Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang Jurusan Muamalah adalah salah satu bagian dari Fakultas Syariah dan hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang melaksanakan kegiatan akademik dalam bidang Hukum Islam pada aspek Muamalah (Ekonomi dan Bisnis Syariah). Oleh karena itu ia merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan kurikulum yang akan dicapai. Jurusan Muamalah bertujuan: (1) Mencetak Muslim yang menguasai dasar ilmiah dan keterampilan bidang keahlian hokum dan pranata ekonomi syariah sehingga mampu menemukan, memahami menjelaskan dan menemukan cara penyelesaian dalam bidang keahliannya; (2) Mencetak sarjana Muslim yang mampu menerapkan keahliannya dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat mencetak sarjana Muslim yang mampu berprilaku dalam membawa diri dan berkarya di bidang keahlian hukum dan pranata ekonomi syariah dalam kehidupan bersama dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas perlu disusun suatu kegiatan pembelajaran yang terencana, terorganisir dan sistematik sejalan dengan kurikulum yang berbasis kompentensi. Salah satu dari kegiatan-kegiatan akademik yang dilakukan di jurusan Muamalah adalah Praktek Lapangan di lembaga-lembaga ekonomi dan perbankan syariah yang disebut dengan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan bentuk kegiatan pembelajaran di luar perkuliahan agar mahasiswa dapat pengetahuan dan pengalaman praktis sesuai dengan bidang kompetensinya. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) melibatkan berbagai unsur, yaitu mahasiswa sebagai peserta dan staf jurusan sebagai pelaksana teknis pimpinan fakultas sebagai penanggung jawab dan dosen pembimbing, serta pihak-pihak lain, yakni perusahaan dan bank-bank sayriah yang dijadikan sebagai tempat pratikum. B. Dasar Penyelenggaraan Dasar penyelenggaraan Kuliah Kerja Lapangan ini: 1) Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi; 3) Keputusan Menteri Agama RI Nomor 110 tahun 1982 tentang Pembinaan Ilmu Agama; 4) Keputusan Menteri Agama RI Nomor 27 tahun 1995 tentang Kurikulum; 5) Keputusan Rektor IAIN Sunan Gunung Djati Bandung Nomor 11 tahun 1999 tentang kurikulum IAIN Sunan Gunung Djati Bandung; 6) Keputusan Rektor IAIN Sunan Gunung Djati Bandung Nomor 16 tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanan Kegiatan Akademik; 7) Keputusan Rapat Pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan gunung Djati Bandung tentang penyelenggaraan Pratikum Tanggal 28 April 2008.
C. Tujuan Tujuan Kuliah Kerja Lapangan adalah: 1) Agar mahasiswa Jurusan Muamalah memahami secara mendalam tentang manajemen perusahaan dan perbankan syariah secara makro. 2) Agar mahasiswa Jurusan Muamalah memiliki pengalaman praktis mengenai pengelolaan perusahaan dan oprasionalisasi perbankan syariah meliputi administrasi keuangan, produksi dan pemasaran. 3) Agar mahasiswa Jurusan Muamalah mengetahui dan memahami kegiatankegiatan bisnis yang Islami. 4) Agar mahasiswa Jurusan Muamalah memiliki keterlampilan dalam membuat dan menyususn laporan kerja, akunting, dan neraca keuangan perusahaan atau perbankan syariah. D. Bentuk dan Jenis Kegiatan KKL ini dilakukan dalam bentuk rangkaian kegiatan; (1) Pengamatan (2) Latihan kerja/magang; (3) Penyusunan Laporan Praktik Lapangan yang meliputi pengelolaan, manajemen, akunting, produksi, dan pemasaran perusahaan dan/atau perbankan syariah meliputi: 1) Pengamatan yang berkaiatan dengan manajemen, administrasi dan
mekanismenya, dengan rincian sebagai berikut: a. Manajemen perusahaan/perbankan (1) Organisasi perusahaan/perbankan; (2) pengelolaan perusahaan/perbankan; (3) Kinerja perusahaan/perbankan;
b. Administrasi
(1)
Pembukuan
dan dan
akuting penjualan
perusahaan/perbankan, perusahaan/perbankan;
pembelanjaan
c. Mekanisme dan kegiatan usaha perusahaan/perbankan: (1) Jenis produksi, dan (2) Marketing. 2) Latihan kerja/magang kerja Setiap mahasiswa pratikum melakuakan kerja/magang secara langsung dan membantu para pegawai perusahaan yang berkaitan denagn administrasi perusahaan, pembukuan dan akuting perusahaan. Disamping itu dapat membantu para petugas sebagai rekan kerja pada bidnagnya masing-masing. E. Tahap Kegiatan 1. Tahap pembekalan; mahasiswa/pratikum mengikuti penyuluhan dan orientasi pratikum yang diselenggarakan panitia dan tim pengarah.
2. Tahap pelaksanan; mahasiswa/pratikum melaksanakan kegiatan latihan kerja di lokasi pratikum selama satu pekan atau enam hari kerja. Dalam kegiatannya, mahasiswa mengadakan pengamatan terhadap mekanisme perusahaan, menelaah dan mempelajari administrasi dan akunting perusahaan. Termasuk turut serta membantu kegiatan-kegiatan pelayanan pada perusahaan dibawah bimbingan pimpinan/staf perusahaan. 3. Tahap pelaporan; mahasiswa/pratikum membuat laporan hasil kegiatan praktik, kemudian diserahkan kepada pembimbing dan jurusan untuk diadakan evaluasi dan penilaian.
Ketika pertumbuhan lembaga keuanagn mikro syariah terus berkembang, pemberdayaan lembaga-lembaga terus ditingkatkan agar dapat meyentuh masyarakat khususnya pengusaha mikro yang bergerak di sektor riil, dan pada saat itu pula Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut ingin ikut andil dalam mengembangkan lembaga keuangan mikro khususnya BMT-BMT yang bisa tumbuh dan berkembang secara professional. Dari sinilah Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut berdiri dan dibentuk sedemikian rupa agar ikut memberdayaakan masyarakat khususnya pengusaha mikro yang jelas mempunyai andil dalam perkembangan ekonomi kita secara nasional. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut dibentuk sebagai kelompok swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang keuangan dan secara operasional memadukan fugsi Baitul Maal wa Tamwil. Baitul Maal adalah suatu lembaga yang berfungsi untuk menerima dan berkewajiaban menyalurkan Zakat, infak, shodaqoh, hibah atau dana-dana sosial lainnya kepada yang paling berhak menurut ketentuan syariat Islam dengan pemanfaatan yang paling produktif dan paling bermanfaat. Sedangkan Baitul Tamwil adalah lembaga yang menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana umat melalaui pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.
Disamping itu pula Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut ingin menerapkan pengelolaan lembaga yang professional dan mampu sejajar dengan lembaga-lembaga keuanagn syariah ataupun konvensional lainnya. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut telah memperoleh izin operasional dari dinas koprasi usaha kecil dan menegah dengan No.
551.51/04/Diskop tanggal 06 April 2004, dan dalam upaya meningkatkan legalitas lembaga maka pada tanggal 15 Februari 2006, Baitul Maal wa Tamwil (BMT) AlHanif Garut telah memperoleh badan hukum koprasi syariah dengan Nomor: 518/770/BH/DISKOPPAS/II/2006, Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut memiliki komitmen dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat khusunya terhadap para pengusaha mikro di samping itu pula Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut menyalurkan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan para pegawai yang berpenghasilaan tetap, untuk memenuhi kebutuhan akan barang rumah tangga. B. Visi, Misi dan Tujuan BMT AL-Hanif Garut
1) Visi Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut memiliki visi Menjadi Lembaga Ekonomi yang mampu menjadi mitra usaha masyarakat yang syariah. 2) Misi Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut Misi dari Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut antara lain: a) Menerapkan sistem syariah dalam bidang usaha dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. b) Meningkatkan tingkat kemampuan usaha masyrakat untuk bisa mandiri.
c) Membentuk produk-produk sayriah yang dapat menunjang serta membantu dalam mengembangkan usaha masyarakat mikro, kecil, maupun menengah. 3) Tujuan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. Adapun tujuan dari Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut adalah: a) Membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi dalam
program pengetasan kemiskinan. b) Memberikan sumbangan aktif dalam upaya pemberdayaan dan
peningkatan kesejahteraan umat. c) Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota
dengan prinsip syariah. d) e) Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegitaan menabung. Menumbuhkan usaha-usaha produktif dan sekaligus memberikan
bimbingan dan konsultasi bagi anggota di bidang usahanya. f) Memperkuat posisi, sikap amanah, dan jarinagn komunikasi diantara
para anggota. g) Meningkatkan wawasan dan kesadaran umat tentang sistem dan pola
perekonomian Islam.
PENGURUS
PENGAWAS
MANAJER
Bag. Pembiayaan
Bag. Keuangan
Bag. Simpanan
Staf Kasir
Staf pembukuan
Anggota/calon anggota Gambar 3.1 Struktur Organisasi Koperasi Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut
Keterangan struktur: 1) RAT (Rapat Anggota Tahunan) Merupakan kekuasaan tertinggi dalam sistem manajemen, yang di laksanakan setiap tahun sekali. 2) Pengawas Merupakan badan yang memiliki hak untuk melakukan pengawasan dan memberikan saran terhadap pelaksanaan kegiatan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) AlHanif Garut. 3) Pengurus Adalah dewan tertinggi di Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut yang dapat menetapkan kebijakan oprasional dan melaksanakan kontrol terhadap oprasional Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. 4) Pengelola Adalah orang-orang yang di anggap memiliki kualifikasi untuk mengelola Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. Pengelola di pilih dan ditetapkan oleh pengurus, yang terdiri dari: a) Manajer b) Bagian simpanan c) Bagian keuangan d) Bagian pembiayaan e) Staf pencari dana
C.1 Susunan Prsonalia Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut memiliki susunan personalia sebagai berikut: 1. Ketua Anggota 2. Ketua Sekertaris 3. Manager Bag. Keuangan Bag. Simpanan Bag. Pembiayaan Pengawas : H. Saepul Holik, SE : Edi Nuryanto, SE Pengurus : Tommy Indra Gunawan, SE, MM : Drs. Yanyan Sopyan Pengelola : Ira Aryani, SE : Siti Fauziah : Agus S Hidayat, SE : Ayi Dimyanti : Iksan Budiman A. Uraian Jabatan Adapun uraian jabatan pengurus Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut adalah sebagai berikut: 1. RAT (Rapat Anggota Tahunan)
10
RAT (Rapat Anggota Tahunan) Mengesahkan atau merubah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi. a. Memilih, mengangkat danseklaigus memberhentikan pengurus dan pengawas, baik pengawas syariah maupun manajemen. b. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut selama satu tahun. a) Menetapkan visi dan misi organisasi; b) Mengesahkan sebelumnya; c) Mengesahkan rancangan program kerja tahunan. Sedangkan wewenang Rapat anggota Tahunan (RAT) antara lain: a. Memutuskan kebijakan-kebijakan yang berhubunagn laporan pertanggung jawaban pengurus tahun
dengan kegiatan usaha lembaga keuangan syariah baitul maal wa tamwil (LKS BMT) Al-hanif garut; b. c. Menetapkan Anggaran Dasar (AD); Mengesahkan laporan-laporan.
Dalam melaksanakan tugasnya Rapat Anggota Tahunan (RAT) bertanggung jawab kepada anggota melalui rapat tahunan. 2. Pengawas
11
Pengawas mempunyai tugas menetapkan kebijakan umum, menjalankan pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap Lembaga Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil (LKS BMT) Al-Hanif Garut. Pengawas mempunyai fungsi: a. Menyusun tata cara pengesahan dan pengelolaan terhadap Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut; b. Melakukan pengawasan atau pengurusan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut; c. Menggariskan kebijaksanan anggaran dan keuangan Lembaga Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil (LKS BMT) Al-Hanif Garut; d. Membantu mendorong usaha dan pengembangan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. Sedangkan wewenang pengawas antara lain: a. Meneliti neraca dan perhitunagn sisa bagi hasil/rugi yang disampaikan pengurus. b. Memberikan pertimbangan dan saran dalam rangka perbaikan dan pengembangan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. c. Meminta keterangan kepada pengurus mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan pengelolaan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. d. Mengusulkan pemberhentian sementara pengurus yang dalam
12
dasar dan anggaran rumah tangga dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pengurus. e. Mengusulkan pemberhentian dan pengangkatan pengurusyang telah habis masa jabatannya. f. Dalam hal Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, pengawas dapat mengusulkan pergantian pengurus. g. Menunjuk seseorang atau beberapa staf ahli untuk melaksanakan tugas tertentu terhadap Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut atas biaya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenanagnya pengawas bertanggung jawab kepada Rapat Anggota Tahunan (RAT). 3. Pengurus Pengurus mempunyai tugas menyusun perencanan, melaksanakan,
mengkoordinasikan, dan mengawasi seluruh kegiatan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. Adapun Fungsi pengurus, yaitu: a. Memimpin Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut berdasarkan kebijaksanan umum yang ditetapkan pengawas; b. Menetapkan kebijakan untuk melaksanakn pengurus dan pengelolaan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan pengawas;
13
c. Meyusun dan menyampaikan rencana kerja dan anggaran tahunan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut; d. Meyusun dan melaporkan sisa hasil usaha berkala dan kegiatan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut setiap satu bulan sekali; e. Meyusun dan menyampaikan laporan tahunan yang terdiri dari neraca dan perhitungan sisa hasil usaha/rugi. Sedangkan wewenang pengurus antara lain: a. Mengurus dan mengelola kekayaan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) AlHanif Garut; b. Mengangkat dan memberhentikan pegawai berdasarkan peraturan kepegawaian Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut; c. Mewakili Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut di dalam dan di luar pengadilan, dan apabila dipandnag perlu dapat menunjuk seorang kuasa hukum atau lebih; d. Membuka Kantor cabang atau pelayanan kas berdasarkan persetujaun dan atas pertimbangan pengawas; e. Menjual atau melepaskan hak serta membeli barang untuk Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut berdasarkan persetujuan dan atas pertimbangan pengawas; f. Menukarkan dan menggadaikan barang milik Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut berdasarkan pertimbangan pengawas.
14
Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya pengurus bertanggung jawab kepada Rapat Anggota Tahunan (RAT).
4. A. Manajer
Pengelola
Manajer mempunyai tugas pokok membantu pengurus sehari-hari dalam menyusun perencanan, pengelolaan dan pengurusan dalam rangka pengembangan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. Manajer mempunyai tugas: 1. Menjelaskan pengelolaan dan pengurusan sehari-hari Baitul Maal
wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut berdasarkan kebijakan yang di tetapkan pengurus; 2. Membantu pengurus dalam meyusun perencana dan program kerja
tahunan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut; 3. Membantu pengurus dalam menyusun laporan kekayaan dalam
kegiatan usaha Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut secara berkala; 4. Membantu pengurus dalam meyusun tata cara pengelolaan dan
pengurusan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut; Sedangkan wewenang Manajer yaitu:
15
1.
Menjalankan
sehari-hari
dalam
hal
tindakan
pengelolaan,
pemilikan dan pengurusan serta memlihara kekayaan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. 2. Menjalankan kerja sama dengan pihak lain yang telah dilakukan
pengurus dan menjalankan keputusan pengurus dalam memutuskan segala sesuatu dengan mengingat maksud dan tujuan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut; 3. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian pejabat setuktural
di lingkungan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. 4. Melaksanakan pembukaan Kantor cabang/pembantu Baitul Maal
wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut di tempat lain apabila dipandang perlu sesuai ketetapan pengurus. 5. Melaksanakan pembelian, pelepasan hak dan menukarkan atas
barang/benda Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut atas ketetapan pengurus yang telah mendapatkan persetujuan pengawas. 6. Mengkoordinasikan dan mengendalikan serta mengarahkan tugas
biro/bagian/sub bagian di lingkungan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) AlHanif Garut serta pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. Dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya manajer bertanggung jawab kepada pengurus. B. Bagian Simpanan 1. Menyimpan buku simpanan bagi calon nasabah.
16
Dalam melaksanakan tugasnya bagian simpanan bertanggung jawab kepada manajer. C. 1. Bagian Keuangan (staf kasir) Bagian keuangan bertugas dalam hal yang berkaitan dengan
penerimaan dan pembayaran uang dan menyimpan bukti-bukti transaksi yang selanjutnya diserahkan pada staf pembukuan. Dalam melaksanakan tugasnya bagian keuangan bertanggung jawab kepada manajer. D. 1) 2) 3) 4) Bagian Pembiayaan Meyediakan berbagai kelengkapan untuk realisasi pembiayaan. Mencatat dan mengarsifkan data nasabah pembiayaan. Melakukan analisis usaha anggota/nasabah calon peminjam. Melakukan pendampingan pada anggota/nasabah.
Dalam melaksanakan tugasnya bagian pembiayaan bertanggung jawab kepada manajer. E. Staf Penarikan Dana
17
1)
oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut; 2) Mencatat angsuran supaya sesuai antara kartu
angsuran nasabah dengan catatan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. Dalam melaksanakan tugasnya staf penarikan dana bertanggung jawab kepada manajer melalui bagian pembiayaan.
F.
Staf pembukuan
Staf pembukuan bertugas membuat laporan keuangan yang meliputi laporan neraca, laporan sisa hasil usaha/rugi, perubahan modal dan arus kas. Dalam melaksankan tugasnya staf pembukuan bertanggung jawab kepada manajer melalui bagian keuangan. 5. Al-Hanif Garut Ruang lingkup kegiatan yang di lakukan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut adalah sebagai berikut: A. Simpanan Ruang Lingkup Kegiatan Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut menghimpun dana umat dalam simpanan yang pembagian keuntungannya berdasarkan prinsip bagi hasil dengan perincian simpanan sebagai berikut;
18
a.
setiap saat penyimpan mendapatkan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut; b. Simpanan Wadiah siswa, yaitu simpanan Wadiah yang diperuntukan
bagi siswa-siswa sekolah, yang penarikannya yang setiap akhir kenaikan kelas; c. Simpanan Mudharabah berjangka, yaitu simpanan berjangka yang
dapat ditarik pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian yang disepakati bersama, dari mulai 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan maupun 12 bulan, penyimpan mendapatkan bagi hasil dari keuntungan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) AlHanif Garut sesuai dengan nisbah tertentu; d. Simpanan khusus, yaitu jenis simpanan yang penarikannya di ikutkan
dengan pemberian pembiayaan, yang pengambilannya dilakukan ketika angsuran pembiayaan telah lunas. B. Pembiayan
Dalam hal pembiayaan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut memberikan fasilitas pembiayaan kepada pengurus mikro, kecil dan menengah guna menambah modal usaha dalam upaya meningkatkan kegiatan usahanya atau bisa juga untuk kebutuhan akan barang rumah tangga. Sasaran pembiayaan diarahkan kepada semua sektor ekonomi yang memugkinkan untuk dibiayai. Diantaranya sektor pertanian, home industri, pedagang, jasa dan lainnya. Semua jenis pembiayaan merupakan pemanfaatan dana untuk usaha komersial secara efektif dan
19
menguntungkan baik bagi anggota, masyarakat maupun Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. a. Murabahah adalah jenis pembiayaan berupa akad jual beli (investasi
atau pembelian barang) dengan pembayaran secara tunai; b. Bai Bithaman Ajil (BBA) adalah hubungan akad jual beli (investasi
atau pembelian barang) dengan pembiayaan yang ditanggungkan atau secara angsuran. Bai Bithaman Ajil disebut juga jual beli secara kredit. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut mendapat keuntungan dari harga barang yang dihasilkan. Jangka waktu, besarnya cicilan dan keuntungan yang diperoleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut dilakukan sesuai denagn kesepakatan hasil Musyawarah kedua belah pihak; c. Musyarakah, adalah jenis pembiayaan modal investasi atau modal
kerja yang dilakukan oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut dengan syarat Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut dapat terlibat dalam proses menejerial; d. Al-Qordul hasan, adalah jenis pembiayaan lunak yang diberikan
kepada anggota azaz dasar kewajiban sosial smata. Anggota (penerima pembiayaan) tidak dituntut mengembalikan apapun kecuali modal pokok pembiayaan. Namun peminjam atas kehendaknya sendiri boleh menambah secara sukarela sebagai tambahan tertentu pada saat mencicil atau melunasi pembiayaan di atas pembayaran seharusnya. Kelebihan dana tersebut akan disalurkan dalam bentuk Al-Qordul hasa;
20
e.
BAB III HASIL DANA DAN PEMBIAYAAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) AL-HANIF GARUT
1. Alokasi dana pembiayaan
Seperti halnya lembaga keuangan perbankan, Baitul Maal wa Tamwil (BMT) AlHanif Garut juga memiliki usaha pokok yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kemudian di salurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Dalam pelaksanan kegiatan pengalokasaian dana dalam bentuk pembiayaan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Aman, artinya dana Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut di jamin
pengembaliannya;
21
b. Lancar, artinya perputaran dana Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut
dapat berjalan dengan cepat;
c. Menghasilkan, artinya pengalokasian dana Baitul Maal wa Tamwil (BMT) AlHanif Garut dapat memberikan pendapatan maksimal;
A. Tahap Penghimpunan Dana Dana yang dihimpun oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut berasal dari:
a.
hanya satu kali selama menjadi anggota; b. Modal penggerak, yaitu modal tambahan biasanya dari
penyertaan lembaga lainnya; c. Sumbangan dan atau pinjaman yang tidak mengikat,
yaitu bantuan dari pemerintah misalnya APBD atau lainnya; d. e. Sisa hasil usaha, yaitu keuntungan yang tidak dibagikan; Dana masyarakat luas dalam bentuk simpanan berupa
simpanan atau tabungan berjangka atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, yang dipersamakan dengan itu, yang merupakan basis dana harus
22
diolah atau dikelola oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut untuk memperoleh keuntungan. B. Tahap Pengelolan Dana Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan dana antara lain: a. Mengusahakan pengumpulan dana
semaksimal mugkin termasuk usaha memenuhi komitmen pembiayaan pada nasabah; b. Mengusahakan agar penggunaan dana
tersebut dapat memberikan hasil maksimal dan menekan biaya seminimal mungkin; c. Menjaga keseimbangan antara dana yang
tersedia dan pengalokasian dana yang akan digunakan; d. Menganalisa dana yang tersedia sesuai
dengan sifat dan karakteristiknya agar dalam penggunannya disesuaikan dengan sifat tersebut; e. tidak produktif; f. Memonitor secara terus menerus setiap Memelihara pengawasan atas dana yang
perkembangan yang terjadi untuk dapat memanfaatkan peluang dalam penghimpunan dana maupun pengguannya. C. Tahap perencanaan dana untuk dialokasikan pembiayaan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perncanaan dana antara lain:
23
a.
pembiayaan menurut jadwal harus sesuai dengan yang diperlukan; b. Penyediaan dana untuk dialokasikan harus sesuai dengan kebutuhan
baik waktu maupun jumlahnya; c. Harus dapat diperkirakan jenis dana yang perlu ditingkatkan pada
waktu yang akan datang atas dasar analisa perkembangan dana; d. Menciptakan jenis-jenis produk baru sesuai dengan tuntunan dan
kepuasan masyrakat agar dana yang dialokasaikan dapat meningkat. Setelah dana tersebut dialokasikan pada pembiayaan, maka dalam hal pemberian pembiayaan pun diperlukan beberapa prosedur. Prosedur yang dilaksanakan oleh
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut dalam persiapan pembiayaan meliputi 4
(empat) prosedur, adapun keempat prosedur yang harus dijalani dalam pemberian pembiayaan adalah sebagai berikut:
C.1 Wawancara Direktur atau petugas yang ditunjuk mewawancarai calon debitur (shohibul maal). Direktur atau petugas yang bersangkutan berkewajiban memberikan penjelasan kepada setiap orang/pengusa/badan hukum yang berminat mendapatkan pembiayaan dari oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut.
Adapun penjelasan-penjelasan yang harus dikemukakan oleh direktur/petugas wawancara adalah:
24
a.
b. c. d.
e.
Syarat-sayarat pembiayaan; Cara penilaian pembiayaan; Prosedur pembiayaan; Dan lain-lain yang dianggap perlu.
C.2 Pengisian formulir permohonan pembiayaan Pada tahap ini debitur (shohibul maal) diharuskan mengisi formulir-formulir yang disediakan oleh petugas untuk keperluan kelengkapan data administrasi oleh Baitul
maal wa tamwil (BMT) Al-Hanif Garut mengenai calon debitur (shohibul maal). (formulirformulir terlampir).
C.3 Pencatatan Permohonan Pembiayaan Pada buku permohonan pembiayaan oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif
Garut, memberlakukan pencatatan terhadap semua permohonan pembiayaan yang masuk pada buku permohonan pembiayaan untuk dilakuakn survey, yang selanjutnya dijadikan bahan kajian dalam rapat untuk menentukan permohonan pembiayaan yang akan direalisasikan Mengingat keterbatasan dana yang ada dan berdasarkan pertimbanganpertimbangan lainnya. C.4 Data-Data Yang Diperlukan
Data informasi dari catatan yang ada pada oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut seperti: rekening tabungan, pengalaman kredit yang lalu, daftar pembiayaan bermasalah (kredit macet) dan sebagainya.
25
2.
Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut Dari observasi yang dilakukan oleh penyusun di oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut, dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2.1 Perkembangan Alokasi Dana Pembiayaan Pada Oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut. Tahun 2007-2009 Dana yang dialokasikian pada pembiayaan Rp. 291.286.125,Rp. 391.483.487,Rp. 407.957.375,-
No 1 2
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui perkembangan alokasi dana pembiayaan oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut dari periode 2007-2009 mengalami fluktuatif, yang kemudian setiap tahun dana yang dialokasikan dalam bentuk pembiayaan tersebut disalurkan dalam jenis-jenis pembiayaan. Setiap yang dapat dilihat pada table 2.1, dana yang dialokasikan dalam bentuk pembiayaan pada tahun 2007 sebesar 85,67% yaitu Rp. 291.286.125,-tahun 2008 turunsebesar 84,11% menjadi Rp. 391.483.487,- dan pada tahun 2009 kembali terjadi
26
penurunan sebesar 83,57%,- menjadi Rp.407.957.375,- dari setiap alokasi dana pembiayaan pertahun tersebut kemudian disalurkan (dialokasikan kembali) pada jenis-jenis pembiayaan. Dapat diketahui bahwa dana yang dialokasikan dalam jenis pembiayaan musyarakah pada tahun 2007 sebesar Rp. 69.777.625,- tahun 2008 kenaikan 44,05% sehingga jumlahnya menjadi Rp. 100.519.700,- keniakan ini karenakan sisitem promosi yang diperluas, namun pada tahun 2009 terjadi penurunan 44,43% dari Rp. 100.519.700,- pada tahun 2008 menjadi Rp. 55.859.000,- pada tahun 2009, Penurunan ini disebabkan adanya pengalihan sistem margin. Dana yang dialokasikan dalm jenis pembiayaan Murabahah pada tahun 2007 sebesar Rp. 6.514.000,- pada tahun 2008 mengalami kenaikan 498,40% menjadi Rp. 38.979.962,- yang dipengaruhi oleh sistem promosi yang diperluas, namun penurunan terjadi pada tahun 2009 sebesar 8,5% dari Rp. 38.979.962,- pada tahun 2007 menjadi Rp. 35.657.200,- pada tahun 2008, penurunan ini dikarenakan adanya dana, yang teralokasikan (kurang). Tahun 2007 dana yang dialokasikan pada jenis pembiayaan bai btihaman Ajil Rp. 214,994.500,- tahun 2008 terjadi kenikan sebesar 10,56% sehingga jumlahnya menjadi Rp. 250.608.825,- dan tahun 2009 naik kembali sebesar 13,41% dari Rp. 250.608.825,- pada tahun 2008 menjadi Rp. 284.240.225,- kenaikan yang terus menerus ini, tidak terlepas dari promosi yang terus menerus diperkuat dan digencarkan sehingga nasabah pun terus bertambah. konsumtif untuk pegawai dengan sumber dana dana yang minim
27
Lain halnya dengan jenis pembiayaan Al-Qordun hasan yang baru teraloksaikan pada tahun 2007, yaitu sebesar 375.000,- namun pada tahun 2008 terjadi keniakan yang begitu signifikan hingga mencapai 8.3362,38% dari Rp. 375.000 pada thun 2007 menjadi Rp. 31.733.950,- pada tahun 2008, keniakn ini dipicu oleh efek dari pemindahan akad, dimana nasabah tidak mampu untuk memberikan bagi hasil sehubungan dengan perkembanagn usaha nasabah tersebut. Begitu pada untuk jenis pembiayaan Rahn yang baru teralokasikan pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 1.000.000,- namun pada tahun 2008 mengalami penurunan 53,3% dari Rp. 1.000.000,- pada tahun 2005 menjadi Rp. 467.000,- pada tahun 2006 yang disebabkan oleh adanya cicilanm pengembalian pembiayaan. 3. Hambatan-Hanbatan Yang Dialami Oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) AlHanif Garut Dalam Pengalokasian Dana Faktor penghambat yang dialami Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut dalam pengalokasian dana pembiayaan adalah : A. Faktor Eksternal a. Kurang lancarnya pengembalian pembiayaan, terutama
bagi nasabah yang bukan berasal dari Pegawai Negeri (PNS) seperti ; petani, pedagang kecil, peternak dan lain-lain. Hal tersebut meyebabkan
28
b.
dengan jalan jemput bola langsung ke nasabah secara rutin dan continue, serta terjadwal. B. Faktor Internal a. Memperkuat manajemen usaha Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-
Hanif Garut, salah satunya denagn disiplin dan menetapkan prosedur-prosedur dalam pembiayaan yang tidak boleh dilanggar; b. Memberikan bimbingan, arahan izin pada pegawai/karyawan Baitul
Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut untuk mengikuti seminar pendidikan atau pelatihan dengan syarat-syarat tertentu; c. karyawan. 4. Upaya-Upaya Yang Dilakukakan Upaya yang dilakukan oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut dalam mengatasi hambatan-hambatan adalah: A. Factor Eksternal a. angsuran; b. c. Penurunan bagi hasil; Penundaan pengembalian bagi hasil sampai waktu Memperpanjang jangka waktu pembiayaan atau Menganggarkan dana untuk pengembangan dan diklat untuk
tertentu, maksudnya hanya bagi hasil yang dapat ditunda pengembaliannya, sedangkan pokok pembiayaannya harus tetap dibayar seperti biasa;
29
d.
dengan jalan jemput bola langsung ke nasabah secara rutin dan continue, secara terjadwal. B. Factor Internal a. Memperkuat manajemen usaha Baitul Maal wa Tamwil
(BMT) Al-Hanif Garut, salah satunya dengan disiplin dan menetapkan prosedur-prosedur dalam pemberian pembiayaan yang tidak boleh dilanggar; b. Memberikan bimbingan, arahan serta izin pada
pegawai/karyawan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut untuk mengikuti seminar pendidikan atau pelatihan dengan syarat-syarat tertentu; c. untuk karyawan. Menganggarkan dana untuk pengembangan dan diklat
30
Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan adalah merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari pengarahan, pembekalan, pengamatan dan diakhiri pembuatan laporan yang sekaligus sebagai tanda bukti bagi perserta yang mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Lapangan. Dasar penyelenggaraan Kuliah Kerja Lapangan ini antara lain: Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Peraturan pemerintah Nomor 60 tahun 1999 tentang pendidikan Tinggi; Keputusan Menteri Agama RI Nomor 110 Tahun 1982 tentang Pembinaan Ilmu Agama; Keputusan Menteri Agama RI Nomor 27 tahun 1995 tentang Kurikulum; Keputusan Rektor IAIN Sunan Gunung Djati Bandung Nomor 11 tahun 1999 tentang kurikulum IAIN Sunan Gunung Djati Bandung; Bertujuan agar mahasiswa jurusan muamalah memehami secara mendalam tentang manajemen perusahan dan perbankan Syariah secara makro, memiliki pengalaman praktis mengenai pengelolaan perusahaan dan operasionalisasi perbankan Syariah meliputi administrasi keuangan, produksi dan pemasaran, memahami kegiatan-kegiatan bisnis yang islami.
31
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hanif Garut adalah termasuk perekonomian yang Islami dengan manajemen yang mengutamakan hukum-hukum Islam, dan memberikan kemudahan dalam bermuamalah. Oleh karena itu perlu disosialisasikan mengenai Bank Syariah yang sesuai dengan hukum Islam yang menerapkan prinsip bagi hasil antara pihak bank dan pihak nasabah. 2. Saran Dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), Alhamdulillah berjalan lancar dari mulai pengarahan sampai penulisan laporan. Namun tidak menutup kemungkinan ada kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya maka dari itu penulis menandai mengenai poin-poin tertentu, yakni mengenai : a. b. Moot Court : Yang dalam pelaksanannya kurang efektif; Pengamatan: Kurang adanya pembekalan yang cukup dari pihak fakultas. Akhirnya dengan segala kekurangannya supaya dijadikan pelajaran diwaktuwaktu berikutnya.
32
33