lebih cendrung kepada kata-kata Kepribadian Muslim seperti yang telah dikatakan oleh Drs. Ahmad D. marimba yang telah dikutip oleh Dra. Hj. Nur Uhbiyati dalam bukunya yang bejudul Ilmu Pendidikan Islam dan pembahasanya juga tidak terlalu sempit karena mencakup ilmu pendidikan secara islami, hal tersebut apabila di tulis hanya kata-kata Ilmu Pendidikan maka kata-kata ini sangat umum yang bisa berarti pendidikan modern, pendidikan tradisional, pendidikan islam, ataupun Non-islam. Karena itulah memakai kata-kata Ilmu Pendidikan Islam. Seperti yang telah tertulis tersebut diatas, yaitu metode pendidikan islam, maka saya tidak akan menjelaskan panjang lebar tentang apa obyek ilmu ini, apa saja yang dipelajari, dan apa tujuanya, tetapi hanya sekedar membahas dari segi metode atau cara-caranya saja. Sebelum saya membahas mengenai metode-metode pendidikan islam, alangkah lebih baiknya apabila terlebih dahulu dabahas tentang apa yang dinamakan metode itu sendiri dan juga pengertian pemdidikan islam PEMBAHASAN Metode pendidikan Islam menurut dra. Zakiah darajat dan dra. Nur uhbiyati B. Pengertian Metode Pendidikan Islam 1. Pengertian metode Kata metode berasal dari bahasa latin yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan atau ke atau cara ke, dalam bahasa arab metode disebut tariqah artinya yaitu jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengajarkan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita [1] 2. Pengertian Pendidikan Islam Sedangkan Pendidikan Islam yaitu suatu bimbingan secara sadar dari pendidik (orang dewasa) kepada anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan berdasarkan normanorma yang islami agar terbentuk kepribadian menjadi kepribadian muslim [2] Sedangkan Pendidikan Islam menurut Abdurrahman Annahlawi yang dikutip oleh Nur Uhbiyati dalam buku Ilmu Pendidikan Islam yaitu:

Pendidikan islam ialah pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif[3] Pendapat diaatas sangat jauh bereda dengan pendapatnya Dra. Zakiah Darajat yang mendefinisikan pendidikan islam dengan sangat ringkas yaitu pembentukan kepribadian muslim[4] Lain lagi kalau menurut Dra. Hj. Nur Uhbiyati bahwa pengertian pendidikan islam itu adalah bimbingan yang dilakukan oleh seseorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim[5] Para ahli dalam mendefinisikan pendidikan islam sangat beragam dan berbedabeda, ada yang hanya melihat dari sisi kemaslahatanya saja, ada yang mendefinisikan dengan melihat siterdidik tanpa melihat sipendidik , ada juga yang sebaliknya yaitu mendefinisikan hanya melihat sipendidik tanpa melihat siterdidik. Padahal antara sipendidik dengan yang terdidik itu saling mempengaruhi satu sama lainya. Contohnya seorang guru apabila mempunyai ilmu tapi tidak mempunyai cara atau metode yang tepat, maka siterdidik akan merasa kesulitan untuk mudah memahaminya dan juga sebaliknya. Dari contoh tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa antara sipendidik dan siterdidik harus sama-sama mempunyai potensi yang baik. Tetapi yang harus lebih berpotensi itu sipendidik karena dari sipendidik itulah segalanya akan ditiru oleh siterdidik baik perkataan maupun perbuatan. Jadi bisa diambil kesimpulan dari uraian-uraian diatas sebagaimana disimpulkan oleh Dra. Nur uhbiyati bahwa yang dinamakan Metode Pendidikan Islam ialah suatu jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan islam kepada anak didik agar terbentuk kepribadian muslim [6] C. Pembahasan Sebenarnya kalau membahas tentang metode atau cara mendidik yang efektf al Quran sendiri telah banyak memberikan contoh seperti pada al quran surat luqman ayat: 12-19 yang berbunyi: 0 0 0 0

0 0 0 Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmat kepada luqman yaitu: bersyukurlah kepada allah, dan barang siapa bersyukur kepada allah maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya allah maha kaya dan maha terpuji Dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya: Hai anaku, janganlah kamu mempersekutukan allah, sesungguhny mempersekutukan allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan kami perntahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya: ibunya telah mengandungya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksakan untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): Hai anaku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berda di dalm batu atau di langit atau di dalam bumi niscaya allah akan mendatangkanya (membalasnya). Sesungguhnya allah maha halus lagi maha mengetahui. Hai anaku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Hdan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-burku suara adalah suara keledai.[7] (QS. Luqman: 12-19) Dan Nabi Muhammad SAW. Juga telah meberikan beberapa metode atau cara mendidik contohnya dalam hadits sebagai berikut: Suruhlah anak-anakmu bersembahyang apabila ia telah berumir tujuh tahun dan apabila ia sudah berumur sepuluh tahun ia meninggalkan sembahyang itu maka pukul ia. (HR. Tirmizi)

Di dalam pondok pesantren yang merupakan lembaga lembaga pendidikan Islam Formal tertua di indonesia, menggunakan dua macam metode yang sangat terkenal yaitu: sistem Sorogan atau di sebut juga sistem bandongan dan juga sistem Wetonan. Adapun Metode yang digunakan oleh Dra. Hj. Nur Uhbiyati yang mengutip dari Muhammad Qutb di dalam bukunya Minhajut Tarbiyah Islamiyah menyatakan bahwa teknik metode pendidikan islam itu ada delapan macam yaitu:

Pendidikan Melalui Teladan yaitu: merupakan salah satu teknik pedidikan yang efektif dan sukses. Pendidikan Melalui Nasihat. Didalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar, pembawaan itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata harus diulang-ulang. Pendidikan Melalui Hukuman. Apabila teladan dan nasehat tdak mempan, maka letakanlah persoalan di tempat yang benar, tindakan tegas itu adalah hikuman, hukuman sebenarnya tidak mutlak diperlukan , ada juga orang-orang yang cukup dengan teladan dan nasehat saja. Pendidikan Melalui Cerita. Cerita mempunyai daya tarik yang mennyentuh perasaan manusia, sebab bagaimanapun cerita sudah merajut hati manusia dan akan mempengaruh kehidupan mereka. Pendidikan Melalui kebiasaan. Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena itu menghemat banyak sekali kekuatan manusia karena sudah kebiasaan yang mudah melekat dan spontan agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatn yang bermanfaat. Menyalurkan Kekuatan. Teknik islam dalam membina manusia dan juga dalam meperbaikinya adalah mengaktifkan kekuatan-kekuatan yang tersimpan di dalam jiwa. Mengisi Kekosongan. Apabila islam menyalurkan kekuatan tubuh dan jiwa ketka sudah menumpuk dan tidak menyimpanya karena penuh resiko maka islam sekaligus juga tidak senang kepada kekosongan . Pendidikan Melalui Peristiwa-peristiwa. Hidup ini penuh perjuangan daan merupakan pengalaman-pengalaman dengan berbagai peristiwa, baik yang timbul karena tindakanya sendiri, maupun karena sebab-sebab diluar kemampuanya, Guru yang baik tidak akan membiarkan peristiwa peristiwa itu berlalu begitu saja tanpa di ambil menjadi pengalaman yang berharga, ia mesti menggnakanya untuk membina, mengasuh dan mendidik jiwa, oleh karena itu pengaruhnya tidak boleh hanya sebentar itu saja.[8]

Pada jaman sekarang pendidikan sangat beragam dan menggunakan alat yang serba canggih, ada yang mengunakan televisi, komputer dan lain sebagainya. Maka dari itulah metode menurut Dra. Jakiah Drajat dalam bukunya yaitu Pendidikan Islam mengatakan bahwa metode yang akurat adalah bagaimana caranya mengunakan alat yang serba canggih itu supaya mudah menyampaikan materi kepada anak-anak didik.

Footnote ______________ [1] Dra. Hj. Nur uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : CV Pustaka Setia, 1998), Jilid I, hal. 2 [2] Ibid [3] Abdurrahman Annahlawi, prinsip-prinsip dan metode pendidikan islam dalam keluarga di sekolah dan di masyarakat, alih bahasa Drs. Heri nur Ali, (Bandung: CV. Diponegoro,1989),hal. 273-277 [4] Dr. Zakiah Drajat, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2006), hal. 28 [5] Dr. Nur Uhbiyati, Loc. Cit [6] Dr. Nur Uhbiyati, loc. Cit [7] H. fadli Abdurrahman, DKK. Al quran dan Terjemah Al-Jumanatul Ali, (Bandung: CV Penerbit J-ART), Juz 22 [8] Dra. Hj. Nur uhbiyati Loc. Cit hal.203 [9] H Fadli Abdurrahman, dkk Loc. Cit Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah (Proses tata cara dalam melaksanakan bahagian fardhu kifayah dalam memandikan jenazah) Oleh: Ibrahim Lubis A. PENDAHULUAN Seperti orang yang hidup, Jenazah pun harus dimandikan sebelum dishalatkan dan dikuburkan. Memandikan jenazah merupakan bahagian dari fardhu kifayah dalam mengurus jenazah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fardhu kifayah merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan, apabila tidak seorangpun yang melakukan hal tersebut maka seluruh bahagian kampung dan penduduk di sekitar kediaman jenazah tersebut akan berdosa, Oleh karena itu, memandikan jenazah merupakan keharusan yang mesti dikerjakan. Dan apabila hal tersebut telah dilaksanakan, maka putuslah kewajiban penduduk muslim setempat [1]. Dalil mengenai kewajiban seorang muslim untuk memandikan jenazah terdapat dalam hadis yang disabdakan Rasulullah Saw yaitu: Dari Abu Hurairah r.a berkata, aku mendengar Rasulllulah saw bersabda, hak seorang Muslim yang lain ada lima hal: menjawab salam, membesuk orang sakit, mengantar jenazah, mendatangi undangan, dan menjawab orang bersin. (HR Bukhari) Walaupun kata memandikan dalam hadis diatas tidak ada, namun sebagaimana yang diketahui bahwa memandikan jenazah merupakan bahagian fardhu kifayah dalam pengurusan jenazah. Itulah sebabnya memandikan jenazah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dengan segera.

Dalam Makalah ini saya Ibrahim Lubis[2] akan membahas mengenai makalah yang berjudul Tata Cara Memandikan Jenazah

B. PEMBAHASAN Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah 1. Mengurus Jenazah Sebelum Jenazah dishalatkan, maka yang harus dilakukan adalah memandikannya. Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadas dan najis yang ada pada jenazah tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani terus dishalatkan telah suci dari hadas dan najis. Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang hidup, namun perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus dimandikan. Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak saja meratakan air keseluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga harus dengan hatihati dan lemah lembut. Memandikan jenazah adalah hal yang harus dilakukan atas jenazah seorang muslim, sebelum ia dishalatkan. Mandi ini dilakukan dengan cara membersihkan segala najis yang ada di badannya dahulu, utamanya bagian kemaluan, kemudian meratakan air ke seleruh tubuhnya, ini harus di usahakan dengan hati-hati upaya mayat tersebut tidak membawa kotoran ke hadapan Allah[3]. Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena ia termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula muthlak, suci dan halalnya air. Menghilangkan najis dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang dapat mencegah sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan mayat[4]. 2. Syarat Memandikan Jenazah Adapun syarat wajib memandikan jenazah yaitu : a. mayat itu islam b. Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit c. Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah). 3. Hukum Memandikan Jenazah

Jumhur Ulama atau golongan terbesar dari ulama berpendapat bahwa memandikan mayat muslim, hukumnya adalah fardhu kifayah artinya bila telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf[5]. 4. Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan jenazah. Hal ini disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus dimandikan. Berikut 2 hal yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah. a. Jenazah yang boleh dimandikan Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal bukan karena mati syahid di Medan pertempuran[6] b. Jenazah yang tidak perlu dimandikan Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan pertempuran karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari Kiamat[7]. Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakkan Nabi saw terhadap paman beliau yang kafir [10]. Juga berdasarkan firman Allah SWT: Dan janganlah sekali-kali kamu menyalatkan jenazah salah seorang yang mati diantara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya[8]. Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Cukup digali lubang dan dikebumikan. c. Orang Yang Berhak Memandikan Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerahasian aib atau cacat penyakit yang masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut. Tujuan menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah adalah agar tidak terjadi fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun Orang yang berhak memandikan Jenazah Adalah:

Apabila mayat itu laki-laki, hendaklah memandikannya laki-laki pula, perempuan tidak boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan muhrimnya. Jika mayat perempuan, hendaklah dimandikan permpuan pula, laki-laki tidak boleh memandikan mayat perempuan kecuali suami atau muhrimnya[9]. Orang Yang berhak memandikan Jenazah adalah orang yang telah ditunjuk oleh si mayit sendiri sebelum wafatnya (berdasarkan wasiatnya)[10] Kemudian bapaknya, sebab ia tentu lebih tahu mengenali si mayit daripada anak si mayit tersebut. Kemudian keluarga terdekat si mayit.

Jenazah wanita dimandikan oleh pemegang wasiatnya[11] . Kemudian ibunya lalu anak perempuannya setelah itu keluarga terdekat. Seorang suami boleh memandikan jenazah istrinya berdasarkan sabda Nabi saw kepadaAisyah Radhiallahu Anha: Tentu tidak ada yang membuatmu gundah, sebab jika kamu wafat sebelumku, akulah yang memandikan jenazahmu [12]

5. Tata cara Dalam memandikan jenazah a. Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah Sebelum Memandikan jenazah, Maka harus dilakukan beberapa Persiapan, adapun Halhal yang perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:

Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman jika si jenazah memiliki penyakit. Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah Sampo untuk mengeramasi rambut si jenazah agar bersih dari kuman dan kotoran Air secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh selang, boleh juga menyiapkan air sebanyak tiga ember besar. Meja besar atau dipan yang cukup dan kuat serta tahan air untuk tempat meletakkan jenazah ketika dimandikan Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah. Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak. Dipersiapkan kain kafan tergantung jenis kelamin.

b. Proses dan Tata Cara Memandikan Jenazah


Meletakkan jenazah diatas dipan atau meja, usahakan kepala lebih tinggi dari kaki Tempat jenazah harus tertutup, baik dinding maupun atapnya agar aurat dan cela jenazah tidak terlihat. Menutup aurat jenazah dengan handuk besar dan kain. Untuk jenazah putra dari pusar sampai lutut, sedangkan untuk jenazah perempuan dari dada sampai mata kaki. Bersihkan kotoran dengan cara mengangkat pundak dan kepala sambil menekan perut dan dada Memiringkan ke kanan dan ke kiri sambil ditekan dengan mempergunakan sarung tangan atau kain perca dan disiram berkali-kali agar kotoran hilang. Basuhlah jenazah sebagaimana cara berwudhu.[15] Siram dari mulai yang kanan anggota wudhu dengan bilangan gasal menggunakan air dan daun bidara, kemudian seluruh tubuh jenazah diberi sabun termasuk pada lipatan-lipatan yang ada. Bersihkan tubuhnya dengan air dan miringkan ke kanan serta ke kiri. Selama memandikan, aurat jenzah harus senantiasa agar tidak terlihat

Kemudian, rambut jenazah dikeramas dan disiram agar bersih. Dan jika jenazahnya wanita, setelah rambutnya dikeringkan kemudian dipintal menjadi tiga.[16] Siramkan pada siraman yang terakhir dengan kapur barus dan miringkan ke kanan dan ke kiri agar air keluar dari mulutnya dan dari lubang yang lain. Setelah selesai, badannya dikeringkan dengan handuk, kewmudian ditutup dengan kain yang kering agar auratnya tetap tertutup. Bersihkan segala najis yang ada di badannya, utamanya bagian kemaluan, kemudian meratakan air ke seluruh tubuh atau sebaiknya tiga kali yaitu dengan air yang bersih, air sabun dan air yang bercampur dengan kapur barus. Apabila sudah selesai kesemuanya yang terakhir adalah di wudhukan. Setiap mayat muslim itu wajib di mandiakn dengan tiga kali ; pertama dengan air yang dicampur sedikit kapur dan bidara ; kedua dengan air yang dicapur sedikit kapur kecuali yang mati dalam keadaan ihram, maka tidak boleh dicampur dengan kapur ; ketiga dengan aiir murnbi tanpa dicampur apapun. Daun bidara dan kapur yang dicampur dengan air itu jangan terlalu banyak, karena dikhawatirkan air tersebut menjadi air mudhaf, sehingga tidak dapat menyucikan.[3] Antara tiga kali mandi tersebut, diwajibkan pula tertib antara anggota tubuh yang tiga, yakni dimulai dengan kepala berikut leher, lalu anggota tubuh yang kanan, dan ketiga anggota tubuh yang kiri.

Pekerjaan yang pertama-tama dilakukan dalam menyelenggarakan urusan mayit adalah memandikannya, yang mempunyai dua macam cara.[4] 1. yaitu cara, asal memenuhi arti mandi yang dengan demikian maka terlepaslah kita dari dosa, inilah asal najis yang barangkali ada pada tubuh si mayat hilang, kemudian siramlah seluruh tubuhnya dengan air secara merata. 2. yaitu cara yang sempurna sehingga memenuhi as-sunnah yakni agar orang memandikan mayit melakukan hal-hal berikut : a. letakkanlah mayit di tempat kosong, diatas tempat yang tinggi, papan umpamanya, dan tutuplah auratnya dengan kain atau semisalnya. b. Mayat didudukkan di temapt mandi, condong ke belakang, sedang kepalanya di sandarkan pada tangan kirinya, menekan keras-keras perut si mayat, supaya isinya yang mungkin masih tersisa keluar. Sesudah itu balutlah tangan kiri itu dengan kain atau sarung tangan dan dibasuh kemaluannya dan dubur si mayat, kemudian dibersihkan pula mulut dan lubang hidungnya lantas diwudhukan seperti wudhu orang yang hidup. c. Kepala dan wajah si mayat di basuh dengan sabun atau bisa juga digunakan dengan pembersih lainnya. Dilepas rambutnya kalau dia mempunyai rambut yang panjang, dan kalau ada yang tercabut, maka rambut itu harus dikembalikan dan ditanam bersamanya.

d. Sisi kanan mayat sebelah depan terlebih dahului, barulah kemudian sisi depan sebelah kiri, sesudah itu basuh pula sisi kanannya sebelah kiri, sesudah itu basuh pula sisi kanannya sebelah belakang, kemudian sisi belakang sebelah kiri, dengan demikian seluruh tubuhnya bisa di ratai air. C. PENUTUP 1. Kesimpulan Di dalam memandikan mayat harus teliti supaya mayat itu tidak membawa kotoran ke hadapan Allah. Perut si mayat harus di tekan, karena di dalam perutnya itu mungkin masih ada kotoran. Di dalam memandikan mayat terlebih dahulu adalah niat, karena niat adalah bahagian dari ibadah. Kemudian siramlah tubuhnya sebelah kanan baru sebelah kiri sampai air itu merata dalam tubuhnya, setelah semuanya siap, lalu mayat tersebut diwudhukan. Demikianlah isi makalah saya ini dan sebelumnya penulis terlebih dahulu mohon maaf kepada bapak atas kekurangan yang terdapat di dalam makalah saya ini. Dan saya berterima kasih atas bapak yang sudi memberikan judul ini terhadap saya, karena saya sudah mengetahui lebih jelas lagi tentang cara-cara memandikan mayat. DAFTAR PUSTAKA

Al-Atsari, Abu Hasan Al-Maidani. Shalat Jenazah, Solo: At-Tibyan, 2001. Sumaji, Muhammad Anis dan Salmah, Af Idah, Panduan Praktis Pengurusan Jenazah, Solo: Tinta Medina, 2011 Tohaputra, Ahmad.. Al-Quran dan Terjemahannya. Semarang: CV Asy Syifa, 1998 Munir, A dan Sudarsono. Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta : Rineka cipta, 1992. Sitanggal, Umar Anshary. Fiqih Syafi`I Sistematis, Semarang : CV Asy Syifa`, 1992. Muqhniyah, Jawab, Muhammad. Fiqih Imam Ja`far Shadiq, Jakarta : lentera, 1995. Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah, Bandung : PT Al-ma`arif, 1994.

________________
[1] Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, Shalat Jenazah (TP, TT, 2001), h 10 [2] Ibrahim Lubis adalah Mahasiswa Pascasarjana IAIN-SU Medan yang saat ini sedang meyelesaikan tugas akhir yaitu Membuat tesis [3] A. Munir dan Sudarsono. Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hlm. 134 [4] Muhammad Jawab Mughniyah. Fiqih Iman Ja`far Shadiq, (Jakarta : Lentera, 1995), hlm. 90 [5] Sayyid Sabiq. Fiqih Sunnah, (Bandung : PT Al-ma`arif, 1994), hlm. 78 [6] Muhammad Anis Sumaji, Panduan Pengurusan Shalat Jenazah, 2011, hlm. 13-18 [7] Muhammad Anis Sumaji, Panduan Pengurusan Shalat Jenazah, 2011, hlm. 22-23 [8] QS At-Taubah-84

[9] A. Munir dan Sudarsono. Op. cit, hlm. 135 [10] Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, Shalat Jenazah, 2001, hlm 10-13 [11] Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, Shalat Jenazah, 2001, hlm 10-13 [12] Ibid

Makalah Motivasi Belajar dalam Perspektif Islam Oleh: Dr. Siti Zubaidah, M.Ag BAB I PENDAHULUAN Dalam al-Quran dan al-Hadits, dapat dijumpai berbagai ungkapan yang menunjukkan dorongan kepada setiap orang muslim dan mukmin untuk selalu rajin belajar. Anjuran menuntut ilmu tersebut dibarengi dengan urgennya faktor-faktor pendukung guna makin meningkatkan semangat belajar bagi setiap orang. Salah satu faktor yang utama adalah motivasi, baik itu motivasi yang datang dari dalam diri sendiri, maupun motivasi yang ditumbuhkan dari peranan lingkungan sosialnya. Motivasi belajar (menuntut ilmu) bagi setiap penuntut ilmu memang dibutuhkan, bahkan begitu banyak hadits-hadits yang memberikan pemahaman tentang manfaat menuntut ilmu dan perintah yang menganjurkan untuk belajar. Semua ungkapan dalam haditshadits tersebut merupakan dalil-dalil yang dapat menjadi pedoman sebagai alat untuk memotivasi setiap umat Islam untuk terus menuntut ilmu. Sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan artikel ini ialah Kitab-Kitab hadits, buku-buku hasil karya tulis dari beberapa ahli dan sejarawan pendidikan serta ulamaulama hadits. Adapun pendekatan yang digunakan untuk membahas cakupan materi di artikel ini ialah dengan menggunakan metode analisa hadits, yakni memilih hadits-hadits yang sesuai dan punya kaitan dengan motivasi belajar/menuntut ilmu, merangkumnya, kemudian menganalisanya berdasarkan pemahaman penulis dan juga berdasarkan ulasan pendapat beberapa ulama tentang hadits-hadits tersebut. Dalam artikel ini akan dibahas perihal motivasi belajar, mencakup: Apa pengertian Motivasi Belajar? Apa Jenis-Jenis Motivasi Belajar? Apa Fungsi Motivasi Belajar? Dan Bagaimana Motivasi Belajar dalam Perspektif Islam? BAB II PENDAHULUAN A. Pengertian Motivasi Belajar

Secara terminologi, motivasi[1] adalah dorongan (dengan sokongan morel);[2] dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan sesuai tujuan tertentu.[3] Secara etimologi, motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.[4] Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.[5] B. Jenis-Jenis Motivasi Belajar Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) mengetahui apa yang akan dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Tanpa motivasi, kegiatan belajar sulit untuk berhasil. Secara umum, ada 2 jenis motivasi yang mempengaruhi kegiatan belajar seseorang: a. Motivasi Intrinsik, yaitu motif-motif[6] yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial. b. Motivasi Ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.[7] Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar. C. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi merupakan hal yang essensial dalam belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar.sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi:[8] 1. Mendorong manusia untuk berbuat. Dalam hal ini motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai, guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. D. Motivasi Belajar dalam Perspektif Islam Islam menganggap bahwa agama tidak akan mendapat tempat yang baik apabila orangorang Islam tidak mempunyai pengetahuan yang matang dan fikiran yang sehat. Oleh karena itu pengetahuan bagi Islam bagaikan ruh (nyawa) bagi manusia.[9] Dalam belajar (menuntut ilmu), Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana sabdanya: Dari Anas ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim[10] (HR. Baihaqi) Menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap insan yang beriman kepada Allah, dan orang Islam yang menuntut ilmu berarti ia telah mentaati perintah Allah dan RasulNya, karena Allah memerintahkan kepada setiap mukmin untuk menuntut ilmu.[11] Tanpa ada pembedaan, agama Islam menganjurkan setiap lelaki dan perempuan belajar serta menggunakan ilmu yang dimilikinya, juga untuk mengembangkan dan menyebarkan ilmunya. Islam tidak saja membatasi pada anjuran supaya belajar, bahkan menghendaki supaya seseorang itu terus menerus melakukan pembahasan, research dan studi.[12] Nabi bersabda: Seseorang itu dapat dianggap seorang yang alim dan berilmu, selama ia masih terus belajar, apabila ia menyangka bahwa ia sudah serba tahu, maka ia sesungguhnya seorang jahil. Sangat popular apa yang oleh sementara orang dianggap sebagai hadits Nabi saw yang berbunyi: Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat!. Terlepas dari benar

tidaknya penisbahan ungkapan tersebut kepada Nabi, yang jelas ia sejalan dengan konsepsi al-Qur'an tentang keharusan menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan sepanjang hayat.[13] Pendidikan seumur hidup yang dikemukakan ini tentunya tidak hanya terlaksana melalui jalur-jalur formal, tetapi juga jalur informal dan nonformal, atau dengan kata lain pendidikan yang berlangsung seumur hidup menjadi tanggungjawab bersama keluarga, masyarakat, dan pemerintah.[14] Kalau diperhatikan dengan seksama, dalam al-Hadits akan dijumpai berbagai ungkapan yang menunjukkan dorongan kepada setiap orang muslim dan mukmin untuk selalu rajin belajar. Beberapa ungkapan yang dapat menjadi motivasi belajar, antara lain: Perbandingan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.[15] Perbedaan antara keduanya, di antaranya sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam hadits: Dari Abu Umamah ra: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Kelebihan orang yang berilmu dari orang yang beribadah (tanpa ilmu) itu seperti seperti kelebihan saya dari orang yang paling rendah dari para shahabatku. (HR. At-Tarmidzi, hadits Hasan) Juga seperti yang disebutkan dalam hadits berikut ini: Dari Abi Darda ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: dan sesungguhnya kelebihan orang yang berilmu dari orang yang beribadah (tanpa ilmu) bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dari semua bintang-bintang yang lain. Maksudnya bahwa tidak sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Mendorong orang menuntut ilmu dengan janji pemberian beberapa derajat bagi orangorang yang berilmu dan beriman.[16] Di antara derajat yang diperoleh orang yang berilmu itu ialah mereka termasuk pewaris para Nabi. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Darda, katanya Rasulullah saw bersabda: Ulama itu pewaris para Nabi. (HR. Abu Dawud, at-Tarmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban) Orang yang beriman dan berilmu itu termasuk orang terdekat kepada derajat para Nabi. [17] Dasarnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah saw bersabda: Manusia yang paling dekat kepada derajat kenabian itu ialah orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang berjihad. Adapun orang-orang yang berilmu, maka mereka itu memberi petunjuk kepada manusia berdasarkan apa yang dibawa oleh para Rasul.

Sedangkan orang-orang yang berjihad itu berjuang dengan pedang-pedang mereka untuk membela apa yang dibawa oleh para Rasul itu. Status sosial yang sangat terhormat bagi orang-orang yang berilmu itu menjadi motivasi yang kuat bagi orang-orang yang beriman untuk terus menuntut ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dunia dan akhirat kelak. Menuntut ilmu itu mengandung nilai jihad yang tinggi.[18] Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Muadz yang bersambung sanadnya hingga Rasulullah saw, beliau bersabda: Pelajarilah ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah takut kepada Allah. Menuntutnya adalah ibadah; mengulang-ulangnya adalah tasbih; pembahasannya adalah jihad; mengajarkannya kepada orang yang tidak tahu menjadi sedeqah; memberikannya kepada ahlinya adalah pendekatan diri kepada Allah. Ilmu itu teman sewaktu sendirian, dan sahabat sewaktu kesepian, . (HR. Ibnu Hibban dan Muadz) Ilmu yang bermanfaat itu termasuk salah satu (dari tiga) amalan yang terus berguna hingga mati.[19] Dasarnya hadits berikut ini: Dari Abu Hurairah ra, katanya: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Apabila manusia sudah mati, maka putuslah pahala amalnya selain dari tiga yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak yang shaleh yang mendoakan. (HR. Muslim) Selain beberapa point motivasi belajar yang telah dipaparkan tersebut, perlu ditekankan kembali bahwa di antara ajaran Islam yang mengajak masyarakat untuk melahirkan berbagai pemikiran dan karya ilmiah ialah memasyarakatkan pendidikan dan memberantas kebodohan. Kemudian di antara ajaran terpenting untuk mewujudkan suasana ilmiah ialah belajar bahasa asing jika dipandang perlu khususnya bila pemilik bahasa itu mempunyai ilmu yang harus dipelajari, atau memiliki hikmah yang bisa dipetik manfaatnya sehingga tidak ada jalan lain untuk memanfaatkan kelebihan mereka tanpa memahami bahasa mereka. Islam tidak hanya tidak melarang umatnya mempelajari bahasa asing, bahkan menganjurkan mempelajari berbagai bahasa, karena bahasa merupakan sarana terpenting untuk menyebarkan dakwah ke seluruh dunia.[20] Demikian beberapa hal mengenai motivasi belajar yang dapat dirangkum berdasarkan penafsiran yang dapat dipahami secara umum dan dianggap bisa mewakili perspektif Islam tentang motivasi dalam menuntut ilmu. Daftar Pustaka dan Footnote

al-Abrasyi, Muhammad Athiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry (Jakarta: Bulan Bintang, 1974). Ali, Maulana Muhammad, A Manual of Hadith (Lahore: The Ahmadiyya Anjuman Ishaat Islam, t.t.). al-Barry, M.D.J., dkk., Kamus Peristilahan Modern dan Populer (Surabaya: Indah, 1996). Dagun, Save M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2000). Deighton, Lee C., The Encyclopedia of Education, Vol. 6 (USA: The Macmillan Company & the Free Press, t.t.). al-Ghazali, Muhammad, Akhlaq seorang Muslim, Terj. Moh. Rifai (Semarang: Wicaksana, 1993). Lengrand, Paul, Pengantar Pendidikan Sepanjang Hayat, Terj. Kelompok LSIK (Jakarta: Gunung Agung, 1981). Muhammad, Abubakar, Hadits Tarbiyah I (Surabaya: al-Ikhlas, 1995). Purwanto MP., M. Ngalim, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994). Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000). Shihab, Quraish, Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994). Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1993). Syureich, M., Persiapan Menghadapi Hari Esok (Jakarta: Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, 1991). al-Qaradlawi, Yusuf, Fiqih Peradaban: Sunnah sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, Terj. Faizah Firdaus (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997).

______________ [1] Tidak ada kesepakatan umum di antara para ahli psikologi tentang bagaimana motivasi dan faktor-faktor motivasi seharusnya didefenisikan atau dianalisa secara teoritis. Istilah tersebut secara umum digunakan berkaitan dengan tiga pertanyaan yang saling terkait yang harus dijawab sebelum perilaku dipaparkan untuk menjadi suatu keterangan. Pertama, pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang menentukan perubahan-perubahan dalam intensitas perilaku (pada istilah ini masuk dalam kategori perilaku internal, seperti berpikir). Kedua, adalah pertanyaan tentang aturan berperilaku. Perilaku ditentukan bersamaan dengan adanya dorongan eksternal dirasakan melalui alat panca indera dan oleh kondisi-kondisi dalam diri organism. Ketiga, pertanyaan yang berhubungan dengan bantuan perilaku belajar. Semua bentuk belajar memerlukan dua atau lebih rangsangan-rangsangan yang terjadi dalam kesinambungannya. Lebih lanjut baca Lee C. Deighton, The Encyclopedia of Education, Vol. 6 (USA: The Macmillan Company dan the Free Press, t.t.), h. 408. [2] M.D.J.al-Barry, dkk., Kamus Peristilahan Modern dan Populer (Surabaya: Indah, 1996), h. 273.

[3] Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2000), h. 688. [4] M. Ngalim Purwanto MP., Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 104. [5] Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000), h. 73. [6] Motif diartikan sebagai suatu kekuatan atau daya pendorong yang menyebabkan orang mulai bergerak atau mengambil suatu tindakan. Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 160. Motif juga dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai sutau tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Lihat Sardiman, Interaksi dan Motivasi, Op.cit., h. 71. [7] Selanjutnya lihat Sardiman, Interaksi dan Motivasi, Op.cit., h. 37, 87-89. [8] Sardiman, Interaksi dan Motivasi, Op.cit., h. 83. [9] Muhammad al-Ghazali, Akhlaq seorang Muslim, Terj. Moh. Rifai (Semarang: Wicaksana, 1993), h. 445. [10] Kata setiap muslim menunjukkan laki-laki dan perempuan, sementara versi (hadits) yang lain menambahkan dan muslimah. Otoritas (penambahan kata dan muslimah) justru cenderung menjadikan hadits ini dhaif (lemah). Bagaimanapun, hadits tersebut lebih otentik dengan anjuran bagi seluruh muslim, laki-laki dan perempuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Lihat Maulana Muhammad Ali, A Manual of Hadith (Lahore: The Ahmadiyya Anjuman Ishaat Islam, t.t.), h. 39. [11] M. Syureich, Persiapan Menghadapi Hari Esok (Jakarta: Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, 1991), h. 46. [12] Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 44. [13] Selanjutnya lihat Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994), h. 178. [14] Baca Paul Lengrand, Pengantar Pendidikan Sepanjang Hayat, Terj. Kelompok LSIK (Jakarta: Gunung Agung, 1981), h. 41-55. [15] Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah I (Surabaya: al-Ikhlas, 1995), h. 221. [16] Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah I, Op.cit., h. 227.

[17] Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah I, Op.cit., h. 228. [18] Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah I, Op.cit., h. 229. [19] Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah I, Op.cit., h. 233. [20] Selanjutnya baca Yusuf al-Qaradlawi, Fiqih Peradaban: Sunnah sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, Terj. Faizah Firdaus (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), h. 233, 235-236.

Pengembangan Desain Pelatihan untuk Organisasi Kepemudaan


A. Pendahuluan Pendidikan dan pembelajaran adalah satu proses transformasi nilai budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Ada tiga kata kunci dari kalimat di atas, yakni proses, nilai dan generasi. Proses menunjukkan adanya satu kegiatan atau aktivitas, maka dalam pendidikan dan pembelajaran terdapat rangkaian dari berbagai kegiatan tentunya mempunyai tujuan. Kemudian nilai menunjukkan ada sesuatu makna yang dijaga, disimpan dan dipelihara, dan tugas pendidikan adalah mentransformasikan nilai tadi dari satu keadaan kepada keadaan lain dalam arti luas. Dan terakhir adalah generasi ini menggambarkan ada satu masa depan manusia yakni penciptaan alih generasi yang lebih baik sebagaimana yang diinginkan. Dalam pendidikan dan pembelajaran, kegiatannya dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Inti kegiatan pendidikan dan pembelajaran bukan pada tempat atau waktu, atau siapa yang menjadi guru, akan tetapi lebih ditekankan pada adanya satu interaksi antara peserta dengan lingkungan atau sumber belajar, dimana dalam interaksi tersebut sarat dengan makna: proses, nilai dan generasi. Pendidikan luar sekolah merupakan satu alternatif untuk hal ini, menurut Santoso S.H (2003)[1] bahwa peran utama PLS adalah mengembangkan nilai dan sikap percaya diri dan mandiri masyarakat sebagai kekuatan sosial (social forces) untuk menciptakan proses proses demokratis, dinamisasi dan modernisasi. Berkenaan dengan itu, maka kegiatan yang paling luwes dan praktis tentang hal di atas, ditengah tengah masyarakat kita khususnya di dunia kepemudaan disebut dengan pelatihan. Bagaimana merancang atau mendesain pelatihan bagi pemuda secara baik dan tepat, yang dapat bermakna, kemudian apasaja yang dibutuhkan dan dikembangkan, serta bagaimana mengukur keberhasilan dari pelatihan tersebut? Tentu hal ini penting bagi kita. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi para pamong belajar, atau kelompok pemuda dalam mengembangkan desain pelatihan, dan akan bermanfaat bagi mereka yang ingin menjadikan pemuda sebagai satu icon regenerasi yang baik di masa depan. B. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan adalah bagian dari upaya pengembangan sumber daya manusia. Banyak hal yang dapat dilakukan orang untuk melakukan investasi bagi sumber daya mansia di masa depan, salah satunya adalah dengan pendidikan, pelatihan dan pengembangan. Pengembangan sumber daya manusia menurut Abi Sujak (1990)[2] dapat dilakukan dengan tiga hal yakni; pelatihan (training), pendidikan (education), dan pengembangan (development). Masing masing kegiatan tersebut tentu memiliki karakteristik tersendiri yang dengannya menjadi satu kekuatan untuk mengembangkan sumber daya manusia baik pada karakteristik input kegiatan, pengelolaan proses, pengembangan strategi kegiatan, maupun pada tujuan yang ditetapkan. Dalam pendidikan kadang terdapat kegiatan latihan, dan dalam pelatihan di dalamnya ada proses pendidikan, jadi hampir sulit untuk memisahkan keduanya, maka pada sistem birokrasi di Indonesia terdapat satu unit kegiatan pendidikan dan latihan disingkat diklat. Menurut HAR.Tilaar (1997)[3] bahwa terdapat hubungan antara pendidikan, pelatihan dan ketenagakerjaan. Dimana; pendidikan ikut mempersiapkan dasar dasar yang diperlukan oleh dunia kerja, dan tidak membebaskan pendidikan dalam mutu tenaga kerja yang diperlukan, maka perlu diselenggarakan suatu lembaga dengan kegiatan kegiatan yang memenuhi tuntutan dunia kerja. Lembaga tersebut, yang dapat kita sebut lembaga pelatihan, haruslah diselenggarakan bergandengan dengan sitem pendidikan yang ada. Sedangkan menurut B.Siswanto (2003)[4] pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Pembahasan berikut lebih mengarah pada makna pelatihan sebagai sebuah proses pendidikan alternatif yang banyak dilakukan ditengah tengah masyarakat khususnya kepemudaan. C. Desain Pelatihan Desain berasal dari kata designe dapat diartikan sebagai fatron, rancangan pola atau kisi kisi kegiatan yang akan dilaksanakan. Design (desain), adalah proses menspesifikasi kondisi belajar, juga merupakan satu kawasan dalam bidang teknologi pembelajaran. Lebih spesifik lagi design criteria: adalah satu rincian diskripsi pengajaran tertulis secara lengkap yang dipakai untuk mengembangkan komponen sistem instruksional yang mencakup setiap kejadian kegiatan, tahapan dan strategi instruksional secara keseluruhan untuk disajikan melalui masing masing komponen sistem instruksional dari satu sistem instruksional atau produk instruksional secara lengkap. Berkenaan dengan hal di atas, Atwi Suparman (1997)[5] menjelaskan bahwa; desain Instruksional, pengembangan instruksional, perancangan instruksional, atau perencanaan instruksional, adalah suatu proses yang sistematik dalam menyusun sistem instruksional yang efektif dan efisien melalui kegiatan pengidentifikasian masalah, pengembangan dan pengevaluasian.Dalam desain terdapat berbagai informasi tentang data dan keterangan sebuah kegiatan, untuk itu George (2000)[6] mendefinisikan pengertian Desain Document sebagai berikut; a conceptual report that gives all those involved in the development of a training program a picture of the overall course design. Items might

include a mission statement, an audience profile, course objectives, content outline, a course map, an evaluation plan, and visual motif. Sementara itu Sondang P.Siagian (1987)[7] Komponen utama dari suatu siklus pendidikan dan latihan adalah: (1) Analisa kebutuhan pendidikan dan latihan, (2) Keputusan tentang penyelenggaraan pendidikan dan latihan, (3) Seleksi peserta, (4) Penyusunan program, baik yang sifatnya kurikuler maupun ekstra kurikuler, (5) Penyusunan bahan pelajaran yang benar benar disesuaikan dengan kebutuhan organisasi, (6) Seleksi pengajar, (7) Penentuan teknik dan metode pengajaran, (8) Penyusunan program pelaksanaan, (9) Penyelengaraan dan, (10) Evaluasi hasil kegiatan pendidikan dan latihan. Walter Dick & Low Carey (1990)[8] merancang sistem instruksional melalui beberapa tahap, yaitu (1) identifikasi tujuan terminal, yang didasarkan atas analisis pekerjaan, (2) analisis instruksional, yaitu keterampilan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan terminal, (3) identifikasi karakteristik peserta dan kemampuan awal peserta, (5) pengembangan alat ukur keberhasilan belajar peserta, (6) pengembangan strategi instruksional yang diperlukan untuk mencapai tujuan tujuan khusus tersebut, (7) penentuan materi/bahan yang akan diberikan, (8) pelaksanaan evaluasi formatif melalui uji coba perorangan dan skala kecil serta besar, dan (9) revisi apabila diperlukan. Pelatihan sebagai sebuah sistem sama halnya dengan pembelajaran, dimana analisis terhadap karakteristik awal calon peserta merupakan bagian penting yang harus diperhatikan, kemudian pemilihan materi, media serta strategi sekaligus penetapan tujuan pelatihan yang akan dicapai. Sementara itu Oemar Hamalik (2001)[9] menjelaskan tentang tahap tahap penyusunan program pelatihan mempunyai langkah langkah yang lebih rinci, sebagaimana dapat dilihat pada kutipan berikut: 1) Menetapkan klasifikasi pekerjaan, kemudian menyusun suatu deskripsi pekerjaan lengkap dengan tugas tugas secara rinci; 2) Identifikasi kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, yang terdiri dari perangkat keterampilan dan pengetahuan tertentu; 3) Penyiapan program pelatihan secara jelas, rinci, dan sistematik; 4) Menetapkan metode dan tempat penyelenggaraan pelatihan dan materi pelatihan; 5) Review program pelatihan dengan mengikutsertakan pengawasan dan manajemen puncak; 6) Mempersiapkan para pelatih (instruktur); 7) Menyiapkan peserta pelatihan melalui prosedur seleksi tertentu; dan 8) Mengembangkan prosedur penilaian (evaluasi) dan tindak lanjut. Ada tiga hal yang menjadi elemen penting dalam desain pelatihan yakni; input, proses dan out put. Input dapat dikembangkan dengan menata karakteristik calon peserta pelatihan, tujuan yang akan dicapai dari pelatihan. Sementara proses adalah upaya pengembangan pengeloalan pelatihan baik strategi, metode, teknik, pengembangan media dan lain sebagainya. Kemudian yang terakhir adalah output dalam hal ini penetapan

sistem evaluasi yang akurat akan sangat menentukan desain pelatihan yang mampu mengembangkan nilai apa yang diinginkan oleh pelatihan tersebut. Dalam menyusun desain pelatihan didalamnya terkait dengan sistem serta bahan ajar yang akan disampaikan, serta peyesuaian dengan karakteristik peserta didik. Dalam hal mengembangkan bahan ajar, maka Philip H.Coombs (1973)[10] menjelaskan untuk mengukur kebutuhan pendidikan anak anak, dan pemuda di daerah pedesaan dan untuk merencanakan kegiatan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pertama tama kita harus memiliki kejelasan dan konsepsi yang realistik tentang kebutuhan belajar penting minimum. Sebuah desain yang baik memuat berbagai unsur pembelajaran yakni rancangan materi atau bahan ajar yang akan dikembangkan dalam kegiatan, begitu juga strategi dan cara penyampaian materi dan bahkan evaluasi dari kegiatan. Dari bahan belajar ini, maka ditata kegiatan yang dapat merubah watak dan karakter warga belajar, karena inilah salah satu tujuan dari pendidikan luar sekolah. Perubahan pada peserta belajar ini memang sangat penting karena indikator terjadinya proses belajar adalah adanya perubahan. Sementara itu Satmoko dan Soejitno (2004)[13] sebuah desain pelatihan paling tidak harus menggambarkan lima hal yakni: (1) tujuan pelatihan harus ditetapkan dengan cermat, untuk apa orang dilatih, (2) pemilihan metode pelatihan secara tepat merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan sebuah pelatihan, (3) penyusunan jadwal, jadwal pelatihan mencakup waktu dan tempat penyelenggaraan pelatihan, (4) instruktur yang berkualitas, jika menginginkan pelatihan dilaksanakan ing-griya/in-house training maka harus dipersiapkan beberapa orang manajer dari berbagai latar belakang ilmu, dan (5) evaluasi, yaitu meliputi sistem pelatihannya itu sendiri, sarana dan prasarana, durasi pelatihan, materi atau silabus, dan instrukturnya. Desain yang baik tentu mempunyai karakteristik yang mampu menggambarkan rancangan sebuah kegiatan, diantara karaktersitik desain tersebut adalah; (a) obyektif artinya mampu menggambarkan apa yang akan menjadi tujuan kegiatan, (b) deskriptif, artinya mampu mengabstraksikan seluruh rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam sebuah kegiatan, (c) sistematis, artinya terdapat rangkaian yang menghubungkan antar komponen, antar kegiatan dalam mencapai sebuah tujuan baik tujuan utama maupun tujuan terminal, (d) prediktif, artinya dengan desain seseorang dapat memperhitungkan tentang keberhasilan yang akan dicapai sebuah kegiatan. D. Pengembangan Desain Pelatihan Pengembangan desain ini dimaksudkan untuk menjadi petunjuk praktis bagi para pamong belajar dan pemuda di tengah tengah masyarakat dalam hal melakukan satu analisis mengapa perlu dilakukan kegiatan pelatihan, bagaimana merancang, mengelola dan sekaligus mengevaluasinya. Maka langkah praktis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifiaksi kebutuhan a. Kebutuhan individu Perancangan program pelatihan didahului oleh analisis kebutuhan[14]. Perancangan program pelatihan sebagai suatu sistem instruksional harus dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan sistem dengan alasan bahwa cara ini akan memberikan hasil yang efektif karena: (1) diketahui dengan jelas apa yang akan dapat dilakukan oleh peserta setelah mengikuti program tersebut, (2) adanya hubungan antar komponen khususnya antara strategi instruksional dengan keluaran yang diharapkan, (3) merupakan suatu proses yang bersifat empirik dan dapat diulang kembali. Untuk itu maka dalam merancang pelatihan pertama sekali harus didaftar apa yang menjadi masalah, kebutuhan serta keinginan praktis dari kondisi pemuda kita, pendataan ini dapat dilakukan dengan cara mewawancarai, mengamati atau juga angket dan lain sebagainya. b. Kebutuhan organisasi Menurut Satmoko dan Soejitno Irmim (2004)[15], bahwa untuk melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan seyogyanya memang berdasarkan pada visi dan misi corporate plan yang didalamnya terdapat carrier planning. Kegiatan pelatihan ada yang diselenggarakan oleh organisasi, lembaga dan lain sebagainya. Biasanya kebutuhan organisasi, atau lembaga akan menjadi yang utama karena dari tujuan organisasi inilah dilihat apa yang menjadi kebutuhan atau kualifikasi individu. Jadi dengan membaca visi dan misi serta tujuan organisasi akan tampak apa yang dibutuhkan dalam kegiatan pelatihan. c. Kebutuhan masyarakat Pemuda adalah bagian dari masyarakat, bila ingin melakukan kegiatan pelatihan, maka tujuan pelatihan harus terkait dengan apa yang diinginkan masyarakat terhadap pemuda. Untuk mengetahui hal ini dapat dilakukan dengan cara meminta pendapat para tokoh masyarakat, pemerintahan setempat atau juga mengobservasi langsung terhadap apa yang diinginkan masyarakat tentang dunia kepemudaan. 2. Menetapkan tujuan pelatihan. a. Tujuan lembaga Pelatihan yang dilakukan oleh sebuah lembaga atau organisasi kepemudaan maka harus menjadikan tujuan lembaga sebagai satu bagian dalam kurikulumnya. Apa yang diinginkan oleh organisasi atau lembaga dapat dicantumkan dalam mata ajar agar peserta dapat mencapai kualifikasi yang diinginkan. b. Tujuan peserta

Pelatihan dapat diterjemahkan sebagai satu pengalaman belajar terstruktur dengan tujuan mengembangkan kemampuan menjadi keterampilan khusus, pengetahuan atau sikap tertentu. Sementara itu menurut James R.Davis & Adelaide B. Davis (1998)[16] Training is the process through which skills are development, information is provided, and attitude are naturade, in order to help individuals to become more effective and efficient in their work. Dapat diterjemahkan bahwa pelatihan maksudnya adalah proses untuk mengembangkan keterampilan peserta, menyediakan informasi, dan membentuk sikap agar dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien. Bagi pelatihan di kalangan pemuda juga harus ditetapkan apakah pelatihan sampai sebatas penyadaran sikap, pembentukan kepribadian, atau peningkatan keterampilan. Sebenarnya tujuan tidak perlu muluk muluk, yang lebih utama adalah sesuai dengan kebutuhan apa paling mendesak bagi dunia kepemudaan setempat. 3. Menetapkan tujuan pembelajaran Dalam hal menetapkan tujuan pelatihan Jewel LN (1998)[17] menjelaskan bahwa pelatihan terdiri dari program program yang dirancang untuk meningkatkan kinerja pada level individu, kelompok atau organisasi kinerja yang menyiratkan bahwa terdapat perubahan yang dapat diukur dengan pengetahuan, sikap atau perilaku sosial. Dengan kata lain pelatihan merupakan salah satu pengalaman belajar terstruktur dengan tujuan mengembangkan kemampuan menjadi keterampilan khusus, pengetahuan atau sikap tertentu. Untuk ini maka para perancang pelatihan harus dapat membuat daftar kompetensi atau tujuan tujuan praktis yang dapat dicapai oleh peserta khususnya dapat diperoleh secara individual, apakah itu perubahan pada peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan. 4. Menetapkan strategi dan metode pelatihan Srinivasan (1997)[18] memberikan empat strategi pendekatan yakni: (1) pendekatan informasional, yakni pelatih memberikan informasi dan keterampilan biasanya dengan kuliah dan penggunaan latihan latihan. (2) pendekatan pemecahan masalah, yakni pelatih memberikan suatu rangsangan berbentuk gambar dan menghidupkan diskusi mengenai suatu gagasan, pokok masalah atau persoalan tertentu. (3) pendekatan proyektif, yaitu pelatih memberikan suatu ceritera terbuka atau ceritera bergambar dengan kejadian kejadian yang mengikuti suatu urutan tertentu. Gagasan kejadian kejadian yang terjadi dalam cerita berasal dari penulis kurikulum. dan (4) pendekatan ekspresif/perwujudan, dalam hal ini pelatih memberikan bahan bahan mentah yang dapat dipergunakan oleh para warga belajar untuk menciptakan dan menceriterakan ceritera, kejadian dan keadaan keadan mengandung masalah. Bahan mentah ini mencakup antara lain gambar gambar tanpa urutan tertentu dan gambar gambar tunggal yang dapat bergerak (fleksifan). Pamong belajar atau perancang pelatihan tentu akan menetapkan strategi dan metode pelatihan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, bila tujuan materi adalah agar peserta

mempunyai peningkatan pengetahuan, maka ini leibh bersifat penyampaikan informasi, namun bila menitik beratkan pada aspek perubahan sikap maka yang dilakukan adalah pendekatan proyektif dan sterusnya. Pada prinsipnya strategi dan metode dipilih adalah sesuai dengan tujuan dari materi yang dikembangkan. 5. Evaluasi dan umpan balik Menurut Agus Suryana (2004)[19]terdapat tiga fungsi utama dari evaluasi dan umpan balik dalam kegiatan pelatihan yakni; (1) umpan balik, untuk mengetahui efektifitas kegiatan pelatihan, (2) kontrol atas ketentuan pelatihan dan (3) intervensi kedalam proses organisasi yang mempengaruhi pelatihan. Untuk itu maka kegiatan pelatihan akan lebih sempurna bila dilengkapi dengan evaluasi pelatihan yang terencana sejak awal kegiatan. Menurut B.Siswanto (2003)[20] evaluasi dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yakni; (1) untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh peserta dalam suatu periode proses belajar mengajar tertentu, (2) untuk mengetahui posisi atau kedudukan peserta dalam kelompoknya, (3) untuk mengetahui tingkat usaha yang telah dilakukan para peserta dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan, (4) untuk mengetahui sampai seberapa jauh para peserta telah merealisasikan kapasitasnya menjadi suatu achievement melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan, dan (5) untuk mengetahui efisiensi metode pendidikan dan pelatihan yang digunakan. Dalam hal mengembangkan evaluasi ini, seorang pamong belajar atau para pemuda yang ingin mengembangkan desain pelatihan memang harus belajar lebih banyak tentang kegiatan evalusi. Evaluasi atau penilaian pada prinsipnya adalah memberi makna apa yang telah terjadi baik hasil akhir dari kegiatan pelatihan maupun juga proses yang terjadi pada pelatihan. E. Penutup Tulisan ini adalah satu usaha untuk memberikan panduan praktis bagi para perancang pelatihan di tingkat organisasi kepemudaan di masyarakat bawah. Tentu masih banyak bagian lain yang dapat dikembangkan lagi, karena dunia pelatihan terus maju dan berkembang seiring dengan kompleksnya persoalan pengembangan sumber daya manusia. Inti dari kegiatan pelatihan tiada lain adalah adanya satu kesadaran bahwa sebuah generasi harus diteruskan, dan nilai harus dipelihara dan dipertahankan dan proses transformasi harus dilakukan secara profesional, itu semua akan sukses bila didesain dengan tepat dan benar. Desain pelatihan adalah proses kegiatan perancangan atau perencanaan. Maka berhasil merencanakan itu berarti merencanakan keberhasilan, begitu juga sebaliknya gagal merencanakan itu berarti merencanakan kegagalan. Inilah kata akhir dari betapa pentingnya desain pelatihan bagi organisasi kepemudaan. PENGEMBANGAN DESAIN PELATIHAN UNTUK ORGANISASI KEPEMUDAAN Oleh Mardianto, M.Pd

Daftar Bacaan Coombs, Philip H, New Paths to Learning For Rural Children and Youth, USA: Omtermatopma; Council for Educational Development, 1973. Davis, James R & Davis Adelaide B, Effective Training Strategies, San Fransisco: Berret-Koehler Publishers Inc, 1998. Dick, Walter & Carey, Low, The Systematic Design of Instruction, New York: Harper Collins Publisher, 1990. Hamalik, Oemar, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Knowles & Malcolm S, The Adult Learner: a Neglected Species, Houston: Gulf Publishing Company, 1986. Lira, Srinivasan, Perspectives on Non-formal Adult Learning: Functional Education for Individual, Community and National Development, New York:Wold Education, 1977. L.N.Jewel & Siegall Marc, Psikologi Industri/Organisasi Modern, Jakarta: Arcan, 1998. Piskurich, George M, Rapid Instructional Design, San Francisco: Josse Bass Peiffer, 2000. Sastrohadiwiryo,B. Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2003 Satmoko dan Soejitno Irmim, Mendesain Strategi Pelatihan Karyawan, Jakarta: Seyma Media, 2004. Siagian, Sondang P, Pengembangan Sumber Daya Insani, Jakarta: Gunung Agung, 1987. Soedomo, M, Pendidikan Luar Sekolah ke Arah Pengembangan Sistem Belajar Masyarakat, Jakarta, Dirjen Dikti P2LPTK, 1989 Sujak, Abi, Kepemimpinan Manajer, Jakarta: Rajawali, 1990. Suparman, Atwi, Desain Instruksional, Jakarta: Dirjen Dikti, 1997. Suryana, Agus, Kiat dan Teknik Evaluasi Pelatihan, Jakarta: Progres, 2004. Tilaar H.A.R, Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi, Jakarta: Grasindo,1999

________________________ [1] Santoso S.Hamijoyo, Peran Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda dalam Pengentasan Kemiskinan, dalam VISI, edisi No.15/TH.XI/2003, (Jakarta: Direktorat Tenaga TeknisDirjen Diklusepa, 2003), p.5. [2] Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer (Jakarta: Rajawali, 1990), p. 241. [3] H.A.R. Tilaar, Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi, (Jakarta: Grasindo,1997), p.150. [4] B.Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), p.200. [5] Atwi Suparman, Desain Instruksional, (Jakarta:Dirjen Dikti, 1997), p.218. [6] George M.Piskurich, Rapid Instructional Design, (San Francisco: Josse Bass Pfeiffer, 2000), p.254. [7] Sondang P. Siagian, Pengembangan Sumber Daya Insani (Jakarta: Gunung Agung, 1987). [8] Walter Dick & Low Carey, The Systematic Design of Instruction (New York: Harper Collins Publ, 1990). [9] Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), p.38. [10] Philip H. Coombs, New Paths to Learning For Rural Children and Youth (USA; Omtermatopma; Council for Educational Development, 1973), p.12. [11] Knowles, Malcolm S, The Adult Learner: a Neglected Species (Houston; Gulf Publishing Company, 1986).

[12] Gambar diadaptasi dari M.Soedomo, Pendidikan Luar Sekolah ke Arah Pengembangan Sistem Belajar Masyarakat, (Jakarta, Dirjen Dikti P2LPTK, 1989), p.90. [13] Satmoko dan Soejitno Irmim, Mendesain Strategi Pelatihan Karyawan, (Jakarta: Seyma Media, 2004), p.27-28. [14] Beberapa tokoh desain instruksional menjabarkan bahwa untuk merancang satu kegiatan seperti pendidikan dan pelatihan harus diawali dari adanya analisis kebutuhan para peserta, dengan dasar inilah maka disusun tujuan kegiatan, materi yang akan diberikan serta strategi dan metode apa yang harus diterapkan dan terakhir adalah apa alat

evaluasi untuk mengukur keberhasilannya. tokoh tokoh tersebut diantaranya adalah Dick & Carey, 1990; Morrison, 1976; Tracey, 1971. [15] Satmoko dan Soejitno Irmim, Mendesain Strategi Pelatihan Karyawan, (Jakarta: Seyma Media, 2004), p.16 [16] James R Davis & Davis Adelaide B, Effective Training Strategies (San Fransisco: Berret-Koehler Publishers Inc, 1998), p.44. [17] Jewel L.N & Siegall Marc, Psikologi Industri/Organisasi Modern (Jakarta: Arcan, 1998), p. 169. [18] Srinivasan Lira, Perspectives on Non-formal Adult Learning: Functional Education for Individual, Community and National Development, (New York:Wold Education, 1977), p.70-71. [19] Agus Suryana, Kiat dan Teknik Evaluasi Pelatihan, (Jakarta: Progres, 2004), p.12. [20] B.Siswanto, Op. cit, p.220.

STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS COOPERATIVE


Pembelajaran pada Program S1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara bertujuan memberikan keterampilan mengerti tentang kompetensi seorang pendidik, kemudian mampu merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi satu kegiatan pembelajaran di sekolah menengah. Dalam hal mengembangkan pembelajaran mahasiswa dituntut menguasai teori serta praktek berbagai strategi dan metode pembelajaran. Untuk itu strategi perkuliahan yang dilakukan dikembangkan dengan cara menggali pengalaman mahasiswa untuk dijadikan bagian dari proses pembelajaran. Metode penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif menggunakan siklus yang terdiri dari; rencana, tindakan, observasi dan refleksi ini diterapkan pada mahasiswa sebanyak 32 orang pada mata kuliah Strategi Pembelajaran untuk delapan kali pertemuan pada tahun ajaran 2006-2007. pengumpulan data dengan observasi partisipatif selama tindakandan dokumen hasil kerja mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penelitian tindakan kelas dengan metode kasus untuk pengembangan materi; pemilihan metode untuk kelas besar untuk kelas kecil, untuk jenis materi, dan ketersediaan sumber dan media tertentu dapat berjalan efektif dalam mencapai kompetensi mata kuliah, dimana mahasiswa memperoleh pengetahuan yang lebih baik, keberanian mengungkap masalah, terampil merancang media serta mempraktekkannya di depan kelas. (2) beberapa hambatan yang dihadapi adalah beban tugas yang diberikan dosen kepada mahasiswa sebagian belum dapat diatasi dengan baik oleh mahasiswa, sementara sebagian dosen masih belum banyak mengenal dan terampil mengembangkan metode

metode yang aktual dalam mengembangkan kegiatan.

STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS COOPERATIVE LEARNING UNTUK MATA KULIAH STRATEGI PEMBELAJARAN FAKULTAS TARBIYAH IAIN SUMATERA UTARA

Oleh Mardianto Pendahuluan Pendidikan dan pembelajaran kini sedang mengalami revolusi yang sangat dahsyat, dimana perubahan dan pergeseran pada peran pendidik, tujuan pendidikan, dan bahkan strategi pelaksanaan pembelajaran sangat berbeda dari sebelumnya. Perubahan itu dipicu oleh adanya temua temuan baru dalam bidang pendidikan, ilmu ilmu lain seperti; ilmu komunikasi, teknologi informatika, brain, ilmu pendidikan dan pelatihan dan lainnya. Bagi para pendidik, perubahan dan perkembangan harus dijadikan tantangan sekaligus peluang, bila ingin tetap menjadi pendidik ulung atau pengajar yang profesional. Caranya adalah dengan; pertama menguasai dasar dasar ilmu pendidikan agar tetap mempunyai komitmen dalam dunia pendidikan, kedua menguasai teknologi pendidikan agar tetap terampil dalam mengembangkan instrumen pendidikan, ketiga partisipasi dalam bidang profesi pendidikan, agar tetap mendapat akses terhadap kemajuan pendidikan. Dikalangan ilmuan, birokrat, dan profesi lain sebagian mereka ingin menyampaikan ilmunya dan atau bahkan ingin menjadi pendidik, namun instrumen atau ilmu pendidikan yang memberikan keterampilan untuk itu tidak memadai dan bahkan tidak dimiliki. Program S1 Pendidikan Agama Islam fakultas Tarbiyah sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan dilingkungan IAIN Sumatera Utara memberikan media bagi pengembangan pengetahuan dan keterampilan mendidik. Dalam Program S1 Pendidikan Agama Islam ini, fakultas Tarbiyah memberikan dasar dasar keilmuan dalam hal pendidikan, keterampilan dalam merancang, mengelola, mengembangkan dan mengevaluasi pendidikan terlebih strategi penyampaian ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Semua bertujuan untuk memberikan kompetensi mendidik yang profesional dan handal, karena hal ini sesuai dengan tujuan dari fakultas keguruan di IAIN Sumatera Utara. Tujuan dari fakultas Tarbiyah adalah membentuk sarjana muslim yang berakhlaq mulia, menguasai pengetahuan agama Islam serta cabang cabang pengetahuan dalam bidang pendidikan Islam dan keguruan. Untuk itulah fungsi fungsi akademik terus diarahkan dalam rangka memberi pelayanan yang fungsional, pengelolaan yang profesional dan orientasi yang terapan. Ini artinya program Tarbiyah kedepan selalu memberikan yang terbaik bagi kepentingan ummat khususnya dalam bidang kependidikan dan keguruan.

Pelaksanaan Program S1 Pendidikan Agama Islam ini adalah memberikan kompetensi seorang menjadi tenaga kependidikan yang dapat diterapkan untuk berbagai lembaga pendidikan baik umum maupun swasta, baik pada jenis pendidikan keagamaan, pendidikan dan pelatihan dan lembaga pendidikan lainnya. Diakhir Program S1 Pendidikan Agama Islam ini peserta diharapkan dapat mengerti tentang kompetensi seorang pendidik, kemudian mampu merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi satu kegiatan pembelajaran di sekolah menengah. Secara khusus peserta diharapkan dapat: (1) Memiliki wawasan tentang kompetensi seorang pendidik; (2) Merancang kegiatan pembelajaran; (3) Mengelola dan melaksanakan satu kegiatan pembelajaran; dan Mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Pengamatan penulis menunjukkan bahwa dosen pada Program S1 Pendidikan Agama Islam belum banyak menunjukkan krativitas dalam mengembangkan berbagai strategi pembelajaran khususnya yang lebih kontekstual, up to date dan aktual. Padahal pada umumnya mahasiswa peserta akta IV adalah mereka yang selama ini telah mengajar dan memiliki pengalaman dalam kegiatan pembelajaran di ingkungan kerjanya. Mengembangkan pembelajaran dengan mengangkat berbagai pengalaman yang dimiliki mahasiswa salah satu diantaranya adalah dengan metode kasus atau biasa disebut dengan case study. Salah satu definisi metode kasus adalah; a method of instruction in swhich students and instructors participate in direct discussion of bussiness cases or problems (Leenders dan Erskine:1978). Metode kasus adalah suatu metode instruksi yang mana mahasiswa dan instruktor berpartisipasi di diskusi langsung tenang kasus kasus atau permasalahan permasalahan yang ada di lapangan. Sementara itu menurut (Corey:1980) pembelajaran metode kasus dapat menyediakan elemen eleman dari pembelajaran yang efektif, yaitu (1) penemuan discovery, (2) investigasi probing, (3) latihan berkelanjutan continual practice, (4) perbedaan dan pembandingan contrast and comparison, (5) keterlibatan involvement dan (6) motivasi motivation. Pembelajaran dengan metode kasus memungkinkan mentransfer managerial wisdom ke dalam ruang kelas. Pendidikan biasanya hanya mentransfer knowledge bukan wisdom atau judgment. Wisdom tidak dapat diceriterakan(Gragg:1940). Untuk pembelajaran sselama ini studi kasus juga sangat bermanfaat untuk mengembangkan: (1) keahlian keahlian bekerja secara grup, (2) keahlian keahlian di dunia nyata, (3) keahlian keahlian berkomunikasi, dan (4) keahlian keahlian riset (Jogiyanto, 2006). Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan hambatan dalam perkuliahan Strategi Pembelajaran pada Program S1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara, (2) untuk mendeskripsikan efktivitas penggunaan model pembelajaran berbasis kasus untuk perkuliahan Strategi Pembelajaran, (3) untuk mendeskrpsikan ada atau tidaknya peningkatan kualitas perkuliahan Strategi Pembelajaran dengan diterapkannya pendekatan metode kasus. Manfaat dari hasil penelitian ini adalah: (1) bagi dosen untuk dapat mengembangkan kemampuan merencanakan, menciptakan dan menggunakan metode kasus serta

pengalamannya dalam penelitian tindakan kelas, (2) bagi penyelenggara Program S1 Pendidikan Agama Islam sebagai masukan dalam membina dan mengelola program peningkatan kualitas pendidikan. (3) bagi peneliti lain untuk menjadi masukan bahwa penelitian tindakan kelas yang sederhana praktis dan fungsional dapat lebih bermanfaat bagi dosen baik untuk peningkatan kualitas hasil pemblajaran bagi mahasiswanya maupun masukan bagi peningkatan proses pembelajaran.

Metode Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan obyek adalah sebanyak 32 orang mahasiswa pada Program S1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara Angkatan XVI pada tahun ajaran 2006-2007. Rancangan penelitian tindakan kelas yang dipilih yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang ulang dan berkelanjutan (siklus spiral). Kegiatannya dilakukan dengan (1) rencana tindakan, (2) pelakanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi (Kemmis & Taggart:1989). Artinya bahwa semakin banyak siklus dilakukan diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasil. Sesuai dengan model siklus tersebut maka langkah kegiatan penelitian adalah sebagai berikut: (a) permintaan ijin penelitian, (b) observasi dan wawancara untuk mengetahui kondisi awal pelaskanaan pembelajaran mata kuliah Strategi Pembelajaran di Program S1 Pendidikan Agama Islam, (c) identifikasi permasalahan dalam proses pembelajaran mata kuliah Strategi Pemblajaran, (d) merumuskan spesifikasi media desain dan model pembelajaran dengan metode kasus , (e) melakukan kolaborasi dengan pengelola Program S1 Pendidikan Agama Islam dan program S.1 Fakultas Tarbiyah dalam mengembangkan rancangan pembelajaran, dan (f) melaksanakan tindakan kelas serta menetapkan teknik pemantauan. Mengenai siklus Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan adalah: (1) siklus I, untuk pembelajaran materi strategi pembelajaran kelas besar dengan mengangkat kasus kemampuan guru. Tujuannya adalah agar mahasiswa dapat terampil mengembangkan strategi pembelajaran di kelas besar. (2) siklus II, untuk mempelajari materi strategi pembelajaran kelas kecil dengan mengangkat kasus jumlah dan kemampuan siswa yang menjadi pertimbangan dalam mengembangkan strategi pembelajaran. Tujuannya adalah agar mahasiswa dapat terampil mengembangkan strategi pembelajaran di kelas kecil. (3) siklus III, untuk mempelajari materi strategi pembelajaran berdasarkan materi yang akan diajarkan. Tujuan materi adalah agar mahasiswa terampil mengembangkan pilihan pilihan strategi pembelajaran dengan pertimbangan materi apa yang akan diajarkan. (4) siklus IV, untuk mempelajari materi strategi pembelajaran berdasarkan sumber dan media yang tersedia. Tujuan materi ini adalah agar mahasiswa terampil mengembangkan strategi pembelajaran berdasarkan ketersediaan sumber dan media di satu kelas. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan dua cara yakni; (a) observasi dengan partisipasi selama tindakan kelas berlangsung di kelas Program S1 Pendidikan Agama Islam dan (b) dokumentasi hasil peragaan strategi pembelajaran yang dikembangkan di kelas. Hasil observasi dan dokumentasi tersebut dideskripsikan sesuai dengan tujuan

penelitian.

Hasil Penelitian Pada saat kondisi awal perkuliahan Strategi Pembelajaran di Program S1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara terdapat beberapa gejala yang memperlihatkan sebagai berikut: (1) kegiatan tatap muka mata kuliah dilakukan dengan strategi penyampaian teori untuk beberapa kali pertemuan sampai mid semester, (2) pembelajaran pada tahap berikutnya atau pada paruh kedua setelah mid semester setiap kali pertemuan diberi teori dan sebagian kecil dipraktekkan di kelas, (3) hambatan yang ditemukan dalam pengembangan pembelajaran adalah beberapa teori tentang metode pembelajaran yang diberikan kadang sudah usang, sementara mahasiswa menghadapi berbagai keadaan di luar yang terus berkembang, (4) terdapat beberapa keterbatasan informasi tentang latar belakang mahasiswa yang dapat dijadikan bahan masukan maupun pertimbangan bagi dosen untuk mengembangkan berbagai strategi pembelajaran. Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas maka terdapat beberapa perbedaan dari satu siklus kesiklus berikutnya. Siklus I, perkuliahan dilakukan pada pertemuan keempat dan kelima materi strategi pembelajaran kelas besar dengan mengangkat kasus kemampuan guru. Hasil yang ditampakkan adalah mahasiswa dapat terampil mengembangkan strategi pembelajaran di kelas besar dengan tampilan; (a) dapat mengidentifikasi metode apa yang harus dipergunakan untuk kelas besar, (b) dapat membuat persiapan pembelajaran dengan pilihan metode yang tepat untuk pembelajaran di kelas besar, (c) dapat mempraktekkan metode mengajar di kelas besar secara langsung. Dari sebanyak 32 orang mahasiswa peserta Program S1 Pendidikan Agama Islam yang mengikuti 40% menyiapkan tugasnya secara benar, 20 % menyiapkan tugasnya namun belum lengkap dan 40 % mahasiswa tidak menyiapkan tugasnya. Hambatan yang dihadapi adalah bahwa mahasiswa belum tahu maksud tugas secara umum, kemudian komponen komponen yang harus dimasukkan perencanaan pembelajaran. Siklus ke II, perkuliahan dilakukan pada pertemuan keenam dan ketujuh materi strategi yang diusung adalah mengangkat kasus kelas kecil sebagai pertimbangan dalam mengembangkan strategi pembelajaran. Hasil yang ditampakkan mahasiswa dapat terampil mengembangkan strategi pembelajaran di kelas kecil dengan tampilan; (a) dapat mengidentifikasi metode apa yang harus dipergunakan untuk kelas kecil, (b) dapat membuat persiapan pembelajaran dengan plihan metode yang tepat untuk pembelajaran di kelas kecil, (c) dapat mempratekkan meode mengajar di kelas kecil secara langsung. Dari jumlah 32 jumlah mahasiswa peserta Program S1 Pendidikan Agama Islam yang mengikuti maka naik 60 % mereka dapat menyelesaikan tugas secara benar, 20 % menyelesaikan tugas tetapi belum sempurna, 20 % diantara mereka terlambat mengumpulkan tugasnya. Hambatan yang diketahui adalah mahasiswa belum terampil

mendeskripsikan masalah yang terjadi selama ini di lingkungan kerjanya khususnya yang terkait dengan metode mengajar. Siklus III, perkuliahan dilakukan pada pertemuan kesembilan dan kesepuluh sementara materi yang dikembangkan adalah pemilihan metode pembelajaran berdasarkan materi yang akan diajarkan. Hasil yang ditampakkan mahasiswa adalah; (a) dapat mengidentifikasi metode apa yang harus dipergunakan untuk jenis materi tertentu, (b) dapat membuat persiapan pembelajaran dengan pilihan metode yang tepat untuk pembelajaran pada materi tertentu, (c) dapat mempratekkan metode mengajar di kelas berdasarkan materi yang diajarkan. Dari jumlah mahasiswa peserta Program S1 Pendidikan Agama Islam yang mengikuti maka sebanyak 75 % mereka selesai dan lengkap menyelesaikan tugas yang diberikan dan dikehendaki, sementara 20 % dari mereka menyelesaikan tugas tepat waktu namun belum sempurna, dan 5 % tidak selesai tugas sebagaimana tenggat waktu yang diberikan. Hambatan yang dialami adalah mahasiswa memang masih belum menguasai sepenuhnya jenis, bentuk serta macam macam materi yang menjadi pertimbnagan dalam pemilihan metode, atau terlalu luasnya materi. Siklus IV, perkuliahan dilakukan pada pertemuan sebelas dan dua belas sementara itu materi yang dikembangkan adalah pemilihan metode mengajar berdasarkan sumber dan media yang tersedia. Hasil yang ditammpakkan mahasiswa adalah: (a) dapat mengidentifikasi metode apa yang harus dipergunakan untuk mensiasati sumber dan media tertentu dan terbatas, (b) dapat membuat perencanaan pembelajaran dengan pilhan metode yang tepat untuk pembelajaran yang didasarkan pada sumber dan media yang tersedia, (c) dapat mempratekkan metode mengajar di kelas berdasarkan sumber dan media yang dirancang. Dari jumlah mahasiswa Program S1 Pendidikan Agama Islam yang mengikuti maka sebanyak 80 % mereka selesai dan lengkap menyelesaikan tugas yang diberikan dan dikehendaki, sementara 5 % dari mreka menyelesaikan tugas tepat waktu namun belum sempurna, dan 15 % tidak selesai tugas sebagaimana tenggat waktu yang dibeikan. Hambatan yang dialami mahasiswa adalah karena banyaknya tugas yang sedang dikerjakan, terkait dengan mata kuliah lain dimana mereka juga harus menyelesaikannya untuk saat yang sama.

Pembahasan Dari identifikasi kondisi awal sistem perkuliahan selama ini untuk mata kuliah Strategi Pembelajaran pada Program S1 Pendidikan Agama Islam di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara: (1) kegiatan tatap muka mata kuliah dilakukan dengan strategi penyampaian teori untuk beberapa kali pertemuan sampai mid semester, (2) pembelajaran pada tahap berikutnya atau pada paruh kedua setelah mid semester setiap kali pertemuan diberi teori dan sebagian dipraktekkan di kelas, (3) hambatan yang

ditemukan dalam pengembangan pembelajaran adalah beberapa teori tentang metode pembelajaran yang diberikan kadang sudah usang, sementara mahasiswa menghadapi berbagai keadaan di luar yang terus berkembang. Dari tindakan kelas yang dilakukan menunjukkan adanya perubahan mengarah pada peningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menguasai hasil belajar Strategi Pembelajaran. Peningkatan kemampuan ini diperlihatkan dalam hal berikut: (1) penguasaan materi, pemilihan metode mengajar dengan pertimbangan kelas besar, kelas kecil, jumlah siswa serta ketersediaan sumbe dan media diminta dari mahasiswa untuk mengungkap apa yang mereka alami dari lingkungan kerja selama ini. Kemudian membaca buku teks untuk mendalami teori teori yang mendukung kesimpulan pilihan metode yang dikembangkan. Dengan cara seperti itu mahasiswa memiliki pengetahuan dan ingatan yang kuat, kemudian karena belajar dari pengalaman, diungkap dan direfleksikan serta dicari solusinya, kemudian apa pendapat dan pengalaman mereka merasa dihargai oleh orang lain. (2) singkronisasi antar materi mata kuliah, pada saat yang sama mata kuliah perencanaan pembelajaran juga sedang diajarkan, dengan tugas dimana mahasiswa harus dapat menuangkan pilihan metode dalam bentuk prencanaan pembelajaran maka mereka akan menggunakan keterampilan mata kuliah lain untuk menyelesaikan tugas, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini sangat mendukung bagi upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan yang dituntut dari mata kuliah strategi pembelajaran. (3) keterampilan dan keberanian, pembelajaran dengan metode kasus membuat banyak tugas diawali dari kemampuan mahasiswa dalam melihat kasus yang ada di sekitar sekolahnya, kemudian mendeskripsikan dan mencari jalan keluarnya kesemuanya ditulis dan dipresentasekan atau didiskusikan dideapan kelas. Bahkan jalan keluar yang ditawarkan harus dapat didemonstrasikan di depan kelas. Dengan demikian keterampilan dan keberanian mahasiswa muncul dengan sendirinya akibat dari metode kasus yang dikembangkan. (4) hambatan dalam pengembangan metode kasus tentunya juga banyak dihadapi, salah satunya adalah masih ada sebagian mahasiswa merasa tabu atau pantang untuk mengungkap masalah yang ada di lingkungan sekolahnya sehingga sebagian mereka hanya mengangkat kasus fiktif atau cerita belaka. Sementara itu hambatan pada dosen yang menerapkan adalah mengorganisasi waktu yang terbatas kadang tidak dapat menampilkan semua kasus yang dimunculkan oleh mahasiswa, sehingga bagian tertentu dari kasus yang unik justru tertinggal.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama beberapa waktu, diperoleh kesimpulan tentang perkuliahan mata kuliah Strategi Pembelajaran pada mahasiswa Program S1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara. 1) model pembelajaran dengan metode kasus untuk mata kuliah Strataegi Pembelajaran dapat dikembangkan dan berhasil secara efektif. Apabila dilaksanakan dengan perencanaan, koordinasi dan pengembangan yang sistematis dan tepat sasaran. (2) Penelitian tindakan kelas dengan metode kasus untuk pengembangan materi mata kuliah Strategi Pembelajaran yakni; pemilihan metode untuk kelas besar untuk kelas kecil, untuk

jenis materi, dan ketersediaan sumber dan media tertentu dapat berjalan efektif dalam mencapai kompetensi mata kuliah, dimana mahasiswa memperoleh pengetahuan yang lebih baik, keberanian mengungkap masalah, terampil merancang media serta mempraktekkannya di depan kelas. (3) beberapa hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran mata kuliah Strategi Pembelajaran adalah beban tugas yang diberikan dosen kepada mahasiswa sebagian belum dapat diatasi dengan baik oleh mahasiswa, sementara sebagian dosen masih belum banyak mengenal dan terampil mengembangkan metode metode yang aktual dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran. Daftar Pustaka Corey ER, 1980, Case Method Teaching, Boston: Harvard Publishing. Degeng I.Nyoman Sudana, 1989, Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan-PPLPTK. Gragg CI, 1940, Becouse Wisdom Can`tbe Told, Boston: Harvard Publisher Heinich R, et all, 1996, Instructional Media and Technologies for Learning, 5th edition, New York: Mac Millan. IAIN Sumatera Utara, 2006, Pedoman Penyelenggaraan Program S1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara, Medan: FT.IAIN Sumatera Utara. Jogiyanto HM, 2006, Filosofi, Pendekatan, dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus untuk Dosen dan Mahasiswa, Yogyakarta: Andi. Jonnasen, D.H, et al, 1996, Hand book of Research for Educational Communication and Technology, Kasbolah ES, Kasihani, 1999, Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ), Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan-PPGSD McNiff Jean, 1992, Action Research: Principles and practice, Schramm Wilbur, 1981, Big Media, Little Media, Beverly Hills, Sage. Wiryawan Sri Anitah dan Noorhadi, 1990, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: KaruniaUT.

Hakikat pembelajaran yang efektif


Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan,

kesempatan dan mutu serta dapat memberikan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. I. PENDAHULUAN

perubahan

prilaku

dan

Mengajar (teaching) dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar[1]. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatankegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa, dan bukan pada pa yang dipelajari siswa. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dan atau di ruang praktek/laboratorium. Sehubungan dengan tugas ini, guru hendaknya selalu memikirkan tentang bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut, diantaranya dengan membuat perencanaan pembelajaran dengan seksama dan menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat.

Upaya ini tentu menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi pembelajaran, sikap dan karakter guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dengan cara meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif, berupaya menarik minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, membangkitkan motivasi belajar, pelayanan individu (pembelajaran privat) dan penggunaan media dalam pembelajaran. Makalah ini membahas bagaimana menerapkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari hakikat sebenarnya, sehingga dengan demikian akan terwujud suatu pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran yang optimal sesuai tujuan yang akan dicapai.

Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Grasindo, 2002) http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2129621, pembelajaran efektif, diunduh pada tanggal 16 Nopember 2011 Pukul 21:00 WIB Mulyasa, E., Menjadi kepala sekolah profesional: dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003) Nawawi, Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan (Jakarta: Haji Masagung, 1989) Nasrun, Media, Metode, dan Pengelolaan Kelas Terhadap Keberhasilan Praktek Lapangan Kependidikan, (Forum pendidikan :Universitas Negeri Padang, 2001) Purwanto, Ngalim, Psikologi pendidikan remaja (Bandung: Remaja Rosda Karya,1996) Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Jakarta: PT. Imtima, 2007) cet.11 Prayitno, Dasar teori dan praksis Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2009) Rianto, Milan, Pengelolaan Kelas Model Pakem (Jakarta: Dirjen PMPTK, 2007) Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis: sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004) Santrock, John W., educational Psychology, Terj.Tri wibowo B.S, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group, 2008) Semiawan, Cony, Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: Gramedia, 1990) Slameto, Belajar dan Faktor - Faktor Belajar yang Mempengaruhi (Jakarta: rineka cipta, 1995) W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Grasindo, TT) Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Edisi Baru). Jakarta : PT Rineka Cipta Sudjana, Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung : Falah Production ; 2004). Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta : Penerbit Quantum Teaching,2005)

Joyce,Bruce dan Marrsha Weil, Models of Teaching, (London ; Allyn Bacon,1996)

II. PEMBAHASAN A. Hakikat Pembelajaran Efektif Sebelum menelusuri apa sebenarnya hakikat pembelajaran efektif, akan diuraikan terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran serta apa juga yang dimaksud dengan efektif. Berkenaan dengan hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Pengertian belajar dan pembelajaran Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian sebagai suatu pola baru yang berupa kecakapan sikap kebiasaan, atau suatu pengertian.[2] Belajar pada hakikatnya merupakan suatu usaha, suatu proses perubahan yang terjadi pada individu sebagai hasil dari pengalaman atau hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya.[3] Belajar dalam pengertian yang lain yaitu suatu upaya untuk menguasai sesuatu yang baru. Konsep ini mengandung dua hal: pertama; usaha untuk menguasai, Hal ini bermakna menguasai sesuatu dalam belajar, kedua; sesuatu yang baru dalam arti hasil yang diperoleh dari aktivitas belajar.[4] Dalam defenisi lain dijelaskan bahwa Belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari[5]. belajar juga kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Soemanto[6] mengemukakan definisi belajar menurut para ahli bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience. Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas, dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology sebagai berikut: Learning is shown by change in behavior as a result of experience.[7] Maksudnya bahwa dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat indranya. Belajar dalam arti mengubah tingkah laku, akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Menurut Hamalik Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran[8].

Dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. BAB II HAKIKAT PEMBELAJARAN 2.1 Pengertian dan Ciri-ciri Pembelajaran Pembelajaran atau mengajar adalah upaya guru untuk mengubah tingkah laku siswa. Hal ini disebabkan karena pembelajaran adalah upaya guru untuk supaya siswa mau belajar. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku siswa. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa mengajar bukan upaya guru untuk menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai dengan tujuan. Apabila dilihat dari arti belajar pada Bab I, yang menyatakan bahwa perubahan yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan yang konstan, berbekas, dan menjadi milik siswa, maka dalam belajar siswa mengalami proses dan meningkatkan kemampuan mentalnya. Dengan demikian maka mengajar haruslah mengatur lingkungan agar terjadi proses belajar mengajar dengan baik. Dari pengertian tersebut mengajar mempunyai dua arti, yaitu: Menyampaikan pengetahuan kepada siswa, dan Membimbing siswa. Dua arti belajar di atas menunjukkan bahwa pelajaran lebih bersifat pupil-centered, dan guru berperan sebagai meneger of learning. Hal ini membedakan dengan mengajar dalam arti menanamkan pengetahuan, yang biasanya pelajaran bersifat teacher-centered. Mengajar yang berarti menanam pengetahuan, tujuannya adalah penguasaan pengetahuan anak. Anak dianggap pasif, dan gurulah yang memegang peranan utama. Kebanyakan ilmu pengetahuan diambil dari buku pelajaran yang tidak dihubungkan dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran serupa ini disebut intelektualitas, sebab menekankan pada segi pengetahuan. Hal di atas berbeda dengan pengertian belajar: suatu aktivitas mengatur dan mengorganisasi lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Perbedaan itu ditunjukkan pada mengajar di sini adalah usaha dari pihak guru untuk mengatur lingkungan, sehingga terbentuk suasana yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar. Artinya yang belajar adalah anak itu sendiri dan berkat kegiatannya sendiri, sedangkan guru hanya dapat membimbing anak. Dalam membimbing tersebut guru tidak hanya menggunakan buku pelajaran semata, tetapi dimanfaatkannya segala faktor dalam lingkungan, termasuk dirinya, alat peraga, lingkungan, dan sumber-sumber lain. Uraian di atas memberikan batasan-batasan yang benar tentang mengajar, yaitu: Mengajar adalah membimbing aktivitas anak. Artinya yang belajar adalah anak sendiri, sedangkan tugas guru adalah mengatur lingkungan dan membimbing aktivitas anak. Jadi yang aktif adalah siswa, dan bukan sebaliknya. Mengajar berarti membimbing pengalaman anak. Pengalaman adalah proses dan hasil interaksi anak dengan lingkungan. Jadi interaksi dengan lingkungan itulah yang dinamakan belajar. Dari pengalaman, anak memperoleh pengertian-pengertian, sikap,

penghargaan, kebiasaan, kecakapan, dan lain sebagainya. Lingkungan jauh lebih luas dibandingkan dengan buku dan kata-kata guru. Seluruh lingkungan anak adalah sumber belajar, untuk itu pelajaran hendaknya dihubungkan dengan kehidupan anak dalam lingkungannya. Mengajar berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Artinya mengajar adalah mengantarkan anak agar bakatnya berkembang. Sedangkan membantu anak untuk supaya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat diupayakann dengan memberikan pelajaran yang berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini agar lebih sanggup mengatasi masalah-masalah dalam kehidupannya. Dengan upaya tersebut diharapkan anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk lingkungan sosialnya. Ia harus belajar berpikir, merasa, dan berbuat sesuai dengan norma-norma lingkungan. Sedangkan tafsiran yang kurang tepat tentang mengajar antara lain: Mengajar adalah menyuruh anak untuk menghafal. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan. Seluruh rangkaian penjelasan tentang mengajar di atas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan mengajar di sini adalah juga termasuk di dalamnya mendidik. Jadi bukan saja mentransfer pengetahuan, tetapi juga membimbing ke arah norma yang benar. Atau dapat dikatakan bahwa mengajar atau pembelajaran adalah aktivitas mengatur lingkungan, sehingga terjadi proses belajar. Untuk itu dalam pembelajaran perlu adanya komponen-komponen pendukung dengan tujuan supaya proses pembelajaran berjalan dengan baik. Komponen pembelajaran secara garis besar terdiri dari: Tujuan. Bahan. Metode dan media pembelajaran. Penilaian. Hubungan komponen-komponen pembelajaran tersebut dapat digambarkan pada Gambar 2.1 berikut ini: Tujuan Bahan Metode dan Media Penilaian Gambar 2.1 Hubungan antar komponen Pembelajaran Dalam pelaksanaan pembelajaran, disamping memperhatikan ke 5 komponen dasar di atas ternyata masih harus dipertimbangkan pula lingkungan untuk membentuk situasi yang menyenangkan di dalam pembelajaran. Dan perlu pula memperhatikan dari pelaku belajar (siswa) dan pelaku pembelajaran (guru). Dari sini dapat ditunjukkan ciri-ciri pembelajaran, yaitu: Adanya tujuan. Adanya bahan yang sesuai dengan tujuan. Adanya metode dan media pembelajaran. Adanya penilaian. Adanya situasi yang subur. Adanya guru yang melaksanakan pembelajaran. Adanya siswa yang melaksanakan belajar.

2.2 Jenis-jenis Pembelajaran 2.2.1 Jenis belajar berdasarkan cara mengorganisasi siswa. Jenis pembelajaran dapat ditentukan dari cara mengorganisasi siswa ataupun dari pendekatan pembelajarannya. Berdasarkan cara mengorganisasi siswa, ada 3 cara yang dapat dilakukan guru dalam mengelola siswa, supaya pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Tiga cara tersebut adalah: 1. Pembelajaran secara individual. 2. Pembelajaran secara kelompok. 3. Pembelajaran secara klasikal 2.2.1.1 Pembelajaran secara individual Pembelajaran secara individual adalah kegiatan pembelajaran yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Pemberian bantuan dan bimbingan secara individual dapat dilakukan pada pembelajaran individual ataupun pembelajaran klasikal. Pembelajaran individual dalam pembelajaran individual dengan cara guru memberi bantuan pada masing-masing pribadi, sedangkan bantuan individual dalam pembelajaran klasikan dengan cara guru memberi bantuan individu secara umum. Contohnya misalnya siswa diminta untuk membaca dalam hati pada pokok bahasan tertentu. Tujuan pembelajaran individual adalah: Memberi kesempatan dan keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri. Pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal. Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual adalah: Keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri. Kebebasan menggunakan waktu belajar. Keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar. Siswa dapat memiliki kesempatan untuk menyusun program belajar sendiri. Kedudukan guru dalam pembelajaran individual adalah membantu dalam: Perencanaan kegiatan belajar, dengan cara antara lain membantu menetapkan tujuan belajar, membuat program sesuai dengan kemampuan siswa, merencanakan pelaksanaan belajar, dan membantu siswa untuk melihat kemajuan. Dalam kegiatan ini guru berperanan sebagai penasihat atau pembimbing. Pengorganisasian kegiatan belajar. Dalam pengorganisasian ini guru berperan sebagai pengatur dan memonitor semua kegiatan dengan cara: (1) memberi orientasi umum sehubungan dengan belajar topik tertentu, (2) membuat variasi belajar supaya tidak menimbulkan kebosanan, (3) mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi, dan sumber, (4) membagi perhatian pada sejumlah siswa, menurut tugas dan kebutuhan siswa, (5) memberi balikan terhadap setiap siswa, dan (6) mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu unjuk hasil belajar. Penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar. Dilakukan dengan cara antara lain: (1) membuat hubungan akrab dan peka terhadap kebutuhan siswa, (2) mendengarkan secara simpatik terhadap segala ungkapan jiwa siswa, (3) tanggap dan memberi reaksi positip terhadap siswa, (4) membina suasana aman sehingga siswa bebas mengemukakan pendapat.

Fasilitator yang mempermudah belajar, dengan tujuan untuk mempermudah proses belajar. Cara yang dapat dilakukan antara lain: (1) membimbing siswa belajar, (2) menyedia media dan sumber belajar, (3) memberi penguatan belajar, (4) menjadi teman dalam mengevaluasi keberhasilan, (5) memberi kesempatan siswa untuk memperbaiki diri. Kelemahan pembelajaran individual adalah: Bila jumlah siswa banyak maka pembelajaran ini kurang efisien, karena akan melelahkan guru. Tidak semua bidang studi atau pokok bahasan sesuai diorganisasi dengan pembelajaran ini. Pembelajaran ini dapat efektif bila: Disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Tujuan pembelajaran dibuat dan dimengerti siswa. Prosedur dan cara kerja dimengerti siswa. Kriteria keberhasilan dimengerti siswa. Keberhasilan guru dalam evaluasi dimengerti oleh siswa. 2.2.1.2 Pembelajaran secara kelompok Pembelajaran kelompok adalah pembelajaran dengan cara kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, antara 3-8 orang. Penekanan pembelajaran ini pada peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok. Tujuan pembelajaran kelompok adalah: Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional. Mengembangkan sikap sosial dan bergotong royong. Tiap anggota mempunyai tanggung jawab terhadap kelompok. Mengembangkan kemampuan memimpin. Kedudukan siswa dalam kelompok adalah: Tiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok. Tiap siswa merasa diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok. Memiliki rasa saling membutuhkan dan saling tergantung. Ada interaksi dan komunikasi antar anggota. Ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok. Pada peran guru dalam pembelajaran kelompok adalah: Pembentukan kelompok. Pertimbangan dalam pembentukan kelompok adalah: tujuan yang akan diperoleh siswa dalam kelompok, latar belakang pengalaman siswa, minat atau pusat perhatian siswa. Perencanaan tugas kelompok. Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan adalah untuk menentukan bentuk tugas. Tugas yang diberikan dalam kelompok ada dua macam, yaitu: (1) dengan paralel, (2) dengan komplementer. Tugas kelompok paralel berarti semua kelompok mempunyai tugas yang sama. Sedangkan tugas komplementer bearti masingmasing kelompok mempunyai tugas yang berbeda. Tujuannya untuk saling melengkapi dalam pemecahan masalah. Pelaksanaan. Tugas guru dalam tugas kelompok antara lain: (1) memberi informasi umum tentang pelaksanaan diskusi, (2) saat siswa berdiskusi tugas guru sebagai fasilitator, (3) pada akhir diskusi guru berperanan sebagai evaluator terhadap hasil

diskusi. Evaluasi hasil belajar kelompok. 2.2.1.3 Pembelajaran secara klasikal Pembelajaran klasikal yaitu pembelajaran yang dilaksnakan secara klasikal atau diikuti siswa dalam jumlah berkisar antara 1- 45 orang. Karena guru harus menghadapi siswa dengan jumlah banyak, maka dalam pembelajaran klasikal diperlukan pelaksanaan dua kegiatan sekaligus, yaitu pengelolaan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Pengelolaan pembelajaran adalah kegiatan untuk melaksanakan desain instruksional, sedangkan pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Sedangkan pengelolaan kelas biasanya dilakukan karena adanya masalah disaat pembelajaran, di mana sumber masalah tersebut antara lain dari kondisi tempat belajar ataupun dari siswa yang terlibat dalam pembelajaran. Contoh sumber masalah dari kondisi tempat belajar misalnya ruang kotor, kursi rusak, papan tulis kotor, dan lain sebaginya. Sedangkan sumber dari siswa dapat secara individu ataupun kelompok. Kelebihan pembelajaran ini adalah efisien dan murah. Sedangkan kelemahannya adalah kurang dapat memperhatikan kebutuhan individual. Kelemahan ini dapat diatasi dengan memberikan pembelajaraan individual dalam pembelajaran klasikal. Tindakan pembelajaran kelas antara lain: Penyususunan desain instruksional. Melaksanakan tindakan-tindakan antara lain: Penciptaa tertib belajar di kelas. Penciptaan suasana senang dalam belajar. Pemusatan perhatian pada bahan ajar. Mengikut sertakan siswa aktif belajar. Pengorganisasian belajar sesuai kondisi siswa. 2.2.2 Jenis Pembelajaran berdasarkan Pendekatan 2.2.2.1 Pendekatan Konsep Pendekatan konsep merupakan pendekatan yang mementingkan hasil daripada proses perolehan hasil. Untuk itu pendekatan ini terkesan hanya merupakan pemberian informasi, sehingga hasilnya kurang bermakna dan bertahan lama. Bagaimanapun pendekatan ini masih pula dibutuhkan dalam pembelajaran, karena tidak mungkin semua pokok bahasan dapat digunakan pendekatan keterampilan proses. Hal ini disebabkan karena jenis bahan atau mungkin waktu yang tidak memungkinkan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses semua. Hanya saja perlu digali bagaimana penerapan pendekatan konsep ini dapat digunakan semaksimal mungkin di dalam pembelajaran. 2.2.2.2 Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan yang mengembangkan keterampilan memproseskan pemerolehan, sehingga siswa mampu menemukan dan mengembangkan secara bebas dan kreatif fakta dan konsep serta mengaitkannya dengan sikap dan nilai yang diperlukan. Hal ini dapat dilakukan karena pendekatan keterampilan proses dilakukan sebagaimana layaknya ilmuwan menemukan pengetahuan (menggunakan langkah-langkah metode ilmiah), sehingga kevalidannya dapat diandalkan. Keterampilan proses ini tidak saja mementingkan hasil, tetapi juga memperhatikan proses

mendapatkan hasil. Dengan melaksanakan pendekatan ketarmpila proses berarti siswa terlibat seccara aktif dalam kegiatan pengamatan, dan menemukan sendiri konsep dan prinsip, sehingga materi belajar mudah dikuasai oleh siswa. Dengan mengetahui proses diharapkan dapat merangsang daya cipta untuk menemukan sesuatu, dan pada akhirnya dapat membentuk manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang kreatif, mampu memecahkan persoalan-persoalan aktual dalam kehidupan, dan mampu mengambil keputusan yang menjangkau masa depan. Perkembangan selanjutnya pendekatan keterampilan proses yang perlu di terapkan terutama dalam pembelajaran IPA adalah pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Berikut akan dibicarakan pendekatan STM. 2.2.2.3 Pendekatan Expository Pada pendekatan expository guru cenderung memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti-bukti yang mendukung. Sedangkan siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah diolah oleh guru, sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu. 2.2.2.4 Pendekatan Discovery Discovery atau penemuan adalah proses mental yang dicirikan dengan siswa dapat mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental itu misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan, dan sebaginya. Inqury atau penyelidikan mengandung proses mental yang lebih tinggi, misalnya merumuskan problem, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan lain sebagainya. Dari sini dapat dilihat bahwa inquiry ini selaras dengan teori belajar yang ditemukan oleh Brunner. Menurut Brunner discovery learning adalah merupakan belajar dengan menemukan sendiri menggunakan prinsip belajar induktif, yaitu dari khusus ke yang umum. Sumber munculnya discovery learning ini adalah teori belajar Piaget, yaitu anak harus berperan secara aktif di dalam kelas. 2.2.2.5 Pendekatan Humanistik Suatu pendekatan yang berpusat pada siswa (Student centered). Pendekatan ini mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Hal ini dapat terlaksana apabila kesejahteraan mental dan emosional siswa dipandang sebagai sentral pendidikan. Prioritasnya adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa. 2.2.2.6. Pendekatan Rekonstruksionalisme Suatu pendekatan yang menfokuskan pada masalah-masalah pendting yang dihadapi masyarakat. Untuk itu pendekatan ini juga disebut pendekatan rekonstruksi sosisal. Pendekatan ini dibagi menjadi dua, yaitu: Rekonstruksionalisme Konservatif Pendekatan ini ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat. Rekonstruksionalisme Radikal Pendekatan ini mempunyai tujuan untuk menrombak tata sosial yang ada dan membangun struktur sosial baru.

2.3 Tujuan dan Unsur-unsur Dinamis Pembelajaran 2.3.1 Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran yang biasanya disebut tujuan instruksional merupakan tujuan yang akan dicapai setelah pembelajaran selesai dilakukan. Tujuan instruksional ini dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional umum (TIU) telah tersedia di dalam kurikulum, sedangkan tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan hasil perencanaan dan perumusan guru, dimana merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum. TIU menggunakan kata kerja yang bersifat umum, dan memuat lebih dari satu pengertian, misalnya mengenal, mengerti, memahami, sehingga sulit diukur keberhasilannya atau dievaluasi. Sedangkan TIK menggunakan kata kerja yang bersifat operasional, dapat dikerjakan, yang memuat hanya satu pengertian, sehingga mudah diukur keberhasilannya atau dievaluasi. Tujuan instruksional ini sebenarnya merupakan tujuan yang dijabarkan dari tujuan kurikuler. Secara lengkap hierarki tujuan pembelajaran itu adalah sebagai berikut: Tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan pembelajaran pada jangka panjang sebenarnya akan mencapai pada tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional didasarkan pada falsafah negara atau way of life nya bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Citra tujuan pendidikan nasional adalah terbentuknya manusia pancasila yang utuh dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air melalui pembangunan nasional. Jadi tujuan pendidikan seluruh lembaga pendidikan di Indonesia baik formal maupun non formal mengarah pada tujuan pendidikan nasional tersebut. Dan tujuan pendidikan nasional tersebut akan terwujud dengan dijabarkannya ke dalam tujuan institusional. Atau dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional merupakan pedoman umum bagi pelaksanaan pendidikan dalam jenis dan jenjang pendidikan. Karena merupakan pedoman umum tentu saja dalam pencapaiannya perlu dioperasionalkan lagi supaya terealisasi. Penjabaran tersebut menjadi tujuan institusional. Tujuan pendidikan nasional ini tercantum dalam Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II, Pasal 4, yang berbunyi: Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan Institusional. Tujuan institusional merupakan tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat lembaga pendidikan. Keluaran dari lembaga akan tercermin dari tujuan institusional lembaga pendidikan tersebut. Dengan demikian akan dapat segera dibedakan antara Sekolah Tingkat Dasar, Sekolah Tingkat Menengah, dan Perguruan Tinggi. Tingkat Pendidikan Mengah juga masih dapat dibedakan dari pendidikan kejuruan (SMK/Sekolah Menengah Kejuruan) dan pendidikan umum (SMU/Sekolah Menengah Umum). Begitu juga masih dapat dibedakan lagi antara sekolah umum (di bawah Departemen Pendidikan), dan sekolah agama (di bawah naungan Departemen Agama). Misalnya Madrasah Ibtidaiyah (MI) akan berbeda dengan Sekolah Dasar (SD). Madrasah Tsanawiyah (MTs) akan berbeda dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Madrasah Aliyah (MA) akan berbeda dengan Sekolah Menengah Umum (SMU). Tujuan

institusional atau tujuan sekolah ini dapat tercapai dengan dijabarkannya tujuan ini ke tujuan kurikuler. Tujuan Kurikuler Tujuan kurikuler adalah tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh atau melalui tiap bidang studi. Atau dapat disebut juga tujuan bidang studi, misalnya tujuan sejarah, biologi, kimia, dan lain sebaginya. Tujuan kurikuler ini akan dicapai melalui tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran. Tujuan Instruksional. Tujuan instruksional adalah tujuan yang pencapaiannya dibebankan pada tiap pokok bahasan. Selanjutnya akan dibahas lebih rinci di bagian lain pada bab ini juga. Rangkaian tujuan pembelajarn di atas mengandung harapan apabila rangkaian tujuan instruksional berhasil, maka akan berhasil pula tujuan institusionalnya, yang pada akhirnya akat tercapai tujuan pendidikan nasional. Secara teoritis memang penjabaran secara struktural tujuan di atas dapat dipertanggungjawabkan, namun pelaksanaannya sangat sulit. Belum tentu pencapaian tujuan instruksional akan diikuti tercapainya tujuan kurikuler, dan seterusnya. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila di dalam pembelajaran berhasil mencapai dua hasil yang diharapkan dari pembelajaran, yaitu damak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur (tujuan instruksional khusus), dan dampak pengiring, yaitu terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain. Untuk memberi gambaran tentang dampak pengajaran dan dampak pengiring dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 dapat dijelaskan sebagai berikut: Guru melakukan tugas pembelajaran, dilakukan dengan pengorganisasian siswa, pengolahan pesan, dan evaluasi. Siswa memiliki motivasi belajar dan beremansipasi sepajang hayat. Siswa memiliki kemampuan pra belajar. Berkat tindak pembelajaran ataupun motivasi instrinsik, siswa melakukan kegiatan belajar. Guru melakukan evaluasi untuk melihat hasil yang dicapai dalam pembelajaran. Hasil belajar sebagai dampak pengajaran, dan Dampak pengiring. Hasil belajar dapat tercermin melalui dampak pengajaran dan dampak pengiring, apabila dalam pembelajaran memperhatikan ketiga ranah tujuan pembelajaran, yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotorik. Ke tiga ranah tersebut harus tercermin dalam tujuan instruksional khusus (TIK) atau tujuan pembelajaran khusus (TPK). 2.3.2 Unsur-unsur Dinamis Pembelajaran Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran dinamakan unsur-unsur dinamis pembelajaran. Sama halnya dengan unsur dinamis belajar, maka nnsur dinamis pembelajaran juga dapat mendukung (berpengaruh positif) atau sebaliknya menjadi penghambat (berpengaruh negatif). Faktor internal yang berpengaruh dalam proses pembelajaran dapat dibedakan menjadi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis misalnya pendengaran, penglihatan, dan kondisi fisik. Sedangkan faktor psikologis, misalnya kecedasan, motivasi, perhatian, berpikir, dan ingatan. Bedanya dengan faktor dinamis belajar di atas adalah internal yang dimaksud di dalam pembelajaran adalah dari segi guru (pelaku pembelajaran).

Faktor eksternal belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan pembelajar dan sistem instruksional. Lingkungan belajar dapat dibedakan menjadi lingkungan dalam sekolah dan dan lingkungan luar sekolah. Sedangkan sistem instruksional antara lain kurikulum, bahan ajar, metode, media, dan evaluasi. Penjelasannya sama dengan faktor dinamis belajar di atas. Teori teori atau pendekatan reduksionisme sangat banyak dikemukakan didalam khazanah ilmu pendidikan. Dalam hal ini akan dibicarakan berbagai pendekatan reduksionisme sebagai berikut : v Pendekatan Pedagogis atau Pedagogisme v Pendekatan Fisolofis atau Filosofisme. v Pnedekatan Religius atau Religionisme. v Pendekatan Psikologis atau Psikologisme. v Pendekatan Negativis atau negativisme. v Pendekatan Sosiologis atau Sosilogisme. 1. Pendekatan Pedagogisme Titik tolak dari teori ini ialah anak yang dibesarkan menjadi dewasa, pandangan ini apakah berupa pandangan nativisme Schopenhaur serta penganut penganutnya yang beranggapan bahwa anak telah mempunyai kemampuan kemampuan yang dilahirkan dan tinggal dikembangkan saja atau apakah pandangan tersebut dari teori tabularasa atau empirisme John Locke yang mengatakan bahwa anak dilahirkan seperti kertas putih yang akan diisi oleh pendidikan. Pandangan pedagogisme ini memang mempunyai segi segi yang positif yang sangat menghormati perkembangan anak, namun juga mempunyai berbagai kelemahan karena anak seakan akan disolasikan dari kehidupan bersama didalam masyarakat. Pedagogisme melahirkan child centered education yang cenderung bahwa anak hidup didalam suatu masyarakat tertentu dan mempunyai cita cita hidup bersama yang tertentu pula. Memang child centered education tersebut antara lain merupakan reaksi terhadap pendidikan yang tidak melihat hakikat anak sebagai makhluk manusia yang hidup didalam dunianya sendiri sehingga perlu memperoleh perlakuan perlakuan khusus didalam proses mendewasakannya. 2. Pendekatan Fisiolofis Pendekatan fisolofis atau fisiolofisme mengenai pendidikan antara lain bertitik tolak dari pertentangan mengenai hakikat manusia dan hakikat anak. Anak manusia mempunyai hakikatnya sendiri dan berbeda dengan hakikat orang dewasa, anak bukanlah orang dewasa didalam bentuknya yang kecil. Anak mempuyai nilai nilainya sendiri yang akan berkembang menuju kepada nilai nilai seperti orang dewasa, oleh sebab itu proses pendewasaan anak bertitik tolak dari anak sebagai anak manusia yang mempunyai tingkat tingkat perkembangannya sendiri. Pandangan ini sudah mulai ditinggalkan oleh karena ternyata manusia tidak pernah akan berhenti untuk memperoleh pendidikan, selain itu manusia itu akan terus menerus berkembang selama dia hidup. Dengan demikian pandangan bahwa pendidikan berakhir ketika manusia itu dewasa tidak relevan lagi di dalam dunia informasi dewasa ini dan pendidikan berlaku untuk seumur hidup. 3. Pendekatan Religius Pendekatan religius atau religionisme dianut oleh pemikir pemikir yang melihet hakikat manusia sebagai makhluk yang religius, dengan demikian hakikat pendidikan ialah

membawa peserta didik menjadi manusia yang religius karena sebagai makhluk ciptaan Tuhan peserta didik itu harus dipersiapkan untuk hidup sesuai dengan harkatnya. Pendekatan religius mengenai hakikat pendidikan menekankan kepada pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik bagi kehidupannya diakhirat, oleh sebab itu pendidikan agama manjadi yang sentral dalam proses pendidikan. Proses pendidikan yang mempunyai citra religius ini dikenal dalam semua kebudayaan baik di Barat maupun di Timur. Namun demikian kemajuan ilmu pengetahuan yang sekuler tidak menjawab terhadap kehidupan yang bermoral, jangan jangan pendidikan yang sekuler telah ikut memicu berbagai pihak berbagai peperangan serta kemunduran moral manusia dewasa ini. Di pihak lain kehidupan modern bukan hanya menuntut manusia manusia yang religius dan bermoral tetapi juga kehidupan yang menuntut penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk memerangi kemiskinan dan kemunduran hidup. Pendidikan hendaknya berfungsi bukan hanya untuk kehidupan akhirat tetapi juga untuk meningkatkan mutu kehidupan duniawi yang aman dan adil. 4. Pendekatan Psikologis Pendekatan psikologis atau psikologisme dalam pendidikan sangat kuat terutama pada tahap permulaan lahirnya ilmu pendidikan pada permulaan abad 20. Pandangan pandangan pedagogisme seperti yang telah diuraikan telah lebih memacu masuknya psikologi kedalam bidang ilmu pendidikan. Psikologisme cenderung mereduksi ilmu pendidikan menjadi ilmu proses belajar dan mengajar, dengan sendiriny pendekatan tersebut lebih memperkuat lagi pandangan pedagogisme seperti yang telah dijelaskan. Hal tersebut telah mempersempit pandangan para pendidik seakan akan ilmu pendidikan terbatas pada ilmu mengajar saja, dan oleh sebab mengajar merupakan suatu tugas yang setua dengan manusia itu sendiri maka profesi pendidik mendapat penghargaan kurang dari profesi profesi lainnya. Dengan demikian pandangan pandangan pedagogisme serta psikologisme akan memperpuruk profesi pendidikan sebagai profesi yang tidak professional dan kurang bobot ilmiahnya. 5. Pendekatan Negativis Pendekatan negativis atau negativisme didalam urainan ini diambil dari pendapat filosof Bertrand Russel didalm bukunya yang terkenal Education and Social Order. Menurut beliau ada tiga teori yang sifatmya negatif yaitu : Teori yang menyatakan bahwa tugas pendidikan ialah menjaga pertumbuhan anak, didalam pertumbuhan itu perlu disingkirkan hal hal yang dapat merusak atau yang sifatnya negatif terhadap pertumbuhan itu. Ialah yang melihat pendidikan sebagai usaha mangembangkan kepribadian pesert didik atau dengan kata lain membudayakan individu. Pandangan ini di anggap sebagai pandangan yang negatif oleh karena didalam mengembangkan kepribadian anak implisif melindungi dari hal hal yang negatif yang menghalangi perkembangan kepribadiannya. Proses pendidikan adalah melatih peserta didik menjadi warga negara yang berguna. Pandangan ini berarti menghindarkan peserta didik dari hal hal yang mengakibatkan dia itu menjadi warga negara yang tidak berguna bagi masyarakatnya, pandangan ini tidak realistis oleh sebab seseorang didalam masyarakat akan menghadapi kenyataan hidup bermasyarakat yang penuh dengan hal hal yang positif maupun yang negatif. Pandangan pandangan negatif tersebut memang membawa proses pendidikan kepada suatu proses yang defensif atau protektif, dengan demikian tidak akan membawa peserta

didik kepada pengambilan keputusan untuk berdiri sendiri dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu proses pendidikan bukanlah suatu proses yang protektif tetapi yang memberikan kesempatan yang seluas luasnya untuk belajar berdiri sendiri dan mengambil keputusan sendiri secara moral. 6. Pendekatan Sosiologis Pandangan sosiologisme mengenai hakikat pendidikan terdapat versi yang bermacam macam, pada prinsipnya pandangan ini meletakkan hakikat pendiddikan kepada keperluan hidup bersama dalam masyarakat. Pandangan sosiologisme cenderung berlawanan arah dengan pedagogisme, titik tolak dari pandangan ini prioritas kepada kebutuhan masyarakat dan bukan kepada kebutuhan individu. b.2.Pendekatan Holistik Integratif Pendekatan pendekatan reduksionisme melihat proses pendidikan, peserta didik dan keseluruhan perbuatan pendidikan termasuk lembaga lembaga pendidikan telah menampilkan pandangan pandangan ontologis maupun metafisis tertentu mangenai hakikat pendidikan. Pandangan pandangan tersebut tidak menampilkan hakikat pendidikan secara utuh tetapi sepihak berdasarkan sudut pandangan yang digunakan. Berdasarkan pengetahuan kita mengenai pendekatan reduksionisme terhadap hakikat khakikat pendidikan maka dapatlah dirumuskan suatu pengertian operasional mengenai hakikat pendidikan sebagai berikut : Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global. Rumusan operasional mengenai hakikat pendidikan tersebut diatas mempunyai komponen komponen sebagai berikut : Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan 1. Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan. Proses tersebut berimplikasikan bahwa di dalam peserta-didik terdapat kemampuan-kemampuan yang immanen sebagai makhluk yang hidup di dalam suatu masyarakat. Kemampuankemampuan tersebut berupa dorongan-dorongan, keinginan, elan vital, yang ada pada manusia. Kemampuan-kemampuan tersebut harus dikembangkan dan diarahkan sesuai dengan nilai-nilai yang hidup atau dihidupkan dalam masyarakat.) Proses pendidikan yang berkesinambungan berarti bahwa manusia tidak pernah akan selesai. Pendidikan tidak berhenti ketika peserta-didik menjadi dewasa tetapi akan terus-menerus berkembang selama terdapat interaksi antara manusia dengan lingkungan sesama manusia serta dengan lingkungan alamnya 2. Proses pendidikan berarti menumbuhkembangkan eksistensi manusia. Hal ini berarti eksistensi atau keberadaan manusia adalah suatu keberadaan interaktif. Tidak dapat kita bayangkan apabila interaksi manusia dilumpuhkan. Interaksi tersebut bukan hanya interaksi dengan sesama manusia tetapi juga dengan alam dan dunia ide termasuk dengan Tuhannya.Tanggung jawab manusia yang ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan bukan hanya mempunyai dimensi lokal tetapi juga berdimensi nasional dan global. 3. Eksistensi manusia yang memasyarakat. Proses pendidikan adalah proses mewujudkan eksistensi manusia yang memasyarakat, Proses itu sendiri tidak terjadi di dalam vacuum atau ruang hampa tetapi sekurang-kurangnya terdapat unsur-unsur ibu, orang tua 1 pendidik formal dan pendidik nonformal. Dengan kata lain manusia hanya eksis dalam masyarakatnya. Lembaga-lembaga pendidikan adalah prana sosial

masyarakat yang ditugaskan untuk melaksankaan proses pendidikan secara sistematis. Dengan kata lain, tujuan atau visi pendidikan adalah kongruen dengan visi masyarakat di mana pendidikan itu berada. Karena proses pendidikan mengandalkan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat maka dengan sendirinya proses pendidikan adalah penghayatan dan perwujudan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang hidup maupun karena inovasi nilai-nilai baru, 4. Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya. Inti dari kehidupan bermasyarakat adalah nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut (perlu dihayati, dilestarikan, dikembangkan dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakatnya. Keseluruhan proses tersebut, adalah kebudayaan Di mana ada kebudayaan di situ ada pendidikan. Di mana ada pendidikan di situ ada kebudayaan. 5. proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi waktu dan ruang. Dengan dimensi waktu, p roses tersebut mempunyai aspek historistas, kekinian dan visi masa depan. Aspek historitas, berarti bawah suatu masyarakat telah berkembang di dalam proses waktu, yang menyejarah, berarti bahwa kekuatan-kekuatan historis telah menumpukj dan berasimilasi di dalam suatu proses kebudayaan. Demikianlah pendekatan hakikat pendidikan yang holistik inregratif yang merupakan suatu pandangan pengembangan manusia seutuhnya. Dengan demikian pendekatan-pendekatan reduksionis yang hanya melihat manusia itu dari suatu segi tertentu tidak menggambarkan keseluruhan hakikat manusia dan hakikat pendidikan. Pengembangan manusia seutuhnya melihat manusia itu atau peserta-didik sebagai makhluk yang dikaruniai oleh Penciptanya berbagai potensi. Potensi-potensi yang beragam tersebut hanya dapat dikembangkan di dalam dan oleh masyarakat di mana seseorang menjadi anggotanya dan sekaligus mewujudkan suatu tata kehidupan tertentu dengan nilai-nilai tertentu yang pada dasarnya diarahkan kepada perwujudan nilai-nilai kemanusiaan sebagai ciptaan ilahi. Itulah manusia yang berbudaya. Dengan demikian pendidikan tidak dapat dan tidak boleh dipisahkan dari kebudayaan. Proses pendidikan adalah proses pembudayaan, dan proses pembudayaan adalah proses pendidikan. Menggugurkan pendidikan dari proses pembudayaan merupakan alienasi dari hakikat manusia dan dengan demikian alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses pendidikan dari kebudayaan berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan nilai-nilai moral di dalam kehidupan manusia 6. Manusia berpendidikan dan manusia berbudaya Manusia yang berpendidikan adalah sama artinya dengar. manusia yang berbudaya. Rumusan ini benar karena lahir dari pengertian bahwa pendidikan adalah aspek dari kebudayaan. Dengan demikian scoring yang lelah berkembang sesuai dengan kebudayaannya adalah juga seseorang yang telah memperoleh pendidikan yang bertujuan yang sama dengan perkembangan priadi di dalam kebudayaan di mana pendidikan itu berlangsung. 7. Mencari Konsep Manusia Indonesia Sebagaimana sulitnya kita menggambarkan mengenai bentuk rupa kebudayaan nasional Indonesia maka begitu pula sulitnya kita merumuskan konsep manusia Indonesia yanr jelas dan dapat disepakati oieh semua orang. Kesulitan tersebut disebabkan karena bukan saja masyarakat dan bangsa Indonesia yang bhinneka tetapi juga karena manusia itu sendiri bersifat multi dimensional. Hanyala manusialah makhluk yagn menyerajarah. Oleh sebab itu manusia akan terus menerus berkembang selama keberadaannya di dunia

ini. 8. Pengembangan Manusia Indonesia Seutuhnya Apabila kita melihat rumusan pakar-pakar tersebut di atas yang tentunya masing-masing dilihat dari dimensi tertentu, dan belum dilihat manusia saeabagai multi dimensional, maka ada kebutuhan untuk melihat manusia itu sebagai keseluruhan. Maka lahirlah suatu tantangan yang ingin merumuskan pendidikan itu sebagai aktivitas untuk pembangunan manusia seutuhnya. Konsep pengembangan manusia seutuhnya muncul untuk mengimbangi konsep pendidikan yang mengarah kepada spesialisasi yagn sempit. Seorang spesialis yang sempit tidak melihat keahliannya itu di dalam keselurhan pola kehidupan yang menyeluruh. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pembelajaran atau mengajar adalah upaya guru untuk mengubah tingkah laku siswa. Hal ini disebabkan karena pembelajaran adalah upaya guru untuk supaya siswa mau belajar. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku siswa. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa mengajar bukan upaya guru untuk menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai dengan tujuan. Komponen pembelajaran secara garis besar terdiri dari: 1 Tujuan. 2 Bahan. 3 Metode dan media pembelajaran. 4 Penilaian. Dalam pelaksanaan pembelajaran, disamping memperhatikan ke 5 komponen dasar di atas ternyata masih harus dipertimbangkan pula lingkungan untuk membentuk situasi yang menyenangkan di dalam pembelajaran. Dan perlu pula memperhatikan dari pelaku belajar (siswa) dan pelaku pembelajaran (guru). Dari sini dapat ditunjukkan ciri-ciri pembelajaran, yaitu: 1 Adanya tujuan. 2 Adanya bahan yang sesuai dengan tujuan. 3 Adanya metode dan media pembelajaran. 4 Adanya penilaian. 5 Adanya situasi yang subur. 6 Adanya guru yang melaksanakan pembelajaran. 7 Adanya siswa yang melaksanakan belajar. 3.1.1 Jenis-jenis Pembelajaran 3.1.1.1 Jenis belajar berdasarkan cara mengorganisasi siswa. 1 Pembelajaran secara individual. 2 Pembelajaran secara kelompok. 3 Pembelajaran secara klasikal 3.1.1.2 Jenis Pembelajaran berdasarkan Pendekatan 1. Pendekatan Konsep 2. Pendekatan Keterampilan Proses 3. Pendekatan Expository 4. Pendekatan Discovery 5. Pendekatan Rekonstruksionalisme

6. Pendekatan Humanistik 3.1.2 Tujuan dan Unsur-unsur Dinamis Pembelajaran 3.1.2.1 Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan Pendidikan Nasional. 2. Tujuan Institusional. 3. Tujuan Kurikuler 4. Tujuan Instruksional. 3.1.2.2 Unsur dinamis pembelajaran Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran dinamakan unsur-unsur dinamis pembelajaran. Sama halnya dengan unsur dinamis belajar, maka nnsur dinamis pembelajaran juga dapat mendukung (berpengaruh positif) atau sebaliknya menjadi penghambat (berpengaruh negatif). Faktor internal yang berpengaruh dalam proses pembelajaran dapat dibedakan menjadi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis misalnya pendengaran, penglihatan, dan kondisi fisik. Sedangkan faktor psikologis, misalnya kecedasan, motivasi, perhatian, berpikir, dan ingatan. Bedanya dengan faktor dinamis belajar di atas adalah internal yang dimaksud di dalam pembelajaran adalah dari segi guru (pelaku pembelajaran). Faktor eksternal belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan pembelajar dan sistem instruksional. Lingkungan belajar dapat dibedakan menjadi lingkungan dalam sekolah dan dan lingkungan luar sekolah. Sedangkan sistem instruksional antara lain kurikulum, bahan ajar, metode, media, dan evaluasi. Penjelasannya sama dengan faktor dinamis belajar di atas.

METODE/PENDEKATAN/MODEL PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan)


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya. Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini. Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Unit ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM tersebut, serta prosedur atau langkah-langkah Fasilitatoran yang bisa dilakukan. Dengan membaca dan mengikuti proses-proses Fasilitatoran yang telah dirancang dalam Unit ini, para peserta Fasilitatoran diharapkan dapat mengenal apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM tersebut, dan pada

akhirnya diharapkan dapat menerapkan di kelasnya masing-masing. Undang-undang RI No. 20 PASAL 40, AYAT (2) tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi : Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban : 1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis 2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan 3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Sementara itu dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19, ayat (1) dinyatakan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Amanat perundang-undangan mengenai penyelenggaraan pendidikan tersebut sering kita dengar dengan istilah PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Untuk dapat melaksanakan amanat perundang-undangan tersebut, guru hendaknya mengubah paradigma mengenai mengajar siswa menjadi membelajarkan siswa. Di samping itu, guru harus memahami hakikat PAKEM dan menguasai berbagai strategi/model pembelajaran yang berorientasi pada PAKEM. Beberapa orang memandang bahwa Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) sama dengan kerja kelompok. Jika dalam suatu kelas sedang berlangsung pembelajaran dan di sana siswa tetap duduk seperti orang menonton bioskop, semua menghadap ke depan, duduk berdua dengan satu bangku, maka dengan mudah dan cepat dikatakan kelas itu tidak PAKEM. Sebaliknya, jika di suatu kelas siswa sedang duduk berkelompok, maka dengan mudah kita mengatakan kelas itu PAKEM. Padahal bisa jadi mereka hanya duduk dalam kelompok dan tidak semua siswa bekerja. Seharusnya menilai PAKEM tidaknya suatu pembelajaran tidak cukup hanya dengan melihat pengaturan tempat duduk siswa, tetapi harus diperhatikan pula intensitas keterlibatan siswa dalam belajar, dan seperti apa kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Pelaksanaan PAKEM sebenarnya juga memberikan kesempatan pada guru untuk membelajarkan beberapa keterampilan hidup atau kecakapan hidup. Kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara aktif dan kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Dengan belajar kelompok yang benar misalnya, siswa belajar salah satu kecakapan hidup yaitu berkomunikasi dan bekerja sama dalam tim. Melalui bentuk-bentuk tugas yang menantang, siswa bisa membangun kemampuan mencari dan mengolah informasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Usaha-usaha yang menawarkan sebuah pembaharuan, termasuk penerapan PAKEM di kelas, memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Penyajian PAKEM dalam pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MB S) dan Peran Serta Masyarakat (PSM) dilakukan dengan harapan agar sekolah, Komite Sekolah, dan orang tua siswa membantu dan mendukung keberhasilan PAKEM. Di bawah ini ada sejumlah isu penting tentang pelaksanaan PAKEM, yang dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas PAKEM. 1. Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran PAKEM yang baik.

2. Pembelajaran masih sering berupa pengisian lembar kerja siswa (LKS) yang sebagian besar pertanyaannya bersifat tertutup. 3. Pengelompokan siswa masih dari segi pengaturan tempat duduk. Kegiatan yang 4. dilakukan siswa seringkali belum mencerminkan belajar kooperatif yang benar. 4. Pembelajaran belum membelajarkan kecakapan hidup. 5. Perbedaan individual siswa belum diperhatikan termasuk laki-laki/perempuan, pintar/ 5. kurang pintar, dan sosial ekonomi tinggi/rendah. 6. Guru merasa khawatir untuk melaksanakan PAKEM di kelas 6 dan 9. 7. Pajangan sering menampilkan hasil kerja siswa yang cenderung seragam. BAB II HAKIKAT PAKEM PAKEM merupakan suatu singkatan dari P: Pembelajaran, A: Aktif, K: Kreatif, E: Efektif, dan M: Menyenangkan. Kegiatan pembelajaran. menurut Walter Dick ad Lou Carey (1990 : 165) dapat dikemukakan sebagai berikut : One of the most powerful components in the learning process is that of practice with feedback. You can enhance the learning process greatly by providing the student wih activities that are directly relevant to the objectives. Student should be provided an opportunity to practice what you wan them o be able o do. Not only should they be able to practice, but they should be provided feedback orinformation about their performance. feedback. is sometimes referred to as knowledge of results. That is, Student are told whethertheir answer is right or wrong, or are shown a copy of the righ aswer or a example from which they mus infer whether their answer is correct. Feedback may also be provided in the from of reinforcement. Reinforcement for adult learners is ty pically in term of statements like Great, you are correct. Young children often respond favorably to froms of reinforcement such as an approving look from the instructor or even the opportunity to do some other activity. Salah satu komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah praktik dengan timbal balik. Anda bisa meningkatkan proses pembelajaran dengan baik yaitu dengan memberikan siswa aktifitas yang teratur dan berkaitan dengan tujuan. Siswa seharusnya diberi kesempatan untuk praktek supaya bisa melakukannya. Mereka seharusnya itdak hanya bisa praktek, tetapi juga diberikan informasi yang berlawanan tentang penampilannya. Pengaruh timbal balik kadang-kadang ditunjukan sebagai hasil pengetahuan siswa diberitahu jawaban yang benar dan yang salah, atau ditunjukan kopian dari jawaban yang benar atau contoh yang mereka pastikan bahwa jawabanya benar. Pengaruh timbal balik mungkin diberikan dalam bentuk yang kuat. Kekuatan bagi pelajar dewasa yaitu khusus dalam istilah pernyataan seperti Hebat, kamu benar. Anak-anak muda sering merespon baik yaitu pemberian dari instruktur atau pada kesempatan untuk melakukan aktifitas yang lain) Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2003 : 394) menyatakan : Another solution is to adapt the models to conform to the characteristics of the learners. We identify the reasons why a given learner has trouble relating to a particular learning environmet and then modulate the features of that environmet to make it easier for the learner to fit in.

Solusi yang lain adalah menyesuaikan model untuk menyesuaikan diri terhadap karakteristik pelajar. Kita mengetahui alasan mengapa yang diberikan ke siswa mempunyai masalah yang berkaitan dengan keterangan lingkungan belajar, kemudian mengatur dari segi lingkungan itu supaya lebih mudah bagi siswa untuk semangat. Saylor dalam Mulyasa (2004 : 117) mengatakan bahwa Instruction is this the implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the sence of student, teacher interaction in an education setting. Pembelajaran adalah penerapan dari rencana kurikulum, biasanya, tetapi tidak perlu di dalamnya termasuk aktifitas guru mengajar menghadapi siswa, sesuai dengan rencana yang telah disusun. Jadi, dalam hal ini guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Dalam rangka menuju suatu tujuan, maka pembelajaran di sekolah idealnya harus mengarah kepada kemandirian siswa dalam belajar, artinya sedini mungkin siswa dilatih untuk mandiri di lingkungan sekolah/kelas dan di lingkungan keluarga. Baik secara psikologis, afektif, psikomotor, maupun secara koqnitif pembelajaran PAKEM harus dibudayakan oleh para praktisi pendidikan khususnya para guru dalam semua mata pelajaran di sekolah. Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan selama ini, guru dan murid selalu berada dalam satu tempat, satu waktu, dan dalam situasi yang sama. Kegiatan belajar mengajar seringkali terhambat atau tidak berjalan karena guru sebagai fasilitator tidak berada di arena belajar. Hal ini mungkin disebabkan guru masih dalam perjalanan menuju sekolah atau boleh jadi berhalangan hadir ke sekolah karena sakit atau karena ada kepentingan lain. Atau bisa jadi sekolahan tersebut masih kekurangan tenaga guru. Bila hal itu terjadi maka proses kegiatan belajar mengajar sedikit banyak akan mengalami hambatan. Apalagi kalau terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan ada pihak yang dirugikan , yaitu siswa. Dalam penggunaannya di lapangan, ada yang menambahkan dengan satu huruf I: inovatif, sehingga menjadi PAIKEM. Pada dasarnya, PAKEM didasarkan pada alasanalasan sebagai berikut : 1. Tuntutan Perundangan-undangan Undang- undang No.20 tentang Sisdiknas, pasal 40 , di mana salah satu ayatnya berbunyi: Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis dan PP No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1). Dalam PP no 19, ayat (1) dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Dari tuntutan perundangan tersebut dengan jelas bahwa esensi pendidikan atau pembelajaran harus memperhatikan kebermaknaan bagi peserta didik yang dilakukan secara dialogis atau interaktif, yang pada intinya pembelajaran berpusat pada siswa

sebagai pebelajar dan pendidik sebagai fasilitator yang memfasilitasi agar terjadi belajar pada peserta didik. 2. Asumsi dasar belajar: Siswa yang membangun konsep. Belajar dalam konteks PAKEM dimaknai sebagai proses aktif dalam membangun pengetahuan atau membangun makna. Dalam prosesnya seorang siswa yang sedang belajar, akan terlibat dalam proses sosial. Proses membangun makna dilakukan secara terus menerus (sepanjang hayat). Makna belajar tersebut didasari oleh pandangan konstruktivisme. Kontruktivisme merupakan suatu pandangan mengenai bagaimana seseorang belajar, yaitu menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman dan pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya melalui pengenalan terhadap benda-benda di sekitarnya yang direfleksikannya melalui pengalamannya. Ketika kita menemukan sesuatu yang baru, kita dapat merekonstruksinya dengan ide-ide awal dan pengalaman kita, jadi kemungkinan pengetahuan itu mengubah keyakinan kita atau merupakan informasi baru yang diabaikan karena merupakan sesuatu yang tidak relevan dengan ide awal. Untuk mengimplementasikan konstruktivisme di kelas, kita harus memiliki keyakinan bahwa ketika peserta didik datang ke kelas, otaknya tidak kosong dengan pengetahuan, mereka datang ke dalam situasi belajar dengan pengetahuan, gagasan, dan pemahaman yang sudah ada dalam pikiran mereka. Jika sesuai, pengetahuan awal ini merupakan materi dasar untuk pengetahuan baru yang akan mereka kembangkan. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, jika Anda akan mengimplementasikan konstruktivisme dalam pembelajaran, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mengajukan masalah yang relevan untuk siswa. Untuk memulai pembelajaran, ajukan permasalahan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa dapat meresponnya, contoh di sekolah kita, sampah plastik bekas bungkus jajanan menumpuk, apa yang dapat kalian lakukan untuk itu? 2. Strukturkan pembelajaran untuk mencapai konsep-konsep esensial. 3. Sadarilah bahwa pendapat (perspektif) siswa merupakan jendela mereka untuk menalar (berpikir). 4. Adaptasikan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan dan pengembangan siswa. 5. Lakukan asesmen terhadap hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran. (Brook and Brook ,2002:1) Peserta didik dalam belajar tidak sekedar meniru dan membentuk bayangan dari apa yang diamati atau diajarkan Guru, tetapi secara aktif menyeleksi, menyaring, memberi arti, dan menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya. Pengetahuan yang dikonstruksi peserta didik merupakan hasil interpretasi yang bersangkutan terhadap peristiwa atau informasi yang diterimanya. Para pendukung konsktruktisme berpendapat bahwa pengertian yang dibangun setiap individu peserta didik dapat berbeda dari apa yang diajarkan Guru (Bodner, 1987 dalam Nggandi Katu, 1999:2). Sedangkan Paul Suparno (1997:61) mengemukakan bahwa menurut pandangan konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa dalam mengkonstruksi arti (teks, dialog, pengalaman fisis, dan lainlain). Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.

Proses belajar yang bercirikan konstruktivisme menurut para konstruktivis sebagai berikut : 1. Belajar berarti membentuk makna. 2. Konstruksi arti sesuatu hal yang sedang dipelajari terjadi dalam proses yang terus menerus. 3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih dari itu, yaitu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. 4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar. 5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dengan dunia fisik dan lingkungannya. 6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui peserta didik (konsep, tujuan, motivasi) yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari (Paul Suparno, 1997:61). Dengan adanya pandangan konstruktivisme, maka karakteristik iklim pembelajaran yang sesuai dengan konstruktivisme tersebut sebagai berikut. 1. Peserta didik tidak dipandang sebagai suatu yang pasif melainkan individu yang memiliki tujuan serta dapat merespon situasi pembelajaran berdasarkan konsepsi awal yang dimilikinya. 2. Guru hendaknya melibatkan proses aktif dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya. 3. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan melalui seleksi secara personal dan sosial. Iklim pembelajaran tersebut menuntut guru untuk : 1. mengetahui dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa, 2. melibatkan siswa dalam kegiatan aktif, dan 3. memperhatikan interaksi sosial dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelas atau kelompok. (Medriati Rosane , 1997:12). Di samping alasan-alasan mendasar sebagaimana yang dipaparkan di atas, perlunya PAKEM dilaksanakan dalam membelajarkan peserta didik dikarenakan berbagai tantangan yang akan dihadapi mereka saat ini. Tantangan kondisi saat ini di antaranya: (a) perkembangan IPTEK, POLITIK, SOSBUD yang semakin cepat dan banyak perubahan, (b) laju teknologi komunikasi informasi yang tinggi, (c) sumber belajar semakin beragam, (d) tuntutan kemandirian, kerja sama, kemampuan melakukan relasi sosial, kemampuan untuk berpikir kritis, memecahkan masalah. Semua itu harus dibekali kepada siswa agar mampu bersaing dalam era globalisasi, era otonomi, dan era pasar terbuka. Banyaknya perubahan yang terjadi di lingkungan kita, menuntut perubahanperubahan dalam pembelajaran. A. Pilar-pilar PAKEM Menurut Durori (2002:xii) metode pakem dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu segi siswa dan segi guru. Adalah : 1) Dari segi guru A = Aktif. Dalam hal ini guru aktif dalam : - Memantau kegiatan belajar siswa

- Memberi umpan balik - Memberi pertanyaan yang menantang - Mempertanyakan gagasan siswa K = Kreatif. Hal ini guru dituntut untuk kreatif dalam : - Mengembangkan kegiatan yang beragam - Membantu alat bantu belajar sederhana E = Efektif, yaitu guru harus mampu mencapai tujuan pembelajaran. M = Menyenangkan. Dalam hal ini guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membuat anak takut salah, takut ditertawakan, takut dianggap sepele. 2) Dari segi siswa A = Aktif. Dalam hal ini siswa aktif : 1) Bertanya 2) Mengemukakan gagasan 3) Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya. K = Kreatif. Hal ini siswa dituntut untuk kreatif dalam : 1) Merancang / membuat sesuatu 2) Menulis/ mengarang E = Efektif, yaitu siswa harus menguasai ketrampilan yang diperlukan. M = Menyenangkan. Dalam hal pembelajaran membuat anak: 1) Berani mencoba 2) Berani bertanya 3) Berani mengemukakan pendapat/gagasan 4) Berani mempertanyakan gagasan orang lain Dalam dimensi proses belajar mengajar ini, hal-hal yang akan dikaji meliputi : 1) Penyusunan program dan perangkat pembelajaran sebagai upaya persiapan pelaksanaan proses pembelajaran 2) Penyajian dan teknik model belajar mandiri dengan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) 3) Perilaku siswa yang muncul dari kegiatan model belajar mandiri yang merupakan penilaian proses pembelajaran. Dalam PAKEM terdapat empat pilar utama, yaitu: (a) Aktif, (b) Kreatif, (c) Efektif, dan (d) Menyenangkan. Sedangkan huruf P merupakan pembelajaran yang didefinisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik Dengan demikian pada waktu peserta didik belajar, pilar-pilar PAKEM berikut harus dirancang : 1. Pembelajaran aktif, yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik (student centered ) daripada berpusat pada guru (teacher centered). Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat dipegang guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berpikir (minds-on) dan berbuat (hands-on). Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator. Perbedaan pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa Adalah Pembelajaran yang berpusat pada Guru Guru sebagai pengajar Penyampaian materi pelajaran dominan melalui ceramah

Guru menentukan apa yang mau diajarkan dan bagaimana siswa mendapatkan informasi yang mereka pelajari Pembelajaran yang berpusat pada siswa Guru sebagai fasilitator dan bukan penceramah Fokus pembelajaran pada siswa bukan Guru Siswa aktif belajar Siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karya sendiri tidak mengutip dari Guru Pembelajaran bersifat interaktif Kegiatan guru pada strategi mengajar yang berpusat pada Guru Membacakan Menjelaskan Memberikan instruksi Memberikan informasi Berceramah Pengarahan tugas-tugas Membimbing dalam tanya jawab Kegiatan siswa pada strategi mengajar yang berpusat pada siswa Bermain peran Menulis dengan kata-kata sendiri Belajar kelompok Memecahkan masalah Diskusi/berdebat Mempraktikkan keterampilan Melakukan kegiatan penyelidikan Pengelolaan kelas diperlukan untuk membangkitkan minat belajar siswa dan meningkatkan keaktifan siswa belajar, ruang kelas dapat dibuat menarik dengan cara mengubah tata letak/formasi bangku Memberikan waktu yang cukup untuk siswa berpikir dan menghasilkan karya Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah kreativitas seperti : mengapa, bagaimana, apa yang terjadi jika dan bukan pertanyaan apa, kapan. Berikut ini hal-hal lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi guru kreatif Mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga mampu memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Mampu menciptakan Kegiatan belajar yang dibuat memperhatikan/ menyesuaikan dengan level perkembangan kognisi, mental dan emosi dari siswa Strategi mengajar yang dapat mengembangkan kreativitas siswa akan menghasilkan siswa-siswa yang kreatif dengan ciri-ciri sebagai berikut : Mampu memotivasi diri Berpikir kritis Daya imaginasi tinggi (imaginative) Berpikir orisinil/bukan kutipan dari Guru (original ) Memiliki tujuan untuk ingin berprestasi Menyampaikan pemikiran dengan bahasa sendiri.

2. Pembelajaran kreatif, yaitu pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaat sumber belajar yang ada. Strategi mengajar untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah : Memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru Bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa Penekanan pada proses bukan penilaian hasil akhir karya siswa 3. Pembelajaran efektif Secara harfiah efektif memiliki makna manjur, mujarab, berdampak, membawa pengaruh, memiliki akibat dan membawa hasil. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung (seperti dicantumkan dalam tujuan pembelajaran. Karakteristik dari pembelajaran efektif di dalam sekolah yang efektif dinyatakan oleh Machbeath dan Mortimor, ( 2000:7) ada 11 ( sebelas ) faktor yang penting yaitu : 1) Profesional Leardersip, 2) Shared vision and goals, 3) A Learning Environment, 4) Concentration on learning and teahing, 5) High expectations, 6) Positive reinforcement, 7) Monitoring progress, 8) Pupiil right and responsibiltes, 9) Purposeful teaching, 10) A learning organisation, 11) Home scoll prtnership. Sebelas faktor penting dalam pembelajaran yang efektif yaitu 1) Kepemimpinan profesional, 2) Visi dan tujuan ditanggung bersama dengan jelas, 3) Sebuah lingkungan belajar yang kondusif, 4) Pembelajaran yang menyenangkan Menurut hasil penelitian, konsentrasi yang tinggi terbukti meningkatkan hasil belajar. Dalam penelitian mengenai otak dan pembelajaran mengungkapkan fakta yang mengejutkan, yaitu apabila sesuatu dipelajari secara sungguh-sungguh (dimana perhatian yang tinggi dari seorang tercurah) maka struktur internal sistem syaraf kimiawi seseorang berubah. Di dalam diri seseorang tercipta hal-hal baru seperti jaringan syaraf baru, jalur elektris baru, asosiasi baru, dan koneksi baru. Dave Meier (2002:36) memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana ribut, hurahura, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Ciri-ciri suasana belajar yang menyenangkan dan tidak menyenangkan di antaranya adalah sebagai berikut : Ciri suasana belajar yang menyenangkan Rileks Bebas dari tekanan Aman Menarik Bangkitnya minat belajar Adanya keterlibatan penuh Perhatianpeserta didik tercurah Lingkungan belajar yang menarik (misalnya keadaan kelas terang, pengaturan tempat duduk leluasa untuk peserta didik bergerak) Bersemangat Perasaan gembira Konsentrasi tinggi

Ciri suasana belajar yang tidak menyenangkan Tertekan Perasaan terancam Perasaan menakutkan merasa tidak berdaya tidak bersemangat malas/tidak berminat jenuh/bosan suasana pembelajaran monoton pembelajaran tidak menarik iswa Berdasarkan uraian materi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa PAKEM adalah proses pembelajaran dimana Guru harus menciptakan suasana pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, kreatif, kritis serta mencurahkan perhatian /konsentrasinya secara penuh dalam belajar serta suasana pembelajaran yang menimbulkan kenyamanan bagi siswa untuk belajar. Di dalam PAKEM, Guru memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan. Secara garis besar, PAKEM sebagai berikut : Guru Guru sebagai fasilitator Siswa Siswa lebih mendominasi dan mewarnai pembelajaran Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat (learning by doing). Siswa giat dan dinamis mengikuti pembelajaran Lingkungan (kelas indoor/outdoor, laboratorium) Guru mengatur lingkungan kelas dengan cara memajang buku-buku dan bahan belajar yang menarik, menyediakan pojok untuk membaca (pojok baca). Hasil karya siswa dipajang di kelas Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat belajar. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk cara belajar kelompok Guru menerapkan berbagai strategi/model pembelajaran Guru memotivasi siswa melalui kegiatan yang menantang kemampuan siswa untuk berpikir kreatif, kritis dan mampu memecahkan masalah Guru menggunakan berbagai macam strategi mengajar termasuk pembelajaan yang lebih interaktif dalam kelompok serta lebih banyak praktik Kelas dibuat semenarik mungkin secara fisik dan mental aktif ditandai dengan tercurahnya konsentrasi yang tinggi siswa berani mengemukakan gagasan Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Siswa tidak malu terlibat aktif dalam kegiatan Tata letak /formasi kelas diubah dan disesuaikan dengan kegiatan. Kriteria Pakem

Secara garis besar kriteria PAKEM dapat dirangkum sebagai berikut : Kriteria Aktif Siswa melakukan sesuatu dan memikirkan apa yang mereka lakukan seperti : Menulis Berdiskusi Berdebat Memecahkan masalah Mengajukan pertanyaan Menjawab pertanyaan Menjelaskan Menganalisis Mensintesa Mengevaluasi Kriteria Efektif Ketercapaian target hasil belajar, dapat berupa: Siswa menguasai konsep Siswa mampu mengaplikasikan konsep pada masalah sederhana Siswa menghasilkan produk tertentu Siswa termotivasi untuk giat belajar Kriteria Kreatif Berpikir kritis Memecahkan masalah secara konstruktif Ide/gagasan yang berbeda Berpikir konvergen (pemencahan masalah yang benar atau terbaik Berpikir divergen (beragam alternatif pemecahan masalah) Fleksibilitas dalam berpikir (melihat dari berbagai sudut pandang) Berpikir terbuka Kriteria Menyenangkan Pembelajaran berlangsung secara: Interaktif Dinamik Menarik Mengembirakan Atraktif Menimbulkan inspirasi B. Hal-hal harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAKEM Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu Guru akan melaksanakan PAKEM, yaitu sebagai berikut. 1. Memahami sikap yang dimiliki siswa, misalnya : a. rasa ingin tahu yang besar b. keinginan untuk belajar c. daya imaginasi yang tinggi 2. Mengenal anak secara perorangan (karakter siswa). Guru sebaiknya mengenal perbedaan kemampuan, harapan, pengalaman, sikap terhadap

sekolah dan latar belakang ekonomi dan sosial dari setiap siswa. Berbekal pengetahuan tersebut, guru dapat membantu siswa apabila mendapat kesulitan sehingga anak belajar secara optimal 3. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar. Secara alami sebagai makhluk sosial siswa bermain secara berkelompok sehingga mereka dapat mengerjakan tugas belajar berpasangan/berkelompok. Meski demikian, siswa perlu diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas secara individu agar bakat individunya berkembang. 4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. a. Guru memberikan tugas-tugas praktik b. Mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata mengapa, bagaimana, apa yang terjadi jika (tipe open question) 5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Hasil pekerjaan siswa di pajang di kelas. Pajangan dapat berupa: gambar, peta, diagram, model, puisi, karangan dan lain sebagainya. 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan objek belajar. Lingkungan fisik, sosial dan budaya dapat berperan sebagai sumber belajar sekaligus objek belajar. Siswa dapat diberi kegiatan untuk melakukan pengamatan (dengan seluruh indera-nya), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat diagram. 7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar a. Umpan balik yang diberikan hendaknya mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan siswa. b. Umpan balik diungkapkan secara santun dengan maksud agar siswa lebih percaya diri. c. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar serta catatan yang bermakna untuk pengembangan siswa daripada sekedar pemberian angka/nilai. 8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Siswa yang aktif secara fisik memiliki indikator : terlihat sibuk bekerja dan bergerak. Siswa yang aktif secara mental memiliki indikator : sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, mengungkapkan gagasan. Syarat berkembangnya aktifitas mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut ditertawakan, tidak takut disepelekan atau tidak takut dimarahi jika salah. Guru hendaknya menghilangkan rasa takut itu. C. Contoh Kegiatan PBM dan Kemampuan Guru yang Bersesuaian dengan Kriteria PAKEM Komponen Pembelajaran Guru merancang dan mengelola PBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran PAKEM Guru melaksanakan PBM dengan merancang kegiatan untuk siswa yang beragam, misalnya : Melakukan percobaan Diskusi kelompok

Memecahkan masalah Mencari informasi di perpustakaan Menulis laporan/cerita/puisi Mengamati objek di luar kelas Berkunjung ke luar Sesuai dengan mata pelajaran, Guru menggunakan berbagai media/sumber belajar, misalnya : Alat pabrikan atau alat yang dibuat sendiri Gambar/film/foto Kasus/ceritera Nara sumber Lingkungan sekitar Siswa Melakukan percobaan: menggunakan alat, mengamati, mengelompokkan, mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri Menarik kesimpulan Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri Melakukan wawancara Membuat produk Siswa melakukan: Diskusi Mengajukan pertanyaan terbuka Mengajukan saran/ide Membuat karangan bebas/karya lain Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegitan sehari-hari Kegiatan guru: Guru memantau proses belajar/kerja siswa Guru memberikan umpan balik Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa Guru mengaitkan PBM dengan pengalaman siswa sehari-hari Guru menilai PBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. BAB III MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI PAKEM Untuk melaksanakan PAKEM, guru selain harus hakikat PAKEM, prinsip-prinsip

pembelajaran konstruktivisme, juga harus menguasai berbagai model pembelajaran. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan baik model pembelajaran yang menekankan pada pengembangan keterampilan psikomotor, keterampilan berpikir , maupun keterampilan sosial. Pemilihan model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan target hasil belajar yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Dalam bab ini akan dipaparkan garis besar penggolongan model pembelajaran, pengertian, karakteristik model pembelajaran, dan contoh penerapan model pembelajaran dalam RPP. A. Penggolongan dan Jenis-Jenis Model Pembelajaran Joyce dan Weil (1980,1992) dalam bukunya Models of Teaching menggolongkan modelmodel pembelajaran ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model pembelajaran tersebut adalah: (1) rumpun model pembelajaran : 1. Rumpun model-model Pemrosesan Informasi Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Beberapa model pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan pebelajar (peserta didik) untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar menekankan pada berpikir produktif. Sedangkan beberapa model pembelajaran lainnya berhubungan dengan kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan pada konsep dan informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis. Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pemrosesan informasi ini adalah : a. Pemrosesan Informasi Pembelajaran Berpikir Induktif Tokoh: Hilda Taba Misi/tujuan/manfaat: Ditujukan secara khusus untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan pada dalam kegiatan. Model ini akademik memiliki meskipun diperlukan juga untuk kehidupan umumnya. Keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis informasi dan membangun konsep yang berhubungan dengan kecakapan berpikir. b. Latihan inkuari Tokoh: Richard Suchman Misi/tujuan/manfaat : Sama dengan model berpikir induktif, model ini ditujukan dalam untuk pembentukan akademik kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan kegiatan meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya. c. Pembentukan konsep Tokoh: Jerome Bruner, Good-now, dan Austin Tujuan: Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, peserta didik dilatih mempelajari konsep secara efektif. d. Perkembangankognitif Tokoh: Jean Piaget, Irving Sigel, Edmun Sullivan, Lawrence dan Kohlberg Misi/tujuan/manfaat: Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan intelektual berpikir pada logis, ini berpikir/pengembangan umumnya, meskipun dapat khususnya

demikian pada kemampuan diterapkan kehidupan sosial dan pengembangan moral. e. Model Pembelajaran AdvAdvance organizer anc Tokoh David Ausubel Misi/tujuan/manfaat: Dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengolah informasi melalui penyajian materi beragam (ceramah, membaca, dan media lainnya) dan menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada. f. Mnemonics Tokoh: Pressley, Levin, Delaney Tujuan: Strategi belajar untuk mengingat dan mengasimilasi informasi. (Sumber: Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1980 dan Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Beverly Showers, 1992, 1996: Models of Teaching) 2. Rumpun model-model Pribadi/individual Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun model-model Personal/individual menekankan pada pengembangan pribadi. Model-model pembelajaran ini menekankan pada proses dalam membangun/mengkonstruksi dan mengorganisasi realita, yang memandang manusia sebagai pembuat makna. Model-model pembelajaran rumpun ini memberikan banyak perhatian pada kehidupan emosional. Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu dalam mengembangkan hubungan individu dengan lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri. a. Model Pengajaran NonDirektif Tokoh: Carl Rogers Misi/Tujuan: Penekanan pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri. Model ini menekankan pada hubungan guru-peserta didik. b. Latihan Kesadaran Tokoh: Fritz Perls, William Schutz Misi/Tujuan: Pembentukan kemampuan menjajagi dan menyadari pemahaman diri sendiri. c. Sinektik William Gordon Misi/Tujuan: Pengembangan individu dalam hal kreativitas dan pemecahan masalah kreatif. d. Sistem Konseptual David Hunt Misi/Tujuan: Didisain untuk meningkatkan kompleksitas pribadi dan fleksibilitas. e. Pertemuan kelas William Glasser Misi/Tujuan: Pengembangan pemahaman diri dan tanggungjawab pada diri sendiri dan kelompok sosial lainnya. (Sumberi Bruce Joyce dan Marha Weil, 1980, Models of Teaching, ) 3. Rumpun model-model Interaksi Sosial Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun Sosial ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model- model ini memfokuskan pada proses di mana realitas adalah negosiasi sosial. Model-model pembelajaran dalam kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain untuk meningkatkan proses

demokratis dan untuk belajar dalam masyarakat secara produktif. Tokoh-tokoh teori sosial juga peduli dengan pengembangan pikiran (mind) diri sebagai pribadi dan materi keakademisan. Jenis-jenis model pembelajaran rumpun Interaksi Sosial Model: Kerja kelompok. (investigati-on group) Tokoh: Herbert Thelen, John Dewey Misi/tujuan: Mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk berperan dalam kelompok yang menekankan keterampilan komunikasi interpersonal dan keterampilan inkuari ilmiah. Aspek-aspek pengembangan pribadi merupakan hal yang penting dari model ini. Inkuari Sosial Tokoh: Byron Massialas, Benjamin Cox Misi/tujuan: Pemecahan masalah sosial, utamanya melalui inkuari ilmiah dan penalaran logis. Jurispru-dential Tokoh: National Laboratory Bethel, Maine Donald Oliver, James P.Shaver Misi/tujuan: Pengembangan dan kerja keterampilan untuk interpersonal mencapai, Jurispru-dential Training kelompok kesadaran, dan fleksibilitas pribadi. Didisain utama untuk melatih kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan kerangka acuan atau cara berpikir Jurisprudensial (ilmu tentang hukum-hukum manusia). Role playing (Bermain peran) Tokoh: Fannie Shaftel, George Shafted Tujuan: Didisain untuk mengajak peserta didik dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari penyelidikan itu Simulasi Sosial Tokoh: Sarene Boocock, Harold Guetzkow Tujuan: Didisain untuk membantu pengalaman peserta didik melalui proses sosial dan realitas dan untuk menilai reaksi mereka terhadap proses- proses sosial tersebut, juga untuk memperoleh konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan pengambilan keputusan. (Sumber: Bruce Joyce dan Marha Weil, 1980, Models of Teaching) 4. Rumpun Model-model Perilaku Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi perilaku, atau perilaku terapi. Model- model pembelajaran rumpun ini mementingkan penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki. B. Pengertian Model Pembelajaran 1. Istilah pembelajaran sama dengan proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan peserta didik yang saling berinteraksi. Dengan demikian, pembelajaran didefinisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang

memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik. 2. Model pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Secara luas, Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu pebelajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar. Merujuk pada dua pendapat di atas, penulis memaknai model pembelajaran dalam modul ini sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik yang dikenal dengan istilah sintaks. Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya. C. Karakteristik Model Pembelajaran Rangke L Tobing, dkk (1990:5) mengidentifikasi lima karakterististik suatu model pembelajaran yang baik, yang meliputi berikut ini. 1. Prosedur Ilmiah Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematik untuk mengubah tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks yang merupakan urutan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru-peserta didik. 2. Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci mengenai penampilan peserta didik. 3. Spesifikasi lingkungan belajar Suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan dimana respon peserta didik diobservasi. 4. Kriteria penampilan Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria penerimaaan penampilan yang diharapkan dari para peserta didik. Model pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari peserta didik yang dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah mengajar tertentu. 5. Cara-cara pelaksanaannya Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi peserta didik dan interaksinya dengan lingkungan. Bruce dan Weil (1980 dan 1992: 135-136) mengidentifikasi karakteristik model pembelajaran ke dalam aspek-aspek berikut.

1. Sintaks Suatu model pembelajaran memiliki sintaks atau urutan atau tahap-tahap kegiatan belajar yang diistilahkan dengan fase yang menggambarkan bagaimana model tersebut bekerja dalam praktiknya, misalnya bagaimana memulai pelajaran, bagaimana memfasilitasi peserta didik dalam menggunakan sumber belajar.. 2. Sistem sosial Sistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama antara guru-peserta didik dalam pembelajaran atau peran-peran guru dan peserta didik dan hubungannya satu sama lain serta jenis-jenis aturan yang harus diterapkan. Peran kepemimpinan guru bervariasi dalam satu model ke model pembelajaran lainnya. Dalam beberapa model pembelajaran, guru bertindak sebagai pusat kegiatan dan sumber belajar (hal ini berlaku pada model yang terstruktur tinggi), namun dalam model pembelajaran yang terstruktur sedang peran guru dan peserta didik seimbang. Setiap model memberikan peran yang berbeda pada guru dan peserta didik. 3. Prinsip reaksi Prinsip reaksi menunjukkan kepada guru bagaimana cara menghargai atau menilai peserta didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta didik. Sebagai contoh, dalam suatu situasi belajar, guru memberi penghargaan atas kegiatan yang dilakukan peserta didik atau mengambil sikap netral. 4. Sistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan, kesiapan guru, serta kesiapan peserta didik. 5. Dampak pembelajaran langsung dan iringan Dampak pembelajaran langsung merupakan hasil belajar yang dicapai dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan sedangkan dampak iringan adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh peserta didik. D. Penerapan Model Pembelajaran dalam RPP Pembelajaran yang dirancang, selain berorientasi pada pilar-pilar PAKEM, juga harus memperhatikan kegiatan-kegiatan minimal yang harus ada dalam proses pembelajaran sesuai dengan pesan standar proses (Permendiknas RI no 41, tahun 2007, tentang Standar Proses), yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Kegiatan eksplorasi dapat dimaknai sebagai kegiatan untuk melibatkan peserta didik dalam mencari informasi yang luas mengenai materi yang sedang dipelajari dari berbagai sumber belajar baik yang ada di lingkungan sekolah atau di luar sekolah, misalnya melalui lembar kerja peserta didik, buku teks, media masa (koran, majalah), internet, praktikum, atau musium. Metode pembelajaran yang dapat digunakan guru juga bervariasi, yaitu metode diskusi, eksperimen dan penugasan; demikian pula pendekatan pembelajaran yang digunakan dapat bervariasi, misalnya pendekatan lingkungan, pendekatan proses, atau pendekatan kontekstual. Kegiatan elaborasi dapat dimaknai sebagai kegiatan yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan arti pada informasi baru dengan menghubungkannya dengan pengetahuan-pengetahuan (informasi yang sudah dimiliki). Kemampuan peserta didik dalam mengelaborasi dapat berupa menguraikan materi yang sedang dipelajari lebih rinci dan lebih lengkap. Kegiatan yang dapat dirancang misalnya

melalui kegiatan membaca berbagai sumber menganalisis bacaan, penyelesaian masalah, penyusunan laporan, diskusi kelompok , pameran produk, dan lain-lain. Kegiatan konfirmasi dapat dimaknai sebagai kegiatan guru untuk meminta penegasan atau pembenaran dari hasil eksplorasi, elaborasi, atau eksplanasi (penjelasan) yang diberikan peserta didik. Kegiatan konfirmasi juga dapat berfungsi sebagai pemberian umpan balik dan kesempatan untuk memberikan penguatan baik dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat. Kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa tanya jawab, laporan lisan, seminar, dan lain-lain. Kegiatan konfirmasi juga dapat digunakan untuk memfasilitasi peserta didik dalam merefleksikan hasil belajarnya dari berbagai sumber belajar. Kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang dipaparkan di atas, bukanlah sebagai nama dari urutan atau tahapan atau sintaks model pembelajaran. Penulis lebih memaknai ketiga kegiatan tersebut sebagai kegiatan-kegiatan kunci dalam pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan sebagai upaya menerapkan konstruktivisme. Guru dalam upaya menerapkan PAKEM dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik konsep yang akan dipelajari dan sesuai dengan tuntutan konstruktivisme. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dan sintaksnya memuat kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 1. Model Pembelajaran Latihan Inkuari Latihan inkuari berasal dari suatu keyakinan bahwa peserta didik memiliki kebebasan dalam belajar. Model pembelajaran ini menuntut partisipasi aktif peserta didik dalam inkuari (penyelidikan) ilmiah. Peserta didik memiliki keingintahuan dan ingin berkembang. Latihan inkuari menekankan pada sifat-sifat peserta didik ini, yaitu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bereksplorasi dan memberikan arah yang spesifik sehingga area-area baru dapat tereksplorasi dengan lebih baik. Tujuan umum dari model latihan inkuari adalah membantu peserta didik mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka. Model pembelajaran latihan inkuari dikemukakan oleh Richard Suchman, ia menginginkan peserta didik untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian peserta didik melakukan kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai akhirnya peserta didik mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi. Karakteristik Model Pembelajaran Latihan Inkuari a. Sintaks Model pembelajaran latihan inkuari ini memiliki lima fase sebagai sintaks pembelajarannya. Adapun kelima fase tersebut adalah sebagai berikut. Fase 1 : Berhadapan dengan masalah Guru menjelaskan prosedur inkuari dan menyajikan peristiwa yang membingungkan. Fase 2: Pengumpulan data untuk verifikasi Menemukan sifat obyek dan kondisi. Menemukan terjadinya masalah. Fase 3: Pengumpulan data dalam eksperimen Mengenali variabel-variabel yang relevan, merumuskan hipotesis dan mengujinya. Merumuskan penjelasan Merumuskan penjelasan, aturan-aturan atau penjelasan Fase 5 : Mengalisis proses inkuari

Menganalisis strategi inkuari dan mengembangkannya menjadi lebih efektif. Dari lima fase di atas, fase 2 dan 3 merupakan kegiatan eksplorasi peserta didik, fase 4 adalah kegiatan elaborasi, dan pada fase 5, guru dapat melakukan konfirmasi. b. Sistem sosial Sistem sosial dalam model latihan inkuari diharapkan bersifat kooperatif. Meskipun model ini dapat sangat terstruktur dengan sistem sosial yang dikendalikan Guru, lingkungan intelektual terbuka bagi seluruh gagasan yang relevan. Guru dan peserta didik berpartisipasi setara selama menyangkut adanya gagasan-gagasan. Guru harus mendorong peserta didik berinkuari sebanyak-banyaknya. Ketika peserta didik belajar prinsip- prinsip inkuari, struktur dapat meluas hingga mencakup penggunaan sumber belajar, dialog dengan peserta didik lain, melakukan percobaan, dan diskusi dengan Guru. c. Prinsip reaksi Reaksi yang paling penting yang harus diberikan Guru adalah pada fase kedua dan ketiga. Pada fase kedua, Guru harus membantu peserta didik melakukan inkuari, tetapi bukan melakukan inkuari sendiri untuk keperluan mereka. Apabila Guru ditanya oleh peserta didik yang tidak bisa dijawab ya atau tidak, Guru harus meminta peserta didik menata ulang pertanyaan yang akan diajukannya agar dapat dijawab oleh Guru ya atau tidak untuk menjaring mereka mengumpulkan data pada masalah yang akan diselesaikan. Pada fase terakhir, tugas Guru menjaga agar inkuari tetap terarah pada proses penyelidikan itu sendiri. d. Sistem Pendukung Pendukung yang paling optimal terhadap keterlaksanaan model latihan inkuari adalah adanya bahan-bahan yang akan digunakan pada saat Guru menghadapkan peserta didik dengan masalah. Guru harus memahami betul proses intelektual , strategi inkuari, dan sumber-sumber belajar yang ada dalam sebuah masalah. e. Dampak pembelajaran langsung dan iringan Di dalam penggunaannya, model ini memiliki dampak pengajaran langsung dan iringan sebagai berikut. Model latihan Inkuari: Keterampilan proses IPA Strtegi untuk penyelidikan kreatif Semangat untuk berkreativitas Kebebasan atau otonomi dalam belajar Toleran terhadap pendapat yang berbeda Menyadari bahwa pengetahuan itu bersifat sementara 2. Model Pembelajaran Siklus Belajar Model siklus belajar merupakan satu model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai kerangka umum untuk melaksanakan kegiatan kontruktivis. Ada berbagai macam jenis model siklus belajar, antara lain seperti berikut ini. Lawson, Anton E. merancang pembelajaran (1995: 153) mengemukakan bahwa dalam

konsep-konsep mengembangkan (pengetahuan) maupun keterampilan berpikir, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut. b. Peserta didik harus menggali fenomena baru yang didasarkan pada keyakinan yang telah dimiliki peserta didik (konsep-konsep dan sistem konseptual), atau didasarkan pada prosedur maupun keterampilan berpikir yang telah dikenalnya pula. c. Penggalian fenomena harus didahului oleh hal-hal yang membuat mereka bingung atau hal-hal yang dan kontradiktif sehingga menghasilkan yang akan bentuk ketidakseimbangan meningkatkan berpikir pertanyaan-pertanyaan dan berpikir provokasi argumentasi dalam jikadan, maka Dengan cara ini peserta didik diharapkan berusaha merefleksikan keyakian atau prosedur yang telah dimilikinya untuk mencari pemecahan terhadap fenomena baru tersebut. d. Guru mengakomodasi berbagai jawaban sementara, baik yang diajukan oleh peserta didik maupun sebagai hasil intervensi yang dilakukan Guru. e. Jawaban sementara peserta didik digunakan untuk membangkitkan argumen-argumen, prediksi-prediksi atau data baru yang memungkinkan dapat mengubah keyakinan atau konstruksi pengetahuan lama peserta didik terhadap konsep baru yang diperkenalkan. f. Untuk dapat memungkinkan terjadinya pengaturan-sendiri sebagai upaya untuk mencapai kemantapan keseimbangan baru, berbagai pengalaman baru haruslah disediakan bagi peserta didik untuk menguji dan mengembangkan konsep-konsep atau prosedur-prosedur baru dan dapat diaplikasikan pada berbagai macam konteks yang terkait. Di samping langkah-langkah di atas, agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara lebih efektif, maka ada 3 fase yang harus diperhatikan yang oleh Karlplus dan Thier (1967) dinamai fase Eksplorasi (Exploration), fase Penelusuran (Invention), dan fase Penemuan (Discovery). Tetapi belakangan oleh Lawson (1988) fase-fase tersebut dinamai fase Eksplorasi (Exploration), fase Pengenalan Istilah (Term introduction), dan fase Penerapan Konsep (Concept application). Fase Eksplorasi Fase pertama adalah fase eksplorasi. Pada fase ini peserta didik belajar melalui tindakantindakan dan reaksi-reaksi yang telah mereka miliki terhadap situasi baru. Mereka menggali materi-materi baru dan ide-ide baru dengan bimbingan yang minimal dari guru. Pengalaman baru mereka akan membangkitkan pertanyaan-pertanyaan dan menimbulkan kerumitan-kerumitan yang pada suatu ketika tidak dapat mereka pecahkan dengan cara berpikir mereka. Jadi melalui fase ini, guru memberikan kesempatan dan pengalaman baru kepada peserta didik yang dapat menimbulkan konflik-konflik berpikir serta menimbulkan pertentangan dan analisis terhadap ide dan pemikiran mereka sendiri. Pada akhirnya analisis tersebut dapat memunculkan pembahasan-pembahasan untuk menguji ide-ide alternatif melalui prediksi-prediksi. Proses ini akan memunculkan beberapa ide sekaligus menghilangkan ide-ide lainnya yang tidak relevan dalam pola siklus dari pengaturan-sendiri. Dan hal ini juga akan menimbulkan kehati-hatian dalam menguji prosedur dalam siklus ini. Eksplorasi harus didahului oleh identifikasi terhadap pola keteraturan dari suatu fenomena. Fase Eksplorasi juga memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan fenomena melalui cara mereka masing-masing yang dapat menguji baik keterampilan observasi maupun dalam berhipotesis.

Fase Pengenalan konsep/istilah Fase kedua pengenalan istilah (term instroduction), yang dimulai dengan memperkenalkan istilah baru yang merujuk pada pola yang sudah ditemukan pada fase eksplorasi. Istilah atau nama konsep ini dapat diinformasikan oleh guru atau diperoleh peserta didik melalui buku, film atau media lainnya. Tahap ini harus selalu diikuti eksplorasi dan dihubungkan dengan pola-pola yang mereka temukan dalam setiap kegiatan eksplorasi. Fase Aplikasi Konsep Fase ketiga yaitu penerapan konsep (concept application). Di sini peserta didik mencoba mengaplikasikan konsep atau istilah (term) atau pola pikir baru pada situasi permasalahan baru. Penerapan diusahakan dengan banyak variasi agar pengertian baru yang telah mereka peroleh lebih mantap dan permanen. Perlu diperhatikan di sini bahwa konsep adalah pola mental yang direpresentasikan melalui label verbal (dalam hal ini berarti istilah). Jadi, konsep tiada lain adalah pola plus istilah. Guru dapat memperkenalkan istilah, tetapi yang lebih penting peserta didik harus dapat mempersepsi istilah tersebut dengan kemampuan mereka sendiri. eksplorasi (exploration) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan pola-pola. Pengenalan Istilah (term introduction) memungkinkan Guru dengan kesempatannya dapat memperkenalkan istilah, dilain pihak peserta didik dengan kesempatannya dapat menghubungkan pola-pola dengan istilah yang merupakan pembentukan konsep. Akhirnya, dengan Penerapan Konsep (concept aplication) memungkinkan peserta didik untuk menemukan penerapannya (juga non aplications) dari konsep-konsep tersebut pada konteks-konteks baru. 3. Model Pembelajaran P.O.E (Predict- Observe- Explain) P.O.E adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain . P.O.E ini sering juga disebut suatu strategi pembelajaran di mana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama, yaitu predik, observasi,dan memberikan penjelasan (explain). Ketiga tugas siswa dalam model pembelajaran POE yaitu: Predict : pada tahap ini, mintalah pada peserta didik untuk mengamati apa yang akan Anda demonstrasikan. Mintalah mereka mengamati fenomena yang didemonstrasikan, kemudian mereka memprediksi hasilnya dan mempertimbangkan hasil prediksinya. Observe: pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan, menunjukkan proses atau demonstrasi dan mintalah peserta didik untuk mencatat apa yang terjadi. Explain: pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk mengajukan hipotesis mengenai mengapa terjadi seperti yang mereka lakukan dan menjelaskan perbedaan antara prediksi yang dibuatnya dengan hasil observasinya. Daftar Pustaka Arronson, E. 2000. History of The Jigsaw, An Account from Professor Aronson [on line]. Tersedia :http://www.jigsaw.org/history.htm Blosser, P. E. 1992. Using Cooperative Learning in Science Education. ERIC Clearing House. Tersedia [on line] http://www.eric.edu. Berns, Robert G dan Erickson, Patricia M. 2001, Contextual Teaching and Learning:

Preparing Student for the New Economy. The Highligh Zone: Research @ Work no 5. Bruce Joyce & Marsha Weil. 2003. Models of Teaching. 5th. Boston, USA: A Simon Schuster Company BSNP. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Sf/MI. Diknas: Jakarta Chandler, L. (1995). Cooperative Learning and Hands-on Science. California: Kagan Cooperative Learning. Dick, Walter and Lou Carey. 1990. The systematic Design Of Instruction , Third Edition. Florida : Harper Collins Publishers. Donald R, Daugs and Jay A. Monson, (tanpa tahun). Science, Technology, and Society A Primer For Elementary Teachers. Logan: Utah State University. Friedl, Alfred E.. 1986. Teaching Science to Children: An Integrated Approach, New York: Random House Joyce and Weil. 1986. Models of Teaching, Second Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. -------------. 1992. Models of Teaching, Fourt Edition. Boston: Allyb and Bacon Horley, et.al. 1990. Elementary School Science for The90, Virginia: association for Supervission and Curriculum Development. Hendriani, Yeni, 2007, Model Pembelajaran PAKEM, SD, Bandung: PPPPTK IPA http://www.cew.wisc.edu/teachnet/ctl What is contextual teaching and learning? http://education.jlab.org/reading/img/water_cycle_01.gif Indrawati. 1998. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pendekatan STS. Makalah pada Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup, Bandung: PPPG IPA. Indrawati. 2007(a). Model Pembelajaran Langsung (Modul). Bandung: PPPG IPA Indrawati. 2007(b). Model Pembelajaran Rumpun Pemrosesan Informasi (Modul). Bandung: PPPG IPA. Killen, Roy. 1998. Effective Teaching Strategies, Lessons from Research and Practice, second edition. Australia: Social Science Press. Lawson, Anton E. 1995. Science Teaching and The Development of Thinking. BelmontCalifornia: wadswort Publishing Company. Mulyasa, E, 2004, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. Boston: Allyn and Bacon. Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta Tobing, Rangke L , Setia Adi, Hinduan. 1990. Model-Model mengajar Metodik Khusus Pendidikan Ilmu pengetahuan Alam Sekolah Dasar. Makalah dalam penataran Calon Penatar Dosen Pendidikan Guru SD (Program D-II). Undang- undang No.20 tentang Sisdiknas

Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran


Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.

Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan.

Berdasarkan teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya. Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan lingkungan. Model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan pendekatan pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, hanya saja sering terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan (Karli dan Yuliaritiningsih, 2002). Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Hal ini relevan dengan tingkat perkembangan intelektual usia sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret (Piaget, dalam Wilis:154). Hal senada dikatakan Margaretha S.Y., (2002) bahwa kecenderungan siswa sekolah dasar yang senang bermain dan bergerak menyebabkan anak-anak lebih menyukai belajar lewat eksplorasi dan penyelidikan di luar ruang kelas. Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru. Penulis terilhami menuangkan tulisan ini dengan maksud untuk dikembangkan menjadi visi misi sekolah sebagai prioritas untuk meningkatkan mutu pendidikan. Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat menjadi bahan masukan bagi para guru untuk menengok lingkungan sekitar yang penuh arti sebagai sumber belajar dan informasi yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif. Model pendekatan ini pun relevan dengan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), sehingga pada gilirannya dapat mencetak siswa yang cerdas dan cinta lingkungan. Siswa boleh saja berpikir secara global, tetapi mereka harus bertindak secara lokal. Artinya, setiap orang/siswa perlu belajar apa pun, bahkan mencari hikmah dari berbagai macam pengalaman bangsabangsa lain di seluruh dunia, namun pengetahuan tentang pengalaman bangsa-bangsa lain tersebut dijadikan sebagai pembelajaran dalam tindakan di lingkungan secara lokal. Dengan cara kerja seperti itu, kita tidak perlu melakukan trial and error yang berkepanjangan, melainkan kita belajar dari kesalahankesalahan orang lain, sementara kita sekadar meneruskan kerja dari paradigma yang benar. Bekerja dan belajar yang berbasis lingkungan sekitar memberikan nilai lebih, baik bagi si pembelajar itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar. Katakanlah belajar ilmu sosial atau belajar ekonomi, maka lingkungan sosial dan ekonomi sekitar dapat menjadi laboratorium alam. Pembelajaran ini dapat dilakukan sembari melakukan pemberdayaan (empowering) terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, sementara si pembelajar dapat melakukan proses pembelajaran dengan lebih baik dan efisien. Mohamad Yunus, penerima Nobel asal Bangladesh adalah orang yang banyak belajar berbasis lingkungan untuk mengembangkan ekonomi. Dengan mendirikan Grameen Bank, dia belajar sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar. Dasar Pemikiran Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada: 1. Berpusat pada peserta didik 2. Mengembangkan kreativitas peserta didik 3. Suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna 4. Prinsip pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) 5. Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna

6. 7. 8. 9.

Belajar melalui berbuat, peserta didik aktif berbuat Menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan Pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya Menggunakan pembelajaran tuntas di sekolah Pengertian PAIKEM PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa. Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut: Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang besesuaian. Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya: Percobaan Diskusi kelompok Memecahkan masalah Mencari informasi Menulis laporan/cerita/puisi Berkunjung keluar kelas 6. Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya: Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri Gambar Studi kasus Nara sumber

1. 2. 3. 4. 5.

1. 2. 3. 4. 5.

Lingkungan

Siswa: Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri Menarik kesimpulan Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri. Menulis laporan hasil karya lain dengan kata-kata sendiri. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan, melalui: Diskusi Lebih banyak pertanyaan terbuka Hasil karya yang merupakan anak sendiri Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. Siswa diberi tugas perbaikan atau pengayaan. Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus Guru memantau kerja siswa. Guru memberikan umpan balik. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengembangan visi dan misi di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) salah satu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Dengan demikian selama dalam proses pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. DAFTAR PUSTAKA Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara. http://gora.edublogs.org/2007/04/09/kompetisi-nasional-guru-inovatif-2007/ http://www.umy.ac.id/berita.php?id=323 Umaedi (1999) Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Directorate Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah, Directorate Pendidikan Menengah Umum. Indonesia, Jakarta.

Model Pembelajaran PAIKEM


Metode adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa metode dapat dimanfaatkan guru mulai dari yang sederhana samapi dengan yang kompleks. Penggunaan metode yang bermacam-macam dan variatif ini disesuaikan dengan tujuan dan materi pembelajarn. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan metode pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan yang disingkat PAKEM. Model PAKEM adalah model pembelajaran yang bertumpuh pada empat prinsip, yaiti : aktif, kreatif, efektif dan menyenagkan. Model PAKEM berorientasi pada proses dan tujuan. Orientasi proses dalam model PAKEM berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar. Kemandirian dan tanggung jawab dibina sejak

awal. Kebersamaan dan bekerjasama untuk mengasah emosional. Persaingan yang sehat ditumbuhkan dengan saling menghargai satu sama lain serta menumbuhkan sikap kepemimpinan. Orientasi tujuan adalah agar anak belajar lebih mendalam, anak lebih kritis dan kreatif, suasana belajar menjadi bervariasi serta meningkatkan kematangan emosional. Tidak kalah pentingnya anak sipa mengahadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan. 1. Makna Aktif,Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan a) Aktif dapat diartikan : selalu mencoba. Tidak ingin menjadi penonton, memanfaatkan modalitas belajar ( visual. Auditorial atau kinestika) Pada hakikatnya, belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajadnya tidak sama antara siswa satu dengan yang lain dalam suatu proses belajar mengajar di kelas. Kata "aktif" sendiri dapat dalam bermacam-macam bentuk seperti: mendengarkan, menulis, membuat sesuatu, mendiskusikan. Jadi yang dimaksud siswa belajar secara aktif adalah belajar dengan melibatkan keaktifan mental (intelektual-emosional) walaupun dalam banyak hal diperlukan keaktifan phisik. Agar siswa dapat berhasil baik dalam belajar maka dia harus terlibat aktif dalam aspek mental dan fisiknya. Kadar keaktifan siswa dalam belajar terdapat dalam rentang keaktifan antara Teacher-centered lawan student-centered. Kadar keaktifan tersebut ditentukan oleh tujuh dimensi (Mc Keachie, 1954) sebagai berikut. Patisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran. Tekanan pada afektif dalam penbelajaran. Partisipasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran, terutama berinteraksi antar siswa. Penerimaan guru terhadap perbuatan dan kontribuasi siswa yang kurang relevan bahkan salah sama sekali. Kekohesiofan kelas sebagai kelompok. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah. Jumlah waktu yang dipergunakan untuk mengulangi masalah pribadi siswa baik berhubungan ataupun tidak dengan mata pelajaran. b) Inovatif, memunculkan hal-hal baru dari pengalaman siswa yang dikontruksikan dengan materi pembelajaran. Gurus harus dapat memberi empan atau memfasilitasi siswa dalam memunculkan daya inovatif. c) Kreatif dapat diartikan : menginginkan adanya perubahan yang baru, ingin mengadkan motivasi, mempunyai banyak cara untuk melakukan sesuatu, tidak cepat putus asa, tidak mudah puas dengan hasil kerja dan selalu ingin berbuat terus, menumbuhkan motivasi, percaya diri dan kritis serta mempunyai banyak cara. d) Efektif dapat diartikan : mamanfaatkan alat peraga yang ada di sekitar, diajak ke sumber belajar, melakukan observasi, memanfaatkan waktu yang ada, mengoptimalkan panca indera dan mengatur strategi pembelajaran. e) Menyenangkan dapat diartikan : penampilan guru yang menarik, suasana belajar tidak searah, kaya dengan metode, desain kelas yang tidak membosankan (enjoi learning),

belajar sambil bermain dan bernyanyi, hasil belajar anak dipajang di kelas, didekatkan ke alam nyata, ada penghargaan bagi yang berprestasi. 2. Pelaksanaan pembelajaran PAKEM a. Persiapan 1) Berpusat pada siswa Perubahan paradigma pembelajaran sangat terasa saat ini. Dulu guru lebih dominan dalam proses pembelajaran atau dengan kata lain pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning). Saat ini pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa (student centeret learning). 2) Guru membuat persiapan matang Persiapan bagi seorang guru merupakan hal yang mutlak harus dikerjakan. Tanpa persiapan guru akan kehilangan arah dalam proses pembelajaran. Berbagai metode dengan karakter materi yang akan diajarkan sudah dipersiapkan sebelum diajarkan. 3) Skenario pembelajaran secara rinci dan matang Skenario merupakan salah satu dari persiapan yang harus dibuat oleh guru. Skenario pembelajaran juga sering disebut dengan langkah-langkah pembelajaran atau strategi pembelajaran(RPP). Dengan disusun skenario pembelajaran, seorang guru sudah membuat format pada setiap pertemuan dengan siswa. Bukan hanya sekedar format, melainkan guru sudah mendesain pola pembelajaran yang ideal dengan karakter materi yang sedang diajarkan. 4) Menerapkan asas fleksibilitas Asas fleksibilitas, artinya lebih lentur dalam memahami kondisi yang akan dihadapi. Seorang guru tidak bisa kaku dalam menerpakan pola pembelajaran di kelas. Berbagai hambatan dalam proses pembelajaran akan dihadapi. Untuk itu, berbagai alternatif terutama metode harus disiapkan. Seorang guru tidak hanya terpaku pada satu metode yang ada. Jiuka hal itu sudah diantisipasi maka akan terjadi proses pembelajaran yang mengasyikkan. 5) Melayani perbedaan individual Semua memaklumi bahwa anak mempunyai perbedaan, baik perbedaaan cara belajar maupun perbedaan kecerdasan. Untuk itulah dalam menangani anak sudah dipersiapkan cara pelayanannya. Seorang guru tidak bias membuat anak sama seperti gerigi sisir, tetapi desesuaikan dengan karakter dan kepribadian yang khas yang dimiliki anak. Sebagaimana berbagai teori sudah disepakati oleh para pakar pendidikan bahwa setiap anak mempunyai modalitas belajar atau gaya belajar yang berbeda. Modalitas belajar yang dimiliki anak ada tiga, yaitu : gaya belajar visual, auditorial dan kinestik. Modal belajar anak cenderung pada karakter alamiah yang dimiliki. Anak yang mempunyai gaya belajar visual, cenderung senang dengan cara melihat, baik gambar maupun bagan. Anak yang mempunyai gaya belajar auditorial, cenderung senang dengan mendengar. Sedangkan anak yang mempunyai gaya belajar kinestik cenderung belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh.

Selain perbedaan gaya belajar, anak juga mempunyai perbedaan kecerdasan. Jika selama ini orang lebih banyak membicarakan teori yang dikembangkan oleh ahli psikologi, Alfred Bine, yaitu intelegensi tunggal yang sering disebut intellegence quotient (IQ). Saat ini muncul teori intellegensi majemuk yang disebut multiple intelligences. Teori ini dirumuskan oleh Prof. Howard Garder. Manurut Garder anak mempunyai delapan kecerdasan, yaitu : kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visualspisial, kecerdasan kinestis-jasmani, musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan natural. Dengan berpedoman pada kenyataan bahwa murid mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri, jelas tidak bijak bagi guru ataupun orang tua yang memaksa murid untuk masuk dalam bidang-bidang tertentu yang anak tidak berminat. Akan tetapi guru dan orang tua dapat mendampingi anak di dalam mengembangkan potensi sepenuhnya dengan penuh minat dan kegembiraan. f) Proses 1) Mendengarkan pendapat siswa 2) Menggunakan bermacam-macam sumber belajar 3) Merangsang keberanian siswa untuk menyatakan dan menanyakan sesuatu. 4) Pertanyaan terbuka, menantang dan produktifem soving) 6) Menuntut hasil yang terbaik dari siswa 7) Memberikan umpan balik seketika 8) Siswa memanjangkan hasil karyanya 9) Kompetitif dan kooperatif Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan. Berdasarkan teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya. Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan lingkungan. Model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan pendekatan pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, hanya saja sering terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah suatu strategi

pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan (Karli dan Yuliaritiningsih, 2002). Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Hal ini relevan dengan tingkat perkembangan intelektual usia sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret (Piaget, dalam Wilis:154). Hal senada dikatakan Margaretha S.Y., (2002) bahwa kecenderungan siswa sekolah dasar yang senang bermain dan bergerak menyebabkan anak-anak lebih menyukai belajar lewat eksplorasi dan penyelidikan di luar ruang kelas. Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru. Penulis terilhami menuangkan tulisan ini dengan maksud untuk dikembangkan menjadi visi misi sekolah sebagai prioritas untuk meningkatkan mutu pendidikan. Mudahmudahan tulisan singkat ini dapat menjadi bahan masukan bagi para guru untuk menengok lingkungan sekitar yang penuh arti sebagai sumber belajar dan informasi yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif. Model pendekatan ini pun relevan dengan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), sehingga pada gilirannya dapat mencetak siswa yang cerdas dan cinta lingkungan. Siswa boleh saja berpikir secara global, tetapi mereka harus bertindak secara lokal. Artinya, setiap orang/siswa perlu belajar apa pun, bahkan mencari hikmah dari berbagai macam pengalaman bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, namun pengetahuan tentang pengalaman bangsa-bangsa lain tersebut dijadikan sebagai pembelajaran dalam tindakan di lingkungan secara lokal. Dengan cara kerja seperti itu, kita tidak perlu melakukan trial and error yang berkepanjangan, melainkan kita belajar dari kesalahan-kesalahan orang lain, sementara kita sekadar meneruskan kerja dari paradigma yang benar. Bekerja dan belajar yang berbasis lingkungan sekitar memberikan nilai lebih, baik bagi si pembelajar itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar. Katakanlah belajar ilmu sosial atau belajar ekonomi, maka lingkungan sosial dan ekonomi sekitar dapat menjadi laboratorium alam. Pembelajaran ini dapat dilakukan sembari melakukan pemberdayaan (empowering) terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, sementara si pembelajar dapat melakukan proses pembelajaran dengan lebih baik dan efisien. Mohamad Yunus, penerima Nobel asal Bangladesh adalah orang yang banyak belajar berbasis lingkungan untuk mengembangkan ekonomi. Dengan mendirikan Grameen Bank, dia belajar sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar. Dasar Pemikiran:

Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada: 1. Berpusat pada peserta didik 2. Mengembangkan kreativitas peserta didik 3. Suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna 4. Prinsip pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) 5. Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna 6. Belajar melalui berbuat, peserta didik aktif berbuat 7. Menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan 8. Pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya 9. Menggunakan pembelajaran tuntas di sekolah Pengertian PAIKEM : PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa. Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajarmengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang besesuaian. Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya: - Percobaan - Diskusi kelompok - Memecahkan masalah - Mencari informasi - Menulis laporan/cerita/puisi - Berkunjung keluar kelas - Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam. - Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya: - Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri - Gambar - Studi kasus - Nara sumber - Lingkungan - Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan Siswa: - Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara - Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri - Menarik kesimpulan Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri.

Menulis laporan hasil karya lain dengan kata-kata sendiri. Melalui: Diskusi Lebih banyak pertanyaan terbuka Hasil karya yang merupakan anak sendiri Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. Siswa diberi tugas perbaikan atau pengayaan. Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus Guru memantau kerja siswa. Guru memberikan umpan balik. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengembangan visi dan misi di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) salah satu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Dengan demikian selama dalam proses pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. DAFTAR PUSTAKA Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Ciri-Ciri dan Prinsip Pembelajaran PAKEM

Dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan strategi pembelajaran yang sangat baik dan cocok untuk situasi dan kondisi siswa. Strategi yang sangat cocok dan menarik peserta didik dalam pembelajaran sekarang ini dikenal dengan nama PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan).

PAKEM adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengejakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif. A. ALASAN PENERAPAN PAKEM PAKEM diterapkan dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pembelajaran model konvensional dinilai menjemukan, kurang menarik bagi para peserta didik sehingga berakibat kurang optimalnya penguasaan materi bagi peserta didik. B. CIRI-CIRI / KARAKTERISTIK PAKEM Ciri-ciri/karakteristik PAKEM adalah: a. Pembelajarannya mengaktifkan peserta didik b. Mendorong kreativitas peserta didik &guru c. Pembelajarannya efektif d. Pembelajarannya menyenangkan utamanya bagi peserta didik C. PRINSIP PAKEM Prinsip PAKEM antara lain: 1. Mengalami: peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional 2. Komunikasi: kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta diidik 3. Interaksi: kegiatan pembelajarannyaa memungkinkan terjadinya interaksi multi arah 4. Refkesi: kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan D. JENIS PENILAIAN SESUAI DG PEMBELAJARAN MODEL PAKEM 1. Penilaian yang sesuai dengan pembelajaran model Pakem adalah penilaian otentik yang merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. 2. Tujuan Penilaian otentik itu sendiri adalah untuk: (a) Menilai Kemampuan Individual melalui tugas tertentu; (b) Menentukan kebutuhan pembelajaran; (c) Membantu dan mendorong siswa; (d) Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik; (e) Menentukan strategi pembelajaran; (f) Akuntabilitas lembaga; dan (g) Meningkatkan kualitas pendidikan. 3. Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementara itu, bentuk penilaian non tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap, cek lis, kuesioner, studi kasus, dan portofolio. 4. Dalam pembelajaran, dengan pendekatan Pakem rangkaian penilaian ini seyogiayanya dilakukan oleh seorang guru. Hal ini disebabkan setiap jenis atau bentuk penilaian

tersebut memiliki beberapa kelemahan selain keunggulan. E. TUJUAN PENILAIAN PEMBELAJARAN MODEL PAKEM 1. Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu 2. Menentukan kebutuhan pembelajaran 3. Membantu dan mendorong siswa 4. Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik 5. Menentukan strategi pembelajaran 6. Akuntabilitas lembaga 7. Meningkatkan kualitas pendidikan F. MERANCANG DAN MELAKSANAKAN PENILAIAN PEMBELAJARAN MODEL PAKEM 1. Merancang penilaian dilakukan bersamaan dengan merancang pembelajaran tersebut. Penilaian disesuaikan dengan pendekatan dan metode yang dilaksanakan dalam pembelajaran. 2. Dalam pembelajaran dengan pendekatan model Pakem, penilaian dirancang sebagaimana dengan penilaian otentik. Artinya, selama pembelajaran itu berlangsung, guru selain sebagai fasilitator juga melakukan penilaian dengan berbagai alat yang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Sumber : http://www.sekolahdasar.net/ Pembelajaran, Pendidikan

[PAKEM] Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

Posted by AKHMAD SUDRAJAT 22 Januari 2008 99 Komentar Filed Under Inovasi Pembelajaran, Pembelajaran Inovatif, Pembelajaran Konstruktivisme, Pembelajaran Kooperatif, Proses Pembelajaran oleh : Depdiknas A. Apa itu PAKEM?

AKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran

tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajarmengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:

Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

B. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM? 1. Memahami sifat yang dimiliki anak Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia selama mereka normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

2. Mengenal anak secara perorangan Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal. 3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. 4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata Apa yang terjadi jika lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata Apa, berapa, kapan, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu). 5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.

Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram. 7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka. 8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEMenyenangkan. C. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?

Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama PEMBELAJARAN. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru. Kemampuan Guru Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Pembelajaran Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiriGambarStudi kasusNara sumberLingkungan Siswa:Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancaraMengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiriMenarik kesimpulanMemecahkan masalah, mencari rumus sendiriMenulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri Melalui:DiskusiLebih banyak pertanyaan terbukaHasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan seharihari Guru memantau kerja siswaGuru memberikan umpan balik

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan.

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.

Guru mengaitkan PEMBELAJARAN dengan pengalaman siswa sehari-hari.

Menilai PEMBELAJARAN dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.

Pembelajaran Berbasis PAIKEM Januari 9, 2011


Posted by msuratman in Uncategorized. trackback Mengapa harus Paikem? Kita tidak dapat memungkiri bahwa sampai saat ini proses pembelajaran di sekolah masih cenderung berpusat pada guru. Guru menyampaikan materi-materi pelajaran dan siswa dituntut untuk menghafal semua pengetahuannya. Pembelajaran lebih berorientasi kepada penguasaan materi. Pembelajaran seperti ini memang terbukti berhasil dalam kompetisi

mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Pembelajaran berbasis PAIKEM (dulu PAKEM) diyakini dapat membantu siswa tidak hanya mampu menyerap pengetahuan tetapi juga mampu menggunakan pengetahuannya dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical dan creative thinking). PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inspiratif/Interaktif/ Inovatif, Kritis/Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. Dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses juga diamanatkan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, krativitas, dan kemadirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Jadi secara yuridis pembelajaran berbasis Paikem sudah jadi keharusan dilaksanakan dalam pemblajaran di sekolah. Ekspositori dan Inkuiri Diskoveri Sebuah proses pembelajaran memerlukan teknik, metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi, dan sumber daya. Memerlukan juga strategi yang tepat dan efektif. Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Gerlach and Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya (Dick and Carey). Berdasarkan pendekatan yang digunakan, secara umum ada dua strategi pembelajaran yaitu strategi yang berpusat pada guru (teacher centre oriented) dan strategi yang berpusat pada peserta didik (student centre oriented). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menggunakan strategi ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri (discovery inquiry). Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan: a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai; b. sumber referensi terbatas; c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak; d. alokasi waktu terbatas; dan e. jumlah materi (tuntutan kompeteni dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak. Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah sebagai berikut. a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran b. Apersepsi diperlukan untuk

penyegaran c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci kompetensi atau materi pembelajaran. Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan: a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai; b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup; c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak; d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan e. alokasi waktu cukup tersedia. Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah sebagai berikut. a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau jawaban sementara c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi e. Melakukan generalisasi Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sebagainya. Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning /CTL), Pembelajaran Pembelajaran Terpadu , Pembelajaran Inkuiri dengan menggunakan metode pembelajaran berbuat seperti: kerja kelompok, eksperimen, pengamatan, penelitian sederhana, pemecahan masalah, dan pembelajaran praktik dengan dikombinasikan dengan metode ekspositori seperti ceramah, tanya jawab dan demonstrasi adalah pendekatan pembelajaran yang karakteristiknya memenuhi harapan itu. Pendekatan atau model-model pembelajaran tersebut menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara optimal. Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar sekolah yang demikian cepat. Prinsip Pembelajaran PAIKEM PAIKEM sebagai model pembelajaran berbasis kompetensi menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi, yaitus ebagai berikut: a. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya. b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan. c. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya. d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga

mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya. e. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan. Berpikir kritis adalah kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insigt) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) adalah kemampuan tahap tinggi siswa dalam mengatasi hambatan, kesulitan maupun ancaman. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. f. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta didik. Tujuan PAIKEM Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insigt) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Karakteristik PAIKEM Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka pembelajaran yang berfokus pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu: mengalami, komunikasi, interaksi dan refleksi. 1. Mengalami (pengalaman belajar) antara lain: Melakukan pengamatan Melakukan percobaan Melakukan penyelidikan Melakukan wawancara Siswa belajar banyak melalui berbuat Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera. 2. Komunikasi, bentuknya antara lain: Mengemukakan pendapat Presentasi laporan Memajangkan hasil kerja Ungkap gagasan 3. Interaksi, bentuknya antara lain: Diskusi Tanya jawab Lempar lagi pertanyaan o Kesalahan makna berpeluang terkoreksi o Makna yang terbangun semakin mantap o Kualitas hasil belajar meningkat 4. Kegiatan Refleksi yaitu memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan. mengapa demikian? apakah hal itu berlaku untuk ? Untuk perbaikan gagasan/makna Untuk tidak mengulangi kesalahan Peluang lahirkan gagasan baru Dari karakteristik PAIKEM tersebut, maka guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab dalam memberikan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar, sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Jenis-Jenis PAIKEM Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik PAIKEM antara lain adalah pembelajaran kotekstual (CTL), Pembelajaran Terpadu (Tematik, IPA Terpadu, IPS Terpadu), Pembelajaran berbasis TIK (ICT), Pembelajaran Pengayaan dengan menggunakan berbagai strategi antara lain

dengan Lesson Study. Penerapan PAIKEM Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Dalam hal ini guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri. 1. Kegiatan Tatap Muka Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan sistem SKS, maka kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau demonstrasi. 2. Kegiatan Tugas terstruktur Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi. 3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek. PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme yang dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal. Baca lebih lanjut tentang Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching and learning: CTL). Sumber: Pembelajaran Berbasis Paikem, Materi Penguatan Pengawas, Ditjen PMPTK Kemendiknas, 2010

Implementasi Inovasi Pembelajaran Teknik paikem


14 Mar IMPLEMENTASI INOVASI PEMBELAJARAN METODE PAIKEM DI MTs NEGERI CIAMIS Abstrak

Pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh berbagai faktor salah satunya adalah kiat masing-masing pengajar di kelas dalam meciptakan proses pengajaran. Hal tersebut terjadi karena pengajar selain sebagai orang yang berperan dalam proses transformasi pengetahuan dan keterampilan, juga memandu segenap proses pembelajaran. Pengajar yang profesional ditandai dari penguasaan kelas yang diasuhnya untuk mengantarkan peserta didik mencapai hasil belajar yang optimal. Sebagian guru-guru mempraktekkan metode PAIKEM dalam pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan prestasi siswa. Guru-guru tersebut dibekali dengan beberapa latihan untuk membantu implementasi metode tersebut di sekolah. Namun demikian, masih ada sebagian guru yang menghadapi masalah dalam pelaksanaannya. Sehingga kerjasama yang baik antara guru dengan pihak-pihak yang terkait untuk implementasi inovasi pembelajaran harus ditingkatkan Berbagai metode pengajaran dilakukan untuk meningkatkan prestasi siswa di MTs Negeri Ciamis khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Salah satu yang digunakan adalah metode PAIKEM. Metode yang menitikberatkan bahwa belajar itu adalah menyenangkan. Sebanyak 59 siswa orang MTs Ciamis menjadi responden kajian ini. Hasil kajian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan impelementasi inovasi PAIKEM hasilnya lebih baik dibanding dengan sistem pembelajaran konvensional atau pembelajaran yang berpusat kepada guru. Kata kunci : Inovasi Pendidikan, metode pengajaran,PAIKEM,

IMPLEMENTATION OF EDUCATION INNOVATION BY USING PAIKEM METHODE AT MTS NEGERI CIAMIS

Abstract A determined learning success by the tips of each teacher in the classroom as teachers than as people who play a role in the process of transformation of knowledge and skills, as well as guide the whole process of learning. Professional teachers who can be a sign of the extent to which he was master class fosterage, to deliver learners achieve optimal learning outcomes. Most of the teachers in learning the practice of innovation in schools. Teachers are also provided with some training to assist with the implementation of learning innovations in schools. However, there are some teachers who are facing problems in its

implementation. Therefore need good cooperation between the teachers with related parties for the implementation of learning innovation must be increased. Many methods of education are implemented to increasing capability of MTs Negeri Ciamis students particularly in social science. One of them is PAIKEM method. The method is to conduct of education with fun. A total of 59 students from two classes of MTs Negeri Ciamis were respondents in this study. The study results found that learning with innovation PAIKEM Implementation results are better with the conventional learning system or as a teacher in the learning resource center. . Keywords: educational innovation, educational method, PAIKEM

Pendahuluan

1. a.

Permasalahan utama

Mencurahkan segala daya dan kemampuanya untuk selalu berinovasi menemukan sesuatu yang baru yang dapat membantu hidup menjadi lebih baik itu adalah syarat mutlak untuk tidak tertinggal atau tergerus oleh zaman yang selalu berkembang. Guru sebagai pengajar atau pendidik, merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap usaha pendidikan dengan pengajaran. Itulah sebabnya setiap adanya implementasi inovasi pembelajaran, khususnya mengenai masalah kurikulum dan peningkatan sumber daya yang dimiliki oleh siswa, akan dihasilkan oleh pembelajaran yang sering bermuara pada faktor kemampuan guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru dituntut untuk senantiasa berperan aktif dan eksis dalam dunia pendidikan sesuai dengan zaman yang selalu berkembang. Keahlian dan kepribadian guru merupakan salah satu faktor yang sangat berperan sekaligus menjadi loncatan bagi siswa untuk meraih keberhasilan khususnya prestasi baik dari segi analisis maupun kemampuan mendayagunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dalam dunia pendidikan inovasi adalah tantangan penyelenggaraan pendidikan yang berkwalitas yang merupakan cita-cita mulia bangsa Indonesia. Oleh karena itu, implementasi gagasan inovasi pendidikan oleh seorang pendidik sangatlah diperlukan, dengan dukungan elemen terkait supaya tidak terjadi kemandekan pada dunia pendidikan kemudian akan berimbas pada pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, social dan lain-lain. b. Rumusan Masalah

Saat ini adalah era globalisasi dan revolusi informasi, di mana telah mengakibatkan terjadinya persaingan secara bebas dalam berbagai hal, tidak lagi mengenal batas-batas

negara dan teritori. Semuanya bersaing dan berlomba-lomba meraih kesempatan dalam sistem mekanisme pasar global. Apabila dunia pendidikan di Indonesia tidak menghasilkan pendidikan yang berkwalitas maka akan kalah di pasaran dan akan tergerus jaman yang semakin canggih dan inovatif. Inilah tantangan bagi dunia pendidikan pendidikan. Bagaimana implementasi inovasi pengajaran di Indonesia untuk mengantisipasi perubahan tersebut? langkah-langkah apa yang perlu dilakukan sehingga penyelenggara pendidikan di Indonesia ini mampu menempatkan kualitas sumber daya manusia kita pada level yang patut diperhitungkan di kancah global? Hal ini merupakan tugas yang tidak ringan, terutama bagi penyelenggara kegiatan pendidikan. Di sini dibutuhkan manajemen pendidikan yang baik (well manage) dan strategi implementasi inovasi pengajaran agar organisasi pendidikan mampu menghasilkan SDM yang berkualitas. Dalam bidang pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan. Inovasi yang terjadi dalam bidang pendidikan tersebut, antara lain dalam hal manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum, dsb. Setiap orang atau individu dalam pendidikan hendaknya berperan dalam implementasi inovasi pengajaran karena prestasi pendidikan tergantung dari prestasi individu dalam pendidikan. Prestasi individu dalam pendidikan merupakan bagian dari prestasi pendidikan yang pada gilirannya merupakan prestasi organisasi pendidikan. Karena itu semua unsur di dalam dunia pendidikan, baik guru maupun yang terlibat dalam proses pendidikan harus mempunyai niat dan perhatian serta konsistensi yang terintegrasi dan berkesinambungan. Semua pihak yang berperan serta dalam proses inovasi pendidikan harus mengetahui tujuan, sasarannya dan perencanaan maupun strategi yang dipergunakan, sehingga hasilnya dapat memenuhi harapan dalam pendidikan. c. Tujuan dan Manfaat Kajian/tulisan

Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual atau kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Jika memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri. Masalah yang diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan serta sering dilihat atau diamati oleh siswa sendiri, umpamanya masalah kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu lintas, pembusukan makanan, wabah penyakit, kegagalan panen, pemalsuan produk, atau soal-soal dalam setiap mata pelajaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi, Dsb

Implemantasi Inovasi pengajaran dalam pendidikan sangat penting untuk dilakukan sebagaimana diungkapkan antara lain oleh Johnson dan Jacobson (dalam Taufik, 2009), karna mempunyai manfaat utama sebagai berikut :

Menciptakan pengetahuan baru. Memandu arah proses pencarian penyedia dan pengguna teknologi, yaitu mempengaruhi arah agar para pelaku mengelola dan memanfaatkan sumber dayanya. Memasok/menyediakan sumber daya, yaitu modal, kompetensi dan sumber daya lainnya. Memfasilitasi penciptaan ekonomi eksternal yang positif (dalam bentuk pertukaran informasi, pengetahuan dan visi). Memfasilitasi formasi pasar.

Landasan Teori

Pengertian Inovasi Inovasi adalah suatu ide , gagasan, praktik atau obyek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Oleh sebab itu, inovasi pada dasarnya merupakan pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktik-praktik tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil olah pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu kedaan tertentu ataupun proses tertentu yang terjadi di masyarakat (Ahira: 2011). Sedangkan menurut Kusmana (2010: 4) inovasi adalah membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Dari pendapat diatas penulis menarik kesimpulan bahwa inovasi adalah menghasilkan produk baru atau idea baru dengan tujuan untuk memperbaiki yang sudah ada supaya lebih baik dari keadaan atau situasi sebelumnya sehingga meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas. Pengertian PAIKEM PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pengajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa proses pembelajaran di sekolah sampai saat ini cenderung berpusat kepada guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung jawab untuk menghafal semua pengetahuan. Memang pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi

terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa disekolah agar dapat dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika cara pengajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan , kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan caracara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan sendiri ide-ide, dan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di upayakan sendiri siswa yang memanjat tangga itu. Tingkat pemahaman siswa menurut model Gagne,1985 (dalam Kemendiknas : 2011) dapat dikelompokan menjadi delapan tipe belajar, yaitu: (1) belajar isyarat, (2) stimulus-respon, (3) rangkaian gerak, (4) rangkaian verbal, (5) membedakan, (6) pembentukan konsep, (7) pembentukan aturan dan (8) pemecahan masalah (problem solving). Implementasi pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya dengan metode mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak

kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa. Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. Penerapan PAKEM dalam Implementasi Pembelajaran Menurut Tarmizi, 2008 (dalam Pusbang Tendik, 2011) Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. Pada pasal 19 ayat 3 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dinyatakan bahwa setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan demikian sebelum melakukan pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu dilakukan perencanaan pembelajaran. Pada Standar Proses (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007) bagian perencanaan pembelajaran dinyatakan bahwa kegiatan inti pembelajaran merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar (KD), dan kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan tersebut dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Lebih lanjut pada Standar Proses dinyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Berdasarkan inovasi PAIKEM, maka rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) haruslah berfokus pada siswa, makna,

aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu: mengalami, komunikasi, interaksi dan refleksi. a.

Mengalami (pengalaman belajar) antara lain: Melakukan pengamatan Melakukan percobaan Melakukan penyelidikan Melakukan wawancara Siswa belajar banyak melalui berbuat Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera. Komunikasi, bentuknya antara lain:

b.

Mengemukakan pendapat Presentasi laporan Memajangkan hasil kerja Ungkap gagasan Interaksi, bentuknya antara lain:

c.

Diskusi Tanya jawab Lempar lagi pertanyaan Kesalahan makna berpeluang terkoreksi Makna yang terbangun semakin mantap Kualitas hasil belajar meningkat Kegiatan Refleksi yaitu memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan.

d.

Mengapa demikian? Apakah hal itu berlaku untuk ? Untuk perbaikan gagasan/makna Untuk tidak mengulangi kesalahan Peluang lahirkan gagasan baru

Dari karakteristik PAIKEM tersebut, maka guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab dalam memberikan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar, sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.

Metodologi

1. a.

Metode Kajian yang digunakan

Adapun kegiatan inti menggunakan metode observasi yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Maksud dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi sebagai berikut. 1. 1. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip bahwa guru dan belajar didapatkan dari aneka sumber; b. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; c. memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; d. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan

e. memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. 2. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: a. membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yang bermakna; b. memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; c. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; d. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;

e. memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;

f. memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; g. memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan; h. memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. 3. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a. memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik, b. memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, c. memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, d. memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah; memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh; memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

Dalam kegiatan penutup, guru:


bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

1. b.

Objek Kajian

Objek kajian siswa dan guru MTs Negeri Ciamis yang berjumlah 57 orang, dan kajian ini di lakukan pada minggu ke dua pada bulan Maret 2012. 1. c. Sumber Data

Sumber data dalam kajian ini adalah guru mata pelajaran IPS kelas VIII (Agus Gozali, M.Pd) dan siswa MTs Negeri Ciamis terbagi menjadi 2 kelompok observasi yaitu kelas VIII a dan VIII b. Kelompok yang pertama (VIII a) : dengan implementasi Inovasi pendidikan dengan dengan kajian tiga kali pertemuan sebagai berikut : Tujuan Pembelajaran : 1. 2. 3. Menunjukkan letak aliran sungai Bengawan Solo Menyebutkan kota-kota yang dilalui aliran sungai Bengawan Solo Mendeskripsikan kondisi alam di lembah Bengawan Solo

4. Menjelaskan hubungan antara kondisi alam lembah Bengawan Solo dengan penemuan fosil-fosil manusia pra-aksara 5. Menjelaskan corak kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat pra-aksara.

Pertemuan ke 1

Kelas dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 3-5 orang. Tiap kelompok mencari informasi dari internet sekolah yang berkaitan dengan kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat disekitar lembah Bengawan. Tiap kelompok mendiskusikan / membahas informasi yang telah ditemukan dari sumber, membuat laporan hasil diskusi dan mempresentasikan hasilnya. Masing-masing kelompok mengamati peta Jawa Tengah di internet khususnya Surakarta dan menginterpretasikan letak aliran sungai bengawan Solo dan menunjukkan kota-kota yang dilalui alran sungai Bengawan Solo. Membuat peta aliran sungai Bengawan Solo Guru memberi tanggapan dan penguatan terhadap pendapat-pendapat / pekerjaan siswa dan membuat kesimpulan dengan merujuk pada referensi atau pendapat para ahli

Pertemuan ke 2

Siswa dibagi ke dalam kelompok

Setiap kelompok mengkaji materi pelajaran dengan mempelajari di internet sekolah dan mendiskusikan :

Bukti-bukti apa menunjukkan adanya zaman pra-aksara? Bagaimana kehidupan ekonomi zaman pra aksara. Bagaimana kehidupan sosila-budaya zaman pra aksara Bagaimana hubungan antara kondisi alam lembah Bengawan Solo dengan penemuan fosil-fosil manusia pra-aksara ?

Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, dilanjutkan tanggapan dari kelompok lain Guru memberi tanggapan dan penguatan terhadap pendapat-pendapat siswa dan membuat kesimpulan dengan merujuk pada referensi atau pendapat para ahli

Pertemuan ke tiga

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok Setiap kelompok mengkaji materi tentang corak kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya manusia zaman pra aksara melalui internet. Setiap kelompok melakukan studi kasus tentang diminta corak kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya manusia zaman pra aksara Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya Kelompok lain memberikan tanggapan ,sanggahan dan pendapat terhadap materi yang disajikan Tanya jawab corak kehidupan ekonomi, sosial dan budaya manusia. Guru memberikan tanggapan dan penguatan terhadap pendapat dan pertanyaan para siswa dengan merujuk pada referensi dan pendapat para ahli :

Kelompok yang kedua (VIII b)

Dalam tiga kali pertemuan, kelompok ke dua menggunakan cara konvensional, yaitu pembelajaran terpusat pada guru. 1. d. Prosedur Penelitian

Obyek : kelas VIII a yang berjumlah 29 orang sebagai kelompok pertama dengan implementasi inovasi pengajaran PAIKEM, dan kelas VIII b jumlah 30 orang sebagai kelompok kedua dengan menggunakan pola pembelajaran konvensional. Mata pelajaran yang di bahas adalah IPS terpadu, dengan 3 kali perbandingan antara kelompok yang menggunakan implementasi inovasi pengajaran dan kelompok kedua yang dengan mengunakan cara konvensional. Untuk mengetahui hasil pembelajaran diadakan test awal (pre test) dan test akhir (Posttest).

Berikut adalah hasilnya Pertemuan ke 1 2 3 Kelas VIII a pre test Posttest 65, 45 84, 35 64, 98 86, 17 66, 37 85, 20 Kelas VIII b pre test Posttest 64, 74 75, 89 63, 26 78, 29 62, 27 76, 15 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa 1. Kelompok pertama yang menggunakan metode PAIKEM yang berlandaskan implementasi inovasi pembelajaran hasilnya lebih baik terbukti dari nilai posttest yang lebih baik dari kelompok ke dua yang menggunakan cara konvensional. 2. Peran guru dalam implementasi inovasi pembelajaran adalah guru dituntut mampu mewujudkan PAIKEM dalam kelas sehingga proses pembelajaran dapat tersampaikan dengan mudah dan maksimal, penggunaan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, penggunaan media pembelajaran harus memperhatikan fungsi dari media tersebut, guru juga harus mempunyai ketrampilan untuk mensiasati media ke alat yang lebih sederhana tanpa hanya mengandalkan fasilitas dari sekolah, kegiatan mengajar belajar semestinya dapat diimplementasikan dalam realitas kehidupan, evaluasi pembelajaran saat ini menuntut tidak hanya penilaian terhadap akademis peserta didik, akan tetapi juga penilaian melalui pendekatan afektif atau perkembangan sikap siswa; 3. hasil dalam implementasi inovasi pembelajaran dijabarkan ke dalam tiga hal yaitu motivasi belajar siswa menjadi bertambah, perubahan perilaku siswa menjadi lebih antusias dalam belajar, dan hasil belajar siswa yang meningkat; 4. kendala dalam implementasi inovasi pembelajaran dirasakan oleh guru dan murid, guru merasa takut dan tidak percaya dengan kemampuannya sedangkan murid harus merubah cara belajar mereka dari pasif menjadi aktif, dukungan dari sekolah terwakili dengan adanya budaya sekolah yang mencerminkan aplikasi dari pelajaran PKn yaitu sikap toleransi dan saling menghargai dan kebijakan sekolah yang memberi kebebasan kepada guru guna terwujudnya pembelajaran inovatif; 5. dampak dari implementasi inovasi pembelajaran berimbas kepada guru dan siswa, guru meninggalkan pembelajaran konvensional menuju pembelajaran inovatif, guru menjadi bertambah inovatif dalam melakukan pembelajaran dan bagi siswa telah merubah siswa menjadi subyek belajar yang aktif dalam kegiatan mengajar belajar. Keterangan hasil A>B A>B A>B

Saran

Pembaharuan (inovasi) diperlukan bukan saja dalam bidang teknologi, tetapi juga di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Pembaruan pendidikan diterapkan didalam berbagai jenjang pendidikan juga dalam setiap komponen system pendidikan. Sebagai pendidik, kita harus mengetahui dan dapat menerapkan inovasi-inovasi agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal. Kemajuan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh pada outputnya sehingga akan muncul pengakuan yang rill dari siswa, orang tua dan masyarakat. Namun sekolah/ lembaga pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan rill apabila warga sekolah tidak melakukan suatu inovasi di dalamnya dengan latar belakang kekuatan, kelemahan tantangan dan hambatan yang ada.Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tapi harus melibatakan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa. Disamping itu, kesalahpahaman yang harus dihindari oleh seorang pendidik dalam implementasi inovasi pendidikan adalah sebagai berikut : 1. PAIKEM membutuhkan alat peraga yang banyak sehingga merepotkan dan membuat guru kurang berminat. 2. PAIKEM dipandang sebagai model pembelajaran yang mahal, sehingga tidak efektif untuk diterapkan di sekolah. 3. PAIKEM hanya diisi dengan bernyanyi dan main-main sehingga dipandang tidak efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran 4. PAIKEM hanya cocok dilakukan oleh guru yang betul-betul memiliki selera humor yang tinggi (sense of humor) dan rasa percaya diri yang tinggi. Penutup Demikian tulisan ini penulis buat dengan harapan menambah pemahaman dan wawasan dalam implementasi inovasi pengajaran khususnya untuk penulis sendiri, umumnya untuk semua yang membaca tulisan ini.

Daftar Pustaka Tarmizi. pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan. Dalam situs http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-danmenyenangkan/. Dikunjungi 11 Maret 2012 Pusbang Tendik/Badan PSDMP dan PMP-Kemdiknas/2011

Tatang Taufik. Sistem Inovasi dan Pendidikan. Dalam situs http://sisteminovasi.blogspot.com/2009/01/sistem-inovasi-dan-pendidikan.html. Dikunjungi 24 Februari 2012 Anneahira.Inovasi Pendidikan. Dalam situs http://www.anneahira.com/artikelpendidikan/inovasipendidikan.htm/2011.Dikunjungi 24 Februari 2012 Kusmana, Suherli, Ciamis : pascasarjana unigal press, 2010 LAMPIRAN Gambar 1. Contoh inovasi pola duduk dalam pembelajaran Gambar 2.Siswa berperan aktif dalam pembelajaran Gambar 3. Mencari informasi dari internet Gambar 4.Cara belajar konvensional Biodata Penulis Shilphy Afiattresna Octavia, dilahirkan 04 Oktober 1979 di Ciamis. Pekerjaan saat ini adalah sebagai guru di MTs Negeri Ciamis yang dilakukan sejak tahun 2004. Pendidikan dasar dan menengah dilakukan di Ciamis, Strata 1 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Jurusan Bimbingan dan Konseling pada tahun 2004. Saat ini sedang menempuh pendidikan Srata S2 dalam Manajemen Pendidikan Jurusan Manajemen Sistem Pendidikan di Universitas Galuh Ciamis. (Ciamis, 14 Maret 2012)

Merencanakan pembelajaran
Kegiatan rutin guru setiap tahun sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) adalah sama yaitu membuat rencana pembelajaran. Seperangkat mengajar yang kita buat dibendel dan diserahkan kepada wakil kepala sekolah urusan kurikulum untuk di validasi dan disahkan oleh kepala sekolah. Mengelola proses belajar-mengajar (pembelajaran) adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Menurut M. Saekhan Muchith, M.Pd dalam buku pembelajaran kontektual yang diterbitkan RaSail Media Group, 2008, hal 99 Kemampuan merencanakan pengajaran meliputi :

1. Menguasai perangkat pembelajaran, yaitu kemampuan memahami segala hal yang terkait dengan proses pembelajaran 2. Menyusun analisis materi pelajaran ( AMP), yaitu kemampuan menjabarkan materi dari materi yang bersifat umum ke dalam materi yang khusus, atau menjabarkan standar kompetensi ke dalam indicator keberhasilan pembelajaran. 3. Menyusun program semesteran dan program tahunan, ini merupakan jadwal pelajaran dalam kurun waktu tertentu 4. Menyusun rencana pengajaran, dengan memperhatikan :1. Standar kompetensi siswa, kompetensi yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran; 2. Indikator keberhasilan, kemampuan atau ketrampilan yang ditampilkan siswa setelah siswa mengikuti pembelajaran. Indikator ini perlu dilihat dari segi intelektual (kognitif) dan juga ketrampilan mekanik (psikomotor); 3. Perumusan tujuan pengajaran, yaitu aspek kemampuan yang harus dicapai melalui proses pengajaran; 4. Pemilihan bahan dan urutan bahan, yang perlu diingat bahwa bahan pembelajaran tidak hanya dari buku panduan saja, tetapi bahan pembelajaran bisa diperoleh dari mana saja, apa saja asalkan mampu memberikan kemampuan akademik siswa; 5. Pemilihan metode mengajar, motode yang ideal adalah metode yang sesuai dengan materi, dengan perlengkapan sarana, sesuai dengan waktu, sesuai dengan kemampuan guru, dan sesuai dengan kemampuan siswa; 6. Pemilihan sarana / alat pendidikan, guru yang baik adalah guru yang memiliki kemampuan memberdayakan segala sarana untuk mempercepat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran; 7. Pemilihan stategi evaluasi, evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui tentang (a) kemampuan siswa mengetahui materi pelajaran, (b) mengetahui kekurangan dan kelebihan guru dalam melaksanakan pembelajaran, (c) mengetahui keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin lembaga pendidikan Model pembelajaran terakhir yang aku dengar adalah model pembelajaran PAIKEM, yaitu model yang dalam proses pembelajarannya menjadikan siswa menjadi aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. Dalam melaksanakan model PAIKEM, guru harus memperhatikan : 1. Memahami sifat yang dimiliki anak; 2. Mengenal anak secara perorangan; 3. Memanfaatkan perilaku anak dalam mengorganisasian belajar; 4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan untuk memecahkan masalah; 5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik; 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar; 7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar; 8. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental. Dalam buku yang digunakan untuk pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) rayon 16 Jember, selama kegiatan belajar mengajar berlangsung untuk melaksanakan PAIKEM ditunjukkan beberapa kegiatan guru dan siswa. Juga kemampuan yang perlu dikuasasi guru untuk menciptakan suasana aktif dan menyenangkan dalam pembelajaran. Contoh KBM model PAIKEM :

Komponen pembelajaran

hal baru yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran selama ini Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya:

Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran

Percobaan Diskusi kelompok Memecahkan masalah Mencari informasi Menulis laporan

Berkunjung keluar kelas Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya :

Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam

Alat yang sudah ada / dibuat sendiri. Gambar Studi kasus Nara sumber Lingkungan

Siswa :

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembankan ketrampilan

Melakukan percobaan, pengamatan atau wawancara Mengumpulkan data / jawaban dan mengolahnya sendiri Menarik kesimpulan Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri

Menulis laporan / hasil karya lain dengan kata kata sendiri Melalui :

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan

Diskusi Lebih banyak pertanyaan terbuka Hasil karya yang merupakan hasil pemikiran siswa sendiri Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan ( untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut Tugas perbaikan atau pengayaan yang diberikan Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan seharihari

Guru Menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa

Guru mengkaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari

Model pembelajaran yang dapat mendukung proses PAIKEM adalah pembelajaran kooperatif, karena model ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa selama proses belajar mengajar, yaitu siswa saling berinteraksi untuk memecahkan masalah. Abdurrahman dan Bintoro ( dalam nurhadi, dkk 2004 : 64-67) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi 4 model : 1. Student teams achiement devision (STAD); 2. Grup investigation (GI); 3. Jigsaw; 4. Number head together (NHT). Model pembelajaran STAD adalah siswa bekerja dalam suatu kelompok kecil dengan menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran lain untuk menuntaskan materi pembelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami materi tutorial, kuis, dan diskusi ( Ibrahim, 2000: 21-22) Pembelajaran jigsaw adalah cara pembelajaran yang dilakukan guru dengan cara memberikan tugas kelompok kepada siswa, dimana setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk menyelesaikan materi pembelajaran, kemudian mempresentasikan materi tersebut kepala kelompok yang lain (Hadisubroto, 1998: 20) Model pembelajaran GI adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari perbedaan kemampuan dan latar belakang yang berbeda baik dari segi gender, etnis, dan agama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topic. Model ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik menentukan topic maupun cara mempelajari melalui investigasi. Menurut Nurhadi, tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan berkomunikasi maupun ketrampilan proses kelompok.

Dalam merencanakan pembelajaran tidak hanya memperhatikan model pembelajaran, kita juga memperhatikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. diidentifikasi dari sumber-sumber : agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. terdapat sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini. NILAI 1. Religius DESKRIPSI Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

2. Jujur

NILAI 3. Toleransi

DESKRIPSI Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang Komuniktif berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

NILAI

17. Peduli Sosial

18. Tanggung-jawab

DESKRIPSI mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber : Kementerian pendidikan nasional, badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum, jakarta, 2010 dalam buku : pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, pedoman sekolah. Tahun pelajaran sekarang, aku dapat tugas mengajar 4 pelajaran, 24 jam perminggu. Berarti membuat 4 perangkat pembelajaran. Semoga tahun sekarang lebih baik pelayananku kepada siswa dari pada tahun yang lalu.

Sumber pustaka : M. Saekhan Muchith, M.Pd , pembelajaran kontektual yang diterbitkan RaSail Media Group, 2008, Tim penyusun modul rayon 16 universitas jember, digunakan terbatas untuk pendidikan dan latihan profesi guru rayon 16 universitas jember Kementerian pendidikan nasional, badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum, jakarta, 2010 dalam buku : pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, pedoman sekolah.

PEMBELAJARAN PAIKEM
TRISNO MARSA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu yang terus bergulir di bidang pendidikan akhir-akhir ini adalah mengenai berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air. Mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang sangat rendah berperan sangat signifikan terhadap mutu pendidikan kita. Berdasarkan indeks pembangunan manusia (HDI) yang diteliti UNDP

pada tahun 2005, mutu SDM Indonesia menempati peringkat 110 di dunia dan di ASEAN pun Indonesia ketinggalan dari negara-negara tetangga kita, Singapura (25), Brunei (33), Malaysia (61), Thailand (73), Philipina (84), dan Vietnam (108) (Hendayana dkk., 2007). Guru sebagai ujung tombak pendidikan memainkan peranan penting pada peningkatan mutu pendidikan. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS) pasal 40 ayat (2) point (a) menyatakan dengan jelas bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Peserta didik tidak lagi dijadikan obyek pembelajaran, melainkan sebagai subyek didik. Dengan demikian, pola pembelajaran pun berubah dari pola behavioristik menjadi konstruktivistik. Pola pembelajaran konstruktivistik lebih menekankan pada active learning yang memungkinkan siswa untuk berkreasi. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai karakteristik pribadi yang mereka miliki (Hartono, 2007). Sejalan dengan strategi pembelajaran aktif, dewasa ini guru-guru diarahkan untuk menggunakan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan). Selain PAIKEM, topik pendidikan yang belakangan ini menarik untuk diperbincangkan yaitu tentang Lesson Study, yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif. Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penulisan makalah, maka rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pelaksanaan PAIKEM ? 2. Bagaimanakah pelaksanaan Lessons Study ? C. Tujuan Penulisan Makalah Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. a. Untuk mengetahui pelaksanaan PAIKEM dalam kegiatan pembelajaran biologi. b. Untuk mengetahui pelaksanaan Lesson Study dalam kegiatan pembelajaran biologi.

BAB II PEMBAHASAN A. PEMBELAJARAN PAIKEM 1. Pengertian PAIKEM PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Inovatif dimaksudkan agar siswa memiliki daya imajinasi yang dituangkan dalam ide-ide yang tidak ketinggalan jaman. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa (Depdiknas, 2007). Secara garis besar, gambaran PAIKEM yang dijelaskan oleh Depdiknas (2007) adalah sebagai berikut: 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. 2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAIKEM

Dalam melaksanakan PAIKEM, menurut Suprijanto dkk. (2008), ada beberapa hal yang harus diperhatikan. 1) Memahami sifat yang dimiliki anak Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. 2) Mengenal anak secara perorangan Perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal (Depdiknas, 2007). 3) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar 4) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering mengajukan pertanyaan terbuka, misalnya dimulai dengan kata-kata Apa yang terjadi jika ... lebih baik dari pada yang dimulai dengan kata-kata Apa, berapa, kapan, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu) (Depdiknas, 2007). 5) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik Ruang kelas yang menarik sangat disarankan, misalnya dengan memajang hasil karya siswa. Hasil pekerjaan yang dipajang diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. 6) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan tidak hanya lingkungan fisik, lingkungan sosial dan budaya merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). 7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Dengan umpan balik, siswa dapat mengetahui kekuatan serta kelemahannya. 8) Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Guru hendaknya mengembangkan aktif mental pada anak didik. 9) Membuat pembelajaran yang menyenangkan Pembelajaran yang menyenangkan akan membuat ingatan siswa lebih kuat karena ada hubungan stimulus-respon yang berulang, seperti yang dikemukan Thorndike dengan teori belajarnya. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan memberi kesan yang mendalam pada diri anak, sehingga mereka cenderung akan mengulang aktifitas tersebut. Akibat dari ini adalah anak didik mampu mempertahankan stimulus dalam memori mereka dalam waktu lama (longterm memory), sehingga mereka mampu

merecall apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun. 3. Pelaksanaan PAIKEM Gambaran PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama pembelajaran. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru. Kemampuan Guru Pembelajaran Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal: Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri Gambar Studi kasus Nara sumber Lingkungan Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa: Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri Menarik kesimpulan Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui: Diskusi Lebih banyak pertanyaan terbuka Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari Menilai pembelajaran dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus Guru memantau kerja siswa Guru memberikan umpan balik (Depdiknas, 2007) 4. Contoh Skenario Pembelajaran PAIKEM Standar Kompetensi : 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup Kompetensi Dasar : 2.4. Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan I. Indikator : Melaporkan proses pembuatan suatu produk yang menggunakan jamur III. Pendekatan Pembelajaran : Konstruktivisme

Strategi Pembelajaran Eksperimen dengan pendekatan Group Investigation IV. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan I : Perancangan Eksperimen No Kegiatan Guru Peserta Didik 1 Kegiatan Awal - Memotivasi peserta didik dengan menunjukkan contoh produk fermentasi oleh jamur, dengan mengajukan pertanyaan Produk pengawetan ini menggunakan proses apa? Melanjutkan pertanyaan Ada yang dapat menjelaskan bagaimana proses pembuatan tempe ? Menuliskan topic yang akan dipelajari yaitu Pembuatan produk makanan menggunakan jamur Menyebutkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Mengeksplorasi pengetahuan awal peserta didik melalui pertanyaan Bagaimana cara memvariasi pembuiatan tempe ? Menjawab pertanyaan guru (harapan guru peserta didik menjawab fermentasi)

Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, peserta didik menjawab sesuai pengetahuannya ) Menulis topic yang akan dipelajari

Menulis tujuan pembelajaran Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, peserta didik menjawab sesuai dengan pengetahuan awal masing-masing) 2. Kegiatan Inti Membagi peserta didik dalam beberapa kelompok heterogen

Menjelaskan teknik pelaksanaan kegiatan eksperimen Meminta peserta didik mempelajari tugasnya dan memberi waktu untuk bekerja kelompok

Menjadi fasilitator dan moderator diskusi kelas Memberi penguatan pada hasil diskusi (penguatan berupa konsep-konsep penting) Memberikan penjelasan singkat Duduk dalam kelompok yang dibentuk oleh guru serta memilih salah satu anggotanya sebagai ketua kelompok Masing-masing kelompok mendapat materi tugas yang berbeda Mempelajari tugas dan mengerjakan lembar kerja Ketua Kelompok dan anggotanya menyampaikan dalam diskusi kelas Mencatat penguatan yang diberikan guru Mencatat penjelasan guru 3. Kegiatan Akhir/Tindak Lanjut - Membantu siswa menyimpulkan materi pelajaran Menyimpulkan materi pelajaran Pertemuan II : Siswa melakukan ekperimen Pertemuan III : Siswa mempresentasikan hasil eksperimen Kegiatan akhir: evaluasi LEMBAR KERJA SISWA Perancangan Eksperimen Topik : Variasi Pembuatan Tempe Tujuan : Melalui kegiatan ini anda diharapkan dapat merancang eksperimen untuk membuat tempe yang memiliki nilai lebih. Artinya, anda dapat membuat berbagai perlakuan pada pembuatan tempe. Sebagai contoh : - pengaruh variasi pembungkus tempe terhadap rasa tempe - variasi tempe dari berbagai jenis kacang Petunjuk Kegiatan : 1. Buatlah rumusan masalah dari eksperimen yang akan anda lakukan 2. Berdasarkan masalah di atas, nyatakan rumusan hipotesis yang akan anda uji 3. Identifikasi variabel yang dimanipulasi dan variabel responsnya 4. Deskripsikan rancangan eksperimen yang akan dilakukan 5. Presentasikan rancangan eksperimen

6. Laksanakan eksperimen berdasarkan rancangan 7. Buatlah laporan penelitian 8. Presentasikan laporan B. LESSON STUDY 1. Hakekat Lesson Study Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo (Susilo, 2009). Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993 (Sudrajat, 2008). Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi. Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terusmenerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial (Sudrajat, 2008). Slamet Mulyana dalam Sudrajat (2008) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. 2. Manfaat Lesson Study Bill Cerbin & Bryan Kopp dalam Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Dalam tulisannya yang lain, Catherine Lewis dalam Sudrajat (2084) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu: 1. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka

panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya. 2. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa. 3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta halhal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah. 4. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti. Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan The Eyes to See Students (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas. Sementara itu, menurut Lesson Study Project (LSP) beberapa manfaat lain yang bisa diambil dari Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study

(Sudrajat, 2008). 3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pelaksanaan Lesson Study Menurut Susilo (2009), Lesson Study akan mudah dilaksanakan bila memenuhi persyaratan kurikulum dan persyaratan sikap guru sebagai berikut. 1) Persyaratan Kurikulum Lessons study lebih mungkin dilaksanakan di negara yang kurikulumnya sederhana dan luwes. Dengan karakteristik kurikulum seperti itu, guru dapat memusatkan perhatian dalam mencari cara membelajarkan peserta didik yang terbaik sehingga menarik minat mereka dan berdampak hasil belajar yang mendalam dan tidak mudah melupakan isi pembelajaran karena cukup waktu. Pemerintah melalui Permen no. 22 tahun 2006 memberikan kebebasan kepada guru dan satuan pendidikan atau sekolah untuk menetapkan sendiri kurikulum yang dianggap paling cocok dengan kondisi sekolah. 2) Persyaratan Sikap Guru Lesson study akan mudah dilaksanakan bila guru memiliki lima sikap sebagai berikut. a) Semangat mengkritik diri sendiri merupakan salah satu nilai yang dikembangkan dalam lesson study (bahasa Jepangnya hansei), yaitu melakukan refleksi secara jujur untuk memperbaiki kekurangan diri sendiri. b) Keterbukaan terhadap masukan yang diberikan oleh orang lain. Berbagai pengalaman melalui lesson study merupakan suatu hal yang perlu dipelajari karena biasanya guru merasa malu bila proses pembelajaran dilihat orang lain. c) Guru pelaksana lesson study mengedepankan sikap mau mengakui kesalahan. Perubahan akan terjadi bila orang mau menyediakan waktu dan upaya untuk melakukan perubahan karena mungkin di dalamnya ada kesalahan-kesalahan. d) Bersikap terbuka terhadap ide orang lain, tidak berusaha mencari hasil pemikiran sendiri yang asli atau murni yang terpenting adalah hasil pemikiran itu dapat menggalakkan peserta didik untuk belajar. e) Guru mau memberi masukan secara jujur dan penuh respek. Sikap ini perlu dikembangkan oleh guru yang terlibat dalam lesson study. 4.Tahap-tahap Pelaksanaan Lessons Study Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana dalam Sudrajat (2008) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin dalam Sudrajat (2008) mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu: 1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study. 2. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study. 3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons. 4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan

pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan buktibukti dari pembelajaran siswa. 5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa 6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada. Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana, Sudrajat (2008) mengemukakan tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study 1) Tahapan Perencanaan (Plan) Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran. 2). Tahapan Pelaksanaan (Do) Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya: 1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama. 2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study. 3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa. 4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswabahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama. 5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru. 6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. 7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran

berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP. 3).Tahapan Refleksi (Check) Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun. Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi. Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial. Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik. Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah. 5. Contoh Skenario Pembelajaran Standar Kompetensi : 4. Menganilisis hubungan antara ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem Kompetensi Dasar : 4.2. Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah kerusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan I. Indikator : 1. Menjelaskan pengaruh bahan pencemar terhadap organisme tertentu

2. Menyimpulkan pengaruh bahan pencemar terhadap kehidupan organisme 3. Menjelaskan dampak berbagai bahan pencemar terhadap lingkungan 4. Mendeskripsikan upaya pencegahan pencemaran lingkungan III. Starategi Pembelajaran NHT dengan pendekatan PBL

IV. Langkah-langkah Pembelajaran No Kegiatan Guru Peserta Didik 1. - Memotivasi peserta didik dengan mengajukan pertanyaan Apa yang mungkin dirasakan oleh seseorang yang bekerja sebagai pemulung atau petugas kebersihan? - Menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu Pencemaran Lingkungan - Mengeksplorasi pengetahuan awal peserta didik melalui pertanyaan Apa saja dampak bahan pencemar terhadap lingkungan lingkungan ? Menjawab pertanyaan guru (harapan guru peserta didik menjawab sesuai dengan pemahamannya)

Memperhatikan

Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, peserta didik dapat menjawab sesuai pengetahuan awal masing-masing) 2. Kegiatan Inti Membagi peserta didik dalam beberapa kelompok (masing-masing kelompok terdiri atas 5 orang) Membagikan nomor yang berbeda pada peserta didik dalam kelompok Memberikan LKPD yang berisi wacana serta soal terkait pencemaran lingkungan (setiap kelompok mendapat 5 nomor soal) Meminta peserta didik mengerjakan soal sesuai dengan nomor yang dimiliki

Memanggil salah satu nomor peserta didik untuk mempresentasikan hasil kerjasama mereka Menjadi fasilitator dan moderator diskusi kelas Memberikan penguatan pada hasil diskusi (penguatan berupa konsep-konsep penting) Duduk dalam kelompok yang dibentuk oleh guru

Mendapat nomor yang berbeda Membaca LKPD yang diberikan guru

Mengerjakan nomor soal yang terdapat pada LKPD yang diberikan guru Mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya Nomor yang dipanggil mempresentasikan hasil tugas kelompoknya Berpartisipasi aktif dalam diskusi Memperhatikan 3. Kegiatan Akhir/Tindak Lanjut Membantu siswa menyimpulkan materi pelajaran Memberikan evaluasi Menyimpulkan materi pelajaran Mengerjakan soal-soal evaluasi Penilaian 1. Penilaian terhadap LKPD

2. Penilaian proses belajar peserta didik LKPD Banjir Lumpur Panas Sidoarjo Desa Renokenongo dan Kedungbendo yang tergenang lumpur Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo atau Lumpur Sidoarjo (Lusi) , adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 27 Mei 2006. Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan. Lokasi semburan hanya berjarak 150-500 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas sebagai operator blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua teori soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur "kebetulan" terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Lokasi tersebut merupakan kawasan pemukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan SurabayaBanyuwangi,Indonesia Ketika semburan lumpur terjadi pertama kali di sekitar Sumur Banjar Panji 1 (BJP-1), volume lumpur yang dihasilkan masih pada tingkat 5.000 meter kubik per hari. Lubang semburan terjadi di beberapa tempat, sebelum akhirnya menjadi satu lubang yang dari waktu ke waktu menyemburkan lumpur panas dengan volume yang terus membesar hingga mencapai 50.000 m3 per hari. Permasalahan penanganan lumpur panas ini menjadi jauh lebih berat akibat semakin membesarnya volume lumpur panas yang disemburkan, dari antara 40,000 m3 sampai 60,000 m3 (Mei-Agustus) menjadi 126,000 m3 per hari, sehingga yang akan dibuang tidak hanya air dari lumpur tersebut, akan tetapi keseluruhan lumpur panas yang menyembur di sekitar sumur Banjar Panji 1. Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur, diantaranya dengan membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur. Namun demikian, lumpur terus menyembur setiap harinya, sehingga sewaktu-waktu tanggul dapat jebol, yang mengancam tergenanginya lumpur pada permukiman di dekat tanggul. Rapat Kabinet pada 27 September 2006 akhirnya memutuskan untuk membuang lumpur panas Sidoardjo langsung ke Kali Porong. Keputusan itu dilakukan karena terjadinya peningkatan volume semburan lumpur dari 50,000 meter kubik per hari menjadi 126,000 meter kubik per hari, untuk memberikan tambahan waktu untuk mengupayakan

penghentian semburan lumpur tersebut dan sekaligus mempersiapkan alternatif penanganan yang lain, seperti pembentukan lahan basah (rawa) baru di kawasan pantai Kabupaten Sidoardjo. Banyak pihak menolak rencana pembuangan ke laut ini, diantaranya Walhi [4] dan ITS [5]. Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI, 5 September 2006, menyatakan luapan lumpur Lapindo mengakibatkan produksi tambak pada lahan seluas 989 hektar di dua kecamatan mengalami kegagalan panen. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) memperkirakan kerugian akibat luapan lumpur pada budidaya tambak di kecamatan Tanggulangin dan Porong Sidoarjo, Jawa Timur, mencapai Rp10,9 miliar per tahun. Dan rencana pembuangan lumpur yang dilakukan dengan cara mengalirkannya ke laut melalui Sungai Porong, bisa mengakibatkan dampak yang semakin meluas yakni sebagian besar tambak di sepanjang pesisir Sidoarjo dan daerah kabupaten lain di sekitarnya, karena lumpur yang sampai di pantai akan terbawa aliran transpor sedimen sepanjang pantai Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/semburan-lumpur panas di Sidoarjo Jawablah pertanyaan berikut ini. 1. Ekosistem apa saja yang mungkin ada di sekitar lokasi semuran lumpur panas di Sidoarjo 2. Bagaimana pengaruh semburan lumpur tersebut terhadap ekosistem ? 3. Teknologi apa yang diterapkan untuk menanggulangi lumpur tersebut? 4. Dampak apa saja yang dirasakan masyarakat akibat semburan lumpur tersebut? Adakah pengaruhnya terhadap kondisi perekonomian Indonesia? 5. Salah satu upaya mengatasi luapan lumpur panas adalah dengan dibuang ke laut. Masalah apa yang mungkin timbul akibat pembuangan lumpur tersebut ke laut? Bagaimanakah dampaknya terhadap organisme yang hidup di laut dan lingkungan sekitar perairan tersebut ? Rekap Skor Kelompok Peserta Didik Kelompok Skor Total Wacana 1 Wacana 2 1234512345 I II III LEMBAR OBSERVASI LESSON STUDY Hari/Tanggal : ........................................................................................ Bidang Studi : ........................................................................................ Konsep : ........................................................................................ Metode Pembelajaran : ........................................................................................ Guru Pengajar : ........................................................................................ Asal Sekolah : ........................................................................................

Waktu : ........................................................................................ Tempat : ........................................................................................ 1. Kapan peserta didik mulai berkonsentrasi belajar? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 2. Kapan peserta didik mulai tidak berkonsentrasi belajar? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 3. Apa kelebihan yang dimiliki guru saat proses pembelajaran untuk kita tiru? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 4. Pengalaman berharga apakah yang saudara peroleh dari kegiatan pembelajaran ini? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ Nama Observer : .......................... Asal Sekolah : .......................... Pengalaman Mengajar: .......tahun ANGKET LESSON STUDY UNTUK PESERTA DIDIK Nama : .............................................................................................. Kelas : .............................................................................................. Guru Pengajar : .............................................................................................. Mata Pembelajaran : .............................................................................................. 1. Apakah pembelajaran hari ini menarik (alasan)? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 2. Apa yang anda dapatkan dari pembelajaran hari ini ? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 3. Apa yang sebaiknya ditingkatkan pada pembelajaran hari ini? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 4. Apa yang seharusnya tidak dilakukan pada pembelajaran hari ini? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ DAFTAR HADIR PENGAMAT LESSON STUDY No. Nama Bidang Studi Tanda Tangan 1. 2. 3.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan) menekankan pada active learning yang memungkinkan siswa untuk berkreasi. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai karakteristik pribadi yang mereka miliki. Lesson Study merupakan salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsippsrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. B. Saran Pembelajaran PAIKEM serta Lesson Study pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu guru sebaiknya melakukan sudah sewajarnya menerapkan pembelajaran PAIKEM dan Lessons Study sesederhana apapun.

DAFTAR PUSTAKA Chotimah, C. 2007. Model-model Pembelajaran untuk PTK. Yayasan Pendidikan Universitas Negeri Malang SMA Laboratorium UM. Malang. Hendayana dkk., 2007. Lesson Study: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). FPMIPA UPI dan JICA. Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL). Dikdasmen-Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta. Sudrajat, Ahmad. 2008. Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar. (online). (http://akhmadsudrajat.worpress.com/, diakses 16 Mei 2009) Susilo, dkk. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah. Bayumedia Publishing. Malang

Tarmizi. 2008. PAIKEM. (online). (http://tarmizi.wordpress.com/, diakses 16 Mei 2009)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... A. Latar Belakang ......................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan Penulisan Makalah ....................................................... BAB II. PEMBAHASAN............................................................................ A. PEMBELAJARAN PAIKEM .................................................. 1. Pengertian PAIKEM ........................................................... 2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAIKEM ............................................................................. 3. Pelaksanaan PAIKEM ......................................................... 4. Contoh Skenario Pembelajaran PAIKEM ........................... B. LESSON STUDY .................................................................... 1. Hakekat Lesson Study ......................................................... 2. Manfaat Lesson Study ......................................................... 3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pelaksanaan Lesson Study ....................................................................... 4. Tahap-tahap Pelaksanaan Lesson Study ............................. 5. Contoh Skenario Pembelajaran ........................................... BAB III. PENUTUP .................................................................................... A. Kesimpulan ............................................................................... B. Saran ......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. i ii 1 1 2 2 3 3 3 4 6 7 9 9 10

12 13 16 22 22 22 23

PEMBELAJARAN PAIKEM DAN LESSON STUDY MAKALAH Untuk memenuhi tugas mata kuliah PBM Bidang Studi Biologi I Yang dibina oleh : 1. Dr. Hj. SRI ENDAH INDRIWATI, M.Pd 2. Dr. H. SOEDJONO BASUKI, M.Pd

Oleh ROHMAWATI NIM. 608682521992

UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

MEI 2009

KATA PENGANTAR Seraya mempersembahkan puji syukur yang khidmat dan tulus kehadirat ALLAH SWT. kami dapat menyusun makalah sebagai tugas mata kuliah Proses Belajar Mengajar Bidang Studi Biologi 1. Proses pendidikan adalah proses transformasi atau perubahan kemampuan potensial individu peserta didik menjadi kemampuan nyata untuk meningkatkan taraf hidupnya lahir dan batin. Hasil pendidikan adalah lulusan yang sudah terdidik berdasarkan kepada tujuan pendidikan yang telah ditentukan, tujuan pendidikan untuk masing-masing tingkatan pendidikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan bermuara ke tujuan pendidikan nasional yaitu membangun manusia Indonesia yang seutuhnya. Materi makalah ini berisi pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Menyenangkan) dan Lessons Study, yand didasari oleh student active learning serta pembinaan profesi pendidik untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati M.Pd. dan Bapak Dr. H. Soedjono Basuki, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah PBM Bidang Studi Biologi 1. Akirnya, sudah tentu uraian materi dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu koreksi, kritik dan saran akan menjadi masukan yang bermanfaat bagi kami selanjutnya. Malang, Mei 2009 Diposkan oleh Trisno Marsa di 03.22 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: ADMINISTRASI, PEMBELAJARAN

Kamis, 04 Agustus 2011


PEMBELAJARAN PAIKEM
TRISNO MARSA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu yang terus bergulir di bidang pendidikan akhir-akhir ini adalah mengenai berbagai

upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air. Mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang sangat rendah berperan sangat signifikan terhadap mutu pendidikan kita. Berdasarkan indeks pembangunan manusia (HDI) yang diteliti UNDP pada tahun 2005, mutu SDM Indonesia menempati peringkat 110 di dunia dan di ASEAN pun Indonesia ketinggalan dari negara-negara tetangga kita, Singapura (25), Brunei (33), Malaysia (61), Thailand (73), Philipina (84), dan Vietnam (108) (Hendayana dkk., 2007). Guru sebagai ujung tombak pendidikan memainkan peranan penting pada peningkatan mutu pendidikan. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS) pasal 40 ayat (2) point (a) menyatakan dengan jelas bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Peserta didik tidak lagi dijadikan obyek pembelajaran, melainkan sebagai subyek didik. Dengan demikian, pola pembelajaran pun berubah dari pola behavioristik menjadi konstruktivistik. Pola pembelajaran konstruktivistik lebih menekankan pada active learning yang memungkinkan siswa untuk berkreasi. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai karakteristik pribadi yang mereka miliki (Hartono, 2007). Sejalan dengan strategi pembelajaran aktif, dewasa ini guru-guru diarahkan untuk menggunakan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan). Selain PAIKEM, topik pendidikan yang belakangan ini menarik untuk diperbincangkan yaitu tentang Lesson Study, yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif. Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penulisan makalah, maka rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pelaksanaan PAIKEM ? 2. Bagaimanakah pelaksanaan Lessons Study ? C. Tujuan Penulisan Makalah Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. a. Untuk mengetahui pelaksanaan PAIKEM dalam kegiatan pembelajaran biologi. b. Untuk mengetahui pelaksanaan Lesson Study dalam kegiatan pembelajaran biologi.

BAB II PEMBAHASAN A. PEMBELAJARAN PAIKEM 1. Pengertian PAIKEM PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Inovatif dimaksudkan agar siswa memiliki daya imajinasi yang dituangkan dalam ide-ide yang tidak ketinggalan jaman. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa (Depdiknas, 2007). Secara garis besar, gambaran PAIKEM yang dijelaskan oleh Depdiknas (2007) adalah sebagai berikut: 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan

lingkungan sekolahnya. 2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAIKEM Dalam melaksanakan PAIKEM, menurut Suprijanto dkk. (2008), ada beberapa hal yang harus diperhatikan. 1) Memahami sifat yang dimiliki anak Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. 2) Mengenal anak secara perorangan Perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal (Depdiknas, 2007). 3) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar 4) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering mengajukan pertanyaan terbuka, misalnya dimulai dengan kata-kata Apa yang terjadi jika ... lebih baik dari pada yang dimulai dengan kata-kata Apa, berapa, kapan, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu) (Depdiknas, 2007). 5) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik Ruang kelas yang menarik sangat disarankan, misalnya dengan memajang hasil karya siswa. Hasil pekerjaan yang dipajang diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. 6) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan tidak hanya lingkungan fisik, lingkungan sosial dan budaya merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). 7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Dengan umpan balik, siswa dapat mengetahui kekuatan serta kelemahannya. 8) Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Guru hendaknya mengembangkan aktif mental pada anak didik. 9) Membuat pembelajaran yang menyenangkan Pembelajaran yang menyenangkan akan membuat ingatan siswa lebih kuat karena ada hubungan stimulus-respon yang berulang, seperti yang dikemukan Thorndike dengan teori belajarnya. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan memberi kesan

yang mendalam pada diri anak, sehingga mereka cenderung akan mengulang aktifitas tersebut. Akibat dari ini adalah anak didik mampu mempertahankan stimulus dalam memori mereka dalam waktu lama (longterm memory), sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun. 3. Pelaksanaan PAIKEM Gambaran PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama pembelajaran. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru. Kemampuan Guru Pembelajaran Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal: Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri Gambar Studi kasus Nara sumber Lingkungan Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa: Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri Menarik kesimpulan Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui: Diskusi Lebih banyak pertanyaan terbuka Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari Menilai pembelajaran dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus Guru memantau kerja siswa Guru memberikan umpan balik (Depdiknas, 2007) 4. Contoh Skenario Pembelajaran PAIKEM Standar Kompetensi : 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup Kompetensi Dasar : 2.4. Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan I. Indikator :

Melaporkan proses pembuatan suatu produk yang menggunakan jamur III. Pendekatan Pembelajaran : Konstruktivisme Strategi Pembelajaran Eksperimen dengan pendekatan Group Investigation IV. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan I : Perancangan Eksperimen No Kegiatan Guru Peserta Didik 1 Kegiatan Awal - Memotivasi peserta didik dengan menunjukkan contoh produk fermentasi oleh jamur, dengan mengajukan pertanyaan Produk pengawetan ini menggunakan proses apa? Melanjutkan pertanyaan Ada yang dapat menjelaskan bagaimana proses pembuatan tempe ? Menuliskan topic yang akan dipelajari yaitu Pembuatan produk makanan menggunakan jamur Menyebutkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Mengeksplorasi pengetahuan awal peserta didik melalui pertanyaan Bagaimana cara memvariasi pembuiatan tempe ? Menjawab pertanyaan guru (harapan guru peserta didik menjawab fermentasi)

Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, peserta didik menjawab sesuai pengetahuannya ) Menulis topic yang akan dipelajari

Menulis tujuan pembelajaran Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, peserta didik menjawab sesuai dengan pengetahuan awal masing-masing) 2. Kegiatan Inti Membagi peserta didik dalam beberapa kelompok heterogen

Menjelaskan teknik pelaksanaan kegiatan eksperimen

Meminta peserta didik mempelajari tugasnya dan memberi waktu untuk bekerja kelompok Menjadi fasilitator dan moderator diskusi kelas Memberi penguatan pada hasil diskusi (penguatan berupa konsep-konsep penting) Memberikan penjelasan singkat Duduk dalam kelompok yang dibentuk oleh guru serta memilih salah satu anggotanya sebagai ketua kelompok Masing-masing kelompok mendapat materi tugas yang berbeda Mempelajari tugas dan mengerjakan lembar kerja Ketua Kelompok dan anggotanya menyampaikan dalam diskusi kelas Mencatat penguatan yang diberikan guru Mencatat penjelasan guru 3. Kegiatan Akhir/Tindak Lanjut - Membantu siswa menyimpulkan materi pelajaran Menyimpulkan materi pelajaran Pertemuan II : Siswa melakukan ekperimen Pertemuan III : Siswa mempresentasikan hasil eksperimen Kegiatan akhir: evaluasi LEMBAR KERJA SISWA Perancangan Eksperimen Topik : Variasi Pembuatan Tempe Tujuan : Melalui kegiatan ini anda diharapkan dapat merancang eksperimen untuk membuat tempe yang memiliki nilai lebih. Artinya, anda dapat membuat berbagai perlakuan pada pembuatan tempe. Sebagai contoh : - pengaruh variasi pembungkus tempe terhadap rasa tempe - variasi tempe dari berbagai jenis kacang Petunjuk Kegiatan : 1. Buatlah rumusan masalah dari eksperimen yang akan anda lakukan 2. Berdasarkan masalah di atas, nyatakan rumusan hipotesis yang akan anda uji

3. Identifikasi variabel yang dimanipulasi dan variabel responsnya 4. Deskripsikan rancangan eksperimen yang akan dilakukan 5. Presentasikan rancangan eksperimen 6. Laksanakan eksperimen berdasarkan rancangan 7. Buatlah laporan penelitian 8. Presentasikan laporan B. LESSON STUDY 1. Hakekat Lesson Study Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo (Susilo, 2009). Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993 (Sudrajat, 2008). Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi. Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terusmenerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial (Sudrajat, 2008). Slamet Mulyana dalam Sudrajat (2008) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. 2. Manfaat Lesson Study Bill Cerbin & Bryan Kopp dalam Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Dalam tulisannya yang lain, Catherine Lewis dalam Sudrajat (2084) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil

observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu: 1. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya. 2. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa. 3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta halhal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah. 4. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti. Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan The Eyes to See Students (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas. Sementara itu, menurut Lesson Study Project (LSP) beberapa manfaat lain yang bisa

diambil dari Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study (Sudrajat, 2008). 3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pelaksanaan Lesson Study Menurut Susilo (2009), Lesson Study akan mudah dilaksanakan bila memenuhi persyaratan kurikulum dan persyaratan sikap guru sebagai berikut. 1) Persyaratan Kurikulum Lessons study lebih mungkin dilaksanakan di negara yang kurikulumnya sederhana dan luwes. Dengan karakteristik kurikulum seperti itu, guru dapat memusatkan perhatian dalam mencari cara membelajarkan peserta didik yang terbaik sehingga menarik minat mereka dan berdampak hasil belajar yang mendalam dan tidak mudah melupakan isi pembelajaran karena cukup waktu. Pemerintah melalui Permen no. 22 tahun 2006 memberikan kebebasan kepada guru dan satuan pendidikan atau sekolah untuk menetapkan sendiri kurikulum yang dianggap paling cocok dengan kondisi sekolah. 2) Persyaratan Sikap Guru Lesson study akan mudah dilaksanakan bila guru memiliki lima sikap sebagai berikut. a) Semangat mengkritik diri sendiri merupakan salah satu nilai yang dikembangkan dalam lesson study (bahasa Jepangnya hansei), yaitu melakukan refleksi secara jujur untuk memperbaiki kekurangan diri sendiri. b) Keterbukaan terhadap masukan yang diberikan oleh orang lain. Berbagai pengalaman melalui lesson study merupakan suatu hal yang perlu dipelajari karena biasanya guru merasa malu bila proses pembelajaran dilihat orang lain. c) Guru pelaksana lesson study mengedepankan sikap mau mengakui kesalahan. Perubahan akan terjadi bila orang mau menyediakan waktu dan upaya untuk melakukan perubahan karena mungkin di dalamnya ada kesalahan-kesalahan. d) Bersikap terbuka terhadap ide orang lain, tidak berusaha mencari hasil pemikiran sendiri yang asli atau murni yang terpenting adalah hasil pemikiran itu dapat menggalakkan peserta didik untuk belajar. e) Guru mau memberi masukan secara jujur dan penuh respek. Sikap ini perlu dikembangkan oleh guru yang terlibat dalam lesson study. 4.Tahap-tahap Pelaksanaan Lessons Study Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana dalam Sudrajat (2008) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin dalam Sudrajat (2008) mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu: 1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study. 2. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.

3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons. 4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan buktibukti dari pembelajaran siswa. 5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa 6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada. Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana, Sudrajat (2008) mengemukakan tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study 1) Tahapan Perencanaan (Plan) Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran. 2). Tahapan Pelaksanaan (Do) Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya: 1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama. 2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study. 3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa. 4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswabahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama. 5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru. 6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk

keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. 7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP. 3).Tahapan Refleksi (Check) Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun. Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi. Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial. Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik. Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah. 5. Contoh Skenario Pembelajaran Standar Kompetensi : 4. Menganilisis hubungan antara ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem Kompetensi Dasar : 4.2. Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan

masalah kerusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan I. Indikator : 1. Menjelaskan pengaruh bahan pencemar terhadap organisme tertentu 2. Menyimpulkan pengaruh bahan pencemar terhadap kehidupan organisme 3. Menjelaskan dampak berbagai bahan pencemar terhadap lingkungan 4. Mendeskripsikan upaya pencegahan pencemaran lingkungan III. Starategi Pembelajaran NHT dengan pendekatan PBL

IV. Langkah-langkah Pembelajaran No Kegiatan Guru Peserta Didik 1. - Memotivasi peserta didik dengan mengajukan pertanyaan Apa yang mungkin dirasakan oleh seseorang yang bekerja sebagai pemulung atau petugas kebersihan? - Menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu Pencemaran Lingkungan - Mengeksplorasi pengetahuan awal peserta didik melalui pertanyaan Apa saja dampak bahan pencemar terhadap lingkungan lingkungan ? Menjawab pertanyaan guru (harapan guru peserta didik menjawab sesuai dengan pemahamannya)

Memperhatikan

Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, peserta didik dapat menjawab sesuai pengetahuan awal masing-masing) 2. Kegiatan Inti Membagi peserta didik dalam beberapa kelompok (masing-masing kelompok terdiri atas 5 orang) Membagikan nomor yang berbeda pada peserta didik dalam kelompok Memberikan LKPD yang berisi wacana serta soal terkait pencemaran lingkungan (setiap kelompok mendapat 5 nomor soal) Meminta peserta didik mengerjakan soal sesuai dengan nomor yang dimiliki

Memanggil salah satu nomor peserta didik untuk mempresentasikan hasil kerjasama mereka Menjadi fasilitator dan moderator diskusi kelas Memberikan penguatan pada hasil diskusi (penguatan berupa konsep-konsep penting) Duduk dalam kelompok yang dibentuk oleh guru

Mendapat nomor yang berbeda Membaca LKPD yang diberikan guru

Mengerjakan nomor soal yang terdapat pada LKPD yang diberikan guru Mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya Nomor yang dipanggil mempresentasikan hasil tugas kelompoknya Berpartisipasi aktif dalam diskusi Memperhatikan 3. Kegiatan Akhir/Tindak Lanjut Membantu siswa menyimpulkan materi pelajaran Memberikan evaluasi Menyimpulkan materi pelajaran Mengerjakan soal-soal evaluasi

Penilaian 1. Penilaian terhadap LKPD 2. Penilaian proses belajar peserta didik LKPD Banjir Lumpur Panas Sidoarjo Desa Renokenongo dan Kedungbendo yang tergenang lumpur Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo atau Lumpur Sidoarjo (Lusi) , adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 27 Mei 2006. Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan. Lokasi semburan hanya berjarak 150-500 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas sebagai operator blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua teori soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur "kebetulan" terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Lokasi tersebut merupakan kawasan pemukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan SurabayaBanyuwangi,Indonesia Ketika semburan lumpur terjadi pertama kali di sekitar Sumur Banjar Panji 1 (BJP-1), volume lumpur yang dihasilkan masih pada tingkat 5.000 meter kubik per hari. Lubang semburan terjadi di beberapa tempat, sebelum akhirnya menjadi satu lubang yang dari waktu ke waktu menyemburkan lumpur panas dengan volume yang terus membesar hingga mencapai 50.000 m3 per hari. Permasalahan penanganan lumpur panas ini menjadi jauh lebih berat akibat semakin membesarnya volume lumpur panas yang disemburkan, dari antara 40,000 m3 sampai 60,000 m3 (Mei-Agustus) menjadi 126,000 m3 per hari, sehingga yang akan dibuang tidak hanya air dari lumpur tersebut, akan tetapi keseluruhan lumpur panas yang menyembur di sekitar sumur Banjar Panji 1. Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur, diantaranya dengan membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur. Namun demikian, lumpur terus menyembur setiap harinya, sehingga sewaktu-waktu tanggul dapat jebol, yang mengancam tergenanginya lumpur pada permukiman di dekat tanggul. Rapat Kabinet pada 27 September 2006 akhirnya memutuskan untuk membuang lumpur panas

Sidoardjo langsung ke Kali Porong. Keputusan itu dilakukan karena terjadinya peningkatan volume semburan lumpur dari 50,000 meter kubik per hari menjadi 126,000 meter kubik per hari, untuk memberikan tambahan waktu untuk mengupayakan penghentian semburan lumpur tersebut dan sekaligus mempersiapkan alternatif penanganan yang lain, seperti pembentukan lahan basah (rawa) baru di kawasan pantai Kabupaten Sidoardjo. Banyak pihak menolak rencana pembuangan ke laut ini, diantaranya Walhi [4] dan ITS [5]. Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI, 5 September 2006, menyatakan luapan lumpur Lapindo mengakibatkan produksi tambak pada lahan seluas 989 hektar di dua kecamatan mengalami kegagalan panen. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) memperkirakan kerugian akibat luapan lumpur pada budidaya tambak di kecamatan Tanggulangin dan Porong Sidoarjo, Jawa Timur, mencapai Rp10,9 miliar per tahun. Dan rencana pembuangan lumpur yang dilakukan dengan cara mengalirkannya ke laut melalui Sungai Porong, bisa mengakibatkan dampak yang semakin meluas yakni sebagian besar tambak di sepanjang pesisir Sidoarjo dan daerah kabupaten lain di sekitarnya, karena lumpur yang sampai di pantai akan terbawa aliran transpor sedimen sepanjang pantai Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/semburan-lumpur panas di Sidoarjo Jawablah pertanyaan berikut ini. 1. Ekosistem apa saja yang mungkin ada di sekitar lokasi semuran lumpur panas di Sidoarjo 2. Bagaimana pengaruh semburan lumpur tersebut terhadap ekosistem ? 3. Teknologi apa yang diterapkan untuk menanggulangi lumpur tersebut? 4. Dampak apa saja yang dirasakan masyarakat akibat semburan lumpur tersebut? Adakah pengaruhnya terhadap kondisi perekonomian Indonesia? 5. Salah satu upaya mengatasi luapan lumpur panas adalah dengan dibuang ke laut. Masalah apa yang mungkin timbul akibat pembuangan lumpur tersebut ke laut? Bagaimanakah dampaknya terhadap organisme yang hidup di laut dan lingkungan sekitar perairan tersebut ? Rekap Skor Kelompok Peserta Didik Kelompok Skor Total Wacana 1 Wacana 2 1234512345 I II III LEMBAR OBSERVASI LESSON STUDY Hari/Tanggal : ........................................................................................ Bidang Studi : ........................................................................................ Konsep : ........................................................................................

Metode Pembelajaran : ........................................................................................ Guru Pengajar : ........................................................................................ Asal Sekolah : ........................................................................................ Waktu : ........................................................................................ Tempat : ........................................................................................ 1. Kapan peserta didik mulai berkonsentrasi belajar? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 2. Kapan peserta didik mulai tidak berkonsentrasi belajar? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 3. Apa kelebihan yang dimiliki guru saat proses pembelajaran untuk kita tiru? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 4. Pengalaman berharga apakah yang saudara peroleh dari kegiatan pembelajaran ini? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ Nama Observer : .......................... Asal Sekolah : .......................... Pengalaman Mengajar: .......tahun ANGKET LESSON STUDY UNTUK PESERTA DIDIK Nama : .............................................................................................. Kelas : .............................................................................................. Guru Pengajar : .............................................................................................. Mata Pembelajaran : .............................................................................................. 1. Apakah pembelajaran hari ini menarik (alasan)? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 2. Apa yang anda dapatkan dari pembelajaran hari ini ? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 3. Apa yang sebaiknya ditingkatkan pada pembelajaran hari ini? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 4. Apa yang seharusnya tidak dilakukan pada pembelajaran hari ini? ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ DAFTAR HADIR PENGAMAT LESSON STUDY No. Nama Bidang Studi Tanda Tangan

1. 2. 3. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan) menekankan pada active learning yang memungkinkan siswa untuk berkreasi. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai karakteristik pribadi yang mereka miliki. Lesson Study merupakan salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsippsrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. B. Saran Pembelajaran PAIKEM serta Lesson Study pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu guru sebaiknya melakukan sudah sewajarnya menerapkan pembelajaran PAIKEM dan Lessons Study sesederhana apapun.

DAFTAR PUSTAKA Chotimah, C. 2007. Model-model Pembelajaran untuk PTK. Yayasan Pendidikan Universitas Negeri Malang SMA Laboratorium UM. Malang. Hendayana dkk., 2007. Lesson Study: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). FPMIPA UPI dan JICA. Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL). Dikdasmen-Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta. Sudrajat, Ahmad. 2008. Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar. (online). (http://akhmadsudrajat.worpress.com/, diakses 16 Mei 2009)

Susilo, dkk. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah. Bayumedia Publishing. Malang Tarmizi. 2008. PAIKEM. (online). (http://tarmizi.wordpress.com/, diakses 16 Mei 2009)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... A. Latar Belakang ......................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan Penulisan Makalah ....................................................... BAB II. PEMBAHASAN............................................................................ A. PEMBELAJARAN PAIKEM .................................................. 1. Pengertian PAIKEM ........................................................... 2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAIKEM ............................................................................. 3. Pelaksanaan PAIKEM ......................................................... 4. Contoh Skenario Pembelajaran PAIKEM ........................... B. LESSON STUDY .................................................................... 1. Hakekat Lesson Study ......................................................... 2. Manfaat Lesson Study ......................................................... 3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pelaksanaan Lesson Study ....................................................................... 4. Tahap-tahap Pelaksanaan Lesson Study ............................. 5. Contoh Skenario Pembelajaran ........................................... BAB III. PENUTUP .................................................................................... A. Kesimpulan ............................................................................... B. Saran ......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. i ii 1 1 2 2 3 3 3 4 6 7

9 9 10 12 13 16 22 22 22 23

PEMBELAJARAN PAIKEM DAN LESSON STUDY MAKALAH Untuk memenuhi tugas mata kuliah PBM Bidang Studi Biologi I Yang dibina oleh : 1. Dr. Hj. SRI ENDAH INDRIWATI, M.Pd 2. Dr. H. SOEDJONO BASUKI, M.Pd

Oleh ROHMAWATI NIM. 608682521992

UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI MEI 2009

KATA PENGANTAR Seraya mempersembahkan puji syukur yang khidmat dan tulus kehadirat ALLAH SWT. kami dapat menyusun makalah sebagai tugas mata kuliah Proses Belajar Mengajar Bidang Studi Biologi 1. Proses pendidikan adalah proses transformasi atau perubahan kemampuan potensial individu peserta didik menjadi kemampuan nyata untuk meningkatkan taraf hidupnya lahir dan batin. Hasil pendidikan adalah lulusan yang sudah terdidik berdasarkan kepada tujuan pendidikan yang telah ditentukan, tujuan pendidikan untuk masing-masing tingkatan pendidikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan bermuara ke tujuan pendidikan nasional yaitu membangun manusia Indonesia yang seutuhnya. Materi makalah ini berisi pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Menyenangkan) dan Lessons Study, yand didasari oleh student active learning serta pembinaan profesi pendidik untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati M.Pd. dan Bapak Dr. H. Soedjono Basuki, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah PBM Bidang Studi Biologi 1. Akirnya, sudah tentu uraian materi dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu koreksi, kritik dan saran akan menjadi masukan yang bermanfaat bagi kami selanjutnya.

You might also like