You are on page 1of 24

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI 2 PENETAPAN KADAR PIPERIN DALAM SIMPLISIA

Disusun Oleh : Kelompok 3C Ogy Goesgiantoro Nurazaniah Rakhmadewi Siska Hotimah Eldi Ali Rakhman (10060309086) (10060309087) (10060309089) (10060309090)

Tanggal praktikum : Selasa, 27 Desember 2011 Tanggal laporan : Selasa, 3 Januari 2012

Asisten Kelompok: Gina Dwi Lukasa, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI UNIT B PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2012

PENETAPAN KADAR PIPERIN DALAM SIMPLISIA

I.

TUJUAN Mahasiswa dapat mengenal dan memahami prinsip penetapan kadar piperin.

II. TEORI DASAR 2.1 Lada putih Lada atau merica adalah rempah-rempah berwujud biji-bijian yang

dihasilkan tanaman Piper nigrum L. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting di dunia. Piperin merupakan suatu senyawa yang sangat bermanfaat dalam kesehatan. Piperin banyak ditemukan pada simplisia yang termasuk dalam keluarga piperaceae, yaitu pada Piperis nigrii fructus, Piperis albi fructus, Piperis retrofracti fructus, dll. Tanaman yang termasuk dalam keluarga piperaceae sangat banyak ditemukan hampir seluruh dataran rendah di Indonesia, karena tanaman ini tidak tahan dengan genangan air. Piperis nigri sangatlah mudah ditemukan di seluruh daerah di Indonesia dengan harga yang relative rendah. Pada umumnya kandungan piperin dalam piperis nigri sebanyak 1,7- 7,4%. Lada mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh resin yang disebut kavisin. Kandungan piperine dapat merangsang cairan lambung dan air ludah. Selain itu lada bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan peredaran darah (Septiatin, Eatin, 2008). 2.1.1 Klasifikasi ilmiah : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliophyta : Piperales

Kerajaan Divisi Kelas Ordo

Famili Genus Spesies

: Piperaceae : Piper : Piper nigrum L P. nigrum (lada) menghasilkan lada hitam dan lada putih. Lada hitam yaitu

buah lada yang belum masak dikeringkan bersama kulitnya hingga kulit keriput dan berwarna hitam. Lada putih yang berasal dari buah lada yang masak yang setelah diberssihkan dari kulitnya lalu dikeringkan, hingga berwarna putih (Gembong Tjitrosoepomo, 2000). Nama lain dari lada adalah pedes (Sunda) dan merica (Jawa). Lada dengan nama latin; Piper Nigrum, sudah dikenal sebagai penyedap makanan,mengatasi bau dan rasa makanan yang beraroma tak sedap, serta pengawet daging (Septiatin, 2008). Ada dua macam lada yang menjadi komoditi perdagangan yaitu lada hitam dan lada putih. Lada hitam diperoleh dengan memetik buah yang masih hijau,mengupasnya, difermentasi untuk menambah rasa lada, kemudian

dikeringkan di bawah sinar matahari, dan rasanya lebih pedas. Sedangkan lada putih diperoleh dengan memetik biji masak merah, diremas perlahan-lahan dan direndam dalam air, kulit dan daging buah dibuang sebelum dikeringkan di sinar matahari(Septiatin, 2008).

Gambar 1. Buah lada putih dan hitam 2.1.2 Ciri-ciri tanaman Tumbuh tumbuhan berkayu sering kali memanjat dengan menggunakan akar pelekat, dengan batang dengan berkas pengangkutan penampang melintang

tampak tersebar dan tersusun dalam beberapa lingkaran. Daun daun tunggal yang tersebar dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang disebut dengan bunga lada. Masing masing kecil tanpa hiasan bunga, berkelamin tunggal. Biasanya muncul pada saat musim hujan. Buahnya buah batu atau buah buni, berbentuk bulat berbiji keras dan berkulit lunak (Gembong Tjitrosoepomo, 2000).

Gambar 2. Gambar tanaman lada

2.1.3

Sifat Lada Lada memiliki rasa pedas, berbau khas dan aromatik. Rasa pedas dari buah

lada hitam, 90-95% disebabkan oleh adanya komponen trans-piperin yang ada dalam buah kering kadarnya 2-5% dan terdiri atas senyawa asam amida piperin dan asam piperinat. Rasa pedas piperin masih ada walaupun diencerkan 1:200000. Rasa pedas juga disebabkan oleh adanya kavisin yang merupakan isomer basa piperin. Kandungan lain yang menghasilkan bau aromatic adalah minyak atsiri dengaan kadar 1-2.5% yang mengandung piperonal, eugenol, safrol, metil eugenol, dan miristissin. Lada hitam juga mengandung monoterpen dan seskuiterpen (Wiryowidagdo, Sumaali, 2007) 2.1.4 Khasiat dan Kegunaan Penggunaan, lada digunakan sebagai stomakik, karminatif, dan bumbu masak. Khasiat dari buah lada yaitu dapat mengobati kaki bengkak pada ibu hamil, kolera, nyeri haid, rematik, salesma, air mani yang encer, dan impoten(septiatin, 2008). Efek farmakologis lada diantara lain: Kamfena merangsang timbulnya kejang.

Boron meluruhkan haid, merangsang keluarnya hormone androgen dan estrogen. Mencegah pengeroposan tulang, menghambat prostaglandin, relaksasi otot, menghilangkan kelelahan Merangsang semangat, calamine dan chavicine Merangsang syaraf pusat calamine.

2.2 Alkaloid Alkaloid adalah senyawa basa nitrogen, berasal dari tanaman, yang memiliki aktivitas farmakologi (Tyler et al., 1988) atau senyawa organik siklik yang mengandung nitrogen pada kondisi oksidasi negatif, yang ditribusinya terbatas pada makhluk hidup (S. William Pelletier, 1983 dalam Samuelsson, 1999). Biosintesis alkaloid melibatkan asam amino sebagai precursor diantaranya Fenil alanin, Triptofan, Lysin, Tirosin, Histidin dan Ornitin.

2.2.1

Sifat Fisiko-Kimia Alkaloid Umumnya, tidak larut/sedikit larut dalam air, kecuali bentuk garam yang terbentuk dengan asam.

Alkaloid bebas, larut dalam eter, kloroform, pelarut yang relatif non-polar, membentuk garam alkaloid tidak larut, yang berguna pada proses pemurnian dan isolasi.

Berasa pahit Umumnya, berbentuk kristal padat (diidentifikasi secara mikroskopis) Berbentuk cair: coniin, nikotin, spartein

Seperti halnya amina, membentuk garam ganda jika direaksikan dengan logam berat; Hg, Pt, emas, membentuk endapan yg dapat diidentifikasi secara mikroskopis.

2.2.2 2.2.3

Efek Farmakologi Secara Umum (Tyler et al.,1988): Analgesik dan narkotik (morfin, codein) Stimulan SSP (striknin, brusin) Midriatik (atropin) Miotik (fisostigmin, pilokarpin) Meningkatkan tekanan darah (efedrin) Menurunkan tekanan darah (reserpin) Penggolongan alkaloid Berdasarkan asal mulanya (biogenesis) dan hubungannya dengan asam

amino, alkaloid dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: (1) Truealkaloid, (2) Proto alkaloid, dan (3) Pseudo alkaloid. Ciri-ciri dari ketiga kelas alkaloid adalah sebagai berikut: 1. True alkaloid (alkaloid sejati) Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; toksik, perbedaan keaktifan fisiologis yang besar, basa, biasanya mengandung atom nitrogen di dalam cincin heterosiklis, turunan asam amino, distribusinya terbatas dan biasanya terbentuk di

dalam tumbuhan sebagai garam dari asam organik. Tetapi ada beberapa alkaloid ini yang tidak bersifat basa, tidak mempunyai cincin heterosiklis dan termasuk alkaloid kuartener yang lebih condong bersifat asam. Contoh dari alkaloid ini adalah koridin dan serotonin. 2. Proto alkaloid Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; mempunyai struktur amina yang sederhana, di mana atom nitrogen dari asam aminonya tidak berada di dalam cincin heterosiklis, biosintesis berasal dari asam amino dan basa, istilah biologycal amine sering digunakan untuk alkaloid ini. Contoh dari alkaloid ini adalah meskalina dan efedrina. 3. Pseudo alkaloid Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; tidak diturunkan dari asam amino dan umumnya bersifat basa. Contohnya adalah kafeina Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas: a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah : Alkaloid Piridin-Piperidin Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae. Alkaloid Tropan Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora

officinarum,

Alkaloid

Kokain

dari

Erythroxylum

coca

(Famili

Erythroxylaceae) Alkaloid Quinolin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium vivax. Alkaloid Isoquinolin Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora Alkaloid Indol Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkins. Alkaloid Imidazol Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua. Alkaloid Steroid Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus. Alkaloid Amina Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae) Alkaloid Purin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis)

dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao. b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine) Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale. Alkaloid Capsaicin Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense. 2.3 Piperin

Gambar 3. Struktur senyawa piperin 2.3.1 Sifat senyawa Senyawa amida (piperin) berupa kristal berbentuk jarum, berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa, lama-kelamaan pedas. Larut dalam etanol, asam cuka, benzen, dan kloroform. Senyawa ini termasuk senyawa alkaloid golongan piridin.

2.3.2

Khasiat dan kegunaan Piperin mempunyai daya hambat enzim prostaglandin sintase sehingga

bersifat antiflogistik. Piperin juga berkhasiat sebagai antioksidan, antidiare, insektisida. Sebagai antiinflamasi, antinociceptive (hadyherbs.wordpress.com/ 2011/12/26/piperin-dari-buah-lada.html). 2.4 Spektrofotometri Uv-vis

Gambar 4. Spektrofotometri Uv-Vis Spektrofotometri serapan (meliputi spektro UV-VIS, IR, dan serapan atom) merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Molekul selalu mengabsorbsi radiasi elektromagnetik jika frekuensi radiasi ini sama dengan frekuensi getaran molekul tersebut. Elektron yang terikat maupun tidak terikat akan tereksitasi pada suatu daerah frekuensi, yang sesuai dengan radiasi UV/VIS. Bagian molekul yang mengabsorbsi dalam daerah UV-VIS dinyatakan sebagai kromofor. Suatu molekul dapat mempunyai beberapa kromofor. Untuk berbagai bahan farmasi, pengukuran spektrum dalam daerah UV dan visible dapat dilakukan dengan ketelitian dan kepekaan yang lebih baik daripada dalam daerah IR-dekat dan IR. Panjang gelombang daerah spektrum UV adalah 190-380 nm, sedangkan spektrum visible adalh 380-780 nm. Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum UV-VIS terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200800 nm dan suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan.

Spektrum UV-VIS dari suatu zat umumnya tidak mempunyai derajat spesifikasi yang tinggi. Walaupun demikian, spektrum tersebut sesuai untuk pemeriksaan kuantitatif dan untuk berbagai zat spektrum tersebut bermanfaat sebagai tambahan pada identifikasi. Penggunaan kualitatif sangat terbatas karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit (500 nm) hanya dapat mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui tidak memungkinkan (storiku. wordpress.com/ 2010/07/02/spektrofotometri-uv-vis/). Suatu senyawa dapat dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis jika mempunyai kromofor pada strukturnya, seperti : 1. Ikatan rangkap terkonjugasi : dua ikatan rangkap terkonjugasi memberikan suatu kromofor, seperti dalam butadien akan mengabsorbsi pada 217 nm. Panjang gelombang serapan maksimum (maks) dan koefisien ekstingsi molar (e) akan bertambah dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap terkonjugasi. 2. Senyawa aromatik : cincin aromatik mengabsorbsi dalam daerah radiasi UV. Misal : benzen menunjukkan serapan pada panjang gelombang sekitar 255 nm, begitu juga asam asetil salisilat. 3. Gugus karbonil 4. Auksokrom : gugus auksokrom mempunyai pasangan elektron bebas, yang disebabkan oleh terjadinya mesomeri kromofor. Yang termasuk dalam gugus auksokrom ini adalah subtituen seperti OH, -NH2, -NHR, dan NR2. Gugus ini akan memperlebar sistem kromofor dan menggeser absorbsi maksimum 5. Gugus aromatic

2.4.1

Prinsip kerja Radiasi polikromatis dipancarkan dari sumber radiasi melewati

monokromator sehingga diperoleh radiasi monokromatis. Radiasi monokromatis

diteruskan ke kuvet yang berisi larutan/pelarut yang akan dianalisis. Radiasi tersebut akan dipantulkan, diabsorbsi dan ditransmisikan. Jika Io adalah intensitas radiasi yang dipancarkan dan I adalah intensitas radiasi setelah melewati larutan maka Io-I adalah intensitas radiasi yang diabsorbsi oleh larutan. Nilai absorban (A) adalah sebagai berikut :

A = log Io/I, menurut hukum Lambert-Beer : A = a b C Dimana : A=absorban; a=absorptivitas; b=lebar medium (cm); C=konsentrasi senyawa yang menyerap radiasi. Jika C = molar, maka A = e = absorptivitas molar (L mol-1cm-1) Jika C = g/L, maka A = a = absorptivitas (L g-1cm-1) Jika C = % (b/v, g/100mL), maka A = A1% 1cm = absorptivitas jenis

III. ALAT DAN BAHAN ALAT Labu Erlenmeyer 250 ml Labu takar10 dan 25 ml Gelas ukur Spektrofotometer UV-Vis Kertas saring Bahan Methanol Serbuk simplisia : Lada Putih, Lada Hitam, Cabe jawa.

IV. PROSEDUR Sebanyak 200 mg serbuk simplisia dilarutkan dalam 25 ml methanol menggunakan labu takar, diaduk atau dikocok selama 30 menit. Disaring, 10 ml filtrate pertama dibuang, kemudian diambil 2 ml filtrate berikutnya dan diencerkann hingga 10 ml dengan methanol. Diukur absorbansinya pada 345 nm. Dibuat pengenceran seperlunya apabila absorbansi yang diperoleh terlalu tinggi. Digunakan methanol sebagai blangko. Digunakan pembanding 10 mg isolate piperin sebagai pembanding. Kadar piperin dihitung dengan membandingkan absorbansi larutan sampel dan larutan pembanding, menggunakan rumus sebagai berikut : Cs = x Cp

Keterangan : Cs = konsentrasi larutan sampel Cp = konsentrasi larutan pembanding As = absorbansi larutan sampel Ap = absorbansi larutan pembanding

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN Pembanding : Piperin murni Berat piperin : 10 mg Diencerkan dengan methanol ad 100 ml ( konsentrsi 100 ppm) Larutan piperin 100 ppm diencerkan menjadi 2 ppm: 0,2 ml dari larutan 100 ppm dipipet, diencerkan dengan methanol ad 10 ml. Diukur absorbansinya pada = 342 nm. Abs piperin = 0,349 Konsentrasi = 2 ppm ( 0,002 mg/ml)

Kelompok 1C Nama simplisia : Lada Hitam

Nama latin simplisia : Piperis Nigri Fructus Nama latin tumbuhan : Piper nigrum Berat simplisia 1 Berat simplisia 2 Pengamatan : = 342 nm sampel 1 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,430 sampel 2 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,635 Kelompok 2C Nama simplisia : Lada Hitam : 200 mg : 200 mg

Nama latin simplisia : Piperis Nigri Fructus Nama latin tumbuhan : Piper nigrum Berat simplisia 1 Berat simplisia 2 Pengamatan : = 342 nm sampel 1 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,469 sampel 2 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,512 Kelompok 3C Nama simplisia : Lada putih : 200 mg : 200 mg

Nama latin simplisia : Piperis Albi Fructus Nama latin tumbuhan : Piper nigrum Berat simplisia 1 Berat simplisia 2 Pengamatan : = 342 nm sampel 1 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,516 : 200,5 mg : 200,9 mg

sampel 2 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,207 Kelompok 4C Nama simplisia : Lada putih

Nama latin simplisia : Piperis Albi Fructus Nama latin tumbuhan : Piper nigrum Berat simplisia 1 Berat simplisia 2 Pengamatan : = 342 nm sampel 1 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,527 sampel 2 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,534 Kelompok 5C Nama simplisia : Cabe jawa : 200 mg : 200 mg

Nama latin simplisia : Retrofracti Fructus Nama latin tumbuhan : Piper retrofracti Berat simplisia 1 Berat simplisia 2 Pengamatan : = 342 nm sampel 1 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,327 sampel 2 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,377 Kelompok 6C Nama simplisia : Cabe jawa : 208,6 mg : 209,6 mg

Nama latin simplisia : Retrofracti Fructus Nama latin tumbuhan : Piper retrofracti Berat simplisia 1 Berat simplisia 2 Pengamatan : : 206,6 mg : 203,3 mg

= 342 nm sampel 1 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,425 sampel 2 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,412

Perhitungan : Cs = x Cp

Kelompok 1C Sampel 1 : Cs1 = x 0,002 mg/ml = 0,00246 mg/ml

Larutan 1 = 0,00246 mg/ml x 50 ml = 0,123 mg Piperin = 0,123 mg x 25 ml = 3,075 mg Kadar 1 = Sampel 2 : Cs2 = x 0,002 mg/ml = 0,00364 mg/ml x 100 % = 1,537 % b/b

Larutan 2 = 0,00364 mg/ml x 50 ml = 0,182 mg Piperin = 0,182 mg x 25 ml = 4,55 mg Kadar 2 = Rata-rata kadar = x 100 % = 2,275 % b/b = 1,906 % b/b

Kelompok 2C Sampel 1 : Cs1 = x 0,002 mg/ml = 0,00269 mg/ml

Larutan 1 = 0,00269 mg/ml x 50 ml = 0,1345 mg Piperin = 0,1345 mg x 25 ml = 3,362 mg Kadar 1 = x 100 % = 1,681 % b/b

Sampel 2 : Cs2 = x 0,002 mg/ml = 0,00293 mg/ml

Larutan 2 = 0,00293 mg/ml x 50 ml = 0,1465 mg Piperin = 0,1465 mg x 25 ml = 3,66 mg Kadar 2 = Rata-rata kadar = x 100 % = 1,83 % b/b = 1,75 % b/b

Kelompok 3C Sampel 1 : Cs1 = x 0,002 mg/ml = 0,00297 mg/ml

Larutan 1 = 0,00297 mg/ml x 50 ml = 0,148 mg Piperin = 0,148 mg x 25 ml = 3,7 mg Kadar 1 = Sampel 2 : Cs2 = x 0,002 mg/ml = 0,001186 mg/ml x 100 % = 1,845 % b/b

Larutan 2 = 0,001186 mg/ml x 50 ml = 0,0593 mg Piperin = 0,0593 mg x 25 ml = 1,483 mg Kadar 2 = Rata-rata kadar = x 100 % = 0,738 % b/b = 1,292 % b/b

Kelompok 4C Sampel 1 : Cs1 = x 0,002 mg/ml = 0,00302 mg/ml

Larutan 1 = 0,00302 mg/ml x 50 ml = 0,151 mg Piperin = 0,151 mg x 25 ml = 3,775 mg Kadar 1 = x 100 % = 1,887 % b/b

Sampel 2 : Cs2 = x 0,002 mg/ml = 0,00306 mg/ml

Larutan 2 = 0,00306 mg/ml x 50 ml = 0,153 mg Piperin = 0,153 mg x 25 ml = 3,82 mg Kadar 2 = Rata-rata kadar = x 100 % = 1,91 b/b = 1,898 % b/b

Kelompok 5C Sampel 1 : Cs1 = x 0,002 mg/ml = 0,00187 mg/ml

Larutan 1 = 0,00187 mg/ml x 50 ml = 0,0935 mg Piperin = 0,0935 mg x 25 ml = 2,3375 mg Kadar 1 = Sampel 2 : Cs2 = x 0,002 mg/ml = 0,00216 mg/ml x 100 % = 1,12 % b/b

Larutan 2 = 0,00216 mg/ml x 50 ml = 0,108 mg Piperin = 0,108 mg x 25 ml = 2,7 mg Kadar 2 = Rata-rata kadar = x 100 % = 1,28 % b/b = 1,2 % b/b

Kelompok 6C Sampel 1 : Cs1 = x 0,002 mg/ml = 0,00243 mg/ml

Larutan 1 = 0,00243 mg/ml x 50 ml = 0,121 mg Piperin = 0,121 mg x 25 ml = 3,025 mg Kadar 1 = x 100 % = 1,46 % b/b

Sampel 2 : Cs2 = x 0,002 mg/ml = 0,00236 mg/ml

Larutan 2 = 0,00236 mg/ml x 50 ml = 0,118 mg Piperin = 0,118 mg x 25 ml = 2,95 mg Kadar 2 = Rata-rata kadar = Tabel 1. Tabel kadar piperin Kelompok 1C 2C 3C 4C 5C 6C Simplisia Lada hitam Lada hitam Lada putih Lada putih Cabe jawa Cabe jawa Konsentrasi rata2(Cs) 0,00305 mg/ml 0,00281 mg/ml 0,002078 mg/ml 0,00304 mg/ml 0,002015 mg/ml 0,002395 mg/ml Kadar piperin 1,906 % b/b 1,75 % b/b 1,292 % b/b 1,898 % b/b 1,2 % b/b 1,455 % b/b x 100 % = 1,45 % b/b = 1,455 % b/b

Grafik Konsentrasi Piperin


0.0035 Konsentrasi (mg/ml) 0.003 0.0025 0.002 0.0015 0.001 0.0005 0 0 2 4 kelompok 6 8 Grafik Konsentrasi Piperin

VI. PEMBAHASAN Simplisia dapat digunakan untuk pengobatan bila simplisia tersebut memiliki zat aktif berkhasit. Misalnya saja pada lada putih, salah satu kandungan senyawa aktifnya adalah piperin. Piperin juga merupakan kandungan utama dari beberapa genus Piper, misalnya Piper nigrum, Piper cubeba, dan Piper retrofractum. Piperin sering digunakan pada obat tradisional dan juga digunakan sebagai insektisida. Piperin juga berkhasiat sebagai antioksidan, antidiare (Septiatin, 2008). Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar piperin dalam simplisia, piperin yang diukur kadarnya adalah piperin dari simplisia lada putih. Awalnya simplisia dilarutkan dalam metanol, metanol digunakan agar simplisia mudah larut. Terutama piperin yang terkandung dalam simplisia tersebut, karena piperin sedikit larut dalam air dan lebih larut dalam alkohol (metanol). Lalu diaduk atau dikocok agar interaksi yang terjadi antara simplisia dan metanol lebih banyak yang terjadi sehingga piperin akan lebih banyak terekstraksi oleh pelarut. Setelah itu larutan disaring dan filtrat diencerkan dengan metanol. Lalu filtrat yang sudah diencerkan lalu diukur absorbansinya untuk dapat diketahui kadarnya. Penentuan spektrofotometer kadar uv-vis. piperin Kadar dilakukan piperin dengan menggunakan dengan alat alat

dapat

ditentukan

spektrofotometer uv-vis karena dari struktunya piperin memiliki gugus kromofor (ikatan rangkap terkonjugasi) yang dapat dibaca oleh alat tersebut. Filtrat yang sudah diencerkan diukur absorbansinya pada 342 nm, sebab secara kimia spektum ultraviolet piperin meninjukan adanya kespesifikan dalam bentuk pita dan panjang gelombangnya, yaitu panjang gelombang maksimumnya pada 345 nm. Sebelumnya metanol digunakan sebagai blanko sebab pelarut yang digunakan untuk melarutkan piperin adalah metanol. Metanol juga digunakan sebagai blanko karena kemungkinan akan terbaca juga oleh alat bila metanol tersebut tidak dinolkan.

Pembanding yang digunakan adalah piperin murni yang sudah diisolasi. Penggunaan piperin murni tersebut selain untuk pembanding juga untuk optimasi panjang gelombang. Setelah didapatkan absorbansi dari piperin murni lalu dibandingkan dengan absorbansi larutan sampel, setelah itu akan didapat konsentrasi sampel. Dari percobaan absorbansi yang didapatkan adalah 0,516 dari larutan 1 (dikocok pada labu ukur) dan 0,207 dari larutan 2 (dikocok pada beacker glass), dan didapatkan kadar piperin dari lada putih yaitu 1,292 % b/b. Dari hasil yang didapatkan absorbansinya jauh berbeda, absorbansi pada larutan 1 yang dikocok dengan menggunakan labu ukur lebih besar dibandingkan dengan beacker glass. Pengocokan sangat mempengaruhi terhadap hasil absorbansi yang didapatkan, karena pada labu ukur interaksi antara simplisia dan pelarut lebih banyak dibandingkan pada beacker glass, jadi absorbansinya lebih besar. Hal lain yang mempengaruhi nilai absorbansi adalah alat, suhu, orang yang melakukan prosedur (keakuratan). Hal tersebut sangat berpengaruh, oleh karena itu nilai absorbansinya berbeda. Selain itu didapatkan data sebagai berikut: Tabel kadar piperin Kelompok 1C 2C 3C 4C 5C 6C Simplisia Lada hitam Lada hitam Lada putih Lada putih Cabe jawa Cabe jawa Konsentrasi (Cs) 0,00305 mg/ml 0,00281 mg/ml 0,002078 mg/ml 0,00304 mg/ml 0,002015 mg/ml 0,002395 mg/ml Kadar piperin 1,906 % b/b 1,75 % b/b 1,292 % b/b 1,898 % b/b 1,2 % b/bs 1,455 % b/b

Dari data tersebut, hasil yang didapatkan dari masing-masing kelompok berbeda, walaupun simplisia yang digunakan sama. Contohnya lada putih pada kelompok kami (3C) kadarnya berbeda dari kelompok 4C. Kadar piperin lada putih pada kelompok 4C lebih besar dibandingkan dengan kadar pada 3C, hal ini mugkin dipengaruhi oleh perlakuan yang dilakukan terhadap sampel. Contohnya

saja proses pengocokan, mingkin proses pengocokan yang dilakukan pada kelompok 3C tidak terlalu kuat sehingga metanol yang berinteraksi dengan simplisianya tidak terlalu banyak. Dari data yang didapatkan dapat dibuat grafik seperi berikut:

Grafik Konsentrasi Piperin


0.0035 0.003 0.0025 0.002 0.0015 0.001 0.0005 0 0 2 4 kelompok 6 8 Konsentrasi (mg/ml)

Grafik Konsentrasi Piperin

Dari grafik tersebut konsentrasi piperin yang paling tinggi adalah lada hitam (kelompok 1C), lalu lada putih (kelompok 4C) dan lada hitam (kelompok 2C). Walaupun 2 kelompok simplisia yang diujinya sama tetapi konsentrasi berbeda. Hal ini mungkin saja dipengaruhi oleh alat, suhu, orang yang melakukan prosedur (keakuratan). Hal tersebut sangat berpengaruh pada nilai absorbansi sehingga konsentrasinya berbeda.

Kadar rata-rata piperin dari tiap simplisia : Simplisia Lada hitam Lada putih Cabe jawa Cs 1 (mg/ml) 0,00305 0,002078 0,002015 Cs 2 (mg/ml) 0,00281 0,00304 0,002095 Cs rata-rata (mg/ml) 0,00293 0,002559 0,002205

Dari kadar rata-rata yang diperoleh dari masing-masing simplisia didapat grafik:

Grafik Konsentrasi rata-rata Piperin


0.0035 0.003 Konsentrasi 0.0025 0.002 0.0015 0.001 0.0005 0 0 1 2 simplisia 3 4 Grafik Konsentrasi rata-rata Piperin

Keterangan

: 1 = simplisia lada hitam 2 = simplisia lada putih 3 = cabe jawa

Dari grafik tersebut konsentrasi piperin yang paling tinggi adalah lada hitam lalu lada putih, dan yang paling rendah adalah cabe jawa. Hal ini sesuai dengan literature yang ada.

VII. KESIMPULAN Penetapan kadar piperin dengan cara analisis kuantitatf dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis. Penetapan kadar piperin dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis dapat dilakukan karena piperin mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi pada strukturnya. Absorbansi diukur pada 342 nm. Pembanding yang digunakan adalah piperin murni. Kadar piperin dari lada putih (kelompok 3C) yang diperoleh adalah 1,292% b/b.

DAFTAR PUSTAKA

Septiatin, Eatin. 2008. Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan Tanaman Liar. CV Yrama Widya, Bandung. Gembong Tjitrosoepomo. 2000. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). UGM Press, Yogyakarta. Wiryowidagdo, Sumaali, Prof. 2007. Kimia dan Farmakologi Bahan Alam. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Tyler, V.E., L.R. Brady, J.E. Robbers, 1988, Pharmacognosy, 9 Ed, Lea&Febiger, Philadelphia Samuelsson, G.,1999, Drugs of Natural Origin, A Textbook of Pharmacognosy, Fourth revised edition, Apotekarsocieteten-Swedish Pharmaceutical Press, Stockholm. hadyherbs.wordpress.com/2011/12/26/piperin-dari-buah-lada.html diakses pada tanggal 29 Desember 2011 storiku.wordpress.com/2010/07/02/spektrofotometri-uv-vis.html diakses pada tanggal 29 Desember 2011

You might also like