Professional Documents
Culture Documents
Kepemimpinan kerap disoroti sebagai penyebab krisis multidimensi bangsa Indonesia. Pertanyaanya, apakah sesungguhnya yang menjadi masalah dengan kepemimpinan? apakah para elit pemimpin nasional kurang mampu dan terampil memimpin? Kalau kepemimpinan disoroti dari aspek kompetensi dan kecakapan memimpin, yang menjadi bagian dari unsur kepemimpinan, hampir pasti, kita tidak kekurangan pemimpin-pemimpin yang mampu dan terampil. Aspek yang hilang dari ciri kepemimpinan itu ialah soal karakter. Meminjam perkataan Robert Greenleaf, seorang pemikir kepemimpinan, bahwa banyak pemimpin kita lebih memilih untuk menjadi kritikus dan ahli, daripada menjadi pemimpin sejati/berkarakter. Kepemimpinan: Tiga C Pengertian kepemimpinan, kalau dicermati memiliki banyak batasan. Namun, secara ringkas, Kepemimpinan itu terdiri dari unsur-unsur seperti: kompetensi, keterampilan dan karakter. Barna, seorang ahli kepemimpinan, merumuskan kepemimpinan sebagai tiga C, yakni (call/panggilan, character/karakter, dan competencies/kemampuan). Jika ada yang perlu ditambahkan dari rumusan ini, mungkin itu aspek akibatnya, atau hasil dari kepemimpinan. Sebab, Kepemimpinan itu pada akhirnya diukur bukannya menurut keterampilan sang pemimpin, melainkan dari hasil-hasil yang dicapai sang pemimpin. Sebagaimana dipaparkan ahli manajemen, Peter Drucker bahwa, Kepopuleran bukanlah kepemimpinan. Tetapi hasil yang dicapai itulah kepemimpinan. Semua kemampuan fungsional tidak ada gunanya sama sekali jika rakyat, bangsa, dan negara tidak terangkat harkat-martabat dan kedaulatannya. Karakter Kepemimpinan Inti atau karakter dalam kepemimpinan adalah: kredibilitas, kejujuran, integritas, kebijaksanaan, dan pengorbanan. Karakter-karakter inilah yang menjadi pilar dan fondasifondasi utama kepemimpinan sekaligus dasar di mana hubungan antara pemimpin dan pengikutnya (baca: rakyat) dibangun. Kalau diumpamakan seperti manusia yang terdiri atas badan dan jiwa, posisi atau jabatan formal seorang pemimpin adalah badan, sedangkan roh kepemimpinan adalah jiwa. Posisi seorang pemimpin tidak akan memiliki arti dan makna apa-apa tanpa roh kepemimpinan. Karakter-karakter ini yang hampir absen dari praktek kepemimpinan kita. Kenneth Blanchard mengatakan bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati
Menemukan Pemimpin Berkarakter Ditengah krisis pemimpin berkarakter dan kegalauan kita dengan situasi bangsa saat ini, sangat mendesak untuk mencari dan menemukan pemimpin-pemimpin berkarakter. Kazuo Inamori, salah satu guru manajemen terkemuka abad ini menunjukkan, kunci keberhasilan hidup yang sesungguhnya terletak pada attitude, karakter atau watak. Setelah watak, baru keberanian (courage) dan kemampuan (ability). Kepintaran, kompetensi, inteligensia, bahkan kerja keras sekalipun tak akan pernah membuat sebuah bangsa menjadi kuat dan disegani tanpa pemimpin dan rakyat yang berkarakter. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil studi maupun pengalaman empirik bangsa Jepang yang mampu melahirkan pemimpin-pemimpin berkarakter kuat. Sebut saja Saigo Takamori, salah satu negarawan terkemuka Jepang pada abad ke-19. Menurut Takamori, pemimpin yang kuat tak bisa hanya bermodal kepintaran, karena jika itu yang menjadi dasar kepemimpinan, maka yang didapat hanyalah kekuasaan yang beralaskan uang. Namun, jika yang dicari adalah pemimpin yang berwatak (noble character), maka yang akan didapat lebih dari sekadar uang, yakni martabat. Character Building Selain mencari dan menemukan pemimpin-pemimpin yang memiliki karakter terpuji, agenda utama yang harus diprioritaskan kepemimpinan nasional sekarang dan ke depan adalah pengembangan karakter bangsa (character building). Ketahanan sebuah bangsa terjadi manakala pemimpin dan rakyatnya memiliki karakter yang kuat. Kita bisa bandingkan, misalnya dengan negara-negara seperti Jepang, AS dan Eropa serta kini disusul oleh Korea Selatan dan China. Mereka meraih kemajuan dan kejayaan, antara lain, karena bangsa-bangsa tersebut memberi perhatian lebih pada pembangunan karakter masyarakat dan bangsanya. Sepertinya, ada semacam hukum alam bahwa bangsa yang kuat (ketahanannya) serta maju dan jaya (pencapaian pembangunannya) itu tidak semata-mata disebabkan oleh kompetensi, kecanggihan teknologi, dan kekayaan sumber daya alamnya, tetapi yang utama dan terutama justeru lebih disebabkan oleh dorongan semangat dan karakter bangsanya. Pembangunan karakter bangsa (nation and character building) yang dilakukan dari bawah dan keteladanan nyata dari atas serta dilakukan secara berkelanjutan itu pula yang sesungguhnya telah diwasiatkan oleh the founding fathers kita. Karakter yang menjadi jiwa bangsa yang berbudaya unggul diharapkan menjadi identitas dan jati diri bangsa- negara Indonesia. Sebuah wasiat yang dulu kerap ditegaskan oleh the founding fathers kita, bahwa tugas berat bagi kita dalam mengisi kemerdekaan adalah mengutamakan pelaksanaan nation and character building.
JIWA KEPEMIMPINAN Kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang agar bisa memimpin bawahannya di dalam suatu organisasi dan mencapai tujuan bersama. Apabila disuatu organisasi tidak memiliki pemimpin, maka apa yang akan terjadi? ya, tentu saja setiap orang yang tergabung dalam organisasi tersebut akan merasa memiliki kekuasaan untuk memerintah atau merasa memiliki kedudukan yang tertinggi dan bisa dipastikan tujuan yang akan dicapai tidak akan terpenuhi. Jika dilihat dari sejarah, kepemimpina itu ada sejak dulu, sejek nenek moyang kita menjalin kerja sama antar manusia, sejak terjalinnya usaha bersama untuk mencapai kebutuhan bersama dan sejak saat itulah dibutuhkan pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan. Tapi dapat dilihat dari kenyataan yang ada pada saat ini, banyak seorang pemimpin yang salah menggunakan jabatannya dan banyak juga seorang pemimpin tetapi tidak memiliki jiwa kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan itu mungkin saja ada apabila seseorang memiliki kewibaawaan, kepercayaan diri, kecerdasaan, bertanggung jawab, bisa mengerti karakteristik dari bawahannya dan bisa mendengarkan masukan dari siapa saja. Jiwa kepemimpinan juga bisa dilihat dari tipologi kepemimpinan(Siagian,1997), yaitu : Tipe Otokratis. Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum. Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan; Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; Sukar menerima kritikan dari bawahannya; Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan. Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya; dan sering bersikap maha tahu. Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebabsebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ganteng. Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis. Menurut teori social kepemimpinan setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui proses pendidikan dan pengalaman yang cukup. Yang berarti setiap orang berhak dan bisa menjadi seorang pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan yang baik.
Apa sih kepemimpinan itu? Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. Atau dengan kata lain, inti kepemimpinan adalah mempengaruhi dan mendapatkan pengikut. Lantas siapa pemimpin itu? Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Pemimpin adalah mencapai seseorang tujuan yang aktif membuat rencana-rencana, menjadi yang mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk bersama-sama. Pemimpin selalu terdepan (teladan); menerima efek positif dari semua tidakannya, atau juga sebaliknya, menanggung resiko atas semua tindakan yang telah diambil. Bagaimana caranya menjadi seorang pemimpin yang ideal? Menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah. Sebab sikap-sikap kepemimpinan bukan diperoleh dari bakat sejak lahir, ataupun dengan mempelajarinya selama beberapa jam pertemuan. Sikap kepemimpinan merupakan sebuah proses yang terus menerus dipelajari dalam tahapan menjadi seorang pemimpin. Jadi sikap kepemimpinan dalam diri seseorang bukan sesuatu yang sifatnya pasti, tetap atau juga stagnan. Sikap itu terus membangun diri melalui serangkaian tempaan, sejalan
dengan semakin matangnya pola pikir serta kedewasaan sikap. Sikap itu bukan sesuatu yang bisa mencapai tahap finish. Serangkaian proses yang tak pernah usai tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu menjadi pemimpin yang sesungguhnya. Lalu, bisakah seseorang menjadi pemimpin yang sesungguhnya? Pemimpin yang sesungguhnya atau lumrah disebut sebagai pemimpin ideal dalam arti paling klasik adalah seorang pemimpin yang mampu menjalankan fungsi dan perannya, yang tak lain adalah mengatur. Setidaknya dalam ranah ideologis memang demikian, namun akan memperoleh perluasan jika dibenturkan dalam ranah praktis. Apa yang diajarkan Ki Hajar Dewantara setidaknya bisa menjawab permasalahan ini. Seorang pemimpin adalah; Ing ngarso sung tuladha (di depan sebagai contoh), ing madya mangun karso (di tengah memberi semangat), tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan). Setidaknya ada empat kualitas pemimpin yang mesti kita pelajari untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dalam diri kita. 1) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus dengan cepat memahami kebutuhan orang-orang dan memenuhinya. Sebagai contoh, seorang pedagang harus dengan cepat memahami kebutuhan para produsen, konsumen dan situasi terkini dalam pendistribusian order agar dapat meraih sukses dalam bisnisnya. Ketika kita melakukan suatu bisnis di pasar dunia, perluasan kapasitas produksi tidak akan menjamin kesuksesan dalam bisnis kita. Ketika melakukan produksi, kita harus memahami dan menganalisa status produksi dari barang-barang di seluruh dunia dan berdasarkan itu kita harus mencocokkannya dengan pabrik kita. Hanya analisa yang teliti dan pemahaman yang sepenuhnya yang dapat membawa kesuksesan. Sama seperti hal di atas, mereka yang kurang memiliki kemampuan dalam memahami dan menganalisa kebutuhan orang lain tidak dapat menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus terus menerus tanggap dan harus bisa menganalisa. Apa yang dibutuhkan pasar? Apa yang sedang mereka pikirkan? Dalam hal apa mereka membutuhkan pembaharuan? Pertanyaan-pertanyaan ini harus selalu ada di dalam pikiran para pemimpin.
2) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus memiliki kemampuan untuk membuat/membantu orang lain sukses. Di antara berbagai macam tipe pemimpin, ada tipe pemimpin otoriter. Para pemimpin otoriter tidak mempedulikan ide-ide atau pendapat dari orang yang berada di bawahnya. Para pemimpin tipe ini menyuruh orang-orang agar mematuhi perintah-perintahnya. Mereka ini akan memanfaatkan bawahan mereka, lalu mengabaikannya. Tipe lainnya yaitu tipe pemimpin mekanis. Mereka ini sangat terikat dengan aturan-aturan yang mereka ikuti. Tipe pemimpin seperti ini telah kehilangan rasa kemanusiaannya dan menjadi mesin virtual. Pemimpin seperti ini tidak dapat membantu orang lain agar menjadi sukses. Ada beberapa pemimpin yang dengan senang hati membantu orang lain agar menjadi sukses. Menolong orang lain bukan berarti mengambil orang-orang dari jalanan dan mentoleransi kemampuan mereka yang kurang. Seorang pemimpin yang mampu membantu orang lain agar menjadi sukses mula-mula harus mampu mengevaluasi orang lain, kemudian mengarahkan mereka kepada tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan demikian, mereka dapat bekerja dengan senang hati dan mendapatkan kesempatan untuk dipromosikan. Memastikan bahwa orang yang tepat telah ditempatkan di tempat yang tepat (the right man on the right place) merupakan tanggung jawab seorang pemimpin. Untuk melakukan hal ini, seorang pemimpin harus mempunyai minat dan fokus yang tetap terhadap orang-orang yang mereka pimpin. Dengan melihat talenta yang berbeda-beda di dalam diri tiap-tiap orang, seorang pemimpin harus mampu mendorong mereka untuk mengembangkan talentanya. Apabila sang pemimpin menemukan bahwa seseorang sedang berusaha dan sedang berjuang dengan pekerjaan yang sebenarnya tidak cocok untuknya, maka pemimpin tersebut harus mencarikannya pekerjaan baru. Sedangkan terhadap orang-orang yang kurang mempunyai kemampuan, sang pemimpin harus mendorong dan mengajari mereka sehingga mereka menjadi mampu untuk melakukan pekerjaannya. Kita semua harus mempraktekkan kepemimpinan yang seperti ini. 3) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus selalu memiliki semangat untuk mempelopori (pioneer) dan harus selalu
bergerak maju. Kebanyakan orang hanya diam di tempat, mereka hanya berusaha agar keadaan tetap seperti itu. Ini dikarenakan mereka lebih memilih untuk amannya saja daripada hidup dalam ketidakpastian. Apabila seorang pemimpin hanya mencari rasa aman saja sewaktu ia memimpin suatu kelompok, maka ia telah kehilangan tujuannya sebagai seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang ideal harus mempunyai sifat petualang dan agresif. Ide-ide baru harus dipikirkan dan diterapkan dan meskipun dan ide-ide tersebut oleh mungkin sejumlah mengakibatkan Pertumbuhan ketidakpastian membawa diikuti resiko/bahaya.
perkembangan
selalu
resiko/bahaya. Seorang pemimpin harus terus mengembangkan dan memperluas dirinya agar dapat menjadi pemimpin yang lain daripada yang lain. Saya telah banyak membaca profile para pemimpin yang terkenal di dunia, dan saya menemukan bahwa mereka semua mempunyai satu persamaan yaitu mereka semua terlihat sedikit fanatik di dalam beberapa hal tertentu. Mereka kadang-kadang mengatakan hal-hal yang sulit dimengerti dengan sudut pandang biasa. Mereka semakin menjauh dari realita dan menemukan hal-hal yang baru untuk dikerjakan. Oleh karena itu, orang-orang yang berpegang pada realita akan mengalami kesulitan untuk memahami mereka. Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, pikiran kita harus lebih maju daripada orang lain, dan kita harus menjadi pemimpin yang selalu bekerja keras. Oleh karena itu, kita harus memiliki visi dan misi yang jauh ke depan dan berusaha keras untuk meraihnya dengan segala usaha. Maka kita dapat menjadi pemimpinpemimpin yang ideal. 4) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus
menginvestasikan semua usaha kita untuk pengembangan diri. Kita harus membayangkan seberapa banyak kita telah mengembangkan dan meningkatkan diri sejak tahun lalu sambil bertanya pada diri kita, Apa yang bisa saya lakukan untuk menjadi seorang pemimpin yang lebih baik lagi? Bagaimana caranya agar saya dapat menjalankan tugas saya sebagai pemimpin dengan lebih efektif? Selain itu, kita harus melakukan yang terbaik untuk pengembangan diri kita. Saya menghabiskan banyak energi untuk melakukan pengembangan dan peningkatan diri. Saya selalu berpikir tentang bagaimana cara
meningkatkan
dan
mengembangkan
diri
saya
sendiri
dalam
kehidupan sehari-hari. Lihatlah para CEO atau para eksekutif perusahaan. Tentu saja mereka sangat sibuk dengan pekerjaan mereka. Tetapi jika kita melihat mereka lebih dekat, kita akan terkejut karena kita akan menemukan bahwa mereka banyak menghabiskan sendiri untuk waktu mereka untuk mengembangkan yang dan perlu meningkatkan diri. Ketika kita tidak bisa merefleksikan pada diri kita menemukan kelemahan-kelemahan diperbaiki, maka kita akan menemukan bahwa kita tidak akan mampu memimpin. Menjadi seorang pemimpin ideal memang sulit dan memerlukan proses belajar yang sangat panjang, namun bukan berarti tidak mungkin. Pada dasarnya manusia adalah pemimpin, setidaknya menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan idiom bahwa tiap manusia akan menanggung sendiri atas apa yang telah mereka lakukan. Jadi di sini manusia dituntut untuk bisa mengontrol dirinya agar tetap pada koridor dan nilai-nilai tertentu.
JIWA KEPEMIMPINAN
Setiap orang yang telah diciptakan oleh Sang Penguasa tentunya mempunyai jiwa kepemimpinan, baik itu seorang yang mempunyai kedudukan tinggi maupun berkedudukan rendah sekalipun pasti mempunyai yang namanya jiwa kepemimpinan, baik itu memimpin jiwa sebagai makhluk yang bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri (pribadi) maupun bagi seorang yang mempunyai banyak pengikut. Secara garis besar jiwa kepemimpinan ini timbul akibat dari rasa tanggungjawab atas sesuatu yang dirasa harus diurus guna untuk memberikan kenyamanan bagi orang lain yang tengah kita pimpin dalam wadah kelompok untuk mencapai kemakmuran bersama dan jiwa kepemimpinan ada untuk memberikan motivasi kepada orang lain yang tengah kita pimpin. Seorang pemimpin harus bekerja bersama-sama dengan orang lain atau bawahannya, untuk itu diperlukan kemampuan memberikan motivasi kepada bawahan. Menurut Wahjosumidjo (1984), kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat bergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan, kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri. Seorang pemimpin memberikan arahan berupa motivasi kepada pengikut melalui gaya kepemimpinan yang baik dan tentu mempunyai tujuan yaitu menghasilkan pencapaian tujuan kelompok dan tujuan individu. Dengan begitu pengikut yang termotivasi akan berusaha mencapai tujuan secara sukarela dan selanjutnya menghasilkan kepuasan. Kepuasan mengakibatkan kepada perilaku pencapaian tujuan yang diulang kembali untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Berdasarkan atas Teori Sifat Kepemimpinan Teori sifat mengasumsikan kepemimpinan tidak dilahirkan dan tidak dapat dibuat. Kepemimpinan terdiri dari karakter dan sifat yang diturunkan. Karakter dan sifat tersebut yang membedakan seseorang sebagai pemimpin. Gheselli yang dikutip dari Manning dan Curtis (2005) mengidentifikasikan sifat kepemimpinan yang efektif, sebagaimapana dalam penjabaran sebagai berikut: 1. Need for achievement Seorang pemimpin harus bertanggung jawab dan bekerja keras agar berhasil. 2. Intellegence Pemimpin harus memiliki pertimbangan, alasan, dan pemikiran yang baik.
3. Decisiveness Seorang pemimpin harus mampu membuat keputusan tanpa keraguan. 4. Self Confidence Seorang pemimpin harus memiliki kesan positif sebagai seorang yang memiliki kemampuan. 5. Initiative Pemimpin harus menjadi acuan, melakukan pekerjaan dengan pengawasan yang minimal. 6. Supervisory Ability Pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas secara baik kepada bawahannya. Lebih lanjut Manning dan Curtis menyatakan bahwa sepuluh kualitas yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk membantunya dalam proses kepemimpinan: 1. Visi Syarat utama menjadi seorang pemimpin adalah memiliki visi yang baik. Visi menginspirasi yang lain dan menyebabkan seorang pemimpin dapat melakukan tugasnya. Kemampuan Seorang pemimpin harus memiliki pemahaman yang baik atas pekerjaanya. Karyawan biasanya menunjukkan kesabaran kepada seorang pemimpin yang baru, tetapi mereka akan kehilangan kepercayaan kepada seorang pemimpin yang gagal dalam melaksanakan tugasnya Antusiasme Ciri dari seorang pemimpin yang baik yaitu memiliki antusiasme yang kuat. Antusiasme yang ditunjukkan seorang pemimpin membangkitkan antusiasme bagi pengikutnya. Stabilitas Seorang pemimpin harus memiliki profesionalisme, dengan membedakan masalah perusahaan dengan masalah pribadi. Memahami Sesama Seorang pemimpin tidak boleh merendahkan bawahannya atau memperlakukan mereka seperti mesin. Seorang pemimpin harus memahami kesejahteraan bawahannya. Pengertian terhadap orang lain membutuhkan kesabaran dan kemauan untuk mendengarkan permasalahan bawahannya. Percaya Diri Apabila seorang pemimpin kurang percaya diri, karyawan akan mempertanyakan otoritasnya, bahkan mengabaikan perintah. Ketekunan Seorang pemimpin memiliki kebulatan tekad dan ketekunan untuk menyelesaikan suatu masalah yang sulit. Vitalitas Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan dan stamina yang prima dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin. Karisma Seorang pemimpin harus memiliki karisma yaitu kemampuan untuk menarik perhatian pegawainya dan membuat mereka mengikutinya. Integritas Syarat paling penting seorang pemimpin adalah integritas, yaitu: kejujuran, karakter yang kuat, dan keberanian. Tanpa integritas maka tidak ada kepercayaan. Kepercayaan memimpin kepada rasa hormat, loyalitas, dan tindakan.
2.
3.
4. 5.
6. 7. 8. 9. 10.
Tipe-Tipe Kepemimpinan
Setelah kemaren membahas tentang Definisi Kepemimpinan, maka pada kesempatan kali ini saya juga akan membahas mengenai Tipe-Tipe Kepeminpinan, yang mana tipe kepemimpinan sering kali menjadi perdebatan para tokoh-tokoh besar. Karena kepemimpinan sangat berguna sekali dalam kehidupan kita, minimal bagi seorang laki-laki nantinya akan memimpin sebuah keluarga. Langsung saja tidak usah terlalu panjang basa-basinya, Menurut beberapa kelompok sarjana (dalam Kartono, 2003); Shinta (2002) membagi Tipe Kepemimpinan berbagai macam.
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator) Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh. 5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau. 6. Tipe Kepemimpinan Populistis Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme. 7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokratteknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat. 8. Tipe Kepemimpinan Demokratis Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masingmasing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masingmasing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.
kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji. GAYA KEPEMIPINAN DIPLOMATIS Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya. Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin. GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya. GAYA KEPEMIMPINAN MORALIS Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.
mengajar sementara eksekusi final mengenai proses kelulusan siswa masih ditentukan oleh pusat dengan sistem yang sama.
DEWAN PENDIDIKAN SULTRA DUKUNG PENGHAPUSAN RSBI (Humas Kemenag Sultra) - Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait penghapusan penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) didukung Ketua Dewan Pendidikan Sulawesi Tenggara (Sultra) Prof. DR. H. Abdullah Alhadza. Saya setuju dengan adanya pembubaran RSBI, sebab mahal, membebani masyarakar, ujar Abdullah, akhir pekan lalu. Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK) ini menganggap, biaya yang dikeluarkan siswa yang bersekolah di RSBI tergolong mahal. Padahal dengan biaya yang mahal, menurutnya belum menjamin kualitas yang baik. Seperti diketahui, MK mengabulkan permohonan uji materi Pasal 50 ayat 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Putusan tersebut terkait dengan penghapusan RSBI di Indonesia. Ia menyatakan, sekolah RSBI tidak memberi banyak perubahan, bahkan menimbulkan perbedaan antara sekolah RSBI dengan regular hanya terletak pada keunggulan fasilitas saja. Selain itu memberikan pengaruh pada psikologi para siswa-siswi di sekolah tersebut. Menurutnya, jelas terlihat garis pemisah atau diskriminasi antara siswa yang mampu dengan yang kurang mampu. Keadaan ini sangat berpengaruh pada jiwa dan psikologi peserta didik. Sejak dahulu, saya selalu menyampaikan tidak setuju dengan RSBI. Namun semangat di balik tujuan tersebut sangat diberi dukungan, karena semua terkait dengan pertarungan bangsa di mata internasional. Seperti yang telah ada saat ini, misalnya Bandara Internasional, Rumah Sakit Bertaraf Internasional dan lain-lain, sehingga lahir pula pendidikan dengan standar internasional. Namun, dengan adanya RSBI dianggap oleh sebagian masyarakat dengan sikap diskriminasi terhadap pendidikan di negara ini, terangnya. Adanya RSBI yang diterapkan, terdapat beberapa sekolah dengan dalih RSBI melakukan tindakan yang semena-mena. Tapi ide dari program tersebut sebenarnya untuk kualitas pendidikan yang baik, dan untuk mendapatkan pendidikan yang baik pula harus sejajar dengan biaya yang dikeluarkan. Ia juga menyatakan, dirinya setuju dengan pembubaran RSBI bukan berarti tidak mendukung dengan peningkatan kualitas pendidikan. Hanya saja, kata dia, meningkatkan kualitas pendidikan bukan berarti mencekik leher masyarakat dengan biaya tinggi, padahal mereka juga memiliki hak memperoleh pendidikan sebagaimana diatur dalam UUD 45. (KE)
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang penghapusan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), disikapi oleh berbagai pihak, tidak terkecuali legislator yang bertugas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Medan. Seperti ungkap Wakil Ketua Komisi B DPRD Medan Drs Paulus Sinulingga, perlu adanya penyesuaian dari pemerintah dalam menyikapi putusan MK tentang penghapusan RSBI tersebut. "Saya pikir perlu ada penyesuaian dari pemerintah di semua tingkatan dalam menyikapi putusan MK tentang penghapusan RSBI tersebut,"ujar Paulus Sinulingga kepada wartawan di gedung sementara DPRD Medan Jalan Gunung Krakatau Rabu (16/01/2013) Sebab lanjut anggota Fraksi Partai Damai Sejahtera (F-PDS) DPRD Medan ini, tujuan penghapusan RSBI tersebut adalah agar tidak ada diskriminasi dalam memperoleh pendidikan. Sebab selama ini sebagaian masyarakat menilai ada diskriminasi dalam memperoleh pendidikan, karena RSBI mempunyai nilai plus, RSBI hanya diperuntukkan khusus bagi orang-orang mampu. Sehingga bagi masyarakat yang mempunyai penghasilan pas-pasan merasa tertinggal. Sepertinya ada semacam perlakuan istimewa bagi siswa yang masuk dalam kelas RSBI ini, akibatnya timbul kesannya ada diskriminasi dalam memperoleh pendidikan di negera ini, ungkap Paulus. Karenanya pemerintah di semua tingkatan harus berupaya mengakomodir hak-hak masyarakat dalam memperoleh pendidikan, pemerintah harus memberlakukukan sama kepada lapisan masyarakat dalam pendidikan, sebut Paulus. Untuk itu pemerintah harus merespon keputusan MK ini dengan mengimplementasikannya melalui Peraturan Pemerintah (PP) bagi Pemerintah Pusat dan Peraturan Daerah (Perda) bagi Pemerintah Daerah (Perda), imbuh Paulus.
Seperti diketahui, MK telah menetapkan untuk mengabulkan permohonan uji materi atas Pasal 50 ayat 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur soal Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Dampak dari keputusan itu adalah dihilangkannya RSBI dalam sistem pendidikan di Indonesia. Putusan ini dikeluarkan oleh MK setelah menimbang bahwa keberadaan RSBI dan SBI tidak sesuai dengan konstitusi yang ada. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah biaya yang mahal mengakibatkan adanya diskriminasi pendidikan. Selain itu, pembedaan antara RSBI-SBI dan non RSBI-SBI menimbulkan adanya kastanisasi pendidikan. Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam tiap mata pelajaran di sekolah RSBI-SBI juga dianggap dapat mengikis jati diri bangsa dan melunturkan kebanggaan generasi muda terhadap penggunaan dan pelestarian bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa.
Namun bagi kami prinsipnya mau RSBI, mau nggak, yang penting kita komitmen di sekolah ini bagaimana mencerdaskan anak bangsa, ujarnya. Dia juga menepis anggapan kalau sekolah RSBI itu mahal dan eksklusif. Seperti untuk sekolah kami ini tidak hanya menampung siswa yang mampu, tetapi ada juga kuota bagi yang tidak mampu. Untuk tahun ini saja 15 anak yang nilainya baik dan tidak mampu dibebaskan dari biaya. Perlakuan terhadap mereka pun sama dengan yang lain, ujarnya. Di sisi lain, Hendro mengimbau sekolah-sekolah yang masih tertinggal untuk tidak malu dan mau melakukan studi banding ke sekolah yang sudah memiliki konsep dan manajemen bagus. Sehingga hal itu juga bisa diterapkan di sekolahnya. Dengan begitu, pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia bisa tercapai, tuturnya. Dia mencontohkan sekolahnya yang terbuka menerima sekolah mana pun yang mau belajar, baik mengenai proses pembelajaran hingga penggunaan sarana teknologinya. Dan itu tidak ditarik biaya. Semuanya gratis. Siapa pun dipersilakan studi banding ke sisni. Jadi yang terpenting sekarang komitmen sekolah untuk mengembangkan kualitasnya, tandas Hendro. Seperti kami yang memiliki sekolah binaan di Lemong, Lampung Barat. Jadi guru-guru di sekolah itu kami ajak ke sini untuk belajar dan kami juga ke sana memberikan pelatihan. Nah kalau mau bagus kan sekolah harus seperti itu, menjalin kerja sama atau melakukan pembelajaran di sekolah yang lebih dahulu maju, imbuhnya. Sebelumnya, Kepala SMPN 2 Bandarlampung Euis Tati Darnati mengatakan bahwa sekolah yang sudah unggulan itu harus tetap unggul. Apa pun namanya. Jadi sekolahsekolah harus mempertahankan prestasi. Walaupun namanya bukan lagi SBI, RSBI, sekolah itu harus unggul. Kualitasnya harus terus ditingkatkan. Seperti sekolah kami yang lulusannya 100% diterima di SMA unggulan. Inilah yang harus dipertahankan, singkatnya. Sementara, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Bandarlampung Tatang Setiadi menjelaskan bahwa pihaknya masih menunggu petunjuk dari pusat mengenai kelanjutan dari putusan MK ini. Namun sebenarnya kalau RSBI-nya sih nggak salah. Tetapi mungkin karena dianggap masyarakat terlalu eksklusif dan biayanya mahal sehingga menjadi sorotan, ujarnya kemarin. Tetapi apa pun nanti perubahan yang dilakukan, tegas dia, semangat RSBI jangan dihilangkan. Yaitu semangat untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas serta memiliki iman dan takwa, pungkasnya. Sedangkan Sekretaris Dinas Pendidikan Lampung Ir. Siti Maidasuri, M.Pd. mengungkapkan, dari informasi yang diperolehnya, nantinya sekolah-sekolah yang status RSBI atau SBI-nya dihapus itu tetap menjadi unggulan. Artinya nanti bisa saja kalau di sini SMPN 1 Unggulan atau SDN 2 Rawalaut Unggulan. Jadi sebenarnya tidak terlalu masalah. Yang penting, semangat untuk meningkatkan kualitas pendidikan harus terus dijaga, ucapnya.
Sebab anak-anak yang memiliki potensi, baik di bidang akademik maupun nonakademik, harus dibina secara maksimal. Kalau tidak, imbuh dia, perkembangan mereka tak akan optimal. Karena itu, keberadaan sekolah unggulan sangat penting karena orientasinya mutu, bukan kuantitas. Layanannya pun individual. Sehingga setiap potensi yang dimiliki anak harus bisa dikembangkan seluruhnya, ujar dia. Untuk hal itu, imbuh Maidasuri, memang dibutuhkan biaya yang tak sedikit. Sebab, proses pembelajarannya sudah menggunakan teknologi informasi dan sarana-prasarananya unggul, ucapnya. Untuk di Lampung sendiri, lanjut dia, ada sekitar 30 RSBI. Rinciannya untuk SD ada 7 sekolah, SMP (8), SMA (8), dan SMK (7). Sekolah-sekolah itu tersebar di kabupaten/kota di provinsi ini. Seperti Bandarlampung, Pringsewu, Metro, Lampung Utara, dan Lampung Barat, pungkasnya.