You are on page 1of 8

WAHAM

A. Pengertian

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol. Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas, keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya dan tidak dapat digoyahkan atau diubah dengan alasan yang logis serta keyakinan tersebut diucapkan berulang -ulang. B. Klasifikasi waham 1. Waham Agama yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan. 2. Waham Kebesaran yaitu keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau kekuasaan. 3. Waham Somatik yaitu klien yakin bahwa bagian tubuhnya tergannggu, terserang penyakit atau didalam tubuhnya terdapat binatang. 4. Waham Curiga yitu klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang mengancam dirinya. 5. Waham Nihilistik yaitu klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau sudah meninggal dunia. 6. Waham Sisip pikir yaitu klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan./dimasukan kedalam pikiranya.
7. Waham Siar pikir yaitu klien yakin bahwa orang lain megetahui isi pikiranya, padahal

dia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut. 8. Waham Kontrol pikir yaitu klien yakin bahwa pikiranya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

C. Etiologi 1. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham adalah: a. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak / Sistem saraf yang menimbulkan.
1) Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan limbik. 2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus

dan kanak-kanak. b. Psikososial Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan. c. Sosial Budaya Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan stress yang menumpuk. 2. Faktor Prespitasi Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun tidak berdaya. D. Tanda dan Gejala
1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,

kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan 2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain 3. Curiga 4. Bermusuhan 5. Merusak (diri, orang lain, lingkungan) 6. Takut, sangat waspada

7. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas

8. Ekspresi wajah tegang 9. Mudah tersinggung

E. Penatalaksanaan Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya. Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupasi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. F. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identifikasi klien 1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
2) Keluhan utama / alasan masuk

Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.

3) Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga tentang faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan: a) Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien. b) Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak. c) Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk. 4) Aspek fisik / biologis Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan. 5) Aspek psikososial a) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh. b) Konsep diri

Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai. Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.

Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.

c) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,

kelompok yang diikuti dalam masyarakat. d) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah. 6) Status mental Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri. 7) Kebutuhan persiapan pulang a) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan. b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.
c) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien. d) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.

e) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
8) Aspek medik

Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Diagnosa Keperawatan Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian adalah: a. Gangguan proses pikir; waham. b. Kerusakan komunikasi verbal. c. Resiko menciderai orang lain. d. Gangguan interaksi sosial: menarik diri. e. Gangguan konsep diri; harga diri rendah. f. Tidak efektifnya koping individu. Diagnosa Keperawatan a. b. waham. 3. Intervensi Keperawatan Diagnosa : Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah. Tujuan umum : Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat harga dirinya. Tujuan khusus : a. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan : 1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan) 2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya 3) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien 4) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan : 1) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis 3) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. Tindakan : 1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Tindakan : 1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : 1) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan 2) Beri pujian atas keberhasilan klien 3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan : 1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien. 2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. 4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga. 4. Evaluasi a. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham b. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini c. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham d. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien e. Klien menggunakan obat sesuai program

You might also like