You are on page 1of 16

BANTUAN HIDUP DASAR ( BHD ) dr. Purwoko, SpAn SMF/Bagian Anestesiologi Dan Reanimasi RSUD Dr.

Moewardi Surakarta / FK UNS A. INDIKASI 1. Henti napas Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban / pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi padakeadaan : Pada awal Tenggelam Stroke Obstruksi Epiglotitis Overdosis Tersengat Infark obat-obatan listrik miokard jalan napas

menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung. 2. Henti jantung Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung. Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari a. b. pengelolaan Mencegah Memberikan sirkulasi dan gawat darurat medik yang atau bertujuan : berhentinya bantuan ventilasi sirkulasi berhentinya respirasi. eksternal dari terhadap yang korban

mengalami henti jantung atau henti napas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP). Resusitasi Jantung Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu : Survei Primer (Primary Surgery), yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Survei Sekunder (Secondary

Tersambar petir Koma berbagai henti akibat macam kasus napasoksigen masih

dapat masuk ke dalam darah untuk beberapa

Bantuan Hidup Dasar

Survey), paramedis primer.

yang

hanya terlatih

dapat 3. dan

/ Mbak !!! Meminta pertolongan Jika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera minta bantuan dengan lanjut. 4. Memperbaiki posisi korban / pasien Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban / pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang. Ingat ! penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping tubuh. 5. Mengatur posisi penolong Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakan lutut. cara berteriak Tolong !!! untuk mengaktifkan sistem pelayanan medis yang lebih

dilakukan oleh tenaga medis dan merupakan lanjutan dari survei B. SURVEI PRIMER Dalam survei primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi serta defibrilasi. Untuk dapat mengingatkan dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan abjad A, B, C, dan D, yaitu : A B C D airway (jalan napas) breathing (bantuan napas) circulation (bantuan sirkulasi) defibrilation (terapi listrik) Sebelum melakukan tahapan A(airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada korban / pasien, yaitu : 1. 2. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong. Memastikan kesadaran dari korban / pasien. Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban / pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban / pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! / Bu !!! / Mas !!!

2.

Membuka jalan napas Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban tidak sadar tonus otototot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan

A (AIR WA Y) Jalan Napas Setelah 1. selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukan tindakan : Pemeriksaan jalan napas Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban.

menutup

farink

dan

larink,

inilah

salah

satu

penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala topang dagu (Head tilt chin lift) dan orang Manuver awam Pendorongan dan petugas Mandibula. kesehatan Teknik adalah membuka jalan napas yang direkomendasikan untuk tengadah kepala topang dagu, namun demikian petugas kesehatan harus dapat melakukan manuver lainnya.

B ( BREATHING ) Bantuan napas Terdiri dari 2 tahap :

Bantuan Hidup Dasar

1.

Memastikan korban / pasien tidak bernapas. Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban / pasien. Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung korban / pasien, sambil tetap mempertahankan Prosedur ini jalan dilakukan napas tidak tetap boleh terbuka.

Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 1617%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban / pasien setelah diberikan bantuan napas. Cara memberikan bantuan pernapasan : Bantuan Mulut ke mulut dengan

melebihi 10 detik.

pernapasan

menggunakan cara ini merupakan cara yang cepat dan efektif untuk memberikan udara ke paruparu korban / pasien. Pada saat dilakukan hembusan napas dari 2. Memberikan bantuan napas. Jika korban / pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,52 detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 400 -500 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban / pasien terlihat mengembang. mulut tidak mulut ke mulut, harus penolong dapat harus mengambil napas dalam terlebih dahulu dan penolong terjadi menutup saat penolong seluruhnya mulut korban dengan baik agar kebocoran menghembuskan napas dan juga

harus

menutup lubang

hidung

korban /

pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume udara yang diberikan pada kebanyakan orang dewasa adalah 400 - 500 ml (10 ml/kg). Volume udara yang berlebihan dan laju inspirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung. Mulut ke Stoma

Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.

Teknik usaha ini

Mulut ke hidung jika tidak

direkomendasikan

ventilasi

dari mulut korban

memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup mulut korban / pasien. Terdiri dari 2 tahapan : 1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung C (CIRCULATION) Bantuan sirkulasi

korban / pasien. Ada tidaknya denyut jantung korban / pasien dapat

Bantuan Hidup Dasar

ditentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher korban / pasien, dengan dua atau tifa jari tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kirakira 12 cm, raba dengan lembut selama 510 detik. Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban / pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas. 2. Melakukan bantuan sirkulasi Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik sebagai berikut : Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada

(sternum). Dari ke pertemuan atas. Daerah tulang tersebut iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi. Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan diatas telapak tangan yang lainnya, hindari jarijari tangan menyentuh dinding dada korban / pasien, jarijari tangan dapat diluruskan atau menyilang. Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 5 cm). Tekanan pada dada dan harus dada dilepaskan dibiarkan dada. keseluruhannya setiap kali 30 kali dengan kedalaman penekanan berkisar antara 1,52 inci (3,8

mengembang kembali ke posisi semula melakukan kompresi Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).

Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi. Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong jika korban / pasien tidak terintubasi dan kecepatan kompresi adalah 100 perlu tidak. kali permenit (dilakukan 4 siklus atau permenit), untuk kemudian dinilai apakah dilakukan siklus berikutnya

dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.

D (DEFRIBILATION) Defibrilation terapi dengan atau dalam bahasa listrik. Indonesia Hal ini diterjemahkan dengan istilah defibrilasi adalah suatu memberikan energi dilakukan jika penyebab henti jantung (cardiac arrest) adalah kelainan irama jantung yang disebut dengan Fibrilasi Ventrikel. Dimasa sekarang ini sudah tersedia alat Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 6080 mmHg, untuk defibrilasi (defibrilator) yang dapat dapat digunakan oleh orang awam yang disebut Automatic External Defibrilation, dimana alat tersebut

Bantuan Hidup Dasar

mengetahui korban henti jantung ini harus dilakukan defibrilasi atau tidak, jika perlu dilakukan defibrilasi alat tersebut dapat memberikan tanda kepada penolong untuk melakukan defibrilasi atau melanjutkan bantuan napas dan bantuan sirkulasi saja. 4.

dengan manuver tengadah kepala topang dagu. Pernapasan (BREATHING) Nilai pernapasan untuk melihat ada tidaknya pernapasan dan adekuat atau tidak pernapasan korban / pasien. Jika korban / pasien dewasa tidak sadar dengan napas spontan, serta tidak adanya trauma leher (trauma tulang belakang) posisikan korban pada posisi mantap (Recovery position), dengan tetap menjaga jalan napas tetap terbuka. Jika korban / pasien dewasa tidak sadar dan tidak bernapas, lakukan bantuan napas. Di Amerika Serikat dan dinegara lainnya dilakukan bantuan napas awal sebanyak 2 kali, sedangkan di Eropa, Australia, New Zealand diberikan 5 kali. Jika pemberian napas awal terdapat kesulitan, dapat dicoba dengan membetulkan posisi kepala korban / pasien, atau ternyata tidak bisa juga maka dilakukan : Untuk orang awam dapat dilanjutkan dengan dan jalan 2 kali kali napas kompresi dada sebanyak

MELAKUKAN BHD 1 DAN 2 PENOLONG Orang awam hanya mempelajari cara melakukan BHD 1 penolong. Teknik BHD yang dilakukan oleh 2 penolong menyebabkan kebingungan koordinasi. BHD 1 penolong pada orang awam lebih efektif mempertahankan sirkulasi dan ventilasi yang adekuat, tetapi konsekuensinya akan menyebabkan penolong cepat lelah. BHD 1 penolong dapat mengikuti urutan sebagai berikut : 1. Penilaian korban. Tentukan kesadaran korban / pasien (sentuh dan goyangkan korban dengan lembut dan mantap), jika tidak sadar, maka 2. 3. Minta pertolongan serta aktifkan sistem emergensi. Jalan napas (AIRWAY) Posisikan korban pasien Buka napas jalan /

30

kali

ventilasi, membuka untuk

setiap

menghembuskan

napas,

sambil

mencari

melihat ada tidaknya pernapasan spontan, batuk atau pergerakan. hendaknya Karotis. Jika nadi menilai ada tidak tandatanda dilakukan hanya pernapasan Untuk petugas denyut kesehatan nadi pada terlatih arteri memeriksa

benda yang menyumbat di jalan napas, jika terlihat usahakan dikeluarkan. Untuk petugas kesehatan yang terlatih dilakukan obstruksi manajemen asing. Pastikan diberikan pernapasan. Setelah nilai tanda dengan memberikan tanda napas 8-10 kali (1 menit), kembali adanya meraba sirkulasi arteri dada pasien bantuan mengembang pada saat

sirkulasi, dan ada denyut kompresi dada,

jalan napas oleh benda

korban / pasien (ada atau tidak ada pernapasan) Jika tanda tidak ada tanda denyut

sirkulasi,

nadi tidak ada lakukan kompresi dada : Letakkan telapak tangan pada posisi yang benar. Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali dengan kecepatan 100 kali per menit. Buka jalan napas dan berikan 2 kali bantuan pernapasan.

karotis, bila nadi ada cek napas, jika tidak bernapas lanjutkan bantuan napas. 5. Sirkulasi (CIRCULATION) Periksa tandatanda adanya sirkulasi setelah kembali

memberikan 2 kali bantuan pernapasan dengan cara

Bantuan Hidup Dasar

Letakkan telapak

kembali tangan pada

nadi setiap saat. Jika sudah serta tetap terdapat nadi terbuka

posisi yang tepat dan mulai kembali kompresi 30 menit. 6. Penilaian Ulang Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi (+2Menit) kemudian korban dievaluasi kembali, Jika tidak ada dan nadi kali dengan kecepatan 100 kali per

pernapasan spontan dan adekuat napas teraba, jaga agar jalan kemudian korban / pasien ditidurkan pada posisi sisi mantap.

dilakukan kompresi 2.

kembali bantuan

napas dengan rasion 30 :

Jika ada napas dan denyut nadi korban mantap. teraba pada letakkan posisi

Jika tetapi

tidak

ada

napas teraba, napas kali monitor

nadi bantuan 8-10 dan

berikan sebanyak permenit

Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) Tanpa Alat Pengertian : tindakan jalan yang napas dilakukan dengan untuk tetap Gambar 1. Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel membebaskan

(LLF) dilakukan secara simultan. Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan. Tindakan Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal

memperhatikan kontrol servikal Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh Pemeriksaan Jalan Napas : L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong

Chin dagu) Jaw

Lift

maneuver (tindakan

mengangkat

thrust

maneuver (tindakan

mengangkat

sudut rahang bawah) Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)

Gambar dan penjelasan lihat dibawah. Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukanmaneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.

Untuk

memeriksa

jalan

nafas

terutama

di

daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi

Bantuan Hidup Dasar

11

atas dan bawah.

daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger tersumbat karena adanya sweep, pengisapan/suction.

Bila

jalan

nafas

benda asing dalam rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.

Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi :cricotirotomi, trakeostomi.

Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)

2. Membersihkan jalan nafas Sapuan jari (finger sweep) Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang. Cara melakukannya :

Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan dilakukanmaneuver Heimlich.

Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)

Gambar daerah finger

2. Pemeriksaan mulut dengan

sumbatan

jalan

nafas

di

menggunakan

teknik cross

Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.

Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :

Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, pipa pipa 3. Mengatasi sumbatan nafas parsial Dapat digunakan teknik manual thrust Gambar 3. Tehnik finger sweep jaw thrust, endotrakeal. pemasangan pemasangan

orofaring/nasofaring,

Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di

Abdominal thrust Chest thrust Back blow

Gambar dan penjelasan lihat di bawah! Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :

Gelisah oleh karena hipoksia Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug) Gerak dada dan perut paradoksal Sianosis Kelelahan dan meninggal Gambar4. Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan Lakukan jalan nafasnya! chin lift Pangkal atau lidah tampak untuk menutupi jalan nafas teknik jaw thrust membuka jalan nafas. Ingat tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala dan leher korban jangan terganjal! Chin Lift Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.

Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS BEBAS!

Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas Beri oksigen bila ada 6 liter/menit Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi leher netral

Nilai apakah ada suara nafas tambahan.

Head Tilt Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh pada lidah pasien pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan

Bantuan Hidup Dasar

13

dugaan fraktur servikal. Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.

Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan dari benda padat. Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). Jaw thrust Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas dan tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.

Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma abdomen). Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari letakkan pinggang sisi korban dengan satu kedua pada lengan dan perut penolong, kemudian jempol kepalkan tangan tangan

thrust pada posisi terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan Abdominal Pertolongan adalah Thrust langsung (Manuver diri melakukan Resusitasi yang Jantung Paru (RJP). Heimlich) pada jika dilakukan sendiri terhadap sendiri mengalami obstruksi jalan napas. Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi

kepalan

korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas. Abdominal Caranya : Thrust (Manuver korban harus Heimlich) diletakkan pada pada posisi posisi

Gambar 9. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri Back Blow (untuk bayi) Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)

tergeletak (tidak sadar) terlentang dengan muka ke atas. Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas. Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal

Bantuan Hidup Dasar

15

Gambar 10. Back blow pada bayi Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil) Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kirakira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukanchest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan

You might also like