You are on page 1of 66

TABULAMPOT JAMBU AIR (2)

Tanaman jambu air (Syzygium aqueum) diduga sebagai tanaman asli Indonesia, ada juga yang menduga berasal dari India dan Asia tenggara.Jambu air ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia. Jambu air merupakan tanaman menahun (parensial) dan berbuah dua kali setahun, bulan Juli dan September. Ketinggian pohon bisa mencapai 7 meter. Buah jambu air mengandung kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi dan vitamin C serta air. Bagian yang dapat dimakan dari buah jambu air sebanyak 90%. Jambu air banyak jenis dan varitasnya, antara lain Cincola, Lilin, Semarang, Apel, Camplong, Bangkok dan lain-lain. Jambu air dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian tempat rendah sampai 1.000 m dari permukaan laut (dpl). Katinggian tempat yang optimal adalah 3 - 500 m dpl. Jambu air memerlukan curah hujan yang cukup, tetapi hujan pada saat berbunga akan merontokkan bunganya. Tanah yang cocok adalah tanah yang subur, gembur, banyak humus, aerasi dan drainase baik serta pH tanah 4 8. Jambu air dapat diperbanyak dengan biji, cangkok, sambung, okulasi dan stek. Kecuali dengan biji, cara perbanyakan di atas memiliki keuntungan antara lain cepat berbuah, memiliki sifat yang sama dengan induknya dan tanaman tidak terlalu tinggi. Untuk penanaman di pot pilihlah bibit berasal cangkok, karena dari beberapa cara perbanyakan tersebut bibit cangkok paling cepat berbuah. Pencangkokan yang baik dilakukan pada musim hujan, karena pertumbuhan akar lebih cepat dan dapat mengurangi penyiraman. Pilihlah cabang atau ranting yang sudah pernah berbuah dan banyak daunnya. Kupas kulitnya sepanjang kira-kira 3 cm. Diamkan 1 - 4 minggu. Tutup dengan media moss (lumut) yang sudah dibasahi dan bungkus dengan plastik transparan (plastik kresek putih) atau sabut kelapa, setelah 3 bulan akar terlihat tumbuh memeuhi media cangkok dan cangkokan sudah dapat di potong. Pakailah pot yang sesuai dengan ukuran tanamannya, misalnya pot dengan diameter 30 cm dan tinggi 35 cm atau yang lebih besar. Makin besar ukuran pot makin mudah tanaman untuk tumbuh normal. Isilah pot dengan ijuk atau pecahan genteng setebal 5 cm sebagai penahan keluarnya media tanam saat penyiraman. Kemudian isi dengan media tanam yang terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan volume yang sama sampai penuh. Sesudah cangkokan dipotong, kurangi daun sampai setengahnya, untuk mengurangi penguapan. Kalau bibit terlalu tinggi bisa dipotong agar tanaman yang baru ditanam nantinya tidak sering

tergoyang

karena

angin

atau

penyiraman.

Penanaman yang baik dilakukan pada saat suhu udara rendah seperti pagi atau sore hari. Lubangi media tanam seukuran bungkusan akar cangkokan. Buka plastik pembungkus akar cangkokan dan bibit dapat ditanam di pot. Tempatkan tanaman pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung sampai tanaman bertunas baru dan tumbuh kokoh, sesudah itu secara bertahap ditempatkan pada tempat yang terkena sinar matahari penuh. Penyiraman 1 atau 2 kali sehari, pada pagi dan sore hari terutama pada musim kemarau. Penggemburan media tanam dilakukan apabila media tanam sudah mengeras dan padat, dilakukan hati-hati agar tidak merusak akar. Penggemburan juga dapat dilakukan dengan menyiramkan AgriSC sebanyak 1 1,5 cc/liter air. Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tajuk tanaman. Setiap pemangkasan akan memunculkan tunas baru, pilihlah 3 tunas baru untuk ditumbuhkan. Makin banyak cabang dan ranting, makin banyak tempat keluarnya bunga. Pemangkasan juga dilakukan untuk membuang tunas liar yang biasanya tumbuh cepat lurus ke atas atau membuang tunas yang sakit dan tidak produktif. Pemupukan untuk jambu air yang belum berbuah dilakukan setiap bulan dengan memberikan Urea, TSP dan KCl dengan perbandingan 2:1:1 sebanyak 15 gram (3 sendok makan). Pupuk ditanam sekeliling pinggiran media tanam, dan lakukan penyiraman setiap selesai memupuk. Pemupukan untuk jambua iar yang sudah berbuah atau akan berbuah dilakukan 2 atau 3 kali setahun menjelang berbuga dengan Urea, TSP dan KCl dengan perbandingan 1:2:1 sebanyak 15 gram (3 sendok makan). Sebagai tambahan dapat diberikan pupuk daun seperti Gandasil D (untuk pertumbuhan vegetatif) dan Gandasil B (untuk pertumbhan generatif) setiap seminggu sekali dengan dosis seperti anjuran dikemasannya. Setiap 3 -5 tahun sekali dapat dilakukan pergantian pot kalau ukuran pot sudak tidak mencukupi atau pot rusak. Kalau tidak mengganti pot, maka media tanamnya saja yang diganti. Potonglah sekitar 5 cm media tanam beserta akar disekeliling pinggir dan bagian bawah media tanam deng pisau tajam secara pelan, kemudian tanam kembali dengan menambahkan media tanam yang baru. Setiap pemotongan akar harus diimbangi dengan pengurangan daun, kalau tidak tanaman secara alami akan melayukan dan menggugurkan daunnya. Terlepas dari petunjuk teknis di atas, perawatan yang terbaik adalah perhatian kita terhadap tanaman tersebut. Makin diperhatikan biasanya tanaman akan memberikan hasil yang kita harapkan. (ficusbenyamina.blogspot.com)

SYARAT TUMBUH BUDIDAYA JAMBU AIR


Oct.20, 2011 in Usaha Perkebunan

Keberhasilan suatu budi daya Jambu Air didukung oleh banyak faktor, di antaranya kondisi lingkungan yang sesuai dan menunjang pertumbuhan tanaman jambu air. Meskipun sebagian besar kondisi lingkungan alam di Indonesia menunjang untuk berbagai macam jenis tanaman termasuk tanaman jambu air tersebut, perlu dipilih lokasi yang benar-benar sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman jambu air untuk menghasilkan produk jambu air yang berkualitas tinggi. Sebagai informasi berikut beberapa penjelasan mengenai kondisi yang cocok atau syarat tumbuh budi daya jambu air:

IKLIM OPTIMUM UNTUK BUDIDAYA JAMBU AIR


1. 2. 3. 4. 5. Iklim meliputi beberapa komponen yang berkaitan satu sama lain, adapun kondisi iklim yang diperlukan dalam budi daya jambu air adalah : Angin sangat berperan dalam pembudidayaan jambu air. Angin berfungsi dalam membantu penyerbukan pada bunga. Tanaman jambu air akan tumbuh baik di daerah yang curah hujannya rendah/kering sekitar 500 3.000 mm/tahun dan musim kemarau lebih dari 4 bulan. Dengan kondisi tersebut, maka jambu air akan memberikan kualitas buah yang baik dengan rasa lebih manis. Cahaya matahari berpengaruh terhadap kualitas buah yang akan dihasilkan. Intensitas cahaya matahari yang ideal dalam pertumbuhan jambu air adalah 40-80 %. Suhu yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu air adalah 18-28 derajat C. Kelembaban udara antara 50-80 %.

MEDIA TANAM BUDIDAYA JAMBU AIR


Jenis media tanam yang cocok untuk budi daya jambu air adalah : Tanah yang cocok bagi tanaman jambu air adalah tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok sebagai media tanam jambu air adalah 5,57,5. Kedalaman kandungan air yang ideal untuk tempat budi daya jambu air adalah 0- 50 cm; 50-150 cm dan 150-200 cm. Tanaman jambu air sangat cocok tumbuh pada tanah datar.

KETINGGIAN TEMPAT OPTIMUM DALAM BUDIDAYA JAMBU AIR


Tanaman jambu air mempunyai daya adaptasi yang cukup besar di lingkungan tropis dari dataran rendah sampai tinggi yang mencapai 1.000 m dpl.

Penanaman Stek Pucuk Jambu Air


Parent Category: Uncategorised Category: artikel Published on Wednesday, 30 May 2012 04:30 Hits: 393
Sayang rasanya melihat pucuk-pucuk tunas terbuang percuma ketika LembahPinus.Commelakukan pemangkasan bentuk pada koleksi jambu air yang langka maka LembahPinus.Commemutuskan untuk memasukkan potongan stek pucuk jambu air kedalam kendi irigasi yang ada pada tabulampot delima, hasilnya sungguh menakjubkan, dalam waktu 1 bulan tampak daun tidak layu dan perakaran yang berwarna putih mulai terbentuk di pangkal tunas... Tunas pucuk yang baik yang dapat di 'hydro stek' adalah tunas pucuk setinggi 10 - 15 cm yang pangkal tunasnya sudah berwarna kecoklatan, keberhasilan stek tunas pucuk yang masih berwarna hijau sangatlah jaringan digunakan sebagai rendah, kecuali jika larutan kultur medianya.

Walaupun daun pada stek diperlukan untuk pembentukan akar, tapi daun yang jumlahnya terlalu banyak akan mengurangi tingkat keberhasilan proses stek, daun pada tunas perlu dikurangi

jumlahnya hingga 3-5 daun kecil saja. Pengurangan ini dimaksudkan agar tidak terjadi penguapan air yang berlebihan pada daun yang dapat menyebabkan kematian stek. Untuk merangsang pertumbuhan akar agar tumbuh lebih cepat, larutan perangsang akar seperti Liquinox Start, Grow Quick, dan LigroVit dapat diaplikasikan pada larutan irigasi dalam kendi. LembahPinus.Com lebih menyukai penggunaan Liquinox Start untuk alasan adanya kandungan Phosphoric Acid (P2O5) di dalamnya yang tidak dimiliki merek lainnya. Berbeda dengan merek lainnya yang hanya melengkapi produknya dengan hormon NAA, IBA, dan vitamin B1, Phosphoric Acid (P2O5) di dalam Liquinox Start diperlukan tanaman sebagai nutrisi untuk pembentukan dan pertumbuhan akar. Untuk mengunakan Liquinox Start, larutkan 1 sendok makan Liquinox Start pada 4 liter air yang akan digunakan untuk pengairan irigasi kendi. Isi kendi irigasi dengan larutan kemudian masukkan stek tunas pucuk ke dalam kendi. Pastikan setiap hari agar ketinggian larutan di dalam kendi tidak kurang dari 1/4 tinggi kendi. Untuk amannya dinding luar kendi dapat di beri lapisan kedap air sampai ketinggian dimaksud yaitu 1/4 tinggi kendi. Penggunaan zat perangsang pertumbuhan akar pada sistem irigasi kendi tidak saja bermanfaat untuk media stek tunas pucuk, tetapi sistem perakaran tanaman utama tabulampot akan tumbuh dengan subur karena sistem perakarannya akan ikut terangsang untuk tumbuh dan pada gilirannya juga akan membuat tunas cabang dan tunas daun bermunculan serta bunga/buah tidak mudah rontok. Setelah 3 bulan, atau jika dilihat jumlah akar sudah cukup banyak dan kuat, maka stek dapat dipindahkan ke dalam polybag untuk aklimatisasi sebelum dapat dipindahkan ke lapangan/kebun.

TP Pembiakan Tanaman I Acara "Setek"


BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup memerlukan pembiakan untuk mempertahankan jenisnya dan juga untuk bertahan hidup, termasuk didalamnya adalah tumbuhan. Cara pembiakan pada tumbuhan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : pembiakan dengan cara generatif atau yang disebut juga dengan cara kawin dan pembiakan dengan cara tidak kawin atau yang disebut juga vegetatif. Pembiakan dengan cara generatif dapat dilakukan dengan cara penyerbukan pada tumbuhan. Penyerbukan yaitu peristiwa jatuhnya benang sari di kepala putik. Dan selanjutnya melalui proses peleburan gamet jantan dari benang sari dengan gamet betina di kepala putik atau disebut dengan peristiwa pembuahan.

Sedangkan pembiakan dengan cara vegetatif adalah cara pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru dan sama persis dengan induknya. Prinsip dari pembiakan ini adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, daun, sekaligus.Pembiakan dengan cara vegetatif (tidak kawin) memiliki lebih banyak keuntungan daripada pembiakan dengan cara generatif (dengan kawin). Keuntungannya adalah pembiakan dengan cara vegetatif dapat menghasilkan produk yang lebih banyak dan bervariasi dari satu induk saja. Selain itu, hasil yang diperoleh dari pembiakan vegetatif ini memiliki sifat yang mirip dengan induknya. Pembiakan dengan cara vegetatif dapat dilakukan dengan banyak cara, seperti : setek, sambung, cangkok dll. Pembiakan dengan cara setek memilik teknik yang sangat mudah untuk dilakukan.Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari tanaman seperti; akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian bagian tanaman tersebut menghasilkan tanaman baru. Perbanyakan dengan setek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang, namun pada beberapa tanaman seperti Asparagus dalam kondisi terkontrol dapat dilakukan. Cara perbanyakan dengan metode setek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar dan akar yang baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan setek sehingga menjadi tanaman baru. Pembiakan dengan cara vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan batang (setek batang) contohnya adalah pada tanaman singkong, adenium, jeruk, dengan menggunkaan akar (setek akar) contohnya adalah cemara dan dengan menggunakan daun (setek daun) contohnya adalah cocor bebek.

1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara-cara penyetekan. 2. Untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap keberhasilan pembentukan sistem penakaran pada setek batang.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Salah satu cara perbanyakan tanaman untuk memenuhi kebutuhan bibit adalah perbanyakan secara vegetatif. Cara ini memiliki banyak keuntungan diantaranya kinerja genotipe yang baik dari tanaman induknya akan diulang secara konsisten dan berkelanjutan yang tidak diperoleh pada perbanyakan secara generatif atau biji. Sedangkan Zobel dan Talbert (1984) mengatakan bahwa dengan perbanyakan secara vegetatif menghasilkan tanaman yang lebih unggul, seragam dan dapat mempercepat hasil program pemuliaan tanaman (Mahfudz dkk , 2006). Keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara lain keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya, tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar, produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinyu dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak, meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji (Pudjiono, 1996). Menurut Khan (1994) pembibitan secara vegetatif sangat berguna untuk program pemuliaan tanaman yaitu untuk pengembangan bank klon (konservasi genetik), kebun benih klon, perbanyakan tanaman yang penting hasil persilangan terkendali, misalnya hybrid atau steryl hybrid yang tidak dapat bereproduksi secara seksual, perbanyakan masal tanaman terseleksi (Adinugraha dkk, 2007). Stek (cutting) adalah suatu teknik mengusahakan perakaran dan bagian-bagian tanaman (cabang, daun, pucuk dan akar) yang mengandung mata tunas dengan memotong dari induknya untuk tanaman, sehingga akan diperoleh tanaman baru. Menurut bentuknya, setek dapat dibedakan menjadi beberapa bagian antara lain adalah stek akar, stek daun, stek batang, stek umbi dan stek pucuk (Pracaya, 1996). Salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang secara teknis cukup mudah dan sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan investasi yang besar adalah stek. Teknik perbanyakan vegetatif dengan stek adalah metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang

dipisahkan dari induknya di mana jika ditanam pada kondisi yang menguntungkan untuk beregenerasi akan berkembang menjadi tanaman yang sempurna (Harjadi, 1995). Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyetekan adalah pembentukan akar, karena timbulnya akar merupakan indikasi berhasil tidaknya setek tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu penyetekan adalah faktor tanaman, faktor lingkungan dan faktor pelaksanaan (Rochiman dan Harjadi 1973). Perbanyakan secara stek akan diperoleh tanaman yang baru yang sifatnya seperti induknya. Stek dengan kekuatan sendiri akan menumbuhkan akar dan daun sampai dapat menjadi tanaman yang sempurna dan menghasilkan bunga dan buah (Wudianto, 2002). Setek pucuk merupakan salah satu cara perbanyakan vegetatif dengan cara memanfaatkan tunas atau trubusan dari batang muda yang masih dalam pertumbuhan dengan cara menumbuhkan tunastunas aksiler pada media tanam sehingga menghasilkan akar dan selanjutnya ditanam dilapangan. Penggunaan zat pengatur tumbuh dilakukan untuk memacu terbentuknya perakaran pada setek. Auksin seperti IBA, IAA, dan NAA merupakan komponen dalam zat pengatur tumbuh sintetik yang telah banyak beredar dipasar yang berfungsi dan memiliki efek sama dalam pembentukan jumlah dan panjang akar sedangkan penggunaan media tanam merupakan aspek penting dalam perbanyakan tanaman secara setek karena media tumbuh diperlukan sebagai sarana penyedian nutrisi (hara tanah), kelembapan, suhu, dan oksigen yang optimal (Mahfudz dkk , 2006). Stek akar banyak yang digunakan pada tanaman perkebunan. Bagian akar yang kita ambil adalah cabang akar yang tidak jauh dari akar tunggang dan berasal dari tanaman yang berdaun banyak. Hal ini dimaksudkan agar akar yang digunakan mempunyai persiapan-persiapan karbohidrat, protein dan lemak sebagai cadangan makanan dari hasil fotosintesis dan sebagai sumber energy untuk pembentuk akar baru (Hardjadi, 1996). Kita memang kurang akrab dengan stek akar, sehingga pengetahuan kita tentang jenis tanaman apa yang biasa diperbanyak dengan stek akar juga sangat terbatas. Orang-orang yang tinggal di negeri 4 musim menyerbutkan bahwa stek akar sangat mudah dilakukan. Banyak jenis tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara ini yaitu beberapa tumbuhan yang berbentuk pohon, semak, tanaman pemanjat, perennial (tanaman tahunan) dan tanaman dataran tinggi dan beberapa tanaman pohon yang sudah kita ketahui bias diperbanyak dengan stek akar adalah cemara, jambu biji, jeruk keprok, kesemak, dan sukun (Wudianto, 2002). Teknik multiplikasi bibit melalui stek batang bibit merupakan salah satu alternatif dalam rangka menduplikasi genetik bibit yang diketahui memiliki kualitas unggul. Dari satu batang bibit yang telah diketahui kualitas genetiknya dapat diperbanyak menjadi beberapa batang bibit baru yang memiliki kualitas yang seragam. Teknik multiplikasi bibit ini sangat berguna untuk memperoleh bibit dalam skala yang banyak dengan kualitas yang seragam dan menghemat penggunaan benih. Teknik ini akan tersa lebih bermanfaat apabila jenis tanaman sulit diperoleh benihnya. Dibandingkan multiplikasi secara invitro pada kultur jaringan, teknik multiplikasi bibit lebih efisien dan tidak membutuhkan sarana yang lebih rumit. Kunci utama dalam keberhasilan teknik multiplikasi bibit adalah bagaimana dapat menumbuhkan akar dengan baik (Hidayat, 2010).

Batang yang dipilih untuk stek batang adalah biasanya mempunyai umur kurang lebih satu tahun. Cabang yang terlalu tua tentunya kurang baik untuk distek karena sulit untuk membentuk akar sehingga memerlukan waktu lama, sedangkan cabang terlalu muda (tekstur lunak) proses penguapan sangat cepat sehingga stek menjadi lemak dan akhirnya mati (Rukmana, 1996). Stek batang adalah stek yang menggunakan bagian dari batang tanaman, sebagian orang menyebutkan dengan stek cabang. Umumnya tanaman yang dikembangbiakan dengan stek cabang adalah tanaman berkayu. stek cabang ini meliputi stek cabang yang telah tua dan cabang yang setengah tua (Wudianto 2002). Stek batang banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah. Syarat multah tanaman yang akan diperbanyak secara stek batang adalah harus memiliki cambium batang, cabang atau ranting yang ideal untuk bahan stek harus memenuhi syarat berikut : tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dengan umur tanaman sekitar 1 tahun dan batangnya berwarna kehijaun, sehat yaitu bebas dari hama dan penyakit,subur, dan tidak tergantung keadaan efisiensi atau kekurangan salah satu unsure yang diperoleh tanaman, diameter bahan stek sekitar 0,5 cm dan bahan stek harus memiliki cukup bakal tunas (Rahardja dan wahyu, 2003). Stek daun adalah pembiakan dengan pematangan sehelai daun dari tanaman induknya dengan maksud mengusahakan perakaran dari bagian daun tersebut, stek daun banyak diterapakan pada tanaman hias sukulen, daun lebal berdaging dan kandungan airnya juga tinggi. Daun yang dipilih untuk stek ini harus telah cukup umurnya dan mempunyai karbahidrat yang tinggi dan harus hijau (Setyati, 1995). Perbanyakan dengan stek daun yaitu menggunakan sehelai daun yang lengkap dengan tangkainya, sedangkan pada tanaman lain seperti begonia diperbanyak dengan helai daun tanpa tangkai.tanaman sukuren yang mempunyai daun berukuran besar, yaitu panjang lebih dari 10 cm, dapat diperbanyak dengan memotong daunnya secara horizontal menjadi bagian-bagian (Basir, 1998).

BAB 3. METODOLOGI 3.1.Tempat dan Waktu Praktikum pembiakan vegetatif dengan cara setek (cuttage) dilakukan di Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Kamis tanggal 8 Maret 2012 pukul 14.00 WIB sampai selesai.

3.2.Alat dan Bahan 3.2.1. Alat 1. Polibag 2. Pisau tajam (cutter) 3. Botol semprot (hand sprayer) 4. Timba

3.2.2. Bahan 1. Tanaman buah naga (Hylocereus sp.) 2. Media pasir 3. Kompos 4. Arang sekam

3.3.Cara Kerja 1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang diperlukan. 2. Membuat perlakuan media tanam menjadi beberapa komposisi sebagai berikut: a. Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 3 : 1 : 1 b. Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1 : 3 : 1 c. Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1 : 1 : 3 3. Memasukkan media tanam ke dalam polibag dengan volume 2/3 bagian dari dasar polibag. 4. Memilih bahan stek dengan memotong bagian batang buah naga yang agak muda miring 45o ukuran kurang lebih 10 cm.

5. Menanam bahan stek tersebut kedalam polibag yang telah diisi dengan komposisi media tanam hingga 1/3 bagian. 6. Menjaga kelembaban tanah dengan melakukan penyiraman menggunakan hand sprayer.

DAFTAR PUSTAKA Adinugraha, Hamdan Adma, dkk. 2007. Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis TanamanAcacia mangium. Jurnal Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan vol 5 No. 2:1

Basri Jumin, 1998. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta : Rajawali Press.

Hidayat, Yayat. 2010. Pertumbuhan Akar Primer, Sekunder, Dan Tersier Stek Batang Bibit Surian. Jurnal Wana Mukti Forestry Research vol 10 (2):1.

Mahfudz, dkk. 2006. Pengaruh Zat pengatur tumbuh Dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Merbau. Jurnal Pusat Litbang Hutan Tanaman Universitas Wangsa Manggala Vol 3 No. 1:1.

Pracaya, 1996. Bertanam Mangga. Jakarta : Penebar Swadaya.

Raharja, P.C. dan Wahyu Wiryanta, 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Depok : Penerbit Agro Media Pustaka.

Rahmat Rukmana, 1996. Bertanam Sayuran. Yogyakarta:Kanisius.

Rini Wudianto, 2002. Membuat Setek, Cangkok dan okulasi. Jakarta : Penebar Swadaya

Setyati Hardjadi, 1995. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia.

Budidaya Jambu Air


Budidaya Tanaman Jambu Air - Budidaya Petani. Jambu air kalau di daerah pedesaan sangat banyak dijumpai. Rasa yang segar dari jambu air karena banyak mengandung air. Budidaya BuahJambu Air jika dilakukan dengan benar akan menambah kesejahteraan petani. Berikut artikel tentang Cara Budidaya Jambu Air. 1.SEJARAH SINGKAT JAMBU AIR Jambu air berasal dari daerah Indo Cina & Indonesia, tersebar ke Malaysia & pulau-pulau di Pasifik. Selama ini masih terkonsentrasi sebagai tanaman pekarangan utk konsumsi keluarga. Buah Jambu air tdk hanya sekedar manis menyegarkan, tetapi memiliki keragaman

dlm penampilan. Jambu air(Eugenia aquea Burm) dikategorikan salah satu jenis buahbuahan potensial yg belum banyak disentuh pembudidayannya utk tujuan komersial. Sifatnya yg mudah busuk menjadi masalah penting yg perlu dipecahkan. Buahnya dapat dikatakan tdk berkulit, sehingga rusak fisik sedikit saja pada buah akan mempercepat busuk buah. 2. JENIS TANAMAN JAMBU AIR Sistematika tanaman jambu air adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantarum Sub Kingdom : Kormophyta Super Divisio : Kormophyta biji Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Classis : Dycotyledoneae Ordo : Myrtales Familia : Myrtaceae Genus : Syzygium Species : Eugenia aquea Selain itu juga terdapat 2 jenis jambu air yg banyak ditanam, tetapi keduanya tdk begitu menyolok perbedaannya. Ke dua jenis tersebut adalah Syzygium quaeum (jambu air kecil) & Syzygium samarangense (jambu air besar). Varietas jambu air besar yakni: jambu Semarang, Madura, Lilin (super manis), Apel & Cincalo (merah & hijau/putih) & Jenis-jenis jambu air lainnya adalah: Camplong (Bangkalan), Kancing, Mawar (jambu Keraton), Sukaluyu, Baron, Kaget, Rujak, Neem, Lonceng (super lebat), & Manalagi (tanpa biji). Sedangkan varietas yg paling komersil adalah Cincalo & Semarang, yg masing-masing terdiri dari 2 macam (merah & putih). 3. MANFAAT TANAMAN JAMBU AIR Pada umumnya jambu air dimakan segar, tetapi dapat juga dibuat puree, sirop, jeli, jam/berbentuk awetan lainnya. Selain sebagai buah meja jambu air juga telah menjadi santapan canggih dgn dibuat salada & fruit coctail. Kandungan kimia yg penting dari jambu air adalah gula & vitamin C. Buah jambu air masak yg manis rasanya, selain disajikan sebagai buah meja juga utk rujak & asinan. Kadang-kadang kulit batangnya dapat digunakan sebagai obat. 4. SENTRA PENANAMAN JAMBU AIR Menurut data statistik dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Jawa Barat, Kabupaten Karawang, Tangerang, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Cirebon, Subang & Bekasi termasuk 10 besar sentra penanaman pohon jambu. Jambu air Cincalo merah banyak terdapat di Karawang & terkenal dgn jambu Bolang yg bila matang benar berwarna merah tua kebiruan dgn rasa manis-asam segar sedangkan Jambu air Semarang (merah & putih) banyak terdapat di Indramayu. 5. SYARAT TUMBUH JAMBU AIR 5.1. Iklim Yang Cocok Untuk Budidaya Jambu Air Angin sangat berperan dlm pembudidayaan jambu air. Angin berfungsi dlm membantu penyerbukan pada bunga. Tanaman jambu air akan tumbuh baik di daerah yg curah hujannya rendah/kering sekitar 5003.000 mm/tahun & musim kemarau lebih dari 4 bulan. dgn kondisi tersebut, makajambu air akan memberikan kualitas buah yg baik dgn rasa lebih manis. Cahaya matahari berpengaruh terhadap kualitas buah yg akan dihasilkan. Intensitas

cahaya matahari yg ideal dlm pertumbuhan jambu airadalah 4080 %. Suhu yg cocok utk pertumbuhan tanaman jambu air adalah 18-28 derajat C. Kelembaban udara antara 50-80 %. 5.2. Media Tanam Jambu Air

Tanah yg cocok bagi tanaman jambu air adalah tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah (pH) yg cocok sebagai media tanam jambu air adalah 5,5 7,5. Kedalaman kandungan air yg ideal utk tempat budidaya jambu air adalah 0- 50 cm; 50-150 cm & 150-200 cm. Tanaman jambu air sangat cocok tumbuh pada tanah datar. 5.3. Ketinggian Tempat Tanaman jambu air mempunyai daya adaptasi yg cukup besar di lingkungan tropis dari dataran rendah sampai tinggi yg mencapai 1.000 m dpl. 6. PEDOMAN BUDIDAYA JAMBU AIR 6.1. Pembibitan Jambu Air 1) Persyaratan Benih/Bibit Jambu Air Biji berasal dari varietas unggul, berumur lebih dari 15 tahun, produktif & produksi stabil. Biji berasal dari buah masak pohon, yg besarnya normal & mulus. Biji dikeringanginkan selama 1-3 hari di tempat teduh. Biji-biji yg memenuhi syarat adalah berukuran relatif besar, ukuran seragam, bernas & tdk cacat, dianjurkan dlm meggunakan bibit jambu air hasil cangkokan/ okulasi. Selain lebih mudah dilakukan, cara ini lebih cepat menghasilkan buah. 2) Persiapan Benih Jambu Air a. Bibit Enten (Grafting) Model sambungan yg terbaik adalah sambungan celah. Batang bawah berasal dari bibit hasil perbanyakan dgn biji yg berumur 10 tahun, sedangkan pucuk berasal dari pohon induk unggul. Setelah disambung bibit dipelihara selama 2-3 bulan b. Bibit Cangkok Cabang yg akan dicangkok berada pada tanaman yg unggul & produktif. Cabang yg dipilih tdk telalu tua/muda, berwarna hijau keabu-abuan/kecoklat-coklatan dgn diameter sedikitnya 1.5 cm. Setelah 2-2.5 bulan (sudah berakar), bibit segera dipotong & ditanam dipolibag dgn media campuran : pupuk kandang 1 : 1. Bibit dipelihara selama 1 bulan. 3) Teknik Penyemaian Benih Persemaian dapat dilakukan di dlm bedengan atau di polibag. a) Bedengan

Olah tanah sedalam 30-40 cm dgn cangkul kemudian keringkan selama 15-30 hari. Buat bedengan dgn lebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang sesuai lahan & jarak antar bedengan 60 cm. Campurkan 2 kg/m 2 pupuk kandang dgn tanah bedengan.

Buat sungkup bedengan berbentuk setengah lingkaran dgn tinggi pusat lingkaran minimal 50 cm. Naungi sungkup dgn plastik bening. b) Polybag

Lubangi dasar polybag diameter 10-15 cm. Isi polibag dgn media berupa campuran tanah, pupuk kandang (2 : 1). Simpan polybag di dlm sungkup. 4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian Pemeliharaan pembibitan dilakukan dgn cara sebagai berikut:

Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari, terutama jika kemarau. Penyiangan dilakukan sesuai dgn pertumbuhan gulma. Pemupukan setiap 3 bulan dgn urea, SP-36 & KCl (2:1) sebanyak 50-100 gram/m 2 atau 4 gram/polibag. Penyemprotan pestisida dgn konsentrasi 30-50% dari dosis anjuran. Membuka sungkup jika cuaca cerah secara berangsur-angsur agar tanaman dapat beradaptasi dgn lingkungan kebun. 5) Pemindahan Bibit Bibit di bedengan dipindahkan ke polybag setelah berumur 6 bulan. Pindah tanam ke lapangan dilakukan setelah bibit berumur 10-12 bulan di persemaian. [ Bibit Jambu Air] 6.2. Pengolahan Media Tanam Jambu Air 1) Persiapan Calon tempat tumbuh tanaman jambu air harus dibersihkan dahulu dari berbagai pengganggu seperti: rerumputan, semak/onak & binatang. Lahan hanya diolah di lubang tanam & dilaksanakan 15-30 m hari sebelum tanam. Jarak tanam jambu air adalah 8 x 8 m dgn lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm. 2) Pembukaan Lahan Tanah yg akan dipergunakan utk Tanaman jambu air dikerjakan semua secara bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak & rerumputan dibuang, & benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul sampai dalam, dgn mempertimbangkan bibit yg akan ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tdk perlu terlalu dlm tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yg cukup dalam. Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1 m & kedalam disesuaikan dgn kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yg kurang lancar. Tanah yg kurus & kurang humus/tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yg dibuat dgn cara mengubur ranting-ranting & dedaunan, dgn kondisi seperti ini dibiarkan selama kurang lebih 1 tahun kemudian dilanjutkan pembuatan bedengan sesuai dgn kebutuhan. 3) Pengapuran Pengapuran tanah sebaiknya dilakukan 1 atau 2 bulan menjelang hujan. 4) Pemupukan Sebelum penanaman kedalam lubang tanam perlu dimasukkan pupuk kandang sekitar 1 blek minyak tanah. Jika perlu ditambah 2 genggam pupuk NPK. Setelah itu perlu diberi pelindung. [Pengelolaan Media Tanam Jambu Air]

6.3. Teknik Penanaman Jambu Air Penanaman jambu air dapat dilakukan di pot/di kebun, Jika yg digunakan adalah bibit cangkokan maka penanaman batang lebih dlm agar pohon bisa tumbuh secara kuat. 1) Penentuan Pola Tanam Jambu Air Bibit jambu air dikebun dapat ditanam dgn pola tanam/jarak tanam 8 x 8 m. 2) Pembuatan Lubang Tanam Jambu Air Lubang tanam sebaiknya dibuat pada akhir musim kemarau/menjelang musim hujan, agar pada saat mendekati musim hujan, tanaman sudah berdiri. dgn demikian tanaman baru (pada musim hujan) tdk perlu disiram 2 kali sehari. Penyiapan lubang tanaman terdiri dari:

mula-mula tanah digali di tempat yg sudah ditentukan; ukuran lubang ukuran lubang: panjang x lebar x dlm = 60 x 60 x 60 cm. atau panjang x lebar x dlm = 1 x 1 x 0,5 m. 3) Cara Penanaman Jambu Air Bibit jambu air ditanam ke dlm lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm. Perlu memperhatikan kedalaman penanaman & waktu penanaman sebaiknya dilaksanakan persis pada awal musim hujan & pada sore hari.[Teknik Cara Menanam Jambu Air] 6.4. Pemeliharaan Tanaman 1) Penjarangan & Penyulaman Tanaman Jambu Air Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 1 bulan. Bibit yg tdk tumbuh diganti dgn bibit baru yg ditanam pada lubang tanam yg sama. 2) Penyiangan Tanaman Jambu Air Penyiangan dilakukan dgn maksud menyuburkan tanah, membuang rumput liar/tanaman liar (kalau ada) atau binatang yg mendekap diantara tanah. dgn penyiangan dapat memeriksa keadaan lapisan tanah. 3) Pemupukan Tanaman Jambu Air Pemupukan jambu air dapat diberikan sebelum berbuah & sesudah berbuah, sebaiknya setelah dilakukan penyiangan. a) Tanaman belum berbuah Pupuk kandang diberikan sekali gus pada awal musim hujan. Pupuk urea diberikan 1/3 bersamaan dgn pupuk kandang. 2 minggu setelah itu, sisa urea diberikan bersamaan dgn TSP & KCl. b) Tanaman sudah berbuah Pupuk kandang diberikan sekaligus pada awal musim hujan. Pupuk urea 2/3, TSP 1/2, KCl 1/3 diberikan pada saat tanaman belum berbunga (bersamaan dgn pemberian pupuk kandang & saat hujan pertama mulai turun). Sisa pupuk diberikan setelah buah membesar (umur buah sekitar 1-2 bulan sejak berbunga & ukuran buah sebesar telur puyuh). Cara pemberian pupuk tersebut sebaiknya dibenam dlm Rorak (got) sedalam 20-30 cm mengelilingi tajuk pohon. Dosis pupuk bagi pohon jambu air umur =15 tahun. Pupuk kandang: maksimal 30 kaleng minyak tanah. Pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCl (masing-masing) : 2500 gram. Kenaikan takaran pupuk tersebut setiap tahun setelah jambu air berumur =10 tahun ialah: Pupuk kandang: 2 kaleng minyak tanah. Pupuk Urea: 100 gram. Pupuk TSP: 50 gram. Pupuk KCl: 50-100 gram.

4) Pengairan & Penyiraman Tanaman Jambu Air Tanaman jambu air yg hidup pada tanah dgn kedalaman air tanah 150-200 cm, pada musim kemarau sangat memerlukan penyiraman, agar tanah tetap lembab. Ketika masih muda, selama 2 minggu pertama tanaman muda perlu diairi 1-2 kali sehari. Jika sudah cukup besar & perakarannya dalam, tanaman disirami 10-12 kali sebulan. 5) Waktu Penyemprotan Pestisida Penyemprotan dilakukan secara teratur 1-2 kali seminggu. Awal penyemprotan dilakukan saat buah jambu air sebesar telur puyuh (umur 1-2 bulan sejak berbunga). Akhir penyemprotan dilakukan saat buah jambu air akan dipetik (sebulan sebelum dipetik & warna buah sudah berubah) atau sampai gejala serangannya hilang. Ketika hendak melakukan penyemprotan pestisida, atau pupuk daun/hormon, kita harus memperhatikan cuaca waktu itu. Kalau langit mendung & kemungkinannya akan turun hujan, sebaiknya penyemprotan ditunda dulu. 6) Pemeliharaan Lain Pemangkasan dilakukan dgn tujuan utk membentuk pohon, pemeliharaan & peremajaan. Membentuk pohon: dilakukan setelah mencapai ketinggian 2 meter, dgn ketinggian 1,35-1,5 m dari permukaan tanah & bagian yg dipangkas adalah cabang/tunas. utk pemeliharaan: dilakukan setiap saat kecuali ketika tanaman sedang berbunga, bagian yg ditanam adalah dahan-dahan yg tua, yg mati kering, luka serta tdk sempurna. utk peremajaan: memangkas seluruh bagian tanaman yg sudah kelewat tua, tdk berproduksi atau diserang hama. [ Cara Memelihara Tanaman Jambu Air ] 7. HAMA & PENYAKIT JAMBU AIR 7.1. Hama Jambu Air 1) Ulat kupu-kupu gajah Ciri: panjang 12 cm, warna hijau muda kebiru-biruan, bertubuh gemuk & lunak, tertutup lapisan lilin keputih-putihan. Telur-telurnya ditaruh di tepi daun, 2-3 butir bersama-sama, warna merah muda. Kepompong berada di antara beberapa daun atau di sebelah bawah daun. Ulat-ulat tersebut sangat rakus memakan daun. Pengendalian: dgn cara mengumpulkan telur, ulat, & kepompong utk dimusnahkan. 2) Kutu perisai hijau Ciri: panjang kutu 3-5 mm, warna hijau (kadang agak kemerahan). Melekat pada bagianbagian pohon yg hijau & di bagian bawah daun. Menyebabkan terjadinya cendawan hitam seperti jelaga. Pengendalian: cara alami dimakan oleh beberapa macam kepik (merah tua, panjang 5 mm & biru panjang 6 mm) & ulat (warna merah muda, panjang 13 mm). Kutu ini di musim penghujan bisa musnah oleh serangan beberapa macam cendawan. 3) Keluang & codot Pengendalian: buah-buahan yg hampir tua dibungkus kantong kertas/kain-kain bekas. 4) Pasilan atau benalu Pengendalian: dibuang & dibersihkan. 5) Lalat buah (dacus pedestris) Buah & daun yg terserang oleh ulat ini. Lalat ini meletakkan telurnya pada daging buah, sehingga setelah menetas larvanya memakan buah jambu air.

Pengendalian: dgn insektisida Diazinon atau Bayrusil yg disemprotkan ke pohon, daun & buah yg masih pentil dgn dosis sesuai anjuran. 6) Penggerek batang Pengendalian: dgn cara menyumbatkan kapas yg telah direndam insektisida Diazinon atau Bayrusil kedalam lubang batang yg digerek. 7) Ulat penggulung/pemakan daun 7.2. Penyakit Jambu Air 1) Gangguan pada akar Pemupukan yg kurang hati-hati pada jambu air yg sedang berbuah dapat menyebabkan akar tanaman luka, maka bunga atau buah jambu air bisa rontok. Semua ini terjadi karena tanaman tdk mendapat suplai air & zat makanan sebagaimana mestinya akibat rusaknya akar tersebut. Selain itu tanah yg berlebihan supali air juga dapat merontokkan bunga/buah, sebab sebab air yg menggenang membuat akar susah bernafas & mengundang cendawan yang bisamembusukkan akar. 2) Gangguan pada buah Penyebab: ulat (lalat) buah & sejenis cendawan yg mengakibatkan buah rontok, busuk. Serangga ini langsung menyerang buah dgn ciri noda berwarna kecoklatan atau kehitaman pada permukaan buah. Pengendalian: (1) cara membungkus buah sewaktu masih dipohon (2) dgn penyemprotan insektisida thioda (2-3 cc/liter air) & fungisida dithane (3 cc/liter air). [Hama dan Penyakit Tanaman Jambu Air] 8. PANEN JAMBU AIR 8.1. Ciri & Umur Panen Jambu Air Tanaman jambu air dapat berbuah setelah berumur 3-4 tahun, berbunga sebanyak 2 kali dlm setahun (Juli & September) & buahnya masak pada Agustus & Nopember. Ciri-ciri buah yg dapat dipanen dinilai dari tingkat kematangan berdasarkan warna kulit buah, yaitu hijau muda, hijau tua, hijau sedikit merah hijau-merah & merah hijau. Keadaan fisik buah juga menjadi kriteria dlm panen yaitu semakin terlihat matang buah yg nampak, maka semakin merah warna kulitnya & makin besar pula ukuran fisiknya. 8.2. Cara Panen Jambu Air Buah dipetik dari rangkaiaanya dgn hati hati jangan sampai rusak, apalagi jatuh. 8.3. Periode Panen Jambu Air Masa berbuah jambu air bisa lebih dari 1 kali dlm setahun, tergantung pada keadaan lingkungan. 8.4. Prakiraan Produksi Jambu Air Buah jambu air jenis merahhijau dapat dipanen bila warna merah pada buah jambu lebih banyak dari pada warna hijaunya, Pada saat tersebut nisbah PT/asam & Vitamin C-nya masing-masing adalah 80,8 & 48 kg/100 gram 9. PASCAPANEN JAMBU AIR 9.1. Pengumpulan Buah hasil panen dikumpulkan dimasukan kedalam keranjang plastik & disimpan sementara di ruangan yg sejuk. Buah dari jenis yg berbeda tdk disatukan dgn jenis yg lain. 9.2. Penyortiran & Penggolongan Buah Jambu Air

Pisahkan buah yg cacat dari yg baik, kemudian klasifikasikan buah berdasarkan ukurannya. Buah dicuci bersih dgn air mengalir atau dialiri air kemudian ditiriskan di rak pengeringan. 9.3. Penyimpanan Buah Jambu Air Buah yg telah dikemas disimpan di daerah yg teduh kering & sejuk. 9.4. Pengemasan & Pengangkutan Buah dikemas dlm keranjang plastik & disusun rapi agar tdk berpindah tempat selama dlm pengangkutan. Sebaiknya bauh disimpan dlm cold storage jika tdk langsung diangkut ke pasar.
AMBU AIR ( Eugenia aquea Burm )

1. SEJARAH SINGKAT Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan Indonesia, tersebar ke Malaysia dan pulau-pulau di Pasifik. Selama ini masih terkonsentrasi sebagai tanaman pekarangan untuk konsumsi keluarga. Buah Jambu air tidak hanya sekedar manis menyegarkan, tetapi memiliki keragaman dalam penampilan. Jambu air (Eugenia aquea Burm) dikategorikan salah satu jenis buah-buahan potensial yang belum banyak disentuh pembudidayannya untuk tujuan komersial. Sifatnya yang mudah busuk menjadi masalah penting yang perlu dipecahkan. Buahnya dapat dikatakan tidak berkulit, sehingga rusak fisik sedikit saja pada buah akan mempercepat busuk buah.

2. JENIS TANAMAN Sistematika tanaman jambu air adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantarum Sub Kingdom : Kormophyta Super Divisio : Kormophyta biji Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Classis : Dycotyledoneae Ordo : Myrtales Familia : Myrtaceae Genus : Syzygium

Species : Eugenia aquea Selain itu juga terdapat 2 jenis jambu air yang banyak ditanam, tetapi keduanya tidak begitu menyolok perbedaannya. Ke dua jenis tersebut adalah Syzygium quaeum (jambu air kecil) dan Syzygium samarangense (jambu air besar). Varietas jambu air besar yakni: jambu Semarang, Madura, Lilin (super manis), Apel dan Cincalo (merah dan hijau/putih) dan Jenis-jenis jambu air lainnya adalah: Camplong (Bangkalan), Kancing, Mawar (jambu Keraton), Sukaluyu, Baron, Kaget, Rujak, Neem, Lonceng (super lebat), dan Manalagi (tanpa biji). Sedangkan varietas yang paling komersil adalah Cincalo dan Semarang, yang masing-masing terdiri dari 2 macam (merah dan putih).

3. MANFAAT TANAMAN Pada umumnya jambu air dimakan segar, tetapi dapat juga dibuat puree, sirop, jeli, jam/berbentuk awetan lainnya. Selain sebagai buah meja jambu air juga telah menjadi santapan canggih dengan dibuat salada dan fruit coctail. Kandungan kimia yang penting dari jambu air adalah gula dan vitamin C. Buah jambu air masak yang manis rasanya, selain disajikan sebagai buah meja juga untuk rujak dan asinan. Kadang-kadang kulit batangnya dapat digunakan sebagai obat.

4. SENTRA PENANAMAN Menurut data statistik dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Jawa Barat, Kabupaten Karawang, Tangerang, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Cirebon, Subang dan Bekasi termasuk 10 besar sentra penanaman pohon jambu. Jambu air Cincalo merah banyak terdapat di Karawang dan terkenal dengan jambu Bolang yang bila matang benar berwarna merah tua kebiruan dengan rasa manisasam segar sedangkan Jambu air Semarang (merah dan putih) banyak terdapat di Indramayu.

5. SYARAT TUMBUH 5.1. Iklim 1) Angin sangat berperan dalam pembudidayaan jambu air. Angin berfungsi dalam membantu penyerbukan pada bunga. 2) Tanaman jambu air akan tumbuh baik di daerah yang curah hujannya rendah/kering sekitar 500 3.000 mm/tahun dan musim kemarau lebih dari 4 bulan. Dengan kondisi tersebut, maka jambu air akan memberikan kualitas buah yang baik dengan rasa lebih manis. 3) Cahaya matahari berpengaruh terhadap kualitas buah yang akan dihasilkan. Intensitas cahaya matahari yang ideal dalam pertumbuhan jambu air adalah 4080 %. 4) Suhu yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu air adalah 18-28 derajat C. 5) Kelembaban udara antara 50-80 %.

5.2. Media Tanam 1) Tanah yang cocok bagi tanaman jambu air adalah tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik. 2) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok sebagai media tanam jambu air adalah 5,57,5. 3) Kedalaman kandungan air yang ideal untuk tempat budidaya jambu air adalah 0-50 cm; 50-150 cm dan 150-200 cm. 4) Tanaman jambu air sangat cocok tumbuh pada tanah datar.

5.3. Ketinggian Tempat Tanaman jambu air mempunyai daya adaptasi yang cukup besar di lingkungan tropis dari dataran rendah sampai tinggi yang mencapai 1.000 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA 6.1. Pembibitan 1) Persyaratan Benih/Bibit Biji berasal dari varietas unggul, berumur lebih dari 15 tahun, produktif dan produksi stabil. Biji berasal dari buah masak pohon, yang besarnya normal dan mulus. Biji dikeringanginkan selama 1-3 hari di tempat teduh. Biji-biji yang memenuhi syarat adalah berukuran relatif besar, ukuran seragam, bernas dan tidak cacat, dianjurkan dalam meggunakan bibit jambu air hasil cangkokan/okulasi. Selain lebih mudah dilakukan, cara ini lebih cepat menghasilkan buah.

2) Persiapan Benih a. Bibit Enten (Grafting) Model sambungan yang terbaik adalah sambungan celah. Batang bawah berasal dari bibit hasil perbanyakan dengan biji yang berumur 10 tahun, sedangkan pucuk berasal dari pohon induk unggul. Setelah disambung bibit dipelihara selama 2-3 bulan b. Bibit Cangkok Cabang yang akan dicangkok berada pada tanaman yang unggul dan produktif. Cabang yang dipilih tidak telalu tua/muda, berwarna hijau keabuabuan/kecoklat-coklatan dengan diameter sedikitnya

1.5 cm. Setelah 2-2.5 bulan (sudah berakar), bibit segera dipotong dan ditanam dipolibag dengan media campuran : pupuk kandang 1 : 1. Bibit dipelihara selama 1 bulan.

3) Teknik Penyemaian Benih Persemaian dapat dilakukan di dalam bedengan atau di polibag. a) Bedengan 1. Olah tanah sedalam 30-40 cm dengan cangkul kemudian keringkan selama 15-30 hari. 2. Buat bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang sesuai lahan dan jarak antar bedengan 60 cm. 3. Campurkan 2 kg/m2 pupuk kandang dengan tanah bedengan. 4. Buat sungkup bedengan berbentuk setengah lingkaran dengan tinggi pusat lingkaran minimal 50 cm. Naungi sungkup dengan plastik bening. b) Polybag 1. Lubangi dasar polybag diameter 10-15 cm. 2. Isi polibag dengan media berupa campuran tanah, pupuk kandang (2 : 1). 3. Simpan polybag di dalam sungkup. 4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian Pemeliharaan pembibitan dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari, terutama jika kemarau. b) Penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma. c) Pemupukan setiap 3 bulan dengan urea, SP-36 dan KCl (2:1) sebanyak 50-100 gram/m2 atau 4 gram/polibag. d) Penyemprotan pestisida dengan konsentrasi 30-50% dari dosis anjuran. e) Membuka sungkup jika cuaca cerah secara berangsur-angsur agar tanaman dapat beradaptasi dengan lingkungan kebun. 5) Pemindahan Bibit Bibit di bedengan dipindahkan ke polybag setelah berumur 6 bulan. Pindah tanam ke lapangan dilakukan setelah bibit berumur 10-12 bulan di persemaian.

6.2. Pengolahan Media Tanam 1) Persiapan Calon tempat tumbuh tanaman jambu air harus dibersihkan dahulu dari berbagai pengganggu seperti: rerumputan, semak/onak dan binatang. Lahan hanya diolah di lubang tanam dan dilaksanakan 15-30 m hari sebelum tanam. Jarak tanam jambu air adalah 8 x 8 m dengan lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm. 2) Pembukaan Lahan Tanah yang akan dipergunakan untuk Tanaman jambu air dikerjakan semua secara bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul sampai dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang akan ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam. Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1 m dan kedalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurus dan kurang humus/tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan, dengan kondisi seperti ini dibiarkan selama kurang lebih 1 tahun kemudian dilanjutkan pembuatan bedengan sesuai dengan kebutuhan. 3) Pengapuran Pengapuran tanah sebaiknya dilakukan 1 atau 2 bulan menjelang hujan. 4) Pemupukan Sebelum penanaman kedalam lubang tanam perlu dimasukkan pupuk kandang sekitar 1 blek minyak tanah. Jika perlu ditambah 2 genggam pupuk NPK. Setelah itu perlu diberi pelindung

6.3. Teknik Penanaman Penanaman jambu air dapat dilakukan di pot/di kebun, Jika yang digunakan adalah bibit cangkokan maka penanaman batang lebih dalam agar pohon bisa tumbuh secara kuat. 1) Penentuan Pola Tanam Bibit jambu air dikebun dapat ditanam dengan pola tanam/jarak tanam 8 x 8 m. 2) Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam sebaiknya dibuat pada akhir musim kemarau/menjelang musim hujan, agar pada saat mendekati musim hujan, tanaman sudah berdiri. Dengan demikian tanaman baru (pada musim hujan) tidak perlu disiram 2 kali sehari. Penyiapan lubang tanaman terdiri dari:

a) mula-mula tanah digali di tempat yang sudah ditentukan; b) ukuran lubang ukuran lubang: panjang x lebar x dalam = 60 x 60 x 60 cm. atau panjang x lebar x dalam = 1 x 1 x 0,5 m. 3) Cara Penanaman Bibit jambu air ditanam ke dalam lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm. Perlu memperhatikan kedalaman penanaman dan waktu penanaman sebaiknya dilaksanakan persis pada awal musim hujan dan pada sore hari.

6.4. Pemeliharaan Tanaman 1) Penjarangan dan Penyulaman Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 1 bulan. Bibit yang tidak tumbuh diganti dengan bibit baru yang ditanam pada lubang tanam yang sama. 2) Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan maksud menyuburkan tanah, membuang rumput liar/tanaman liar (kalau ada) atau binatang yang mendekap diantara tanah. Dengan penyiangan dapat memeriksa keadaan lapisan tanah. 3) Pemupukan Pemupukan jambu air dapat diberikan sebelum berbuah dan sesudah berbuah, sebaiknya setelah dilakukan penyiangan. a) Tanaman belum berbuah 1. Pupuk kandang diberikan sekali gus pada awal musim hujan. 2. Pupuk urea diberikan 1/3 bersamaan dengan pupuk kandang. 3. 2 minggu setelah itu, sisa urea diberikan bersamaan dengan TSP dan KCl. b) Tanaman sudah berbuah 1. Pupuk kandang diberikan sekaligus pada awal musim hujan. 2. Pupuk urea 2/3, TSP 1/2, KCl 1/3 diberikan pada saat tanaman belum berbunga (bersamaan dengan pemberian pupuk kandang dan saat hujan pertama mulai turun). 3. Sisa pupuk diberikan setelah buah membesar (umur buah sekitar 1-2 bulan sejak berbunga dan ukuran buah sebesar telur puyuh). Cara pemberian pupuk tersebut sebaiknya dibenam dalam Rorak (got) sedalam 20-30 cm mengelilingi tajuk pohon. Dosis pupuk bagi pohon jambu air umur = 15 tahun. 4. Pupuk kandang: maksimal 30 kaleng minyak tanah.

5. Pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCl (masing-masing) : 2500 gram.Kenaikan takaran pupuk tersebut setiap tahun setelah jambu air berumur = 10 tahun ialah: a) Pupuk kandang: 2 kaleng minyak tanah. b) Pupuk Urea: 100 gram. c) Pupuk TSP: 50 gram. d) Pupuk KCl: 50-100 gram. 4) Pengairan dan Penyiraman Tanaman jambu air yang hidup pada tanah dengan kedalaman air tanah 150-200 cm, pada musim kemarau sangat memerlukan penyiraman, agar tanah tetap lembab. Ketika masih muda, selama 2 minggu pertama tanaman muda perlu diairi 1-2 kali sehari. Jika sudah cukup besar dan perakarannya dalam, tanaman disirami 10-12 kali sebulan. 5) Waktu Penyemprotan Pestisida Penyemprotan dilakukan secara teratur 1-2 kali seminggu. Awal penyemprotan dilakukan saat buah jambu air sebesar telur puyuh (umur 1-2 bulan sejak berbunga). Akhir penyemprotan dilakukan saat buah jambu air akan dipetik (sebulan sebelum dipetik dan warna buah sudah berubah) atau sampai gejala serangannya hilang. Ketika hendak melakukan penyemprotan pestisida, atau pupuk daun/hormon, kita harus memperhatikan cuaca waktu itu. Kalau langit mendung dan kemungkinannya akan turun hujan, sebaiknya penyemprotan ditunda dulu. 6) Pemeliharaan Lain Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk membentuk pohon, pemeliharaan dan peremajaan. Membentuk pohon: dilakukan setelah mencapai ketinggian 2 meter, dengan ketinggian 1,35-1,5 m dari permukaan tanah dan bagian yang dipangkas adalah cabang/tunas. Untuk pemeliharaan: dilakukan setiap saat kecuali ketika tanaman sedang berbunga, bagian yang ditanam adalah dahandahan yang tua, yang mati kering, luka serta tidak sempurna. Untuk peremajaan: memangkas seluruh bagian tanaman yang sudah kelewat tua, tidak berproduksi atau diserang hama.

7. HAMA DAN PENYAKIT 7.1. Hama 1) Ulat kupu-kupu gajah Ciri: panjang 12 cm, warna hijau muda kebiru-biruan, bertubuh gemuk dan lunak, tertutup lapisan lilin keputih-putihan. Telur-telurnya ditaruh di tepi daun, 2-3 butir bersama-sama, warna merah muda. Kepompong berada di antara beberapa daun atau di sebelah bawah daun. Ulat-ulat tersebut

sangat rakus memakan daun. Pengendalian: dengan cara mengumpulkan telur, ulat, dan kepompong untuk dimusnahkan. 2) Kutu perisai hijau Ciri: panjang kutu 3-5 mm, warna hijau (kadang agak kemerahan). Melekat pada bagian-bagian pohon yang hijau dan di bagian bawah daun. Menyebabkan terjadinya cendawan hitam seperti jelaga. Pengendalian: cara alami dimakan oleh beberapa macam kepik (merah tua, panjang 5 mm dan biru panjang 6 mm) dan ulat (warna merah muda, panjang 13 mm). Kutu ini di musim penghujan bisa musnah oleh serangan beberapa macam cendawan. 3) Keluang dan codot Pengendalian: buah-buahan yang hampir tua dibungkus kantong kertas/kain-kain bekas. 4) Pasilan atau benalu Pengendalian: dibuang dan dibersihkan. 5) Lalat buah (dacus pedestris) Buah dan daun yang terserang oleh ulat ini. Lalat ini meletakkan telurnya pada daging buah, sehingga setelah menetas larvanya memakan buah jambu air. Pengendalian: dengan insektisida Diazinon atau Bayrusil yang disemprotkan ke pohon, daun dan buah yang masih pentil dengan dosis sesuai anjuran. 6) Penggerek batang Pengendalian: dengan cara menyumbatkan kapas yang telah direndam insektisida Diazinon atau Bayrusil kedalam lubang batang yang digerek. 7) Ulat penggulung/pemakan daun

7.2. Penyakit 1) Gangguan pada akar Pemupukan yang kurang hati-hati pada jambu air yang sedang berbuah dapat menyebabkan akar tanaman luka, maka bunga atau buah jambu air bisa rontok. Semua ini terjadi karena tanaman tidak mendapat suplai air dan zat makanan sebagaimana mestinya akibat rusaknya akar tersebut. Selain itu tanah yang berlebihan supali air juga dapat merontokkan bunga/buah, sebab sebab air yang menggenang membuat akar susah bernafas dan mengundang cendawan yang bisamembusukkan akar. 2) Gangguan pada buah

Penyebab: ulat (lalat) buah dan sejenis cendawan yang mengakibatkan buah rontok, busuk. Serangga ini langsung menyerang buah dengan ciri noda berwarna kecoklatan atau kehitaman pada permukaan buah. Pengendalian: (1) cara membungkus buah sewaktu masih dipohon (2) dengan penyemprotan insektisida thioda (2-3 cc/liter air) dan fungisida dithane (3 cc/liter air)

8. PANEN 8.1. Ciri dan Umur Panen Tanaman jambu air dapat berbuah setelah berumur 3-4 tahun, berbunga sebanyak 2 kali dalam setahun (Juli dan September) dan buahnya masak pada Agustus dan Nopember. Ciri-ciri buah yang dapat dipanen dinilai dari tingkat kematangan berdasarkan warna kulit buah, yaitu hijau muda, hijau tua, hijau sedikit merah hijaumerah dan merah hijau. Keadaan fisik buah juga menjadi kriteria dalam panen yaitu semakin terlihat matang buah yang nampak, maka semakin merah warna kulitnya dan makin besar pula ukuran fisiknya.

8.2. Cara Panen Buah dipetik dari rangkaiaanya dengan hati hati jangan sampai rusak, apalagi jatuh.

8.3. Periode Panen Masa berbuah jambu air bisa lebih dari 1 kali dalam setahun, tergantung pada keadaan lingkungan.

8.4. Prakiraan Produksi Buah jambu air jenis merahhijau dapat dipanen bila warna merah pada buah jambu lebih banyak dari pada warna hijaunya, Pada saat tersebut nisbah TPT/asam dan Vitamin C-nya masing-masing adalah 80,8 dan 48 kg/100 gram

9. PASCAPANEN 9.1. Pengumpulan Buah hasil panen dikumpulkan dimasukan kedalam keranjang plastik dan disimpan sementara di ruangan yang sejuk. Buah dari jenis yang berbeda tidak disatukan dengan jenis yang lain.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Pisahkan buah yang cacat dari yang baik, kemudian klasifikasikan buah berdasarkan ukurannya. Buah dicuci bersih dengan air mengalir atau dialiri air kemudian ditiriskan di rak pengeringan.

9.3. Penyimpanan Buah yang telah dikemas disimpan di daerah yang teduh kering dan sejuk.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan Buah dikemas dalam keranjang plastik dan disusun rapi agar tidak berpindah tempat selama dalam pengangkutan. Sebaiknya bauh disimpan dalam cold storage jika tidak langsung diangkut ke pasar.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN 10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya jambu air seluas 1 hektar dengan jarak tanam 8 x 8 m, populasi 156 pohon di Jawa Barat pada tahun 1999. 1) Biaya produksi tahun ke-1 1. Sewa Lahan Rp. 30.000.000,2. Bibit 160 batang @ Rp. 3.000,- Rp. 480.000,3. Pupuk - Pupuk kandang 6 ton @ Rp. 150.000,-/ton Rp. 900.000,- Urea 25 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 37.500,- SP-36 25 kg @ Rp.1.900,- Rp. 47.500,- KCl 25 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 45.000,4. Pestisida 4 liter Rp. 625.000,5. Tenaga kerja - Lubang tanam, ajir 15 HKP @ Rp. 7.500,- Rp. 112.500,- Beri pupuk 5HKP + 10 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 87.500,- Tanam 5 HKP + 6 HKW Rp. 67.500,- Pemeliharaan 40 HKP+20 HKW Rp. 400.000,2) Biaya produksi tahun ke-2 s.d. ke-4

1. Pupuk - Pupuk kandang 10 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 1.500.000,- Urea 75 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 112.500,- SP-36 50 kg @ Rp.1.900,- Rp. 95.000,- KCl 50 kg @ Rp.1.800,- Rp. 90.500,2. Pestisida 5 liter Rp. 781.250,3. Tenaga kerja - Tenaga pemeliharaan 50 HKP+50 HKW Rp. 625.000,4. Alat Rp. 600.000,3) Biaya produksi tahun ke-5 s.d. ke-15 1. Pupuk - Pupuk kandang 24 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,- Urea 125 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 187.500,- SP-36 300 kg @ Rp.1.900,- Rp. 570.000,- KCl 150 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 270.000,2. Pestisida 7 liter Rp. 1.093.750,3. Alat Rp. 450.000,4. Tenaga kerja - Pemeliharaan 50 HKP + 60 HKW Rp. 675.000,- Panen & pasca panen 40 HKP + 50 HKW Rp. 550.000,Jumlah biaya produksi dalam 15 tahun Rp. 125.574.000,4) Pendapatan dari hasil produksi (15 tahun) : 73,32 ton Rp. 219.960.000,5) Keuntungan bersih 15 tahun Rp. 94.386.000,6) Parameter kelayakan usaha 1. B/C rasio = 1,752 Panen dimulai pada tahun ke 5 dan keuntungan mulai diraih pada tahun ke enam.

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis Prospek komoditi jambu air cukup cerah, sebab permintaan terhadap komoditi ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Hanya dalam membudidayakan tanaman jambu air perlu memilih jenis yang tepat, yakni yang banyak digemari masyarakat, seperti cincalo.

jambu air mawar Eugenia jambos (jambu mawar) Familia : Myrtaceae

Habitus pohon, tinggi 7,5m 10 m. Daun majemuk, terdiri dari tangkai (petiolus) dan helaian daun (lamina). Panjang tangkai (petiolus) 5 - 6 cm, panjang helaian (lamina) 9 - 26 cm, lebar helaian (lamina) 1,5 - 6 cm; sifat daun : bentuk daun (circum scriptio) lanset (lanceolatus), pangkal daun (basis folii) pasak, tepi daun (margo folii) rata (integer), ujung daun (apex folii) runcing (acutus), tulang daun (nervatio) menyirip (penninervis), permukaan daun licin (laevis), warna daun bagian atas hijau tua mangkilap dan bagian bawah hijau muda. Diameter batang 50 cm, permukaan batang beralur dan licin, bentuk batang bulat (teres), kadang-kadang bersegi empat ketika masih muda, tipe batang berkayu (lignosus), arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), percabangan batang monopodial. Sering bercabang rendah, dan tajuknya padat yang terbentuk oleh cabang-cabang yang memencar lebar; batangnya berbentuk galah,; pangkal batangnya kadang-kadang terpilin, dengan kulitnya berwarna coklat, beralur dan licin. Sistem perakaran tunggang (radix primaria), bentuk akar keras, liat, tetapi fleksibel, bagian- bagian akarnya antara lain collum, apex radicis, corpus radicis, radix lateralis, fibrilla radicalis, pillus radicalis, dan caliptra. Letak bunga di ujung ranting (terminal) atau di ketiak daun (aksial), tipe bunga inflorescentia racemosa, bentuk karangan bunga payung menggarpu, simetri bunga actinomorphus, bagian-bagian bunga antara lain pedicellus, corolla, stamen, pistillum, calyx, kelamin bunga hermaphrodit,panjang tangkai bunga 5 10 cm, bentuk kelopak (calyx) bercuping empat agak bundar, panjang kelopak 10 x 7 mm, bentuk mahkota (corolla) synpetalus, diameter daun mahkota 15 18 mm, warna mahkota putih sampai putih kehijau hijauan, jumlah daun mahkota (petal) empat helai, jumlah stamen mencapai 400 utas, panjang stamen mencapai 4 cm, warna stamen putih, bagian bagian stamen antara lain tangkai sari (filamen) dan kepala sari (anthera), bentuk kepala

sari (anthera) bulat, letak kepala sari ujung, panjang putik mencapai 4 cm, bagian-bagian putik antara lain tangkai putik (stylus) dan kepala putik (stigma), jumlah kepala putik satu, warna kepala putik merah, letak bakal buah superus. Bunganya muncul setelah suatu masa istirahat, misalnya pada musim semi untuk daerah subtropik, dan pada akhir musim kemarau untuk Jawa Timur. Tipe buah buah batu, bentuk buah bulat sampai bulat telur, diameter 2,5 5 cm, warna buah kuning pucat atau kehijau- hijauan, permukaan buah licin agak keras, bermahkotakan daun kelopak dan tangkai putik yang tidak rontok, kadang-kadang merah jambu sampai merah, berbau harum, perikarpnya berdaging, berwarna merah muda sampai kuning. Buahnya matang 3 bulan setelah bunga mekar. Aroma yang mirip air mawar yang khas inilah yang menjadi ciri pembeda dengan jenis-jenis lainnya Bentuk biji bulat, jumlah biji 1 sampai 4 butir, warna biji coklat; permukaan biji berkulit kasar. bersifat poliembrioni, yaitu dari satu biji saja bisa tumbuh tujuh atau delapan pohon sekaligus. Habitat tumbuhan ini berada di iklim tropis dengan sebaran kawasan tropika seluruh dunia, ketinggian tempat kurang lebih 1200 m di atas permukaan laut.

Gambar 1. Habitus Gambar 2. daun

Gambar 3. Percabangan Gambar 4. Bunga

Gambar 5. Buah Gambar 6. Biji

KLASIFIKASI

Menurut Carolus Linnaeus, tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom

: Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio Kelas : Magnoliophyta (berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub-kelas Ordo Familia Genus Spesies

: Rosidae : Myrtales : Myrtaceae (suku jambu-jambuan) : Eugenia : Eugenia jambos L. Kerabat dekat: Jambu air, Jambon, Gowok, Dewandaru, Pangopa,Eugenia dombeyi

MANFAAT DAN INFORMASI LAIN

Eugenia jambos (jambu mawar)

MANFAAT

Buah jambu mawar biasa dimakan segar, meskipun nilainya masih kalah oleh jambu air, jambu semarang atau jambu bol. Jambu mawar jarang terdapat di pasar, dan hanya dikonsumsi sendiri terutama oleh anak-anak. Buah ini juga sering dimasak atau diawetkan dengan berbagai cara.Buah tersebut dapat disuling untuk memperoleh air mawar, serupa dengan yang dapat diperoleh dari daun mahkota bunga mawar. Daunnya disuling untuk mendapatkan minyak atsiri, yang berguna bagi industri wewangian. Kayu terasnya berat dan keras, sehingga baik untuk konstruksi bangunan asalkan tidak berhubungan dengan tanah. Kayu ini kurang tahan terhadap serangan rayap. Kulit kayunya digunakan sebagai bahan penyamak dan pewarna.Pohon jambu mawar juga kerap ditanam di tamantaman dan pekarangan sebagai pohon hias (ornamental). Selain itu, bunga-bunganya juga merupakan sumber pakan yang baik bagi lebah madu.Dari bunga yang diawetkan, dibuat obat tradisional pendingin dan penenang. Kulit kayu dan bijinya juga dimanfaatkan untuk mengobati murus (diare), disentri dan demam. Kandungan untuk setiap 100 g bagiannya buah yang dapat dimakan terkandung: air 84-89 g, protein 0,5-0,8 g, lemak 0,2-0,3 g, karbohidrat 9,7-14,2 g, serat 1-2 g, abu 0,3-0,4 g, karotena 123-235 SI, vitamin B kompleks 0,55-1,04 mg, dan vitamin C 3-37 mg. Nilai energinya adalah 234 kJ/100 g. Daging buahnya mengandung pektin tinggi, sehingga cocok untuk dipakai sebagai bahan pengendap (settling agent). Minyak atsiri yang diekstrak dari daunnya mengandung 27% d a-pinena dan 24% llimonena, yaitu dua monoterpena siklik (cyclic monoterpene), yang menyebabkan bau yang menyenangkan dari minyak itu. Beberapa bagian tanaman, seperti biji, daun, batang, akar, dan kulit kayu, beracun karena adanya alkaloid jambosin dan asam hydrosianida

INFORMASI LAIN Nama Lain Nama-nama daerahnya di antaranya jambee iye mawar (Ac.),klampok arum (Jw.), kalampok aeng mawar (Md.), nyambu ermawa(Bl.), kembes mawar, kembes walanda, kumpasa im baranda(Sulut), jambu jene mawara (Mak.), jambu mawaro, kupo mawar, kuputol mawar, gora mawar (aneka bahasa di Maluku).Buah ini juga disebut chomphu namdokmai (Thai), cham-puu (Kamboja),tampoy (Filipina), rose apple atau Malabar plum (Ingg.). Nama ilmiahnya adalah Syzygium jambos. Syarat Tumbuh

Jambu mawar adalah tumbuhan tropik yang telah masuk ke wilayah subtropik. Tanaman ini tumbuh subur sampai ketinggian 1200 m dpl. Pada tempat yang lebih tinggi dan mendekati batas wilayah subtropik, tumbuhan ini tidak mampu berbuah. Jambu mawar masih tahan hidup sampai suhu minimum serendah 0 C. Tanaman mudanya memerlukan naungan dan lingkungan yang lembap, tetapi pohonnya yang sudah mapan bersifat lebih bandel. Pohonnya lebih menyukai iklim basah, tetapi dapat juga tumbuh di iklim muson yang meningkat ke musim kering. Belumlah jelas apakah pembungaan dan/atau pembentukan buah dipengaruhi oleh keadaan kering; anjuran-anjuran untuk memastikan dicapainya kelembapan tanah, dan hasil pengamatan bahwa pohon jambu mawar tidak mudah meluruhkan daunnya menunjukkan bahwa pohonnya tidak betulbetul- tahan kering. Sebaliknya, dikatakan orang bahwa pohon jambu mawar toleran terhadap angin dan gararn. Sebenarnya tidak ada batasan yang jelas tentang korldisi tanah yang dibutuhkan; pohonnya mampu mengatasi sistem pengairan yang buruk, juga penggenangan, dan dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Keasaman yang dianjurkan adalah antara 5,5-7,0. Pedoman Budidaya Jambu mawar umumnya diperbanyak dengan benih. Benihnya tidak mempunyai masa dormansi dan dapat berkecambah dengan baik. Dari sebutir benih sering tumbuh 3--8 kecambah, yang sebagian besar sama sifatnya dengan tetuanya. Cara perbanyakan lainnya adalah pencangkokan, penempelan, dan penyambungan. Pencangkokan umum dilakukan di India dan Bangladesh pada saat pohon sedang istirahat. Cangkokan itu ditanam setengah tahun kemudian. Jambu mawar dapat ditempelkan pada batang bawah yang berumur 10-12 bulan, menggunakan metoda Forkert yang telah dimodifikasi; Syzygium pycnanthum Merr. & Perry dan Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry dapat pula dipilih sebagai batang bawah. Jarak tanamnya kira-kira 5 m x 6 m. Pada awal pertumbuhannya diperlukan naungan. Masa juwananya berlangsung 4-5 tahun; pohon asal cangkokan dapat berbuah pada umur 4 tahun Pemeliharaan Pohonnya hampir tidak memerlukan perhatian yang khusus Hama dan Penyakit Jambu mawar tampaknya tidak banyak menderita karena serangan serangga hama, tetapi merupakan inang untuk beberapa lalat buah (Anastrepha dan Ceratitif spp., juga Daw spp.). Tanaman ini diserang oleh beberapa jamur yang menyebabkan bercak daun, antraknosa, dan busuk akar.

Panen dan Pasca Panen Buah jambu mawar apabila akan dimakan dalam keadaan segat harus ditangani dengan hatihati dan dipasarkan secepat mungkin. Buahnya mudah lecet-lecet dan mudah kehilangan kerenyahannya. Buah jambu mawar tergolong nonklimakterik. Tiga hari setelah panen, respirasi dan produksi etilenanya menurun sampai masing-masing 50% dan 10% dari nilai awalnya. Warna buahnya tidak berubah selama dalam penyimpanan.

DAFTAR PUSTAKA

Annonymous.2001. Buah Jambu Dengan Aroma Mawar. http://sinar harapan.co.id/

___________. 2005. http :// www.iptek.net.id/ pangkalan data iptek/ jambu mawar

___________. 2008. Eugenia jambos. URL ; http://en wikipedia .org/wiki/ Eugenia jambos.

___________. 2008. http:// plantamor.com/

Pristiyanto, Djuni. 1990. Mengenal Tanaman Langka Indonesia Cetakan III.Jakarta : Penebar Swadaya.

Pembiakan Vegetatif secara stek


OKT 15 Posted by ikbalunja

LAPORAN PRAKTIKUM STEK Pembiakan Vegetatif Pengaruh Pemberian ZPT (Antonik, Growmore, Rootone F) Terhadap Beberapa Stek Batang

Disusun Oleh Nama : M. Ikbal Nim : D1A108046 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Made Deviani Duaja, MP Prodi Study Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2011 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman merupakan mahluk hidup yang dapat menghasilkan buah yang dapat kita manfaatkan untuk kehidupan sehari-hari baik dalam menyediakan gizi, vitamin serta segi keindahan (estetika) yang terkandung terdapat pada morfologi tanaman tersebut. Tanaman dapat kita kembangbiakan dari biji yang terdapat pada buah. Tetapi tanaman yang bersal dari buah ini akan banyak menimbulkan sifat variasi yang akan tidak sama dengan induknya. Pebanyaan tanaman secara vegetatif alamiah adalah perbanyakan tanaman tanpa perkawinan atau tidak menggunakan biji tanaman induknya yang terjadi ata campur tanan manusia. Perbanyakan secara alami akan menimbulkan variasi yang berbeda-beda untk di jadikan tanaman yan menghasilkan. Untuk itu salah satu aternatif yang dapat menghasilkan tanaman yang sifat ginetik sama dengan induknya yaitu menggunakan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Perbanyakan vegetatif buatan merupakan perkembangbiakan tanaman tanpa melalui perkawinan. Proses perbanyakan secara vegetative buatan melibatkan campur tangan manusia. Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara vegetative buatan adalah tanaman yang memiliki kambium. Stek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Tanaman yang disetek, dipotong disalah satu bagiannya. Stek batang merupakan perbanyakan tanaman yang menggunakan potongan batang, cabang, atau ranting tanaman induknya. Untuk dapat meningkatkan keberhasilan dalam memperbanyak tanaman secara vegetatif seperti cangkok dan stek, dikembangkan hormone yang dapat mempercepat pertumbuhan akar tanaman. 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum mata kuliah vegetatif ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian hormon pasa stek batang (ATONIK 6,5 L, Growmore, Rootone F) pada beberapa stek tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman 2.1.1 Tanaman Kelor Kelor (Moringa oleifera) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 7 12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling (alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna hijau muda setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1 2 cm, lebar 1 2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas dan bawah halus. Bunga muncul di ketiak daun (axillaris), bertangkai panjang, kelopak berwarna putih agak krem, menebar aroma khas. Buah kelor berbentuk panjang bersegi tiga, panjang 20 60 cm, buah muda berwarna hijau setelah tua menjadi cokelat, bentuk biji bulat berwarna coklat kehitaman, berbuah setelah berumur 12 18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih, membesar seperti lobak. Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai di ketinggian 1000 m dpl, banyak ditanam sebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah atau ladang. 2.1.2 Tanaman Jawe Kodok Batang Pohon herba tegak dan merayap dengan tinggi batang pohonnya berkisar 30 cm sampai 150 cm, mempunyai penampung batang berbentuk berbentuk segi empat dan termasuk katagori tumbuhan basah yang batangnya mudah patah. Daun : Berbentuk hati dan pada setiap tepiannya dihiasi oleh jorong-jorong atau lekuk-lekuk tipis yang bersambungan dan didukung oleh tangkai daun dan memiliki warna yang beraneka ragam. Bunga : Berbentuk untaian bunga bersusun, bunganya muncul pada pucuk tangkai batang. Syarat Tumbuh: Iler dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Iler bisa didapat disekitar sungai atau pematang sawah dan tepi-tepi jalan pedesaan sebagai tumbuhan 2.1.3 Tanaman Asoka Tanaman soka merupakan tanaman yang menghendaki penyinaran matahari penuh teruatama untuk merangsang pembungaan. Meskipun jenisnya cukup beragam, secara umum bentuk morfologis tanaman terutama bagian bunganya tidak berbeda jauh yaitu tersusun atas beberapa bunga kecil yang masing-masing memiliki empat petal mahkota dalam satu tangkai mirip payung terbuka. Bunga soka yang masih kuncup mirip jarum sehingga akan terkesan gundukan jarum berwarna merah disaat belum mekar. Warna kelopak bunga ada yang merah, merah muda, ungu , putih dan kuning. Namun di Indonesia jumlah soka berwarna merah lebih banyak dibandingkan lainnya. Berbeda dengan bentuk bunganya, penampilan batang dan daun bunga soka bisa bermacam-macam. Ada yang lebar, ada yang sempit, ada juga yang medium tergantung asalnya. Soka Jawa lebih condong berdaun lebar dengan tandan bunga ramping dan kuntum bunganya berwarna merah. Jenis-jenis soka terbagi dalam dua macam yaitu soka biasa dan soka hibrida. Yang tergolong soka biasa diantaranya : Ixora Coccinea, I. Lutea, I. Fulgen, I chinensis, I. Granifolia, I. Amboinica. Sedangkan soka hibrida antara lain :I. Mocrothyrsa, I. American, I. Pitsanuloke dan Soka bangkok. 2.1.4 Tanaman Kembang Sepatu Bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak tambahan (epicalyx)

sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih jika merupakan hibrida. Tangkai putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah berbentuk kapsul berbilik lima. Pada umumnya tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Daun berbentuk bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang meruncing. Di daerah tropis atau di rumah kaca tanaman berbunga sepanjang tahun, sedangkan di daerah subtropis berbunga mulai dari musim panas hingga musim gugur. Bunga berbentuk trompet dengan diameter bunga sekitar 6 cm. hingga 20 cm. Putik (pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga bisa mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke samping. Pada umumnya, tanaman bersifat steril dan tidak menghasilkan buah. 2.1.5 Tanaman Kembang Kertas. Pada waktu tanaman ini berbunga, tanaman ini mempunyai kebiasaan merontokkan beberapa daunnya. Bentuknya adalah pohon kecil yang sukar tumbuh tegak. (Seludang bunga ( atau spatha) merupakan daun pelindung, yang seringkali berukuran besar, yang menyelubungi seluruh bunga majemuk waktu belum mekar. Seludang bunga dapat dijumpai pada struktur generatif (bunga) tumbuhan anggota suku aren-arenan (Arecaceae dan suku talas-talasan (Araceae). Seludang bunga sebenarnya merupakan suatu bentuk khusus dari daun pelindung (bractea)). 2.1.6 Tanaman Mawar (Rosa canina) Klasifikasi Kerajaan : Plantae Devisi : Magnoliopyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Rosales Famili : Rosaceae Genus : Rosa L Spesies : Rosa canina Tanaman Mawar mempunyai daun yang panjangnya antara 5-15 cm, dua-dua berlawanan (pinnate). Daun majemuk yang tiap tangkai daun terdiri dari paling sedikit 3 atau 5 hingga 9 atau 13 anak daun dan daun penumpu (stipula) berbentuk lonjong, pertulangan menyirip, tepi tepi beringgit, meruncing pada ujung daun dan berduri pada batang yang dekat ke tanah. Mawar sebetulnya bukan tanaman tropis, sebagian besar spesies merontokkan seluruh daunnya dan hanya beberapa spesies yang ada di Asia Tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun. Bunga terdiri dari 5 helai daun mahkota dengan perkecualian Rosa sericea yang hanya memiliki 4 helai daun mahkota. Warna bunga biasanya putih dan merah jambu atau kuning dan merah pada beberapa spesies. Ovari berada di bagian bawah daun mahkota dan daun kelopak. Bunga menghasilkan buah agregat (berkembang dari satu bunga dengan banyak putik) yang disebut rose hips. Masing-masing putik berkembang menjadi satu buah tunggal (achene), sedangkan kumpulan buah tunggal dibungkus daging buah pada bagian luar. Spesies dengan bunga yang terbuka lebar lebih mengundang kedatangan lebah atau serangga lain yang membantu penyerbukan sehingga cenderung menghasilkan lebih banyak buah. Mawar hasil pemuliaan menghasilkan bunga yang daun mahkotanya menutup rapat sehingga menyulitkan penyerbukan.

Sebagian buah mawar berwarna merah dengan beberapa perkecualian seperti Rosa pimpinellifolia yang menghasilkan buah berwarna ungu gelap hingga hitam. 2.1.7. Tanaman Tapak Dara (Catharanthus roseus) Klasifikasi Kerajaan lantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Gentianales Famili : Apocynaceae Genus : Catharanthus Spesies : C. roseus Habitus perdu tumbuh menyamping, Tinggi tanaman bisa mencapai 0,2-1 meter. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tersusun menyirip berselingan. Panjang daun sekitar 26 cm, lebar 1-3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek. Batang dan daunnya mengandung lateks berwarna putih. Bunganya aksial (muncul dari ketiak daun). Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet, ujungnya melebar, berwarna putih, biru, merah jambu atau ungu tergantung kultivarnya. Buahnya berbentuk gilig (silinder), ujung lancip, berambut, panjang sekitar 1,5 2,5 cm, dan memiliki banyak biji. 2.1.8 Tanaman Alamanda (Allamanda cathartica) Klasifikasi Kerajaan : Plantae Filum : Basidiomycota Kelas : Magnoliopsida Ordo : Apocynales Famili : Apocynaceae Genus : Allamanda Spesies : Allamanda cathartica Tanaman alamanda termasuk dalam golongan perdu berkayu dengan tinggi yang dapat mencapai 2 meter. Tanaman ini bersifat evergreen (hijau sepanjang tahun). Batangnya yang sudah tua akan berwarna cokelat karena pembentukan kayu, sementara tunas mudanya berwarna hijau. Daunnya memiliki bentuk yang melancip di ujung dengan permukaan yang kasar dengan panjang 6 hingga 16 cm. Selain itu daun alamanda pada umumnya berkumpul sebanyak tiga atau empat helai. Bunga alamanda berwarna kuning dan berbentuk seperti terompet dengan ukuran diameter 5-7.5 cm. Tanaman ini memiliki bunga yang harum. 2.1.9 Tanaman Samabang Colok Klasifikasi tanaman : Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Ordo : Carryophyllales Familia : Amaranthaceae Genus : Aerva Species : Aerva sanguinolenta (L.) Bl.

Morfologi tanaman Herba tegak, tinggi 0,5-2 m, batang berbentuk bulat dengan pangkal berkayu, beruas, berwarna merah keunguan dan bercabang-cabang. Daunnya tunggal, merah, bertangkai, berhadapan, helaian daun bentuk bulat, ujung terbelah, bertepi rata, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, pada sisi atas berkilat, berbulu pendek, panjang 2-8 cm, lebar 1-5 cm dan tangkai daun panjang 1-6 cm. Bunga majemuk, bentuk bulir, di ketiak daun, panjang 0,7510 cm, berkelamin 2, tangkai sari pangkalnya berlekatan, bentuk mangkok, kepala sari dua, tangkai putik pendek kecil, kepala putik 1, taju 2, perhiasan bunga 5, panjang + 2 mm, berbulu halus dan putih. Buah pipih dan hitam. Biji kecil dengan warna hitam mengkilat. Akar tunggang dan merah keunguan (Backer and Bakhuizen van den Brink, 1965) Tanaman ini tumbuh liar di halaman dan di ladang-ladang sampai setinggi kira-kira 1000m dari permukaan laut. Terdapat di Afrika, Malaysia, Cina bagian selatan, Filipina, Taiwan bagian selatan dan Indonesia. Di Indonesia penyebarannya terdapat di daerah Jawa dan Madura. Banyak ditanam di halaman-halaman sebagai tanaman hias. 2.2 Syarat Tumbuh Tanaman ini biasanya dapat tumbuh disegala jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah lempung. Akan tetapai, tanah yang ideal adalah tanah lempung berpasir yang dranasenya baik serta subur, banyak mengandung bahan organic dan unsure hara yang cukup. pH tanah yang paling di sukai oleh tanaman ini adalah 5,8-6,9. Apabila tanah kurang dari kisaran atau melebihi ketentuan bisa di beri perlakuan pupuk organik atau perlakuan lainya yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Udara yang sangat dingin akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, bahkan mungkin menjadi mati. Pertumbuhan tanaman yang baik bila udara sejuk, suhu pada malam antara 10 0C-200C dan siang hari antara 19-29 0C .suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan banyak buah tanaman yang rontok. Apabila dibawah kisaran tersebut tanaman akan terhambat pertumbuhannya. 2.3. Stek Batang stek batang merupakan suatu perbanyakan vegetatif dengan mengambil bagian tanaman, lalu ditancapkan kedalam media yang telah disediakan. Teknik perbanyakan secara vegetatif ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya : 1. Sifat tanaman baru sama dengan sifat induknya 2. Bagian bahan induk yang digunakan untuk bahan stek relatif sedikit, sehingga tidak merugikan tanaman induk. 3. Stek mudah dilakukan dan tidak perlu menggunakan teknologi yang rumit 4. Biaya relatif sedikit dan memerlukan waktu sedikit. 5. Jumlah tanaman yang dihasilkan lebih banyak dari pada teknik yang lain. 6. Tanaman baru hasil stek memiliki keseragaman umur. 2.4 Zat Pengatur Tumbuh Untuk meningkatkan keberhasilan dalam memperbanyak tanaman secara vegetative seperti stek, cangkok, dikembangkan hormon yang dapat mempercepat pertumbuhan akar tanaman. Penggunaan hormone yang bisa merangsang pertumbuhan tanaman pertama diteliti oleh para peneliti perbanyak vegetative yaitu Dr. Frits W. Zat pengatur tumbuh tersebut dapat mempengaruhi sebagian efikotil. Epikotil adalah bagian sumbu tanaman atau batang pembibitan yang berada diatas daun pertama yang berkembang

pada embrio biji. Hormon-hormon yang termasuk kedalam golongan auksin adalah AIA,ANA,AIB. Hormone tersebut bersifat rizokalin yang dapat merangsang pertumbuhan akar, kaulokalin yang dapat merangsang pertumbuhan batang, dan antokalin yang dapat merangsang pertumbuhan bunga. Zat pengatur tumbuh ini dipakai dengan cara mengoleskan kebagian tanaman yang dilukai. Penggunaan ZPT dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat mempercepat keluarnya akar dan mempercepat pemotongannya. Zat pengatur tumbuh seperti antonik mengandung beberapa hormon diantanya Auksin sintetis yang akan mendorong pembelahan sel, pembesaran dan pemanjangan sel melalui pengaktipan pomfa ion pada plasma membran, dinding sel menjadi longgar yang mengakibatkan tekanan pada dinding sel menjadi berkurang . Air akan mudah masuk kedalam sel , sehingga akan terjadi pembesaran dan pemanjangan sel. Growmore adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal biru sangat mudah larut dalam air, dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik dalam penyemprotan daun maupun disiram ke tanah. Growmore formula 32-10-10 untuk tanaman muda agar segera menjadi kuat dan cepat pertumbuhannya. Growmore juga diperlukan bagi tanaman yang saat-saat akhir kurang memerlukan unsur phospat & kalium yang tinggi. (Lembah pinus, 2010) Rootone F berpengaruh terhadap pertumbuhan stek batang. Sesuai dengan fungsi dan kegunaannya bahwa zat pengatur tumbuh Rootone F merupakan senyawa atau zat kimia yang dalam konsentrasi rendah dapat merangsang, menghambat atau sebaliknya menggubah proses fisiologis dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama pada bagian-bagian vegetatif dari tanaman, dimana hal ini tergantung dari tiap-tiap jenis tanaman atau sifat-sifat dari masing-masing jenis tersebut berasal (Elisabeth,2004) Pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman adalam memperbaiki sistem perakaran, meningkatnya penyerapan unsur hara dari tanah, menambah aktivitas enzim, menambah jumlah klorofil dan meningkatkan fotosintesa, memperbanyak percabangan, menambah jumlah kuncup dan bunga serta mencegah gugurnya bunga dan buah kemudian meningkatkan hasil panen.

III. METODE PRAKTIKUM 3.1 Tempat dan Waktu Praktikum Praktikum ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Desa Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar kota. Kabupaten Muaro Jambi. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 15 oktober 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam praktikum pertama adalah stek batang jawe kodok, , asoka, tanaman kelor (Moringa oleifera), dengan hormon Atonik. polybag, Bahan yang digunakan dalam praktikum kedua adalah stek batang kembang sepatu dan kembang kertas dengan hormon growmore, Bahan yang digunakan dalam praktikum ketiga adalah stek batang Kelor (Moringa oleifera) , Mawar (Rosa canina) ,Alamanda (Allamanda cathartica), Puring (Codiaeum variegatum ),

Mangkok (Nothopanax scutellarium ), Tapak Dara, Rootone F. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah stek batang bunga Sambang Colok, Rootone F Alat yang digunakan terdiri dari alat tulis dan kamera 3.3 Cara Kerja Praktikum. Mengamati semua tanaman, dan melakukan pemeliharaan baik berupa gulma yang ada di dalam polybag, dan melakukan penyiranaman. Lalu melakukan pengamatan seluruh tanaman yaitu dengan mencatat tinggi tunas, jumlah dauan , dan keterangan keadaan tanaman. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Praktikum Pertama Berdasarkan 24 Hari setelah penanaman tanaman dapat dilihat ada yang baru muncul tunas dan ada juga yang belum. Dapat dilihat pada table 1 : Tabel Pengamatan Praktikum 1.

Keterangan Tabel : : Ada Tunas tetapi, belum bisa di ukur. Dari tabel diatas terlihat bahwa pemberian hormone tumbuh belum terlihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan factor lingkungan yang kurang mendukung, untuk pertumbuhan tanaman tesebut. Dan juga factor teknis pada saat pengambilan bagian batang tanaman tersebut, biasanya bagian yang diambil tidak boleh terlalu tuan dan terlalu muda. Kalau bagian yang terlalu muda bagian tanaman ini akan mudah roboh dan terserang hama penyakit. Sedangkan kalau bagian batang yang sudah tua tunas adventifnya akan kesulitan untuk muncul kepermukaan karena terlalu keras. Tanaman yang belum mengeluarkan tunas ini masih hidup hal dinyatakan bahwa warna batang tanaman tesebut masih berwarna hijau. Kemungkinan tanaman ini memerlukan beberapa hari lagi akan memunculkan tunas. Pada pemberian antonik pupuk akar ini , stek pada prktikum ini mulai muncul pada umur 5-7 hari baru muncul tunas. Ini dikarnakan hormon akan mempercepat merangsang pertumbuhan tunas dan akar. 2.1 Hasil Praktikum kedua Berdasarkan 20 Hari setelah penanaman tanaman dapat dilihat ada yang baru muncul tunas dan ada juga yang belum. Dapat dilihat pada table 1 : Tabel Pengamatan Tanaman Praktikum ke-2

Keterangan Tabel : : Ada Tunas tetapi, belum bisa di ukur. Dari tabel diatas terlihat bahwa pemberian hormone dapat terlihat pertumbuhan tanaman berkembang sangat pesat. Hal ini dikarenakan peranan hormon sangat mempengaruhi perkembangan tanaman. 2.3 Hasil Praktikum Ketiga Berdasarkan 15 Hari setelah penanaman tanaman dapat dilihat ada yang baru muncul tunas dan ada juga yang belum. Dapat dilihat pada table 1 : Tabel Pengamatan Tanaman Praktikum ke-3

Keterangan Tabel : : Ada Tunas tetapi, belum bisa di ukur. Dari tabel diatas terlihat bahwa hampir semua tanama tumbuh dengan perlakuan pemberian hormon. Hal ini menunjukan bahwa zat pengatur tumbuh Rootone F berpengaruh terhadap pertumbuhan stek batang. Sesuai dengan fungsi dan kegunaannya bahwa zat pengatur tumbuh 2.4 Hasil Praktikum kieempat Berdasarkan 7 Hari setelah penanaman tanaman dapat dilihat ada yang baru muncul tunas dan

ada juga yang belum. Dapat dilihat pada table 1 : Tabel Pengamatan Tanaman Praktikum ke-4

Keterangan Tabel : : Ada Tunas tetapi, belum bisa di ukur. Dari tabel diatas dapat dikatakan hampir semua tanama n tumbuh. Hal ini menunjukan bahwa zat pengatur tumbuh Rootone F berpengaruh terhadap pertumbuhan stek batang. Sesuai dengan fungsi dan kegunaannya bahwa zat pengatur tumbuh . Pertumbuhan dari stek batang Tectona grandis L.F dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi Rootone F yang diberikan , dan ukuran diameter stek yang digunakan. 4.2 Pembahasan Pemberian ZPT ini merupakan hormon yang bisa menpercepat pertumbuhan akar maupun tunas. Dari hasil terlihat bahwa tanaman yang diberi perlakuan ZPT belum mengeluarkan tunas, sedangkan tanaman yang control lebih cepat mengeluarkan tunas. Hal ini dinyatakan bahwa adanya factor internal maupun external. Factor internal ini dikarenakan oleh genetic tanaman jawe kodok dan asoka lebih cepat mengeluarkan tunas. Zat pengatur tumbuh Atonik mengandung bahan aktif triakontanol, yang umumnya berfungsi mendorong pertumbuhan, dimana dengan pemberian zat pengatur tumbuh terhadap tanaman dapat merangsang penyerapan hara oleh tanaman . Atonik dapat juga untuk meningkatkan hasil atau produksi, mutu, warna, kandungan vitamin dan menciptakan buah matang seragam serta menciptakan daya tahan terhadap serangan hama. Atonik merupakan zat pengatur tumbuh yang berbentuk cairan berwarna kecoklatan. Zat pengatur tumbuh Atonik diproduksi oleh PT. Mastalin Mandiri, Jakarta. Adapun konsentrasi anjuran adalah 2 cc/l air (nunung, 2010). Pada prktikum ini terlihat bahwa tanaman kelor ada sebagian yang tumbuh dan ada pula yang mati. Hal ini dikarenakan kemungkinan terdapat bagian tanaman yang terlalu muda dan yang terlalu tua dan tidak bisa tumbuh dengan baik. Pemberian Growmore sebagai pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal biru sangat mudah larut dalam air, dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik dalam penyemprotan daun maupun disiram ke tanah. Growmore formula 32-10-10 untuk tanaman muda agar segera menjadi kuat dan cepat pertumbuhannya. Terlihat pada bahan stek yang diolesi growmore tanaman dapat tumbuh dengan baik. Hampir 100% tumbuh. Pada Rootone-F sangat aktif mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar sehingga

penyerapan air dan unsur hara tanaman akan banyak dan dapat mengimbangi penguapan air pada bagian tanaman yang berada di atas tanah dan secara ekonomis penggunaan Rootone-F dapat menghemat tenaga, waktu, dan biaya. Zat pengatur tumbuh Rootone-F termasuk dalam kelompok auksin. Secara teknis Rootone-F sangat aktif mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar sehingga penyerapan air dan unsur hara tanaman akan banyak dan dapat mengimbangi penguapan air pada bagian tanaman yang berada di atas tanah.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pemberian hormon dapat memberikan pertumbuhan yang baik sesuai dengan sifat genetic tanaman tersebut. pada Praktikum dapat disimpulkan bahwa pemberian hormon Atoni, memberikan pengaruh pada stek dengan jangka waktu 10-15 hari setelah tanman tunas baru muncul, sedangkan growmore memberikan respon pada tanaman 5-7 hari setelah tanam, dan rootone F memberikan respon pada tanaman 5-7 hari setelah tanam. Dari beberapa perlakuan hormon yang telah diberiakan pada tanaman. Hormon Growmore dan Rootone F memberiakn respon pertumbuhan yang baik pada stek tanaman . 5.2 Saran Untuk praktikum ini perlu dilakukan pemeliharaan yang intensif, serta evaluasi teknis pemotongan bagian tanaman yang akan di stek.dan dosis penggunaan Hormon tumbuh yang sesuai.

PANDUAN MENANAM JAMBU AIR MADU DELI


PENGENALAN

Jambu air madu tergolong didalam keluarga Myrtaceae dan namabotaninya ialah Syzygium aqu eum. Buah jambu mempunyai potensi yang tinggi untuk dimajukan danmempunyai permintaan yan g tinggi dikalangan pengemar buahbuahan tempatan. Kebiasaanya buah jambu air dimakan segarkerana mempunyai rasa yang sederhana manis /manis, sangatlembut dan rapuh. Pokok jambu air madu mudah dibiak dengan menggunakan kaedahpembiakan secara tut (pengakaran). Pembiakan secara tut iniamat mudah dan senang dilakukan samada mengg unakan tanahcampuran (dikepalkan) atau media pengakaran (jiffy7).Kebiasaanya pembiak an stek mengambil masa 3045 hari untukmengeluarkan akar dan pindahkan kedalam polibeg kecil.

Untuk tanaman di kebun, jarak tanaman yang dianjurkan ialah 3 m x 3 meter dengan menggunakan sistem segi empat sama.Kerapatan pokok untuk sehektar ial ah 1.111 pokok. Pokok jambu air mulai berbuah secara produktif pada 1 s/d 1,5 tahunsetelah penanaman. Penjagaan yang teratur dan sempurna dapatmenjamin kualit as buah terbaik dan bermutu tinggi.

Memilih Pot

Tanaman jambu air agar tumbuh subur dan berbuahcepat sebaiknya ditanam didalam pot dengan dia meter 50 cm, sebagai media tanam campur sebagiantanah,sebagian sekam,dan 2 bagian pup uk kandang,selain itu bias juga ditambah pupuk kotoran burungdengan dosis 1kg/ pot. Pot yang sudah dipilih segera dibuat lubanglubangdrainase dibagian samping pot dan bawah. Sebelummamasukan campuran media tanam sebaiknya lubangpot diberikan kerikil agar media tidak ikut keluarbersama air siraman. Pengisian media tanam kira-kira 2/3 dari volume pot.

Menanam Bibit

Siapkan bibit dalam polibag yang hendakdipindahkan ke pot. Sebelum dipindah, bibi ttanaman harus disiram dulu maksudnya agartanah dalam polybag tidak hancur, s etelah itu sisipolybag digunting dan tanaman dikeluarkansecara hatihati jangan sampai tanah dalampolybag pecah. lalu bibit ditanam dibagian tengah pot,kemudianmedia tanam diisi lagi di pot nama un tidakdsampai penuh sisakan lebih kurang 5 cm untukair penyiraman. Jika sudah ditanam maka harussegera diseram sampai je nuh,.

Penyiraman

Penanaman bibit pada musim hujan, dapatmembantu mengurangi penenyiraman, i, mengurangi kematian bibit yang tinggi,menjaga kelembaban tanah serta suhudis ekitarnya. Dua cara yang biasa dilakukan untukpenyiraman air kepada bibit iaitu sistempengai ran tetes dan menyiram secara manual (tangan ). Penggunaan sistem pengairan tetes, memerlukankolam air yang dilengkapi dengan pam air,saluran pipa pengairan utama dan pipa kecilyang menghala terus ke bibit. Bibitmemerlukan jumlah air yang mencukupisekurangkurangnya 8 liter sehari. Penyiraman air secara manual/tangan dapatdipratekkan dengan menggunakan tong penyiram air. Sekiranya bibit ditanam berdekatan denganrumah, pengggunaan air pipa dapat mem bantumenyiram bibit dengan cepat dan sempurna.Pada kebiasaannya, selang yang panjang danfleksibal boleh digunakan untuk menyirambibit. Penyiraman dilakukan 2x sehari pagi dan sore hari

Pengendalian rumput

Rumput yang ditumbuh dikeliling pokok perludibrantas dengan menggunakan cang kul atauracun kimia (racun paraquat atau glphosate). Pemberantasan rumput dengan menggunakanracun kimia perlu dilakukan sekurang -kurangnya 2-3 bulan sekali dikawasan yangluas.

Pemupukan

Pemupukan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitupemupukan vegetatif/pertumbuhan t anamandan pembuahan

Pemupukan untuk pertumbuhan tanamandengan menggunakan NPK 15.15.6.4 dengandosis 10 gr/pokok

Pemupukan buah digunakan NPK 16.16.16dengan dosis 20 gr/pokok untukmencapai umur matang atau mulaimengel uarkan buah. Pokok dengan pemupukan yang cukup akan mengeluarkan buah jambu air dengan lebat dan berkualitas.

Aplikasi pemupukan dilakukan 1 kaliseminggu. Pemupukanan pokok perlu dilakukanpada musim hujan dan bukannyamusim panas berpanjangan(kemarau). Penggunaan pemupukan organik dapatmembantu menyuburkan tanah,memperbaiki tekstur dan strukturtanah, menambah/mengantikan zatmakanan yang hilang dan menyimpanair. Kadar pemupukan bergantungkepada umur pokok dan kesuburantanah Pemangkasan

Pemangkasan perlu dilakukan pada pokokjambu air pada peringkat awalpertumbuh an bertujuan untukmembentuk pembesaran pokok, ,memperbaiki sistem pengudaraan pokok,mengawal serangan hama sertamemud ahkan kerja. Dalam sistem pemangkasan ini, pokokdibentuk dari awal pertumbuhan lagi iaituber mula selepas 6 bulan penanamansupaya pokok menjadi rindang dan mudahuntuk dibentuk. Pemangkasan pembentukkan pokok kecildilakukan dengan membiarkan 23 dahanutama untuk mewujudkan rantingpembungaan dan pembuahan.

Pengendalian Hama

Musuh utama yang biasa menyerangpokok jambu air ialah seperti berikut : 1) Lalat Buah - Buah jambu diserangpada peringkat buah mulai putik, larvaakan mengorek dan merusak isi buah.Digalakkan menggunakan perangkapla lat buah jantan untuk mengumpandengan menggunakan methyl eugenol.Selain it u, balut putik buah denganmenggunakan kantong kertas atauplastik. Sekiranya b uah telah diserangkutip buah-buah yang busuk/terkenaserangan dan tanam.

2) Ulat Pemakan Daun Serangan yangboleh dilihat pada daun yang belumterbuka dan merusak daun dan pucukmuda. Semprot racun serangga seperticypermethrin dan permethrin Pemanenan

Panen dilakukan pada saat buah benar-benar matang pohon. Buah yang bisa dipanen menunjukantanda hijau kemerahan dengan bulubuah yang sudah m enghitam Panen dilakukan dengan hatihatimemutik satu demi satu buah danditempatkan keranjang yang sudahdilapisi kertas

TANAMAN UMUR 2 TAHUN :

TANAMAN UMUR 1.5 TAHUN :

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI ACARA I PERBANYAKAN VEGETATIF

ACARA I
PERBANYAKAN VEGETATIF

I. TUJUAN

Memperoleh sifat-sifat tanaman yang lebih baik dibandingkan kedua tanaman

induknya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya. Mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Ada yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula yang rendah. Ini semua sangat bergantung pada beberapa faktor, misalnya cara perbanyakan yang kita pilih, jenis tanaman, waktu memperbanyak, ketrampilan pekerja, dan sebagainya (Wudianto, 1991).

Pembiakan kawin merupakan pembiakan yang umum terjadi di alam, baik secara sederhana maupun secara kompleks. Pembiakan generatif bunga mempunyai peranan yang sangat penting karena dari bunga akan terjadi pada mekanisme penyatuan sifat melalui perubahan kromosom dan komponen-komponennya, baik susunan maupun fungsinya Jumin (1994). Pembiakan secara seksual didahului oleh peristiwa penyerbukan, yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Setelah berlangsung penyerbukan proses kedua adalah pembuahan (fertilization). Pembuahan adalah salah satu peristiwa penyatuan salah satu inti sperma (sperma nucleus) yang berasal dari pollen tube dengan inti sel telur yang berasal dari di dalam embriosae. Penyatuan inti sperma dengan inti sel telur ini akan menghasilkan zygota. Pada pembiakan seksual, bersatunya sel gamet (sel reproduksi) akan terbentuk ragam genetik yang luas (Jumin, 1994). Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetatif dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Aseksual berlangsung tanpa perubahan-perubahan kromosom. Sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat induknya Jumin (1994). Perkembangbiakan tanaman biasanya dilakukan secara vegetatif. Sebab, kalau perbanyakan dilakukan secara generatif dengan biji, hasilnya banyak yang menyimpang dari induknya (Wijaya, 1985).
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, ocultatie (Belanda) atau budding (Inggris). Banyak jenis pohon buah-buahan yang dapat diokulasi, ada yang mudah dilakukan dan ada yang susah dilakukan. Jenis tanaman seperti jeruk, apokat, rambutan, durian, jambu biji dan mangga sangat mudah untuk diokulasi dan berhasil dengan baik. Sedang buah seperti sawo, nangka, duku, dan pala jika diokulasi pertumbuhan tunasnya sangat sulit. Jenis tanaman buah-buahan yang sampai saat ini belum bisa diokulasikan adalah manggis (Wudianto, 1991).

Memindahkan sebuah mata tunas ke pangkal bawah tanaman lain yang sejenis (famili) untuk memperoleh tanaman yang mempunyai sifat gabungan antara kedua tanaman itu disebut okulasi. Asal mata tunas yang ditempelkan mempunyai sifat tajuk yang baik dan batang bawah mempunyai perakaran yang kuat maka kedua sifat baik itu tergabung pada satu tanaman Jumin (1994).

Kelebihan dari hasil okulasi adalah tanamannya lebih baik dari induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran yang kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang pokok yang digunakan sebagai batang pokok yang akan ditempeli dan juga batang bawah. Sedang tanaman yang mempunyai buah lezat diambil matanya untuk ditempelkan pada batang pokok dan juga dikenal sebagai batang atas (Wudianto, 1991).

Menurut Sugito (1991) untuk mendapatkan hasil okulasi yang baik, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu : antara batang atas dan batang bawah mempunyai sifat kompobilitas yang tinggi di antaranya mempunyai kesamaan dalam hal: umur batang, diameter batang dan lingkungan tumbuh tanaman induk. Suhu udara tempat persemaian diusahakan stabil dan berkisar antara 20-23C kelembaban udara dijaga cukup tinggi untuk mempercepat pembentukan kalus bahan stek dan lingkungan persemaian bebas dari hama dan penyakit (bial perlu disterilkan) diperlukan naungan untuk menghindari intensitas radiasi matahari yang terlalu tinggi serta untuk menjaga kelembaban udara di bawah naungan.
Perbanyakan vegetatif untuk memperoleh keturunan yang sama dengan tanaman induknya, sering dilakuakan dengan mencangkok (Sutiyoso, 1995). Orang-orang asing sering menyebut cangkok dengan air layerage atau aerial layering (Inggris) dan marcottage (Prancis). Pembiakan dengan cara ini memang terkenal sejak dahulu, bahkan dapat dikatakan suatu cara perkembangbiakan tertua di dunia. Namun hasilnya sering mengecewakan pencangkokkannya, mereka ada yang gagal hanya beberapa persen saja tapi bisa juga gagal total. Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman di atas keratan/luka yang kering atau mati. Untuk menghindari kejadian seperti ini tentu kita perlu memperbaharui cara mencangkok dan mencurahkan perhatian yang agak serius dengan kesabaran dan ketelitian (Wudianto, 1991). Translokasi hasil fotosintesa berlangsung melalui phloem (jaringan kulit kayu) untuk diedarkan ke seluruh bagian tanaman. Kalau phloem diputuskan, maka tanaman atau hasil fotosintesa akan terhenti, sehingga membentuk kallus. Kallus ini apabila menyentuk media yang basah akan merangsang terbentuknya akar. Cabang atau dahan tempat akan terbentuk jika dipotong dan dipindahkan ke tanah akan diperoleh tanaman baru. Pekerjaan tersebut disebut mencangkok. Keuntungan yang diperoleh dari mencangkok adalah tanaman yang baru sama dengan induknya dan cepat memperoleh bibit yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya adalah tidak mempunyai perakaran yang kuat, memakan waktu yang banyak dan merusak pohon induk asal cabang atau dahan (Jumin, 1994). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok adalah umur batang tidak terlalu tua atau muda; pohon kuat; sehat dan subur, mencangkok sebaiknya dilakukan di musim penghujan dan diusahakan media cangkok tetap lembab. Pada mencangkok dilakukan pengeratan cabang akar cadangan makanan yang terbentuk dari hasil fotosintesis di daun akan tertahan dan menumpuk di bagian atas keratan yang selanjutnya digunakan untuk intisari dan pembentukan akar (Ganner and Chaudri, 1976).

Cara stek banyak dipilih orang, apalagi bagi pengebun buah-buahan dan tanaman hias. Alasannya karena bahan-bahan untuk membuat stek ini hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak Wudianto (1991).

Bagian batang, cabang atau pucuk yang ditanamkan disebut stek. Stek dibedakan menjadi stek batang, stek cabang, stek ranting, stek pucuk, stek daun, dan stek tunas (Jumin,1994). Orang-orang pandai sering mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, daun, tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dari dasar itulah muncul stek akar, stek batang, stek daun, stek umbi Wudianto (1991). a. Stek batang Sebagian orang menyebutnya dengan stek kayu, karena umumnya tanaman yang dikembangbiakan dengan stek batang adalah tanaman berkayu. Untuk memudahkan pertumbuhan akar stek ini kadang-kadang kita juga perlu mengikutkan sebagian kayu dari cabang induk, sehingga bentuk stek batang ini tidak hanya lurus tetapi bertumut atau dapat juga dibentuk seperti martil. b. Stek daun Untuk memperbanyak tanaman ini biasanya digunakan sehelai daun lengkap dengan tangkainya. Contoh tanaman seperti ini adalah lidah mertua (Sanciviera sp), tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini biasanya pada ujung daunnya akan keluar tunas. Dan tunas inilah yang kita tanam. c. Stek akar Mengakarkan stek ini sebaiknya dilakukan pada musim dingin, sekalipun tidak menutup kemungkinan adanya suatu jenis yang menyukai situasi yang hangat. Stek akar muda akan berakar lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan dengan stek akar sebesar pensil d. Stek mata Stek mata yang juga sering disebut stek tunas ini, sebenarnya merupakan stek batang, hanya saja batang yang digunakan untuk stek hanya mempunyai satu mata. Penyemaian stek in sebaiknya dilakukan di pot atau kotak kayu yang telah diisi dengan pasir dan kompos dengan perbadingan 1:1. e. Stek pucuk Sesuai dengan namanya, stek pucuk ini diambil dari pucuk-pucuk batang yang masih muda dan masih dalam masa tumbuh. Media yang digunakan merupakan campuran kompos dengan pasir yang sudah bersih dan bebas dari penyakit. Bisa juga digunakan media campuran pasir yang sudah bersih, tanah gembur dan sejenis mineral yang disebut vermikulit. f. Stek umbi Dari sekian banyak umbi-umbian hanya separuh yangnya yang merupakan tanamanberumbian sebenarnya atau sering disebut bulb. Sedang yang lainnya dapat digolongkan dalam umbi palsu (corm), umbi batang (tubers), umbi akar (tuberous root), dan akar batang (rhizomes).

Faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan stek antara lain adalah kondisi lingkungan. Fisik dan fisiologi dari bahan yang digunakan sebagai stek. Suhu dan kelembaban suatu media merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan keberhasilan stek. Karena ketiga faktor ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan kesegaran stek serta mempengaruhi pembentukan dan diferensiasi kalus menjadi akar. Stek yang akan digunakan secara fisik harus sehat, kekar dan pertumbuhan normal. Sedangkan secara fisiologis, stek harus mengandung cadangan makanan dan hormon tubuh yang cukup untuk pembentukan akar tunas (Hartmann and Kaster, 1983). Hormon alami yang terdapat di dalam jaringan stek pada umumnya kurang memadai. Selain itu aktivitasnya relatif lambat sehingga tidak dapat langsung berfungsi dengan cepat untuk menginduksi pembentukan akar. Oleh karena itu diperlukan penambahan hormon yang berasal dari luar jaringan stek (Nickell, 1982).
Menyambung adalah menempelkan atau menyambung bagian tanaman ke bagian lainnya sehingga tercapainya persenyawaan yang membentuk tanaman baru. Seperti halnya pembiakan vegetatif lainnya, menyambung tidak mengubah susunan genetis tanaman baru dan sama dengan tanaman induk. Menyambung ditujukan untuk memperoleh tanaman yang cepat berbuah, memperbaiki bagian tanaman yang rusak dan untuk memperbaiki sifat batang atas (Jumin, 1994).

Sedang yang dimaksud dengan sambung pucuk ialah penyatuan pucuk (bagian atas tanaman) sebagai calon batang atas dengan batang bawah tanaman lain yang semarga. Sehingga terbentuk tanaman baru yang compatatie (mampu) saling menyesuaikan diri secara kompleks. Syarat yang harus dipenuhi oleh batang bawah antara lain ialah : akarnya dalam, sehingga tahan kekeringan, tahan penyakit akar, tumbuhnya cepat dan bisa bersatu dengan batang atasnya. Sedangkan tanaman yang akan dijadikan batang atas harus berasal dari tanaman yang sudah terbukti bersifat unggul (Wijaya, 1985).
Grafting atau ent merupakan istilah asing yang sering kita dengar itu, pengertiannya ialah menggabungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa, sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru (Wudianto, 1991).

Grafting dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu (Jumin, 1994): Approach graft (penyambungan dekat) adalah menyambung dua tanaman yang masingmasing tanaman masih berhubungan dengan akarnya. Bagian yang digabungkan antara kedua tanaman itu adalah bagian atas saja. Setelah cukup berumur barulah salah satu batang bawah dipotong atau sama sekali dibiarkan terus sampai waktu tertentu. In arching adalah penyambungan (penyusukan) yang masing-masing batang atas dan bawah tetap berhubungan dengan akarnya. Hal ini untuk memperoleh yang daya isap haranya tinggi. Detached seron graft adalah batang atas lepas dari akarnya, diperoleh dari tanaman lain untuk disambung pada tanaman lainnya yang menjadi batang bawah. Bridge grafting adalah penyambungan yang terbentuk seperti jembatan guna mengganti kulit yang rusak. Kondisi siap sambung, baik secara teknis maupun fisiologis banyak dibentikan oleh kevigoran dan umur batang bawah. Batang bawah yang vigor akan lebih cepat mencapai kondisi siap sambung karena memiliki kemampuan pertumbuhnan yang lebih besar (Copeland, 1976).

Umur batang bawah berkaitan erat dengan kandungan cadangan makanan. Dengan bertambahnya umur maka semakin banyak cadangan makanan yang tertimbun dalam jaringan batang yang kandungan cadangan makanan dan hormon tumbuhnya berimbang (Jawal et al., 1995).

III. BAHAN DAN ALAT

Bahan Tanaman puring (Codiatum variegatum) Tanaman jeruk (Citrus sp) Tanaman pedang-pedangan (Sanciviera sp) 2. Alat Pisau Plastik Tali Polybag Cuter Kertas label
1.

IV. CARA KERJA

1. Penyambungan Pucuk Pada penyambungan pucuk yang pertama dilakukan adalah memilih dua jenis tanaman Tanaman puring (Codiatum variegatum) yang cabangnya sama besar, berdaun kecil umtuk scion dan berdaum lebar untuk stock. Memotong bagian pucuk scion ini sebesar 10-15 cm tergantung besarnya cabamg. Kemudian mengurangi daun scion dan memotong bagian pangkal scion membentuk huruf V atau membentuk baji. Membelah stock ke bawah ke bawah (di bagian tengah batang) sepanjang 1-2 cm tergantung besarnya cabang. Setelah itu menyisipkan scion ke dalam stock dan mengikatnya dengan tali. Dalam mengikat ini tidak boleh terlalu kuat atau kendor. Bila sudah selesai, barulah membungkusnya dengan plastik untuk mengirangi transpirasi pada scion. 2. Stek Daun Stek daun dilakukan dengan pentiapan daun tanaman pedang-pedangan (Sanciviera sp) dan media pasir. Memotong daun menjadi 3 bagian (ujung, tengan dan pangkal). Kemudian menanam bagian stek daun tersebut ke dalam media yang telah disiapkan. Untuk mempercepat pertumbuhan kita harus menyiram pasir. 3. Stek Batang Stek batang dibuat dengan memilih bagian tanaman yang akan dijadikan bahan stek dengan panjang kira-kira 10-15 cm dengan menyisakan satu daun saja, memotong bagian pangkalnya dengan sudut kemiringan kira-kira 45. Untuk mengurangi ukuran luas daun maka memotong daun hingga tinggal setengah bagian. Selain tiu disiapkan media tanamnya. Kemudian memasukkan bahan tanam berupa stek tadi ke dalam sungkup harus selalu dalam keadaan tertutup rapat. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman dengan menjaga media tanam selalu berada pada kapasitas lapangan serta memeriksa

keberhasilan penyetekkan setelah satu bulan. Stek yang hidup ditandai dengan tumbuhnya tunas daun dan munculnya akar. 4. Mencangkok Mencangkok, langkah pertama yang dilakukan yaitu memilih cabang yang telah dewasa dan bagus untuk dicangkok. Kemudian membuat sayatan pada kulit cabang sepanjang 4-5 cm. Membuang kulit sayatan hingga kelihatan kayunya dan membersihkan kambium. Selanjutnya menyiapkan plastik dan tali lalu mengikatkan plastik pada bagian bawah sayatan dan mengikat bagian atasnya. Yang terakhir adalah menyiram cangkokan agar tidak kering.

V. HASIL PENGAMATAN
Contoh perhitungan % keberhasilan cangkok pada kelompok IV Pengamatan selama 4 minggu:

%Keberhasilan = yang berhasil total yang dilakukan %Keberhasilan = 8 x 100% = 66,67 % 12

x 100%

Standar deviasi (Sd)= (Xi-X) n (n-1)

Standar deviasi (Sd)= (66,67 66,67 4 (4 -1) = 0 12

VI. PEMBAHASAN
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman yang menggunakan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Beberapa cara perbanyakan vegetatif yang dipergunakan dalam acara I praktikum kali ini adalah penyambungan dan penempelan (Grafting dan Budding), mencangkok dan menyetek. Perbanyakan dengan cara ini cukup efektif dalam rangka memperoleh hasil keturunan yang lebih baik dibandingkan kedua induknya.

CANGKOK

Mencangkok kita pilih dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya kita menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat persis seperti induknya. Sifat ini meliputi ketahanannya terhadap hama dan penyakit, rasa buah (khususnya untuk tanaman buahbuahan), keindahan bunga (untuk tanaman hias). Karena kita tahu bahwa hasil cangkokan bisa dikatakan hampir seratus persen menyerupai sifat induknya. Seandainya terdapat penyimpangan sifat, biasanya disebabkan mutasi gen.
Dalam mencangkok ini ada keuntungan dan kerugiannya. Salah satu keuntungan seperti yang telah disebutkan di muka, yaitu sifat tanaman baru sama dengan tanaman induk. Selain itu nanti apabila hasil cangkokan ditanam pada tanah yang permukaan air tanahnya tinggi, cangkokan dapat tumbuh baik. Keuntungan lain adalah tanaman cepat menghasilkan buah dalam waktu yang relatif singkat. Selain keuntungan di atas ternyata adapula kerugiannya. Yang pertama adalah cangkok tidak dapat dilakuakan secara besar-besaran, karena jumlah dahan yang dapat dicangkok dari sebuah pohon terbatas. Kerugian lain adalah kematian pada cangkokan tinggi. Yang terakhir adalah waktu yang diperlukan untuk mencangkok lama (sekitar satu sampai satu setengah bulan jika tidak menggunakan zat perangsang).

Cara pencangkokan adalah dengan menyayat batang pohon induknya dengan membersihkan kambium. Tujuan membersihkan kambium tersebut supaya akar dapat tumbuh dengan baik. Apabila masih terdapat sisa kambium yang tertinggal maka mungkin masih ada bagian xylem yang tertinggal sehingga masih ada aliran bahan makanan sampai ke daun sehingga akar tidak terbentuk. Sedangkan tujuan dari penyayatan adalah untuk memutus jaringan floem yang mengangkut sari-sari makanan hasil fotosintesis. Dengan terputusnya jaringan floem maka pada luka sayatan terjadi penimbunan makanan yang menyebabkan bagian tepi luka menebal sehingga terbentuk kallus. Kallus ini apabila menyentuh media basah akan merangsang terbentuknya akar. Karena syarat terbentuknya akar adalah adanya makanan yang terkumpul di bagian sayatan tersebut yang digunakan untuk pembentukan akar. Jaringan xylem yang mengangkut air dan garam-garam mineral dari tanah tetap tidak terputus sehingga batang yang dicangkok tetap mendapat suplai dari tanaman induk. Setelah luka sayatan kering, bagian luka ditutup dengan kapasitas lapang. Kemudian dibungkus dengan plastik diikat dengan tali yang rapat supaya lembab. Kelembaban yang mantap akan sangat membentu pertumbuhan akar. Di samping itu supaya tanah tidak mudah lepas serta akar yang tumbuh cukup aerasi dan drainase. Pada percobaan ini kita menggunakan tanaman Puring (Codiatum variegatum). Sebelum melakukan pencangkokan, pasti sudah tersirat dalam pikiran kita untuk menghasilkan bibit cangkokan dari pohon terpilih. Ada beberapa syarat agar tanaman hasil cangkokan memuaskan. Syarat tersebut antara lain pohon induk umurnya sudah cukup, tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Ciri dari pohon yang ideal diantaranya adalah jumlah cabang yang memenuhi syarat untuk dicangkok sudah cukup; pohon induk harus sudah berbunga bagi tanaman hias bunga dan telah berbuah sedikitnya tiga kali bagi tanaman buah-buahan; mempunyai sifat unggul; batang halus; batang lurus ke atas; warna kecoklatan, karena pada batang kecoklatan, kallus penutup luka akan lebih cepat terbentuk dan akar yang keluar juga akan cepat terbentuk; syarat terakhir pohon yang akan dicangkok nampak kuat dan subur serta tidak terserang hama penyakit yang dapat menggagalkan hasil cangkokan.

Setelah pemilihan batang induk, kita mengamati cabang yang tepat untuk bibit cangkokan. Cabang yang baik untuk

dicangkok adalah cabang yang ukurannya tidak terlalu besar, cabang berwarna coklat dan kulitnya mulus. Pemilihan cabang berukuran kecil bertujuan agar dari tiap pohon induk diperoleh belasan sampai puluhan cangkokan dan bentuk pohon tidak akan rusak, selain itu jika dipindah di lapangan akan kecil penguapan airnya.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa tingkat keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cangkok cukup besar, yaitu 66,67 % untuk tiap-tiap kelompok. Hal ini disebabkan karena:
1. 2.

3. 4. 5. 6.

Kebutuhan air yang tercukupi dengan jumlah yang tidak terlalu berlebihan. Kebutuhan cahaya matahari tercukupi. Cahaya matahari ini diperlukan tumbuhan untuk proses fotosintesis yang hasilnya ditransmisikan ke seluruh jaringan melalui floem. Pada batang yang dicangkok dihilangkan floemnya menyebabkan zat-zat hasil fotosintesis tidak dapat sampai ke perakaran tetapi terkumpul pada bagian atas cangkok. Cadangan makanan tersebut digunakan tanaman untuk pertumbuhan akarnya. Curah hujan dan kelembaban yang sesuai. Tanah yang cocok, yaitu bentukan hara yang tersedia bagi tanaman yang dipengaruhi oleh kelarutan zat hara, pH tanah, tekstur tanah, jumlah bahan organik yang ada. Pemilihn batang induk yang baik dan memenuhi syarat untuk dicangkok. Perawatan yang baik.
STEK BATANG

Perbanyakan stek batang adalah perbanyakan vegetatif dengan cara memotong batang lalu ditanam pada media tanam yang sesuai dengan jenis tanamannya. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman jeruk (Citrus sp). Syarat pemilihan batang yaitu batang berumur kurang lebih satu tahun karena pada cabang yang terlalu tua sangat sulit untuk membentuk akar, sedangkan pada cabang yang terlalu muda prosos penguapannya terlalu cepat sehingga stek menjadi lemah dan mati. Ada tidaknya penyakit dalam cabang yang akan kita jadikan stek juga harus kita perhatikan. Karena hal ini akan berpengaruh pada hasil stek yang kita buat. Sebaiknya kita memilih batang yang berwarna hijau, cabang seperti ini biasanya memiliki kandungan nitrogen dan karbohidrat yang tinggi sehingga mempercepat petumbuhan akar. Untuk pemotongan pada batang yang telah memenuhi syarat sebaiknya pemotongan ini dibuat miring dengan sudut kemiringan 45 pada bagian atas maupun bagian bawah. Pemotongan batang secara miring pada bagian atas ditujukan untuk menjaga agar air yang jatuh dari atas tidak membuat batang busuk dan pemotongan miring bagian bawah bertujuan untuk memperluas persinggungan antara batang dengan media tanam. Untuk mengurangi tingginya penguapan pada tanaman dapat dilakukan mengurangi jumlah daun yang terdapat pada batang yang akan digunakan untuk stek. Pangkal dipotong miring tersebut kemudian diberi zat pengatur tumbuh agar pada pangkal batang tersebut nantinya cepat tumbuh akar. Sebelum batang dimasukkan ke dalam media tanam perlu dibuat lubang pada tanah yang ukurannya sesuai dengan diameter batang agar zat pengatur tumbuh tetap memempel pada batang yang distek. Sehingga pada pangkal batang tersebut akan terang sang tumbuh akar.

Media tanam yang digunakan yaitu pasir halus. Persentase keberhasilan stek batang ini adalah 58,43 17 %. Angka ini agak rendah, hal ini karena penyiraman yang dilakukan tidak teratur. Padahal media pasir memerlukan penyiraman yang rutin karena dalam keadaan kapasitas lapang pasir mudah kering.
STEK DAUN

Perbanyakan stek daun adalah perbanyakan vegetatif dengan cara memotong daun tanaman menjadi beberapa bagian, lalu ditanam pada media tanam. Potongan tersebut kemudian akan menjadi tanaman baru.
Cara perkembangbiakan ini banyak diterapkan pada tanaman hias, terutama tanaman hias sukulen, daunnya tebal berdaging dan kandungan airnya tinggi.

Daun yang dipilih untuk stek ini harus yang telah cukup umurnya, dengan demikian mempunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi. Warna dari daun juga dipilih yang hijau segar hal ini karena daun yang berwarna kekuningan menandakan daun itu kekurangan Nitrogen yang akan sulit dalam membentuk perakaran. Dalam percobaan ini menggunakan daun tanaman lidah mertua (Sanciviera sp). Penyetekan dilakukan dengan memilih daun tanaman yang memenuhi syarat dan memotong menjadi tiga bagian, yaitu ujung, tengah dan pangkal. Dalam pemotongan diusahakan dilakukan satu kali iris stiap potongnya untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Setelah dipotong ditancapkan pada media tanam yang telah disiapkan. Media tanam yang digunakan adalah pasir halus yang mampu memberikan aerasi yang cukup, mempunyai drainase yang baik dan beresiko kecil terkena jamur dan bakteri. Hasil percobaan menunjukkan persentase keberhasilan stek daun ujung 58,33 32 %, stek daun tengah 75 17 %, stek daun upangkal 91,67 17%. Persentase keberhsilan stek daun ini cukup tinggi debandingkan dengan perbanyakan vegetatif lainnya. Stek daun ini disimpan pada tempat yang lembab dan teduh yang terhindar dari sinar matahari. Pada polybag diberi sungkup plastik yang fungsinya untuk mengurangi transpirasi dan agar terhindar dari sinar matahari.. Pada prinsipnya cara perbanyakan tanaman dengan stek daun sama dengan cangkok yaitu tanpa usaha untuk memperbaiki sifat sehingga diperoleh tanaman dengan sifat sma dengan induknya. Keuntungan metode ini adalah bahan yang digunakan sedikit tetapi dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak dan caranya tidak begitu rumit sehingga mudah dilakukan oleh siapa pun.
SAMBUNG PUCUK
Sambung pucuk yang dilakukan dalam acara ini termasuk dalam top grafting yaitu penyatuan pucuk (bagian atas tanaman sebagai calon batang atas dengan batang bawah tanaman lain yang masih satu marga sehingga membentuk tanaman baru yang dapat menyesuaikan diri secara kompleks.

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman puring (Codiatum variegatum). Pertama-tama dipilih dua tanaman puring yang berbeda jenis tetapi besar batang hampir sama. Kemudian dilakukan pemotongan batang bawah sebagai stock dn membelah tengah-tengah batang. Pangkal batang lain sebagai scion membentuk heruf V dan menyisipkan scion pada stock. Pada persambungan diikat dengan tali yang bertujuan agar air tidak masuk di antara sisipan. Pada bagian scion dilakukan pengurangan jumlah

daun untuk mengurangi penguapan. Kemudian pada bagian scion diberi sungkup plastik hingga menutupi penyambungan untuk memperkecil resiko kegagalan dan memberi lubang pada plastik agar aerasi udara tetap berjalan. Dari hasil percobaan diperoleh persentase keberhasilan sambung pucuk adalah 8,33 14 %. Ketidakberhasilan pada sambung pucuk ini disebabkan ketidaksesuaian antara scion dan stock sehingga memungkinkan air masuk di sela-sela penyambungan yang menyebabkan rusaknya jaringan akibat sayatan. Pada batang bawah perakarannya juga kurang dalam sehingga terjadi kekeringan.

VII. KESIMPULAN
1.

2. 3. 4. 1. 2. 3. 5. 6. 7.

8.

Perbanyakan vegetatif yang bertujuan untuk mendapatkan hasil, yaitu kualitas dan sifatsifat tanaman yang sama dengan induknya dapat dilakukan dengan cara stek batang, stek daun dan cangkok. Untuk mendapatkan hasil yang beragam dan meningkatkan sifat-sifat unggul tanaman dapat dilakukan dengan sambung pucuk (grafting). Persentase keberhasilan cangkok adalah 66,67 % 0 % Persentase keberhasilan stek daun adalah bagian ujung adalah 58,33% 32% bagian tengah adalah 75% 17% bagian pangkal adalah 91,67% 17% Persentase keberhasilan stek batang adalah 58,34 % 17% Persentase keberhasilan sambung pucuk (grafting) adalah 8,33 % 14 % Dari hasil percobaan rata-rata persentase yang tinggi dalam perbanyakan vegetatif yang dilakukan adalah stek daun. Karena teknik ini paling mudah dilakukan dan tidak memerlukan keahlian khusus. Persentase yang paling rendah adalah sambung pucuk (grafting) karena diperlukan kecermatan yang lebih dan keahlian dalam melakukan perbanyakan dengan cara ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1984. Beberapa Cara Perbanyakan Vegetatif. Departemen Pertanian Balai Informasi Pertanian. Ungaran. 92p. Hadiati, S. 1994. Interaksi Antara Beberapa Macam Batang Bawah dan Batang Atas Pada Pembibitan Rambutan (Nephelium lappaceum L.).Penelitian Holtikultura 6 (3):1-11. Jawal et al., 1995. Pengaruh Umur dan Varietas Batang Bawah Terhadap Keberhasilan Sambung Mini Mangga Arum Manis. Penelitian Holtikultura 7(1):34-44. Jumin, Hasan. Basri, 1994, Dasar-Dasar Agronomi, PT. Raja Garfindo, Jakarta. 140p Sugito, L., Jawal. M., Wijaya. 1991. Pengaruh IBA dan Pengeratan Terhadap Keberhasilan Stek Rambutan Binjai. Penelitian Holtikultura 4 (2):1-8.

Sutiyoso, Y. 1995. Mencangkok Pohon Buah. Trubus. XVI(187):192p. Wijaya. 1985. Sambung Pucuk Untuk Tanaman Buah. Trubus. XVI(185):192p. Wudianto. Rini, 1991. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 150p.

You might also like