You are on page 1of 33

PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT 1. Tujuan Percobaan Memiliki keterampilan dalam menentukan kadar kolesterol total dalam sampel.

. Dapat memahami metode penentuan kadar kolesterol total. Dapat memahami peranan pemeriksaan kadar kolesterol total. 2. Teori Dasar 2.1 Lipid Plasma Lipid plasma yang utama adalah kolesterol, trigliserida , fosfolipid dan asam lemak bebas tidak larut dalam cairan plasma. Agar lipid plasm dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid tersebut perlu dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut air. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 374)

Kolestrerol bebas

Trigliserida
Fosfolipid

+ Kolsterol esterase
Apolipoprotein

Gambar 1. Partikel lipoprotein (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 374) Skema lipoprotein di atas menunjukkan bahwa pada inti terdapat ester kolesterol dan trigliserida, dikelilingi oleh fosfolipid, kolesterol non ester dan apolipoprotein. Zat-zat tersebut beredar dalam darah sebagai lipoprotein larut plasma. Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju tempat penggunannya. Apolipoprotein berfungsi mempertahankan struktur lipoprotein dan mengarahkan metabolism lipid tersebut. Diagnosis

hiperlipidemia aterogenik yang tepat membutuhkan penentuan abnormalitas lipoprotein yang spesifik dan pengobatan diarahkan untuk memperbaiki kelainan lipoprotein, bukan hanya menurunkan kadar total kolesterol dan trigliserida plasmanya saja. Berdasarkan densitasnya Lipoprotein terbagi menjadi 5 golongan besar (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 375-377) a. Kilomikron Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80% komponennya terdiri dari trigliserida dan kurang dari 5% kolesterol ester. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati. Trigliserida dari kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL), sehingga diameter lipoprotein mengecil. Komponen lipid permukaan dan apoprotein ditransfer ke HDL; kilomikron remnant mengalami endositois lewart reseptor di hepatosit. Kilomikronemia pasca makan (postprandial) mereda 8-10 jam sesudah makan. Adanya kilomikron dalam plasma sewaktu puasa, dianggap abnormal. b. Very Low Density Lipoprotein (VLDL) Lipoprotein ini terdiri dari 60 % trigliserida (endogen) dan 10-15% kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida ke jaringan perifer. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh LPL menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan adipose dan bahan oksidasi di jantung dan otot skelet. Sebagian VLDL remnant akan diubah menjadi LDL, sehingga dapat terjadi peningkatan kadar LDL serum mengikuti penurunan hipertrigliserida . Karena asam lemak bebas dan gliserol dapat disintesis dari karbohidrat , maka makanan kaya karbohidrat akan meningkatkan VLDL. c. Intermediate Density Lipoprotein (IDL) IDL ini kurang mengandung trigliserida (30%), lebih banyak kolestrol (20%) dan relatif lebih banyak mengandung apolipoprotein B dan E. IDL
2

adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL,tidak terdapat dalam kadar yang besar kecuali bila terjadi hambatan konversi lebih lanjut. Bila terdapat dalam jumlah banyak IDL akan terlihat sebagai kekeruhan pada plasma yang didinginkan meskipun ultrasentrifugasi perlu dilakukan untuk memastikan adanya IDL. d. Low Density Lipoprotein (LDL) LDL merupan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia(70% total). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol 50%. Jalur utama katabolisme LDL berlagsung lewat receptormediated endocytosis di hati dan sel lain. Ester kolestrol dari inti LDL dihidrolisis menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis sel membran dan hormon steroid. e. High Density Lipoprotein (HDL) HDL dapat subklasifikasikan ke dalam HDL1,HDL2,HDL3 dan berdasarkan kandungan ApoA-1 dan ApoA-II nya. Metabolisme HDL kompleks dan terdapat petunjuk bahwa Apo-AI plasma yang merupakan

apoprotein utama HDL merupakan invers predictor untuk resiko penyakit jantung koroner yang lebih baik daripada kadar HDL. Kadar HDL kira-kira sama antara pria dan wanita sampau pubertas, kemudian menurun pada pria sampai 20% lebih rendah daripada kadar pada wanita. Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, pasien diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakai kombinasi estrogenprogestrin.HDL merupakan lipoprotein protektif yang menurunkan risiko penyakit jantung koroner.

2.2 Kolesterol Kolesterol adalah senyawa yang memiliki inti steroid yang tidak larut air tetapi larut dalam pelarut organik. Kolesterol membentuk lipoprotein dengan lipid lain dalam plasma sehingga dapat larut dalam plasma tersebut.

Kolesterol diperlukan tubuh untuk membentuk membrane sel, hormone adrenal, hormon steroid, dan garam-garam empedu. Kolesterol berasal dari 2 sumber yaitu dari endogen dan eksogen. Kolesterol endogen adalah kolesterol yang dibentuk oleh tubuh secara fisiologis di hati dari asetil Koenzim-A melalui 3-hidroksi-metilglutaril-koenzim-A (HMGCoA), sedangkan kolesterol eksogen adalah kolesterol yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi.

2.3 Metabolisme Kolesterol

Gambar 2. Metabolisme Kolesterol (http://2.bp.blogspot.com/2sMnrHNzL6w/TimiTU4QZII/AAAAAAAAAN4/mQSazJ O4Fik/s1600/msb4100153-f8.jpg) Kolesterol diserap dari usus dan digabung ke dalam kilomikron yang dibentuk di dalam mukosa. Setelah kilomikron melepaskan Trigliseridnya di dalam jaringan adiposus, maka sisa kilomikron membawa kolesterol
4

ke dalam hati. Hati dan

jaringan lain juga mensintesis kolesterol. Sejumlah kolesterol di dalam hati di ekskresikan di dalam empedu, keduanya dalam bentuk bebas dan sebagai asam

empedu. Sejumlah kolesterol empedu diserap kembali ke usus. Kebanyakan kolesterol di dalam hati digabung ke dalam VLDL dan semuanya bersirkulasi didalam kelompok lipoprotein. Umpan balik kolesterol menghambat sintesisnya sendiri dengan menghambat hidroksi-metilglutaril-KoA reduktase, enzim yang mengubah -hidroksi--metilglutaril-KoA ke asam mevalonat sehingga bila masukan kolesterol diet tinggi, maka sintesis kolesterol hati menurun serta sebaliknya tapi kompensasi umpan balik tidak lengkap, karena diet yang rendah dalam kolesterol dan lemak jenuh menyebabkan penurunan dalam kolesterol darah yang bersirkulasi. (http://2.bp.blogspot.com/2sMnrHNzL6w/TimiTU4QZII/AAAAAAAAAN4/mQSazJ O4Fik/s1600/msb4100153-f8.jpg)

2.4 a.

Kelainan Akibat Kolesterol Penyakit Jantung Koroner

Aterosklerosis sebagai pangkal mula terjadinya penyakit jantung koroner mempunyai penyebab yang multifaktoral meliputi gangguan metabolisme lemak, hipertensi, diabetes mellitus, kegemukan , merokok, kekurangan aktivitas fisik dan stress.Dari penelitian epidermatologis terbukti bahwa gangguan metabolisme lemak merupakan faktor sentral terhadap penyebab perkembangan terjadinya penyakit jantung koroner. Kolesterol merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner. Jika kadar kolesterol di dalam darah melebihi dari nilai normal, maka risiko terjadinya penyakit jantung koroner akan lebih besar. Kelebihan kolesterol dapat menyebabkan mengendapnya kolesterol pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah yang dikenal

sebagai aterosklerosis (proses pembentukan plak pada pembuluh darah). (http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=25) Jika penyempitan dan pengerasan ini cukup berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak memadai, maka timbul sakit atau nyeri dada yang disebut sebagai angina. Dan bila berlanjut akan menyebabkan matinya jaringan otot jantung yang disebut infark miokard. Jika infark miokard meluas, maka akan timbulah gagal jantung. Selain kolesterol LDL, faktor risiko lain yang memperbesar terjadinya penyakit jantung adalah kebiasaan merokok, nilai HDL rendah (< 40 mg/dl), memiliki penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi (140/90 atau sedang dalam pengobatan). Selain itu penyakit jantung berisiko lebih tinggi pada usia 45 tahun (pria) dan 65 tahun (wanita), yang diketahui memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung. Adapun gejala penyakit jantung adalah:

Rasa tertekan (ditimpa beban, sakit, terjepit, diperas, terbakar ) di dada yang dapat menjalar ke lengan kiri, leher, dan punggung

Tercekik atau sesak Berlangsung lebih dari 20 menit. Keringat dingin, lemah, berdebar dan bisa sampai pingsan Gejala akan berkurang dengan istirahat dan bertambah berat dengan aktivitas

b. Diabetes Mellitus Diabetes merupakan suatu keadaan dimana kadar gula darah melebihi batas normal. Diabetes ini juga merupakan faktor risiko terhadap PJK. Bila kadar gula darah naik dan berlangsung lama, maka akan memicu terjadinya

aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak terkonrol dengan kadar glukosa yang tinggi cenderung meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida. Bentuk kolesterol LDL pada penderita diabetes lebih padat dengan ukuran yang lebih kecil yang sering disebut Small Dense LDL, sehingga mudah sekali masuk kedalam lapisan pembuluh darah yang lebih dalam. Bentuk kolesterol LDL ini lebih jahat lagi karena lebih bersifat aterogenik (lebih mudah menempel pada pembuluh darah dan lebih mudah membentuk plak).

Gambar 3. Kelainan Penyakit Jantung Koroner (http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=25)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol a. Jenis kelamin Pria mempunyai resiko kadar kolesterol lebih tinggi daripada wanita. b. Umur Semakin betambah umur bertambah kadar kolesterol di dalam darah, semestinya semakin tinggi faktor resiko. Resiko paling tinggi pda umur 40 ke atas. c. Keturunan atau Faktor genetic Hiperkolesterolemia dapat merupakn faktor genetik. d. Kegemukan atau obesitas Penumpukan lemak pada jaringan tubuh memerlukan penggunaan kolesterol yang lebih tinggi pula. e. Gula darah atau Diabetes Mellitus Apabila tidak diobati dapat menyebabkan kadar kolesterol dalam darah tinggi. f. Hormon Tiroid dan Estrogen Hormon ini dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah

2.5 Metode Analisis Kadar Kolesterol Total Metode yang dipakai untuk menentukan kadar kolesterol total ada tiga metode yaitu kolorimetri, enzimatik, kromatografi gas 2.5.1 Metode Kolorimetri Metode kolorimetri merupakan metode spektroskopi sinar tampak yang berdasarkan pada panjang sinar tampak oleh suatu larutan berwarna, hanya senyawa yang dapat ditentukan dengan metode spektroskopi, senyawa yang tidak berwarna dapat dibuat menjadi berwana. Kolorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan aplikasi yang dibuat dengan keadaan yang sama dengan menggunakan tabung meester atau kolorimetri Dubosque. Dengan kolorimetri elektronik , jumlah
8

cahaya yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini sering digunakan dalam menentukan konsentrasi besi dalam minuman. (Khopkar,1990). Faktor yang mempengaruhi kolorimetri Pemakaian indikator tidak mempengaruhi pH kolorimetri. Hal ini disebabkan karena indikator pada umumnya adalah asam atau basa yang sangat lemah. Faktor yang mempengaruhi kolorimetri adalah pemakian

indicator yang tidak cocok dengan pH larutan. Selain itu, dengan adanya protein dan asam amino. Karena bersifat amfoter sehingga dapat bereaksi dengan asam ataupun basa. (golden21.files.wordpress.com/2010/06/percobaan_v1.doc) Metode kolorimetri pada pemeriksaan kadar kolesterol total didasarkan pada pembentukan warna antara koleterol dengan anhidra asetat membentuk warna hijau atau reaksi antara kolesterol dengan asam asetat dan FeCl yang menghasilkan warna merah

2.4.2. Metode Enzimatik Metode dengan reaksi enzimatik sangat spesifik, dimana kolesterol ditentukan kadarnya menggunakan enzim kolesterol oksidase (dibantu dengan kolesterol esterase) sedangkan reaksi indikasi dapat dilakukan dengan spektrofotometri (klorometri) atau fluorometri. Prinsip reaksi Metode penentuan kolesterol secara hidrolisis enzimatik dan oksidasi. Reaksi indikasi ditentukan secara kolorimetrik dengan mereaksikan hidrogen peroksida dengan 4-aminoantipirin dan fenol menghasilkan senyawa uiononeimina (Reaksi Trinders).

+H2O

Kolestrol esterase

Kolesterol ester

Kolesterol oksidase

+ O2
Kolesterol-3-one

+H2O2

Gambar 2. Reaksi Utama pada Pemeriksaan Kadar Kolestrol Total Secara Enzimatik

Peroksidase

2H2O2 +
NH

+ 4-aminoantipirin
Fenol Quioneimina

Hydrogen peroksida

NH + 3H2

Gambar 3. Reaksi Indikasi pada Pemeriksaan Kadar Kolstero Total Secara Enzimatik

10

2.4.3 Metode Kromatografi Gas Kromatografi gas (KG) adalah suatu cara unutk memisahkan campuran dengan mengalirkan arus gas melalui fase diam . (H.M Mc nair.1988). Metode kromatografi yang digunakan ada dua cara yaitu cara tradisional dengan derivatisasi dan modern tanpa derivatisasi. Derivatisasi sterol dianalisis dengan detector flame ionisasi. Pada derivatisasi sterol, kolom GC dilapisi dengan golongan silanol aktif pada permukaan yang terbuat dari silikia yang dapat mencegah adsorpsi analit yang tidak dapat diderivatisasi sehingga gangguan puncak tidak dapat teramati. Pemisahan kromatografi kolesterol tanpa derivatisasi bahwa kolesterol tidak membutuhkan untuk dirubah menjadi lebih volatile dan hasilnya dapat dibandingkan dengan teknik derivatisasi tradisional. Kromatografi gas digunakan untuk melarutkan dan menghitung lipid seperti triasilgliserol dan turunan-turunannya. Kromatografi gas sangat sesuai untuk memisahkan, ester kolestrol, mono-ditriacylglycerols, asam lemak bebas, kolestrol dan lipid. 2.5 Spektrofotometri Uv-Vis Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optik dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya. Dimana detektor dapat mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk. (http://annapermanasari.staf.upi.edu/files/2011/03/Spektro-UV-Vis.pdf) Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Larutan yang dianalisis diukur

11

serapan sinar ultra violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis akan sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terapat dalam larutan tersebut. Prinsip kerja Spektrofotometri uv-vis mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan.

Gambar 3. Diagram Spektrofotometer UV-Vis (http://annapermanasari.staf.upi.edu/files/2011/03/Spektro-UV-Vis.pdf)

2.6 Persyaratan Suatu pengujian Secara Kualitatif dan Kuantitatif Terdapat berbagai persyaratan yang harus dipenuhi dalam suatu pengujian baik secara kualitatif ataupun kuantitatif. Syarat tersebut terdiri dari spesifisitas, sensitivitas, presisi dan akurasi. Akurasi adalah kemampuan metode untuk mengukur dan mendeteksi nilai aktual atau nilai sebenarnya dari dalam sampel, akurasi merupakan ukuran ketepatan atau kedekatan hasil pengujian dengan hasil yang sebenarnya. Presisi adalah tingkat kesesuaian antara hasil pengujian individual dengan hasil rata-rata pengujian berulang pada sampel yang homogen dengan kondisi pengujian yang sama.

12

Sensitivitas atau kepekaan adalah kemampuan metode untuk mendeteksi atau mengukur sampel dalam jumlah sekecil mungkin.

Spesifisitas adalah kemampuan metode untuk meendeteksi atau mengukur sampel tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya bahan atau matriks lain.

3. Alat dan Bahan 3.1 Alat Mikropipet 10- 100 l, 100-1000 l Tabung reaksi Gelas Kimia Botol semprot Spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm Kuvet

3.2 Bahan Serum Enzim (kolesterol esterase, kolestrol oksidase, peroksidase) Aquadest 4-aminoantipirin Standar

4. Prosedur Percobaan

5. Hasil Pengamatan

13

6. Perhitungan a. Shift D (08.00-11.00) = 0,540

Dik: Absorbansi standar

Absorbansi sampel 1 = 0, 253 Absorbansi sampel 2 = 0, 359 Absorbansi sampel 3 = 0,291 Absorbansi sampel 4 = 0,243 Kadar lar. Standar = 300 mg/dL

Dit: Kadar kolesterol total = ? Kadar kolesterol sampel 1 = = x Kadar standar x 300 mg/dL

= 140, 56 mg/dL Kadar kolesterol sampel 2 = = x Kadar standar x 300 mg/dL

= 199, 45 mg/dL Kadar kolesterol sampel 3 = = x Kadar standar x 300 mg/dL

= 161, 67 mg/dL Kadar kolesterol sampel 4 = = x Kadar standar x 300 mg/dL

14

= 135 mg/dL

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar (x) mg/dL Blangko Standar Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 300 140,56 199,45 161,67 135 0 0,540 0,253 0,359 0,291 0,243 159,17 18,61 -40,28 -2,5 24,17 | 346,33 1622,47 6,25 584,18 |2 = 2.559,23 A mg/dL - x ) | |2

Standar Deviasi (SD) = Range = SD

= 29,2

= ( - SD) mg/dL - ( + SD) mg/dL = (159,17 29,2 ) mg/dL - (159,17+29,2 ) mg/dL = 129,97 mg/dL 188,37 mg/dL b. Shift E (11.00-14.00) Dik: Absorbansi standar = 0,576

Absorbansi sampel 1 = 0, 306 Absorbansi sampel 2 = 0, 279 Absorbansi sampel 3 = 0,255 Absorbansi sampel 4 = 0,298

15

Kadar lar. Standar

= 300 mg/dL

Dit: Kadar kolesterol total = ? Kadar kolesterol sampel 1 = = x Kadar standar x 300 mg/dL

= 159, 37 mg/dL Kadar kolesterol sampel 2 = = x Kadar standar x 300 mg/dL

= 145, 31 mg/dL Kadar kolesterol sampel 3 = = x Kadar standar x 300 mg/dL

= 132, 81 mg/dL Kadar kolesterol sampel 4 = = x Kadar standar x 300 mg/dL

= 155,2 mg/dL

16

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar (x) mg/dL Blangko Standar Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 300 159,37 145,31 132,81 155,2 0 0,576 0,306 0,279 0,255 0,298 148,17 -11,2 2,86 15,36 -7,03 | 125,44 8,18 235,93 49,42 |2 = 418,97 A mg/dL - x ) | |2

Standar Deviasi (SD) = Range = SD

= 11,82

= ( - SD) mg/dL - ( + SD) mg/dL = (148,17 11,2) mg/dL - (148,17+ 11,2 ) mg/dL = 136,97 mg/dL 159,37 mg/dL

c.

SHIFT F (14.00-17.00) = 0,564

Dik: Absorbansi standar

Absorbansi sampel 1 = 0, 175 Absorbansi sampel 2 = 0, 270 Absorbansi sampel 3 = 0,291 Absorbansi sampel 4 = 0,338 Kadar lar. Standar = 300 mg/dL

Dit: Kadar kolesterol total = ?

17

Kadar kolesterol sampel 1 = =

x Kadar standar x 300 mg/dL

= 93,08 , mg/dL Kadar kolesterol sampel 2 = = x Kadar standar x 300 mg/dL

= 143,62 mg/dL Kadar kolesterol sampel 3 = = x Kadar standar x 300 mg/dL

= 154,79 mg/dL Kadar kolesterol sampel 4 = = x Kadar standar x 300 mg/dL

= 179,78 mg/dL

18

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar (x) mg/dL Blangko Standar Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 300 93,08 143,62 154,79 179,78 0 0,564 0,175 0,270 0,291 0,338 142,82 49,74 -0,8 -10,97 36,96 | 2474,06 0,64 120,34 1.366,04 |2 = 3.960,5 A mg/dL - x ) | |2

Standar Deviasi (SD) = Range = SD

= 36, 3

= ( - SD) mg/dL - ( + SD) mg/dL = (142,82 36,3 ) mg/dL - (142,82+ 36,3 ) mg/dL = 106,52 mg/dL 179,12 mg/dL

19

7. Pembahasan Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan pemeriksaan kadar kolesterol total dalam plasma. Penentuan kadar kolesterol total ini bermanfaat untuk mempelajari ketepatan mendiagnosa penyakit, sehingga perlakuan pengobatan/terapi farmakologis maupun non-farmakologis, pencegahan, dan skrining kesehatan dapat dilakukan dengan tepat. Kolesterol adalah senyawa yang memiliki inti steroid yang tidak larut air tetapi larut dalam pelarut organik. Kolesterol membentuk lipoprotein dengan lipid lain dalam plasma sehingga dapat larut dalam plasma tersebut. Berdasarkan densitasnya Lipoprotein yang berikatan dengan kolesterol dalam tubuh terbagi menjadi 5 golongan besar yaitu Kilomikron, VLDL, IDL, LDL dan HDL. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 375-377). Kilomikron adalah lipoprotein yang berfungsi untuk membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida ke jaringan perifer. IDL (Intermediate Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang merupakan zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menajdi LDL. LDL (Low Density Lipoprotein) adalah

lipoprotein yang merupakan pengangkut kolesterol terbesar pada manusia(70% total), LDL berfungsi untuk membawa kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh. Sedangkan HDL (High Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang berfungsi untuk membawa kolesterol dari jaringan kedalam hati. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 375-377). Pengukuran kadar kolesterol dilakukan karena peningkatan kadar kolesterol dalam darah berarti meningkatnya resiko terakumulasinya kolesterol dalam tubuh yang dapat menin gkatkan resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK). Kadar kolesterol dalam plasma dapat dihubungkan dengan PJK karena Hiperlipidemia merupakan salah satu penyakit yang meningkatkan resiko PJK. Ketika kadar kolesterol dalam plasma tinggi (Hiperlipidemia) maka kadar LDL (Low Density Lipoprotein) yang
20

membawa kolesterol dari hati ke jaringan tubuh tinggi, sedangkan kadar HDL (High Density Lipoprotein) yang berfungsi untuk membawa kolesterol dari jaringan kedalam hati cukup rendah sehingga terjadi penumpukan (akumulasi) kolesterol dalam tubuh yang tidak dapat di metabolisme. Apabila kadar kolesterol dalam darah lebih tinggi dar normal dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi penyumbatan pembuluh koroner (arteri koronaria) yang mengangkut oksigen kedalam jantung. Ketika arteri koronaria tersumbat oleh lemak (Plak) maka arteri menyempit dan mengurangi aliran darah ke jantung, sehingga plak yang terbentuk kemudian retak, gumpalan darah terbentuk pada daerah yang retak yang menghentikan darah ke bagian otot jantung sehingga terjadi PJK. (http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=25) Penentuan kadar kolesterol dapat dilakukan dengan metode kolorimetri, kromatografi dan enzimatis. Dalam percobaan ini metode yang digunakan adalah one point methode melalui reaksi enzimatis. Pemilihan metode enzimatik dikarenakan metode ini memiliki berbagai macam kelebihan dibandingkan metode kolorimetri dan kromatografi. Pada metode kolorimetri reaksinya kurang spesifik karena dapat terganggu oleh senyawa lain misalnya senyawa lain dalam darah yang menyerupai kolesterol yang dapat menganggu pembacaan absorbansi pada spektrofotometri karena dengan adanya senyawa mirip kolesterol dapat meningkatkan absorbansi yang berarti meningkatkan kadar kolesterol total. Sedangkan dengan cara kromatografi yang sering digunakan adalah kromatografi gas. Kromatografi gas digunakan untuk melarutkan dan menghitung lipid seperti triasilgliserol dan turunan-turunannya. Kromatografi gas sangat sesuai untuk memisahkan, ester kolestrol, monoditriacylglycerols, asam lemak bebas, kolestrol dan lipid. Pemeriksaan kadar kolesterol dilakukan secara quarto. Fungsi dilakukan secara quarto yaitu untuk mempersempit kesalahan data dengan cara membandingkan hasil pengulangan, dimana pengulangan yang satu dan yang lain hasil yang diperoleh tidak boleh berbeda signifikan. Absorban yang diukur yaitu absorbansi spesimen, standar, dan blanko. Pengujian spesimen dilakukan oleh 4 kelompok dan pengujian standar
21

dilakukan 1 kelompok, serta blanko dibuat 1 untuk semua kelomok. Spesimen diperoleh dari darah relawan perempuan di yang diambil pukul 07.30 WIB pagi, pelarut yang digunakan aquadest, larutan standar, dan reagen warna yang digunakan 4-aminiantipirin, serta menggunakan enzim kolesterol esterase, kolesterol oksidase dan hidrogen peroksidase. Pada percobaan ini enzim beserta reagen yang telah disiapkan. Kemudian disiapkan blanko yang terdiri dari 1 ml larutan reagen yang ditambah dengan 10 L aquadest. Penambahan aquadest bertujuan untuk menyamakan volume dengan larutan uji dan larutan standar karena pada saat pengujian perlakuan yang diberikan harus sama. Pembuatan larutan blanko bertujuan untuk kalibrasi atau sebagai larutan pembanding dalam analisis fotometri. Larutan blanko tidak berisi larutan yang dianalisis hanya saja berisi pelarut dan reagen yang dilakukan untuk mengkalibrasi spektrofotometri. setelah pembuatan larutan blanko maka dibuat larutan standar dan larutan uji. Larutan standar dibuat dengan mencampurkan 1 ml reagen dengan 10 L larutan standar. Sedangkan larutan uji terdiri dari 1 ml reagen yang dicampurkan dengan 10 L serum. Pembuatan larutan standar ini diperlukan untuk menentukan kadar asam urat dalam darah dengan membandingkan absorbansi antara larutan uji dan larutan standar. Pengambilan sampel pada praktikum ini menggunakan mikropipet dengan kapasitas 10-100 L dan mikropipet kapasitas 100 1000 L. Sampel sampel pada praktikum kimia klinik ini menggunakan sampel yang sangat sedikit dengan ukuran mikro sehingga sangat kuantifikasi dalam pengerjaannya sehingga diperoleh data yang akurat. Teknik pengambilan campuran ini harus dilakukan dengan teliti untuk menghindari kesalahan data atau variasi analitik. Cairan yang dimasukan kedalam tabung harus melalui dinding tabung dan sedekat mungkin dengan dasar tabung untuk menghindari cipratan yang dapat menyebabkan berkurangnya volume cairan yang sudah ditentukan, dengan begitu hal ini dapat mencegah volume yang hilang. Suhu dan waktu inkubasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesetimbangan reaksi oleh karena itu campuran harus dikocok dan di tunggu 20 menit
22

pada suhu kamar (20-250C), pengocokan (pengocokan yang dilakukan menggunakan pengocokan manual) berguna untuk menghomogenitas campuran larutan sehingga reaksi yang terjadi dapat berjalan merata hingga diperoleh kesetimbangan reaksinya dan 20 menit merupakan waktu inkubasi agar tercapainya kesetimbangan reaksi. Warna campuran yang diperoleh berwarna pink muda (bening), warna merupakan salah satu indikasi dari suatu reaksi, semakin pekat maka semakin banyak konsentrasi zat yang bereaksi, selama warna larutan masih berubah berarti dapat dikatakan reaksi masih berjalan untuk mencapai kesetimbangan. Kemudian setelah 20 menit di ukur absorbansinya, semakin tinggi absorbansi maka semakin banyak kolesterol yang terkandung dalam darah. Dalam serum yang diperoleh dari relawan, terdapat kolesterol dalam bentuk kolesterol ester yang diperoleh baik dari makanan yang dikonsumsi ataupun yang dibentuk oleh tubuh. Ketika serum yang mengandung kolesterol, maka terjadi reaksi enzimatik yang terdiri dari reaksi utama dan reaksi indikasi, dimana reaksi utamanya dapat digambarkan seperti di bawah ini:

Kolesterol esterase

+H2O
Kolesterol ester

+ +

Kolesterol oksidase

+ O2
Kolesterol-3-one

+H2O2

23

Gambar 2. Reaksi Utama pada Pemeriksaan Kadar Kolestrol Total Secara Enzimatik

Peroksidase

2H2O2 +
NH

+ 4-aminoantipirin
Fenol Quioneimina

Hydrogen peroksida

NH + 3H2

Gambar 3. Reaksi Indikasi pada Pemeriksaan Kadar Kolstero Total Secara Enzimatik

Pada reaksi diatas, enzim kolesterol esterase akan mengubah kolesterol ester yang terdapat dalam tubuh menjadi kolesterol dalam bentuk bebas dan asam lemak, karena yang diukur dengan metode ini adalah kadar kolesterol bebas. Kemudian kolesterol bebas yang terbentuk akan dioksidasi dengan katalis enzim koletserol oksidase membentuk Kolesterol-3-one dengan hasil samping Hidrogen Peroksida (H2O2). Hasil samping dari reaksi ini yaitu Hidrogen peroksida (H2O2) yang akan menjadi dasar reaksi indikasi, dimana hidrogen peroksida akan bereaksi dengan 4 aminoantipirin dan fenol menghasilkan Quinoneimina denganwarna merah muda

24

(pink) yang kemudian intensitas warnanya dapat diukur dengan spektrofotometer UvVis. Enzim kolesterol esterase pada reaksi berperan dalam mempercepat reaksi kolesterol ester menjadi kolesterol bebas, enzim koletserol oksidase berperan sebagai katalis dalam oksidasi kolesterol bebas menjadi Kolesterol-3-one dengan hasil samping Hidrogen Peroksida (H2O2), sedangkan enzim hidrogen peroksidase berperan dalam mengkatalisis reaksi pembentukan quinoneimina dari hidrogen peroksida. Enzim memiliki energi aktifasi yang lebih rendah dibandingkan reaksi kimia dan reaksinya berlangsung cepat, serta spesifik terhadap substratnya karena substrat dalam jumlah sedikit masih dapat dideteksi oleh enzim dan karena enzim

mengkatalisasi pada reaksi pertama lalu mengecek apakah produk reaksinya benar pada langkah kedua, sehingga cara kerja enzim sangat spesifik. 4 aminoantipirin berperan sebagai reagen warna yang membentuk warna merah muda pada reaksi sehingga dapat terbaca absorbansinya. Sedangkan fenol akan membuat 4aminoantipirin lebih reaktif yang akan membantu pembentukan konjugat sehingga kromogen yang dihasilkan lebih berwarna dan intensitas warnanya dapat dibaca oleh spektrofotometri Uv-vis. Setelah didiamkan selama 20 menit dalam suhu ruangan, maka larutan uji, blanko dan standar dimasukkan kedalam spektrofotometri. Ketika larutan uji dimasukkan dalam spektrofotometri, maka terjadi penyerapan gelombang

elektromagnetik pada daerah visible (380-780 nm) yaitu pada panjang gelombang 492-546 nm oleh senyawa yang memiliki gugus kromofor yang terdapat dalam larutan uji (Quinineimina). Karena cahaya yang ditembakkan mengandung energi (E= h. c/) menyebabkan terjadinya eksitasi elektron molekul tersebut dari keadaan dasar (ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi. Ketika elektron-elektron tersebut tereksitasi, maka spektrofotometer menghasilkan nilai absorbansi, dimana absorbansi ini setara dengan jumlah energi yang dioabsorpsi oleh molekul untuk mengeksitasi elektron dari keadaan dasar ke tingkat energi yang kebih tinggi, dimana perpindahan tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini:
25

Gambar 3 Proses eksitasi elektron dari ground state ke tingkat energi yang lebih tinggi

Terdapat berbagai persyaratan yang harus dipenuhi dalam suatu pengujian baik secara kualitatif ataupun kuantitatif. Syarat tersebut terdiri dari spesifisitas, sensitivitas, presisi dan akurasi. Akurasi adalah kemampuan metode untuk mengukur dan mendeteksi nilai aktual atau nilai sebenarnya dari dalam sampel, akurasi merupakan ukuran ketepatan atau kedekatan hasil pengujian dengan hasil yang sebenarnya. Presisi adalah tingkat kesesuaian antara hasil pengujian individual dengan hasil rata-rata pengujian berulang pada sampel yang homogen dengan kondisi pengujian yang sama. Sensitifitas atau kepekaan adalah kemampuan metode untuk mendeteksi atau mengukur sampel dalam jumlah sekecil mungkin. Spesifisitas adalah kemampuan metode untuk meendeteksi atau mengukur sampel tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya bahan atau matriks lain. Keempat persyaratan tersebut diusahakan dapat dipenuhi dalam percobaan ini walaupun tidak dapat dilakukan dengan sempurna. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan alat, personal, kondisi ruangan, dan lain-lain. Alat yang digunakan yaitu spektrofotometri yang mempunyai spesifitas dan sensitifitas yang tinggi, untuk

26

memenuhi akurasi dan presi, pengujian juga diulang sebanyak empat kali walupun orang yang mengerjakannya tidak sama. Setelah diukur dengan spektrofotometri, pada shift pertama pada larutan standar didapat absorbansi sebesar 0,540. Pada larutan uji dari kelompok pertama diperoleh absorbansi sebesar 0253, pada kelompok kedua diperoleh absorbansi 0,359, pada kelompok ketiga diperoleh absorbansi sebesar 0,291 dan pada kelompok empat sebesar 0,243. Dilihat dari nilai absorbansi yang diperoleh dari keempat kelompok, nilainya memenuhi persyaratan dimana nilai yang didapat berada pada rentang 0,2 sampai 0,8. Pada shift ke 2 pada larutan standar didapat absorbansi sebesar 0,576. Pada larutan uji dari kelompok pertama diperoleh absorbansi sebesar 0,306 pada kelompok kedua diperoleh absorbansi 0,279, pada kelompok ketiga diperoleh absorbansi sebesar 0,255 dan pada kelompok empat sebesar 0,298. Dilihat dari nilai absorbansi yang diperoleh dari keempat kelompok, nilainya memenuhi persyaratan dimana nilai yang didapat berada pada rentang 0,2 sampai 0,8. Pada shift ke 3 pada larutan standar didapat absorbansi sebesar 0,564. Pada larutan uji dari kelompok pertama diperoleh absorbansi sebesar 0,175 pada kelompok kedua diperoleh absorbansi 0,270 pada kelompok ketiga diperoleh absorbansi sebesar 0,291 dan pada kelompok empat sebesar 0,338. Dilihat dari nilai absorbansi yang diperoleh dari keempat kelompok, nilainya memenuhi persyaratan dimana nilai yang didapat berada pada rentang 0,2 sampai 0,8. Pada shift 1 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 159,17 mg/dL, standar deviasinya 29,2 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 129,97 mg/dL sampai 188,37 mg/dL. Standar deviasi merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan semakin besar nilai standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen atau bervariasi. Dilihat
27

dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan tersebut merupakan kadar normal yaitu 159,17 mg/dL, berada pada rentang kadar normal yaitu 140 250 mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup tinggi yaitu 29,2 mg/dL yang menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan ini cukup rendah dengan diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen. Dari data-data pada perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 129,97 mg/dL sampai 188,37 mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, terdapat 1 kelompok dimana kadarnya tidak berada pada range tersebut, sehingga kesalahan-kesalahan yang dilakukan menyebabkan data yang didapat memiliki homogenitas yang rendah. Pada shift 2 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 148,12 mg/dL, standar deviasinya 11,2 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 136,97 mg/dL sampai 159,37 mg/dL. Standar deviasi merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan semakin besar nilai standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen atau bervariasi. Dilihat dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan tersebut merupakan kadar normal yaitu 148,12 mg/dL, berada pada rentang kadar normal yaitu 140 250 mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup tinggi yaitu 11,82 mg/dL yang menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan ini cukup rendah dengan diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen. Dari data-data pada perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 136,97 mg/dL sampai 159,37 mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, kadar kolesterol pada m asing-masing kelompok berada pada rentang tersebut sehingga kesalahan-kesalahan pada shift ke 2 dapat lebih ditoleransi dibandingkan pada shift 1. Pada shift 3 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 142,82 mg/dL, standar deviasinya 36,3 mg/dL dan range
28

hasil percobaan adalah 106,52 mg/dL sampai 179,12 mg/dL. Standar deviasi merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan semakin besar nilai standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen atau bervariasi. Dilihat dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan tersebut merupakan kadar normal yaitu 142 ,82 mg/dL, berada pada rentang kadar normal yaitu 140 250 mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup tinggi yaitu 36,3 mg/dL yang menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan ini cukup rendah dengan diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen. Dari data-data pada perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 106,52 mg/dL sampai 179,12 mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, terdapat 1 kelompok dimana kadarnya tidak berada pada range tersebut, sehingga kesalahan-kesalahan yang dilakukan menyebabkan data yang didapat memiliki homogenitas yang rendah. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan variasi kadar kolesterol pada tiap-tiap kelompok pada masing-masing shift, ataupun variasi kadar kolesterol antara tiap shift. Semua kelompok dan semua shift padahal menggunakan sampel yang sama, sehingga seharusnya memiliki data yang homogen karena sampel yang digunakan sama dan perlakuan yang diberikan juga sama. Faktor pertama yang mempengaruhi adalah variasi pengocokan. Pengocokan dengan cara manual antara praktikan yang satu dengan yang lain berbeda sehingga hasil warna campuran yang diperoleh antara kelompok atau antar shift yang satu dengan yang lain, kepekatan warna pink mudanya berbeda pula sedangkan pengocokan seharusnya dilakukan seoptimal mungkin agar reaksi yang terjadi berjalan dengan baik. Untuk memperoleh pengocokan yang optimal seharusnya tidak dengan cara manual, paling tidak salah satu caranya dapat menggunakan sentrifugal, karena pengerjaan quarto tidak dilakukan pada orang yang sama, sehingga cara pengocokan manual antara praktikan yang satu dengan yang lain sangat besar kemungkinan berbedanya sehingga mengakibatkan campuran didalam tabung kurang
29

bercampur dengan baik dan juga berdampak pada lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan reaksi. Kesetimbangan reaksi sangat penting karena kesetimbangan reaksi menandakan reaksi yang sempurna, sehingga nilai absorbansi yang diperoleh akan dapat menunjukan semua kadar asam urat yang ada pada sampel standar dan sampel test, sedangkan apabila sampel diukur absorbansinya sebelum tercapainya kesetimbangan reaksi maka nilai absorban tidak menunjukan kadar asam urat yang tepat karena kolesterol dalam larutan belum bereaksi seluruhnya. Jadi variasi pengocokan merupakan salah satu faktor penyebab kemungkinan

ketidakhomogenan data yang diperoleh. Faktor kedua yang mempengaruhi hasil percobaan adalah waktu inkubasi. Waktu inkubasi bertujuan untuk memperoleh kesetimbangan reaksi. Waktu inkubasi dalam prosedur 20 menit tetapi saat pengujian setiap kelompok tidak tepat 20 menit semua karena spektrofotometer visibel yang digunakan hanya satu dan dilakukan bergantian. Waktu inkubasi juga dipengaruhi pengocokan sampel, seperti yang sudah diulas diatas apabila pengocokan kurang optimal maka waktu inkubasi akan bertambah lama. Waktu inkubasi dipengaruhi pula oleh suhu. Jadi waktu inkubasi menjadi salah satu satu faktor penyebab kemungkinan ketidakhomogenan data yang diperoleh. Faktor ketiga yang mempengaruhi hasil percobaan adalah suhu. Semakin tinggi suhu maka reaksi semakin cepat berlangsung, tetapi suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan protein didalam darah terdenaturasi sehingga suhu disesuaikan dengan suhu optimal sampel yaitu disuhu tubuh 370C namun, suhu inkubasi yang digunakan praktikan berada disuhu ruangan antara 20-250C sehingga waktu inkubasi menjadi 20 menit. Prosedur pengerjaan pada tiap kelompok berbeda-beda, dimana suhu mungkin mempengaruhi, misalnya ada beberapa kelompok yang menyentuh atau tidak menyentuh tabung dibagian bawah yang berisi larutan, sehingga suhu tubuh praktikan mempengaruhi suhu inkubasi sampel. Jadi faktor suhu menjadi salah satu satu faktor penyebab kemungkinan ketidakhomogenan data yang diperoleh.

30

Faktor keempat yang mempengaruhi hasil percobaan adalah lama penyimpanan spesimen. Spesimen yang digunakan merupakan spesimen yang diperoleh dari jam 07.30 pagi dan baru digunakan untuk diuji oleh praktikan pada jam 08.00 (Shift D), 11.00 (Shift E) dan 14.00 (Shift F), sehingga lama penyimpanan sampel ini sangat mempengaruhi kualitas dan kestabilan spesimen. Pada penyimpanan spesimen yang benar spesimen dapat tahan beberapa hari. Spesimen disimpan dalam kulkas, tetapi ketika siang spesimen digunakan secara bergantian oleh 3 kelompok sehingga spesimen yang tidak segar berada terlalu lama di suhu kamar dan dapat terkontaminasi oleh lingkungan sekitar. Suhu penyimpanan yang baik untuk spesimen yaitu 2-80C sedangkan ketika preparasi sampel spesimen berada lama di suhu ruang yaitu 20-250C sehingga kemungkinan spesimen dapat terkontaminasi oleh kuman atau bahan kimia, terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen, terjadi penguapan, terkena paparan sinar matahari sehingga kualitas spesimen menurun. Suhu mempengaruhi aktifitas enzim yang berada didalam spesimen, karena enzim adalah protein maka enzim memperlihatkan sifat yang sama dengan protein yang salah satunya enzim akan kehilangan aktifitasnya oleh apa saja yang menyebabkan denaturasi protein seperti; panas, asam-basa kuat, logam-logam kuat, pelarut organik, dan sebagainya. Adanya kesalahan pada penyimpanan spesimen dapat terlihat dimana kadar kolesterol dari shift 1 sampai shift ke tiga terus mengalami penurunan, hal tersebut terjadi karena karena lama penyimpanan membuat kolesterol berkurang.

KESIMPULAN Pada shift D (08.00-11.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 159,17 mg/dL, standar deviasinya 29,2 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 129,97 mg/dL sampai 188,37 mg/dL.

31

Pada shift E (11.00-14.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 148,12 mg/dL, standar deviasinya 11,2 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 136,97 mg/dL sampai 159,37 mg/dL.

Pada shift F (14.00-17.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 142,82 mg/dL, standar deviasinya 36,3 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 106,52 mg/dL sampai 179,12 mg/dL.

8. Daftar Pustaka Departemen Farmakologi dan Terapetik.2009. Farmakolgi dan Terapi Edisi 5. Fakultas Kedokteran UI : Jakarta Anna. 2011. Spektrofotometer Uv Visible. Diakses

http://annapermanasari.staf.upi.edu/files/2011/03/Spektro-UV-Vis.pdf. tangal 7 Oktober 2012

Anonim.2012.http://crybabyzz06.blogspot.com/2012/01/asam-urat-tugas-kimiaklinik-dasar-2009.html. Diakses tangal 13Oktober 2012 Anonim.2009.http://2.bp.blogspot.com/2sMnrHNzL6w/TimiTU4QZII/AAAAAAAAAN 4/mQSazJO4Fik/s1600/msb4100153-f8. Diakses tanggal 20 Oktober 2012

32

Anonim.2010.http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCatego ry=25).Diakses Tanggal 21 Oktober 2012

33

You might also like