You are on page 1of 17

JERAMI UNTUK MAKANAN TERNAK

Jerami merupakan limbah pertanian yang sering disepelekan oleh para petani terutama petani yang ada di Sulawesi Selatan. ini terjadi karena jerami sering dianggap tidak bermanfaat selain karena jumlahnya yang tidak sedikit juga karena fantor tenaga yang dimiliki oleh para petani yang terbatas sehingga untuk membawa pulang jerami tidak gampang.

Beberapa alternatif pemberian jerami pada ternak :


1. Pemberian langung jerami pada ternak 2. Campuran jerami dengan gamal (daun ambas) ternyata jerami bisa dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif makanan ternak jika sedang krisis pakan terutama pada musim kemarau yang berkepanjangan. walaupun kandungan gizi jerami sangat minim namun ada beberapa cara untuk menambah nilai gizinya antara lain dengan menambahkan gamal (daun ambas ) dengan mencampurkan sebanyak 5 % dri banyaknya jerami, kemudian memberikan langsung pada ternaknya.. 3.Fermentasi Jerami melalui teknologi pengolahan yang tepat dapat menjadi sumber pakan yang berlimpah bagi ternak. Potensi fisik jerami yang sangat besar belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pemanfaatan jerami sebagian besar dibakar (37%) untuk pupuk, dijadikan alas kandang (36%) yang kemudian dijadikan kompos dan hanya sekitar 15% sampai 22% yang digunakan sebagai pakan ternak. Kendala utama penggunaan jerami sebagai bahan pakan ternak adalah kecernaan (45-50%) dan protein (3-5%) yang rendah. Nilai manfaat jerami padi sebagai bahan pakan ternak dapat ditingkatkan dengan dua cara, yaitu dengan mengoptimumkan lingkungan saluran pencernaan atau dengan meningkatkan nilai nutrisi jerami. Optimasi lingkungan saluran pencernaan terutama rumen, dapat dilakukan dengan pemberian bahan pakan suplemen yang mampu memicu pertumbuhan mikroba rumen pencerna serat seperti bahan pakan sumber protein. Cara fermentasi jerami yang dilakukan oleh BPTP Jawa Barat adalah melalui proses anaerob (tanpa membutuhkan udara) dengan memanfaatkan campuran beberapa bakteri seperti: Mikroba proteolitik, lignolitik, selulolitik dan lipolitik. Bahan dan alat yang digunakan cukup sederhana yaitu: 2 buah drum plastik bervolume 60-80 liter, pompa/motor sirkulasi 1 unit, selang/paralon secukupnya. Sedangkan bahan yang digunakan, yaitu: 1. Formula I: jamur Trichoderma sp (1 liter), air bersih (100 liter), pupuk Za (1,5 kg), TSP (6 ons), KCl (6 ons), tepung beras (1 kg), dan Gula merah/pasir/tetes (2 kg). 2. Formula I: jamur Trichoderma sp (1 liter), air bersih (60 liter), pupuk Za (1 kg), TSP (1 kg), KCl (1 kg), tepung beras (1 kg), Gula merah/pasir/tetes (3 kg), dan mineral (2

bungkus). Selama proses pembuatan perlu ada langkah pengaktifan yaitu dengan pengadukan larutan selama 3 hari sampai menjadi rata. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jerami fermentasi adalah (1) tumpukan jerami tidak kena hujan, bahan tidak terlalu basah; (2) pisahkan sesuai varietas dan kondisi jerami (segar, layu atau kering); (3) fermentasi jerami segar dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan starter : air : jerami = 1:100 pada setiap lapisan dengan perbandingan 1:10:100 untuk jerami yang sudah layu, perbandingan 1:20:100 untuk jerami kering dan apabila jerami dalam keadaan basah cukup dilakukan dengan menggunakan perbandingan 1:5:100. Susunlah jerami mentah ditempat yang sudah disediakan dengan tebal setiap hamparan 20-30 cm. Lebar dan panjang hamparan sesuai dengan kebutuhan. Tinggi atau tebal lapisan dapat mencapai 2,5 meter dari dasar tumpukan. Kemudian simpan ditempat yang teduh dan tidak kena hujan. Lama fermentasi lebih kurang 21 hari. Proses fermentasi jerami dapat berjalan dengan baik ditandai pada tumpukan jerami tidak terbentuk panas atau keluar asap. Keadaan bahan yang terlalu basah atau terkena air hujan maka akan terjadi pembusukan jerami akhirnya timbulah panas yang menyebabkan hasil yang diperoleh tidak menjadi baik. Jerami fermentasi yang baik ciri-cirinya: Bentuk jerami masih nampak segar tetapi texturnya sudah lunak dan warnanya ke-kuning-kuningan. Penyimpanan jerami fermentasi: dapat dilakukan dengan cara tertutup dan terbukan. Cara terbukan yaitu sebelum disimpan Jerami fermentasi harus dikering anginkan terlebih dahulu agar selama penyimpanan tidak tumbuh jamur yang dapat merusak kualitas jerami yang sudah dihasilkan. Lama penyimpanan hampir sama yaitu: dapat mencapai 2 tahun atau dapat disesuaikan dengan kondisi fisiknya. Sedangkan cara terbuka dilakukan dengan cara: (a) Buat satu tonggak bambu setinggi lebih kurang 6 meter, sebagai tonggak penguat tumpukan jerami; (b) Buat alas yang terbuat dari tepas bambu yang diberi jarak sedikit dari permukaan tanah; dan (c). Susun Jerami di atas alas secara melingkari tiang tonggak sampai terbentuk suatu lapisan melingkar. Kemudian menyusun lapisan berikutnya dengan arah yang berlawanan. Tebal lapisan masing-masing lebih kurang 30 cm, demikian selanjutnya sehingga diperoleh ketinggian lebih kurang 6 meter. Lama penyimpanan yang ideal 1 tahun. Pemberian pakan jerami diberikan dalam bentuk aslinya tanpa mengadakan pascapanen sekunder seperti pengepresan dan lain-lain. Waktu pemberian cukup 2 kali sehari dengan dosis sesuai dengan umur sapi. Untuk umur sapi 12 tahun diberikan jerami 5 kg/ekor, umur sapi 3 tahun diberikan 8 kg/ekor, dan umur sapi 4 atau lebih diberikan 9 kg/ekor. Untuk melengkapi kandungan gizi pakan sapi penggemukan perlu dilakukan pemberian makanan tambahan berupa tongkol/biji jagung fermentasi sebanyak 1 kg, dan 4 kg bekatul. Pada waktu musim kemarau atau tidak cukup persediaan pakan, dapat diberikan hijauan sebanyak 25% saja sedangkan lainnya dengan memberikan jerami fermentasi. Pemberian pakan ini cukup mendukung pertumbuhan sapi dengan baik.

TATA CARA PENYIMPANAN, PENGEMASAN MAUPUN PELABELAN GABAH ATAU BERAS SECARA BAIK DAN BENAR
Salah satu cara untuk mempertahankan agar gabah atau beras tetap dalam keadaan baik sebelum dijual yaitu dengan penyimpanan, pengemasan, dan pemberian label secara baik, bobot tidak susut, bau tidak berubah, demikian juga warna dan aromanya. Yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan beras yaitu kualitas beras, alat pengemas, dan faktor lingkungan. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, dan serangan serangga, binatang mengerat dan bahkan yang sering kita alami yaitu timbulnya serangan kutu beras. Tentunya itu semua akan dapat menurunkan mutu gabah. Penyimpanan beras ada 2 sistem yaitu sistem curah (bulky) yaitu penyimpanan tanpa menggunakan kemasan dan sistem kemasan (packing) yaitu beras dikemas, misalnya dalam karung, kantong plastik kapasitas 10 kg, 25 kg, 50 kg baru disimpan dalam bentuk tumpukan. Kerusakan beras, dapat disebabkan dari 2 faktor yaitu: 1. faktor internal akibat penyosohan beras yang kurang bersih, bekatul yang kaya lemak dan masih menempel pada beras mengalami oksidasi oleh udara dan enzim menghasilkan senyawa asam lemak yang berbau tengik sehingga beras menjadi bau apek. Kerusakan ini disebut kerusakan mikrobiologis. 2. faktor eksternal

kerusakan mikrobiologis karena serangan jamur yang mengakibatkan gabah berwarna hitam, beras yang dihasilkan kusam kehitaman. Selain itu kerusakan biologis, karena serangga (sitopilus) yang menyebabkan gabah dan beras berlubang dan bau serta kerusakan lainnya yang bisa disebabkan oleh tikus, burung dan ayam yang berakibat bobot berkurang. Oleh karena itu untuk mencegah kerusakan dalam penyimpanan, sebelum gabah disimpan tentunya yang harus diperhatikan yaitu beras harus kering, kadar airnya bagus berkisar 14% atau kurang, derajat sosoh sempurna, pengemas karung plastik yang baik, ruang penyimpanan atau lingkungan harus bersih dan bebas dari debu, maupun kotoran, tidak ada serangan hama gudang baik berupa serangga, tikus maupun burung, penerangan dan ventilasi yang cukup dan mudah dibersihkan. Selain itu lindungi tempat/gudang penyimpanan gabah dari suhu lingkungan yang ekstrim panas namun usahakan gudang penyimpanan dalam suasana yang sejuk. Bangunan penyimpanan tidak baik kalau terkena sinar matahari langsung dan atap seng dilapisi aluminium foil dan glass wool. Pada dasarnya, gabah/beras kalau disimpan mengalami penyusutan. Jadi kalau gabah atau beras akan disimpan lama tentunya kadar airnya juga harus semakin rendah. Contohnya kalau mau disimpan selama 1 3 bulan, kadar air gabah 13 14 %, 4 6 bulan kadar air 12%, dan apabila disimpan selama 7 12 bulan, kadar air gabah 11%. Tata cara penyimpanan yang baik (googd Storage Practices). 1) Proteksi terhadap gangguan hama gudang: melalui pembersihan (gabah/beras dan wadahnya), pengeringan, pengendalian (fisik dan insektisida). 2) Usahakan bangunan dan wadah gabah/beras kedap air. Lokasi bebas banjir dan drainase bagus. 3) Wadah sebaiknya tak dapat dimasuki tikus dan burung. 4) Pengecekan serial yang disimpan secara berkala Pembersihan dan penyiapan tempat penyimpanan. 1) Bangunan atau ruang tempat penyimpanan gabah/beras harus dibersihkan. Serangga hama dan tikus suka dengan tempat kotor. 2) Singkirkan dan bakar sampah (debu, gabah/beras lama/ tua, jerami) dari tempat penyimpanan. 3) Keretakan dan lubang pada lantai, dinding dan atap bangunan mesti diperbaiki. Tikus dan serangga senang masuk lubang tersebut. 4) Pasang anyaman kawat untuk anti tikus dan burung 5) Perbaiki atap yang bocor agar air hujan tidak masuk 6) Bersihkan lingkungan tempat penyimpanan 7) Bersihkan wadah dan karung kemasan. Karung dapat disterilkan dengan air panas atau freezer. 8) Gunakan pestisida hanya bila sangat diperlukan dan tersedia SDM terampil. 9) Pasang perangkap tikus kalau dimungkinkan kemasukan tikus. Cara menyimpan gabah/beras bisa secara curah, dan secara kemasan. Cara curah biasanya dalam lumbung dengan cara: Gabah yanh akan disimpan dalam lumbung bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Lumbung jangan menempel langsung pada lantai untuk menghindari pengaruh kelembaban lantai gudang sehingga gabah yang disimpannya itu tidak mudah diserang jamur.

2. disekitar lumbung dibersihkan karena serangga hama dan tikus mudah menyerang pada tempat yang kotor. 3. usahakan lumbung terlindungi dari air atau hujan 4. buatkan pintu pengeluaran gabah supaya tidak sering membuka tutupnya. 5. jika keadaan point 1 4 sudah disiapkan, gabah yang sudah kering dan bersih dicurahkan langung ke dalam lumbung penyimpanan tersebut. 6. untuk membersihkan gabah dapat dilakukan dengan cara pengayakan manual, yaitu menggunakan tampah dan ayakan dari bambu. Selain itu bisa menggunakan pula dengan memanfaatkan angin alami atau menggunakan angin buatan/ kipas angin. Sedang untuk mengeringkannya, gabah bisa dijemur langsung pada terik matahari pada lantai penjemuran dengan ketebalan tumpukan 2 4 cm dimana setiap 30 menit gabah dibalik-balik agar pengeringannya seragam dan unuk menghindari overhaetting. Lama pengeringan tergantung dari keadaan cuaca. Gabah dikatakan sudah kering apabila kadar airnya sudah mencapai 12% - 14%. 7. periksa kondisi gabah paling tidak satu atau dua hari sekali, apakah gabah yang disimpannya terkena serangan hama serangga atau tidak, disamping juga untuk memeriksa kadar airnya. Kalau dengan cara kemasan, yang kemudian disimpan dalam gudang ada beberapa kemasan yaitu: 1. dengan kemasan karung, 2. dengan kemsan plastik. 3. dengan kemasan yute. Adapun masing-masing caranya sebagai berikut: Dengan cara karung. Jika gabah akan disimpan dalam karung, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dari karung yang akan digunakan untuk menyimpan gabah tersebut yaitu: 1. kemasan karung harus dapat melindungi gabah dari kerusakan dalam pengangkutan dan atau penyimpanan. 2. kemasan karung tidak boleh mengakibatkan kerusakan atau pencemaran terhadap gabah yang disimpannya. Oleh karena itu bahan kemasan/ karung dan karung tidak membawa organisme pengganggu tanaman seperti serangga hama 3. kemasan karung harus kuat, dapat menahan tumpukan dan melindungi fisik dan tahan terhadap goncangan serta dapat mempertahankan keseragaman. Menyimpan dengan kemasan karung ada kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya antara lain: a. Karena karung itu berlobang-lobang kecil, sehingga gabah yang disimpan tidak harus kering sekali, karena dapat diaerasi secara alami; b. Karung dapat dipasang label dan diisi gabah dari berbagai jenis sehingga dapat disimpan secara terpisah misalnya gabah untuk benih disimpan secara terpisah dengan gabah untuk konsumsi; dan c. Karung mudah dipindah-pindahkan dan dapat disimpan di rumah, tak perlu gudang khusus sehingga lebih aman dari pencuri. Sedangkan kelemahannya yaitu yaitu karena karung mudah rusak, maka dapat dikatakan relatif mahal karena hanya bisa dipakai satu atau dua kali saja, disamping itu juga tidak dapat melindungi dari ancaman air, serangga ataupun hama tikus. Adapun caranya sebagai berikut: a) gabah yang akan dsimpan dikeringkan sampai kadar airnya 12 14% dan karung sebelum diisi gabah dibersihkan dan disucuhamakan agar bebas dari hama dan penyakit.

b) Gabah yang telah kering tersebut dimasukkan ke dalam karung yang sudah bersih, setiap 2 minggu, periksa kondisi gabah, apa gabah tersebut menjadi panas, bau, berkutu dan sebagainya. c) Karung tempat pengemasan gabah jangan ditaruh langsung diatas lantai atau menempel dinding gudang, hal tersebut untuk menjaga agar gabah tidak lembab. Jadi tumpukan karung harus diatas pallet d) Tumpukan karung agar disusun secara rapih dan upayakan ada sirkulasi udara yang baik. e) Tempat penyimpanan gabah usahakan selalu bersih, aman dari serangga dan gangguan lainnya. Selama penyimpanan gabah dalam karung yang ditaruh pada gudang selain adanya serangan jamur, sering pula diserang hama serangga gudang yang berbentuk larva (ulat). Larva yang memakan butiran gabah/ beras setelah serangga menjadi dewasa biasanya tidak dapat terbang. Siklus hidup mulai dari telur sampai dewasa + 30 hari. Namun demikian ada larva dari serangga gudang yang disebut Graint moth, serangganya setelah dewasa ddapat terbang. Serangga tersebut juga tumbuh dan memakan butiran gabah. Larva akan membuat lubang dan muncul apabila sayapnya sudah tumbuh. Untuk mencegah adanya serangan hama serangga gudang, bersihkan kantong- kantong kosong yang bertebaran didalam maupun disekitar gudang/ tempat penyimpanan gabah yang ditaruh dalam karung tersebut. Soalnya, kantong- kantong itu akan menjadi tempat serangga gudang bersembunyi dan berkembanga biak. Apabila akan dikendalikan dengan cara kimiawi, bisa dilakukan melalui fumigasi misal dengan fumigan Aluminium phopspide. Selain itu bisa juga menggunakan insektisida jenis sentuh seperti Malathion, Fenitrothion, Pyrethrin atau dengan Delta methrin. Caranya: insektisida tersebut disemprotkan pada lantai, dinding gudang dan permukaan kemasan gabah. Tapi harus diingat, penyemprotan dengan insektisida ini jangan disemprotkan langsung pada butiran gabah. Kemasan dengan menggunakan plastik, caranya sebagai berikut: Beras dimasukkan dalam kantong- kantong plastik dengan kapasitas tertentu, misalnya 5 kg, 10 kg, 25 kg atau 50 kg yang kemudian disimpan dalam ruangan secara tumpuk-tumpuk. Cara penyimpanannya sebagai berikut: a) Bersihkan ruang penyimpanan dan disanitasi (dibersihkan dengan fungisida dan atau dengan insektisida). b) Gunakan balok kayu dan papan yang kering untuk mengganjal tumpukan kemasan beras. c) Sebelum beras dimasukkan kedalam kemasan plastik, cek atau periksa kadar air beras, apakah kadar airnya sudah 14% atau dibawahnya, karena daya simpan beras dipengaruhi pula oleh kadar air yang terkandung dalam beras. d) Beras dikemas ditakaran tertentu, misalnya 5 kg, 10 kg, 25 kg, atau 50 kg tepat untuk mempermudah pengawasan ataupun pengangkutan. e) Beras yang sudah dimasukkan kedalam kemasan ditumpuk diatas papan tempat penyimpanan maksimal 15 tumpukan. f) Jika disimpan dalam gudang cukup luas, setiap jenis berat dalam tumpukan disusun dalam blok-blok yang terpisah. g) Ruang penyimpanan harus mudah dibersihkan. Kemasan dengan karung Super IRRI Mengemas gabah dengan karung super IRRI, masih jarang digunakan orang petani padahal bisa tahan lama atau dapat memperpanjang masa kecambah benih untuk masa tanam hingga

mencapai 12 bulan. Selain itu dapat mengendalikan hama serangga dgudang tanpa menggunakan insektisida dan dapat mempertahankan persentase beras kepala agar tetap tinggi, seringkali sampai 10% lebih tinggi dibanding cara tradisional. Hal tersebut karena karung super IRRI dapat mengurangi aliran oksigen ataupun uap air ke udara luar. Jika ditutup dengan baik, respirasi (penguapan) gabah/ benih dapat ditekan. Dengan terjadinya pengurangan tingkat oksigen ini maka akan dapat menekan daya hidup serangga. Selain itu, stabilitas pengendalian kandungan air gabah/ benih didalam karung menjaga tingkat kebasahan dan kekeringan dari gabah/ benih. Stabilitas ini mengurangi pecahnya gabah sehingga persentase beras kepala dapat tetap tinggi ketika digiling. Penggunaan Karung Super IRRI Penggunaan Karung Super IRRI untuk mengemas gabah/ benih, tidak digunakan langsung, tetapi Karung Super IRRI ini digunakan sebagai pelapis dalam karung pengemasan seperti karung goni ataupun karung plastik. Jenis karung ini dirancang untuk menyinpan gabah/ benih sampai 50 kg. Adapun cara menggunakannya: a) Karung super dimasukkan kedalam karung goni atau karung plastik yang biasa digunakan untuk menyimpan gabah/ benih. b) Isi karung super dengan gabah/ benih kering. Jika diisi gabah, gabah yang disimpannya itu mempunyai kadar air kurang dari 14% sedang jika diisi dengan benih, kadar airnya kurang dari 12%. c) Hilangkan sebanyak mungkin udara diatas gabah/ benih dengan menguatkan ikatannya. d) Tutup karung dengan cara memlintir bagian atas plastik, kemudian lipat menjadi dua. Selanjutnya, ikat ujungnya dengan karet atau selotip yang kuat. e) Tutup bagian luar karung dengan hati-hati agar gabah/ benih yang disimpannya itu tidak menusuk atau membuat karung super IRRI bocor. Jika karung super akan digunakan lagi untuk menyimpan gabah/ benih, syaratnya karung super IRRI itu tidak bocor. Walaupun gabah/ benih padi sudah dikemas dalam karung super IRRI, kita perlu waspada adanya serangan jamur. Sebab, gabah sampai diserang jamur, butiran gabah akam mengalami perubahan warna akibat fermentasi dan timbul aroma tidak sedap. Perubahan aroma dan warna tersebut tidak dapat dikembalikan keasal, meskipun setelah bahan itu menjadi beras. Produk gabah dan beras seperti ini tentunya mutunya berkurang dan bila dijual harganya akan menurun. Oleh karena itu, selama gabah disimpan kita harus awas terhadap adanya serangan jamur tersebut/ Tanda-tanda bahwa gabah itu diserang jamur selalu diikuti oleh pelepasan panas sehingga dapat diketahui dari hasil pengukuran suhu butiran gabah. Apabila pertumbuhan jamur sangat lambat,maka panas yang dilepas hampir tidak ada. Untuk mengecek ada tidaknya serangan jamur bisa dilakukan dengan mengumpulkan contoh gabah dari beberapa tempat kedalam karton hitam, kemudian diamati dengan kaca pembesar daerah germinasi dan yang rusak pada gabah tersebut karena pada bagian ini jamur akan tumbuh dan terlihat. Untuk mencegah/ mengendalikan adanya serangan jamur, usahakan kadar air gabah yang disimpan < 14% dan pisahkan gabah yang basah dan kering. Selain itu, gabah yang disimpan dalam gudang, sewaktu-waktu dikeluarkan dan dikeringkan untuk mengurangi kadar air gabah.

Usahakan kelembaban gudang tempat penyimpanan gabah tidak jauh melebihi 70%. Untuk mengurangi kelembaban gudang, buka pintu ventilasi gudang agar udara luar masuk kedalam gudang, dengan syarat kelembaban udara luar gudang lebih randah daripada kelembaban udara yang ada dalam gudang. Untuk mencegah rembesan air hujan yang terbawa angin ke dalam gudang, perbaiki pintu dan jendela yang memungkinkan air hujan merembes kedalam gudang. Jika gabah sudah terlanjur diserang jamur, pertama-tama keringkan kembali gabah yang disimpan itu. Pisahkan gabah yang diserang jamur itu sesuai dengan tingkat pertumbuhan jamur dan kemudian dikeringkan. Bisa saja dilakukan fumigasi dengan fungisida yang dianjurkan apabila cara lain sudah tidak efektif lagi. Merek Merek adalah janji penjual untuk secara konsisten memberi tampilan dan manfaat ke konsumen. Misal Beras Organik Cap Jago bukan sekedar simbol, tetapi juga mengandung arti: mahal, awet. Manfaat merek antara lain untuk membangun, emosional, misalnya: Beras organik Cap Jago, dikenal sebagai beras yang dikonsumsi raja surakarta. Pemakai: menunjukkan kelas konsumen. Merek sebagai kekayaan yang mahal. Merek diperlukan karena untuk mempermudah proses pemesanan, untuk perlindungan hukum, untuk segmentasi pasar/ konsumen dan untuk menarik pelanggan. Kegunaan merek yaitu untuk identifikasi produk dan menyatakan mutu. Dalam menjelaskan produk yang perlu ditulis antara lain pembuat; kadaluarsa, isi, nutrisi, cara menanak nasi. Sedang dalam pelabelan harus sesuai aturan pemeritah. Disamping itu juga dicantumkan berat. Cara pengemasan modern: Tempa pengemasan terpisah, hygienis. Kemasan vakum, lapis Al-Foil, dan isi gas atau . Label pakai Bar Code, untuk mempermudah administrasi penyimpanan dan penjualan. ditulis ulang dari majalah sinar tani Diposkan oleh Erwan Saripudin S.P, di 22.03 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

TEKNOLOGI PAKAN TERNAK RUMINANSIA


TEKNOLOGI PAKAN TERNAK RUMINANSIA Teknologi pakan ternak ruminansia adalah kegiatan pengolahan bahan pakan untuk meningkatkan kualitas nutrisi dan daya cerna, memperpanjang masa simpan. Bahkan mengubah hasil ikutan pertanian yang kurang berguna menjadi produk berdaya guna. Pakan bagi ternak, berperan untuk pertumbuhan ternak muda, mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (daging, susu dan anak) serta tenaga bagi ternak dewasa. Pakan juga memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, maka jenis pakan yang diberikan harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik dengan pemotongan rumput sebelum diberikan memberikan kemudahan bagi ternak untuk mengkonsumsinya. Sedangkan pengolahan bahan pakan secara kimiawi dengan menambahkan beberapa bahan kimiawi agar dinding sel

tanaman yang semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang hidup didalam rumen untuk mencernanya. Banyak teknik pengolahan yang telah dilakukan. Untuk melengkapi pengetauan para penyuluh dalam memandu peternak mengolah pakan, maka disajikan informasi tentang teknologi pakan ternak ruminansia. Meliputi pengolahan pakan hijauan, pakan konsentrat, penyusunan formula pakan dan pakan jadi. A. PAKAN HIJAUAN Pakan hijauan yang terdapat pada padang rumput alam pada umumnya produksinya rendah serta tidak tahan terhadap kemarau panjang. Adanya pergeseran peruntukan lahan, yaitu lahan padang rumput dialihkan untuk keperluan lain mengakibatkan luas lahan padang rumput yang semakin berkurang sehingga produksi hijauan yang dihasilkan setiap tahun semakin berkurang. Pakan hijauan leguminosa masih sangat terbatas produksinya, karena penanaman leguminosanya sendiri masih sedikit, baik yang ditanam sebagai pagar, pembatas lahan atau galangan (pematang) sawah. Kombinasi penanaman rumput dan leguminosa sangat dianjurkan karena selain berdampak meningkatkan produksi dan kualitas hijauan juga mengurangi penggunaan pupuk. Karena pada saat musim hujan produksi hijauan melimpah, sebaliknya dimusim kemarau semakin berkurang, maka untuk menyimpan lebih lama perlu dilakukan teknik pengolahan. Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah dilakukan dilapangan adalah: 1. PEMBUATAN HAY Tujuan khusus pembuatan hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauann pada musim kemarau. Ada dua metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu: Metode hamparan Merupakan metode sederhana dilakukan dengan cara menghamparkan hijauan yang sudah dipotong dilapangan terbuka dibawah sinar matahari. Setiap hari hamparan dibolak balik hingga kering . Jay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air 20 30% (tanda warna kecoklat-coklatan) Metode Pod. Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat penyimpanan hijauan yang telah dijemur selama 1 3 hari (kadar air kurang dari 5 %). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna gosong) yang akan menyebabkab turunnya palatabilitas dan kualitas. 2. PEMBUATAN SILASE Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan dimusim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin dilakukan. Prinsip utama pembuatan silase, menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap udara menahan aktifitas enzim dan bakteri pembusuk

pembuatan silase pada temperatur 27 35oC, menghasilkan kualitas yang sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui secara organoleptik, yakni mempunyai tekstur segar; berwarna kehijauhijauan, tidak berbau disukai ternak, tidak berjamur, tidak menggumpal. Beberapa metode dalam pembuatan silase. a. metode pemotongan Hijauan dipotong-potong terlebih dahulu dengan ukuran 3 5 cm. Dimasukkan ke dalam lubang galian (silo) beralas plastik Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak) Tutup dengan plastik dan tanah. metode pencampuran Hijauan dicampur dengan bahan lain terlebih dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuhnya jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel- sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa asam-asam organik (asam fomiat; asam sulfat; asam klorida; asam propionat), molases/ tetes, garam, dedak padi, menir/ onggok dengan dosis per ton hijauan diperlukan sebagai berikut: asam organik 4 -6 kg, molases/ tetes 40 kg, garam 30 kg, dedak padi 40 kg, menir 35 kg, onggok 30 kg. Pemberian bahan tambahanan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada lapsan atas agar terjadi pencampuran yang merata.

metode pelayuan Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering sampai 40% - 50 %). Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik. Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak) Tutup dengan plastik dan tanah. 3. AMONIASI Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan hasil sampingan pertanian (jerami dengan penambahan bahan kimia: kaustik soda (NaOH), Sodium hidroksida (KOH) atau urea CO(NH2)2. Proses amoniasi dapat menggunakan urea sebagai bahan kima agar biayanya murah serta untuk menghindari polusi. Jumlah urea yang diperlukan dalam proses amoniasi adalah 4 kg/100 kg jerami. Bahan lain yang ditambahkan yaitu air sebagai pelarut (1 liter air/ 1 kg jerami). Proses amoniasi dapat dilakukan dengan cara basah dan cara kering. a. Pengolahan jerami padi dengan urea cara basah jerami padi disusun dan dipadatkan dalam kotak pengepresan lalu diikat. Jerami yang telah di packing dan diikat siap untuk diolah Susun jerami diatas plastik serapi mungkin dan diperkirakan berat jerami 100 kg kering udara. Timbang urea sebanyak 4 kg dan larutkan dalam 100 kg kering udara. Siramkan larutan urea ke dalam tumpukan jerai selapis demi selapis hingga merata, semua tersiram dengan baik. Tutup plastik serapi mungkin agar tidak terjadi kebocoran. Penutupan dengan plastik untuk mendapatkan kondisi yang diinginkan.

Sambungan plastik ditutup serapi mungkin agar udara dari luar tidak masuk dan udara gas amoniak dari dalam tdak keluar. Sambungan dibawah ditutup dengan tanah dan sambungan plastik harus rapih dan tidak terjadi bocor agar kondisi yang diinginkan dapat tercapai. Setelah ditutup dengan plastik kemudian ditutup dengan terpal agar kondisi plastik tidak rusak atau bocor dan tidak kena sinar matahari langsung. Diamkan untuk proses selama kurang lebih 1 bulan. Pemberian kepada ternak setelah diproses adalah dengan cara di diamkan terlebih dahulu setelah 24 jam untuk melepaskan bau amoniak yang tersisa. Setelah itu dapat disimpan dalam bentuk kering dan diberikan sewaktu-waktu. Pengolahan jerami padi dengan urea cara kering. Pilij jerami yang tidak terendam air sawah karena dapat rusak dan busuk. Jerami yang sudah terpilih diikat dengan tali yang trbuat dari bambu setelah di packing supaya mudah dalam penanganan. Cara penyimpanan ditempat yang tidak terkena air hujan. Taburi urea secara merata lapis perlapis. Setiap 100 kg jerami padi diberi 3-4 kg urea (hasil penelitian Masaru Murai, Tohoku Nasional Agricultural Experiment centre, Non Publish). Setelah ditaburi urea, bungkus dengan plastik. Kondisi fermentasi harus keadaan anaerob, sehingga penutupan harus sempurna jangan sampai ada bocoran. Jika terjadi kebocoran/ terbuka plastiknya maka kualitas hasil akan rusak. Untuk menyempurnakan proses fermentasi. Penyimpanan diberi beban diatasnya agar ada tekanan ke bawah sehingga gas yang terbentuk dimanfaatkan oleh jerami. Lama proses penyimpanan selama 30 hari/ 1 bulan. Setelah 1 bulan, penyimpanan dapat dibuka. Hasil yang baik ditandai dengan amoniak yang menyengat, oleh karena itu hati-hati pada saat membukanya. Setelah bau yang menyengat berkurang, pindahkan ke ruang penyimpanan. Simpan jerami olahan ditempat penyimpanan yang beratap agar tidak terkena air hujan. Perhatikan ventilasi gudang penyimpanan, udara harus bebas mengalir. Setelah dibiarkan/ dianginkan selama 2-3 hari bau amoniak akan hilang. Jerami olahan siap diberikan kepada ternak. Jika penyimpanan baik maka jerami olahan ini dapat bertahan lama (sampai 6 bulan bahkan bisa sampai 1 tahun). Saat pemberian jerami olahan sebaiknya diberikan karbohidrat siap pakai misalnya tetes untuk mendapatkan hasil yang optimum. Sapi yang diberi jerami olahan harus selalu tersedia air dan jangan lupa diberi tambahan mineral. 4. FERMENTASI Proses fermentasi merupakan proses anaerob sehingga perlu dihindarkan tindakan yang mengakibatkan masuknya udara. Proses fermentasi dilakukan dengan menggunakan probiotik sebagai stater. Peranan probiotik adalah untuk memecah selulosa menjadi nutrisi yang mudah diserap oleh tubuh ternak. Bahan yang digunakan sebagai stater antara lain starbio, bioplas atau koenzym. Fungsi fermentasi adalah perlakuan/ pengawetan oleh senyawa asam yang dihasilkan oleh mikroba dan dilakukan diluar tubuh ternak. Makin kuat tingkatan asamnya makin tinggi kenaikan kualitas jerami. Beberapa keuntungan penggunaan jerami fermentasi sebagai pakan diantaranya adalah: Meningkatkan produksi ternak karena kualitas nutrisi meningkat. Mengurangi biaya pakan.

Penggunaan pakan dan tenaga kerja lebih efisien. Lingkungan kandang lebih sehat dan nyaman. Karena kotoran lebih sedikit, kering, dan tidak berbau. Pembuatan fermentasi jerami sebagai berikut: Siapkan jerami, untuk 100 kg jerami, stater yang dperlukan sebanyak 0,5 kg dan 40 liter air. Timbang jerami. Sediakan air. Timbang stater. Tumpuk jerami lapis demi lapis dengan ketebalan 25 cm, dengan ukuran tumpukan 2,5 m x 2,5 m x 25 cm. Setiap lapis siram dengan air hingga rata dan taburkan stater hingga rata. Banyaknya lapisan tumpukan sesuai kebutuhan, setelah dianggap cukup, bagian atas ditutupi daun-daun kering atau daun pisang. Biarkan selama 3-4 minggu, bongkar dan angin-anginkan sebentar. Untuk memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan, sebaiknya hasil fermentasi dipadatkan dengan alat pres. Jerami yang telah difermentasi dan sudah diangin-anginkan dapat langsung diberikan kepada ternak. Jumlah pemberiannya sama dengan pemberian hijauan yaitu 10% dari berat badan. Untuk ternak yang belum terbiasa dengan jerami fermentasi perlu dilatih dengan mempuasakannya beberapa saat, baru diberikan jerami hasil fermentasi. B. PAKAN KONSENTRAT Pakan konsentrat merupakan pakan olahan yang dibuat dari berbagai bahan pakan ternak yang berfungsi sebagai pakan penguat. Syarat dari pembuatan pakan konsentrat, bahan-bahannya harus tersedia setiap saat dan harganya lebih ekonomis dan menguntungkan bagi peternak. Pakan konsentrat ini harus berfungsi sebagai: 1. Sumber energi, termasuk semua bahan pakan yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar dibawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: Kelompok serealia/ biji-bijian (jagung, gandum, sorgum). Kelompok hasil ikutan serealia (hasil ikutan penggilingan), dll. Kelompok umbi-umbian (ketela rambat, ketela pohon dan hasil ikutannya). Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala, dan rumput setaria). 2. Sumber protein, termasuk semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan dan tanaman). Bahan pakan ini dikelompokkan menjadi 3 bagian: Kelompok hijauan sebagai sisa hasil ikutan pertanian yang terdiri atas jenis daun-daun sebagai hasil ikutannya (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat. Ganggang dan bungkil). Kelompok hijauan yang sengaja ditanam misalnya, lamtoro, turi, kaliandra, gamal, dan sebagainya. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang, dan sebagainya). 3. Sumber vitamin dan mineral, semua bahan pakan ternak yang berasal dari tanaman dan hewan, dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkatan umur, pemanenan, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (batang, biji dan daun). Disamping itu, beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya. Bahan pakan ternak secara umum dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu bahan baku yang berasal dari tumbuhan dan hasil ikutannya (nabati) serta yang berasal dari hewan dan

hasil ikutannya (hewani). Bahan-bahan baku yang dipakai dalam pembuatan pakan ternak berfungsi sebagai sumber protein, energi, dan mineral dan vitamin. C. PENYUSUNAN POLA PAKAN 1. Penyusunan formula Faktor-faktor yang harus diketahui oleh peternak dalam menyusun formula pakan yang ekonomis dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia setempat adalah: a. Ketersediaan bahan pakan. Ketersediaan bahan pakan yang mudah diperoleh serta tersedia dalam jumlah yang cukup dan kontinu menjadi pertmbangan utama dalam pembuatan pakan. Bahan pakan lokal menjadi prioritas karena diharapkan dapat bersaing dengan bahan pakan lainnya yang berasal dari luar. Harga satuan pakan. Harga per unit bahan pakan sangat berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehinggan keseragaman harga per unit nutrisi (bukan harga per unit berat) perlu dihitung terlebih dahulu. Standar kualitas pakan konsentrat. Kualitas pakan konsentrat dinyatakan dengan nilai nutrisi yang dikandungnya terutama kandungan energi dan protein. Sebagai pedoman, setiap kg pakan konsentrat harus mengandung minimal 2500 Kcal energi, protein 17% dan serat kasar 12%. Prosedur memformulasikan. Buat daftar bahan pakan yang akan digunakan, kandungan nutrisinya (energi, protein), harga per unit berat, harga per unit protein dan harga per unit energi. Tentukan standar kualitas nutrisi pakan konsentrat yang akan dibuat. Tentukan sebanyak 30% bahan pakan yang mempunyai kandungan energi lebih tinggi dari kandungan pakan konsentrat, tetapi harga per unit energinya yang paling murah (dapat digunakan lebih dari 1 macam bahan pakan). Tentukan sebanyak 18% bahan pakan yang mempunyai kandungan protein lebih tinggi dari pada kandungan protein pakan konsentrat , tetapi harga per unit proteinnya paling murah. Jumlahkan (% bahan, Kcal energi, % protein dan harganya), maka 50% formula sudah diperoleh. Lakukan pengecekan kualitas dengan membandingkan kualitas nutrisi 50% pakan konsentrat. Dalam penyusunan ransum ternak ruminansia perlu menggunakan tabel patokan kebutuhan nutrisi. Sebagai contoh penyusunan ransum sapi perah betina muda dengan berat badan 350 kg (1,5 bulan sebelum melahirkan, pada umur 36 bulan) dengan membutuhkan pakan setiap hari dengan kandungan nutrisi sebagai berikut: Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi: bahan kering = 6,4 kg, ME = 13 Mcal, protein = 570 gr dan mineral = 37 gr. Laktasi 1: bahan kering = 1,0 kg , ME = 2,02 Mcal, protein = 93,6 gr dan mineral = 5 gr. Sehingga jumlah bahan kering yang dibutuhkan = 7,4 kg, ME = 15,02 kg, protein = 663,6 gr dan mineral = 42 gr. Dari kebutuhan nutrisi tersebut diatas, pakannya dapat disusun dengan suatu metode. Misalnya dengan metode bahan-bahan pakan yang tersedia: Rumput gajah: bahan kering = 16%, ME = 0,33 Mcal, protein = 1,8 gr=%= BK (bahan kering) dan mineral = 2,5gr=% BK. Bungkil kedelai: bahan kering = 93,5%, ME = 3,44 Mcal, protein= 18,6 gr % Bk dan Mineral = 5,5 % Bk. Bungkil kelapa: bahan kering = 86%, ME = 2,86 Mcal, Protein = 18,6 gr% BK dan mineral = 5,5 gr % BK. Rumput gajah yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan kering sebanyak 80%=

80/100 x 7,4kg = 5,92kg BK, maka kandungan protein yang sudah dapat dipenuhi dari rumput gajah sebanyak = 1,8/ 100x 5,92kg = 106,56gr protein. Kekurangan: Bahan kering = 7,4-5,92kg= 1,48kg, protein = (663,6-106,56)gr= 557,04gr atau 557,04/ 1480 x 100%=37,64%. Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut sebanyak:19,04/26,3 x 1,48 kg=1,07kg BK, dan bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 7,26/26,3 x 1,48 kg= 0,41 kg BK. Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ternak sapi perah tersebut adalah: Rumput gajah = 5,92 x 100/16kg= 37kg, bungkil kedelai = 1,07 x 100/93,5kg = 1,14kg dan bungkil kelapa = 0,41 x 100/86 kg = 0,48 kg. 2. Pengolahan pakan Pengolahan pakan dari bahan pakan menjadi pakan konsentrat dapat dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut: a. Penggilingan pakan (Grinding). Bahan pakan yang belum halus seperti bentuk biji atau lempengan harus digiling terlebih dahulu sampai halus. Bahan pakan yang sudah halus langsung disiapkan untuk dicampur. Sedangkan bahan baku dengan bentuk yang belum halus harus dilakukan pengecilan ukuran partikel bahan baku pakan. Pengecilan partikel dilakukan dengan cara penggilingan sampai dengan bahan baku mencapai kehalusan tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pengecilan ukuran partikel dilakukan dengan maksud agar memudahkan dalam proses pencampuran (mixing) sehingga diharapkan bahan baku dengan bentuk halus akan lebih mudah mencapai homogenitas dari produk akhir pakan. Perlu diperhatikan dalam proses pengecilan ukuran partikel alat yang digunakan harus lebih bersih untuk menghindari adanya kontaminasi dengan penurunan kandungan nutrisi bahan baku pakan. b. Pencampuran Pakan (Mixing). Pencampuran harus sesuai dengan pakan yang akan diproduksi. Apabila tidak menggunakan premix secara langsung, harus mencampur sendiri yang terdiri dari pelengkap pakan (feed suplement) dan pakan tambahan lainnya (feed additive). Cek penimbangan untuk masing-masing bahan baku yang akan dibuat. Amati proses pemcampuran sampai selesai. Pada waktu tertentu, setelah pencampuran selesai, diambil sampel dan dilakukan analisa. c. Pembuatan Pellet (Pelleting). Setelah proses pencampuran selesai, pakan yang akan dibuat pellet. Setelah proses pembuatan selesai, pakan tersebut harus dimasukkan keruang pendinginan sampai temperaturnya sama dengan suhu kamar. D. PAKAN JADI (COMPLETE FEED) Salah satu teknologi penyajian pakan adalah pakan lengkap yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan hasil ikutan pertanian dan pakan non konvensional yaitu dengan mencampurkan bahan-bahan tersebut dengan mempertimbangkan kebutuhan nutrisi ternak baik kebutuhan serat maupun zat pakan lainnya. Teknologi pakan ternak lengkap dikembangkan dari dasar self feeding yaitu ternak diberi kebebasan memilih pakan

ternak sendiri yang sudah disediakan oleh peternak. Selanjutnya dikembangkan untuk memproses pakan menjadi bentuk yang sederhana dan dikemas untuk memudahkan pemberiannya dan dapat menekan biaya operasional khususnya tenaga kerja. Bahan baku penyusunan ransum secara umum terdiri dari sumber hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan merupakan sumber serat dan sedikir vitamin, sedangkan pakan konsentrat merupakan protein, energi, dan mineral. Apabila sumber pakan serat dicampur dengan pakan konsentrat, maka menjadi pakan jadi atau disebut complete feed. Pakan jadi (complete feed) perlu diperhatikan dan dikembangkan mengingat keunggulankeunggulan yang dimiliki antara lain: Menjamin suplai pakan ternak sepanjang waktu. Mendukung program industrialisasi peternakan di daerah subur dan marginal. Mempercepat produksi pupuk organik yang sangat diperlukan dalam reklamasi dan rehabilitasi lahan marginal. Mobilitas pakan antar daerah lebih efektif dan efisien. Meningkatkan nilai tambah ekonomi. Pakan jadi dapat dibuat dari bahan-bahan hasil ikutan pertanian sebagai sumber seratnya seperti ampas tahu, kulit kacang tanah, jerami, kedelai, tongkol jagung, pucuk tebu, dll. Ditambah hasil ikutan agroindustri sebagai sumber energi yaitu pollar (hasil ikutan gandum), dedak padi, tapioka, molases,onggok (hasil ikutan tapioka) dll. Bahan-bahan sumber protein seperti bungkil kopra, bungkil sawit, bungkil minyak biji kapok/ randu, kulit kopi, kulit coklat/ kakao dan urea. Dilengkapi dengan sumber mineral seperti garam dapur, zeolit, tepung tulang, mineral, dll. Teknologi pengolahan hasil ikutan pertanian dan hasil ikutan agroindustri menjadi pakan jadi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai hasil ikutan dengan menggunakan metode prosessing yang terdiri dari: Perlakuan pencacahan (chopping) untuk merubah ukuran partikel dan melunakkan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien. Perlakuan pengeringan (drying) dengan panas matahari atau alat pengering untuk menurunkan kadar air bahan. Proses pencampuran (mixing) dengan menggunakan alat pencampur (mixer) dan perlakuan penggilingan dengan alat giling yang disebut Hammer Mill dan terakhir proses pengemasan. Prosedur pembuatan pakan jadi yang menggunakan bahan baku hasil ikutan pertanian dan hasil ikutan agroindustri adalah sebagai berikut: Bahan-bahan sumber serat dipotong-potong dengan alat pemotong (chopper) dengan ukuran 0,51cm, kemudian dikeringkan dengan menggunakan pemanasan matahari atau alat-alat pemanas sampai kadar air 10-12%. Bahan-bahan sumber energi dicampur dalam alat pemcampur/ Mixer bersama dengan larutan molases sampai merata. Seluruh bahan-bahan tersebut selanjutnya digiling dengan alat penggilingan (grinding) atau Hammer Mill dan ditambahkan urea, garam dapur, dan tepung tulang sampai tercampur merata. Salah satu bentuk pakan jadi yang telah dikembangkan adalah pembuatan roti sapi (wafer). Pengolahan pakan yang berasal dari hijauan dan hasil ikutan pertanian menjadi roti sapi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan palatabilitas, mempermudah pengangkutan serta menjaga kontinuitas ketersediaan bahan pakan. Cara pembuatan roti sapi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut: Rumput dan hasil ikutan pertanian dicacah dengan ukuran 3-5 cm, yaitu untuk mempercepat

proses pengeringan serta mempermudah dalam pencampuran dengan bahan perekat. Rumput dan hasil ikutan pertanian yang sudah dicacah dan leguminosa dikeringkan dibawah sinar matahari (lebih kurang 24jam). Leguminosa yang sudah dikering kemudian digiling. Rumput dan hasil ikutan pertanian yan sudah kering dicampur dengan bahan perekat sampai rata. Kemudian ditambahkan leguminosa yang telah digiling dan konsentrat, serta diaduk sampai rata. Campuran yang sudah homogen dimasukkan kedalam cetakan (mall) yang telah dipanaskan untuk dipadatkan. Kemudian dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan selama kurang lebih 24 jam pada suhu kamar. Maiyunir Jamal menulis di majalah sinar tani, sumber; pedoman teknis pakan ruminansia. Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, 2006. telp/ Fax (021) 781 5782. Diposkan oleh Erwan Saripudin S.P, di 21.58 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

CARA MEMBUAT MIKROORGANISME LOKAL


MIKROBA I

1. 2. 3. 4.

Masukkan nasi dalam wadah (ketebalan + kemudian tutup dengan kain atau kertas); Tanam wadah di bawah rumpun bambu kurang lebih selama 3 hari Bila sudah 3 hari mikroba sudah jadi Mikroba ini dapat langsung digunakan dengan cara mencampur dengan air tunggak bambu, tebarkan diatas jerami dan kemudian tutup dengan jerami lagi. Fungsi mikroba ini adalah mengubah mineral dan unsur hara tanah agar siap diserap tanaman.

MIKROBA II CARA MEMBUAT 1. 2. 3. 4. 5. 6. Campurkan mikroba I dengan gula merah dengan perbandingan 1:1, Tempatkan dalam wadah kemudian tutup dengan kertas buram Diamkan selama 3-7 hari ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari Mikroba ii dapat disimpan selama 2 3 tahun Mikroba yang jadi akan berwarna kecoklatan dan tidak cair atau keras Bila dalam wadah terdapat gelembung-gelembung atau buih hal tersebut menunjukkan gula yang dicampur kurang 7. Jika gula terlalu banyak bahan menjadi keras 8. Penggunaan: bahan 1 bagian dicampur air 100 bagian 9. Baik digunakan untuk pertumbuhan tanaman

MIKROBA III CARA MEMBUAT

1. Campurlah mikroba II dengan dedak dengan perbandingan 1:1000 2. Kemudian campur dengan air hingga kadar air mencapai 65 70% (tes dengan meremas dedak, bila dedak dapat keluar dari sela-sela jari berarti kadar air sudah cukup) 3. Tempatkan dalam wadah/botol dan tutup rapat dengan jerami yang diikat rapat 4. Diamkan selama 3 hari bahan dapat langsung digunakan dilahan dengan cara menebarkan dilahan dan tutup dengan jerami. (Disadur dari Sinar Tani)

You might also like