You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di bumi.Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air bersih itu pengertiannya air yang memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah, untuk rawatan air minum dan untuk rawatan air sanitasi. Salah satu dari jenis air adalah air sungai. Air sungai merupakan salah satu sumber air baku di instalasi pengolahan air minum. Air sungai dengan parameter biofisikokimia berdasarkan PPRI. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air mempunyai karakter yang fluktuatif, hal ini menuntut suatu proses pengolahan yang efektif. Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Kesehatan Lingkungan merupakan Perguruan Tinggi Negeri dibawah naungan Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia. Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Kesehatan Lingkungan termasuk perguruan tinggi dengan program studi di bidang kesehatan kususnya kesehatan lingkungan. Dalam program studi yang

berlaku yaitu 40 % teori dan 60 % dilakukan praktikum di laboratorioum serta di lapangan. Sehingga dengan adanya tuntutan tersebut maka perlu diadakannya kunujungan PDAM Kebumen, guna melengkapi kegiatan praktik lapangan dan menambah wawasan bagi mahasiswa yang berhubungan dengan pengolahan air bersih.

B. Tujuan Tujuan diadakan kunjungan lapangan sebagai berikut: 1. Mengamati, memadukan, dan kemudian menerapkan hasil kunjungan di lapangan. 2. Memahami setiap proses pengolahan yang terdapat pada PDAM Kebumen. 3. Mengetahui kendala apa saja yang dihadapi PDAM Kebumen dalam mendapatkan air dan pendistribusianya.

C. Manfaat Setiap mahasiswa dapat mengetahui proses produksi dan pengolahan yang dilakukan oleh PDAM Kebumen dan dapat membedakan proses produksi dan pengolahan yang dilakukan dengan sumber air baku yang lain. Selain itu menambah wawasan bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengolaahan air bersih.

D. Jadwal & Ringkasan Pelaksanaan Kegiatan Hari, tanggal Tempat Acara : Rabu, 12 Desember 2012 : PDAM Kebumen : Pengamatan Proses Produksi Dan Pengolahan Sumber

Air Keruh Menjadi Air Jernih Oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kebumen.

BAB II HASIL KUNJUNGAN

Pengolahan II Berasal Dari Sungai Luk Ulo

A. Metode Metode yang dilakaukan yaitu dengan melakukan kunjungan langsung ke lapangan dengan spesifikasi kunjungan pada unit pengolahan pejagoan yang disertai dengan penjelasan langsung oleh petugas PDAM Kebumen.

B. Dasar teori: Air di bumi dapat digolongkan menjadi dua,yaitu: 1. Air Tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis. a. Air Tanah Preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable. b. Air Tanah Artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air. 2. Air Permukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan sudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : a. Perairan Darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya. b. Perairan Laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut. PDAM Kebumen menggunakan sumber air dari sungai luk ulo sebagai sumber air bakunya. Karakteristik sungai luk ulo antara lain: kekeruhan mencapai 500 NTU pada waktu musim hujan, sedangkan pada waktu musim kemarau debit air baku yang ada di sungai luk ulo hanya sekitar 100

liter/detik (tahun 2006 debit air tersebut lebih dari 200 liter/detik). Fluktuasi debit mantap aliran sungai paling kecil terjadi setiap 10 tahunan. Di dasar pengambilan (dasar aliran sungai) terdapat kedung dengan diameter 25 meter dan kedalaman 15 meter. Kandungan partikel (pasir, kerikil, dll) yang terkandung dalam air di luk ulo cukup tinggi tetapi kandungan kimianya masih di bawah standart yang diperbolehkan. Pencemaran pada sungai ini kebanyakan terjadi aktifitas manusia pada umumnya.

C. 7Cara Pengolahan 1. Unit Pengambilan Sumber Air Baku Sungai Luk Ulo (Pos I) PDAM Kebumen memiliki lima unit pengolahan, salah satunya yang berada di Pejagoan. Unit pengolahan ini mengambil sumber air baku dari sungai luk ulo tekhnik pemasangan pompa pada unit pengambilan ini, yaitu: Pompa diletakkan di titik daerah aliran sungai (DAS) debit minimnal pompa 50 liter/detik, air tersebut dialirkan ke bak penampungan yang terletak di bagian atas sungai denagn kapasitas pompa 48 liter/detik. Bak penampungan tersebut juga dapat diartikan sebagai bak penghilang tekan (BPT) kemudian air akan berhenti sebentar setelah itu dialirkan ke pos II dengan menggunakan pipa dari besi (dilakukan proses lanjutan untuk penjernihan) setelah itu sisa air yang tidak tertampung akan kembali ke sungai dengan debit sekitrar 2 liter/detik. Jarak pos (unit pengambilan) dengan bak penampungan (bak pelepas tekan) sekitar 30 meter. Pompa yang digunakan adalah tiga buah pompa celup yang peletakannya dilengkapi dengan bangunan berjeruji yang berfungsi sebagai pengaman pompa. Pompa yang dipasang pada titik DAS terletak di dua lokasi, yaitu: a) pompa yang diletakkan untuk pengambilan air ketika musim hujan (mengantisipasi terjadinya luapan debit sungai dan apabila terjadi banjir) b) pompa yang diletakkan untuk pengambilan air ketika air ketika musim kemarau (mengantisipasi apabila keadaan air surut) 2. Proses Pengolahan Air Baku (Pos II)

Prinsip pengolahan air bersih yang terjadi secara keseluruhan melalui tahapan seperti di bawah ini: a) penjernihan atau purifikasi yang meliputi : 1) 2) 3) b) c) koagolasi dan flokulasi sedimentasi filtrasi

desinfeksi pengaturan pH (pH adjustment)7

3. Proses yang dilakukan di PDAM Kebumen dapat dijelaskan sebagai berikut: a) sumber air baku yang baru dialirkan dari bak pelepas tekan (karakteristik airnya sangat keruh) b) dimasukkan ke dalam bak prasedimentasi.

Gambar 1.1 Skema Bak Prasedimentasi Keterangan : A. Pada bak A sumber air baku yang berasal dari bak pelepas tekan ditampung dan diberi bahan kimia (PAC) sebagai koagolan agar partikel kasar yang terbawa dapat tersuspensi sehingga dapat menggumpalkan disperse koloid menjadi flokflok besar. Bahan kimia tersebut dialirkan melalui pompa dosing. B. Pada bak B air yang berasal dari bak A dialirkan bersamaan dengan flok-flok yang terbentuk.

C.

Pada bak C air yang berasal dari bak B (telah terjadi pembentukkan flok) dialirkan ke bak lain untuk melewati proses selanjutnya. Pembersiahan bak pra sedimentasi dilakukan 1-2 kali sehari dengan pembuangan sisa kotoran melalui pipa. Pada bak prasedimentasi terjadi proses koagolasi dan flokulasi. System pengolahan pada bak prasedimentasi disebut dengan proses pengadukan cepat. Pada proses pengadukan cepat koagolan diharapkan dapat tercampur secara merata.

ABC c) Dimasukkan Ke Bak Sedimentasi. Pada bak sedimentasi terjadi beberapa proses, yaitu : system pengadukan lambat, desinfeksi, sedimentasi dan filtrasi

Gambar 1.2 Skema Bak Pengolahan Lanjutan Keterangan: A1-D2 :Merupakan bak pengaduk lambat yang sisitem kerjanya dengan mengandalkan beda tinggi. Bak pengaduk lambat sejumlah delapan bak berbentuk lingkaran, tujuanya agar air dan bahan kimia yang telah dicampurkan dapat tercampur secara homogen. A1&A2 :Merupakan bak penampungan selanjutnya setelah

sebelumnya air melalui proses flokulasi dan koagolasi di bak pra sedimen. Bak ini terletak paling atas daripada bakbak lainnya.

B1 & B2 : Air dari bak A1 dan A2 dialirkan ke bak ini. Bak ini terletak lebih rendah dari pada bak A1 dan A2. C1 & C2 : Air dari bak B1 dan B2 dialirkan ke bak ini. Bak ini terletak lebih rendah daripada bak B1 dan B2. D1 & D2 : Air dari bak C1 dan C2 dialirkan ke bak ini. Bak ini terletak sejajara dengan bak C1 dan C2 pada bak D2 air yang akan dialirkan ke bak selanjutnya, diberi kaporit (clorinasi) Ca(OCl)3 calcium hipo chloride terlebih dahulu.

Seharusnya pemberian kaporit dengan menggunakan pompa dosing tetapi karena adanya kerusakan maka pemberian kaporit dengan menggunakan bak manual. E: Merupakan bak sedimentasi dimana pada semua bagian bawahnya terdapat pipa pipa yang gunaya menangkap sediment sediment yang terbentuk berbentuk endapan karena gaya graitasi. Debit bak sedimentasi adalah 50 liter/detik F1- F6 : Merupakan bak-bak filtrasi. Pada bak sedimentasi tidak semua partikel dapat terendap sehinggaq diperlikan proses lanjutan agar air tersebut dapt benar-benar jernih. Proses tersebut terjadi di bak filtraswi yang berjumlah enam bak. Proses filtrasi menggunakan saringan pasir cepat (terdiri dari pasir kwarsa yang tebalnya 60 cm)

d) Dialirkan Ke Reservoir Setelah melalui proses filtrasi air tersebut dialirkan ke reservoair dengan menggunakan piupa berdiameter 160 cm. Proses desinfeksi (pembubuhan kaporit) selain untuk menjernihkan air juga dapat digunakan untuk mencegah tumbuhnya bibit lumut. Air disimpan di reservoir sebelum diditribusikan kepada pelanggan. Kapasitas reservoir pada PDAM Kebumen yaitu 1200 m3. PDAM kebumen pada tahun 2012 telah mempunyai pelanggan sebanyak 15ribu pelanggan di kabupaten Kebumen.

e) pemeriksaan di laboratorium

Air yang telah dip roses dan disimpan di reservoir sebelum didistribusikan dilakukan pemeriksaan dahulu di laboratoriumn. Pemeriksaan yang dapat dilihat secara cepat adalah pemeriksaan kekeruhan. Se4dangkan pemerisaan kandungan becteriologi, fisika dan kimia yang terdapat dalam air dapat terus memenuhi standart baku mutu yang telah ditetapkan.

Pengolahan I berasal dari sempor (gombong)

A. Dasar Teori Waduk Sempor merupakan bendungan aliran air sungai Cincingguling yang mengalir dari utara di kaki gunung Serayu selatan dan bermuara di Samudera Indonesia. Secara geografis, di sebelah timur dan utara merupakan perbukitan sementara di bagian barat dan selatan merupakan dataran rendah yang terdapat perumahan dan persawahan. Tipe curah hujan di kawasan ini terbilang cukup tinggi, sehingga perlu dibuat bendungan. Jika tidak ada bendungan, setiap terjadi hujan akan

menyebabkan banjir besar dikawasan rendah sebelah selatan Sempor. Dari segi lokasi, Waduk Sempor terletak di desa Sempor, kecamatan Sempor, kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Tepatnya terletak sekitar 7 Km sebelah utara kota Gombong. Selain untuk pencegahan banjir musiman, Waduk ini memiliki multifungsi sehingga sering disebut Waduk Serbaguna Sempor. Contoh yang paling terkenal dari fungsi Waduk Sempor ini adalah untuk wisata. Karena terletak di tengah-tengah perbukitan sehingga pengunjung bisa menikmati keindahan perairan Waduk Sempor, kesejukan udaranya serta pesona pegunungannya yang masih alami. Tempat yang paling favorit dikunjungi di Waduk Sempor adalah di pelimpahan air, mercu bendungan dan wisata air. Selain wisata, manfaat Waduk ini juga merupakan sumber untuk penyediaan air baku PDAM, karamba ikan, irigasi persawahan, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), transportasi dan sumber penghasilan bagi warga sekitar dengan pancing, jala, jaring hingga para pemilik perahu transportasi.

B. Proses pengolahan air waduk menjadi air bersih 1) Proses pengolahan berawal dari proses koagulasi: Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan partikel koloid, suspended solid halus dengan penambahan koagulan disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan kimia secara merata. Dalam suatu suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil) dan terpelihara dalam keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya

elektrostatis yang diperolehnya dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi ion-ion dari larutan sekitar. Pada dasarnya koloid terbagi dua, yakni koloid hidrofilik yang bersifat mudah larut dalam air (soluble) dan koloid hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air (insoluble). Faktor faktor yang mempengaruhi koagulasi : a) Pemilihan koagulan dan koagulan pembantu , merupakan suatu program lanjutan dari percobaan dan evaluasi yang biasanya menggunakan Jar test. Seorang operator dalam pengetesan untuk memilih bahan kimia , biasanya dilakukan di laboratorium. Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu pemeriksaan terhadap karakteristik air baku yang akan diolah yaitu s u h u, pH, Alkalinitas, Kekeruhan, W a r n a, Efek karakteristik tersebut terhadap koagulan adalah sebagai berikut : S u h u:Suhu rendah berpengaruh terhadap daya koagulasi/flokulasi dan memerlukan pemakaian bahan kimia berlebih, untuk

mempertahankan hasil yang dapat diterima. pH: Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh terhadap koagulasi/flokulasi, pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang digunakan. Alkalinitas: Alum sulfat dan ferri sulfat berinteraksi dengan zat kimia pembentuk alkalinitas dalam air, membentuk senyawa aluminium atau ferri hidroksida, memulai proses koagulasi. Alkalinitas yang rendah membatasi reaksi ini dan menghasilkan koagulasi yang kurang baik, pada kasus demikian, mungkin memerlukan

penambahan alkalinitas ke dalam air, melalui penambahan bahan kimia alkali/basa ( kapur atau soda abu).

Kekeruhan:Makin rendah kekeruhan, makin sukar pembentukkan flok yang baik. Makin sedikit partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel/flok, oleh sebab itu makin sedikit kesempatan flok berakumulasi. Operator harus menambah zat pemberat untuk menambah partikelpartikel untuk terjadinya tumbukan.

Warna:Warna berindikasi kepada senyawa organik, dimana zat organik bereaksi dengan koagulan, menyebabkan proses koagulasi terganggu selama zat organik tersbut berada di dalam air baku dan proses koagulasi semakin sukar tercapai. Pengolahan pendahuluan terhadap air baku harus dilakukan untuk menghilangkan zat organic tersebut, dengan penambahan oksidan atau adsorben (karbon aktif). Keefektifan koagulan atau flokulan akan berubah apabila karakteristik air baku berubah. Keefektifan bahan kimia koagulan/koagulan pembantu, dapat pula berubah untuk alasan yang tidak terlihat atau tidak diketahui, oleh karena itu ada beberapa factor yang belum diketahui yang dapat mempengaruhi koagulasi flokulasi . Untuk masalah demikian Operator harus memilih bahan kimia terlebih dahulu, dengan menggunakan jar test dengan variasi bahan kimia, secara tunggal atau digabungkan atau dikombinasikan. b) Penentuan dosis optimum koagulan Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus ditentukan. Dosis optimum mungkin bervariasi sesuai dengan karakteristik dan seluruh komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal ini fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu dimana terjadi perubahan kekeruhan yang drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu penentuan dosis optimum berulangulang.Perlu diingat bahwa hasil jar-test tidak selalu sama dengan operasional di IPA, jadi harus dibuat koreksi dosis yang dihasilkan jar-test dengan aplikasi dosis di IPA. Seorang operator perlu membuat suatu grafik hubungan antara nilai kekeruhan vs dosis koagulan, melalui percobaan jar test untuk variasi nilai kekeruhan ( rendah, sedang, tinggi ) selama periode waktu minimal satu tahun atau dari data data yang lalu selama beberapa tahun untuk sumber air baku yang sama. Sehingga 10 dengan adanya grafik ini

mempermudah penentuan dosis secara cepat jika ada perubahan kekeruhan secara tibatiba. Selanjutnya penentuan dosis dilanjutkan dengan melakukan jar-test. c) Penentuan pH optimum Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air, disebabkan oleh reaksi hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan di atas. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai pH tertentu (pH optimum), dimana pH optimum harus ditetapkan dengan jar-test. Untuk kasus tertentu ( pada pH air baku rendah dan pada dosis koagulan yang relatif besar ) dan untuk mempertahankan pH optimum, maka diperlukan koreksi pH pada proses koagulasi, dengan penambahan bahan alkali seperti : soda abu ( Na2CO3 ) , kapur ( CaO ) atau kapur hidrat { Ca(OH)2 }. Dilakukan penentuan dosis alkali pada dosis optimum koagulan yang digunakan.

2) Proses flokulasi Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk

mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan

membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradien terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang besar dan mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada kompertemen pertama terjadi proses pendewasaan flok, pada kompartemen kedua terjadi proses penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi pemadatan flok. Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metoda yang sama dengan

11

pengadukan cepat pada proses koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan di mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding gradien kecepatan koagulasi. Setelah proses koagulasi partikel-partikel terdestabilisasi dapat saling bertumbukan membentuk agregat sehingga terbentuk flok, tahap ini disebut Flokulasi. Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikelpartikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Terdapat 2 (dua) perbedaan pada proses flokulasi yaitu : a) Flokulasi Perikinetik adalah aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran m dengan mengandalkan gerakan Brownian. Biasanya koagulan ditambahkan untuk meningkatkan flokulasi perikinetik. b) Flokulasi Ortokinetik adalah aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran di atas 1m dimana gerakan Brownian diabaikan pada kecepatan tumbukan antar partikel, tetapi memerlukan pengaduk buatan (artificial mixing) Setelah distabilisasi selesai mulai terbentuk agregasi partikel yang mana diameternya lebih kecil dari 1 mikrometer untuk sementara cuma bergerak berdasarkan difusi dan akan terjadi agregasi antar mereka. Dengan ukuran flok dan partikel yang semakin besar semakin penting terjadi agregasi yang disebabkan oleh ortokinetik ,maka perbedaan kecepatan diantara partikel semakin besar, akan terjadi pembentukan flok.

3) Sedimentasi Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah cair oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan setelah proses Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses

sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment

12

berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge, OD, dlsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit pengolahan lumpur tersendiri.

4) Filtrasi Filtrasi adalah proses penyaringan air melalui media pipa panjang yang diberi lubang dan berfungsi sebagai penyaring untuk memisahkan partikel flok atau gumpalan yang tidak dapat mengendap, agar diperoleh air yang jernih. Penyaring adalah pengurangan lumpur tercampur dan partikel koloid dari air limbah dengan melewatkan pada media yang porous. Kedalaman penyaringan menentukan derajat kebersihan air yang disaringnya pada pengolahan air untuk minum. Mekanisme yang dilalui pada filtrasi menggunakan pipa panjang yang telah dilubangi sehingga partikelpartikel tertahan di media penyaring. Pada pengolahan waduk sempor menggunakan pipa yang panjang dan terbuka dengan lubang dibagian mbawah yang berguna sebagai tempat menyaring. Setelah melalalui proses tersebut air dipompa menuju ke tempat yang lebih tinggi untuk didistribusikan. Prinsip pendistribusian menggunakan gaya grafitasi. System Gravitasi System pengolahan air keruh menjadi air jernih yang dilakukan oleh PDAM Kebumen menggunakan system gravitasi. Karena letak reservoir PDAM Kebumen terletak di daerah ketinggian maka semua proses pegolahan juga dilakukan pada daerah ketinggian (agar lebih dekat dengan reservoir). Letak reservoir di ketinggian bertujuan untuk mempermudah distribusi air kepada masyarakat pelanggan yang tentu saja tinbggal di daerah yang lebih rendah dari letak reservoir tersebut, sehingga dimaksudkan agar minimalisasi biaya dapat terealisasi karena dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi, PDAM Kebumen tidak perlu mesin penunjang yang besar lainyadengan biaya operasiuonal yang besar pula.

13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan PDAM Kebumen memiliki lima unitr pengolahan dengan sumber pengolahan utama yaitu: 1. 2. 3. Pengolahan II berasal dari sungai luk ulo. Pengolahan I berasal dari sempor (gombong), dengan zat kapur besar. Dasar pengolahan yang dilakukan oleh PDAM Kebumen yaitu dengan cara fisika dan kimia dalam penambahan zat koagolan dan desinfeksi. 4. Dimasing-masing pengolahan terdiri : a. Intake b. prasedimentasi c. koagolasi dan flokulasi d. sedimentasi e. filtrasi f. desinfeksi

g. pengaturan pH (pH adjustment) sehingga kualitas hasil ketiga PDAM relative sama berdasarkan standart baku mutu air.

B. Saran Saat melakukan kunjungan dan mencoba mengukur kadar sisa klor hasil yang didapat adalah bahwa sisa klor masih sangat tinggi yaitu 4 ppm pada reservoar. Dengan keadan demikian maka akan ada kemungkinan bahwa sisa klor yang sampai pada pelanggan terdekat masih sangat tinggi dan dapat berdampak pada kesehatan. Sebaiknya dilakukan monitoring lagi agar tidak merugikan pelanggan. Selain itu kapasitas untuk PDAM akan lebih baik jika ditambah lagi untuk menambah pelanggan dan akan membuat PDAM semakin berkembang.

14

You might also like