You are on page 1of 2

SENGKETA PILKADA MK MENGANCAM KPU KARENA HALANGI CALON Artikel sosial politik ini, yang berjudul sengketa pilkada

a MK Mengancam KPU karena halangi calon, artikel ini menjelaskan sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah ( PILKADA ) di Indonesia tidak pernah berjalan dengan lancar ataupun tanpa hambatan. Selalu saja ada masalah yang terjadi dari segi pelaksanaan pilkada ataupun sengketa antar lembaga. Seperti halnya masalah sengketa pilkada ini. MK ( Makamah Konstitusi ) yang mengancam penyelengaraan pemilihan umum, khususnya Komisi Pemilihan Umum di daerah seperti di daerah Belitung Timur, di Kabupaten Banyuwangi ( Jawa Timur ) dan Sulawesi Utara, karena menghalangi bakal calon atau memasukkan calon yang tidak memenuhi syarat untuk ikut dalam pilkada serta diduga menghilangkan hak bakal calon pasangan daerah tersebut untuk mengikuti pilkada. Ataupun sampai mendiskualifikasi para calon sehingga tidak mempunyai posisi hukum untuk mengajukan gugatan ke MK. Hal ini menyebabkan MK memandang terjadinya pelanggaran hak konstitusional terhadap para calon pilkada. Sebenarnya masalah seperti ini sudah semestinya tidak ada di Negara ini, karena Negara ini merupakan Negara yang patuh dengan hukum yang berlaku, dan segala sesuatunya berpedoman pada peraturan yang telah diatur, disetujui dan disahkan bersama. Para pasangan calon yang mengikuti pilkada ( calon kepala daerah ) sebenarnya merupakan calon calon berkompeten di bidang ini dan yang memenuhi syarat serta ketentuan yang telah ditentukan, bukan memaksakan atau berupaya untuk memasukkan atau meloloskan bakal pasangan yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi peserta pilkada dan mempunyai maksud untuk memenangkan atau mengalahkan pasangan calon lain. Apabila pelanggaran ini berlangsung terus menerus dapat merusak perkembangan demokrasi di Negara ini. Sedangkan kita ketahui, bahwa Negara ini didasari asas demokrasi. Seharusnya KPU di daerah, harus menyeleksi secara ketat para pasangan calon yang ingin ikut dalam pilkada, dan tidak meloloskan para pasangan calon yang tidak memenuhi syarat dengan maksud tertentu. Sehingga para pasangan calon yang benar benar telah mengikuti proses seleksi yang ketat dan lolos seleksilah yang berhak untuk mengikuti pilkada. Selain itu, KPU Pusat juga harus memberi perhatian yang ketat atas masalah ini dan menindak tegas apabila masalah seperti ini terjadi lagi. Selain itu, masyarakat juga harus ikut memberikan perhatian terhadap masalah seperti ini, karena masyarakat juga mempunyai hak untuk mengetahui latar belakang para pasangan calon yang mengikuti pilkada yang nantinya akan mereka dipilih, bukan sekedar memilih pemimpin yang dilihat dari segi materinya saja.

Hal yang harus dilakukan untuk mengurangi masalah ini yaitu MK seharusnya konsisten dengan apa yang telah diputuskan dan harus mempunyai pola atas semua keputusannya. MK diharapkan agar tidak terkesan tidak mempunyai paradigma seperti tidak konsisten antara setiap keputusan. Dan Makamah Konstitusi tidak perlu secara terbuka mengancam penyelenggaraan pemilihan umum, khususnya Komisi Pemilihan Umum di daerah, yang diduga menghilangkan hal bakal calon. Sebaiknya MK langsung memberikan ruang untuk mengatasi masalah tersebut melalui keputusannya. Selain itu, masyarakat juga dapat mengadu ke Dewan Kehormatan KPU jika penyelenggaraan pemilu diduga melakukan pelanggaran, dengan cara menggungat penyelenggara pemilu ke aparat penegak hukum jika mereka tidak melaksanakan putusan MK. Hal ini dapat membuat penegakan hukum di Indonesia dapat dilakukan dengan semakin tertata dengan baik.

You might also like