You are on page 1of 16

Pengertian Batik Tulis Semi Klasik Batik tulis semi klasik adalah batik yang telah mengalami perubahan/kemajuan

dalam bahan, alat, proses pembuatan dan motifnya namun tidak meninggalkan ciri khas batik misalnya : menggunakan kompor minyak, menggunakan pewarna kimia, motifnya ada yang mempunyai makna atau tidak, warnanya bermacam macam, harganya tidak terlalu mahal.

Bahan untuk Membuat Batik Semi Klasik Umumnya bahan hampir sama seperti membuat batik tulis, namun telah mengalami sedikit perubahan seperti menggunakan kompor minyak, menggunakan pewarna kimia. Bahan Bahan : Kain Biasanya bahan yang digunakan adalah bahan mori, kain ini dibuat dari benang kapas, permukaannya halus dengan tetal tenunan yang tinggi. Macam macam kain : a. Primissima, golongan yang sangat halus b. Prima, golongan yang halus c. Biru atau medium, golongan dengan kehalusan sedang d. Kain Blaco atau grey yang kasar Lilin malam Sebelum digunakan, lillin malam harus dicairkan terlebih dahulu dengan cara dipanaskan di atas anglo atau pemanas lain. Lilin malam berfungsi untuk menahan warna agar tidak masuk ke dalam serat kain di bagian yang tidak dikehendaki. Malam terbuat dari campuran berbagai jenis bahan berupa gondorukem, lemak minyak kelapa, dll. a. Lilin/Malam Tawon Kain Lilin Malam Larutan Pewarna Batik

Bahan ini biasanya didapatkan dari Timor dan Palembang. Berwarna kuning suram, sifatnya mudah meleleh dengan titik didih rendah, mudah melekat pada kain, tahan lama dan mudah dilepaskan dari kain dengan menggunakan air panas

b. Gondorukem Digunakan agar lilin menjadi lebih keras dan tidak menjadi cepat membeku. c. Damar Mata Kucing Digunakan agar lilin dapat membentuk bekas atau garis-garis lilin yang baik, d. Parafin Bahan ini berwarna putih atau kuning muda. e. Microwax Merupakan jenis parafin yang lebih halus. f. Kendal Kendal atau gajih atau lemak binatang disebut juga lemak atau vet. Berwarna putih dan biasanya didapatkan dari daging lembu atau kerbau.

Larutan pewarna batik Pewarna batik pada batik tulis klasik menggunakan pewarna yang alami, misalnya soga, mahoni, kunyit, pohon tom, pohon pace tegeran, dan mengkudu dll. Yang dimaksud pewarna atau zat pewarna batik adalah zat warna tekstil yang dapat digunakan dalam proses pewarnaan batik baik dengan cara pencelupan maupun coletan pada suhu kamar sehingga tidak merusak lilin sebagai perintang warnanya. Berdasarkan sumbernya/asalnya zat pewarna batik dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu: 1. Pewarna alami Didapat langsung dari alam seperti kulit kayu tingi, kayu tegeran, dan daun tom/nila. Zat pewarna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat

mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,1973). Mori yang diwarnai dengan zat warna alam adalah yang berasal dari serat alam contohnya sutera, wol dan kapas (katun). Sedangkan mori dari serat sintetis seperti polyester , nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas (daya serap) terhadap zat warna alam sehingga zat warna alam tidak bisa menempel dan meresap di mori sintetis tersebut. Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas. Salah satu kendala pewarnaan mori menggunakan zat warna alam adalah variasi warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna mori. Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya. Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif. Pewarna Alami Batik Pada dasarnya hampir seluruh jenis tumbuhan dapat menghasilkan zat warna alami yang dapat digunakan pada proses pewrnaan batik (Natural dyeing). Zat warna tersebut dapat diambil dari akar, batang kulit, bunga, dan daun. Zat Warna Sintetis a . Zat warna naphtol Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam naptol. Zat warna ini merupakan zat warna yang tidak larut dalam air. Untuk melarutkannya diperlukan zat pembantu kostik soda.

b. Zat warna indigosol

Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Warna yang dihasilkan cenderung warna-warna lembut/pastel. c. Zat warna rapid Zat warna rapid biasa dipakai untuk coletan jenis rapid fast. Zat warna ini adalah campuran komponen naphtol dan garam diazonium Dalam bentuk yang tidak dapat bergabung (koppelen) yang distabilkan, biasanya paling banyak dipakai rapid merah, karena warnanya cerah dan tidak ditemui di kelompok indigosol. Untuk membangkitkan warna difixasi dengan asam sulfat atau asam cuka. Dalam pewarnaan batik, zat warna rapid hanya dipakai untuk pewarnaan secara coletan

d. Zat warna reaktif Zat warna reaktif bisa digunakan untuk pencelupan dan pencapan (printing). Zat warna reaktif umumnya dapat bereaksi dan mengadakan ikatan langsung dengan serat sehingga merupakan bagian dari serat tersebut. e. Zat warna indanthrene Zat warna indanthrene normal termasuk golongan zat warna bejana yang tidak larut dalam air. proses pencelupannya tidak perlu penambahan elektrolit karena mempuyai daya serap yang tinggi. f. Zat warna pigmen Adalah zat warna yang tidak larut dalam segala macam pelarut. Zat warna ini sebetulnya tidak mempunyai afinitas terhadap segala macam serat. Pemakaiannya untuk bahan tekstil memerlukan suatu zat pengikat yang membantu pengikatan zat warna tersebut dengan serat.

Alat Untuk Membuat Batik Tulis Semi Klasik Wajan Wajan berguna untuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan yang dibuat dari tanah liat lebih baik daripada yang dari logam karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi wajan tanah liat agak lambat memanaskan malam. Kompor Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakanadalah kompor dengan bahan bakar minyak.. Apabila mempergunakan anglo, maka bahan untuk membuat api ialah arang kayu. Jika mempergunakan kayu bakar anglo diganti dengan keren ; keren inilah yang banyak dipergunakan orang di desa-desa. Keren pada prinsipnya sama dengan anglo, tetapi tidak bertingkat. Canting Canting merupakan alat untuk melukis atau menggambar dengan coretan lilin malam pada kain mori. Canting ini sangat menentukan nama batik yang akan dihasilkan menjadi batik tulis. Alat ini terbuat dari kombinasi tembaga dan kayu Wajan Anglo Canting Kemplongan Taplak Dingklik Gawangan Bandul Tepas

atau bamboo yang mempunyai sifat lentur dan ringan. Canting berfungsi semacam pena, yang diisi lilin malam cair sebagai tintanya. Bentuk canting beraneka ragam, dari yan berujun satu hingga beberapa ujung. Canting yang memiliki beberapa ujung berfungsi untuk membuat titik dalam sekali sentuhan. Sedangkan canting yang berujung satu berfungsi untuk membuat garis, lekukan dan sebagainya. Canting terdiri dari tiga bagian. Pegangan canting terbuat dari bambu. Terdapat mangkuk sebagai tempat lilin malam, serta ujung yang berlubangsebagai ujung pena tempat keluarnya lilin malam.Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan. Canting untuk membatik adalah alat kecil yang terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik dengan cairan lilin. Macam macam Canting a. Menurut fungsinya

-Canting Reng-rengan Canting reng-rengan dipergunakan untuk membatik Reng-rengan. Rengrengan (ngengrengan) ialah batikan pertama kali sesuai dengan pola sebelum dikerjakan lebih lanjut. Orang membatik reng-rengan disebut ngengreng. Pola atau peta ialah batikan yang dipergunakan sebagai contoh model. Reng- rengan dapat diartikan kerangka. Biasanya canting reng-rengan dipergunakan khusus untuk membuat kerangka pola tersebut, sedangkan isen atau isi bidang dibatik dengan mempergunakan canting isen sesuai dengan isi bidang yang diinginkan. Batikan hasil mencontoh pola batik kerangka ataupun bersama isi disebut Polan. Canting reng-rengan bercucuk sedang dan tunggal. -.Canting Isen Canting Isen ialah canting untuk membatik isi bidang, atau untuk mengisi polan. Canting isen bercucuk kecil baik tunggal maupun rangkap. b. Menurut besar kecil cucuk Canting dapat dibedakan :

- Canting carat (cucuk) kecil. - Canting carat (cucuk) sedang. - Canting carat (cucuk) besar. c. Menurut banyaknya carat (cucuk) Canting dapat dibedakan :

- Canting cecekan. Canting cecekan bercucuk satu (tunggal), kecil, dipergunakan untuk membuat titik- titik kecil (Jawa : cecek). Orang membuat titik-titik dengan canting cecekan disebut nyeceki. Selain untuk membuat titik-titik kecil sebagai pengisi bidang, canting cecekan dipergunakan juga untuk membuat garis-garis kecil.

- Canting loron. Loron berasal dari kata loro yang berarti dua. Canting ini bercucuk dua,berjajar atas dan bawah, dipergunakan untuk membuat garis rangkap.

- Canting telon Telon dari kata telu yang berarti tiga. Canting ini bercucuk tiga dengan susunan bentuk segi tiga. Kalau canting telon dipergunakan untuk membatik, maka akan terlihat bekas segi tiga yang dibentuk oleh tiga buah titik, sebagai pengisi.

- Canting prapatan Prapatan dari kata papat yang berarti empat. Maka canting ini bercucuk empat, dipergunakan untuk membuat empat buah titik yang membentuk bujursangkar sebagai pengisi bidang.

- Canting liman Liman dari kata lima. Canting ini bercucuk lima untuk membuat bujursangkar kecil yang dibentuk oleh empat buah cicik dan sebuah titik ditengahnya.

-. Canting byok Canting byok ialah canting yang bercucuk tujuh buah atau lebih dipergunakan untuk membentuk lingkaran kecil yang terdiri dari titik-titik, ; sebuah titik

atau lebih, sesuai dengan banyaknya cucuk, atau besar kecilnya lingkaran. Canting byok biasanya bercucuk ganjil.- Canting renteng atau galaran Galaran berasal dari kata galar, suatu alat tempat tidur terbuat dari bambu yang dicacah membujur. Renteng adalah rangkaian sesuatu yang berjejer ; cara merangkai dengan sistem tusuk. Canting galaran atau renteng selalu bercucuk genap ; empat buah cucuk atau lebih : biasanya paling banyak enam buah, tersusun dari bawah ke atas.

Kemplongan

Kemplongan merupakan alat yang terbuat dari kayu yang berbentuk meja dan palu pemukul alat ini dipergunakan untuk menghaluskan kain mori sebelum di beri pola motif batik dan dibatik. Taplak Taplak adalah kain yang berfungsi untuk menutup dan melindungi pembatik dari tetesan lilin malam panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik. Dingklik Dingklik merupakan tempat duduk orang yang membatik, tingginya disesuaikan dengan tinggi orang duduk saat membatik. Gawangan

Gawangan terbuat dari kayu atau bambu yang mudah dipindah-pindahkan dan kokoh. Fungsi gawangan ini untuk menggantungkan serta membentangkan kain mori sewaktu akan dibatik. Terbuat dari kayu atau bambu tinggi kurang lebih 75 cm dan panjangnya 125 cm. Bandul

Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul ialah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser ditiup angin atau tarikan si pembatik secara tidak disengaja.

Tepas Tepas ialah alat untuk membesarkan api menurut kebutuhan. Terbuat dari bambu. Selain tepas, digunakan juga ilir. Tepas dan ilir pada pokoknya sama, hanya berbeda bentuk. Tepas berbentuk empat persegi panjang dan meruncing pada salah satu sisi lebarnya dan tangkainya terletak pada bagian yang runcing itu.

Teknik dan proses Pembuatan Batik Tulis Klasik Proses Pembuatan Kain katun putih digarap sebelumnya agar bisa dipakai untuk pengolahan selanjutnya. Penggarapan ini terdiri dari : perendaman :agar kain agar luwes dan lentur pengetelan serat kain. pencucian dan penjemuran pengemplongan untuk mnghaluskan lapisan kain dan mempermudah proses pemalaman. proses ini biasanya dimulai dengan melipat kain panjang hingga kurang lebih 16 lipatan, selanjutnya kain dipukul - pukul sampai halus lalu dibilas dengan air bersih. Membuat Pola Pembuatan desain/pola batik dilakukan untuk merencanakan gambar yang akan dibuat supaya dalam proses pembatikan tidak terjadi kekeliruan Cara pembuatan pola yaitu
o

:untuk menghilangkan sisa kanji pabrik yang terdapat pada

Pola langsung yaitu pembatik langsung mengunakan canting pada kain, biasanya dilakukan oleh pembatik yang sudah profesional Pola tidak langsung yaitu desain dibuat diatas kertas gambar (yang paling baik adalah kertas transparan/kalkir). Untuk mempermudah pemindahan keatas kain sebaiknya disain dibuat dengan tinta dan diberi keterangan warna warnanya. Setelah proses pembuatan desain selesai maka desain dipindahkan keatas kain dengan cara diblat.Disain diletakkan dibawah kain kemudian digambar dengan pensil.Untuk lebih jelas bisa menggunakan meja kaca yang diberi lampu.

Proses Pembatikan Sebelum membatik pada kain sebaiknya diperhatikan hal hal sebagai berikut : 1. Dalam proses pembatikan langkah pertama yang harus dilakukan adalah memasak malam diatas kompor dengan wajan sampai kondisi cukup panas (tidak sampai mendidih), maka sebelum dibatik diatas kain mori perlu dicoba dulu pada celemek. 2. Malam diambil dari wajan kira kira dari canting jangan sampai penuh untuk menghindari tumpah dan jangan meniup bagan atas canting 3. Dalam membatik sebaiknya setelah mengambil malam, sisi bawah canting digoreskan pada tepi wajan atau pada celemek agar tidak ada tetesan malam 4. Posisi kain kira kira 45 derajad agar malam tidak menetes namun tetap mengalir Proses proses pembatikan : 1. Nglowong Yaitu pelekatan malam yang pertama dengan mambatik motif motif pada kain. 2. Nerusi Yaitu membatik motif motif pada kain di sebaliknya. 3. Nembok Yaitu menutup bagian yang dikehendaki tetap berwarna putih dengan malam.

Pewarnaan Pewarnaan/pencelupan ini diulang berkali-kali hingga hasilnya tercapai. Pada produk-produk bermutu tinggi pewarnaan hingga 30 kali adalah suatu keharusan. Istilah proses pewarnaan : Medel : memberi warna dasar pada batik dengan memberi warna biru. Nyoga : memberi warna coklat dengan menggunakan soga.

Proses pewarnaan dilakukan untuk memberi dan mengubah warna, memperjelas bentuk, rincian, perlambangan, dan ciri ketradisian serta memperkuat nilai - nilai estetika sekaligus menyatakan ekspresi. Penghilangan Malam

Setelah pengulangan pewarnaan dilakukan sehingga sesuai. Selanjutnya seluruh malam dapat dilepaskan, hal ini dilakukan dengan merebus kain hingga malam mencair, dan cairan malam akan mengapung di permukaan.

Ciri Ciri Batik Tulis Semi Klasik Telah mengalami perubahan/kemajuan dalam bahan, alat, proses pembuatan dan motifnya namun tidak meninggalkan ciri khas batik misalnya : menggunakan kompor minyak Menggunakan pewarna kimia, motifnya ada yang mempunyai makna atau tidak, Warnanya bermacam macam Harganya tidak terlalu mahal

Perbedaan Batik Tulis Klasik dan Batik Tulis Semi Klasik Batik tulis klasik :

menggunakan bahan dan alat yang sederhana ( menggunakan anglo, pewarna alam) motifnya penuh makna biasanya menggunakan warna biru, coklat dan putih harga mahal

Batik tulis semi klasik : telah mengalami perubahan/kemajuan dalam bahan, alat, proses pembuatan dan motifnya namun tidak meninggalkan ciri khas batik misalnya : menggunakan kompor minyak menggunakan pewarna kimia motifnya ada yang mempunyai makna atau tidak warnanya bermacam macam harganya tidak terlalu mahal

You might also like