You are on page 1of 2

BAB IV PEMBAHASAN

Dari anamanesis didapatkan pasien datang dengan keluhan bengkak pada mata kanan. Pasien juga merasa nyeri pada mata kanan tersebut. Keluhan dirasa sejak 1 hari yang lalu . Penglihatan pasien merasa kabur. Pasien merasa sulit membuka mata dan tidak bisa menggerakan matanya. Menurut keterangan pasien sebelumnya pasien sudah berobat ke mantri dan sudah diberi obat suntikan, setelah disuntik pasien merasa nyeri berkurang. Sebelumnya pasien mengaku sempat mengeluh sakit gigi sejak 1 minggu yang lalu dan disertai pilek, nyeri pada hidung dan demam sejak 3 hari yang lalu. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya pada matanya. Diagnosis selulitis orbita dekstra ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan oftalmologis dan pemeriksaan laboratorium. Dari anamnesis ditemukan adanya keluhan mata kanan bengkak dan nyeri. Mata kanan bengkak dan nyeri akibat pembengkakkan jaringan lunak sekeliling orbita karena peradangan. Peradangan pada selulitis orbita dapat berasal dari infeksi sinus etmoid, gigi dan saluran napas bagian atas atau karena trauma dan penyebaran secara hematogen. Pada penderita ini sumber infeksi berasal dari saluran nafas bagian atas, karena sebelumnya penderita mengalami batuk pilek yang disertai dengan demam. Infeksi selulitis orbita ini lebih diperkuat dengan gejala lokal dan sistemik yang ditemukan pada pemeriksaan fisik berupa febris dan malaise. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum penderita cukup baik, kesadaran

compos mentis, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 100x/m, 26x/m, suhu badan 37,80C. Pemeriksaan mata subjektif visus mata kanan 1/60, sedangkan mata kiri 5/5. Pada pemeriksaan objektif mata kanan secara inspeksi ditemukan palpebra superior dan inferior bengkak, lensa jernih, pupil bulat refleks cahaya positif, pergerakan bola

mata agak terganggu, segmen posterior mata kanan sde, mata kiri normal. Pergerakan bola mata yang terganggu ini membedakan selulitis orbita ini dengan selulitis preseptal dimana pada selulitis preseptal tidak terjadi gangguan pada pergerakan bola mata, sedangkan selulitis orbita terjadi gangguan pergerakan bola mata. Infeksi pada penderita ini perlu penanganan segera karena dapat timbul komplikasi yang lebih berat berupa abses subperiostal, trombosis sinus kavernosus, meningitis dan kematian. Pada penderita ini belum sampai terjadi trombosis sinus kavernosus karena gangguan pergerakan bola mata disini unilatral, sedangkan pada trombosis sinus kavernosus gangguan pergerakan bola mata bilateral dan disertai gejala meningeal. Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif jaringan ikat jarang intraorbita di belakang septum orbita. Selulitis orbita sering disebabkan sinusitis terutama sinusitis etmoid yang merupakan penyebab utama eksoftalmos pada bayi. Kuman penyebabnya biasanya adalah pneumokok, streptokok, atau stafilokok (Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia). Masuknya kuman kedalam rongga mata dapat langsung melalui sinus paranasal, terutama paling sering yaitu sinus etmoidal karena paling dekat dengan orbita, penyebaran melalui pembuluh darah atau bakteremia atau bersama trauma yang kotor. Prinsip penanganan pada penderita ini adalah dengan pemberian antibiotika spektum luas dan observasi perkembangan penyakit. Pada penderita ini diberikan antibiotika cefotaxime 2x1 gram IV, cefixime 2x100gr, disertai dengan analgetik Ketorolac 2x1 IM dan antipiretik berupa paracetamol 3x500 mg bila penderita demam. Tindakan pembedahan bila terjadi abses. Prognosa pada penderita ad vitam adalah bonam dimana tanda vital kehidupan penderita baik. Sedangkan prognosis ad fungsionam adalah dubia ad bonam karena paska pemberian antibiotika terlihat perubahan edema palpebra menurun dan visus serta pergerakan bola mata mulai membaik.Dan tidak ditemukan adanya komplikasi.

You might also like