You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dalam suatu lingkup pendidikan diperlukan suatu proses belajar mengajar yang yang sangat efektif karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk menguasai 3 aspek dalam belajar yakni psikomotor, afektif, dan kognitif. Di sisi lain siswa juga diharapkan mampu menguasai semua materi pelajaran yang diberikan oleh guru, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seorang guru ikut terlibat di dalam mengantarkan anak didiknya menuju kesuksesan. Di era sekarang ini telah ditrepkan "Mastery Learning" untuk belajar tuntas. Tujuan diadakannya sistem pembelajaran tuntas tersebut diharapkan terciptanya suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang belajar tuntas "Mastery Learning". 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah, yakni: 1.Bagaimana sikap guru menghadapi Murid pandai dan murid bodoh? 2. Apakah pengertian dari belajar tuntas (Mastery learning)? 3.Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengusaan penuh? 4.Apa saja usaha untuk mencapai penguasaan penuh? 5.Apa saja syarat dan prasyarat belajar tuntas? 6.Apa hasil dari belajar tuntas?

1.3.Tujuan Masalah 1.Untuk mengetahui sikap guru menghadapi Murid pandai dan murid bodoh 2. Untuk mengetahui tentang pengertian dari belajar tuntas (Mastery learning) 3.Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengusaan penuh 4.Untuk mengetahui usaha untuk mencapai pengusaan penuh 5.Untuk mengetahui syarat dan prasyarat belajar tuntas 6.Untuk mengetahui hasil dari belajar tuntas

BAB II PEMBAHASAN 2.1.Murid Pandai dan Murid Bodoh Tiap guru yang menghadapi kelas baru,lebih dahulu sudah

menerima,berdasarkan pengalamannya bahwa murid-murid dalam kelas itu tidak sama pandainya.Seperempat atau sepertiga termasuk golongan anak pandai,dan seperempat sampai sepertiga termasuk golongan anak yang bodoh. Dalam pendirian guru untuk murid untuk membagi murid-murid dalam kelas menurut kategori pandai,sedang,dan bodoh.Guru itu di dukung oleh distribusi intelegensi menurut kurva normal menurut statistik.Kurva normal telah cukup terkenal dan kita percaya akan kebenarannya,juga dalam distribusi angkaangka untuk setiap mata pelajaran.Berdasarkan distribusi intelegensi menurut kurva normal,guru menganggap angka-angka wajar bila hanya sebagian kecil dari murid-murid memperoleh angka yang baik. Menurut skala sepuluh angka yang dapat diberikan adalah adalah angka 1 sampai 10.Dalam praktek angka tertinggi biasanya angka 8,walaupun seringkali ada guru yang memberikan angka 9,sedangkan angka 10 hampir tak pernah kelihatn daalm buku raport seseorang.Dalam hal ini guru-guru kita sekarang masih terpengaruh oleh ucapan guru zaman kolonial bahwa angka 10 untuk Tuhan,anga 9 untuk guru dan anga tertinggi bag murid adalah angka 8. Pada umumnya distribusi angka yang diberikan oleh guru berlatar belakang prinsip kurva normal yaitu angka terendah bisa diberi 4 atau 5 sedangkan angka tertinggi di beri 7 atau 8.Tiap guru mempertahankan distribusi angka tersebut.Walaupun distribusi angka tidak di tentukan suatu

peraturan,namun distribusi tersebut sudah menjadi kebiasaan dan akhirnya dianggap wajar,jadi diharapkan akan didapati dalam setiap kelompok murid.Guru menganggapnya wajar,demikian pula murid dan orangtua dan juga pihak inspeksi.

Fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi.Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu.Apa yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua anak. Tujuan guru mengajar adalah agar bahan yang disampaikan dikuasai sepenuhnya oleh semua murid,bukan hanya oleh beberapa orang saja yang diberikan angka tinggi.Pemahaman harus penuh,bukan tiga seperempat,setengah atau seperempat saja.Jika didasarkan hasil pelajaran pada kurv normal berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari anak-anak yang kita harapkan dapat memahami pelajaran kita sepenuhnya.Sebagian besar sesungguhnya tidak menguasainya. Hasil belajar menurut kurva normal sesungguhnya menunjukkan suatu kegagalan,karena sebagian besar anak-anak tidak mengerti betul apa yang di ajarkan.Guru yang baik harus meninggalkan dan menanggalkan kurva normal sebagai ukuran keberhasilan proses mengajar-belajar.Meninggalkan patokan itu akan membuka jalan baru ke arah prestasi yang lebih tinggi yang mendorong guru untuk mencari macam-macam usaha-usaha untuk membantu murid-murid secara individul. Murid-murid berbeda secara individual dalam caranya belajar.Perbedaan individual ini harus dipertimbangkan dalam strategi mengajar agar setiap anak dapat berkembang sepenuhnya serta menguasai bahan pelajaran secara tuntas.Bahwa tujuan ini tidak mudah dan dapat dipahami.Namun ini merupakan suatu tantangan bagi setiap guru yang ingin pekerjaannya benar-benar sebagai suatu profesi. 2.2.Belajar Tuntas Tujuan proses mengajar-belajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid.Ini disebut mastery learning atau belajar tuntas,artinya penguasaan penuh.Cita-cita ini hanya dapat dijadikan tujuan apabila guru meninggalkan kurva normal sebagai patokan keberhasilan mengajar.
4

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR TUNTAS Para pengembang konseb belajar tuntas mendasarkan pengembangan

pengajarannya pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasai sebagian terbesar bahan yang diajarkan. Menurut konsep di luar belajar tuntas, penyebaran siswa dalam kelas mengikuti kurva normal, yaitu sebagian kecil siswa (sekitar 17%) menguasai sebagian kecil bahan ajaran, sebagiam besar siswa (sekitar 66%) menguasai sebagian besar bahan, dan sebagian kecil lagi siswa (sekitar 17%) menguasai hampir seluruh bahan, menjadi tugas guru untuk merancang pengajarannya sedemikian rupa sehingga sebagian besar siswa dapat menguasai hampir seluruh bahan ajaran 2. Guru menyusun strategi pengajaran tuntan mulai dengan merumuskan tujuan khusus yang hendak dikuasai oleh siswa. Guru juga menetapakan tingkat penguasaan yang harus dicapai siswa. 3. Sejalan dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajar menjadi satuan-satuan bahan ajaran yang kecil yang medukung pencapaian sekelompok tujuan tersebut. Berdasarkan tingkat penguasaan siswa dalam satuan pelajaran tersebut, maka dapat pindah dari satu satuan pelajaran ke satuan berikutnya. 4. selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan ajaran untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan. Konsep belajar tuntas sangat menekankan pentingnya peranan umpan balik. 5. Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma, tetapi menggunakan acuan patokan. Acuan norma menggunakan pegangan penguasaan rata-rata kelas, jadi bersifat relatif, sedang acuan patokan berpegang pada sesuatu yang telah ditetapkan, umpamanya menguasai 80% atau 85% dari tujuan belajar. 6. Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual. Prinsip ini direalisasikan dengan memberikan keleluasaan waktu, yaitu siswa yang pandai atau cepat belajar bisa maju lebih dahulu pada satuan pelajaran
5

berikutnya, sedang siswa yang lambat dapat menggunakan waktu lebih banyak atau lama sampai menguasai secara tuntas bahan yang diberikan. Konsep belajar tuntas adalah dapat dilaksanakan dengan beberapa model pengajaran, tetapi yang paling tepat adalah dengan model-model sistem instruksional seperti pengajaran berprogram, pengajaran modul, paket belajar, model satuan pelajaran, pengajaran dengan bantuan komputer dan sejenisnya. Model-model pengajaran tersebut cocok untuk menerapkan konsep belajar tuntas, karena memiliki dasar-dasar pemikiran yang sesuai. Bertolak dari konsep behaviorisme, berpegang pada model pengajaran sebagai sistem atau sistem instruksional. Yang paling penting adalah dapat diselenggarakan secara individual, sehingga hampir seluruh prinsip belajar tuntas yang disebutkan di atas dapat dilaksanakan. Undang-undang Dasar 1945 menginginkan agar setiap warganegara mendapat kesempatan belajar seluas-luasnya.Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dapat di lihat dari perluasan pendidikannya. KPPN atau komisi pembaharuan pendidikan nasional mengemukakan agar pendidikan kita bersifat semesta, menyeluruh,dan terpadu, semesta berarti bahwa pendidikan dinikmati oleh seluruh warga negara, menyeluruh maksudnya agar ada mobilitis antara lain antara pendidikan formal dan nonformal, sehingga terbuka pendidikan seumur hidup bagi seluruh warga negara. Memberi kesempatan belajar saja belum memadai bila jumlah yang tinggal kelas dan putus sekolah makin tinggi, masih perlu dipikirkan jalan agar setiap murid mendapat bimbingan agar berhasil menyelesaikan pelajarannya dengan baik, jadi masalah yang sangat penting kita hadapi adalah bagaimana usaha agar sebagian besar dari murid-murid dapat belajar dengan efektif dan menguasai bahan pelajaran dan keterampilan yang dianggap esensial bagi perkembangannya. Selanjutnya dalam masyarakat yang kian hari kian kompleks. Bila kita ingin agar seseorang mau belajar terus sepanjang hidupnya,maka pelajaran di sekolah harus merupakan pengalaman yang dapat menyenangkan

baginya.Murid yang sering frustasi karena mendapat angka yang rendah di samping teguran,kecaman,dan celaan akan benci terhadap segala bentuk pelajaran formal dan tidak mempunyai cukup motivasi untuk melanjutkan pelajarannya.Dan selama angka-angka yang baik hanya diberikan kepada sejumlah kecil saja dari murid-murid,maka sebagian besar yang mendapat angka rendah dan mengalami frustasi akan berhenti belajar dan tidak mengembangkan bakat yang dapat disumbangkannya kepada masyarakat.Bila kita dapat membimbing anak-anak sehingga semua atau hampir semua berhasil,maka ini akan membawa keuntungan besar bagi murid,orangtua maupun negara. Ide-ide tentang mastery learning atau belajar tuntas telah dikemukakan oleh tokoh-tokoh seperti H.C. Morrison (1926),B.F. Skinner (1954),J.I. Goodlad dan R.H. Anderson (1959),John Carrol (1963),Jerome Bruner (1966),P. Suppes (1966),dan R. Glaser (1968). Di Indonesia mastery learning atau belajar tuntas dipopukerkan oleh BP3K (Badan Pengembangan dan Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan) yang dikaitkan dengan pembaharuan kurikulum (Kurikulum 1975,PPSP atau Proyek Perintis Sekolah Pembangunan dengan pengajaran modulnya). Menurut Penelitian,bila semua anak-anak yang bermacam-macam bakatnya itu diberi pengajaran yang sama,maka hasilnya akan berbeda menurut bakat mereka.Ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil belajar.Akan tetapi jika diberi metode pengajaran yang lebih bermutu yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak serta waktu belajar yang lebih banyak,maka dapat dicapai keberhasilan penuh bagi setiap anak dalam tiap bidang studi.Maka koelasi antara bakat dengan tingkat keberhasilan anak dalam pelajaran dapat dilenyapkan.

2.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh, yakni: 1. Bakat untuk mempelajari sesuatu Bakat misalnya intelegensi, mempengaruhi prestasi belajar "John Carroll" mengemukakan pendirian yang radikal. Ia mengakui adanya perbedaan bakat, akan tetapi ia memandang bakat tidak menentukan tingkat penguasaan atau untuk menguasai sesuatu. Jadi setiap orang dapat mempelajari bidang studi apapun sehingga batas yang tinggi asal diberi waktu yang cukup disamping syarat-syarat lain. Ada kemungkinan seorang murid menguasai bahan matematika tertentu dalam waktu satu semester, sedangkan murid lain hanya dapat menguasainya dalam beberapa tahun, namun tingkat penguasaannya sama. 2. Mutu pengajaran Sejak pestalozzi pengajaran klasikal menjadi populer sebagai pengganti pengajaran individual dari seorang tutor, pengajaran klasikal merupakan keharusan dalam menghadapi jumlah murid yang membanjiri sekolah sebagai akibat demokrasi, industrialisasi, pemerataan pendidikan atau kewajiban belajar. Buku pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah pusat sama bagi semua dan bila diizinkan buku-buku lain maka dasarnya adalah dari pemerintah pusat, yakni kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah walaupun pengajaran klasikal sekarang sangat umum dijalankan ini tidak berarti bahwa perbedaan individual dapat diabaikan. Justru karena pengajaran kita bersifat lebih klasikal harus lebih diperhatikan perbedaan individual, atau dengan perkataan lain dengan adanya pengajaran klasikal guru harus dengan sengaja memaksa dirinya memberi perhatian kapada setiap anak secara individual. 3. Kesanggupan untuk memahami pengajaran Kalau murid tidak dapat memahami apa yang dikatakan guru, atau bila guru tidak dapat berkomunikasi dengan murid, maka besar kemungkinan murid tidak dapat menguasai mata pelajaran yang diajarkan. Kemampuan murid untuk menguasai suatu bidang studi biasanya bergantung pada kemampuannya untuk memahami
8

ucapan guru. Sebaliknya guru yang tidak sanggup menyatakan buah pikirannya dengan jelas sehingga ia difahami oleh murid, juga tidak dapat mencapai penguasaan penuh oleh murid atas bahan pelajaran yang disampaikannya. Agar pelajaran dapat di pahami,gru sendiri hars fasih berbahasa dan mampu menyesuaikan bahasanya dengan kemampuan murid sehingga murid-murid dapat memahami bahan yang di sampaikannya. Untuk memperluas komunikasi dapat dijalankan berbagai usaha,antara lain Belajar kelompok,belajar bersama atau saling membantu dalam pelajaran. Bantuan Tutor,yaitu orang yang dapat membantu murid secar individual. Buku Pelajarn,Tak semua sama baiknya hendaknya ada beberapa buku yang berlainan tentang bidang studi yang sama.Bahan yang kurang jelas dalam buku yang satu mungkin lebih mudah dipahami dalam buku lain. Buku Kerja.Di samping buku pelajaran ada buku kerja untuk membantu murid menangkap dan mengolah buah pikiran pokok dari buku pelajaran. Pelajaran berprograma.Ini juga merupakan bantuan agar murid menguasai bahan pelajaran melalui langkah-langkah pendek,tanpa bantuan guru. Alat audio-visual.Alat audio-visual dapat membantu anak-anak belajar dengan menyajikannya dalam bentuk yang konkrit.Film,film strip,modelmodel,dan lain-lain mempermudah pengertian tentang konsep dan prosesproses tertentu. 4. Ketekunan Ketekunan belajar ini tampaknya bertalian dengan sikap dan minat terhadap pelajaran. Bila suatu pelajaran karena suatu hal tidak menarik minatnya, maka ia segera mengenyampingkannya bila menemui kesulitan. Ketekunan itu nyata dari jumlah waktu yang diberikan oleh murid untuk belajar sesuatu memerlukan jumlah waktu tertentu.

5. Waktu yang tersedia untuk belajar Bahwa faktor waktu sangat esensial untuk menguasai bahan pelajaran tertentu sepenuhnya. Dengan mengizinkan waktu secukupnya setiap murid dapat menguasai bahan pelajaran, jika waktunya sama bagi semua murid, maka tingkat penguasaan ditentukan oleh bakat muridnya. 2.4.Usaha mencapai penguasaan penuh Bermacam-macam usaha yang dapat dijalankan yang pada pokoknya berkisar pada usaha untuk memberi bantuan individual menurut kebutuhan dan perbedaan masinh-masing.Dalam usaha itu harus turut diperhatikan kelima faktor yang telah dikemukakan sebelumnya yakni (1) Bakat anak (2) Mutu pengajaran (3) Kemampuan memahami pengajaran (4) Ketekunan belajar dan (5) Jumlah waktu yang disediakan. Menurut Bloom beberapa implikasi belajar tuntas dapat disebutkan sebagai berikut: Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara tuntas (mastery learning). Tugas guru adalah mengusahakan setipa kemungkinan untuk menciptakan kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media, dan umpan yang baik bagi siswa. Yang dihadapi guru adalah siswa-siswi yang mempunya aneka ragam individual. Karena itu kondisi optimal mereka juga beraneka ragam. Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai satuan pelajaran mutlak diperhatikan, agar para siswa mengerti hakikat tujuan proses belajar. Cara yang paling efektif untuk diterapkannya belajar tuntas adalah adanya "tutor" untuk setiap anak yang dapat memberi bantuan menurut kebutuhan anak. Cara lain adalah dengan menghapus batas-batas kelas seperti dilakukan pada apa yang disebut "Non Graded School", yaitu sekolah tanpa tingkat kelas. Sistem ini memungkinkan anak untuk maju menurut kecepatan masing-masing.
10

Sistem Dalton oleh Miss Helen Parkhurst juga memiliki kebebasan belajar sesuai dengan kecepatan tiap murid secara individual. Jadi dalam usaha untuk mencapai penguasaan penuh, atau "masteri learning" perlu diselidiki prasyarat bagi penguasaan itu, selanjutnya diusahakan metode penyampaian atau proses mengajar belajar yang serasi dan akhirnya perlu dinilai hasil usaha, hingga manakah usaha ini dapat dilakukan. 2.5.Prasyarat-prasyarat Salah satu prasyarat untuk penguasaan penuh atau tuntas adalah merumuskan secara khusus bahan yang harus dikuasai, prasyarat kedua adalah bahwa tujuan itu harus dituangkan dalam suatu alat evaluasi yang bersifat "sumatif" agar dapat diketahui tingkat keberhasilan murid. Dengan cara mengajar yang biasa guru tidak akan mencapai penguasaan tuntas oleh murid, usaha guru itu harus dibantu dengan kegiatan tambahan yang terutama terdiri atas: 1. "feed back" atau umpan balik yang terperinci kepada guru atau murid 2. Sumber dan metode-metode pengajaran tambahan dimana saja diperlukan Feed back diberikan malalui test-test formatif. Mula-mula bahan-bahan pelajaran dibagikan satuan pelajaran. Suatu satuanpelajaran misalnya meliputi bahan pelajran satu bab atau bahan yang dapat dikuasai dalam waktu satu atau dua minggu. Test formatif itu bersifat diagnotis dan serentak menunjukkan kemajuan dan keberhasilan anak. (1) Test formatif ini mempercepat anak nelajar dan memberikan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dalam waktu secukupnya.Tes formatif menjamin bahwa tugas pelajaran tertentu dikuasai sepenuhnya sebalum beralih kepada tugas berikutnya. (2) Tes formatif diberikan untuk menjamin bahwa semua anak menguasai sepenuhnya syarat-syarat atau bahan apersepsi yang diperkukan untuk memahami bahan yang baru.

11

(3) Tes formatif juga berguna bagi mereka yang telah memiliki bahan apersepsi yang diperlukan untuk memberi rasa kepastian atas penguasaannya. (4) Bagi murid yang masih kurang menguasai bahan pelajaran tes formatif ,merupakan alat untuk tes mengungkapkan formatif adalah di mana alat sebetulnya letak

kesulitannya.Jadi

untuk

mendiagnosis

kelemahan,kesalahan dan kekurangan murid sehingga ia dapat memperbaikinya. (5) Tes formatif sebaiknya jangan disertai oleh angka.Tujuan yang harus dicapai adalah pengusaan penuh.Test formatif dimaksud sebagai alat asseement yaitu memperoleh keterangan dengan maksud perbaikan.Karena itu test formatif merupakan bagian yang intergral dari proses belajar. (6) Test formatif juga memberika umpan balik kepada guru,agar ia mengetahui di mana terdapat kelemahan-kelemahan dalam metode mengajar sehingga ia dapat memperbaikinya atau mencari metode lain.Metode dan sumber belajar yang beraneka ragam dapat disajikan kepada murid-murid untuk mengusai bahan yang belum dipahaminya,yang terungkap oelh hasil tes formatif.Selain itu dapat diberikan bantuan tutorial yaitu bantuan pribadi dari seorang guru atau sebaliknya orang lain.Cara-cara ini adalah: 1. Menyuruh murid membaca kembali dengan cermat halaman-halaman bagian tertentu yang berkenaan dengan kesalahan murid itu. 2. Menyuruh murid untuk membaca bagian tertentu dari buku lain yang berbeda cara penyajiannya. 2.6.Hasilnya Dengan diterapkannya "mastery learning" justru mengembangkan minat dan sikap positif terhadap pelajaran dan ilmu yang memberi harapan bahwa anak itu kelak akan terus belajar sepanjang umurnya agar dapat bertahan dalam dunia yang serba cepat umurnya, agar dapat bertahan dalam dunia yang selalu berubah ini dan agar dapat senantiasa mengikuti perkembangan dunia tempat ia hidup.

12

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan 1.Belajar tuntas (mastery learning) adalah belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran yang dikuasai secara tuntas (suatu upaya belajar dimana siswa dituntut menguasai hampir seluruh bahan ajaran). 2. Prinsip-prinsip dari belajar tuntas yaitu: 1. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasai sebagian besar bahan yang diajarkan. 2. Guru menyusun strategi pelajaran tuntas mulai dengan merumuskan tujuantujuan khusus yang hendaknya dikuasai oleh siswa. 3. Sejalan dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajar satuansatuan bahan ajar yang kecil yang mendukung sekelompok tujuan khusus tersebut. 3. Tujuan proses belajar-mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid, ini disebut "mastery learning" atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh. 4. Belajar tuntas "mastery learning" justru mengembangkan minat dan sikap positif terhadap pelajaran dan ilmu yang memberi harapan bahwa anak itu kelak akan terus belajar sepanjang umurnya agar dapat bertahan dalam dunia yang serba cepat umurnya, agar dapat bertahan dalam dunia yang selalu berubah ini dan agar dapat senantiasa mengikuti perkembangan dunia tempat ia hidup .

13

You might also like