You are on page 1of 25

TINJAUAN TEORITIS A. Definisi Karsinoma dari kolon dan rectum sering dijumpai, demikian juga di Negara ita.

Karsinoma di kolon lebih banya dijumpai pada wanita, sebaliknya karsinoma rekti lebih banya dijumpai pada laki-laki, dan sebagian besar daripada karsinoma terdapat pada umur 40-70 tahun. Kebanyakan orang asimptomatis dalam jangka waktu lama dan mencri bantuan kesehatan hanya bila mereka menmukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal. B. Etiologi Penyebab nyata dari kanker kolon dan retum tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis, dan diet tinggi lema, protein dan daging, serta rendah serat. Faktor faktor resiko untuk kanker kolon/ rectum. - usia lebih dari 40 tahun - riwayat polip rectal atau polip kolon - adanya polip adenomatosa atau adenoma villius - riwayat keluarga engan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga. - riwayat penyakit usus inflamasi ronis. - diet tinggi lemak, protein, daging, dan rendah serat. C. Patofisiologi Kanker kolon dan rectum terutama (95 %), adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).

D. Manifestasi Klinis Gejala sangat ditentukan oleh loasi, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan pada kebiasaan defekasi. Passase darah dalam feces adalah gejal paling umum kedua. Gejala juga dapat mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan engan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangal dan melena (feces hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kir adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dank ram, penipisan feces, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feces. Gejal yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah evaluasi feces yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feces berdarah. E. Evaluasi Diagnostik Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rectal, prosedur diagnostic paling penting untuk kanker kolon/ retum adalah pengujian darah samara, enema barium, progtosigmoidoskopi, kolonoskopi. Sebanyak 60 % dari kasus kanker koloretal dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan biopsy atau apusan sitologi. F. Penatalaksanaan Medis Pasien dengan gejal obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan. Endoskopi, ultrasonografi, dan laparaskopi telah terbukti berhasil dalam pentahapan kanker kolorektal pada periode praoperatif. Pengobatan medis untuk kanker kolrektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi.

G. Penatalaksanaan Bedah Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rectal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparastokopik dengan ppolipektomi, suatu prosedur ayng baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunkan sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon; massa tumor kemusian dieksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. H. Komplikasi Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulcerasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi, dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN A. Identitas 1). Klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Suku bangsa Agama Status perkawinan Tgl M R S Tgl Operasi Tgl Pengkajian Sumber data Diagnosa Medis 2). Penanggung Jawab Nama Umur Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Agama : Ny. D. T : 55 Tahun : Perempuan : Karunenga, Langowan : Ibu Rumah Tangga : Kristen Protestan : Tn. J. M : 59 Tahun : laki-laki : Karumenga, Langowan : Tukang Kayu : Minahasa/ Indonesia : Kristen Protestan : Kawin : 05 Januari 2008 : 12 Januari 2008 : 17 Januari 2008 : Klien dan istri klien serta dari status klien di ruangan : Post Op. Karsinoma Rectum

Hubungan dengan klien: Istri Klien

B. Riwayat Kesehatan 1). Keluhan Utama Nyeri pada daerah bekas operasi 2). Riwayat kesehatan sekarang Klien masuk Rumah sakit pada tanggal 05 januari 2008, oleh dokter klien dianjurkan untuk rawat inap, untuk rencana operasi. Klien dirawat di ruangan Markus RSU Bethesda Tomohon sejak tanggal 5 januari-12 januari 2008, yaitu waktu untuk dilakukan operasi. Setelah operasi klien dirawat selama 3 hari di ruangan Lukas (Recoveri Room), dan kemudian dipindahkan kembali ke ruangan Markus. Saat dikaji (tanggal 17 januari 2008), klien tampak terbaring diatas tempat tidur, kesdaran compos mentis. Klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi (daerah rectum), ekspresi wajah klien tampak meringis menahan sakit. Nyeri dirasakan sampai keperut bagian bawah, klien mengatakan nyeri tidak terlalu hebat/sakit. Klien mengatakan sulit untuk menggerakan badan karena nyeri pada daerah bekas operasi. Saat pengkajian, klien mampu untuk memiringkan badan sedikit kekiri dan kekanan, namun klien tampak menahan sakit yang dirasakan. Tampak luka operasi didareah abdomen, memanjang dari atas kebawah, terpasang kateter urine dan drainase. Pada tangan klien terpasang IVFD untuk nutrisi (Aminofusin/Triofusin 600/500 cc + Ketorolac/Tramadol). 3). Riwayat Kesehatan Lalu Klien pernah memeriksakan diri ke Puskesmas pada pertengahan bulan Desember 2007, dengan kleuhan tidak BAB, namun oleh dokter Puskesmas, klien diminta untuk periksakan diri ke RSU bBethesda Tomohon. Awalnya klien memeriksakan diri di bagian penyakit dalam (Dr E. J), saat diminta untuk kembali, klien memeriksakan diri ke Dr E.T, dan kemudian klien dirujuk ke dokter ahli bedah. Klien memeriksakan diri kedokter residen bedah, dan selanjutnya klien diminta kembali pada tanggal 28 desember 2007 untuk memeriksakan diri ke dokter ahli bedah. Tanggal 29 desember 2007, klien datang memeriksakan diri ke Dr. S (dokter ahli bedah), oleh dokter klien

diminta untuk menyetujui pemeriksaan biopsy, setelah itu, hasil pemeriksaan biopsy dikirim pada tanggal 29 desember 2007. Pada tanggal 31 desember 2007, klien datang kembali ke rumah sakit untuk melihat hasil pemeriksaan , klien didiagnosa karsinoma rectum, dan diminta untuk dirawat di RS, untuk rencan pembedahan. Klien datang ke RSU Bethesda Tomohon, pada tanggal 5 Januari 2008, untuk rencana operasi. 4). Riwayat kesehatan keluarga Klien mengatakan dalam keluarga klien, tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderta oleh klien, juga tidak ada yang menderita penyakit Hipertensi atau DM. C. Riwayat Psiko-Sosial 1). Psikososial Klien tampak tegang, ekspresi wajah tampak meringis. Klien bersikap kooperatif, menerima setiap tindakan yang dilakukan, menjawab pertanyaan yang diberikan. 2). Sosial Hubungan dengan keluarga terutama dengan istri terlihat baik. Hubungan dengan pasien dan keluarga pasien yang ada di ruangan tempat klien dirawat, juga terlihat baik. Klien juga bersikap kooperatif terhadap perawat perawat di ruangan. D. Riwayat Spiritual Klien menganut agama Kristen protestan. Klien yakin dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. Klien mengatakan rajin ke ibadah, baik hari minggu atau ibadah-ibadah kolom di jemaat. Klien juga percaya akan kesembuhan penyakitnya.

E. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Klien Klien terbaring diatas tempat tidur, pergerakan terbatas, ekspresi wajah meringis menahan sakit. Kesadaran compos mentis, penampilan klien sesuai usia klien (59 tahun), kebersihan kurang. Klien bersikap kooperatif, menjawab pertanyaan sesuai dengan yang ditanyakan. 2. Tanda-tanda Vital Suhu badan Nadi a. Hidung b. Leher c. Dada : 36 C : 62 x/ menit Pernapasan : 20 x/ menit Tekanan darah: 120/80 mmHg

3. Sistem Pernapasan : Lubang hidung ada, pernapasan baik (20 x/menit), tampak ada sekret, tidak ada nyeri tekan daerah sinus. : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, teraba tekanan vena jugularis : Bentuk dada normal, pergerakan dada, simetris kiri dan kanan. : warna pucat : pucat : 62 x/ menit : tidak ikterus : pucat : mukosa mulut lembab, jumlah gigi masih lengkap : tampak luka operasi, memanjang dari atas kebawah, nyeri tekan pada daerah luka operasi e. Anus : tampak ada benjolan yang keluar dari anus, terpasang drainase dengan jumlah cairan 10 cc. 4. Sistem Kardiovaskuler a. Konjungtiva b. Bibir d. Nadi 5. Sistem Pencernaan a. Sclera b. Bibir c. Mulut d. Abdomen

c. Tekanan vena jugularis : teraba

6. Sistem Indera a. Mata : tidak ada odema, bulu mata ada, alis ada. Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu untuk melihat (kaca mata). b. Hidung : penciuman baik, tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus, tampak ada sekret. c. Telinga : daun telinga tampak bersih, tidak ada sekret, pendengaran baik (saat berkomunikasi, walau dengan menggunakan suara yang kecil/tidak terlalu keras, klien tetap dapat mendengar dan menjawab sesuai dengan apa yang ditanyakan). 7. Sistem Saraf a. Status mental : orienatsi tempat, orang dan waktu; baik, klien masih mampu mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Klien mampu berkonsentrasi/perhatian pada pembicaraan. Klien menggunakan bahasa Indonesia dengan dialeg minahasa. b. Kesadaran c. Bicara 8. Sistem Integumen a. Rambut : Distribusi rambut merata, warna hitam beruban, kebersihan cukup. b. Kulit c. Kuku : teraba hangat, warna sawo matang, tampak kerusakan kontinuitas kulit akibat luka operasi didaerah abdomen. : warna putih, kebersihan cukup. 9. Sistem Endokrin a. Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran b. Riwayat penyakit DM: klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit DM. c. Suhu tubuh : stabil/normal (36 C) 10. Sistem Perkemihan a. Tidak ada odema palpebra : Compos mentis. GCS; Respon mata; 4, respon suara; 5, respon motorik; 6. : Klien berbicara dengan jelas, menjawab sesuai dengan yang ditanyakan.

b. Tidak ada moon face c. Tidak ada odema anasarka d. Klien menggunakan kateter urine (volume urine (jam 09.00: 100 cc) 11. Sistem Reproduksi a. Jenis kelamin: laki-laki - Terapsang kateter urine - Gland penis; baik - Testis; baik - Kebersihan; kurang - Penampilan klien sesuai usia klien, rambut beruban, sedikit berkumis. 12. Sistem Immun Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi (makanan, obat, asap/debu, cuaca, bulu binatang, atau zat kimia). F. Pola kebiasaan sehari-hari. 1). Nutrisi/ cairan a. sebelum sakit : Makan 3x/ hari, jenis; nasi, ikan, sayur, klien tidak terlalu suka makan buah. Minum 7-8 gelas/ hari. Jenis; air putih, teh, kopi. b. saat pengkajian : Nafsu makan kurang, klien hanya makan bubur susu dan minum susu Entrasol. Keterangan: pembatasan masukan makanan, nutrisi klien dipenuhi melalui cairan-cairan IVFD (cairan tinggi protein). 2). Istirahat dan Tidur a. sebelum sakit b. saat pengakjian : Malam 7-8 jam/ hari. : Malam 7-8/ hari Siang, 1 jam (tidak setiap hari) Siang 2-3 jam/ hari

Masalah: klien kadang terbangun karena takut selang drainase atau selang kateter urine tercabut. Klien juga kadang terbangun karean nyeri, namun tidak terlalu lama, klien biasanya langsung tertidur kembali. 3). Eliminasi a. sebelum sakit : BAB; klien mengatakan jarang BAB, dalam 1 minggu 1-2 x BAB, konsistensi keras, feces sedikit-sedikit seperti kotoran kambing. BAK; 6 7 x/ hari, warna kekuning-kuningan. b. saat pengakjian : BAB; tampak kotoran (feces) yang keluar dari anus klien, konsistensi lembek, warna kecoklatan. BAK; menggunakan kateter urine, volume urine (jam 09.00), adalah 1000 cc. Drainase: jumlah cairan 10 cc. Masalah : terpasang alat-alat invasive (kateter urine dan drainase) 4). Personal Hygiene a. sebelum sakit b. saat pengkajian : Mandi 1-2 x/ hari, cuci rambut, sikat gigi, ganti baju sesuai kebutuhan. : Sejak selesai operasi ( 3 minggu), klien belum mandi. Masalah : kerusakan mobilitas fisik 5). Aktifitas dan Olahraga a. sebelum sakit b. saat pengkajian : Klien melakukan pekerjaannya sebagai petani. Olahraga kadang-kadang. : Klien tampak terbaring diatas tempat tidur, aktifitas terbatas, klien hanya bisa miring kiri dan miring kanan. Masalah : kerusakan mobilitas fisik.

6). Ketergantungan a. rokok b. alkohol c. obat : klien mengatakan sudah hamper 1 tahun tidak merokok. : tidak ada : tidak ada.

G. Pemeriksaan Penunjang. 1. Tanda Vital Suhu badan Nadi - Hb - Leuko - Trombosit H. Terapi Medis. - Inj Ranitidin - Metronidazole - Inj Bc/Vit C - Flamic I. Pengelompokan Data Data Subjektif: - klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi (daerah rectum) - klien mengatakan jika ditekan, nyeri akan bertambah - klien mengatakan sulit untuk menggerakan badan karena nyeri - klien mengatakan ada luka bekas operasi di daerah abdomen - klien mengatakan 5 hari belum mandi : 2 x 1 amp, (golongan ulceratif/ antagonis reseptor Histamin H2) : 3 x 0,5 gram, (golongan antibiotic) : I/II drips, (vitamin) : 2 x 50 mg - Inj. Cefotaxime : 2 x 1 gram, (golongan antibiotic) - Inj KetorolacTramadol: I/II drips, (golongan analgesic) : 36 C : 62 x/ menit : 13, 1 gr % : 25.700 /mm3 : 216.000 Pernapasan : 20 x/ menit Tekanan darah: 120/80 mmHg

2. Pemerikasaan Laboratorium

Data Objektif: - ekspresi wajah tamapak meringis, menahan sakit. - tampak luka bekas operasi didaerah abdomen - terpasang IVFD di tangan kanan klien - terpasang drainase di luka operasi (10 cc) - terpasang kateter urine (1000 cc) - tanda vital SB: 36 C, P: 20 x/ menit, N: 62 x/ m, TD: 120/80 mmHg - pergerakan klien terbatas karena terpasang alat-alat invasive, juga karena nyeri - klien tampak terbaring diatas tempat tidur - aktifitas terbatas

J. Analisa Data No Data 1 DS: - klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi (daerah rectum) - klien mengatakan jika ditekan, nyeri akan bertambah - klien mengatakan sulit untuk menggerakan badan karena nyeri. - klien mengatakan ada luka bekas operasi di daerah abdomen DO: - ekspresi wajah tamapak meringis, menahan sakit. - tampak luka bekas operasi didaerah abdomen. - tanda vital SB: 36 C, P: 20 x/ menit, N: 62 x/ m, TD: 120/80 mmHg 2 DS: - klien mengatakan ada luka bekas operasi di daerah abdomen - klien mengatakan jika ditekan, nyeri akan bertambah. DO: - tampak luka bekas operasi didaerah abdomen. - terpasang IVFD di tangan kanan klien

Penyebab Tindakan pembedahan terputusnya kontinuitas jaringan merangsang saraf reseptor rangsangan ke thalamus nyeri dipersepsikan

Masalah Nyeri: akut

Tindakan pembedahan terputusnya kontinuitas jaringan

Kerusakan Integritas Kulit

DS: - klien mengatakan ada luka bekas operasi. DO: - tampak luka bekas operasi didaerah abdomen - terpasang IVFD di tangan kanan klien - terpasang drainase di luka operasi (10 cc) - terpasang kateter urine (1000 cc). DS: - klien mengatakan sulit untuk menggerakan badan karena nyeri - klien mengatakan 5 hari belum mandi. DO: - klien tampak terbaring diatas tempat tidur - aktifitas terbatas.

Tindakan pembedahan luka oprasi tindakan invasive terputusnya kontinuitas jaringan

Resiko Tinggi infeksi

port deentry mikroorganisme Tindakan pembedahan tindakan invasive terputusnya kontinuitas jaringan Nyeri keterbatasan pergerakan

Kerusakan mobilitas fisik

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri; Akut, berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan pemedahan, yang ditadai dengan: DS: - klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi (daerah rectum) - klien mengatakan jika ditekan, nyeri akan bertambah - klien mengatakan sulit untuk menggerakan badan karena nyeri. - klien mengatakan ada luka bekas operasi di daerah abdomen DO: - ekspresi wajah tamapak meringis, menahan sakit. - tampak luka bekas operasi didaerah abdomen. - tanda vital; SB: 36 C, P: 20 x/ menit, N: 62 x/ m, TD: 120/80 mmHg 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan pembedahan, yang ditandai dengan: DS: - klien mengatakan ada luka bekas operasi di daerah abdomen - klien mengatakan jika ditekan, nyeri akan bertambah. DO: - tampak luka bekas operasi didaerah abdomen.

- terpasang IVFD di tangan kanan klien 3. Resiko tinggi infeksi, berhubungan dengan luks operasi dan terpasangnya alat-alat invasive, yang ditandai dengan: DS: - klien mengatakan ada luka bekas operasi. DO: - tampak luka bekas operasi didaerah abdomen - terpasang IVFD di tangan kanan klien - terpasang drainase di luka operasi (10 cc) - terpasang kateter urine (1000 cc). 4. Kerusakan mobilitas fisik, berhubungan dengan nyeri dan terpasangnya alatalat invasive, ditandai dengan: DS: - klien mengatakan sulit untuk menggerakan badan karena nyeri - klien mengatakan 5 hari belum mandi. DO: - klien tampak terbaring diatas tempat tidur - aktifitas terbatas.

IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN No Jam Implementasi Keperawatan DX 17/01 1 10.00 1.Menganjurkan klien untuk 2008 melaporkan segera saat mulai nyeri. 2.Mengobservasi tanda-tanda vital klien 3.Mengkaji tingat nyeri, menggunakan skala nyeri 010 5.Memberikan tindakan kenyamanan (mis: meminta istri klien untuk menggosok punggung klien saat nyeri dirasakan, dan juga menganjurkan klien untuk menarik napas dalam saat nyeri datang. 6.Melayani pemberian terapi analgetik, sebagai hasil kolaborasi 17/01 2 10.00 1.Mengobservasi tanda-tanda 2008 vital. 13.30 2.Merawat luka operasi, mengobservasi keadaan umum luka. Tgl Evaluasi Keperawatan Jam: 14.15 wita S: klien mengatakan masih terasa nyeri pada daerah luka operasi. O: - Ekspresi wajah klien meringis menahan sakit, terlebih pada saat digerakan badannya. - Tanda-tanda vital: SB: 36C, N: 62 x/m, P: 20 x/m, TD: 120/ 80 mmHg - skala nyeri: 3-5 (nyeri sedang) A: masalah belum teratasi P: Pertahankan tindakan keperawatan Jam. 14.20 S: O: -luka operasi sudah dirawat, keadaan luka: bagian atas luka kering, tidak bengkak, tidak merah. Bagian bawah luka tampak ada pengeluaran cairan (bukan purulen), klien mengeluh nyeri pada luka saat ditekan. - Tanda-tanda vital: SB: 36C, N: 62 x/m, P: 20 x/m, TD: 120/ 80 mmHg A: masalah belum teratasi Jam 14.25 wita S: klien mengatakan tidak pernah merasa suhu

17/01 2008

10.00 1.Mengobservasi tanda-tanda vital, memperhatikan peningkatan suhu tubuh klien

13.30 2.Mengkaji luka terhadap tanda-tanda infeksi 13.45 3.Mengobseravsi penyatuan luka pada saat merawat luka 13.30 4.Mempertahankan perawatan luka dengan teknik aseptic.

17/01 2008

10.0 0 13.5 0

1.Mengubah posisi klien (posisi; miring kanan). 2.Membantu dalam ambulasi 3.Membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan seharihari: melayani makan klien dan mengganti pakaian klien dnegan pakaian yang bersih. 4.Menganjurkan klien untuk beristirahat,setelah selesai beraktifitas

tubuhnya naik, atau badannya panas. O: - Luka telah dirawat dengan teknik aseptic - tidak ada tanda-tanda infeksi: (panas, bengkak, merah, nyeri, kehilangan fungsi). - Tanda-tanda vital: SB: 36C, N: 62 x/m, P: 20 x/m, TD: 120/ 80 mmHg - Luka kering. A: masalah tidak terjadi P: Lanjutkan perawatan; rawat luka, dengan mempertahankan teknik aseptic. Jam. 14.30 S: klien mengatakan sudah mampu menggerakan badan. O: - posisi klien (miring kanan). - pakaian klien sudah diganti dengan pakaian yang bersih. - makaan siang klien sudah dialayani - klien tampak sedang beristirahat A: masalah teratasi sebagian. P: Lanjutkan tindakan perawatan, ubah posisi klien dengan sering.

V. CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN No DX 18/01 1 2008 Tgl Jam 10.0 0 Implementasi Keperawatan 2.Mengobservasi tanda-tanda vital. 6.Melayani pemberian terapi analgetik sebagai hasil kolaborasi Evaluasi Keperawatan Jam 14.15. wita S: klien mengatakan nyeri berkurang O: - Ekspresi wajah ceria, klien dapat berkomunikasi dengan baik, bahkan bercanda. - TTV: Sb; 36,5 C, N; 80 x/m, P; 20 x/m, TD;120/ 80 mmHg. A: masalah teratasi sebagian. P: Lanjutkan tindakan perawatan (intervensi 1,3,4,5, terlebih jika ada nyeri) S: O: - TTV: Sb; 36,5 C, N; 80 x/m, P; 20 x/m, TD;120/ 80 mmHg, luka operasi kering. A: masalah teratasi sebagian. P: lanjutkan perawatan, rencanakan perawtan luka operasi selanjutnya.

18/01 2008

10.0 0 12.0 0

1.Mengobservasi tanda-tanda vital 2.Memantau keadaan luka operasi

18/01 2008

10.0 0 12.0 0

1.mengobservasi tanda-tanda S: klien mengatakan vital. tidak pernah merasa 2.Mengobservasi keadaan luka terjadi kenaikan suhu operasi tubuh. 5.Melayani terapi antibiotic O: - TTV: Sb; 36,5 C, sebagai hasil kolaborasi (inj. N; 80 x/m, P; 20 Cefotaxime 2x19 g, x/m, TD;120/ 80 metronidazole, drips). mmHg.

- tidak terjadi peningkatan suhu tubuh. - luka operasi kering. A: masalah tidak terjadi P: Lanjutkan perawatan (intervensi 3,4) 18/01 2008 4 09.1 0 13.0 0 13.3 0 14.0 0 1.Mengubah posisi klien, miring kanan. 2.Membantu dalam ambulasi 3.Membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari: - melayani makan siang - membantu klien BAK di tempat tidur, menggunakan urinal pot. 4.Menganjurkan klien untuk beristirahat setelah selesai beraktifitas. S: O: - Posisi klien; miring kanan - makan siang klien sudah dilayani A: masalah teratasi sebagian P: lanjutkan perawatan, ubah posisi dnegan sering, Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan seharisehari, jika dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA Suzzane C. Smeltzer dan Brenda G. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Bruner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. EGC. Jakarta. 2001. Sujono Hadi. Gastroenterologi. Edisi 7. Cetakan 2. PT. Alumni. Bandung. 2002. Doengoes. M. E. Frances. G. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta. 2001. Price dan Wilson. Patofisiologi dan Konsep Penyakit. EGC. Jakarta. 2005.

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J. M DENGAN POST OPERASI KANKER REKTUM DI PAVILIUN MARKUS. RSU. GMIM BETHESDA TOMOHON

DITERIMA DAN DISETUJUI: Mengetahui:

Pembimbing Klinik

Dosen Pembimbing

Noldi. Samola. Amd. Kep

Desi. Panggalo. S.Kep. Ns

Pembimbing Akademik

Elizabeth Purba. SPd. SST

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J. M DENGAN POST OPERASI KANKER REKTUM DI PAVILIUN MARKUS. RSU. GMIM BETHESDA TOMOHON

OLEH: MANASYE N. PLEUPNA 2005033

DOSEN PEMBIMBING: ELIZABETH PURBA SPd. SST

AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA TOMOHON 2008

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN Ruangan: Bedah Pria (Markus) RSU Bethesda GMIM Tomohon Tgl 17/01 2008 No 1 DIagnosa Keperawatan Nama: Tn. J. M Umur: 59 tahun

Perencanaan Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Nyeri; Akut, Nyeri berkurang 1.Anjurkan Klien Untuk Melaporkan 1. Intervensi dini pada control nyeri berhubungan dengan sampai hilang, Segera Saat Mulai Nyeri memudahkan pemulihan otot/ jaringan terputusnya kontinuitas dengan kriteria: dengan menurunkan tegangan otot dan jaringan akibat tindakan - Klien dapat memperbaiki sirkulasi pemedahan, yang ditadai melaporkan 2.Pantau/Observasi Tanda-Tanda Vital 2.Respon automotik meliputi perubahan dengan: nyeri pada tekanan darah, nadi, dan DS: - klien mengatakan hilang/terkontro pernapasan yang berhubungan dengan nyeri pada daerah l keluhan/penghilang nyeri. Abnormalitas bekas operasi - Ekspresi wajah tanda vital terus-menerus memerlukan (daerah rectum) kembali ceria evaluasi lanjut. - klien mengatakan 3.Kaji Tingkat Nyeri (Menggunakan 3.Mengetahui seberapa besar tingkat nyeri jika ditekan, nyeri Skala 0-10). klien untuk kemudian direncanakan akan bertambah tindakan keperawatan berikutnya - klien mengatakan 4.Kaji insisi bedah, perhatikan edema, 4.pendarahan pada jaringan, bengkak, sulit untuk perubahan luka (hematoma) atau inflamasi local, atau terjadinya infeksi menggerakan badan inflamasi, mengeringkan tepi luka. dapat menyebabkan peningkatan nyeri karena nyeri. insisi. - klien mengatakan 5.Berikan tindakan kenyamanan (mis: 5.memberikan dukungan (fisik,emosional), ada luka bekas gosokan punggung, atau anjurkan menurunkan tegangan otot, operasi di daerah untuk menarik nafas dalam saat nyeri). meningkatkan relaksasi, meningkatkan abdomen ras control dan kemampuan koping. DO: - ekspresi wajah 6.Kolaborasi untuk pemberian analgetik. 6.Mengontrol/ mengurangi nyeri untuk tamapak meringis, menigkatkan istirahat dan menahan sakit. meningkatkan kerjasama dengan aturan - tampak luka bekas terapeutik operasi didaerah abdomen.

17/01 2 2008

- tanda vital; SB: 36 C, P: 20 x/ menit, N: 62 x/ m, TD: 120/80 mmHg Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan pembedahan, yang ditandai dengan: DS: - klien mengatakan ada luka bekas operasi di daerah abdomen - klien mengatakan jika ditekan, nyeri akan bertambah. DO: - tampak luka bekas operasi didaerah abdomen. - terpasang IVFD di tangan kanan klien Resiko tinggi infeksi, berhubungan dengan luks operasi dan terpasangnya alat-alat invasive, yang ditandai dengan: DS: - klien mengatakan ada luka bekas

Mencapai 1.Pantau/observasi tanda-tanda-tanda pemulihan luka vital dengan sering, perhatikan tepat waktu, tanpa demam, takipnea, takikardia, dan kompliksi, dengan gemetar. Periksa luka terhadap kriteria hasil: bengkak insisi berlebihan, inflamasi, - luka kering drainase. - klien 2.Rawat luka operasi, observasi keadaan menunjukan umum luka. perilaku/teknik peningkatan 3.gunakan plester kertas untuk balutan penyembuhan/ sesuai indikasi mencegah kerusakan kulit.

1. Mungkin indikatif dari pembentukan hematoma/ terjadinya infeksi, yang menunjang pelambatan luka dan meningkatkan resiko pemisahan luka/ dehisers. 2. Mempercepat tumbuhnya jaringan baru yang akan mempercepat penyembuhan luka. 3.Penggunaan balutan sering dapat mengaibatkan kerusakan pada kulit, karena perlekatan yang kuat.

17/01 2008

Mencapai pemulihan luka tepat waktu, dengan kriteria hasil: - luka kering - bebas dari drainase

1.Pantau/Observasi Tanda-Tanda Vital, Perhatikan Peningkatan Suhu.

1. Demam 38C segera setelah pembedahan, dapat menandakan infeksi pulmonal/ luka atau pembentukan tromboblebitis. Demam 38, 3 C dari awitan tiba-tiba dan disertai dengan menggigil, kelelahan, kelemahan, takipnea, takikardia, dan hipotensi menandakan syok septic. Peningkatan

operasi. DO: - tampak luka bekas operasi didaerah abdomen - terpasang IVFD di tangan kanan klien - terpasang drainase di luka operasi (10 cc) - terpasang kateter urine (1000 cc).

purulen atau eritema. - bebas dari tanda-tanda infeksi (panas, bengkak, merah, nyeri, kehilangan fungsi)

2. Kaji Luka Terhadap Tanda-Tanda Infeksi (Panas,Bengkak,Merah,Nyeri,Kehilan gan Fungsi). 3.Observasi Penyatuan Luka, Karakter Drainase, Adanya Inflamasi. 4.Pertahankan perawatan luka aseptic, pertahankan balutan kering 1.Ubah posisi dengan sering

suhu 4-7 hari setelah pembedahan, sering menandakan abses luka atau kebocoran cairan. 2. Mengetahui keadaan luka dan kemajuan penyembuhan luka. Infeksi akan memperlambat proses penyembuhan luka. 3.Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan. 4.Melindungi klien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah bertindak sebagai sumbu retrogad, menyerap kontaminan eksternal. 1.Meningkatkan suplai O2 dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan. 2.mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera. 3.Membantu terpenuhinya kebutuhan klien. 4.Meningkatan istirahat untuk menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan dan untuk aktifitas lanjut.

17/01 2008

Kerusakan mobilitas fisik, berhubungan dengan nyeri dan terpasangnya alat-alat invasive, ditandai dengan: DS: - klien mengatakan sulit untuk menggerakan badan karena nyeri - klien mengatakan 5 hari belum mandi. DO: - klien tampak terbaring diatas tempat tidur - aktifitas terbatas.

Mobilitas terpenuhi, dengan kriteria hasil: - klien akan melaporkan kemampuan dalam melakukan aktifitas. - klien dapat melakukan aktifitas kembali

2.Bantu dalam ambulasi bila dibutuhkan 3.Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, jika dibutuhkan. 4.Anjurkan untuk istirahat setelah melakukan aktifitas.

PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM Faktor faktor resiko untuk kanker kolon/ rectum. - usia lebih dari 40 tahun - riwayat polip rectal atau polip kolon - adanya polip adenomatosa atau adenoma villius - riwayat keluarga engan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga. - riwayat penyakit usus inflamasi ronis. - diet tinggi lemak, protein, daging, dan rendah serat. Adenokarsinema (muncul dari lapisan epitel usus) Kanker Rektum Penatalaksanaan Pembedahan Terputusnya kontinuitas jaringan Kerusakan integritas kulit Merangsang serabut-serabut sensorik Rangsangan nyeri dibawa dari reseptor masuk melalui radiks dorsalis medulla spinalis Serabut-serabut menuju thalamus Impuls disebarkan ke orteks sensorik di dalam thalamus Rangsangan nyeri dipersepsikan Nyeri (akut) Pemasangan alat-alat invasive Port de entry mikroorganisme

Resiko tinggi Infeksi Kerusakan mobilitas fisik

You might also like