You are on page 1of 11

Pembuatan Amplifier BTL (Bridge Tie Amplifier) 19 Watt dengan IC LA4440 Dilengkapi Tone Control

PEMBUATAN RANGKAIAN AMPLIFIER BTL (BRIDGE TIE LOAD) 19 WATT DENGAN IC LA4440 DILENGKAPI TONE CONTROL )1
Oleh: Agus Saefudin, S.Pd.

A. Dasar Amplifier Amplifier adalah rangkaian yang berfungsi untuk menguatkan arus atau tegangan input menjadi beberapa kali lebih besar. Berdasarkan besaran yang dikuatkan terdapat 3 macam amplifier, yaitu: amplifier tegangan, amplifier arus dan amplifier daya. Amplifier tegangan akan menguatkan tegangan input menjadi beberapa kali lebih besar pada tingkat outputnya dan biasanya diterapkan sebagai penguat awal (pre amp). Amplifier arus merupakan rangkaian amplifier yang tidak menguatkan tegangan input tetapi memperkuat arus yang diberikan pada beban dan biasanya diterapkan sebagai penguat akhir dan power supply. Power amplifier merupakan amplifier yang selain menguatkan tegangan juga menguatkan arus sehingga daya (power) yang diberikan pada beban menjadi lebih besar. Konfigurasi rangkaian amplifier dengan menggunakan transistor bipolar ada 3 macam, yaitu: common emitter, common base, dan common collector. Karakteristik masing-masing konfigurasi ditunjukkan oleh tabel 1. berikut: Tabel 1. Karakteristik Konfigurasi Rangkaian Amplifier dengan Transistor

Terendah

Beberapa konfigurasi rangkaian amplifier dapat digabungkan, misalnya tingkat pertama common collector dan tingkat kedua common emitter dengan menggunakan kopling antar tingkat penguat. Dengan penggabungan beberapa rangkaian amplifier maka akan diperoleh peningkatan penguatan keseluruhan rangkaian. Tabel 2 menunjukkan karakteristik serta kelebihan dan kekurangan macammacam kopling yang sering digunakan pada rangkaian audio.
1

Disampaikan pada Diseminasi tentang Audio Amplifier untuk Guru Kompetensi Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 2 Bawang Jumat, 8 Februari 2013.
Agus Saefudin, S.Pd / Nip. 19751018 200903 1 002 / SMKN 2 Bawang 1

Pembuatan Amplifier BTL (Bridge Tie Amplifier) 19 Watt dengan IC LA4440 Dilengkapi Tone Control

Tabel 2. Karakteristik, Kelebihan dan Kekurangan 3 Macam Kopling


Kopling Contoh Aplikasi

Respons thd Tegangan DC Penyesuaian Impedeansi

Kelebihan

Kekurangan

Ada beberapa macam cara untuk memperbesar penguatan daya (power) pada rangkaian amplifier, yaitu: 1. Sistem Push Pull Pada system push pull digunakan 2 buah transistor yang bekerja bergantian. Transistortransistor ini harus sejenis dan identik. Dasar rangkaian push pull ditunjukkan oleh gambar 1 berikut.

Gambar 1. Dasar Rangkaian Push Pull Pada saat amplitude input naik (siklus positif) maka sekunder T1 yang berhubungan dengan basis Q1 menjadi lebih positif sehingga Q1 bekerja dan arus mengalir dari ground menuju Vcc melewati primer T2 bagian atas sehingga pada sekunder T2 juga terdapat tegangan positif. Demikian juga sebaliknya bila amplitude turun (siklus negative) maka sekunder T1 yang berhubungan dengan Q2 lebih positif sehingga Q2 bekerja dan arus mengalir dari ground menuju Vcc melewati primer T2 bagian bawah sehinggapada sekunder T2 terdapat tegangan negative. 2. Sistem Complementary Simetry Pada system Complementary Simetry prinsipnya hamper sama dengan push pulkl tetapi yang digunakan adalah transistor yang berpasangan, yaitu satu NPN dan yang lain PNP sehingga tidak diperlukan transformator sebagai pembagi fasa. Rangkaian Dasar system complementary simetry ini ditunjukkan gambar 2 berikut.

Agus Saefudin, S.Pd / Nip. 19751018 200903 1 002 / SMKN 2 Bawang

Pembuatan Amplifier BTL (Bridge Tie Amplifier) 19 Watt dengan IC LA4440 Dilengkapi Tone Control

Gambar 2. Dasar Rangkaian Sistem Complementary Simetry Pada rangkaian gambar 2 power supply yang digunakan adalah single supply sehingga pada pertemuan emitter Q1 dan Q2 terdapat tegangan sekitar setengah dari tegangan Vcc. Agar tegangan ini tidak ikut tersalurkan ke beban diperlukan kopling kapasitor. Power supply yang digunakan adalah supply simetris (+Vcc, 0, -Vcc). Pada saat tidak ada sinyal input maka potensial di titik pertemuan emitter Q1 dan Q2 harus 0 volt sehingga tidak diperlukan kopling untuk hubungan dengan beban (kopling langsung). Rangkaian system complementary simetri yang menggunakan catu simetris pada tiap basis dipasang diode untuk menghilangkan distorsi cross over dan pada outputnya menggunakan kopling langsung memiliki keunggulan dalam hal reproduksi nada rendah yang manta. Rangkaian seperti ini lebih dikenal sebagai OCL Amplifier (ouput capasitor less) sebagaimana ditunjukkan gambar 3.

Gambar 3. Dasar OCL dengan output dikopling langsung 3. Sistem BTL (Bridge Tie Load) Sistem BTL (Bridge Tie Load) pada dasarnya adalah menggabungkan 2 buah amplifier agar daya yang diperoleh meningkat menjadi 2 kali lipat secara teoritis. Blok diagram system BTL ditunjukkan oleh gambar 4 berikut.

Gambar 4. Blok Diagram Sistem BTL Amplifier

Agus Saefudin, S.Pd / Nip. 19751018 200903 1 002 / SMKN 2 Bawang

Pembuatan Amplifier BTL (Bridge Tie Amplifier) 19 Watt dengan IC LA4440 Dilengkapi Tone Control

Rangkaian pembalik fasa tidak meperbesar maupun merubah bentuk sinyal input tetapi hanya menggeser fasa sinyal sebesar 1800 sehingga sinyal yang dihasilkan oleh Amplifier II fasanya berkebalikan terhadap sinyal yang dihasilkan oleh Amplifier I. Pada system BTL antara amplifier I dengan amplifier II harus sama/identik. Loudspeaker dihubungkan pada output masing-masing amplifier dan bukan terhadap ground. Hal ini berarti bahwa sinyal yang masuk pada loudspeaker amplitudonya dua kali amplitude masing-masing amplifier. Secara teoritis daya maksimal yang dapat dihasilkan oleh BTL amplifier adalah 4 kali lipat daya amplifier single. Hal ini dikarenakan bahwa secara teoritis daya merupakan perkalian antara arus dengan tegangan sehingga jika ada 2 amplifier yang diBTLkan maka Daya yang dihasilkan akan sama dengan 2 kali arus dikalikan dengan dua kali tegangan sehingga menjadi empat kali (P = 2I x 2 V = 4 x VI. Dalam memberide dua amplifier menjadi satu amplifier BTL yang harus diperhatikan adalah bahwa kedua amplifier bekerja aktif secara berlawanan. Cara membridge adalah dengan menghubungkan input (+) amplifier I ke input (-) amplifier II dan input (-) amplifier I ke input (+) amplifier II sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 5 berikut.

Gambar 5. Membridege 2 buah Amplifier B. Contoh Rangkaian Amplifier BTL 1. BTL Amplifier dengan menggunakan IC TDA2030 BTL Amplifier dengan menggunakan IC TDA 2030 ditunjukkan oleh gambar 6 berikut.

Gambar 6. BTL Amplifier dengan IC TDA2030


Agus Saefudin, S.Pd / Nip. 19751018 200903 1 002 / SMKN 2 Bawang 4

Pembuatan Amplifier BTL (Bridge Tie Amplifier) 19 Watt dengan IC LA4440 Dilengkapi Tone Control

2. BTL Amplifier dengan Op-Amp BTL Amplifier dengan Op-Amp ditunjukkan oleh gambar 7 berikut.

(a) Gambar 6. BTL Amplifier dengan Op-Amp 3. BTL Amplifier dengan IC LA4440 Dasar Tanpa Tone Control

(b)

C. Amplifier BTL dengan IC LA4440 1. Gambar Skema Rangkaian Rangkaian amplifier BTL dengan IC LA4440 + TC ditunjukkan oleh gambar 7 berikut.
+15 VDC C9 100uF 25V

11 13 12

C9 47uF 25V

1
C5 47uF 16V

R2 330K
input

R5 5K6 R1 1K C3 4n7 VR1 50K C1 4,7uF 16V C2 4,7uF 16V VR2 50K VR3 50K C4 22nF R7 10K C6 220nF R6 1K5 C5 22nF

C6 2,2uF 16V C8 100uF C7 16V 47uF 16V

LA 4440
5
LS

6 7

10 9 3 8 14
C10 47uF 25V -15 VDC

R3 330K

R4 4K7

C4 100nF

R8 2K2

Gambar 7. Amplifier BTL dengan IC LA4440


Agus Saefudin, S.Pd / Nip. 19751018 200903 1 002 / SMKN 2 Bawang 5

Pembuatan Amplifier BTL (Bridge Tie Amplifier) 19 Watt dengan IC LA4440 Dilengkapi Tone Control

2. Contoh Desain PCB Contoh gambar desain PCB rangkaian amplifier BTL dengan IC LA4440 untuk bagian tata letak komponen (component side) ditunjukkan oleh gambar 8 berikut.

Gambar 8. Contoh Tata Letak Komponen (Component Side) Amplifier BTL IC LA4440 3. Prinsip Kerja Rangkaian Sinyal audio lemah dari sumber sinyal (misal: out audio DVD) diatur level amplitudonya dengan VR1 untuk menghasilkan keras dan lemah suara yang direproduksi LS nantinya sesuai dengan selera, serta nada yang akan diproses diatur dengan treble dan bass control sehingga dihasilkan nada suara sesuai selera. Sinyal-sinyal audio yang telah diatur amplituodo ini selanjutnya oleh common collector dibuffer sekaligus sebagai penyekat dua bagian yang mempunyai impedeansi berbeda dimana bagian input impedansi tinggi dan output berimpedansi rendah dan selanjutnya diatur nadanya sesuai selera. Keluaran dari tone control diteruskan ke IC LA4440 melalui input pin 2 yang merupakan amplifier yang telah dibridge (BTL) sehingga daya yang dihasilkan 2 kali lipat dari operasi singlenya. Penyambungan mode BTl dilakukan dengan menghubungkan input (pin 1) amplifier I ke input (pin 7) amplifier II melalui C5 dan C7 serta input pin 2 amplifier I sebagai input sinyal out TC dan input pin 5 amplifier II digroundkan. Loudspeaker dihubungkan ke output fasa (pin 10 dan 12) dari kedua amplifier jadi tidak dirangkai terhadap ground. Loudspeaker akan mengubah sinyals-nyal listrik audio menjadi sinyal suara akustik yang dapat didengar oleh kita. 4. Fungsi Masing-masing Komponen VR1 (50 K) : Volume control : mengatur level amplitude sinyal input sehingga keras dan lemah suara yang direproduksi oleh loudspeaker dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. VR2 (50 K) : Treble control : mengatur nada frekuensi tinggi yang akan diproses oleh rangkaian penguat. VR3 (50 K) : Bass control : mengatur nada frekuensi rendah yang akan diproses oleh rangkaian penguat. R1 (1 K) + C1 (4,7 UF/16 V) : kopling RC yang menghubungkan sinyal input yang telah diatur amplitudonya dengan tingkat berikutnya. R2 dan R3 (330 K) : resistor pembagi tegangan untuk member bias bagi bekerjanya transistor Q1. Q1 (C945) : penguat tunggal dalam konfigurasi common collector berfungsi sebagai penguat isolasi antara bagian input yang berimpedansi tinggi dengan bagian audio amplifier yang berimpedansi rendah. Hal ini dikarenakan CC mempunyai karakteristik Zin tinggi dan Zout

Agus Saefudin, S.Pd / Nip. 19751018 200903 1 002 / SMKN 2 Bawang

Pembuatan Amplifier BTL (Bridge Tie Amplifier) 19 Watt dengan IC LA4440 Dilengkapi Tone Control

rendah serta karena penguatan tegangannya 1 maka sinyal tidak akan dikuatkan tetapi disangga (buffer). C2 (4,7 Uf/16 V) : kopling kapasitor untuk menghubungkan keluaran CC dengan input tone control. C3, C4 dan VR2 : merupakan jaringan filter RC yang berfungsi sebagai pengatur frekuensi tinggi (treble controle). R5, R6, VR3, C5 dan C6 : merupakan jaringan filter RC yang berfungsi sebagai pengatur frekuensi rendah (bass controle). C5=C7 (47 UF/16 V) : Kapasitor Umpan balik (Feedback capacitor): Frekuensi cutoff rendah tergantung pada kapasitor ini. Jika nilai kapasitansi meningkat, waktu mulai tertunda. C9=C10 (47 UF/25 V) : Bootstrap capacitor : Jika nilai kapasitansi menurun, output pada frekuensi rendah berjalan lebih rendah. C8 (100 UF/16 V) : Decoupling capacitor : Digunakan untuk filter riak. Karena efek penolakan jenuh pada nilai kapasitansi tertentu, itu berarti untuk meningkatkan nilai kapasitansi lebih dari yang dibutuhkan. Kapasitor ini juga digunakan untuk waktu yang konstan dari rangkaian muting dan berpengaruh terhadap waktu mulai. R8 (2K2) : Resistor untuk menyesuaikan waktu mulai Penguatan Tegangan untuk menyesuaikan pada Amplifier Bridge. C9 (100 UF/25 V) : Kapasitor Filter Tegangan DC.

D. Membuat Perencanaan dan Pembuatan PCB secaraManual serta Perakitan Rangkaian Langkah kerja dalam perencanaan dan pembuatan PCB secara manual serta perakitan rangkaian elektronika secara umum biasanya melalui tahapan sebagai berikut: 1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Membuat desain pcb secara manual pada kertas gambar A4 berdasarkan gambar skema rangkaian. Desain akan lebih baik jika menggunakan aturan sesuai dengan gambar teknik elektronika, yaitu: bidang gambar dibagi menjadi 4 untuk gambar skema rangkaian, daftar komponen, tata letak komponen (component side) dan lay out pcb (solder side). Desain pcb dibuat dengan skala 1:1 dengan ukuran maksimal 80 X 100 mm. Desaian PCB akan lebih mudah jika dilakukan dengan memulai perencanaan tata letak komponen pada kertas milli meter blok dan setelah selesai tinggal dibalik berdasarkan sumbu vertical maupun horizontal. 3. Desain pcb yang telah jadi dipindahkan ke atas papan PCB pada sisi lapis tembaga (solder side). Pemindahan dengan menggunakan pensil dan menepatkan ukuran kaki komponen sesuai dengan ukuran komponen yang sebenarnya. Perhatikan jalur hubungan yang dibuat adalah sisi solder side dan pastikan bahwa jalur telah sesuai dengan gambar skema rangkaian. 4. Menempelkan skotlet pada papan pcb yang telah dibuat gambar jalur hubungannya (work art) dan potonglah sesuai dengan gambar. Perlu diperhatikan bahwa yang tertinggal adalah gambar jalur pcb sedangkan bagian yang akan dilarutkan maka dibuang skotletnya. Agar pekerjaan lancar gunakan cutter yang tajam. 5. PCB yang telah dibuang bagian skotlet yang digunakan berarti telah siap dilarutkan dengan ferrichloride (FeCl3) untuk itu pastikan sekali lagi bahwa jalur yang dibuat telah benar dan tidak ada kesalahan. Larutkan pcb pada larutan ferrichloride yang telah dicampur dengan air panas agar proses pelarutan dapat cepat dan goyang-goyangkan wadah tempat pelarutan (ingat wadah dari bahan bukan logam, misal nampan plastic); 6. Membersihkan pcb yang telah selesai dilarut dan mengecek kembali kebenaran jalur hubungannya dengan menggunakan ohmmeter. Jika sudah benar lakukan penitikan sebelum dibor. Selanjutnya bor pcb sesuai dengan pad kaki komponen. Dan selesai pekerjaan pengeboran ini berarti pcb telah siap digunakan untuk perakitan rangkaian elektronika. 7. Melakukan pengecekan semua komponen yang akan dirakit dengan menggunakan AVO meter pada fungsi ohm meter untuk mengidentifikasi komponen pasif dan aktif masih dalam kondisi baik. 8. Mengecek lay out PCB dan memastikan bahwa jalur hubungan antar titik/kaki komponen sudah benar sesuai dengan gambar skema rangkaian. 9. Memasang komponen sesuai dengan tata letak komponen dan memastikan kembali bahwa komponen terpasang dengan benar sesuai tata letak komponen dan gambar skema rangkaian.
Agus Saefudin, S.Pd / Nip. 19751018 200903 1 002 / SMKN 2 Bawang 7

Pembuatan Amplifier BTL (Bridge Tie Amplifier) 19 Watt dengan IC LA4440 Dilengkapi Tone Control

10. Melakukan penyolderan kaki komponen pada pad PCB. Penyolderan dimulai dari komponen pasif terlebih dulu baru dilanjutkan dengan komponen aktif, yaitu: resistor dilanjutkan dengan kapasitor nonpolar dan elco, baru dilanjutkan dengan transistor dan terakhir IC kecuali jika menggunakan soket maka soket dapat disolder pertama kali. Gunakan teknik menyolder yang benar agar hasil solderan baik, yang ditunjukkan dengan hasil solderan matang (mengkilat) dan kokoh. 11. Melakukann pengkabelan dengan benar dan rapi. E. Menguji Rangkaian Amplifier BTL dengan IC LA4440 Pengujian yang dilakukan pada rangkaian amplifier termasuk Amplifier BTL dengan IC LA4440 meliputi 2 pengujian, yaitu: uji fungsi (kinerja rangkaian sesuai dengan fungsinya) dan uji spesifikasi teknis meliputi pengukuran tegangan kerja dan respons frekuensi rangkaian. 1. Uji Fungsi Uji fungsi yang dilakukan pada perakitan rangkaian Amplifier BTL dengan IC LA4440 adalah uji dengar yaitu menguji apakah rangkaian amplifier yang dirakit telah dapat menguatkan sinyal audio lemah dari sumber sinyal (missal output audio DVD). Pengujian yang dilakukan biasanya dengan mengatur tombol-tombol fungsi pengatur yang terdapat pada rangkaian (missal volume, treble dan bass control) serta dengan mendengarkan hasil reprosuksi suara yang terjadi pada beban loudspeaker yang dipasang sesuai dengan daya dan impedansi rangkaian. Langkah-langkah umum yang dilakukan pada uji fungsi dengan uji dengar rangkaian amplifier adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan alat dan bahan (sumber sinyal/DVD, power supply, loudspeaker, kabel-kabel jumper dan rangkaian uji). b. Menghubungkan out audio sumber sinyal ke input rangkaian amplifier dan output rangkaian ke beban loudspeaker serta power supply ke terminal catu daya rangkaian seperti ditunjukkan gambar berikut. Power supply sebelum dihubungkan ke rangkaian uji dipastikan terlebih dulu dalam kondisi baik dan menghasilkan tegangan DC sesuai yang dibutuhkan oleh rangkaian uji.

Audio Out L/R VCD/DVD Power Amplifier Load Speaker

Gambar 9. Blok Diagram Uji Fungsi (Uji Dengar) Rangkaian Amplifier c. Memastikan bahwa semua sambungan telah benar dan menempatkan volume control pada pengaturan sedikit diatas minimum serta bass dan treble cobtrol pada pengaturan tengah atau sedikit di atas minimumnya. Hal ini dimaksudkan agar rangkaian tidak langsung bekerja dengan operasi maksimumnya. d. Menghidupkan sumber sinyal dilanjutkan dengan power supply untuk mengaktifkan rangkaian amplifier yang diuji. Hasilnya adalah loudspeaker akan mereproduksi sinyal suara sesuai dengan pengaturan. e. Jika loudspeaker telah mereproduksi suara berarti dapat diambil kesimpulan sementara bahwa rangkaian amplifier telah bekerja selanjutnya lakukan pengaturan untuk melihat kinerja rangkaian amplifier, yaitu dengan malakukan pengaturan volume control ke arah maksimum secara perlahan demikian juga dengan pengaturan treble dan bass controlnya. (Posisi yang umum dilakukan pada uji dengar ini adalah maksimum semua, V, sesuai dengan selera untuk mendengar proporsi bass dan treble yang enak didengar, dan minimum semua untuk memastikan bahwa tidak ada dengung/tegangan bocor yang sampai ke beban loudspeaker). f. Uji dengar telah selesai dan merapikan alat serta mencatat hasil pengujian.
Agus Saefudin, S.Pd / Nip. 19751018 200903 1 002 / SMKN 2 Bawang 8

Pembuatan Amplifier BTL (Bridge Tie Amplifier) 19 Watt dengan IC LA4440 Dilengkapi Tone Control

2. Uji Teknis Uji teknis biasanya dilakukan untuk mengetahui spesifikasi teknis dari rangkaian amplifier yang dirakit. Uji teknis yang dilakukan biasanya mencakup pengukuran tegangan kerja (DCV) dan respons frekuensi yang dihasilkan oleh rangkaian uji. Langkah-langkah uji teknis untuk rangkaian amplifier pada umumnya sebagai berikut: a. Pengukuran Tegangan Kerja (DCV) 1) Menyiapkan alat dan bahan. 2) Melakukan pengukuran tegangan kerja (DCV) pada rangkaian amplifier yang dirakit. Pengukuran tegangan kerja akan valid jika dilakukan dalam kondisi rangkaian bekerja secara optimal, yaitu dengan diberi sumber sinyal audio konstan (AFG pada frekuensi tengah 1 kHz) dan diberi beban dummy load (beban pengganti) agar tidak mengganggu telinga. 3) Tegangan kerja yang biasanya dilakukan pengukuran meliputi tegangan catu daya (pada terminal catu daya) serta tegangan pada komponen aktif jika transistor ada 6 titik ukur, yaitu: VB, VC, VE, VBE, VBC, VCE dan seluruh pin-pin IC. Hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran tegangan DC ini adalah bahwa range tegangan selalu dimulai dari range yang lebih tinggi dari tegangan power supply. Jika hasil pengukuran terlalu kecil (simpangan jarum) hanya bergerak sedikit dari batas 0 DCV pada papan skala baru secara bertahap range diturunkan. 4) Mencatat hasil pengukuran pada tabel pengukuran tegangan kerja (DCV). b. Melakukan pengujian respons frekluensi rangkaian amplifier 1) Melakukan setting awal AFG dilakukan sebelum AFG dihubungkan ke input rangkaian amplifier yang diuji. Setting AFG yang dilakukan meliputi: a) menempatkan frekuensi pada frekuensi tengah 1 kHz hal ini dimaksudkan agar gambar yang ditampilkan oleh CH1 CRO mudah terbaca; b) memilih wave form pada bentuk sinusioda; c) menentukan attenuasi (pelemahan sinyal) 0 dB dengan maksud bahwa sinyal yang diuji adalah sinyal apa adanya tanpa pelemahan; d) menentukan amplitude sinyal yang akan diberikan ke input rangkaian dengan terlibih dulu menghubungkan out AFG dengan probe CRO pada CH1. Besar amplitude AFG untuk keperluan uji respons frekuensi untuk rangkaian power amplifier biasanya lebih kecil atau sama dengan 0,2 VPP. Amplifier BTL 19 Watt dengan IC LA4440 untuk pengujian respons frekuensi diberi sinyal masukan sebesar 100 mVpp (0,1 Vpp). 2) Melakukan kalibrasi CRO. a) Probe CRO dihubungkan ke terminal CH1 dan CH2; b) + Probe (ujung/kepala) dihubungkan ke terminal kalibrasi (CAL 2 VPP 1 kHz) dan Ground Probe (capit buaya) ke terminal GND. c) Untuk kalibrasi CH1 tempatkan saklar Mode dan Source ke CH1 dan karena titik kalibrasi adalah CAL 2 VPP 1 kHz maka tempatkan : Skala Volts/Div = 1 V/div Skala Time/Div = 0,5 mS/div d) Kunci sampai bunyi klik Variabel Kalibrasi baik untuk V/div dan T/div. Tampilan pada layer CRO berupa gelombang kotak (square) seperti gambar 10 berikut:
SA (div. vertical) = 2 div

ST (div. horizontal) = 2 div

Gambar 10. Tampilan Sinyal Kalibrasi CRO


9

Agus Saefudin, S.Pd / Nip. 19751018 200903 1 002 / SMKN 2 Bawang

Pembuatan Amplifier BTL (Bridge Tie Amplifier) 19 Watt dengan IC LA4440 Dilengkapi Tone Control

e) Jika tampilan bentuk gelombang tidak sesuai dengan nilai kalibrasi maka lakukan pengaturan : Variabel kalibrasi amplitude yang terdapat pada skala Volts/div agar diperoleh amplitude terkalibrasi 2 VPP Variabel kalibrasi frekuensi yang terdapat pada skala Times/div agar diperoleh amplitude terkalibrasi 1 kHz f) Untuk kalibrasi CH2 lakukan langkah nomor (c) sampai dengan 5 (e) dengan saklar Mode dan Source dipindah ke CH2. 3) Menghubungkan out AFG ke input rangkaian uji dan probe CRO CH1 serta output rangkaian ke dummy load dan terminal catu daya ke power supply, seperti ditunjukkan gambar 11.
Frekuensi Generator Power Amplifier 1Vpp /1KHz Dummy Load

Osciloscope CH1 CH2

Gambar 11. Diagram Pengujian Respons Frekuensi 4) Menghidupkan AFG, CRO dan power supply selanjutnya melakukan pengaturan rangkaian amplifier untuk posisi VR volume control: maksimum, treble control: maksimum, dan bass control: maksimum. Penempatan posisi maksimum semua dimaksudkan untuk melihat kinerja maksimum dari rangkaian audio amplifier yang diuji. Pada saat ini layar CRO akan menampilkan gambar pengujian frekuensi 1 kHz, bentuk sinyal sinus dan CH1 menampilkan bentuk sinyal sinus dengan amplitude 0,1 VPP dan CH2 yang merupakan output menampilkan bentuk sinyal maksimum. Jika sinyal yang ditampilkan oleh CH2 terpotong/cacat maka dilakukan pengaturan pada sumber sinyal (dengan memperkecil amplitude) hingga diperoleh output maksimum tidak cacat. 5) Melakukan pengukuran untuk seluruh spectrum frekuensi audio 20 Hz sampai dengan 20 kHz dan mencatat hasilnya pada tabel pengujian respons frekuensi. Menghitung penguatan AV(x) = Vout / Vin dan AV(dB) = 20 log (Vout/Vin). 6) Membuat gambar respons frekuensi hasil pengujian pada kertas semilog. Respons ideal audio amplifier pada pengaturan maksimum semua adalah rata (flat) yang berarti rangkaian audio amplifier memberkan tanggapan frekuensi yang sama kuat ntuk seluruh spectrum frekuensi audio yang diuji. 7) Pengujian respons frekuensi akan lebih baik jika dilakukan pengujian untuk posisi pengaturan volume, treble dan bass yang berbeda. Misal posisi volume, treble dan bass pada tengah semua ataupun posisi lain volume tengah, bass maksimum dan treble tengah. Pengaturan yang berbeda akan menghasilkan respons frekuensi yang berbeda dimana respons frekuensi akan mengikuti posisi pengaturan yang dilakukan.

Agus Saefudin, S.Pd / Nip. 19751018 200903 1 002 / SMKN 2 Bawang

10

Pembuatan Amplifier BTL (Bridge Tie Amplifier) 19 Watt dengan IC LA4440 Dilengkapi Tone Control

c. Menggambar Respons Frekuensi pada Kertas Semilog 1) Memperhatikan tabel pengujian respons frekuensi, meliputi: frekuensi pengujian, Vin, Vout, AV(x), dan AV(dB). Gambar respons frekuensi menunjukkan hubungan antara frekuensi dengan penguatan dalam decibel. 2) Menempatkan nilai frekuensi uji pada sisi horizontal mulai dari paling kiri (garis-garis lebih lebar) adalah 101 hingga sisi paling kanan garis lebar terakhir 104. Frekuensi uji adalah spectrum frekuensi audio 20 Hz 20 kHz, sehingga garis respons frekuensi akan berada pada frekuensi 20 Hz 20 kHz ini. 3) Menentukan nilai penguatan tegangan hasil pengujian pada sisi vertical. Setiap satu garis tebal isi vertical mempunyai 10 bagian dan terdiri dari 6 kotak tebal sehingga penentuan nilai gain ini tergantung dari penguatan tegangan maksimum yang dihasilkan oleh pengujian. 4) Melihat tabel pengujian untuk tiap frekuensi uji dengan AV(dB) yang dihasilkan dan tentukan titik hubungan frekuensi dengan AV(dB) ini pada kertas semilog. 5) Menghubungkan titik-titik hubungan frekuensi dengan AV(dB) dengan garis tidak terputus. Gambar yang dihasilkan menujukkan grafik respons frekuensi yang dihasilkan, jadi respons frekuensi merupakan hubungan antara frekuensi dengan penguatan (AV(dB)) AV(dB)

10

20 30

50

100

200

500

1k

2k

5k

10k

20k

Frek. (Hz)

F. Spesifikasi Teknis Amplifier BTL dengan IC LA4440 Spesifikasi teknis amplifier BTL dengan IC LA4440 meliputi: 1. Daya Output merupakan besar daya yang dihasilkan oleh amplifier BTL secara pendekatan besarnya adalah perkalian arus dengan tegangan karena tidak menggunakan catu simetris, jika power supply yang digunakan memberikancatu tegangan V = 12 VDC dengan sumber arus dari trafo I = 2 A maka: P = V . I = 12 V . 2 A = 24 Watt. 2. Frekuensi respons merupakan hubungan antara frekuensi dengan penguatan dalam decibel. Idealnya respons frekuensi adalah rata (flat) untuk seluruh spectrum frekuensi audio 20 Hz 20 kHz. 3. Tegangan kerja merupakan tegangan catu yang diberikan pada system rangkaian amplifier yang menjadikan rangkaian bekerja sehingga tegangan kerja sama dengan tegangan catu yang diberikan oleh power suppli, missal: tegangan kerja 12 VDC.
Agus Saefudin, S.Pd / Nip. 19751018 200903 1 002 / SMKN 2 Bawang 11

You might also like