You are on page 1of 11

1

Peran Mahasiswa Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani


Mata Kuliah : kewarga negaraan (Civic Education)
Dosen Pengampu : Triana Sofiana, SH. MH.










Disusun oleh :
Achmad Munif : 201109009









SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN

2
Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, masyarakat madani adalah masyarakat yang
menjunjung tinggi nilai, norma, hukum yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu, dan teknologi
yang berperadaban.
Menurut Prof. Naquib al-Attas, seorang ahli sejarah dan peradaban Islam dari Malaysia, ia
mengemukakan definisi masyarakat madani merupakan konsep masyarakat ideal yang mengandung
dua komponen besar yakni masyarakat kota dan masyarakat yang beradab.
1

Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S.
Saba ayat 15 yang artinya:
.1l l |,.l _ .>`.. ,, !..> _s _,., _!.: l _. _ >, `>: .l :,
,,L , "s _
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu
dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): Makanlah
olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu)
adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun.
Ciri-ciri Masyarakat Madani
Bangsa Indonesia mengenal istilah masyarakat madani sebagai masyarakat sipil yang
demokrasi dan agamis / religius. Dalam kaitannya pembentukan masyarakat madani di Indonesia,
maka warga negara Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi warga negara yang cerdas,
demokratis, dan religius dengan bercirikan imtaq, kritis argumentatif, dan kreatif, berfikir dan
berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan, menerima semangat Bhineka Tunggal Ika,
berorganisasi secara sadar dan bertanggung jawab, memilih calon pemimpin secara jujur-adil,
menyikapi media massa secara kritis dan objektif, berani tampil dan kemasyarakatan secara
profesionalis, memiliki pengertian kesejagatan, memahami daerah Indonesia saat ini, serta
mengenal cita-cita Indonesia di masa mendatang.
Karaketeristik masyarakat madani terbagi dalam dua kategori :
Karakteristik Primer

1
Dede Rosyada, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani, ICCE UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2003, hlm. 241

3
a. Masyarakat Intelektual.
b. Masyarakat Spiritual.
c. Masyarakat Moral.
d. Masyarakat Hukum.
e. Masyarakat Berperadaban.
Kelima karakteristik tersebut selanjutnya dapat disederhanakan melalui pendekatan
religius, dengan istilah masyarakat religius. Yaitu masyarakat yang merefleksikan tatanan dan
sistem hidup (way of life) yang integral sebagaimana yang terdapat dalam ajaran Islam.
Karakteristik Sekunder
a. Masyarakat Demokratis.
b. Masyarakat Moderat. Al-Qur'an menyebut masyarakat ini dengan ummatan wasatho (ummat
yang tengah-tengah)
c. Masyarakat Mandiri (independent) dan Bertanggungjawab (responsible).
d. Masyarakat Profesional.
e. Masyarakat Reformis.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah
sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya
dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya, dimana
pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk
mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya.
KONSEP DASAR
Di era globalisasi ini, keadaan masyarakat dunia khususnya masyarakat Indonesia dapat
dikatakan mengalami penurunan dalam banyak hal, maka masyarakat madani (civic Society) tidak
banyak ditemukan. Salah satu ciri masyarakat yang sekarang adalah masyarakat yang kurang
mempunyai kepedulian terhadap sesama, toleransi, dan hal-hal yang bertolak belakang dengan ciri-
ciri masyarakat madani yang lain.
Banyak konflik yang timbul di kalangan masyarakat Indonesia dikarenakan hal-hal
tersebut. Maka, dibutuhkan upaya dari para mahasiswa, khususnya para mahasiswa Indonesia untuk
mengatasi hal-hal tersebut agar tercipta masyarakat madani (civil society) yang diharapkan bangsa.
Jadi, mahasiswa/pemuda harus mempunyai planning, sistem, program kerja, nilai-nilai,
cara kerja, serta mempunyai potensi dan strategi dalam mewujudkan masyarakat madani tersebut.
Salah satu cara mengetahui bagaimana cara pemuda/mahasiswa untuk membentuk
masyarakat madani pada masyarakatnya masing-masing khususnya masyarakat Indonesia adalah
dengan melihat kembali bagaimana pemuda-pemuda pada zaman sebelum orde baru membangun

4
sebuah masyarakat yang dapat dikatakan sebagai masyarakat yang baik yang dapat dicatat dalam
sejarah bangsa Indonesia.
Hal yang tersebut juga disesuaikan dengan keadaan masyarakat pada zaman reformasi
pada abad yang ke 21 ini, jadi, pemuda/ mahasiswa yang akan membentuk sebuah masyarakat
madani (civil society) di negara Indonesia ini tidak sekedar menerapkan metode-metode dan
planning serta cara dan program kerja mereka pada masyarakat Indonesia, tetapi juga perlunya
untuk meninjau secara teliti bagaimana kondisi dan situasi serta sejarah masyarakat Indonesia pada
umumnya agar tidak meninbulkan kekeliruan dalam pelaksanaan visi dan misinya yang ditujukan
untuk masyarakat.
ANALISA
Masyarakat madani (civil society) yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu
masyarakat atau intitusi sosial yang memiliki ciri antara lain :kemandirian, toleransi, keswadayaan,
kerelaan menolong satu sama lain, dan menjunjung tinggi norma dan etika yang disepakatinya
secara bersama-sama.di Indonesia, secara historis, upaya untuk merintis lahirnya institusi semacam
ini sudah muncul sejak masyarakat kita mulai bersentuhan dengan pendidikan modern, berkenalan
dengan sistem kapitalisme global, dan modernisasi. pada masa itulah masyarakat mulai mendirikan
organisasi-organisasi modern yang dipelopori oleh gerakan pemuda Indonesia yang sebagian besar
memiliki pemikiran yang maju.
Setelah zaman semakin maju, Segala sesuatu serba modern dan instant, Pemuda Indonesia
pun mulai banyak yang berpikiran secara kritis dalam pembangunan bangsa yang idealis. Maka,
permasalahan dan problem sosial di negara Indonesia pun tidak kalah rumit dan banyak yang
menjadi pekerjaan rumah dan tantangan bagi para pemuda/mahasiswa Indonesia di era globalisasi
ini.
Pada umumnya problem sosial tersebut di Indonesia bertalian erat dengan mobilitas
geografis dari penduduk.khususnya urbanisasi dalam arti proses daerah menjadi kota, perubahan
mata pencaharian agraris menjadi non agraris, gerak penduduk masuk kota, serta perubahan-
perubahan pola tingkah laku yang mendampingi proses pengkotaan.
Dalam memasuki era pembangunan 25 tahun ini, sebaiknya Indonesia dilihat dari
pandangan sebagai berikut : pembangunan nasional memperlihatkan lebih dari sekedar perubahan
dari satu ke lain keadaan. Pembangunan nasional tercipta dari satu keinginan yang tersirat atau
tersurat untuk melaksanakan suatu perubahan dan mempercepatnya. Sehingga yang lebih disukai,
sesuatu keadaan atau seperangkat sasaran dicapai dan dihasilkan lebih cepat dibanding dengan tidak

5
dilakukannya apa-apa. Pembangunan menghendaki sasaran serta motivasi serta membutuhkan
perubahan-perubahan kelembagaan.
Indonesia memasuki abad ke 21 sebagai negara berkembang yang mampu mencapai GNP
400 dolar per-kapita. Sehingga dapat melepaskan sebutan sebagai negara terbelakang. Abad ke 21
diyakini sebagai pemuda sebagai milik mereka, sehingga sudah selayaknya apabila mereka turut
mencoba memikirkan bentuk dan isi negara. Para teknokrat dari generasi tua dalam merencanakan
dan membuat masa depan dituduh melupakan buat siapa sebenarnya mereka bekerja itu? Saat itulah
kegelisahan para mahasiswa terlihat dengan jelasnya dan merekapun mulai mendapat perhatian dari
pemerintah.
Kecemasan kaum muda sebenarnya berlatar belakang banyak seperti peledakan penduduk,
krisis pendidikan, birokrasi dan otoritas serta masalah-masalah sosial ekonomis. Kadar ketidak
puasan mereka dapat berlipat ganda sesuai dengan perkembangan kekompleksan situasi di tanah air
dan protes dalam segala bentuk merupakan jawaban yang wajar. Meskipun disebutkan bahwa
masalah terpenting adalah kurang kepastian generasi muda terhadap masa depan, itu tidak berarti
bahwa mereka bersikap pasif dan ragu-ragu saja. Munculnya gerakan ZPG (Zero Population
Growth Movement) dikalangan mahasiswa di Yogyakarta pada akhir tahun 1972 menunjukkan
kesadaran mereka akan parahnya masalah kependudukan ditanah air kita .
Sebelum mahasiswa memulai sepak terjang mereka, maka harus dikoreksi terlebih dahulu
hal-hal yang bersangkutan dengan mereka, pertama-tama yang harus diperhatikan para mahasiswa
yang akan melaksanakan suatu misi sebagai agen of change adalah memperbaiki penampilannya,
karena mau tidak mau masyarakat di zaman ini akan memandang seseorang dari segi lahiriahnya
terlebih dahulu meskipun tidak semua segi lahiriah itu menggambarkan suatu sisi yang paling
dalam dari setiap orang, tapi itulah adanya masyarakat kita pada zaman sekarang ini, dan setidaknya
suatu penampilan itu akan dapat meyakinkan masyarakat bahwa mahasiswa itu telah dapat
dikatakan pantas meskipun hanya untuk sekedar berbicara di depan mereka.
Hal penting lain yang seharusnya mendampingi sisi lahiriah/penampilan itu adalah sisi
rohani, yang biasa dikenal dari segi nilai-nilai, moral, serta karakter yang ada dalam diri mereka.
Apabila memang ada yang perlu untuk dikoreksi, maka harus dikoreksi/diperbaiki terlebih dahulu
sebelum memulai memperbaiki masyarakat. Hal ini merupakan hal yang sangat penting bagi para
mahasiswa, karena image mahasiswa adalah sebagai agen of change, karena mahasiswa tetaplah
akan hidup dengan masyarakat umum dimanapun ia hidup, karena memang mereka adalah tetap
sebagai manusia biasa yang termasuk makhluk sosial, sedangkan semua makhluk sosial pasti
membutuhkan bantuan orang lain, jadi bagaimana mereka dapat merubah style masyarakat yang
jelek apabila mahasiswa yang dikenal sebagai agen of chagen nya sendiri belum bisa dikatakan

6
sebagai agen of change yang pantas setidaknya yang benar-benar dapat dicontoh, meskipun hanya
sekedar membangun image yang baik, dengan wibawa, karisma dan pandangan yang positif di
kalangan masyarakat agar mendapat suatu kepercayaan yang mutlak serta pantas untuk dijadikan
sebagai contoh dalam masyarakat untuk berbagai golongan, karena tanpa adanya suatu
kepercayaan, masyarakat tidak akan mau memandang mahasiswa tersebut walaupun hanya dengan
sebelah mata. Setelah sekiranya nilai-nilai dan moral pada diri mahasiswa itu sendiri telah
mencukupi/dapat dikatakan pantas untuk terjun dan berkiprah di tengah masyarakatnya, image
keluarga juga harus dibangun, karena keluarga merupakan background dari mahasiswa itu. Jadi,
mau tidak mau masyarakat juga akan menilai setiap orang dari keluarganya. Apabila seseorang
mahasiswa datang dari keluarga yang mempunyai nama baik yang utuh, maka masyarakat secara
otomatis akan menghormatinya sebagaimana masyarakat itu menghormati keluarganya. maka
image mahasiswa untuk pertama kalinya harus dibangun dari diri sendiri, setelah itu meluas kepada
keluarga dan kerabat-kerabatnya, lalu, mahasiswa dapat dikatakan pantas untuk berbicara di depan
publik. Dengan demikian pulalah kepercaya dirian seorang mahasiswa atas diri sendiri dapat
terbangun dengan sempurna tanpa mengkhawatirkan dampak negatif yang mungkin akan timbul
dari dirinya dan keluarganya, karena demikian itulah yang dikatakan sebagai kekonsekuensian diri
terhadap diri sendiri dan masyarakat. Apabila itu semua tidak tercukupi secara lazim, maka dapat
diprediksikan apabila seorang mahasiswa yang mempunyai kepribadian, kebiasaan serta image
yang jelek dimata masyarakat sedang berbicara di depan publik/mencontohkan sesuatu meskipun
itu baik adanya, sedangkan statusnya bukan orang yang ber-image baik di depan masyarakatnya
dari dirinya sendiri maupun dari pihak keluarganya, sudah dapat dipastikan ia tidak akan
mendapatkan respon yang baik dari masyarakatnya. Dan sudah dapat dipastikan pula bahwa apapun
yang ia sampaikan itu tidak akan berpengaruh sedikitpun kepada masyarakatnya walaupun memang
ia mengajarkan suatu nilai-nilai kebajikan.
Mahasiswa harus memiliki planning dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society)
maksudnya mahasiswa/pemuda Indonesia harus memiliki rencana atas apa yang harus mereka
lakukan. Dimulai dengan planning/rencana, mahasiswa dapat memprediksikan segala sesuatu yang
akan mereka lakukan dengan mempertimbangkan dampak yang dimungkinkan akan terjadi sebagai
hasil dari apa yang akan mereka kerjakan dengan demikian, dapat dihindari dampak negatif yang
diperkirakan akan timbul dari sepak terjang mereka dengan begitu, apa yang akan mereka lakukan
telah terkonsep dengan konsep yang benar-benar matang dan sebaik-baiknya.
Apabila mahasiswa hidup di dalam suatu desa yang penduduknya belum merupakan
penduduk yang madani, maka tidak mudah untuk langsung dengan instant dan mudah untuk
mengubah style/cara hidup penduduk tersebut seperti masyarakat madani, yang diperlukan

7
mahasiswa setelah melihat pada kepribadian dan dirinya sendiri serta keluarganya adalah menyusun
semacam planning atau program kerja dengan sebaik-baiknya agar dapat diperkirakan dan diatur
apa saja yang akan dilakukan untuk menghadapi masyarakat yang akan dihadapi, agar semua yang
akan dilaksanakan sebagai terkonsep dengan apik, serta harus mempunyai visi dan misi sebagai
dasarnya agar dapat diterima masyarakat dengan tanpa keraguan dan pertanyaan yang tidak pasti.
Etos kerja mahasiswa juga harus diperhatikan pada masalah ini, karena cara kerjalah yang
akan menentukan hasilnya. Akankah hasil itu optimal atau hanya sekedar hasil saja tanpa
memprioritaskan keidealisan cara kerja yang tidak diketahui akankah hasilnya terbentuk secara
perfect dan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Image mahasiswa sebagai agen of change bukanlah image yang terkesan main-main, tapi
itu merupakan sebuah beban yang harus diemban oleh para mahasiswa dengan penuh tanggung
jawab. Jika image itu terselewengkan sedikit saja oleh salah satu mahasiswa yang tidak
bertangguang jawab, maka hilanglah image tersebut dari semua mahasiswa. Hal yang mudah
diketahui oleh masyarakat secara langsung salah satunya adalah etos kerja. Bagaimana etos kerja
mahasiswa di lapangan? apakah etos kerja yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut berkwalitas atau
tidak? Dapat dipertanggung jawabkan atau tidak? dan yang paling penting apakah ada keserasian
antara etos kerja dengan planning yang telah disusun oleh mahasiswa sebelum memulai
mengerjakan misinya? Hal-hal yang demikian sangatlah penting.
Komunikasi adalah salah satu hal yang penting, bahkan dapat dikatakan sebagai hal yang
terpenting dalam mewujudkan civil society. Karena cara berkomunikasi adalah hal yang paling
sensitif dikalangan masyarakat pada masa ini. Apabila seorang mahasiswa melakukan sedikit saja
kesalahan dalam berkomunikasi, maka bisa diperkirakan akan timbul kesalah pahaman dikalangan
masyarakat dan ketika kesalah pahaman itu muncul dikalangan masyarakat, maka pesan akan
masyarakat madani (civil society) yang dibawa sebagai misi utama mahasiswa, tidak akan pernah
tersampaikan dengan baik dan memuaskan.
Segala sesuatu dapat diselesaikan dengan komuikasi yang baik dan sesuai dengan situasi
dan kondisi, begitupun misi-misi mahasiswa tidak akan tercapai tanpa adanya komunikasi yang
baik disesuaikan dengan komposisi masyarakat yang dihadapi, dengan adanya kemampuan
mahasiswa untuk me-manage suatu komunikasi yang baik, dan selama mereka dapat
menggunakannya dengan seksama, maka masyarakat madani (civil society) akan dengan mudah
terbentuk dikalangan masyarakat di era ini, tanpa adanya pertikaian apalagi pertumpahan darah
yang tidak diinginkan.
Seperti ketika di suatu desa yang didalamnya terdapat beberapa organisasi yang salah
satunya adalah organisasi pemuda yang dimayoritasi oleh mahasiswa seperti karang taruna, dan satu

8
organisasi lainnya para bapak-bapak yang berkecimpung didalamnya, seperti perkumpulan RT/RW.
mahasiswa karangtaruna yang terdiri dari para mahasiswa yang berpotensi selalu mempunyai ide-
ide baru untuk memajukan desanya, tetapi dikarenakan adanya organisasi RT/RW yang secara
konteks lebih tua dan lebih berhak atas segala keputusan, maka ide-ide brilian tersebut tidak akan
dapat langsung disalurkan kepada semua warga desa, apabila ide-ide itu dilakukan secara langsung
tanpa adanya suatu komunikasi yang efektif seperti musyawarah antar karangtaruna dan RT/RW,
maka RT/RW dapat berfikir bahwa secara tidak langsung karangtaruna telah merendahkan
organisasi RT/RW tersebut dengan pandangan tidak menghormati yang lebih tua serta dapat pula
dikatakan bahwa karangtaruna mengesampingkan atau istilahnya meloncati para sesepuh desa yang
ada. Padahal saat itu image mahasiswa yang ada adalah sebagai orang yang menghormati yang
lebih tua. Dengan tindakan yang demikian, maka mahasiswa telah mencoreng namanya sendiri,
tetapi bukan hanya namanya sendiri, juga nama karangtaruna dan semua pemuda di desa tersebut.
Lain halnya apabila organisasi karangtaruna ketika memiliki sebuah ide yang gemilang dan berniat
untuk menerapkannya dalam masyarakat untuk perwujudan masyarakat madani, berkomunikasi/
mengadakan sebuah musyawarah dahulu dengan pihak organisasi yang ada di RT/RW, dan mencari
jalan keluar yang bijaksana untuk masa depan warga bersama, itu memungkinkan terwujudnya
kerukunan dan rasa saling menghormati dan menyayangi serta rasa segan antara anggota RT/RW,
karangtaruna serta masyarakat desa itu sendiri. dengan demikian, bukanlah hal yang mustahil ide-
ide cemerlang dari golongan mahasiswa karangtaruna itu akan terlaksana dengan mudah tanpa
adanya kendala dari berbagai pihak. Setelah itu, lahirlah kerjasama antar kedua organisasi tersebut
tanpa membedakan status dan umur. Jadi, dengan komunikasi yang baik dan jelas, segala problema
bahkan yang berat dan susah sekalipun akan dengan mudah teratasi.
Setiap mahasiswa diakui sebagai sosok yang berpendidikan tinggi dikalangan masyarakat,
maka setiap tindakan yang diputuskan dan dilaksanakan oleh setiap mahasiswa akan menjadi
contoh atau kiblat masyarakat dalam berbuat, dan semua mahasiswa Indonesia secara langsung
maupun tidak langsung telah dituntut untuk menjaga nama baik mereka dengan berbuat hal-hal
yang baik dan cenderung mengarah pada kata-kata perfect dan idealis. Dan karena mahasiswa juga
secara langsung maupu tidak langsung berdakwah kepada masyarakat mengenai apapun yang
berhubungan dengan moral dan etika, dan dua hal tersebutlah yang juga dibutuhkan mahasiswa
dalam perwujudan dan pembentukan masyarakat madani (civil society) di kalangan masyarakat
sekitar mereka.
Hal lain yang selalu dilaksanakan mahasiswa untuk berperan dalam masyarakat demi
mewujudkan masyarakat madani adalah dengan mengadakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) atau PPL
(Praktek Pengayaan Lapangan) yang diselenggarakan oleh universitas-universitas di Indonesia pada

9
umumnya dan di STAIN Pekalongan khususnya, hal ini merupakan kesempatan emas bagi para
mahasiswa untuk menjalankan misinya sebagai agen of change dalam mewujudkan masyarakat
madani (civil society) di daerah-daerah yang telah ditentukan sebagai obyek yang akan dibentuk
sebagai masyarakat madani, hal ini mempunyai pengaruh yang luar biasa di tengah masyarakat
yang digembleng dan menjadi obyek mahasiswa tersebut. KKN juga kerap kali turut membantu
dalam proses pembangunan desa-desa terpencil misalnya, juga orang-orang/warga desa yang masih
awam dalam hal pengetahuan atau bahkan bagi warga yang buta huruf.
Hal ini juga merupakan wadah sebagai sarana belajar bagi mahasiswa-mahasiswa di suatu
universitas, karena dengan sarana KKN ini, mahasiswa bisa langsung belajar di lapangan dengan
mempraktekkan ilmu pengetahuan yang diperoleh diruangan kuliah serta mereka dituntut untuk
dapat mengaplikasikan pengetahuan tenis yang juga dikenal sebagai belajar sambil bekerja.
Dengan KKN atau PPL, mahasiswa menjadi pelopor pembaharuan dan pembangunan di
daerah terpencil dan pedesaan, pengetahuan mahasiswa baik secara umum maupun khusus,
dimanfaatkan untuk kepentingan setempat. Misalnya mahasiswa hukum (ahwal asy-Syakhshiyyah)
dalam bidang khususnya dapat mengadakan pengajian/ pendidikan di bidang hukum. Mahasiswa
Ekonomi juga dapat bertugas dalam hal perekonomian masyarakat, disamping bantuan pengetahuan
umum dan teknis pada bidang-bidang diluar studiya, dalam pada itu bantuan tenaga jasmani dalam
berbagai proyek pembangunan seperti pembangunan saluran irigasi tertier, pembangunan gedung
sekolahan, dan perbaikan kampung akan merupakan bagian terpenting pula dalam pengerahan
tenaga sukarela mahasiswa.
Peran Mahasiswa Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Setiap orang tentu memiliki rasa kebangsaan dan memiliki wawasan kebangsaan dalam
perasaan atau pikiran, paling tidak di dalam hati nuraninya. Dalam realitas, rasa kebangsaan itu
seperti sesuatu yang dapat dirasakan tetapi sulit dipahami. Namun ada getaran atau resonansi dan
pikiran ketika rasa kebangsaan tersentuh. Rasa kebangsaan bisa timbul dan terpendam secara
berbeda dari orang per orang dengan naluri kejuangannya masing-masing, tetapi bisa juga timbul
dalam kelompok.
Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa, yakni rasa yang lahir secara alamiah karena
adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa
lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini. Dinamisasi rasa
kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yakni
pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan
nasional yang jelas.
Adapun ciri-ciri bangsa yang karakter menurut Soekarno adalah sebagai berikut:

10
1. Pertama, Kemandirian (self-reliance), atau menurut istilah Presiden Soekarno adalah Berdikari
(berdiri di atas kaki sendiri). Dalam konteks aktual saat ini, kemandirian diharapkan terwujud
dalam percaya akan kemampuan manusia dan penyelenggaraan Republik Indonesia dalam
mengatasi krisis-krisis yang dihadapinya.
2. Kedua, Demokrasi (democracy), atau kedaulatan rakyat sebagai ganti sistem kolonialis.
Masyarakat demokratis yang ingin dicapai adalah sebagai pengganti dari masyarakat warisan
yang feodalistik. Masyarakat di mana setiap anggota ikut serta dalam proses politik dan
pengambilan keputusan yang berkaitan langsung dengan kepentingannya untuk mencapai
kesejahteraan dan kemakmuran.
3. Ketiga, Persatuan Nasional (national unity). Dalam konteks aktual dewasa ini diwujudkan
dengan kebutuhan untuk melakukan rekonsiliasi nasional antar berbagai kelompok yang pernah
bertikai ataupun terhadap kelompok yang telah mengalami diskriminasi selama ini.
4. Keempat, Martabat Internasional (bargaining positions). Indonesia tidak perlu mengorbankan
martabat dan kedaulatannya sebagai bangsa yang merdeka untuk mendapatkan prestise,
pengakuan dan wibawa di dunia internasional. Sikap menentang hegemoni suatu bangsa atas
bangsa lainnya adalah sikap yang mendasari ide dasar nation and character building. Bung
Karno menentang segala bentuk penghisapan suatu bangsa terhadap bangsa lain, serta
menentang segala bentuk neokolonialisme dan neoimperialisme. Indonesia harus berani
mengatakan tidak terhadap tekanan-tekanan politik yang tidak sesuai dengan kepentingan
nasional dan rasa keadilan sebagai bangsa merdeka.
Pendidikan karakter seharusnya berangkat dari konsep dasar manusia yakni fitrah. Setiap
anak dilahirkan menurut fitrahnya, yaitu memiliki akal, nafsu (jasad), hati dan ruh. Konsep inilah
yang sekarang lantas dikembangkan menjadi konsep multiple intelligence. Dalam Islam terdapat
beberapa istilah yang sangat tepat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran. Konsep-konsep itu
antara lain: tilwah, talm, tarbiyah, tadb, tazkiyah dan tadlrb. Tilwah menyangkut
kemampuan membaca;talim terkait dengan pengembangan kecerdasan intelektual (intellectual
quotient); tarbiyah menyangkut kepedulian dan kasih sayang secara naluriah yang didalamnya ada
asah, asih dan asuh; tadb terkait dengan pengembangan kecerdasan emosional (emotional
quotient); tazkiyah terkait dengan pengembangan kecerdasan spiritual (spiritual quotient);
dan tadlrib terkait dengan kecerdasan fisik atau keterampilan (physical quotient atau adversity
quotient).
Pendidikan karakter yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas dan penuh
tanggung jawab. Antara lain :
1. Mahasiswa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan menghayati nilainilai falsafah
bangsa.

11
2. Berbudi pekerti luhur dan berdisiplin dalam bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai WNI.
4. Bersifat professional yang dijiwai oleh kesadaran bela Negara.
5. Aktif memanfaatkan IPTEK serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan Negara.
Apabila ingin membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis maka setiap warga
negara haruslah melalui karakter atau jiwa yang demokratis pula.
Sebagai warga negara yang demokratis, hendaknya memiliki rasa hormat terhadap sesama
warga negara terutama dalam konteks adanya Pluralitas masyarakat Indonesia yang terdiri dari
berbagai etnis, suku, ras, keyakinan, agama, dan ideologi politik. Selain itu, sebagai warga negara
yang demokrat, seorang warga negara juga dituntut untuk turut bertanggungjawab menjaga
keharmonisan hubungan antar etnis serta keteraturan dan ketertiban negara yang berdiri diatas
pluralitas tersebut. Setiap warga negara yang demokrat harus bersikap kritis terhadap kenyataan
membuka diskusi dan dialog, bersikap terbuka, rasional, adil dan jujur.
Dari berbagai penjelasan di atas, untuk menjadi bangsa yang bermartabat dan berkeadaban
diperlukan karakter bangsa yang didasari iman, taqwa dan akhlak budi pekerti yang mulia.

You might also like