You are on page 1of 3

3.

Kesatuan sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat Kesatuan sila-sila pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologis, serta dasar aksiologis dari sila-sila pancasila (Kaelan,2012). Selain itu kesatuan sila-sila pancasila bersifat hierarkhis yang mempunyai bentuk piramidal 3.1 Dasar Antropologis Sila-sila Pancasila Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis (Notonagoro, 1975:23). Manusia merupakan subjek pokok sila-sila pancasila, hal ini tercermin dalam kelima sila bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan serta yang berkeadilan sosial. Menurut Kaelan (2010) hubungan kesesuaian antara negara dengan landasan sila-sila pancasila adalah berupa hubungan sebab akibat yaitu negara sebagai pendukung hubungan dan tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan. 3.2 Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila Dasar epistemologis sila-sila pancasila berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan dikarenakan pancasila merupakan pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia. Menurut Titus (1984:20) Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemology yaitu : pertama tentang sumber pengetahuan manusia, kedua tentang teori kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan manusia. 3.3 Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila Dasar aksiologis sila-sila pancasila sebagai sistem filsafat yang yang memiliki satu kesatuan dasar sehingga nilai-nilai yang terkandung juga merupakan satu kesatuan. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tingkah laku moral yang berwujud etika, ekspresi etika yang berwujud estetika atau seni dan keindahan serta sosio politik yang berwujud ideologi.

Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian, aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama. 3.4 Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Suatu Sistem Pengertian pancasila itu merupakan suatu sistem nilai yang dapat dilacak dari sila-sila pancasila yang berkaitan satu sama lain, seperti yang dinyatakan oleh Shore dan voich,(1974:22) yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerja sama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Isi arti sila sila pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakikat pancasila yang umum universal yang merupakan subtansi sila-sila pancasila sebagai pedoman pelaksanaan dan penyelenggaraan negara yaitu sebagai dasar negara yaitu bersifat umum kolektif serta aktualisasi pancasila yang bersifat khusus dan kongkrit dalam berbagai bidang kehidupan. Hakikat sila-sila pancasila adalah merupakan nilai-nilai sebagai pedoman negara adalah merupakan norma adapun aktualisasinya merupakan realisasi kongkrit pancasila (Kaelan, 2010:72).

DAFTAR PUSTAKA Kaelan,2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma Kaelan,2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta : Paradigma Notonagoro, 1975. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Pantjuruan Tujuh : Jakarta Titus Harold H., Marilyn S.Smith, Rchard T. Nolan, 1984. Living Issues Philosophy, diterjemahkan oleh: H.M. Rasyidi, penerbit Bulan Bintang , Jakarta.

You might also like