Professional Documents
Culture Documents
Tesis
Untuk memenuhi sebahagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
Diajukan oleh
Stephen G.R. Sihombing
265.029
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
STT INTIM MAKASSAR
Januari 2008
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
Tinjauan etis teologis mengenai persepsi warga jemaat terhadap bisnis Kristen
Pembimbing I Penguji I
Pembimbing II Penguji II
Mengetahui
Direktur
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
Tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis
Apabila dikemudian hari diketahui ini tidak benar, saya bersedia menerima
KATA PENGANTAR
mutlak yang harus diperhatikan semua pihak yang ingin menjaga agar
hidup manusia. Kiranya, tesis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
etika Kristen.
Ny. Resty Arnawa-T, M.Th yang telah dengan setia dan sabar
Bp. Pdt. DR. Andarias Kabanga’, Bp. Pdt. DR. Nazarius Rumpak,
Bp. Prof. DR. W.I.M Poli, Bp. Drs. Ishak Ngeljaratan, MA,
Bp. Pdt. D. Sopamena, M.Th, dan Bp. Pdt. Ruben Persang, M.Th.
Bp. Anggiat Sinaga, MBA, Bp. Ir. Leo Hehanusa, M.Si dan Bp. Max
Pdt. Marlyn Joseph S.Th, dan Bp. Pdt. Timotius Susilo, S.Ag.
Bp. Pnt. Prof. Dr. John Fo’Eh dan keluarga yang dengan tulus
istri kekasih, Ir. Dewi Arung, kedua anak kekasih: Jacqueline dan
yang telah mendukung dengan doa dan kasih. Semua ucapan terima
Penulis
Stephen G. R. Sihombing
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
DAFTAR ISI
ABSTRACT ............................................................. x
ABSTRAK ............................................................. xi
I Hipotesa .............................................................. 11
1 Kesimpulan ............................................................... 88
2 Saran ............................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRACT
Business is economic activities that cope with material profits. Seeking for
profit in business is an ethical or good action. Actually, business is not run as well
as its substance. Business was running with manipulative ways and egoism which
victimize society and environment. Christianity has ethical principles which are
useful in business. Ethical principle based on Scripture which can be understood
and practised in Christian business, are the main goal of this research.
The locus of the research is Protestant Church in the West of Indonesia
(GPIB) Congregation “Passareang” at Makassar that covers 100 (a hundred)
respondents, from June until August 2008. Descriptive-survey with questionnaire
and interview techniques is the methodology used in this research. Interviewing
with business practitioners, member of assembly of congregation and priests were
conducted. Likert’s scale has been used in this research to measure church’s
member perception about Christian business. The result of the research proves
that (1) church’s members have good perception of the Christian business, (2) the
principles of ethical business could be practised by a Christian businesman, and
(3) church gives less attention for complementing church’s members about good
business based on Christian ethics.
The principles of Christian ethics in business can be formulated in three
primaries (1) to serve the will of God, (2) respect each other and (3) have a social
responsibility. GPIB has a responsibility to equip church’s members to understand
the principles of Christian ethics in business. Business can be practised not only
for the sake of mankind, but also to serve the will of God. The importance of
ethics in business, to encourage all parties, both business practitioners, ethicians,
theological education institutions, and churches to create a business life with
dignity and ecologically oriented.
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
Bisnis adalah kegiatan ekonomis yang dapat dirasakan semua orang dalam
barang dan jasa. Tujuan bisnis adalah memperoleh keuntungan, sehingga pelaku
bisnis berani menanggung resiko menanam modal dalam kegiatan bisnisnya. Dari
sudut pandang ekonomis, dapat dikatakan bisnis yang baik adalah bisnis yang
yang wajar, asalkan tidak mengorbankan kepentingan dan hak orang lain. Bertens
mengakibatkan harga bahan bakar minyak (BBM) di tingkat konsumen naik tidak
wajar karena faktor kecurangan pengusaha yang menahan dan menimbun BBM
1
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000, hlm. 17
2
Ibid., hlm. 17.
3
”Bensin Mulai Hilang di Makassar,” Tribun Timur, Makassar: 14 Juni 2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
kualitasnya buruk dan dalam waktu singkat sudah rusak. Kredit bernilai milyaran
rupiah diberikan kepada pengusaha akhirnya tidak terbayar, sementara nilai harta
kekayaan perusahaan jauh lebih kecil dibanding kredit yang dikucurkan bank4.
mobilitasnya. Namun, harga murah tiket pesawat tidak sebanding dengan jaminan
keselamatan penumpang. Sebagai contoh, hilangnya pesawat Adam Air pada awal
penumpang diabaikan sehingga tidak seorang pun selamat dalam kecelakaan itu 5.
manusia. Sekalipun para pengusaha mengetahui bahaya itu, tetapi mereka tidak
4
Kwik Kian Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII, 1998, hlm. 431.
5
Gatot Widakdo, ”Misteri Jatuhnya Adam Air di Majene Terjawab”, Kompas, Jakarta: 25 Maret
2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
tercemarnya ekosistem oleh limbah beracun, banjir dan pemanasan global6, terjadi
sosialnya7.
tidak heran jika bisnis itu dinilai kotor. Bisnis dipahami bukan untuk orang jujur,
saleh dan bermoral. Moralitas yang bersumber dari ajaran agama tidak dibutuhkan
dalam dunia bisnis. Bisnis mempunyai mekanisme dan moralitasnya sendiri yang
tidak boleh dicampuri oleh moralitas dari luar. Satu-satunya moralitas dalam
immoral9. Dalam bisnis yang ketat, nilai-nilai moral dan etika hanya akan
tersingkir dengan sendirinya. Kerja orang bisnis adalah berbisnis dan bukan
beretika. Bisnis yang baik harus berdasarkan aturan dan kebiasaan yang
6
Fred van Dyke, et al, Redeeming Creation: The Biblical Basis for Enviromental Stewardship,
Illinois: InterVarsity Press, 1996, hlm. 19-23.
7
Maria Hartiningsih dan Hartati Samhadi, ”Menggali Kubur Sendiri,” Kompas, Jakarta: 6 Maret
2008.
8
Eka Darmaputera, Etika Sederhana untuk Semua; Bisnis, Ekonomi dan Penatalayanan, Jakarta:
Gunung Mulia, 1990, hlm. 19-20.
9
A. Sony Keraf, Etika Bisnis, Cetakan ke-14, Yogyakarta: Kanisius, 1998, hlm. 55-56.
10
Ibid., hlm. 57.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
bisnisnya sukses dan bertahan lama, sebab mereka harus memperhitungkan segala
akibat dan resiko untuk jangka panjang karena dalam bisnis ada nilai manusiawi
yang dipertaruhkan. Moralitas dan etika dalam bisnis merupakan harapan dan
cara memprotes dan menolak bisnis demikian. Tindakan semacam ini jelas sangat
Bisnis yang baik tentu menghormati hukum positif yang berlaku, seperti
peraturan soal pajak, pembayaran royalti hak cipta atas kekayaan intelektual atau
menjadi tidak baik, tidak adil dan tidak etis karena permainan politik yang tidak
adil dan arogan sehingga dapat dikatakan aturan hukum bukan ukuran satu-
B Batasan Masalah
meneliti lebih khusus tentang bagaimana persepsi warga jemaat GPIB (Gereja
Protestan di Indonesia bagian Barat) tentang bisnis Kristen. Jemaat GPIB yang
11
Ibid., hlm. 58-61.
12
Ibid., hlm. 61.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
dipilih sebagai obyek penelitian ini adalah jemaat GPIB Passareang yang
Warga jemaat GPIB sebagai persekutuan iman dan bagian dari masyarakat yang
luas memiliki persepsi tentang bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan
semata, tetapi juga terkait dengan nilai-nilai ajaran Kristen yang harus
C Rumusan Masalah
D Tujuan Penelitian
warga jemaat GPIB mengenai bisnis yang berdasarkan etika Kristen; (2)
implementasi nilai-nilai etika Kristen dalam bisnis oleh warga jemaat yang
berprofesi sebagai pengusaha; dan (3) kontribusi Gereja melalui majelis jemaat
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
GPIB dalam melengkapi warga jemaat memahami dan melakukan bisnis sesuai
E Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:
bidang etika Kristen, khususnya etika bisnis sebagai etika terapan dalam
F Keaslian Penelitian
dilakukan oleh beberapa orang dengan konsentrasi studi yang berbeda. Pada bulan
tiga karya ilmiah yang masing-masing ditulis oleh Lestari, Dewanto, dan Tompah
persaingan usaha dan untuk itu dibutuhkan kepastian hukum agar dapat
pengaruh etik Kristen Protestan Calvinis. Akibatnya, keputusan etis dalam bisnis
lebih berdasarkan pada etik sekular dan filosofis daripada etik teologi Kristen14.
Tompah dalam tesis magisternya Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis
menyebutkan bahwa nilai-nilai agama memiliki peran yang penting bagi para
perspektif teologi15.
secara substansi, metodologi dan lokasi penelitian. Penulis mengakui bahwa minat
untuk meneliti masalah bisnis yang baik dipengaruhi oleh Bertens, Keraf,
penulis pribadi menyaksikan maraknya praktek bisnis curang dan kotor. Selain
13
R. Siti Lestari, Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta:
Universitas Indonesia, 1999.
14
Andreas Bintoro Dewanto, Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen dalam Perspektif
Sosiologis, Bandung: Universitas Padjadjaran, 1993.
15
Norita Yudiet Tompah, Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis, Jakarta: STT Jakarta, 2003.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
itu, penulis sendiri sebagai seorang pendeta jemaat GPIB memiliki tanggung
jawab moral untuk melengkapi warga jemaat yang terlibat dalam dunia bisnis.
G Tinjauan Pustaka
terkait dengan produk yang baik, manajeman yang mulus dan etika 16. Lebih
lanjut, Bertens merumuskan bahwa bisnis yang baik bukan saja berarti bisnis yang
membawa untung banyak, melainkan juga dan terutama berkualitas etis. Ulrich
etika yang sehat adalah bisnis yang baik untuk jangka panjang.17
Etika sangat diperlukan untuk mencapai sukses dalam bisnis. Kualitas etis
dalam bisnis menjadikan bisnis dapat bertahan lama dalam iklim perdagangan
global yang kompetitif. Salah satu faktor kontinuitas bisnis menurut Alma18
dirinya sebagai makhluk moral19. Ciri utama manusia moral ialah kemampuannya
bertindak berdasarkan prinsip moral, dan bukan oleh emosi atau naluri.
16
Keraf, op.cit, hlm 375.
17
Peter Pratley, Etika Bisnis, diterjemahan oleh Gunawan Prasetio, Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2007, hlm. 63 .
18
Buchari Alma, Pengantar Bisnis, Cetakan ke-11. Bandung: Alfabeta, 2006, hlm. 16.
19
Jansen Sinamo, ”Manusia Moral di Dunia Kerja: Mungkinkah Sukses?, dalam Jonathan
Parapak, Pembelajar & Pelayan, di sekitar Teknologi, Manajemen, Birokrasi dan sumber daya
manusia, hlm. 196
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
dari: (1) prinsip otonomi; (2) prinsip kejujuran; (3) prinsip keadilan; (4) prinsip
keadilan menjadi dasar dan jiwa dari semua aturan bisnis dan sebaliknya semua
etika dan moral yang sangat terkait pula dengan iman Kristen22. Oleh sebab itu,
dalam kegiatan bisnisnya Diperkirakan bahwa sukses bisnis masa depan akan
prinsip etis teologis seperti keteraturan (1 Kor. 14:32-34) dan menciptakan budaya
”Yusuf” yang jujur, sederhana dan selalu menjadi berkat (Kej. 50:20-21).
20
Jonathan Parapak, op.cit, hlm. 195.
21
Keraf, op.cit, hlm. 74-81.
22
Jonathan Parapak, “Iman Kristen dan Perannya dalam Usaha Bisnis,” dalam Suleeman, F. dkk.,
(peny.) Bergumul dalam pengharapan; Buku Penghargaan Untuk Pdt. Dr. Eka Darmaputera,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, hlm. 322.
23
Yakub B. Susabda, ”Iman Kristen dan Etika Bisnis, Sumbangsih Iman Kristen dalam Etika
Bisnis: Sebuah Proposal Pendahuluan dan Refleksi Pribadi yang Ditulis Khusus untuk Pdt. Dr.
Eka Darmaputera”, dalam Ibid., hlm. 343.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
serius terhadap warga jemaat yang berprofesi sebagai pengusaha agar dapat
menjalankan bisnis secara etis sesuai iman Kristen. Penulis setuju dengan
pengusaha Kristen, maka dia dapat menjadi pebisnis yang baik dan seorang warga
negara yang baik dan bertanggung jawab serta yang dalam batas-batas
H Landasan Teori
mitra bisnis atau lingkungan alam. Pelaku bisnis yang curang akan dihukum oleh
tanggung jawab sosial. Kesadaran etis dalam bisnis dapat diperoleh melalui norma
agama, hukum negara dan norma sosial budaya dari masyarakat setempat. Pelaku
bisnis Kristen memiliki Alkitab sebagai pedoman moral dalam berbisnis. Prinsip-
prinsip Alkitab dalam bisnis Kristen yaitu (1) bisnis sebagai usaha
24
Franz Magnis-Suseno, ”Etika Bisnis dalam Perspektif Katolik”, dalam Jacobus Tarigan, (Ed.),
Etika Bisnis: Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Komisi Kerasulan Awam KWI dan Grasindo, 1994,
hlm 9.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
aparat pemerintah, masyarakat lokal dan mitra bisnis. Dengan demikian pelaku
bisnis Kristen dapat melayani kehendak Allah, menghargai sesama dan memiliki
tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini Gereja
memiliki tanggung jawab membina warga jemaat dalam soal bisnis agar hidup
mereka sejahtera secara ekonomi dan memiliki kepedulian sosial yang baik.
I Hipotesa
sebagai berikut:
Alkitab.
Jenis penelitian ini adalah survai dengan metode yang dipakai ialah
deskriptif analitis. Metode survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari
hasilnya akan dipaparkan secara deskrisptif dan pada akhir penelitian akan
dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini.
Sampling. Teknik sampling ini adalah cara pengambilan sampel secara acak tanpa
persepsi responden tentang isu utama penelitian ini. Persepsi responden diukur
dengan skala Likert dalam bentuk tanda centang (checklist).26 Jawaban atas setiap
item instrumen dalam penelitian ini mempunyai gradasi dari sangat positif
tidak setuju).
guna memperkuat hasil penelitian. Data primer yang diperoleh kemudian diolah
25
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 58.
26
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ke-10, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 86.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
gerejawi dan sumber internet. Penelitian ini dilakukan oleh penulis sendiri sebagai
alat pengumpul data utama pada bulan Juni s/d Agustus 2008 dengan objek
K Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam penelitian ini disajikan dalam enam bab yang saling
terkait.
penulisan.
Pada bab kedua, diuraikan teori-teori etika bisnis yang relevan dan
penelitian yang dipilih, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data,
dilakukan terhadap warga jemaat GPIB di kota Makassar. Bab ini memberikan
Pada bab kelima, refleksi teologis atas bisnis yang baik diuraikan dengan
mencermati persepsi warga jemaat, pendapat para etikawan dan perspektif etika
Pada bab keenam, berisikan kesimpulan dan saran yang diajukan penulis
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
27
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan ke -22, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006, hlm. 330-332.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dasar tentang etika dan bisnis perlu dipahami dengan baik dan bagaimana
dalam hubungan dengan berbagai disiplin ilmu sudah dilakukan oleh beberapa
orang dan menarik untuk menyimak gagasan mereka. Dalam penelitian ini,
A Pemikiran Teoritis
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang dalam bentuk tunggal
mempunyai beragam arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang;
kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya
ta etha yang artinya: adat kebiasaan. Arti terakhir inilah menjadi latar belakang
bagi terbentuknya istilah etika yang oleh filsuf Yunani Aristoteles (384-322 s.M.)
sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi etika dapat didefinisikan
sebagai cabang filsafat tentang baik atau jahatnya tindakan manusia, termasuk
tindakan bisnis. Padanan kata yang dekat dengan ”etika” adalah ”moral”. Kata
mos (jamak: mores) yang berasal dari bahasa Latin ini berarti: kebiasaan, adat.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
Jadi etimologi kata ”etika” menurut K. Bertens sama dengan etimologi kata
A. Sonny Keraf mengartikan etika dan moral sebagai sistem nilai tentang
dalam pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun waktu yang lama
sebagai sumber utama nilai moral dan aturan atau norma moral dan etika yang
agama dan kebudayaan tersebut. Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai moral yang dianut dalam semua agama sampai tingkat tertentu dapat
diandaikan sama dan berbeda dalam soal penerapan konkrit nilai tersebut30.
Etika menurut Keraf dapat dipahami sebagai filsafat moral, atau ilmu
yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas dan
etika dalam pengertian normatif. Etika sebagai filsafat moral dapat diurumuskan
sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma yang menyangkut
bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia; dan mengenai (b) masalah-
masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma-
Etika dalam pengertian sebagai ilmu yang kritis dan rasional menuntut
agar pertimbangan setiap orang dan kelompok harus terbuka, termasuk terbuka
28
K. Bertens, Etika, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, hlm. 4-5.
29
Keraf, op.cit, hlm. 14.
30
Ibid.
31
Ibid., hlm. 15
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
untuk digugat dan dibantah secara kritis rasional oleh pihak lain untuk pada
akhirnya semua pihak bisa sampai pada satu sikap dan penilaian yang bisa
diterima semua pihak atau yang dianggap paling benar. Etika sebagai ilmu
untuk bertindak sesuai dengan nilai dan moral yang berlaku berdasarkan
kesadaran kristis dan rasional bahwa tindakan itu memang baik bagi dirinya dan
baik bagi orang lain. Dalam bahasa Kant seperti yang dikutip Keraf, etika
bukan heteronom. Manusia dengan bantuan etika dapat bertindak secara bebas dan
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya misalnya: etika agama Budha atau etika Protestan. Kedua, etika
dalam pengertian kumpulan asas atau nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika
sebagai ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika menjadi ilmu ketika asas-asas
dan nilai-nilai tentang yang baik dan buruk menjadi bahan refleksi bagi suatu
32
Ibid.
33
Ibid, 16-17. Sikap otonom adalah sikap moral manusia dalam bertindak berdasarkan kesadaran
pribadi bahwa tindakan yang diambilnya itu baik dan dilakukan atas dasar kesadaran pribadi yang
bersumber dari nilai dan norma moral yang dianut. Sebaliknya, sikap heteronom adalah sikap
manusia dalam bertindak hanya karena sesuai dengan aturan moral yag bersifat eksternal dan
dilakukan dengan disertai perasaan takut atau bersalah.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
penelitian sistematis dan metodis. Dalam pengertian inilah etika dipahami sebagai
filsafat moral34.
Pengertian etika sebagai suatu cabang ilmu filsafat diakui oleh Pratley.
moral, dan mungkin juga memberikan nasehat yang jelas tentang bagaimana
bertindak secara moral pada situasi tertentu. Etika menolong seseorang untuk
bersikap kritis rasional terhadap pokok persoalan yang sebenarnya sehingga dapat
itu etika harus mempelajari situasi sebenarnya secara cermat dengan bantuan
tingkah laku moral secara menyeluruh adalah etika deskriptif, etika normatif dan
metaetika. Etika deskriptif adalah etika yang yang melukiskan tingkah laku
34
Bertens, Etika, hlm. 5-6.
35
Pratley, op.cit, hlm. 11-13.
36
Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor di dalamnya, cet. ke-5,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989, hlm,. 17.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
ditolak. Etika jenis ini biasanya dikembangkan oleh para ahli ilmu-ilmu sosial
tawar. Etika normatif tidak dapat bersifat netral, karena mengandung suatu
Adapun metaetika merupakan suatu cara lain dalam studi etika yang
perhatian pada upaya mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Dengan
membahas dan menggumuli masalah tentang apa yang baik. Secara teologis, apa
yang baik itu adalah segala yang dikehendaki Allah40. Dengan demikian manusia
yang diciptakan Allah dan diselamatkan dalam iman kepada Yesus Kristus harus
37
Bertens, Etika, hlm. 15-16.
38
Ibid., hlm. 17-18
39
Ibid., hlm. 19-20.
40
J. Verkuyl, Etika Kristen, cetakan ke-12, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991, hlm. 17.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
demikian etika Kristen perlu juga melakukan dialog kritis dengan etika falsafi
zaman. Catatan yang sama diutarakan oleh Abineno tentang pentingnya etika
Kristen dan etika filosofis untuk dapat hidup berdampingan dan bukannya saling
bertentangan.41
etika Kristen yaitu (1) sumber utamanya adalah kehendak Allah, (2) berdasarkan
iman kepada Yesus Kristus, (3) mengakui kewibawaan Yesus Kristus dalam
ajaran dan keteladananNya, (4) bercirikan kasih sebagai motivasi dalam berbuat
(6) Alkitab sebagai satu-satunya tolok ukur bagi teologi dan etika Kristen, (7)
terkait dengan persekutuan atau jemaat dan (8) berlaku untuk seluruh kehidupan
bermaksud mengambil suatu keputusan etis mengenai apa yang benar dan apa
yang salah. Terdapat tiga teori menurut Brownlee, yang dapat diambil untuk
mengerti kehendak Allah itu, yaitu teori etika akibat, kewajiban dan tanggung
jawab.43 Teori etika akibat (etika teleologis) menilai suatu tindakan itu benar
41
J.L. Ch. Abineno, Sekitar Etika dan Soal-soal Etis, cet. ke-3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003,
hlm. 15-16
42
Brownlee, op.cit, hlm 29-30.
43
Ibid. hlm. 30-40.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
apabila mengakibatkan hasil baik yang lebih besar dari hasil buruk. Sedangkan
teori kewajiban (etika deontologis) menilai tindakan itu baik jika tidak berlawanan
dengan hukum Tuhan. Etika ini menurut Geisler dibangun berdasarkan kehendak
dan wahyu Allah serta bersifat mutlak dan mengikat.44 Teori yang terakhir adalah
teori tanggung jawab. Teori ini menilai bahwa perbuatan itu baik kalau sesuai
dengan pekerjaan Allah. Yang utama ialah bagaimana kita menanggapi pekerjaan
Allah dalam tiap situasi dan peristiwa. Etika tanggung jawab lebih memiliki
pendekatan etis yang berfaedah karena peka terhadap segala situasi dan peristiwa
2.1 Bisnis
Bisnis menurut Hughes dan Kapoor seperti dikutip Alma ialah suatu
sebagai usaha atau proses pertukaran jasa atau produk dalam rangka pencapaian
nilai tambah46. Keuntungan atau pencapaian nilai tambah itu menurut Bertens
kedua belah pihak. Karena itu bisnis tidak bisa disamakan dengan kegiatan sosial
44
Norman Geisler, Etika Kristen: Pilihan dan Isu, Malang: Departemen Literatur SAAT, 2001,
hlm. 24-26.
45
Brownlee, op.cit., hlm. 43.
46
Robby I. Chandra, Etika Dunia Bisnis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995, hlm 42.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
atau karya amal, sebab bisnis justru tidak mempunyai sifat membantu orang
bisnis yang baik (good business) adalah bisnis yang membawa banyak untung dan
Secara moral keuntungan adalah hal yang baik dan diterima, karena (1)
dan investasi baru, (3) memberikan kesejahteraan bagi para karyawan dan (4)
etis dalam bisnisnya pasti memperoleh keuntungan yang lebih tinggi daripada
rekannya yang sama sekali tidak peduli dengan perilaku etis. Etika dalam bisnis
Keuntungan dalam bisnis menurut Bertens dapat dipahami sebagai (1) tolok ukur
(2) pertanda bahwa produk atau jasanya dihargai masyarakat, (3) cambuk untuk
47
Bertens, Pengantar, hlm. 17-19.
48
Keraf, op.cit, hlm 63.
49
Manuel G. Velasquez, Etika Bisnis, Konsep dan Kasus—Edisi 5, Penerjemah:
Ana Purwaningsih, Kurnianto dan Totok Budisantoso, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005, hlm. 39.
50
Bertens, op.cit, hlm. 162.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
terdiri dari 9 macam yaitu: (1) Usaha pertanian seperti usaha perkebunan, sawah,
sayuran, dan buah-buahan, (2) Produksi bahan mentah seperti usaha dalam bidang
kehutanan, pertambangan, perikanan air tawar ataupun ikan laut yang dibutuhkan
bagi industri, (3) Pabrik/manufaktur yang mengolah bahan mentah menjadi bahan
baku sampai menjadi hasil jadi, (4) Konstruksi seperti pembangunan rumah, jalan,
pabrik dan bangunan lainnya, (5) Usaha perdagangan besar dan kecil yang
radio, televisi dan pos, (7) Usaha finansial, asuransi dan real estate, (8) Usaha jasa
seperti reparasi, tukang cukur, salon kecantikan, pengacara, dokter dan sebagainya
serta (9) Usaha yang dilakukan oleh pemerintah seperti pembuatan regulasi,
dengan 3 tantangan yang harus disikapi dengan cermat. Ketiga tantangan yang
dimaksud ialah:
51
Alma, op.cit, hlm 24.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
dengan mesin modern, (b) kegiatan Penelitian dan Pengembangan, (c) pengunaan
Konsumen merasa tidak senang membeli produk yang cepat rusak dan
seringkali diperbaiki. Konsumen tidak senang dengan perusahaan jasa yang tidak
sesuatu menjadi lebih baik dan tingkat efisiensi pun menjadi lebih baik pula.
Perbaikan kualitas ini tidak menyangkut produk saja, namun juga mencakup
ekonomis, tetapi juga terkait dengan persoalan moral dan hukum. Bisnis yang
baik adalah bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik dalam konteks
moral. Selain itu, bisnis yang baik juga terkait langsung dengan hukum sebagai
52
Alma, op.cit, hlm. 31-32
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
norma yang harus dipatuhi, karena peraturan hukum itu mengikat semua warga
negara dan memuat sanksi bagi yang melanggarnya. Jadi bisnis yang baik adalah
terkait dengan produk yang baik, manajeman yang mulus dan etika 54. Lebih
lanjut, Bertens merumuskan bahwa bisnis yang baik bukan saja berarti bisnis yang
Dalam pengertian yang sama, Ulrich dan Thielemann seperti dikutip Pratley
mengatakan bahwa etika yang sehat adalah bisnis yang baik untuk jangka
panjang.55
Etika sangat diperlukan untuk mencapai sukses dalam bisnis. Kualitas etis
dalam bisnis menjadikan bisnis dapat bertahan lama dalam iklim perdagangan
global yang kompetitif. Salah satu faktor kontinuitas bisnis menurut Alma56
dirinya sebagai makhluk moral57. Ciri utama manusia moral ialah kemampuannya
bertindak berdasarkan prinsip moral, dan bukan oleh emosi atau naluri.
53
Ibid., hlm. 20-22.
54
Keraf, op.cit, hlm 375.
55
Peter Pratley, op.cit, hlm. 63 .
56
Alma, op.cit, hlm. 16.
57
Sinamo, op.cit, hlm. 196
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
dari: (1) prinsip otonomi; (2) prinsip kejujuran; (3) prinsip keadilan; (4) prinsip
keadilan menjadi dasar dan jiwa dari semua aturan bisnis dan sebaliknya semua
etika dan moral yang sangat terkait pula dengan iman Kristen60. Oleh sebab itu,
dalam kegiatan bisnisnya Diperkirakan bahwa sukses bisnis masa depan akan
prinsip etis teologis seperti keteraturan (1 Kor. 14:32-34) dan menciptakan budaya
”Yusuf” yang jujur, sederhana dan selalu menjadi berkat (Kej. 50:20-21).
58
Parapak, op.cit, hlm. 195.
59
Keraf, op.cit, hlm. 74-81.
60
Parapak, op.cit, hlm. 322.
61
Susabda, op.cit, hlm. 343.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
menjalankan bisnisnya secara etis sesuai iman Kristen. Penulis setuju dengan
pengusaha kristen, maka dia dapat menjadi pebisnis yang baik dan seorang warga
negara yang baik dan bertanggung jawab serta yang dalam batas-batas
lingkungan dan pengurasan sumber daya alam. Para pelaku bisnis harus memiliki
dari kita. Generasi yang mendatang memiliki hak yang sama dengan kita
menyangkut kebutuhan dasar akan makanan, air, udara dan ruang yang bersih dan
sekarang ini63. Dalam hal ini pelaku bisnis diharapkan dapat melaksanakan
hidup komunitas lokal dan lingkungan terjaga dan terpelihara. Pada masa
sekarang sukses dalam bisnis di lihat juga dari bagaimana pelaku bisnis mengelola
62
Tarigan, op.cit, hlm 9.
63
Alois A. Nugroho, Dari Etika Bisnis ke Etika Ekobisnis, Jakarta: Penerbit Grasindo, 2001,
hlm 5-12.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
manusia.65 Pengertian yang sama dan lebih lengkap dijelaskan oleh DeVito yang
mengartikan persepsi sebagai proses dengan mana kita menjadi sadar akan
mempengaruhi pesan apa yang mau diserap dan apa makna yang mau diberikan. 66
(1) mencari berbagai petunjuk sebanyak mungkin, (2) merumuskan hipotesis dan
menarik kesimpulan dengan tergesa-gesa, (5) menduga apa yang ada dalam benak
orang lain, (6) berpikir sesuai cara pikir orang lain dan (7) berhati-hati atau
64
Bambang Rudito & Melia Famiola, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di
Indonesia, Bandung: Penerbit Rekayasa Sains, 2007, hlm. 209-210.
65
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi, Sejarah,Metode, dan Terapan
di Dalam Media Massa, Edisi Ke-5, dialihbahasakan oleh Sugeng Hariyanto, Jakarta: Prenada
Media, 2005, hlm. 83.
66
Joseph A. DeVito, Komunikasi Antarmanusia, dialihbahasakan oleh Agus Maulana, Jakarta:
Professional Books, 1997, hlm. 75.
67
Ibid., hlm. 85.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
timbangan yang benar (just weight) seperti yang dicatat dalam Ulangan 25:13-15.
Prinsip timbangan yang benar merupakan keharusan dalam transaksi bisnis yang
benar. Dengan kata lain kualitas barang yang dibayar sesuai dengan apa yang
barang dan layanan perbaikan. Seorang pengusaha Kristen harus bekerja sepenuh
hati dalam bisnisnya dengan mengingat Kolose 3:23 yang berkata: ”apapun yang
kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia”.
Efesus 4:25 mengajar kita untuk berkata benar. Sekalipun sering berbuat salah,
seorang pengusaha Kristen harus memiliki kejujuran yang penuh terhadap para
perkataannya sebagaimana yang dicatat dalam Yakobus 3:2. Selain itu, Roma
12:17 mengingatkan pebisnis Kristen melakukan apa yang baik bagi semua orang
dengan kejujuran. Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita sudah
jujur sepenuhnya dalam melaporkan penggunaan waktu kita, uang dan prestasi?
pelayan harus dibuktikan dengan tingkah laku. Melayani Allah terdengar begitu
mulia, tetapi melayani sesama adalah soal lain yang seringkali sukar dipraktekkan.
68
http://www.probe.org/site/c.fdKEIMNsEoG_b.4227383/k.FE33/Business/and/Ethics/files/default.
css. Makassar: 10 Juni 2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
Matius 20:28 berkata bahwa Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk
yang baik, maka Allah memberikan apa yang menjadi kebutuhan kita dalam
berbisnis.
keputusannya, dalam apa yang dikatakan dan diperbuat. Tidak boleh ada sikap
Roma 12:2 mengingatkan agar orang percaya tidak menjadi serupa dengan dunia
ini.
profits). Apakah keuntungan yang wajar itu? Keuntungan yang wajar adalah
sesuatu yang diperoleh seseorang untuk dirinya. Dalam mencari keuntungan tidak
boleh berlebihan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan sebagaimana yang
dikatakan dalam Lukas 6:31. Bagi pengusaha, keuntungan yang wajar adalah
harga dari jasa dan barang di atas biaya yang sudah dikeluarkan. Bagi pegawai
atau pekerja, keuntungan yang wajar adalah penghasilan atas pekerjaan yang
yang sudah bekerja patut mendapat upahnya (1 Timotius 5:18). Pada akhirnya
dengan benar. Dasar etika Kristen dalam bisnis adalah karakter Allah yang tidak
kekudusan, keadilan dan kasih. Ketiga prinsip ini merupakan satu kesatuan dan
tidak dapat dipisahkan ketika mengambil keputusan etis dalam bisnis. Kekudusan
akibat-akibat yang kejam. Akhirnya, kasih ketika hanya berdiri sendiri akan
memanggil kita untuk dengan giat menempatkan Allah sebagai prioritas tertinggi.
69
Alexander Hill, Just Business; Christian Ethics for The Market Place, Cumbria: Paternoster
Press, 1998, hlm. 13-14.
70
Ibid., hlm. 15.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
melayani dua tuan pada saat yang sama (Mat. 6:24). Tugas utama kita adalah
mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi dan kemudian
kesempurnaan moral Allah dan keterpisahan dari semua yang secara etis tidak
bersih. Dua komponen kemurnian adalah kemurnian etika dan pemisahan moral.
Kedua prinsip kembar ini dapat dipraktikkan dalam bisnis dengan tiga cara.
Pertama, kemurnian dalam komunikasi yang artinya berbicara terus terang dan
tidak ada agenda tersembunyi. Kedua, kemurnian dalam seksualitas yang artinya
menjaga diri dari perilaku seksual yang menyimpang, kata-kata cabul dan
tindakan pelecehan seksual. Ketiga, kemurnian dalam maksud yang artinya tidak
konsep teologis dan ekonomis. Perilaku yang salah dalam bisnis jelas tidak
untuk jangka panjang. Bisnis yang sukses tahu bahwa memperoleh kepercayaan
71
Ibid., hlm. 23-24.
72
Ibid., hlm. 24-26.
73
Ibid., hlm. 26-27.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
Allah. Tuhan Yesus memuji mereka yang rendah hati (Mat. 5:3-5). Mereka yang
rendah hati dapat mendengarkan bawahannya, membangun tim yang kokoh dan
tidak malu mengakui kesalahannya. Mereka yang rendah hati dapat menjangkau
Prinsip bisnis Kristen yang kedua adalah keadilan. Kata keadilan muncul
lebih dari 800 kali dalam Alkitab. Keadilan menyangkut relasi timbal balik
dan kolektivisme. Empat aspek dasar keadilan adalah hak-hak yang prosedural,
hak-hak yang substantif, keadilan yang layak diterima dan keadilan kontraktual.
Kompensasi harus diberikan jika salah satu aspek keadilan itu dilanggar 75.
Prinsip terakhir bisnis Kristen adalah kasih. Kasih adalah inti karakter
Allah dan merupakan kait di mana setiap aturan moral digantungkan. Kasih
pihak dapat bekerja sama untuk memperoleh keberhasilan dalam jangka panjang.
Tanpa kasih, maka hubungan bisnis cenderung eksploitatif dan kerjasama menjadi
mustahil. Tiga karakter utama kasih adalah empati, belas kasihan dan
pengorbanan diri. 76
dibangun secara seimbang. Pada satu pihak, etika Kristen dalam bisnis harus dapat
74
Ibid., hlm. 27-28.
75
Ibid., hlm. 35-36.
76
Ibid., hlm. 47-48.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
kristiani. Di lain pihak, ia juga mampu memperhitungkan dan oleh karena itu
tanpa kehilangan fungsi kritisnya; dan sekaligus berusaha menilai secara normatif
lima hal. Pertama, Allah sebagai Pencipta segala sesuatu. Dengan prinsip ini
kesejahteraan setiap dan seluruh ciptaan. Kedua, semua ciptaan Allah adalah baik.
Dengan prinsip ini bisnis tidak harus dinilai kotor sebab bisnis mempunyai
potensi melayani tujuan ilahi yang luas dan agung sehingga bisnis dapat
manusia adalah gambar Allah yang selalu berdosa. Dengan prinsip ini etika bisnis
Kristen memberi tempat bagi kelemahan manusia sehingga dalam situasi tertentu
dibenarkan, tetapi tetap berdosa. Dengan prinsip ini pelaku bisnis Kristen
77
Darmaputera, op.cit, hlm. 7.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
berjuang mengalahkan kuasa dosa dan mengubah dunia bisnis sesuai kehendak
mendukung misi Gereja dan memberi kesempatan kerja bagi warga gereja dan
peternakan, koperasi, sekolah, rumah sakit, gedung serba guna dan penerbitan
mulai dari rumah sakit, sekolah, perbengkelan, perkebunan, pertanian, wisma atau
penginapan, rumah retret, rumah doa, asrama, panti asuhan, panti jompo, gedung
atau radio, toko dan penerbitan. Biasanya jika bisnis Geraja tidak dikelola secara
semua pihak mulai dari konsumen, karyawan, masyarakat sekitar, masyarkat luas
melalui pajak dan cukai, dan tentunya pelaku bisnis sendiri. Apabila asas ini
78
Ibid., hlm. 10-18.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
dilanggar, yang menderita kerugian adalah semua pihak termasuk anak cucu kita
bagaimana pandangan agama Islam dan budaya Thionghoa tentang bisnis dalam
kaitannya dengan etika. Penulis memilih kedua agama ini dengan pertimbangan
bahwa agama Islam dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia dan agama Budha
mencari kekayaan dengan cara halal. Yang dilarang adalah keserakahan dan
pamer kekayaan (riya’). Rujukan yang penting tentang perdagangan adalah surat
aktivitas atau amal perbuatan manusia secara keseluruhan dan tidak terbatasi oleh
optimal. Tujuan dalam bisnis bernilai ganda yaitu keselamatan dunia dan akhirat.
79
Rahardi, F., Menguak Rahasia Bisnis Gereja, Jakarta: Visimedia, 2007, hlm. 23-140.
80
Bertens, Etika Bisnis, hlm. 50-51.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
Bisnis yang hakiki adalah bisnis yang dapat menyelamatkan manusia dari azab
yang pedih. Etika bisnis islami merupakan usaha untuk mencari keridhaan Allah.
Jadi dalam Islam, etika dan bisnis adalah satu kesatuan dengan prinsip utama yaitu
kejujuran dan keadilan81. Perilaku etis bagi kaum Muslim adalah melakukan apa
atau materi bukanlah satu-satunya tujuan dalam hidup. Umat Budha ketika
81
Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Quran tentang Etika dan Bisnis, Jakarta: Penerbit
Salemba Diniyah, 2002, hlm. 87-89.
82
Ibid., hlm. 133-138
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
manfaat untuk dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain serta
bukanlah penguasa alam yang berkuasa mengatur alam ini sesuai keinginannya.
bagian dari alam; sehingga dia harus berusaha menyesuaikan diri dengan alam dan
83
http://www.buddhistonline.com/dhammadesana/desana7b.shtml. Makassar: 27 Agustus 2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
jemaat yang mandiri secara keuangan dan organisatoris pada tanggal 6 April 1997
dalam ibadah Minggu yang dilayani langsung oleh Pdt. DR. O.E.Ch Wuwungan
selaku Ketua Majelis Sinode GPIB. Sejak dilembagakan, jemaat ini mengalami
pertumbuhan secara kuantitas dan data terakhir bulan Agustus 2008 menunjukkan
jumlah warga jemaat ini adalah 246 Kepala Keluarga dengan 971 jiwa, yang
Sejak tahun 1997 sampai 2008, jemaat ini sudah dilayani oleh lima orang
pendeta selaku Ketua Majelis Jemaat (KMJ) sesuai penugasan Majelis Sinode
GPIB yaitu Pdt. Ebser Lalenoh, STh, Pdt. Ny. Ellen Tamunu, SPAK, Pdt. Adma
Tarigan, STh, Pdt. Ny. M.A. Manopo, STh dan Pdt. Ny. M.B. Risamena, STh.
43 anggota majelis jemaat dengan rincian 22 orang sebagai penatua dan 21 orang
sebagai diaken serta 50 orang yang melayani wadah kategorial anak, teruna,
Jemaat ini memiliki harta milik gereja berupa sebuah gedung gereja,
kantor, ruang serba guna dan pastori. Dalam program tahun 2008-2009, jemaat
keamanan dan 1 orang koster yang digaji secara periodik sesuai ketentuan
Pelayanan ibadah Minggu dilaksanakan 2 kali pada jam 09.00 wita dan
gereja, ruang serba guna dan pos-pos pelayanan. Pembinaan reguler dilaksanakan
secara bergilir setiap minggu bagi para pelayan yang bertugas memberitakan
Firman Allah dalam ibadah keluarga, anak, teruna, pemuda, wanita dan kaum
bapak. Kegiatan pembinaan reguler ini dilangsungkan malam hari setiap hari
Senin dan Selasa jam 19.00 wita di ruang konsistori dan ruang serba guna.
Jemaat Passareang memiliki tiga komisi yaitu (1) komisi diakonia yang
bertugas membantu secara finansial dan natura bagi warga jemaat yang
dilakukan setiap hari Jumat yang dilayani oleh tenaga dokter yang profesional;
dan (3) komisi musik gereja yang membina kegiatan nyanyian gereja dan melatih
84
M. A. Manopo, Memorandum serah terima Pendeta/Ketua Majelis Jemaat GPIB Passareang
Makassar, Makassar: 9 Agustus 2008.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
B Keaslian Penelitian
ilmu lainnya sudah dilakukan oleh beberapa orang. Pada bulan Maret 2008,
Jakarta dan perpustakaan Nasional Jakarta yang ditulis oleh Lestari, Dewanto, dan
Tompah yang dianggap berbobot dan terkait dengan maksud penelitian ini.
dengan pendekatan kualitatif. Tesis ini bertujuan untuk mengkaji relevansi etika
bisnis dengan persaingan usaha di Indonesia, dan apa aspek hukum dari adanya
usaha sebab terdapat hubungan yang erat antara etika bisnis dan persaingan usaha.
Aspek hukum dan aspek etika bisnis sangat menentukan terwujudnya persaingan
yang sehat. Indikator dari persaingan sehat adalah tersedianya banyak produsen,
penawaran, dan peluang yang sama dari setiap usaha, dalam bidang industri dan
perdagangan.
termasuk konsumen dan pengusaha kecil, dan produsen sendiri, karena akan
tertentu. Tanpa kepastian hukum, maka mekanisme pasar akan terancam. Adanya
hukum yang pasti akan memelihara ketertiban pasar dan menjamin transparansi
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
pasar. PeneIitian yang dilakukan di Jakarta ini bersifat yuridis normatif dengan
etik Kristen Protestan Calvinis. Akibatnya, keputusan etis dalam bisnis lebih
berdasarkan pada etik sekular dan filosofis daripada etik teologi Kristen. Dewanto
mensinyalir bahwa etik Kristen Protestan Calvinis sama sekali tidak diketahui
karena tidak diajarkan kepada mereka sehingga dalam praktek bisnis yang
Norita Yudiet Tompah dalam tesis magisternya Peran Nilai Agama dalam
Etika Bisnis menyebutkan bahwa nilai-nilai agama memiliki peran yang penting
Pengusaha yang ditelitinya berasal dari kalangan Islam dan Kristen yang berlokasi
perspektif teologi87.
85
R. Siti Lestari, Tinjauan Etika Bisnis dalam Persaingan Usaha di Indonesia, Tesis, Jakarta:
Universitas Indonesia, 1999.
86
Andreas Bintoro Dewanto, Etik Bisnis dan Keberagamaan Kelompok Kristen dalam Perspektif
Sosiologis, Disertasi, Bandung: Universitas Padjadjaran, 1993.
87
Norita Yudiet Tompah, Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis, Tesis, Jakarta: STT Jakarta,
2003.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
tentang norma-norma etis yang ada dan masalah etis yang dihadapi; (2)
Kelompok suku dan etnis yang berbeda-beda dalam komunitas Kristen seringkali
persepsi yang berbeda-beda pula tentang norma etis yang ada serta masalah etis
yang dihadapi; (3) Etik Kristen Protestan Calvinis sebagai norma dan etos belum
cukup diajarkan dan dipahami untuk mampu mengubahkan nilai budaya para
yang radikal dan transformatif. Ia mensinyalir jika tradisi Reformasi yang terus
dalam bisnis dapat membawa kebahagiaan hidup secara menyeluruh. Bisnis yang
Bisnis yang tidak baik seperti penipuan, suap, kolusi dan menjual barang-
barang berbahaya bagi kesehatan manusia seperti alkohol dan tembakau pada
88
Andreas Bintoro, ”Dapatkah kekristenan Diterapkan dalam Bisnis?”, dalam Robert P Borrong
dan Norita Y. Tompah, (Eds.), Etika Bisnis Kristen, Jakarta: Unit Publikasi dan Informasi & Pusat
Studi Etika STT Jakarta, 2006, hlm. 89-96.
89
Mihaly Csikszentmihalyi, Good Business: Bisnis Sebagai Jalan Kebahagiaan, Diterjemahkan
oleh Helmi Mustofa, Bandung: Penerbit Mizan, 2007, hlm.42.
90
Ibid., hlm. 43-44.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
yang baik dipahami sebagai bisnis yang berorientasi tidak semata-mata meraup
hidup. Tindakan para eksekutif sukses itu didasarkan pada prinsip-prinsip agama
Kapitalisme menurutnya bukanlah sikap rakus yang tidak terbatas dalam mengejar
bercirikan sikap moral jujur, ketepatan dalam waktu, sikap rajin dan hemat yang
dalam tatanan ekonomi modern sejauh hal itu dilakukan dengan cara-cara legal,
merupakan hasil dan ekspresi dari kebajikan dan kecakapan dalam melaksanakan
panggilan tugas.92
bisnis. Mereka yang menjalani hidup yang baik dengan kerja keras pasti akan
masuk ke Surga. Sebaliknya, mereka yang malas tidak akan masuk surga setelah
kematiannya. Doktrin ini memotivasi kaum Calvinis untuk bekerja dengan energi
yang berlipat ganda, terdorong oleh janji kebahagiaan abadi. Kerja seperti
91
Ibid., hlm. 56-57.
92
Max Weber, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, Diterjemahkan oleh Yusup
Priyasudiarja, Yogyakarta: Jejak, 2007, hlm. 58.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
aktivitas bisnis dipahami bukan lagi sebagai sesuatu yang hina, melainkan sebuah
Penelitian yang penulis lakukan ini sama sekali berbeda dengan karya-
karya ilmiah sebagaimana yang dipaparkan di atas Penelitian ini sama sekali baru
baik dari segi substansi, metodologi, waktu, tempat dan objek penelitian.
Sepengetahuan penulis belum ada karya ilmiah yang meneliti persepsi warga
C Kerangka Konseptual
Persepsi Bisnis
warga jemaat
93
Ibid., hlm.163.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
D Landasan Teori
mitra bisnis atau lingkungan alam. Pelaku bisnis yang curang akan dihukum oleh
tanggung jawab sosial. Kesadaran etis dalam bisnis dapat diperoleh melalui norma
agama, hukum negara dan norma sosial budaya dari masyarakat setempat. Pelaku
bisnis Kristen memiliki Alkitab sebagai pedoman moral dalam berbisnis. Prinsip-
prinsip Alkitab dalam bisnis Kristen yaitu (1) bisnis sebagai usaha
aparat pemerintah, masyarakat lokal dan mitra bisnisnya. Dengan demikian pelaku
bisnis Kristen dapat melayani kehendak Allah, menghargai sesama dan memiliki
tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini Gereja
memiliki tanggung jawab membina warga jemaatnya dalam soal bisnis agar hidup
mereka sejahtera secara ekonomi dan memiliki kepedulian sosial yang baik.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
BAB III
METODE PENELITIAN
terdahulu, maka pada bagian ini metode yang digunakan dalam penelitian ini
wawancara guna mendapatkan data akurat dari responden yang menjadi objek
penelitian ini. Persepsi responden diukur dengan skala Likert dengan tingkatan
yang terstruktur.
A Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survai dengan metode yang dipakai ialah
deskriptif analitis. Metode survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dari responden dengan
mengunakan kuesioner.94
Passareang tentang bisnis dari sudut pandang iman Kristen95. Data yang diperoleh
hasilnya dipaparkan secara deskrisptif dan pada akhir penelitian dianalisis untuk
94
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, (Peny.) Metode Penelitian Survai, Jakarta: Penerbit
LP3ES, 1985, hlm. 8.
95
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 23.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
data dalam penelitian ini dimulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2008.
anggota populasi tersebut.96 Besaran smpel yang diambil dalam penelitian ini
yang dilibatkan sebagai responden memiliki latar belakang yang beragam baik
pelayanan Gereja.
eksemplar angket yang ditujukan kepada warga jemaat yang sudah berkeluarga.
Sebagian angket yang tersisa (25 eksemplar) diberikan kepada beberapa pelayan
96
Riduwan, op.cit, hlm. 58.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
Wawancara dilakukan secara bertahap terhadap tiga orang pendeta jemaat GPIB,
dua orang anggota majelis jemaat GPIB dan tiga orang pengusaha Kristen.
kediaman pribadi atau di kantor sesuai waktu yang disepakati. Waktu wawancara
berlangsung antara 60-90 menit. Hasil wawancara direkam dengan alat perekam
(tape recorder). Data primer ini kemudian diolah bersama dengan data sekunder
teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis data
yang terkandung di dalam data (baik yang melalui angket maupun wawancara)
menggunakan skala Likert ini dibuat dalam bentuk tanda centang (checklist).97
gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif dengan kategori jawaban
setuju) dan STS (sangat tidak setuju). Kategori jawaban itu diberi skor dari 1
diberi skor 3, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1. Jika sampel yang digunakan
adalah 100 responden, maka jumlah skor ideal: 5 x 100 = 500 (SS) dan jumlah
97
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ke-10, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 86-87.
98
Ibid., hlm. 88-89.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
bertahan lama
4. Bisnis curang: menipu dan 8
melanggar hukum
5. Keuntungan wajar dalam 10
bisnis itu etis/baik
6. Keuntungan didapat 14
dengan segala cara apapun
7. Menjaga kepercayaan 17
konsumen dalam harga, mutu
dan layanan
8. Tanggungjawab sosial 18
pengusaha terhadap
masyarakat
9. Bisnis tidak membutuhkan 19
ajaran agama
10. Ajaran agama tidak dapat 20
dipraktekkan dalam bisnis
11. Bisnis bisa rugi kalau 21
ajaran agama dipraktekkan
12. Pengusaha berbuat 22
curang karena oknum
pemerintah
13. Pengusaha melakukan 23
penipuan agar untung
14. Konsumen dirugikan 24
karena kecurangan
pengusaha
15. Pengusaha dapat 25
menjelekkan rekan bisnis
16. Pengusaha wajib 28
membayar pajak
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
mendatangkan kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup
D. Pembinaan 31. Perlu dilakukan 31
pembinaan tentang bisnis
dengan prinsip-prinsip
Alkitab
32. Majelis Jemaat perlu juga 32
dibina soal bisnis Kristen
33. Warga dilarang berbisnis 34
karena kotor dan berdosa
34. Menasihatkan warga 36
jemaat yang berbisnis curang
35. Mendoakan pengusaha 37
menjadi saksi Kristus
E. Program kerja 36. Unit bisnis Gereja perlu 33
didirikan
37. Memberikan pelatihan 35
dan modal kerja
38. Melibatkan pengusaha 38
dalam pelatihan jemaat
39. Partisipasi pengusaha 39
dalam kegiatan pelayanan
40. Kelompok pendukung 40
bagi pengusaha didirikan
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
BAB IV
PEMBAHASAN
responden dan persepsi mereka mengenai bisnis Kristen. Data yang diperoleh
dengan jelas. Dengan data yang melimpah, maka dapat segera dilakukan
1 Hasil Penelitian
Selain kuisioner, wawancara dilakukan guna melengkapi data yang diperoleh dari
(2 orang), anggota jemaat GPIB yang berprofesi sebagai pengusaha (3 orang) dan
para pendeta GPIB (3 orang). Deskripsi di bawah ini memaparkan hasil penelitian
yang sudah dilakukan selama 3 bulan dari Juni s/d Agustus 2008.
(40%). Kebanyakan dari mereka sudah menikah (68%) dan bekerja sebagai
pekerjaan utama sebagai pegawai, tetapi beberapa dari mereka memiliki usaha
pekerjaan utama, seperti bisnis jual beli sembako, perbengkelan, transportasi dan
diikuti lulusan Perguruan Tinggi (36%), dan sebagian kecil SMP (10%).
mereka yang berusia 50 tahun ke atas (36 %). Sebagian besar responden berstatus
sebagai anggota biasa dalam persekutuan jemaat dan lainnya adalah anggota
majelis jemaat. Uraian lengkap karakteristik responden dapat dilihat dalam Tabel
2 berikut ini.
baik/etis (96%) jika sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak merugikan
itu orientasinya keuntungan. Kalau tidak, bisnis itu akan pendek.”99 Responden
yang lain mengatakan bahwa ”mencari keuntungan dalam bisnis tidak salah sebab
menurut responden (100%) perlu memiliki etika dalam berbisnis. Etika dalam
bisnis menurut responden dapat bersumber dari ajaran Alkitab. Responden (98%)
mengakui bahwa Alkitab memberikan pedoman moral bagi siapapun yang terjun
dalam bisnis. Jadi, responden menolak jika dikatakan ajaran agama tidak dapat
99
Anggiat Sinaga, Wawancara, Makassar: 9 Juni 2008. Beliau adalah General Manager Hotel
Clarion di Makassar dan Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) kota Makassar..
100
Marlyn Joseph, Wawancara, Makassar: 28 Agustus 2008. Beliau adalah pendeta GPIB yang
melayani di jemaat GPIB Bukit Zaitun, Makassar.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
bisnis terkait dengan kekudusan, keadilan dan kasih. Ajaran Alkitab an sich
bagi yang berprestasi dan hukuman bagi yang melanggar budaya perusahaan.
dipahami dapat mencegah seorang pengusaha berbuat curang dan sama sekali
101
Sinaga, ibid.
102
Ibid.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
menurut seorang responden dapat ditangkal jika iman Kristen dapat berfungsi
membawa dampak bagi orang lain. Jangan berpikir kalau kita salah urus, orang
lain tidak kena. Kena juga. Bisnis ini kan punya networking. Begitu kita salah
dalam menjalankan bisnis, orang lain kena imbasnya, langsung atau tidak
langsung. Kita bekerja bukan untuk menyusahkan orang, tetapi menjadi berkat
dapat berlaku tidak curang dalam bisnisnya. Aparat pemerintah pun dipandang
103
Ibid.
104
Leo J. Hehanusa, Wawancara, Makassar: 29 Juli 2008. Beliau adalah pengusaha dan konsultan
bisnis.
105
Ibid.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
responden bukan faktor yang membuat pengusaha berbuat curang, sebab para
yang baik. Seorang responden berpendapat bahwa ”sesungguhnya bisnis itu baik.
Manusia dengan cara-caranya yang tidak benar membuat bisnis itu menjadi tidak
baik.”106 Responden lain mengatakan bahwa ”bisnis itu baik karena menyangkut
tidak boleh didapat dengan segala cara apapun yang melanggar etika dan hukum.
Responden juga setuju jika bisnis dilakukan dengan baik, seorang pengusaha
pemahaman itu, keuntungan yang wajar dalam bisnis dipahami sebagai berkat
dari Tuhan. Karena itu, doa menurut responden (100%) memiliki peranan penting
106
M.T. Hallatu, Wawancara, Makassar: 29 Agustus 2008, Beliau adalah pendeta GPIB yang
melayani di jemaat GPIB Manggamaseang, Makassar.
107
Max Saliwir, Wawancara, Makassar: 2 Juni 2008. Beliau adalah General Manager PT (Persero)
Angkasa Pura I, Ujung Pandang.
108
Hehanusa, ibid.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
bekerja maka yang terpenting adalah berdoa mohon pertolongan Tuhan.” 109
”orang yang berbisnis dengan cara tidak benar seperti manipulasi, sogok
kepercayaan konsumen dalam soal harga, mutu dan layanan dan perlu memiliki
perlu dilakukan sebab orientasi bisnis tidak hanya orientasi profit, tetapi juga
orientasi sosial, sehingga kehadiran usaha di tempat itu menjadi nilai tambah bagi
masyarakat sekitar.111
membina warga jemaat tentang bisnis sesuai dengan ajaran alkitab. Penguasaan
ajaran Alkitab tentang bisnis perlu dipahami oleh anggota majelis jemaat sehingga
mereka dapat membina warga jemaat dengan baik. Dengan pemahaman yang
109
Saliwir, ibid.
110
ibid.
111
Sinaga, ibid.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
benar, responden sepakat (74%) bahwa bisnis bukan pekerjaan kotor yang
mengakui bahwa ”kita dapat menjadi saksi, bersaksi bahwa ada hal-hal yang tidak
memiliki unit bisnis guna membantu keuangan gereja. Seorang responden setuju
gereja memiliki unit bisnis jika tujuan bisnis untuk kesejahteraan warga jemaat,
dalam dunia bisnis dengan mengidentifikasi bahwa ”kultur GPIB sebagai gereja
dari kalangan birokrat atau pegawai sehingga aspek bisnis kurang mendapat
112
Yedi G. Lely, Wawancara, Makassar: 24 Agustus 2008. Seorang anggota majelis jemaat GPIB
Passareang, Makassar.
113
Yusuf H. Ambanaga, Wawancara, Makassar: 13 Agustus 2008. Seorang anggota majelis jemaat
GPIB Passareang, Makassar.
114
Hehanusa, ibid.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
perhatian dalam program kerja gereja”115. Faktor ini yang menyebabkan gereja
prinsip etika Kristen dalam bisnis (10%). Warga jemaat sendiri (56%)
berpendapat perlunya gereja memberi perhatian dalam soal bisnis dengan cara
memberikan pelatihan atau modal kerja bagi warga jemaat yang berminat
membuka usaha dan kekurangan modal kerja. Jika pun gereja perlu membuka unit
menasehatkan jika warga jemaat berbuat curang dalam berbisnis. Warga jemaat
membina warga jemaat agar memiliki ketrampilan bisnis. Selain itu, responden
sehingga dapat melatih warga jemaat yang ingin berbisnis.”117 Jadi, pengusaha
doa dan bimbingan praktis seputar dinamika bisnis. Seorang responden dengan
115
M. A. Manopo, Wawancara, Makassar: 11 Agustus 2008 Beliau adalah pendeta jemaat GPIB
Passareang, Makassar.
116
Lely, ibid.
117
Ibid.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
Dalam pengertian yang sama, responden lain setuju bahwa ”kelompok profesi
INDIKATOR-INDIKATOR NO SS S RG TS STS
ITEM
1 2 3 4 5 6 7
A. BISNIS
1. Bisnis mendatangkan keuntungan 1 34% 64% 2%
2. Pendapatan dan ekonomi yang lebih 2 22% 74% 2% 2%
baik
3. Bisnis yang baik membawa sukses dan 7 30% 62% 2% 6%
bertahan lama
4. Bisnis curang: menipu dan melanggar 8 40% 22% 22% 16%
hukum
5. Keuntungan wajar dalam bisnis itu baik 10 20% 76% 2% 2%
6. Keuntungan didapat dengan segala cara 14 2% 8% 56% 34%
apapun
7. Menjaga kepercayaan konsumen dalam 17 42% 58%
harga, mutu dan layanan
8. Tanggungjawab sosial pengusaha 18 28% 72%
terhadap masyarakat
9. Bisnis tidak membutuhkan ajaran agama 19 2% 4% 56% 38%
118
Hehanusa, ibid.
119
Saliwir, ibid.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
hukum
B. ALKITAB
18. Alkitab sebagai pedoman moral/etika 3 48% 50% 2%
19. Nilai etika Kristen: kekudusan, 5 52% 48%
keadilan dan kasih
20. Alkitab mencegah pengusaha berbuat 16 46% 42% 8% 4%
curang
C. IMAN
21. Menjadi pengusaha adalah pekerjaan 6 24% 66% 4% 6%
yang baik
22. Pengusaha perlu memiliki etika bisnis 4 62% 38%
23. Pengusaha dapat mempermuliakan 9 38% 54% 2% 4% 2%
Allah
24. Keuntungan bisnis adalah berkat Tuhan 11 34% 58% 2% 6%
25. Dalam bisnis perlu pertolongan Tuhan 12 70% 30%
(doa)
26. Pengusaha Kristen tidak terpengaruh 27 28% 42% 2% 24% 4%
untuk berbuat curang
27. Sama sekali tidak ada campur tangan 13 2% 6% 36% 56%
Tuhan dalam bisnis
28. Bersyukur dan memberi persembahan 15 38% 60% 2%
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
tentang bisnis Kristen dalam penelitian ini mempunyai gradasi dari sangat positif
tidak setuju). Jawaban-jawaban itu diberi skor dari 1 sampai 5 dengan rincian
skor 2 dan STS diberi skor 1. Jika sampel yang digunakan adalah 100 responden,
maka jumlah skor ideal: 5 x 100 = 500 (SS) dan jumlah skor rendah: 1 x 100 =
100 (STS)120. Berdasarkan skala Likert ini, skor antara 301 s/d 500 berarti
pemahaman responden baik. Jika skor antara 201 s/d 300 berarti netral dan skor
SKOR
Skor 5 4 3 2 1
A. BISNIS
1. Bisnis mendatangkan keuntungan 426 170 256 4
2. Pendapatan dan ekonomi yang lebih 406 110 296 6 4
baik
3. Bisnis yang baik membawa sukses dan 416 150 248 6 12
bertahan lama
4. Bisnis curang: menipu dan melanggar 392 200 88 88 16
hukum
5. Keuntungan wajar dalam bisnis itu baik 414 100 304 6 4
6. Keuntungan didapat dengan segala cara 178 8 24 112 34
apapun
7. Menjaga kepercayaan konsumen dalam 442 210 232
harga, mutu dan layanan
8. Tanggungjawab sosial pengusaha 468 140 328
terhadap masyarakat
120
Sugiyono, ibid., hlm. 88-89.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
B. ALKITAB
18. Alkitab sebagai pedoman moral/etika 446 240 200 6
19. Nilai etika Kristen: kekudusan, 452 260 192
keadilan dan kasih
20. Alkitab mencegah pengusaha berbuat 418 230 168 16 4
curang
C. IMAN
21. Menjadi pengusaha adalah pekerjaan 408 120 264 12 12
yang baik
22. Pengusaha perlu memiliki etika bisnis 462 310 152
23. Pengusaha dapat mempermuliakan 422 190 216 6 8 2
Allah
24. Keuntungan bisnis adalah berkat 420 170 232 6 12
Tuhan
25. Dalam bisnis perlu pertolongan Tuhan 470 350 120
(doa)
26. Pengusaha Kristen tidak terpengaruh 366 140 168 6 48 4
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
D. PEMBINAAN
31. Perlu dilakukan pembinaan tentang 398 70 304 12 12
bisnis dengan prinsip-prinsip Alkitab
32. Majelis Jemaat perlu juga dibina soal 412 110 288 6 8
bisnis Kristen
33. Warga dilarang berbisnis karena kotor 326 10 48 36 116 16
dan berdosa
34. Menasihatkan warga jemaat yang 412 130 256 18 8
berbisnis curang
35. Mendoakan pengusaha menjadi saksi 434 170 264
Kristus
E. PROGRAM KERJA
36. Unit bisnis Gereja perlu didirikan 318 30 160 60 68
37. Memberikan pelatihan dan modal 334 30 200 48 56
kerja
38. Melibatkan pengusaha dalam 406 70 320 12 4
pelatihan jemaat
39. Partisipasi pengusaha dalam kegiatan 244 10 72 36 116 10
pelayanan
40. Kelompok pendukung bagi pengusaha 368 20 288 36 24
didirikan
dalam bisnis menurut responden dapat diperoleh secara etis. Dengan pemahaman
itu, responden memiliki pandangan bahwa bisnis itu adalah pekerjaan baik dan
karena itu cara berbisnis tidak boleh dilakukan dengan menghalalkan segala cara.
Berbisnis perlu mengedepankan etika yang bersumber dari moral agama. Bisnis
tidak dapat terlepas dari etika agar bisnis dapat bertahan lama dan sukses.
sumber referensi yang tepat bagi etika bisnis Kristen. Etika bisnis Kristen menurut
dengan baik bahwa dalam prakteknya bisnis curang itu terjadi. Namun, itu tidak
dapat menjadi alasan pembenaran bahwa pengusaha Kristen larut dalam praktek
demikian. Bisnis yang baik menurut responden (452) terkait dengan integritas
kekudusan, keadilan dan kasih. Sukses dalam bisnis dipahami sebagai berkat
Allah atas doa dan kerja yang dilakukan dalam bisnis. Pada akhirnya tujuan bisnis
berbisnis. Responden sepakat bahwa gereja dapat saja memiliki unit bisnis,
memberikan pelatihan bisnis atau bantuan modal bergulir. Selain itu, kehadiran
jemaat memiliki penguasaan yang baik dalam membina warga jemaat yang
berbisnis dan selalu mendukung mereka dengan doa dan nasehat rohani.
dipahami baik oleh responden. Pengertian ini sejalan dengan teori Bertens yang
berpendidikan tinggi, terlibat dalam bisnis. Beragam usaha dapat dipilih seperti
Pilihan jenis usaha tentu disesuaikan dengan ketrampilan dan modal yang dimiliki
121
Bertens, Pengantar, hlm. 17.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
keuntungan yang timbal balik dan bukan keuntungan yang sepihak. Dengan
tidak boleh berlebihan. Keuntungan harus diperoleh secara wajar sehingga unsur
kepercayaan dalam bisnis terjaga dan tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.
mana kegiatan bisnis itu dapat bertahan. Berbisnis dengan mengutamakan nilai-
nilai etis adalah berbisnis dengan kualitas yang baik. Berbisnis dengan kualitas
etis menurut Velasquez menjadikan bisnis dapat bertahan lama dalam iklim
perdagangan global yang kompetitif.123 Jadi etika dan bisnis bukan dua wilayah
Salah satu sumber etika adalah ajaran agama125. Etika bisnis dapat
diperoleh pelaku bisnis Kristen lewat ajaran Alkitab yang didalami secara pribadi
dan diajarkan oleh gereja. Penyerapan nilai-nilai agama secara pribadi turut
122
Darmaputera, opcit, hlm. 7.
123
Velasquez, opcit, hlm. 39.
124
Elvyn G. Masassya, Cara Cerdas Menjalankan Bisnis, Jakarta: Penerbit PT Elex Media
Komputindo, 2002, hlm. 25.
125
Keraf, opcit, hlm. 14.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
membentuk komitmen dan ketangguhan moral pelaku bisnis Kristen untuk setia
pada nilai-nilai agama yang dianut dalam bidang usaha yang digelutinya.
kemampuan bertindak berdasarkan prinsip moral, dan bukan oleh emosi atau
naluri126.
Etika bisnis yang bersumber dari ajaran Alkitab memandu pelaku bisnis
untuk tidak terpengaruh dan terlibat dalam praktek bisnis curang yang merugikan
masyarakat, pemerintah dan tentunya dunia bisnis sendiri. Alkitab diyakini dapat
dan buruk. Faktor keadilan dalam bisnis sesuai dengan ajaran Alkitab sehingga
kejahatan tidak memiliki tempat dalam dunia bisnis. Pelaku bisnis curang perlu
ditindak oleh aparat berwajib dan pelaku bisnis yang mengutamakan tanggung
sehingga tidak dirugikan oleh pebisnis yang penuh dengan tipu muslihat.127
oleh semua pihak sehingga diperoleh keuntungan bersama. Jika pelaku bisnis
berlaku curang, jelas ada pihak yang dirugikan. Bisnis curang diyakini tidak dapat
126
Sinamo, opcit, hlm. 196.
127
K. Bertens, Perspektif Etika, Yogyakarta: Kanisius, 2001, hlm. 167-168.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
sebagai pekerjaan yang baik. Berbisnis adalah pekerjaan yang sama baiknya
dan kepedulian sosial. Dari kaca mata iman Kristen, berbisnis bukanlah pekerjaan
kotor yang mendatangkan dosa. Cara-cara manusia yang tidak benar dalam
curang. Ketaatan kepada nilai-nilai moral religius yang dianut dan kepatuhan
kepada hukum, dapat menjadi dasar yang kokoh bagi pengusaha Kristen agar
bisnisnya sukses, bertahan lama, bermanfaat secara sosial dan menjadi kesaksian
Sukses dalam bisnis dapat diperoleh pengusaha Kristen jika mereka taat
kepada firman Allah dan tekun dalam doa. Keuntungan dalam bisnis diyakini
sebagai campur tangan Allah yang mendatangkan ucapan syukur. Faktor doa
sebagai kegiatan iman menjadi penting dilakukan saat menjalankan bisnis dan
Jadi pengusaha Kristen dalam berbisnis tidak menghalalkan segala cara yang
berlawanan dengan kebenaran firman Allah. Dalam hal ini, gereja dapat
adalah hidup dalam damai sejahtera Allah sehingga mereka dapat melaksanakan
bisnisnya dengan baik dengan tetap juga menjaga hidup persekutuan Tuhan.
melengkapi warga jemaat dalam memahami dengan baik ajaran Alkitab sebagai
pegangan dalam kegiatan bisnis. Warga jemaat perlu ditolong bahwa aktivitas
hidup jika prinsip-prinsip etika Kristen mengenai kekudusan, keadilan dan kasih
dipraktekkan. Anggota majelis jemaat GPIB sebagai pelayan Tuhan yang selalu
berhubungan langsung dengan warga jemaat, perlu menguasai dengan baik ajaran
Alkitab itu sehingga mereka dapat menasehati dan mendukung warga jemaat yang
Kalaupun gereja memiliki sekolah, rumah sakit atau perkebunan, tujuan utama
adalah pelayanan kasih atau diakonia gereja kepada warga masyarakat sekitar.
ditempuh dengan cara memberikan pelatihan dan pemberian bantuan modal kerja
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
keberadaan gereja dan kemampuan keuangan yang dimiliki. Sebagai salah satu
contoh, jemaat GPIB ”Eben Haezer” di Kalimantan Timur memiliki lahan sawit
profesional dalam GPIB, selama ini masih dalam proses mencari bentuk. Apakah
kelompok profesional itu sebatas persekutuan ibadah atau dapat menjadi wadah
konsultasi dan kelompok pendukung bagi warga jemaat yang terlibat dalam
bisnis? Dengan kelompok profesional ini, gereja telah memberi ruang yang
warga jemaat GPIB mengetahui dan memahami bahwa bisnis yang baik dapat
diterima berdasarkan temuan bahwa (1) bisnis itu memerlukan nilai-nilai moral
(100%), (2) nilai-nilai moral bagi etika bisnis Kristen bersumber dari Alkitab
(100%), dan (3) bisnis itu adalah pekerjaan baik (90%) yang dapat menjadi sarana
Skor akhir pengukuran persepsi berdasarkan skala Likert adalah 362. Skor ini
membuktikan bahwa responden memiliki pemahaman yang baik bahwa bisnis itu
bisnis. Hipotesis ini dapat diterima berdasarkan temuan bahwa (1) mencari
keuntungan dalam bisnis adalah perbuatan etis (96%) sebab keuntungan itu adalah
berkat dari Tuhan (92%), (2) nilai-nilai etis kristiani membentuk pelaku bisnis
yang memiliki integritas moral dan dapat dipercaya (70%), dan (3) prinsip-prinsip
Alkitab dalam bisnis mendorong pengusaha untuk berbagi kepada sesama dan
bisnis yang baik berdasarkan etika Kristen. Hipotesis ini dapat diterima
prinsip Alkitab kurang diberikan kepada warga jemaat dan anggota majelis jemaat
GPIB (10%), (2) latar belakang warga GPIB yang mayoritas dari kalangan
BAB V
REFLEKSI TEOLOGIS
membutuhkan nilai-nilai etis agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dan bisnis
yang baik. Aspek persekutuan, dalam hal ini gereja tetap memainkan peranan
penting sehingga pelaku bisnis Kristen selalu diingatkan untuk setia hidup sesuai
dengan Firman Allah dalam kesibukan dan tantangan bisnis yang dialami.
meningkatkan taraf hidup dan kerjasama antar bangsa. Dalam era perdagangan
global, kegiatan bisnis tidak terlepas dari moralitas atau etika. Kinerja etis
menurut Max Weber, turut memicu kemajuan ekonomi. Kesuksesan dalam bisnis,
merupakan pertanggung jawaban iman atas keselamatan yang telah diterima dan
Ketika bisnis terlepas dari etika atau moralitas agama, bisnis menjadi alat
128
Nugroho, opcit, 24.
129
Weber, opcit, hlm. 58, 163.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
yang utama. Tegasnya, mencari keuntungan dalam bisnis tidak salah, namun tidak
berarti lalu boleh semaunya tanpa batas. Dalam hal ini kita mesti bertanya
dengan cara yang benar? Apakah untuk maksud dan tujuan yang baik? 130 Praktik
etika Kristen bisnis131 sebab bisnis tidak ”bebas nilai” atau ”kedap moral”.132
Sumber utama etika Kristen adalah karya keselamatan Allah dalam Yesus
bidang bisnis. Dosa yang telah menyebabkan hubungan antar manusia menjadi
tidak adil dan manipulatif.133 Karya penebusan Yesus Kristus memulihkan citra
manusia yang rusak karena dosa egoisme dan egosentrisme sehingga sekarang
manusia dapat menjalin relasi benar dengan Allah dan sesama dalam kekudusan
130
Eka Darmaputera, Sepuluh Perintah Allah, Museumkan Saja? Yogyakarta: Gloria Graffa, 2005,
hlm. 32
131
Bas de Gaay Fortman dan Berma Klein Goldewijik, God and the Goods, Geneva: WCC
Publication, 1998, hlm. 26. .
132
Darmaputera, Sepuluh, hlm. 32.
133
Enrique Dussel, Ethics and Community, Maryknoll: Orbis Books, 1988, hlm. 126-127.
134
Hugh T. Kerr (Ed), Calvin’s Institutes: A New Compend, Kentucky: Westminster/John Knox
Press, 1989, hlm. 93.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
Allah. Kedua, kehidupan bisnis harus dibebaskan dari egoisme dan egosentrisme
untuk menciptakan oikoumene (dunia kediaman manusia) yang utuh dan lestari di
ditolak, sebab bisnis immoral hanya mengakibatkan kerugian dan kehancuran bagi
manusia dan lingkungan hidup. Bisnis yang terlepas dari etika Kristen, membuka
orientasi bisnis demikian hanya untuk mengejar mamon, kekayaan dan bukan lagi
kita tidak dapat menyembah Allah dan mamon secara bersamaan (Mat. 6:24). Di
sini, pelaku bisnis Kristen dapat memberikan kontribusi positif dalam membentuk
135
Darmaputera, Etika, hlm. 48-49.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
yang berlaku serta lingkungan hidup sehingga aktivitas bisnis itu berjalan dengan
secara kreatif memadukan keyakinan iman kepada Yesus dengan tujuan bisnis
yang utuh. Dia menolak moralitas ganda berlaku dalam praktek bisnis. 136 Hidup
kekristenannya tidak hanya tampak di hari Minggu dengan segala kegiatan ibadah
dan pelayanan, tetapi juga berlanjut pada hari-hari kerja dari Senin sampai Sabtu
dalam dunia bisnis yang ditekuni. Komitmen iman yang utuh, membuat pelaku
iman itu tidak hanya terarah bagi pribadi dan kinerja bisnis, tetapi juga berakibat
kepada lingkungan sekitar. Pelaku bisnis Kristen memiliki kewajiban iman agar
3 pokok yaitu (1) melayani kehendak Allah, (2) menghargai sesama, dan
(3) memiliki tanggungjawab sosial. Ketiga pokok ini merupakan satu kesatuan
yang dapat memandu pelaku bisnis Kristen untuk tampil menjadi saksi-saksi
Kristus sesuai karunia dan talenta yang dianugerahkan Allah dan sekaligus
136
Hill, op.cit., hlm. 64.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
jawab untuk bekerja mengelola segala sesuatu yang Allah telah ciptakan. Bekerja
Manusia adalah citra Allah dan sekaligus mitra Allah dalam melayani kehendak
dalam seluruh bidang hidup, termasuk dalam aktivitas bisnis. Karena itu motivasi
kerja kristiani bukanlah material melainkan motif melayani atau motif berbakti:
”Apapun juga kamu perbuat perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk
Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kol 3:23). Bekerja bukan lagi dipahami
sebagai beban melainkan bagian integral dari ibadah kepada Tuhan yang
melayani kehendak Allah (Yoh 9:5). Dalam ketaatan iman kepada Yesus Kristus,
bisnis yang kotor. Perilaku bisnis curang adalah realita tak terbantahkan.
Pebisnis Kristen dengan pembaharuan akal budi yang dikerjakan Roh Kudus,
dapat membedakan mana bisnis yang sesuai dengan kehendak Allah dan yang
137
Robert P. Borrong, “Etos kerja dan Profesi: Perspektif Alkitabiah,” dalam Borrong, op.cit.,
hlm. 31-32.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
hidupnya sebab Allah yang diimani adalah kudus (Ibr 12:14) dan sempurna
(Mat 5:48). Dalam hal ini, kejujuran menjadi penting bagi pebisnis Kristen agar
Kejujuran menunjukkan tidak ada maksud tersembunyi yang jahat dengan maksud
diri berkata benar dan membuang dusta dalam kegiatan bisnis (Ef 4:25) sebab
kepada Allah dan permohonan doa yang tidak putus-putusnya. Dengan kejujuran,
Gereja dengan tulus dan bukan mencari pujian dari manusia. Di tengah tantangan
dan keberhasilan, pebisnis Kristen tetap dapat berdoa kepada Allah agar tidak
tercemar oleh dosa dan diberi hikmat dalam mengambil keputusan-keputusan etis
Bisnis dapat menjadi berhala ketika segala waktu, tenaga, materi dan perhatian
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
beribadah dan bersyukur kepada Allah selalu tertunda dan terhalang demi
Allah agar tidak jatuh dalam dosa kesombongan diri (Yak 4:13-15). Allah sendiri
(Kel 3:18, 5:1) Ayub yang mengalami sukses dalam bisnis, tetap memelihara
persekutuan dengan Allah agar kehidupan pribadi dan rumah tangganya berkenan
Pelaku bisnis Kristen bertanggung jawab dalam membina rumah tangganya agar
selalu setia beribadah kepada Allah dan hidup dalam kasih persaudaraan
(Yos 24:14-15).
mana orang memandang orang lain dan masyarakat hanya sebagai alat untuk
menggandakan uang dalam tempo cepat adalah kegiatan bisnis yang membawa
masyarakat kepada sikap materialisme yang berujung pada duka (1 Tim 6:10).
138
M. Bambang Susanto, Perspektif Dunia Usaha di Mata Tuhan, Surabaya: Sangkakala Media
Publishing, 2006, hlm. 98-99
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
Sikap hidup mengasihi sesama menjadi perintah utama yang juga perlu
Selain itu, mereka yang bekerja dalam suatu lembaga bisnis tidak diperlakukan
menjadi hak mereka tanpa dikurangi sedikitpun (Im 19:13) dan tidak memeras
(Luk 3:14).140
pebisnis Kristen menahan diri untuk berkonfrontasi dengan warga masyakat dan
harus dapat menjelaskan secara terbuka dan jelas tujuan bisnisnya kepada
139
Henk ten Napel, Jalan yang lebih Utama Lagi: Etika Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1988, hlm. 223.
140
Ibid., hlm. 88.
141
Darmaputera, Etika., hlm. 13-14.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
pihak-pihak yang dirugikan. Pelaku bisnis Kristen tidak dapat cuci tangan ketika
Pelaku bisnis tidak boleh menggunakan jargon ”atas nama pembangunan” untuk
menindas pihak-pihak yang lemah demi meraup semua keuntungan bagi diri
sendiri. Bisnis yang etis dan legal, dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat
tetap menjadi milikNya (Kel 19:5; 1 Taw 29:14; Mzm 24:1). Orang-orang Israel
diingatkan untuk memiliki tanggung jawab sosial kepada mereka yang miskin dan
berkekurangan (Kel 22:25; Im 19:9-10). Tahun Yobel dan hari Sabat diberikan
yang kecil dan lemah disuarakan juga oleh Yesus, ”karena orang-orang miskin
selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka” (Mrk 14:7).
untuk membantu mereka yang miskin dan berkekurangan (Luk 18:22) sehingga
tidak ada lagi yang mati kelaparan seperti Lazarus (Luk 16:20-25). Dengan
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
sosial sehingga persoalan sekecil apapun dapat memantik konflik berdarah yang
bisnis diperlukan untuk memberi peluang kesempatan kerja kepada tenaga lokal
menjadi perhatian penuh agar pelaku bisnis tidak menambah kerusakan ekologis
yang sudah terjadi. Pelaku bisnis Kristen perlu mendukung gerakan pelestarian
ekologis dalam berbisnis karena alam adalah bagian dari tata ciptaan Allah yang
142
Emanuel Gerrit Singgih, Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks di Awal
Milenium III, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, hlm. 205-206.
143
Yusuf G. Mangumban, ”Pengelolaan Lingkungan Hidup: Peranan Teologi dan Etika Kristen”,
dalam Markus Rani (peny.), Teologi Kehidupan, Melestarikan Lingkungan Hidup, Toraja: Sulo,
2006, hlm. 52-54.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
kematian dan kebangkitan Yesus dan diutus ke dalam dunia untuk memberitakan
Injil damai sejahtera (Mat 28:19-20; Ef 6:15) Gereja diingatkan untuk selalu
hidup berpadanan sesuai Injil Kristus (Flp 1:27) sehingga dapat menjadi garam
dan terang yang efektif (Mat 5:13-16). Perbuatan-perbuatan Gereja harus dengan
jemaat sebagai pebisnis yang jujur, kreatif, solider dengan sesama dan tetap
memiliki pergaulan yang akrab dengan Tuhan. 145 Para praktisi bisnis dalam
gereja sendiri perlu dilibatkan dalam memotivasi dan melatih anggota jemaat lain
agar tidak malu terlibat dalam kegiatan bisnis. Selain itu, gereja perlu memberi
dukungan rohani kepada para pelaku bisnis ketika menghadapi kegagalan dalam
144
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, cet. ke-6, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988, hlm. 374-376.
145
B.A. Abednego, “Masalah dan Tantangan Etik dalam Penggembalaan di Kota Besar yang
Individualistik”, dalam F. Suleeman dan Iones Rakhmat, Masihkah Benih Tersimpan ..? :
Kumpulan Karangan dalam Rangka 50 tahun GKI Jawa Barat, Jakarta: BPK. Gunung Mulia,
1990, hlm. 195.
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
BAB VI
bawah ini penulis menarik beberapa kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi praktisi bisnis, lembaga pendidikan teologi, dan GPIB. Penulis
sendiri menyadari bahwa segala rumusan yang dibuat dalam penelitian ini, dapat
1 Kesimpulan
1.1. Bisnis adalah bagian integral dalam kehidupan manusia dan karena itu
terkait erat dengan moralitas. Moralitas atau etika dalam berbisnis dapat
berasal dari berbagai sumber seperti ajaran agama, filsafat atau nilai
penting yang perlu dijaga dan dipertahankan oleh para pelaku bisnis. Di
1.2. Persepsi tentang bisnis Kristen diperoleh warga jemaat berdasarkan pesan-
pesan yang diterima melalui Alkitab dan pengajaran gereja. Warga jemaat
Warga jemaat GPIB sendiri memiliki persepsi yang baik tentang bisnis
dapat dipraktekkan dalam bisnis mereka. Alasan utama bahwa bisnis itu
memiliki aspek sosial. Bisnis menjadi langgeng karena banyak pihak yang
1.4. Mayoritas warga GPIB berasal dari kalangan pegawai yang kurang
profesional dalam gereja masih dalam proses mencari bentuk dan belum
1.5. Bisnis yang baik dapat dirumuskan sebagai bisnis yang (1) melayani
kehendak Allah, (2) menghargai manusia dan (3) memiliki tanggung jawab
ibadah yang dilakukan dengan kejujuran dan rasa hormat terhadap sesama.
mereka yang miskin dan melindungi alam dari kerusakan yang hebat.
1.6. Gereja bertanggung jawab dalam melengkapi warga jemaat agar hidup
prinsip Alkitab. Unit bisnis yang dimiliki gereja lebih diarahkan sebagai
sarana pelayanan kasih atau diakonia dalam rangka menolong mereka yang
mereka yang berprofesi sebagai pebisnis dan mereka yang berminat terlibat
dalam bisnis.
2 Saran
pelayan gereja yang trampil secara teologis agar dapat membimbing warga
jemaat menjadi pelaku bisnis yang benar. Dalam rangka itu, praktisi bisnis
bisnis. Mencari sintesa kreatif antara dunia bisnis dan iman dalam dunia
etika Kristen. Tidak ada salahnya jika mahasiswa teologi diberi pelatihan
wirausaha agar mereka dapat mendorong dirinya dan warga jemaat untuk
menjadi pelaku bisnis yang jujur, ulet dan memiliki solidaritas sosial.
2.3. Gereja memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menjawab masalah
pekerjaan semakin sukar diperoleh. Dua faktor ini sudah cukup dapat
dengan praktisi bisnis yang berasal dari kalangan jemaat sendiri. Dalam hal
dengan tetap menjaga motif pelayanan kasih gereja. Jika unit-unit bisnis
itu tidak dikelola dengan manajemen yang baik, pada akhirnya hanya
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku-buku
Abineno, J.L. Ch. Sekitar Etika dan Soal-soal Etis, cet. ke-3, Jakarta:
2002.
Borrong, Robert P dan Tompah, Norita Y (Eds.), Etika Bisnis Kristen, Jakarta:
Unit Publikasi dan Informasi & Pusat Studi Etika STT Jakarta, 2006.
De Gaay Fortman, Bas dan Berma Klein Goldewijik, God and the Goods,
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, cet. ke-6, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.
Hill, Alexander, Just Business; Christian Ethics for The Market Place,
Meliala, Adrianus, (Ed.), Praktik Bisnis Curang, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1993.
Muhammad dan Fauroni, Lukman, Visi Al-Quran tentang Etika dan Bisnis,
Napel, Henk ten Jalan yang lebih Utama Lagi: Etika Perjanjian Baru, Jakarta:
Grasindo, 2001.
Oetama, Jacob, Dunia Usaha dan Etika Bisnis, Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
2001.
Rudito, Bambang & Famiola, Melia, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial
Untuk Pdt. Dr. Eka Darmaputera, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.
Tarigan, Jacobus, (Ed.), Etika Bisnis: Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Komisi
Tompah, Norita Yudiet, Peran Nilai Agama dalam Etika Bisnis, Jakarta: STT
Jakarta, 2003.
Verkuyl, J, Etika Kristen, cetakan ke-12, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991.
2. Dokumen Gerejawi
3. Surat Kabar
4. Internet
http://www.probe.org/site/c.fdKEIMNsEoG_b.4227383/k.FE33/Business/and/
http://www.buddhistonline.com/dhammadesana/desana7b.shtml.
5. Wawancara
LAMPIRAN I
ANGKET PENELITIAN
Salam sejahtera,
Hormat saya,
PETUNJUK ANGKET
A. PETUNJUK PENGISIAN
2. Berilah tanda centang (V) pada kolom yang tersedia dan pilih sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Umur (tahun)
a. Umur 16-25 tahun
b. Umur 26-35 tahun
c. Umur 36-50 tahun
d. Umur 50 tahun ke atas
3. Status perkawinan
a. Kawin
b. Belum pernah kawin
c. Duda
d. Janda
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
4. Pekerjaan utama
a. Pedagang/Pengusaha
b. Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI
c. Pegawai swasta
d. Pelajar/Mahasiswa
e. Pekerjaan lain dari a-d di atas
6. Pendidikan terakhir
a. Tidak tamat SD sampai tamat SD
b. Tamat SMP atau yang sederajad
c. Tamat SMTA dan tidak melanjutkan
d. Perguruan Tinggi
No Pernyataan Jawaban
SS S RG TS STS
1 Bisnis adalah kegiatan di antara manusia
untuk mendatangkan keuntungan materi
2 Dengan berbisnis, seseorang bisa
memperoleh pendapatan lebih dan
kehidupan ekonomi yang lebih baik
3 Alkitab memberikan pedoman nilai
moral/etis bagi pengusaha
4 Seorang pengusaha Kristen perlu
memiliki nilai-nilai moral/etika dalam
berbisnis
5 Ajaran Alkitab menyangkut kekudusan,
keadilan dan kasih menjadi nilai-nilai
etika Kristen yang perlu diperhatikan
dalam berbisnis
6 Menjadi seorang pengusaha berarti juga
melakukan pekerjaan yang baik
7 Pengusaha yang berbisnis dengan baik
menjaga bisnisnya bertahan lama dan
sukses secara material dan sosial
8 Bisnis curang adalah bisnis yang
dijalankan dengan penipuan dan
melanggar hukum yang berlaku
9 Seorang pengusaha dapat
mempermuliakan Allah lewat praktek
bisnis yang legal dan tidak merugikan
konsumen dan rekan bisnisnya
Pernyataan SS S RG TS STS
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
No Pertanyaan Jawaban
SS S RG TS STS
31 Majelis Jemaat perlu melakukan
pembinaan bagi warga jemaat tentang
bisnis dengan prinsip-prinsip Alkitab
32 Prinsip-prinsip Alkitab tentang
kekudusan, keadilan dan kasih dalam
praktek bisnis perlu diketahui oleh
anggota Majelis Jemaat agar dapat
membina warga jemaat dengan baik
33 Majelis Jemaat perlu memiliki unit
bisnis agar dapat membantu keuangan
Gereja dan mempraktekkan cara
berbisnis dengan prinsip Alkitab
34 Majelis Jemaat melarang saja warga
jemaat untuk tidak berbisnis agar tidak
berdosa karena bisnis itu kotor
Pernyataan SS S RG TS STS
35 Majelis Jemaat perlu memberikan
pelatihan atau modal kerja bagi warga
yang berminat membuka usaha dan
kekurangan modal
Anda dapat mengatur nomor halaman ini sesuai daftar isi.
LAMPIRAN II
Pedoman Wawancara
sukses bisnis dan dapat bertahan lama? Apakah menurut Bapak/Ibu bisnis
mengikuti semua aturan yang berlaku dalam dunia bisnis sekalipun aturan
7. Dapatkah sekarang ini Alkitab dan ajaran kristiani tetap relevan terhadap
Alkitab dan ajaran Kristen tidak sesuai lagi dengan dunia bisnis yang
oleh nilai-nilai etika Kristen yang bersumber pada Alkitab? Nilai-nilai etika
10. Kegiatan-kegiatan rohani apa saja yang Bapak/Ibu ikuti secara teratur?
a. Ibadah Minggu
b. Kebaktian keluarga
c. Penelaahan Alkitab
e. Ibadah pribadi
f. ....................................
selama ini?
berbisnis selalu memberi prioritas kepada Allah agar tidak jatuh dalam
praktek tipu daya yang merugikan orang lain dan mendatangkan dosa?
6. Apakah Gereja perlu memiliki unit bisnis untuk membantu warga jemaat
diberikan kepada mereka: (1) tetap aktif beribadah? (2) terlibat dalam
ATTENTION PLEASE:
Jika karya ilmiah ini hendak dikutip supaya ditulis sumbernya secara tepat.
sgrsihombing@yahoo.com