You are on page 1of 21

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

1. Apa bedanya optimasi dengan modeling? Optimasi merupakan serangkaian proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam situasi tertentu dan juga merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu masalah yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum fungsi tujuan. Optimasi adalah suatu kata kerja yang berarti menghitung atau mencari titik optimum. Kata benda optimisasi merupakan peristiwa atau kejadian proses optimasi. Jadi teori optimisasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik optimum dan cara-cara untuk mencarinya. Ilmu dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu yang terbaik, terjadi setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa yang buruk Optimasi dapat ditempuh dengan dua cara yaitu maksimisasi dan minimisasi. Maksimisasi adalah optimasi produksi dengan menggunakan atau mengalokasian input yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sedangkan minimisasi adalah optimasi produksi untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan menggunakan input atau biaya yang paling minimal. Pemodelan (modelling) adalah suatu teknik untuk membantu menyederhanakan suatu sistem dari yang lebih kompleks, dimana hasil pemodelan tersebut disebut juga dengan model. Model yang lengkap akan menggambarkan dengan baik segi tertentu yang penting dari perilaku dunia nyata sehingga dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji, Model adalah suatu gambaran miniatur dari suatu realita, yang dibuat sebagai sarana/alat (tool) untuk memecahkan persoalan. Artinya, model merupakan abstraksi dari realitas, yaitu suatu deskripsi formal dari elemen-elemen penting pada suatu masalah. Model juga merupakan pusat pemahaman kita terhadap alam dunia, karena melalui model dapat merepresentasikan dan memanipulasi penomena nyata, kemudian mengeksplorasi hasilnya. Deskripsi tersebut dapat berupa sesuatu yang bersifat fisik, matematik, atau bahkan kata-kata. 2. Apa yang dimaksudkan dengan fungs tujuan dan fungs kendala? Fungsi tujuan adalah fungsi matematis yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan terhadap fungsi kendala, sedangkan fungsi kendala adalah fungsi matematis yang membatasi usaha untuk menemukan variabel keputusan yang akan memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan. Ada tujuan permasalahan yang ingin dipecahkan disebut sebagai fungsi\ tujuan. Menentukan fungsi tujuan harus jelas dan tegas. Fungsi tujuan dapat berupa dampak positif, manfaat, keuntungan dan kebaikan-kebaikan yang ingin dimaksimalkan atau dampak negatif, kerugian, risiko, waktu, jarak dan biaya-biaya yang ingin diminimalkan. Fungsi tujuan dan kendala harus dirumuskan secara kuantitatif dalam suatu model yang disebut dengan model matematik. Model merupakan abstraksi dan simplifikasi dari keadaan nyata yang menunjukkan berbagai hubungan fungsional yang langsung maupun tidak langsung, interaksi dan interdependensi antara satu unsur dengan unsur lainnya yang membentuk suatu sistem. Peubah-peubah yang membentuk fungsi tujuan dan kendala harus memiliki keterkaitan atau hubungan fungsional. Hubungan keterkaitan tersebut dapat diartikan sebagai hubungan yang saling mempengaruhi, hubungan interaksi, interdependensi, timbal balik atau saling menunjang.

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

3. Apa yang dimaksudkan dengan optimal stastis dalam pengelolaan sumberdaya ikan? Optimal stastis dalam pengelolaan sumberdaya ikan merupakan solusi keseimbangan optimal yaitu tingkat effort dan hasil tangkapan yang tepat. Seperti tujuan dari manajemen pengelolaan sumberdaya ikan antara lain: memaksimumkan hasil tangkapan yang lestari MSY (maximum sustainable yield), open access equilibrium dan maximum economic yield (MEY). (Maximum Sustainable Yeild) MSY atau tangkapan maksimum yang lestari. Inti pendekatan ini adalah bahwa setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi yang melebihi kapasiatas produksi (surplus), sehingga apabila surplus ini di panen (tidak lebih tidak berkurang), maka stok ikan akan mampu bertahan secara berkesinambungan.

Gambar 1. Kurva Yield Effort. Dari kurva tersebut terlihat bahwa tidak ada aktivitas perikanan (Effort=0) maka produksi juga akan sama dengan nol. Kemudian effort akan mencapai pada titik maksimum pada EMSY yang berhubungan dengan tangkapan maksimum lestari (HMSY). Pengelolaan sumberdaya perikanan yang optimal di lakukan titik HMSY ini, karena pada titik ini diperoleh tingkat produksi yang maksimum. Optimal stastis dalam pengelolaan sumberdaya ikan juga merupakan pendekatan Gordon, dimana pendekatan pengelolaan perikanan yang optimum disebut dengan pendekatan MEY (Maximum Economic Yield).

Gambar 2. Model perikanan statik Gordon-Schaefer.

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

Dari Gambar 2, di atas juga dapat dijelaskan bahwa keuntungan lestari yang maksimum akan diperoleh pada tingkat upaya 3 E , tingkat upaya ini disebut dsebagai Maximum Economic Yield (MEY). Titik MEY ini sendiri diperoleh pada titik E* dimana rente ekonomi diperoleh secara maksimal (jarak TR dan TC terbesar). Dengan demikinan dibandingkan dengan biologi diatas, model pendekatan Gordon menekankan pada efisiensi input dengan rente ekonomi yang maksimum mengingat jumlah input produksi yang digunakan pada model Gordon jauh lebih sedikit dari pada EMSY dan EOA.

4. Apa yang dimaksudkan dengan optimal dinamis dalam pengelolaan sumberdaya ikan? Optimal yang dinamis dalam pengelolaan sumberdaya ikan ketika memperhitungkan faktor waktu penyesuaian. Stok ikan sendiri memerlukan waktu untuk tumbuh, demikian juga input dari tingkat pemanfaata lestari juga memerlukan waktu untuk penyesuaian. Adalah Clark dan Munro mengembangkan model dinamis pengelolaan sumberdaya perikanan yang optimal. Di dalam model mereka, sumberdaya perikanan diperlakukan sebagai aset yang memiliki opportunuty cost atau biaya korbanan. Artinya didalam mengelola sumberdaya ikan kita dihadapkan pada pilihan intertemporal, apakah akan dipanen saat ini dengan menghasilkan nilai ekonomi kini, atau dibiarkan di perairan sehingga bisa tumbuh dan bisa dipanen di masa mendatang sehingga menghasilkan manfaat ekonomi yang lebih besar. Trade-off antara memanen stok saat ini atau nanti inilah yang menjadi ciri khas dalam model intertemporal yang dikembangkan oleh Clark dan Munro (1975).

Gambar1. Model perikanan Dinamis Bang-Bang aprproach. Salah satu solusi dari model Clark dan Munro adalah fenomena disebut dengan MPAP (Most Rapid Approach) atau Bang-Bang aprproach (gambar 1.) yang menyatakan bahwa penyesuaian ke arah tingkat ekploitasi yang optimal (biomass, tangkap dan input) harus dilakukan secepat mungkin. Seperti terlihat pada Gambar 6, jika x* adalah kondisi optimal biomas yang lestari, maka pada pendekatan Bang-Bang, strategi yang optimal adalah melakukan eksploitasi yang maksimum (h=hmax) pada saat x > x* ( dimulai dari titik B). Jika sebaliknya x < x* (dimulai dari titik A), strategi optimal adalah tidak melakukan exploitasi.

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

5. Apakah mungkin menggunakan fungsi ekologi, ekonomi dan social secara bersamaan dalam optimasi pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan? Mungkin. Karena dari uraian di atas tampak bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan dengan pendekatan MSY oleh Schaefer hanya dilihat dari aspek biologi saja. Pengelolaan perikanan belum berorientasi pada perikanan secara keseluruhan, apalagi berorientsi pada manusia. Seorang ahli ekonomi Kanada yang bernama HS Gordon yang memanfaatkan kurva produksi lestari yang dikembangkan oleh Schaefer, sehingga dalam perkembangannya pendekatan ini dikenal dengan teori Gordon-Schaefer. Menurut Gordon, pengelolaan sumberdaya perikanan haruslah memberikan manfaat ekonomi (dalam bentuk rente ekonomi). Pemikiran dengan memasukkan unsur ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya ikan, telah menghasilkan pendekatan baru yang dikenal dengan Maximum Economic Yield atau disingkat menjadi MEY atau produksi yang maksimum secara ekonomi karena lebih efisien dalam penggunaan faktor produksi (tenaga kerja, modal) dan merupakan tingkat upaya yang optimal secara sosial karena tingkat upaya yang lebih sedikit, sehingga lebih bersahabat dengan lingkungan. Contoh: 1. Model Surplus Produksi (ekologi) Pertumbuhan logistik dapat ditulis secara matematis :

Dimana : F(x) = perubahan stok ikan atau fungsi pertumbuhan stok ikan, x = stok ikan r = laju pertumbuhan intrinsik ikan K = adalah kapasitas daya dukung lingkungan. Tingkat maksimum pertumbuhan akan terjadi pada kondisi setengah dari carrying capacity atau K/2. Tingkat ini disebut juga sebagai Maximum Sutainable Yield atau MSY. Untuk menangkap (memperoleh manfaat) sumberdaya ikan dibutuhkan berbagai sarana. Sarana merupakan faktor input yang biasa disebut upaya atau effort. Aktifitas penangkapan atau produksi dinyatakan dengan fungsi sebagai berikut :

dengan adanya aktivitas penangkapan atau produksi, maka fungsi perubahan stok ikan menjadi:

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL dalam kondisi keseimbangan dimana F (x)= 0, maka persamannya berubah menjadi persamaan sebagai berikut:

dari persamaan ini diperoleh nilai stok ikan (x) sebagai berikut:

dengan mensubtitusikan persamaan stok ikan ke dalam persamaan effort diperoleh persamaan berbentuk kuadratik terhadap input yang disebut sebagai fungsi produksi lestari atau yang dikenal dengan yield effort curve:

Dengan membagi kedua sisi dari persamaan ini dengan variabel input (E), maka akan diperoleh persamaan linear berikut ini:

dengan meregresikan variabel U dan E dari data time series produksi dan upaya (effort) akan diperoleh nilai koefisien dan , sehingga akan diketahui tingkat input (E) dan tingkat produksi (h) optimal dalam kondisi MSY. 2. Maximum Economic Yield (MEY)(Ekonomi dan sosial) Pengelolaan sumberdaya perikanan haruslah memberikan manfaat ekonomi (dalam bentuk rente ekonomi). Rente tersebut merupakan selisih dari penerimaan yang diperoleh dari ekstraksi sumberdaya ikan (TR = ph) dengan biaya yang dikeluarkan (TC = cE) Manfaat ekonomi dapat dinotasikan dalam bentuk: Dengan mensubtitusikan persamaan nya diperoleh penerimaan dari sisi input, secara matematis dapat ditulus sebagai : Keuntungan lestari yang maksimum akan diperoleh tingkat upaya ini disebut disebagai Maximum Economic Yield (MEY). Kondisi ini secara matematik dapat dinotasikan sebagai :

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

sehingga diperoleh tingkat input yang optimal sebesar :

Dalam model bioekonomi Gordon-Schaefer di atas, tampak bahwa beberapa parameter biologi penting seperti r, q, dan K tergantikan oleh koefisien dan . Hal ini menyebabkan informasi mengenai perubahan biologi yang terjadi tidak akan pernah terakomodasi dalam model. Oleh karena itu diperlukan cara untuk memodifikasi model Gordon-Schaefer. Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi kendala tersebut adalah melalui pendugaan koefisien yang dikembangkan oleh Clark, Yoshimoto, dan Pooley, atau yang biasa dikenal dengan model CYP. Persamaan CYP secara matematis ditulis sebagai berikut :

dengan meregresikan tangkap per unit upaya pada periode t+1 (Ut+1), U pada periode t, dan penjumlahn input pada periode t dan t+1, akan diperoleh nilai koefisien r,q, dan K.

6. Bagaimana menentukan metode optimasi yang akan digunakan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan? Metode optimasi yang akan digunakan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan Model adalah Surplus Produksi (MSY) dan Keuntungan lestari yang maksimum akan diperoleh tingkat upaya ini disebut disebagai Maximum Economic Yield (MEY). Secara matematik metode optimasi dapat dilakukan melalui linear programming untuk menentukan besarnya masing-masing nilai variabel sedemikian rupa sehingga nilai fungsi tujuan (objective function) yang linear menjadi optimum (maksimum atau minimum) dengan memperlih tkan batasan-batasan yang ada. Analisis daya dukung gabungan dilakukan untuk memperoleh satu nilai daya dukung standar yang akan dijadikan sebagai dasar pengelolaan pesisir dengan mempertimbangkan empat dimensi yakni ekologi, sosial, ekonomi dan fisik. Pendekatan operasional dalam penentuan daya dukung terintegrasi adalah mengoptimasikan nilainilai parameter teknis dan daya dukung yang telah dihasilkan keempat dimensi. Optimasi keempat daya dukung menggunakan metode linear goal programming, Metode analisis sistem dinamik digunakan untuk menentukan pengelolaan kawasan yang optimal karena bagaimanapun sumberdaya perikanan adalah sumberdaya yang dinamis. Sumberdaya perikanan adalah asset (kapital) yang dapat bertambah dan berkurang baik secara alamiah maupun karena intervensi manusia.. Keputusan pengelolaan di masa lalu akan mempengaruhi kondisi sumberdaya perikanan tersebut dimasa sekarang dan yang akan datang, demikianpun sebaliknya keputusan pengelolaan dimasa sekarang akan mempengaruhi kondisi sumberdaya perikanan tersebut dimasa depan. 7. Buatlah langkah-langkah optimasi pengelolaan terumbu karang untuk kegiatan perikanan tangkap.

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

Tahapan optimasi pengelolaan untuk kegiatan perikanan tangkap dapat dijelaskan seperti langkah-langkah dibawah ini, mulai dari kondisi existing terumbu karang, tingkat pemanfaatannya sampai pada identifikasi optimasi, formulasi optimasi dan penentuan optimasi untuk kegiatan pengkapan ikan.

Untuk mengoptimalkan fungsi ekologi terumbu karang dapat digunakan pendekatan motode analisis berganda. Model optimasi analisi regresi berganda mengikuti persamaan berikut : .(1) Y adalah variabel terikat ikan karang, 0 adalah intersep, 1,2,3 adalah koeisien regresi dan X adalah variabel bebas yaitu komponen bentik penyusun terumbu karang. Untuk mengoptimalkan fungsi ekonomi terumbu karang sebagai penyedia suberdaya ikan dilakukan pendekatan metode produksi surplus. Dimana sumberdaya ikan memiliki keterkaitan dengan tutupan karang (Tt), maka perubahan Stok ikan (xt) dalam jangka waktu tertentu dapat dijelaskan dengan sebagai berikut: Xt=1-xt = F (xt, Tt)- h (xt, Et), Fx >, FT > 0(2)

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

Dari model di atas dapat dilihat bahwa net expansions dari perikanan tangkap pada daerah terumbu karang tergantung dari produktifitas biologis F (xt, Tt), dan pemanfaatan bersih dari sumberdaya h (xt, Et). Fungsi biologis disini terkait dengan tutupan karang yang berkondisi baik. Sebagai langkah awal dalam mengoptimalisasi pengelolaan terumbu karang untuk kegiatan penangkapan ikan adalah dengan menentukan tangkapan dan upaya lestari dengan menggunakan metode surplus produksi. .(3) Dx/dt = F (x) adalah fungsi pertumbuhan stok ikan, x adalah stok ikan, r adalah laju pertumbuhan intrisik ikan dan K adalah kapasitas daya dukung. Aktifitas penangkapan ikan di terumbu karang diasumsikan mempunayi hubungan yang linier antara produksi dan upaya menggunakan konvensi Gordon-Shaefer yang dinyatakan dalam fungsi : h = qxE.(4) h adalah produksi, x adalah stok ikan, E adalah upaya dan q adalah koefisien daya tangkap (castchability coefficient). Jika persamaan (4) disubtitusikan ke persamaan (2) maka akan menghasilkan; .................................(5) R dan K dipengaruhi secara positif oleh tutupan terumbu karang (T), sehingga K memiliki nilai positif atau K > 0 Dengan tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan di mana ekspansi efffort untuk periode tertentu adalah tergantung profit (p) pemanfaatan sumberdaya maka model effort expansins-nya sebgai berikut: .....................................................(6) p adalah harga ikan per unit produksi, c adalah biaya riil dan adalah koefisien penyesuaian, > 0 pada kondisi open accsess equilibrium (steady state) yang dipengaruhi oleh kondisi perubahan area tutupan karang dapat ditentukan dengan asumsi bahwa tingkat upaya tangkap dan area tutupan karang dalam kondisi equilibrium, sehingga persamaan diatas dapat dipecahkan untuk tingkat steady state stok ikan (x) dan upaya tangkap (E) yaitu :

.............................................................................(7)

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

Dengan demikian secara empiris kondisi ini bisa dianalisis dengan mengestimasi parameter bioekonomi (a, r, q) dan parameter harga dan biaya (p dan c). Subtitusi persamaan (4) ke dalam persamaan (7) menghasilkan:

..........................................................(8) Dimana persamaan di atas dapat diestimasi dengan menggunakan suatu urutan data (time series data) dari produksi (harvest), upaya (effort) dan tutupan karang. Karena b1=aq dan b2=-q2/r maka estimasi model pada persamaan (7) dapat ditulis : ..................................................................(9) Dari data dan analisis yang dilakukan, maka dapat diestimasi produksi optimal penangkapan ikan pada daerah terumbu karang (optimal production of target fish-Qt, pendapatan optimal (optimal reveues-Rt) dan upaya optimal (optimal effort-Et).

8. Buatlah langkah-langkah optimasi pengelolaan terumbu karang untuk kegiatan wisata bahari? Tahapan optimasi pengelolaan terumbu karang untuk kegiatan wisata bahari dapat dijelaskan seperti langkah-langkah dibawah ini : 1. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Analisis kesesuaian pemanfaatan dalam optimasi pengelolaan terumbu karang untuk kegiatan wisata bahari mencakup: tahapan pertama, penyusunan matriks kesesuaian setiap kategori ekowisata bahari (penentuan parameter, pembobotan dan pengharkatan); kedua, analisis indeks kesesuaian setiap kategori wisata bahari; dan ketiga, melakukan pemetaan kawasan dengan cara operasi tumpang susun. Dalam optimasi pengelolaan terumbu karang untuk kawasan wisata bahari, parameter utama obyek kegiatan ekowisata selam dan snorkeling adalah terumbu karang sedangkan faktor pendukungnya adalah ikan karang, kecerahan/jarak pandang, kecepatan arus dan kedalaman perairan. Nilai-nilai parameter yang diberikan disesuaikan dengan kondisi data yang tersedia di lapangan, seperti komunitas karang (wisata selam), dan genus karang lebih beragam, hanya tersedia data genus ikan karang dan lebar hamparan datar karang relatif kurang dibanding daerah lain dan tingkat kecerahan perairan relatif tinggi.

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

Selanjutnya menentukan indeks kesesuaian pemanfaatan untuk ekowisata pesisir dimodifikasi dari Index Overlay Model dengan formulasi sebagai berikut:

Pengelompokkan nilai kelas kesesuaian kawasan untuk masing-masing kegiatan ekowisata bahari berdasarkan ketentuan: S1 = Sesuai/sangat sesuai, dengan nilai 66.67 100.00 % S2 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 33.34 66.66% S3 = Tidak sesuai, dengan nilai 0 < 33.33 % 2. Analisis Daya Dukung Ekologi Ekowisata Pesisir

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

Analisis daya dukung ekologi ditujukan untuk menganalis jumlah maksimum wisatawan yang melakukan kegiatan ekowisata bahari dalam suatu kawasan tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem tersebut. Gangguan keseimbangan diakibatkan oleh kerusakan biofisik secara langsung dari wisata bahari dan secara tidak langsung melalui pencemaran. Berdasarkan sumber gangguan ekosistem tersebut, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kawasan obyek wisata yang rentan terhadap kerusakan langsung dan pendekatan maksimum beban limbah. a. Pendekatan Pemanfaatan Kawasan Wisata Meghitung daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata bahari di kawasan terumbu karang, yakni

Nilai maksimum wisatawan (K) per satuan unit area (Lt) untuk setiap kategori wisata pesisir disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Potensi maksimum wisatawan perunit area per kategori ekowisata

Selain itu, diperlukan nilai konstanta waktu dalam sehari yang diperlukan oleh setiap wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata pesisir, dimana nilai ini merupakan hasil wawancara terhadap seluruh turis per kategori wisata. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata pesisir disajikan pada Tabel 7.

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

Tabel 7, yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata pesisir

b. Pendekatan Pencemaran Perairan Laut 1. 2. 3. 4. 5. Tahapan analisis daya dukung pendekatan pencemaran perairan laut, meliputi: Identifikasi jumlah penduduk lokal dan turis yang berkunjung di lokasi wisata. Pengambilan sampel dan pengukuran parameter perairan laut (DO, pH dan kekeruhan) per stasiun, serta melakukan analisis laboratorium terhadap sampel air untuk pendugaan parameter BOD5, COD dan NH3 pada kondisi eksisting. Membandingkan hasil pengukuran setiap parameter perairan dengan nilai baku mutu air untuk wisata pesisir (sesuai Kepmen Negara LH No. 51 Tahun 2004) per stasiun pengukuran, dan menjumlahkan hasil perbandingan tersebut. Menjumlahkan rasio baku mutu (rasio =1) untuk keenam parameter pengamatan pada stasiun yang sama. Melakukan analisis regresi linear probabilitas (probit) antara populasi penduduk /wisatawan dengan rasio jumlah hasil perbandingan parameter perairan laut (hasil point 3) dengan jumlah rasio baku mutu (hasil point 4). Model persamaan sederhana yang digunakan adalah:

6. Hasil analisis regresi linear (nilai dugaan konstanta, a dan koefisien regresi, b) dari model probit tersebut selanjutnya dilakukan simulasi (pendugaan) besarnya populasi manusia (daya dukung kawasan) yang menyebabkan konsentrasi parameter perairan sama dengan baku mutu wisata pesisir (nilai rasio = 1). 3. Analisis Daya Dukung Sosial dan Ekonomi Daya dukung ekonomi menggunakan pendekatan penawaran dan permintaan, diperoleh dari keseimbangan antara fungsi penawaran dan permintaan yang menghasilkan harga produk wisata pesisir dan jumlah wisatawan yang optimum selama

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

setahun. Perhitungan daya dukung ekonomi dengan pendekatan penawaran secara mikro terkait terkait dengan kegiatan pelayanan wisata oleh perusahaan yang berkonsekuensi pada biaya produksi. Total biaya (TC) yang dikeluarkan perusahaan wisata merupakan fungsi penawaran yang nilainya tergantung dari jumlah kunjungan turis (V) atau secara matematis dituliskan TC = f(V). Berdasarkan hal tersebut, maka analisis daya dukung ekonomi ini didukung oleh analisis biaya marjinal. Biaya marjinal (MC) merupakan rasio perubahan total biaya produksi ekowisata pesisir (TC) dengan perubahan jumlah kunjungan turis (V) atau dapat dituliskan:

Pendekatan permintaan wisata merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk menganalisis besarnya permintaan produk wisata pesisir oleh wisatawan yang dibatasi oleh biaya perjalanan wisata, pendapatan wisatawan, perubahan harga dan faktor lain. Pendekatan permintaan ini dianalisis dengan mengukur besarnya kemampuan membayar (Willingness to Pay, WTP) oleh wisatawan dalam melaksanakan kegiatan wisata pesisir. Metode yang digunakan untuk mengukur WTP yakni metode biaya perjalanan (Travel Cost Method, TCM) guna memperoleh nilai surplus konsumen. Prosedur analisis TCM dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Menentukan laju kunjungan wisata (X), yakni rasio antara jumlah pengunjung (Vi) dengan jumlah populasi dalam setahun (Pi) atau X = Vi/Pi. 2. Menduga biaya perjalanan, dengan asumsi bahwa biaya perjalanan per kilometer jarak adalah konstan. 3. Menduga jumlah kunjungan (Vi) berdasarkan fungsi biaya perjalanan (TC), pendapatan (I) dan kualitas obyek wisata (variabel dummy) atau Vi = f (TC, I, D). Pendugaan parameter diperoleh dari hasil analisis regresi berganda. 4. Menduga surplus konsumen, yakni rasio antara jumlah kunjungan dengan nilai parameter regresi untuk biaya perjalanan, atau secara matematis dituliskan

4. Analisis Daya Dukung Fisik Daya dukung fisik di sini menunjukkan besaran kawasan yang dapat dipakai untuk infrastruktur/fasilitas wisata tanpa mengganggu kenyamanan penduduk setempat atau wisatawan lain. Standar kebutuhan ruang untuk fasilitas wisata pesisir disajikan pada Tabel 10.

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

Tabel 10. kebutuhan ruang untuk fasilitas wisata pesisir.

5. Analisis Daya Dukung Gabungan (Optimasi untuk kegiatan wisata bahari) Analisis daya dukung gabungan dilakukan untuk memperoleh satu nilai daya dukung standar yang akan dijadikan sebagai dasar pengelolaan ekowisata pesisir dengan mempertimbangkan empat dimensi yakni ekologi, sosial, ekonomi dan fisik. Pendekatan operasional dalam penentuan daya dukung terintegrasi adalah mengoptimasikan nilainilai parameter teknis dan daya dukung yang telah dihasilkan keempat dimensi. Optimasi keempat daya dukung menggunakan metode linear goal programming, dengan dasar formulasi sebagai berikut:

dimana : DU dan DO = nilai daya dukung yang belum dicapai dan nilai daya dukung terlampaui dari target (bi) Aj = koefisien fungsi kendala setiap parameter daya dukung (i) X = nilai daya dukung yang optimal (gabungan) bi = nilai target setiap parameter daya dukung. Beberapa parameter yang mewakili keempat daya dukung yakni: 1. Daya dukung (luasan maksimum) kawasan obyek wisata bahari (ekologi) 2. Daya dukung kualitas perairan ekowisata pesisir (ekologi) 3. Perbandingan masyarakat lokal dengan turis (sosial) 4. Jumlah maksimum turis secara ekonomi (ekonomi) 5. Ketersediaan sarana akomodasi (fisik)

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL 9. Langkah-langkah optimasi pengelolaan hutan mangrove untuk kegiatan perikanan tangkap, digunakan beberapa analisis yaitu :

Tahapan optimasi pengelolaan hutan mangrove untuk kegiatan perikanan tangkap dapat dijelaskan seperti langkah-langkah dibawah ini :
1) Identiflkasi Pemanfaatan Hutan Mangrove Proses identiflkasi dilakukan dengan cara wawancara yang mendalam untuk menganalisis pemanfaatan nyata yang sedang dilakukan. 2) Pendugaan Fungsi Permintaan terhadap Sumberdaya Mangrove Fungsi permintaan untuk Direct Uses Value

di mana : Q = Jumlah sumberdaya yang diminta (Ikan, udang, kayu bangunan, kayu bakar, bibit alam, kepiting, kerang/tude, bibit bakau) X1= Harga X2, X3, ...Xn = Karakteristik sosial ekonomi konsumen/rumah tangga Menduga Konsumen Surplus:

di mana : CS = Konsumen surplus P1 = Harga yang dibayarkan Q(a) = Rata-rata jumlah sumberdaya yang dikonsumsi/diminta X1 = Harga per unit sumberdaya yang dikonsumsi/diminta L = Luas lahan NET = Nilai ekonomi total 3) Optimal Pemanfaatan Sumberdaya Ekosistem Mangrove Optimal pemanfaatan ekosistem mangrove menggunakan pendekatan model rumah tangga (household models) untuk rumah tangga perikanan dengan mengikuti formula:

dimana keuntungan/profit marjinal akibat perubahan output, input, tenaga kerja dan modal. Penggunaan yang optimum apabila first order condition (FOC) sama dengan nol. Perhitungan nilai optimal dari output, input, tenaga kerja dan modal dipecahkan secara numerik dengan perangkat lunak MAPLE 9.5 dimana : = Keuntungan bersih/profit dari responden (Rp per ha) qa = Output (kg per ha) pa = Harga output (Rp per kg) px = Harga input ke-i (Rp per kg)

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

xi = Variabel input ke-i (unit) w = Upah tenaga kerja (Rp per HOK) l = Jumlah tenaga kerja (HOK) zq = Modal tetap (unit) i = Jenis output (hasil perikanan). Penyusunan model di atas, memperlihatkan bahwa fungsi tujuan dari optimalisasi tersebut memaksimalkan keuntungan, yang merupakan selisih dari total penerimaan dari produksi output dengan total biaya yang dikeluarkan dari pemakaian input dan upah tenaga kerja. Koefisien untuk masing-masing variabel merupakan harga atau biaya untuk tiap unit output atau input. Unsur kendala adalah keterbatasan sumberdaya yang merupakan variabel produksi (output), keterbatasan biaya operasional dan biaya tetap, keterbatasan upah tenaga kerja dan keterbatasan modal usaha. Keterbatasan tersebut ditandai dengan pertidaksamaan lebih kecil (<=) dan sama dengan (=). Nilai pemanfaatan sumberdaya dibatasi sesuai dengan total pemanfaatan per hektar per tahun dan per hektar per trip, total pemakaian input per hektar per tahun, total hari orang kerja (HOK) per hektar per tahun. Koefisien untuk masing-masing variabel kendala adalah nilai atau besarnya pemakaian input untuk menghasilkan 1 (satu) satuan output (kilogram atau ekor).

10. Buatlah langkah-langkah optimasi pengelolaan hutan mangrove untuk kegiatan ekowisata? Tahapan optimasi pengelolaan hutan mangrove untuk kegiatan ekowisata dapat dijelaskan seperti langkah-langkah dibawah ini : 1. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Analisis kesesuaian pemanfaatan dalam optimasi pengelolaan hutan mangrove untuk kegiatan ekowisata mencakup : tahapan pertama, penyusunan matriks kesesuaian setiap kategori ekawisata mangrove (penentuan parameter, pembobotan dan pengharkatan); kedua, analisis indeks kesesuaian setiap kategori ekowisata mangrove; dan ketiga, melakukan pemetaan kawasan dengan cara operasi tumpang susun. Terkait dengan kegiatan ekowisata mangrove, parameter utama yang menjadi obyek wisata adalah hutan mangrove (ketebalan, kerapatan dan jumlah jenis mangrove), sedangkan faktor pendukung adalah pasang surut dan keberadaan biota yang berasosiasi dengan mangrove tetapi dapat dijadikan sebagai obyek wisata. Tabel 11. Matriks kesesuaian area untuk ekowisata pesisir kategori wisata mangrove

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

Selanjutnya menentukan indeks kesesuaian pemanfaatan untuk ekowisata mangrove dimodifikasi dari Index Overlay Model dengan formulasi sebagai berikut:

2 Analisis Daya Dukung Ekologi Ekowisata Pesisir Analisis daya dukung ekologi ditujukan untuk menganalis jumlah maksimum wisatawan yang melakukan kegiatan ekowisata bahari dalam suatu kawasan tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem tersebut. Gangguan keseimbangan diakibatkan oleh kerusakan biofisik secara langsung dari wisata bahari dan secara tidak langsung melalui pencemaran. Berdasarkan sumber gangguan ekosistem tersebut, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kawasan obyek wisata yang rentan terhadap kerusakan langsung dan pendekatan maksimum beban limbah. a. Pendekatan Pemanfaatan Kawasan Wisata Meghitung daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata bahari di kawasan terumbu karang, yakni

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

Nilai maksimum wisatawan (K) per satuan unit area (Lt) untuk setiap kategori wisata pesisir disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Potensi maksimum wisatawan perunit area per kategori ekowisata

Selain itu, diperlukan nilai konstanta waktu dalam sehari yang diperlukan oleh setiap wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata pesisir, dimana nilai ini merupakan hasil wawancara terhadap seluruh turis per kategori wisata. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata pesisir disajikan pada Tabel 7. Tabel 7, yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata pesisir

b. Pendekatan Pencemaran Perairan Laut Tahapan analisis daya dukung pendekatan pencemaran perairan laut, meliputi: 7. Identifikasi jumlah penduduk lokal dan turis yang berkunjung di lokasi wisata. 8. Pengambilan sampel dan pengukuran parameter perairan laut (DO, pH dan kekeruhan) per stasiun, serta melakukan analisis laboratorium terhadap sampel air untuk pendugaan parameter BOD5, COD dan NH3 pada kondisi eksisting. 9. Membandingkan hasil pengukuran setiap parameter perairan dengan nilai baku mutu air untuk wisata pesisir (sesuai Kepmen Negara LH No. 51 Tahun 2004) per stasiun pengukuran, dan menjumlahkan hasil perbandingan tersebut. 10. Menjumlahkan rasio baku mutu (rasio =1) untuk keenam parameter pengamatan pada stasiun yang sama. 11. Melakukan analisis regresi linear probabilitas (probit) antara populasi penduduk /wisatawan dengan rasio jumlah hasil perbandingan parameter perairan laut (hasil point 3) dengan jumlah rasio baku mutu (hasil point 4). Model persamaan sederhana yang digunakan adalah:

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

12. Hasil analisis regresi linear (nilai dugaan konstanta, a dan koefisien regresi, b) dari model probit tersebut selanjutnya dilakukan simulasi (pendugaan) besarnya populasi manusia (daya dukung kawasan) yang menyebabkan konsentrasi parameter perairan sama dengan baku mutu wisata pesisir (nilai rasio = 1). 3. Analisis Daya Dukung Sosial dan Ekonomi Daya dukung ekonomi menggunakan pendekatan penawaran dan permintaan, diperoleh dari keseimbangan antara fungsi penawaran dan permintaan yang menghasilkan harga produk wisata pesisir dan jumlah wisatawan yang optimum selama setahun. Perhitungan daya dukung ekonomi dengan pendekatan penawaran secara mikro terkait terkait dengan kegiatan pelayanan wisata oleh perusahaan yang berkonsekuensi pada biaya produksi. Total biaya (TC) yang dikeluarkan perusahaan wisata merupakan fungsi penawaran yang nilainya tergantung dari jumlah kunjungan turis (V) atau secara matematis dituliskan TC = f(V). Berdasarkan hal tersebut, maka analisis daya dukung ekonomi ini didukung oleh analisis biaya marjinal. Biaya marjinal (MC) merupakan rasio perubahan total biaya produksi ekowisata pesisir (TC) dengan perubahan jumlah kunjungan turis (V) atau dapat dituliskan:

Pendekatan permintaan wisata merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk menganalisis besarnya permintaan produk wisata pesisir oleh wisatawan yang dibatasi oleh biaya perjalanan wisata, pendapatan wisatawan, perubahan harga dan faktor lain. Pendekatan permintaan ini dianalisis dengan mengukur besarnya kemampuan membayar (Willingness to Pay, WTP) oleh wisatawan dalam melaksanakan kegiatan wisata pesisir. Metode yang digunakan untuk mengukur WTP yakni metode biaya perjalanan (Travel Cost Method, TCM) guna memperoleh nilai surplus konsumen. Prosedur analisis TCM dapat dilakukan sebagai berikut: 5. Menentukan laju kunjungan wisata (X), yakni rasio antara jumlah pengunjung (Vi) dengan jumlah populasi dalam setahun (Pi) atau X = Vi/Pi. 6. Menduga biaya perjalanan, dengan asumsi bahwa biaya perjalanan per kilometer jarak adalah konstan. 7. Menduga jumlah kunjungan (Vi) berdasarkan fungsi biaya perjalanan (TC), pendapatan (I) dan kualitas obyek wisata (variabel dummy) atau Vi = f (TC, I, D). Pendugaan parameter diperoleh dari hasil analisis regresi berganda. 8. Menduga surplus konsumen, yakni rasio antara jumlah kunjungan dengan nilai parameter regresi untuk biaya perjalanan, atau secara matematis dituliskan

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

4. Analisis Daya Dukung Fisik Daya dukung fisik di sini menunjukkan besaran kawasan yang dapat dipakai untuk infrastruktur/fasilitas wisata tanpa mengganggu kenyamanan penduduk setempat atau wisatawan lain. Standar kebutuhan ruang untuk fasilitas wisata pesisir disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. kebutuhan ruang untuk fasilitas wisata pesisir.

5. Analisis Daya Dukung Gabungan (Optimasi untuk kegiatan ekowisata mangrove) Analisis daya dukung gabungan dilakukan untuk memperoleh satu nilai daya dukung standar yang akan dijadikan sebagai dasar pengelolaan ekowisata pesisir dengan mempertimbangkan empat dimensi yakni ekologi, sosial, ekonomi dan fisik. Pendekatan operasional dalam penentuan daya dukung terintegrasi adalah mengoptimasikan nilainilai parameter teknis dan daya dukung yang telah dihasilkan keempat dimensi. Optimasi keempat daya dukung menggunakan metode linear goal programming, dengan dasar formulasi sebagai berikut:

dimana : DU dan DO Aj (i) X bi

= nilai daya dukung yang belum dicapai dan nilai daya dukung terlampaui dari target (bi) = koefisien fungsi kendala setiap parameter daya dukung = nilai daya dukung yang optimal (gabungan) = nilai target setiap parameter daya dukung.

Beberapa parameter yang mewakili keempat daya dukung yakni:

UJIAN:OPTIMASI

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN

LAUTAN

Nama : Fransiskus Mao tokan NRP : C252110091/SPL

1. Daya dukung (luasan maksimum) kawasan obyek wisata bahari (ekologi) 2. Daya dukung kualitas perairan ekowisata pesisir (ekologi) 3. Perbandingan masyarakat lokal dengan turis (sosial) 4. Jumlah maksimum turis secara ekonomi (ekonomi) 5. Ketersediaan sarana akomodasi (fisik)

You might also like